bab ii pembahasan - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c1011010_bab2.pdf ·...

77
15 BAB II PEMBAHASAN A. BIOGRAFI Al-GHAZALI 1. Latar Belakang a. Keluarga Al-Ghazali yang terkenal dengan sebutan al-Gazel di dunia barat adalah seorang ahli sains terkenal. Dalam perjalanan hidupnya ia merupakan seorang pengembara ilmu. Hal ini setidaknya dapat dibuktikan dengan karya-karyanya dalam berbagai cabang keilmuan. Selain di kenal sebagai tokoh sufi ia juga dikenal sebagai seorang ulama’ usul fiqih dengan karyanya al-mustashfa, ia juga dikenal sebagai tokoh filsafat dengan karyanya Tahafut al-Falasifah yang mengkritik konsep berfikir para filosof saat itu. Al-Ghazali menganggap para filosof pada saat itu telah melewati batas dan terjadi kehawatiran yang mendalam akan rusaknya akidah kaum filsafat sehingga ia berinisiatif untuk meluruskan pemikiran filsafat pada zaman itu. Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad al-Ghazali Ath-Thusi Asy-Syafi’i yang lahir di desa Thusi Tabaran pada 450 H/1058 M dan meninggal pada senin pagi (14/6/505 H) atau 18 Desember 1111 masehi (Halim, 2000:11). Ayahnya adalah seorang fakir yang saleh. Dia tidak akan pernah makan kecuali dengan hasil keringatnya sendiri. Ia bekerja sebagai pemintal benang dari bulu dan kulit domba yang kemudian dijual di tokonya sendiri (Asmaran, 1994:330).

Upload: trinhminh

Post on 03-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

15

BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI Al-GHAZALI

1. Latar Belakang

a. Keluarga

Al-Ghazali yang terkenal dengan sebutan al-Gazel di dunia barat

adalah seorang ahli sains terkenal. Dalam perjalanan hidupnya ia merupakan

seorang pengembara ilmu. Hal ini setidaknya dapat dibuktikan dengan

karya-karyanya dalam berbagai cabang keilmuan. Selain di kenal sebagai

tokoh sufi ia juga dikenal sebagai seorang ulama’ usul fiqih dengan

karyanya al-mustashfa, ia juga dikenal sebagai tokoh filsafat dengan

karyanya Tahafut al-Falasifah yang mengkritik konsep berfikir para filosof

saat itu. Al-Ghazali menganggap para filosof pada saat itu telah melewati

batas dan terjadi kehawatiran yang mendalam akan rusaknya akidah kaum

filsafat sehingga ia berinisiatif untuk meluruskan pemikiran filsafat pada

zaman itu.

Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Bin

Muhammad al-Ghazali Ath-Thusi Asy-Syafi’i yang lahir di desa Thusi

Tabaran pada 450 H/1058 M dan meninggal pada senin pagi (14/6/505 H)

atau 18 Desember 1111 masehi (Halim, 2000:11). Ayahnya adalah seorang

fakir yang saleh. Dia tidak akan pernah makan kecuali dengan hasil

keringatnya sendiri. Ia bekerja sebagai pemintal benang dari bulu dan kulit

domba yang kemudian dijual di tokonya sendiri (Asmaran, 1994:330).

Page 2: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

16

Ketika menjelang wafat ayahnya, beliau berwasiat agar Al-Ghazali dan

saudaranya yang bernama Ahmad dititipkan kepada seorang sahabatnya

yang ahli tasawuf agar belajar kepadanya.Kemudian ayahnya menitipkan

seluruh harta benda untuk kedua anaknya. Ayahnya pun berpesan,

”Sungguh aku ingin bisa menuliskan khat ( tulisan arab)

untuk menebus ketidakmampuan itu, aku ingin

memperbaiki apa yang telah aku alami pada kedua

anakku ini. Maka, aku memohon padamu agar mau

mengajarinya dan harta yang kutinggalkan boleh

dihabiskan keduanya.” (Yon, 2014:8).

Sepeninggal ayahnya kedua saudara tersebut belajar kepada sahabat

ayahnya hingga semua harta yang dititipkan itu habis. Kemudian sahabat

ayahnya meminta maaf tidak bisa mengajari keduanya lagi dan tidak bisa

melanjutkan wasiat dari orang tuanya. kemudian berpesan kepada mereka

untuk masuk madrasah agar menjadi pencari ilmu, dan mendapatkan ilmu

yang di inginkan (Bangun, 2013:154).

Keduanya lalu melaksanakan anjuran gurunya itu.Ini yang

menjadikan sebab kebahagiaan dan keluhuran derajat mereka

berdua.Almarhum ayahnya bercita-cita tinggi agar keduanya menjadi anak

yang alim dan saleh. Beliau seorang yang tekun, sering mengunjungi ahli

fikih dan berdiskusi dan menafkahkan sedikit hartanya.Apabila mendengar

perkataan ahli fikih ayahnya menangis dan berdoa agar kelak dikaruniai

anak yang ahli fikih. Kemudian dikaruniai anak yang bernama Al-Ghazali

yang masyhur pada zamannya sebagai ahli fikih, dan saudaranya menjadi

penceramah yang terkenal, ahli memberi nasehat dan fatwa (Yon, 2014:8).

Page 3: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

17

b. Pendidikan

Al-Ghazali mendalami ilmu fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad

Ar-Radzakani di kota Thus. Kemudian beliau menjutkan studinya dan

berangkat ke Jurjan untuk menuntut ilmu dari Imam Abu Nashr Al-Isma’ili

dan menulis buku At-Ta’liqat. Selanjutnya Al-Ghazali pergi ke kota

Naisabur untuk berguru kepada Imam Haramain Al- Juwaini(Asmaran,

2002:331).

Di kota Naisabur, Al-Ghazali dikenal tekun dan seorang yang inovatif,

sehingga ia berhasil menguasai fikih madzhab Syafi’i, Khilafiyah

(perbedaan seputar agama), retorika ( keterampilan berbahasa), logika dan

filsafat. Al-Ghazali banyak memahami perkataan para ahli ilmu dan

membantah yang menyelisihnya. Kemudian menyusun buku yang membuat

kagum Al-Juwaini (Yon, 2014:8).

Al-Ghazali dikenal sebagi orang yang cerdas, pengetahuannya luas,

hafalan sangat kuat, jauh dari keraguan dan bisa memahami makna secara

mendalam.Setelah Imam Haramain Al-Juwaini meninggal dunia, Al-Ghazali

pergi ke perkemahan Wazir Nizdamul Malik, yaitu tempat bekumpulnya

para ahli ilmu.Sejak saat itulah Al-Ghazali diakui dalam berbagai forum

diskusi, karena pemikiran dan perkataanya yang mendalam.Nidzamul Malik

kemudian mengangkatnya sebagai pengajar di madrasahnya di Baghdad dan

memerintahkannya untuk pindah kesana. Kemudian pada tahun 484 H Al-

Ghazali pergi ke Baghdad untuk mengajar di madrasah An-Nidzamiyah

pada usia tiga puluh tahun. Di madrasah An-Nidzamiyah kemampuannya

berkembang dan terkenal, ia mendapatkan otoritas mengajar dan

Page 4: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

18

menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan

fatwa (Bangun, 2013:155-156).

Al-Ghazali merupakan tokoh yang termasyhur karena kepandaiannya,

sehingga pada zamannya tidak ada yang menandinginya.Tetapi

kemasyhuran tersebut ditinggalkannya lalu keluar dari An-Nidzamiyah

menuju baitullah di Makkah.Disanalah kemudian pada tahun 488 M, Al-

Ghazali menunaikan ibadah haji.Sepulang dari Makkah Al-Ghazali pergi ke

Palestina untuk mengunjungi baitul maqdis. Di Damaskus, ia

berkontemplasi di sebuah masjid jami’ tepatnya di menara sebelah barat dan

kemudian menetap disana.

Pada suatu hari Al-Ghazali memasuki Madrasah Aminah dan mengajar

disana.Pengajar disana pernah berkisah bahwa Ketika mengajar Al-Ghazali

khawatir jika pada suatu hari nanti muncul kekaguman dalam dirinya

sendiri.Maka, Al-Ghazali meninggalkan Damaskus dan bepergian hingga

pelosok negeri, selanjutnya ke Mesir kemudian ke Iskandariyah dan

menetap beberapa waktu disana. Al-Ghazali pernah ingin menemui Sultan

Maghribi yang terkenal adil akan tetapi, sultan tersebut sudah meninggal

(Yon, 2014:10).

Kemudian Al-Ghazali meneruskan perjalanannya ke Khurasan, di

samping mengajar beberapa saat di Universitas Nidzamiyah di Naisabur, Al-

Ghazali kembali ke tanah kelahirannya yaitu Thus, di Thus Al-Ghazali

mendirikan madrasah untuk calon-calon ahli fikih yang bersebelahan dengan

rumahnya, didirikan juga serambi-serambi untuk kaum sufi. Waktunya

dihabiskan untuk mempelajari Al-Qur’an, menjadi pembicara di forum-

Page 5: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

19

forum, mengajar, dan melaksanakan shalat , puasa, zakat, dan ibadah-ibadah

lainnya hingga wafat (Asmaran, 2002:334). Al-Ghazali terkenal sebagai

Hujjatul Islam karena mempunyai daya ingat yang kuat dan dan bijak dalam

berhujah. Dia sangat dihormati di dua kerajaan yaitu Saljuk dan Abbasyiah

yang merupakan kebesaran islam saat itu.

Abul Farj Al-Jauzy dalam bukunya, At-Tsabat ‘indal Mamat,

mengatakan bahwa Saudara laki-laki Al-Ghazali pernah mengisahkan

bahwa,” Suatu subuh di hari senin, saudaraku Abu Hamid seusai berwudhu

dan melakukan shalat berkata,” Tolong ambilkan aku kain kafan! Lalu,

diciumnya kain kafan itu diletakkan diatas kedua matanya, seraya berkata,

taat dan patuh menuju Sang Raja Diraja! Kemudian, Abu Hamid

merentangkan kakinya menghadap kiblat.Berikutnya Allah benar-benar

mengambil nyawanya (Machmudi, 2014:11).

2. Karya-karya Al-Ghazali

Jumlah Karya Al-Ghazali mencapai 300 kitab, diantara kitab yang terkait

dengan tema pembahasan ini adalah :

Tahāfutul falāsifah( kekacauan pikiran para filusuf) buku ini

dikarang sewaktu berada di Baghdad saat jiwanya dilanda keraguan.

Dalam buku ini Al-Ghazali mengancam keras para filosof dan filsafat.

Ihyā’ Ulūmuddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama). Kitab ini

merupakan karyanya yang terbesar selama beberapa tahun, dalam

keadaan berpindah-pindah antara Damaskus, Yerusalem, Hijaz, dan Thus

yang berisi panduan fiqih, tasawuf dan filsafat.

Page 6: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

20

Al-Munqidz minadh-dhalāl (penyelamat dari kesesatan). Kitab

ini merupakan sejarah perkembangan pemikiran Al-Ghazali sendiri dan

merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan

menuju Tuhan.

Miksyāt al-Anwār (lampu yang bersinar), kitab ini berisi

pembahasan tentang akhlak dan tasawuf.

Minhaj al-‘Abidīn (jalan mengabdikan diri kepada Tuhan).

Akhlak al abras wan-najah minal asyār (akhlak orang-orang

yang baik dan keselamatan dari kejahatan).Az-zariyah ilā makārim asy-

syāhi’ah (jalan menuju syariat yang mulia) ( Bangun, 2013:165).

3. Murid-murid Al-Ghazali

Al-Ghazali memiliki banyak murid, karena dia mengajar di madrasah

An-Nidzamiyah di Naisabur, diantara murid-muridnya adalah sebagai

berikut :

1) Abu Thahir Ibrahim Ibn Muthahir Al-Syebbak Al Jurjani (w.513 H).

2) Abu Fath Ahmad Bin Ali Bin Muhammad Bin Burhan (474-518 H),

semula ia bermazhab Hambali, kemudian setelah ia belajar kepada

Al-Ghazali, ia bermadzhab Syafi’i.

3) Abu Thalib, Abdul Karim Bin Ali Bin Ali Tholib Al-Razi (w.522 H),

ia mampu menghafal kitab ihya’ ulumuddin karya Al-Ghazali. Di

samping itu, ia juga belajar fiqih kepada Al-Ghazali.

4) Abu Hasan Al-Jamal Al-Islam, Ali Bin Musalem Bin Muhammad

Assalami (w.541 H). karyanya adalah Ahkam Al-Khanatsi.

Page 7: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

21

5) Abu Mansyur Said Bin Muhammad Umar (462-539 H), ia belajar

fiqih pada Al-Ghazali sehingga menjadi ulama’ besar di Baghdad.

6) Abu Al Hasan Sa’ad Al-Khaer Bin Muhammad Bin Sabil Al Anshari

Al Maghribi Al Andalusi (w.541 H). ia belajar Fiqih pada Al-

Ghazali.

7) Abu Said Muhammad Bin Yahya Bin Mansyur Al Naisabur (476-

584 H), ia belajar Fiqih pada Al-Ghazali. Diantara karyanya yaitu Al-

Mukhit Fi Sarhil Washith Fi Masāil, Al Khilaf.

8) Abu Abdullah Al Husain Bin Hasr Bin Muhammad (466-552 H), ia

belajar fiqih pada Al-Ghazali (Bangun, 2013:167).

4. Awal Mula Kesufian Al-Ghazali

Pada awalnya isu-isu ilmu kalam telah membuat golongan munafik

menimbulkan keraguan terhadap akidah islam dan pegangan umat islam.

Kemudian didorong rasa tanggung jawab Al-Ghazali bangun menentang

musuh-musuh islam tersebut. Pada masa tersebut tidak ada ulama yang

berani menentang falsafah sebagai senjata untuk melemahkan akidah umat

islam. Al-Ghazali menentang hujah-hujah golongan tersebut. Awalnya Al-

Ghazali tidak mengetahui yang berkaitan dengan ilmu falsafah akan tetapi

dengan segala ketekunan Al-Ghazali belajar ilmu falsafah Yunani. Dengan

kesibukan mengajar ilmu agama pada masa luangnya Al-Ghazali

menyempatkan mempelajari falsafah tanpa guru yang terkenal di

bidangnya.Kurang dari dua tahun Al-Ghazali sudah banyak mempelajari

ilmu falsafah.Al-Ghazali memberikan sumbangan besar dalam bidang ini

Page 8: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

22

khususnya berkaitan dengan falsafah Yunani yaitu tentang ketuhanan Allah

Swt (Bangun, 2013:159).

Setelah menganalisis ilmu yang falsafah yang dipelajarinya Al-Ghazali

membagi golongan yang membahas falsafah menjadi tiga golongan ;

pertamaatheis, kedua, natural, ketiga teologi. Golongan yang pertama

adalah golongan yang mengingkari wujud pencipta di seluruh alam

ini.Golongan kedua adalah golongan ilmuan yang mengkaji berkaitan

dengan tabiat, kejadian, dan anatomi manusia, tumbuhan serta hewan.

Golongan kedua ini menganggap apabila mati mereka tidak akan hidup

kembali, justru mereka menafikan kehidupan akhirat. Golongan ketiga

adalah ahli teologi yaitu ahli yang membincangkan soal-soal ketuhanan

Plato, aristoteles, dan sokrates, golongan ini membahas perkara-perkara

berkaitan dengan tuhan yang bersumber dari akal (Asmaran, 2002:338).

Al-Ghazali kemudian membongkar keburukan ilmu falsafah padahal ia

mempelajari ilmu falsafah tersebut. Kemudian,mulai ragu terhadap ilmu

falsafah karena di dalam ilmu falsafah banyak yang mengagungkan

ketuhanan Yunani tapi berdasarkan akal dan menyerang habis-habisan ilmu

falsafah Yunani.begitu juga dengan tasawuf, ia akan membersihkan

tasawuf dari perkara-perkara yang keluar dari agama islam yang

sebenarnya. Pada masa itu setelah penelitian yang kritis Al-Ghazali mulai

menemukan ahli sufi yang tidak pada jalannya karena ilmu yang kurang

serta pengetahuan yang kurang kepada tasawuf. (Bangun,

2013:160).Setelah membongkar kesalahan falsafah tersebut Al-Ghazali

mulai ragu terhadap ilmu yang digelutinya selama ini.Keraguan-keraguan

Page 9: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

23

itu terus–menerus menimpa Al-Ghazali seperti suatu penyakit yang

sungguh pedih selama hampir dua bulan.Setelah kesehatan intelektualnya

sembuh.Kemudian diam-diam Al-Ghazali berusaha untuk keluar dari

Baghdad.Dia berpura-pura hendak pergi ke Syam dan menetap selama dua

tahun. Tanpa melakukan apapun selain membersihkan jiwanya,mendidik

akhlaknya dan menyucikan hatinya dengan berdzikir. Sepanjang hari

senantiasa ber-I’tikaf di menara masjid Jami’ damaskus (Halim, 1997:18).

Setelah tidak puas menetap disana maka pada tahun 1098 M, al-ghazali

pergi ke palestina untuk mengunjungi Hebron dan Yerussalem. Dia berdoa

di dalam masjid baitul maqdis memohon kepada Tuhan supaya diberi

petunjuk sebagai yang dianugrahkan kepada nabi. Kemudian di padang

sahara dan kemudian menuju kairo mesir, yang merupakan pusat kedua

bagi kemajuan dan kebesaran islam setelah kota bagdad, dari sinilah dia

menuju iskandariyah. Kemudian menuju makkah untuk melaksanakan

ibadah haji dan ziarah ke makam Rasulullah Saw. Setelah itu berpetualang

selama sepuluh tahun setelah meninggakan kota Baghdad. Pada tahun 1105

M al-ghazali pulangke Naisabur untuk mengajar di universitas nizamiyah,

akan tetapi, tidak bertahan lama mengajar disana kemudian kembali ke

Thus tanah kelahirannya untuk mengasuh dan mendirikan pesantren

(Asmaran, 2002:333-334).

Page 10: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

24

B. KONSEP CINTA MENURUT PEMIKIRAN AL-GHAZALI

1. Pengertian Cinta

a. Ayat Al-Qur’an tentang cinta

Al-Ghazali menyebutkan firman Allah dan hadist rasulullah yang

menjadi dasar cinta kepada allah cinta yang paling utama adalah Al

Baqarah ayat 165 yaitu:

Waminan’-nāsi man-yattakhidzu min dūni’L-Lāhi andādan-

yuchibbūnahum kachubbi’L-Lāhi wal-ladzīna āmanū

asyaddu chubbaL-Li’L-Lāhi walaw yaral-ladzīna zhalamū

idz yaraunal-‘adzāba an-nal quwwata Li’L-Lāhi jamī’ān wa

anna’-Lāha syadīdul-‘adzāb.

Artinya: Dan di antara manusia ada orang-orang yang

menyembah tandingan-tandingan selain Allah mereka

mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun

orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.Dan jika

seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui

ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa

kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah

amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Al

Baqarah :165).

Page 11: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

25

Ayat diatas yang menunjukkan tentang cinta adalah

Waminan’-nāsi man-yattakhidzu min dūni’L-Lāhi andādan-

yuchibbūnahum kachubbi’L-Lāhi)

Artinya: Dan di antara manusia ada orang-orang yang

menyembah tandingan-tandingan selain Allah mereka

mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.

Maksud dari Ayat diatas adalah menjadikan cinta kepada allah

sebagai syarat keimanan. Seperti saat rasulullah ditanya oleh sahabatnya,

Abu Razin Al-‘Uqaili,” Wahai rasulullah, apakah keimanan itu ? Beliau

menjawab :” Menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih engkau cintai

daripada yang lain .” (H.R Ahmad) (Yon, 2014:14). Allah ‘azza wa jalla

berfirman,

Kul in kuntum tuchibbūna’L-Lāha fat-tabi’ūnī

yuchbibkumu’L-Lāhu wa yaghfir lakum dzunūbakum wa’L-

Lāhu ghafūrur-rachīm.

Artinya, “Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai

Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)Ku, niscaya Allah

mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali ‘Imran: 31)

Ayat diatas menunjukkan bahwa jika manusia mencintai Allah harus

mengikuti perintah allah dan menjauhi larangannya. Jika sudah mengikuti

Page 12: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

26

perintah allah maka allah akan mencintai dan memberikan kasih

sayangnya kepada manusia yang mencintai Allah.

b. Pengertian cinta menurut para ahli

Cinta merupakan satu bagian terpenting dalam perasaan manusia.

Cinta merupakan refleksi hati yang dengannya seseorang cenderung dan

tertarik kepada yang lain (Irham, 2008:7).

Cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada),

ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tetarik hatinya.Sedangkan kata

kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas

kasihan.Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga

kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan

sebagai perasaan suka(sayang) kepada seseorang yang disertai dengan

menaruh belas kasihan ( kamus besar bahasa indonesia karya w.j.s.

poerwadarminta). Cinta adalah sesuatu yang abstrak tapi bisa dirasakan

atau dinikmati hasilnya.Cinta yang sesungguhnya adalah cinta kepada

Allah.Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun

terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih mengandung

pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya dengan

kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah yang dapat

diwujudkan secara nyata.

Cinta merupakan satu bagian terpenting dalam perasaan

manusia.Cinta merupakan refleksi hati yang dengannya sseorang

cenderung dan tertarik kepada yang lain (Irham, 2008:7). Realita yang

Page 13: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

27

terjadi dalam kehidupan ini memberitahukan bahwa cinta yang tertanam

dalam hati dua insan maka cinta tersebut akan mewarnai kehidupannya.

Jalaludin Rumi mengatakan cinta adalah penyembuh bagi

kebanggaan dan kesombongan, dan pengobat bagi seluruh kekurangan

diri. Hanya merekalah yang berjubah cinta sajalah yang sepenuhnya tidak

mementingkan diri (Nicholson, 2000:83). Cinta adalah naluri Ilahi dari

jiwa yang kemudian mendorong untuk menjadi sifat dan tujuan

(Nicholson, 2000:90). Menurut Al-Ghazali cinta adalah suatu

kecondongan naluri kepada sesuatu yang menyenangkan (Halim,

2000:34).

Cinta memegang peran yang penting dalam kehidupan manusia,

sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan,

pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat

dimasyarakat, dan hubungan manusiawi yang akrab.Demikian pula cinta

adalah pengikat yang kokoh antar manusia dengan tuhannya sehingga

manusia menyembah tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintahnya, dan

berpegang teguh pada syariatnya.

Menurut Kamus Al-Munawwir kata cinta dalam bahasa arab

adalah ُحبٌّ ِعْشٌق, َهَوىchubbun, ‘isyqun, hawā .Penelitian ini membahas

pengertian khusus dalam meneliti konsep cinta berdasarkan dasar-dasar

cinta, Sebab-sebab cinta, tanda-tanda cinta dan hal-hal yang paling ditakuti

oleh pecinta. Di bawah ini akan dijelaskan semuanya yaitu :

Page 14: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

28

2. Dasar-dasar Cinta menurut Al-Ghazali

Pada dasarnya Al-Ghazali mengungkapkan konsep cinta tersebut

dengan proses pemikiran dan penghayatan kejiwaan dan pengaruh

lingkungan Al-Ghazali yang keluarga dan masyarakat persi masa itu

merupakan pemikir sufisme. Karena sejak kecil dia telah mempunyai

pemikiran positif serta memahami intuisi tasawuf secara mendalam.Tujuan

adanya konsep cinta menurut Al-Ghazali tersebut adalah memberikan

pengalaman kepada manusia mengenai konsep cinta yang diungkapkan

Al-Ghazali.

Pada konsep cinta tersebut sama halnya mistisisme yang merupakan

cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dibawah ini akan dijelaskan

mengenai dasar-dasar cinta yang diungkapkan Al-Ghazali yaitu :

a. Cinta tidak akan terjadi tanpa pengenalan (makrifat) dan

pengetahuan (idrak).

Manusia hanya mencintai sesuatu yang dikenalnya, karena itulah

benda mati tidak mempunyai rasa cinta seperti manusia.Karena cinta

merupakan sesuatu keistimewaan yang dialami oleh makhluk hidup yang

mampu saling mengenali objeknya sendiri-sendiri. Objek pengetahuan

tersebut dibagi Al-Ghazali menjadi tiga yaitu : pertama yang memiliki

keserasian dan menimbulkan kenikmatan terhadap subjek yang

mengetahuinya, yang kedua , yang tidak menimbulkan efek penderitaan

maupun kenikmatan terhadap subjek yang mengetahuinya, ketiga, yang

menimbulkan pertentangan, kebencian, dan penderitaan (Ridha, 2013:18).

Setiap objek yang menimbulkan kenikmatan akan di cintai oleh subjek

Page 15: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

29

yang melihatnya, dan setiap yang merugikan akan dibenci oleh subjeknya

juga.

Jadi, setiap kenikmatan akan dicintai oleh orang yang bisa

merasakan kenikmatan tersebut. Sesuatu yang dicintai akan menjadi objek

kecenderungan jiwa untuk mendekatinya. Sesuatu yang dibenci akan

menjadikan kecenderungan jiwa untuk menjauhinya (Ridha, 2013:20).

Dengan demikian dapat diartikan berarti cinta yang dimaksud pada

penjelasan ini adalah sesuatu yang menguntungkan yang membuat Sesuatu

itu di dekati.

b. Cinta terwujud sesuai dengan pengenalan dan pengetahuan

memerlukan pembuktian.

Setelah terjalin pengenalan dan pengetahuan kemudian akan

terbagi sesuai dengan pengetahuan pancaindra. Setiap pancaindra akan

memiliki persepsi masing-masing dari objek yang diterimanya. Kemudian

timbul kecenderungan untuk mendekati objek tersebut. Sebagai contoh,

mata melihat sesuatu yang indah,cantik, dan yang mempesona. Sedangkan,

indra penciuman mencium sesuatu yang harum dan wangi, kenikmatan

rasa mersakan sesuatu yang enak dan lezat, kenikmatan indra peraba

menyentuh Sesuatu yang halus dan lembut (Ridha, 2013:20).

Setiap pancaindra merasakan nyaman dan kenikmatan masing-

masing dari objek yang ditangkapnya.Kenikmatan itulah yang

mendatangkan kecenderungan hati untuk mendekati dan mencintai (Yon,

2014:22). Nabi bersabda,” Yang kucintai di dunia ini ada tiga hal yaitu

wewangian, wanita dan shalat.”Seperti disebutkan,wewangian termasuk

Page 16: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

30

hal yang dicintai. Indra penglihatan dan indara pendengaran tidak berperan

dalam menyerap bau wangi tersebut, tapi yang berperan hanya indra

penciuman. Shalat termasuk kenikmatan yang paling dicintai. Kelima

indera yang tidak berperan dalam menyerap kenikmtan shalat, tetapi hanya

mata hati sebagai indra keenam yang merasakannya (Rashid, 2013:21).

Akan tetapi jika cinta hanya terbatas pada panca indera, tidak dapat

mencintai dan di cintai Allah karena tidak akan bisa mengenal dan

mencintai Allah.

Dalam indera keenam atau mata hati hanya terdapat pada

manusia.indera tersebut disebut dengan akal, nurani atau hati yang

menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain yang menjadikan

manusia mempunyai derajat paling tinggi dimata Allah (Yon, 2014:23).

Maka dari itu penglihatan mata hati lebih kuat dibandingkan dengan

penglihatan mata biasa.Karena itu, mata hati bisa merasakan nikmat dan

kemuliaan daripada panca indera.

c. Manusia pasti mencintai dirinya sendiri

Manusia memang mencintai dirinya sendiri. Walaupun biasanya

mencintai orang lain karena dirinya sendiri. Manusia mencintai dirinya

untuk kelangsungan hidupnya kelak, dan menghindari sesuatu yang bisa

menghancurkan kelangsungan hidupnya (Rashid, 2013:22). Manusia

mencintai dirinya untuk kelangsungannya akan tetapi manusia takut akan

kematian. Manusia takut akan kehidupan yang membuat hidupnya

mengalami kepedihan dan penderitaan (Yon, 2014:25).

Page 17: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

31

Selain kelangsungan hidup, yang diinginkan manusia adalah

kesempurnaan hidup. Tubuh yang sehat, harta yang banyak, keturunan

yang membanggakan, dan bentuk kesuksesan yang lain (Yon, 2014:26).

Semua itu sudah menjadi tabiat manusia yang ingin selalu sempurna, tidak

sempurna dimata Allah tapi dimata manusia yang lain.

“ dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada

sunnatullah.” (QS. Al-Ahzab:62)

Hal diatas merupakan penjelasan mengenai esensi cinta menurut

Al-Ghazali.Sufyan Ats-Tsauri berkata,” Cinta itu mengikuti

Rasulullah.”Cinta Rasulullah selalu penuh dengan inspirasi dan penuh

dengan cinta yng sesungguhnya kepada Allah.

3. Sebab-sebab cinta

Al-Ghazali juga menguraikan lebih jauh tentang hal-hal yang

menyebabkantumbuhnya cinta. Pada gilirannya, sebab-sebab tersebut akan

mengantarkan seseorang kepada cinta sejati, yaitu cinta kepada Tuhan

Yang Maha Mencintai. Sebab-sebab cinta menrut Al-Ghazali adalah

sebagai berikut:

a. Cinta terhadap diri sendiri serta kekekalan, kesempurnaan dan

kelangsungan hidup.

Manusia mencintai dirinya sendiri, ini merupakan cinta yang pertama

yang dimiliki manusia.Kemudian mencintai kekekalan, kesempurnaan

dan kelangsungan hidup. Seiring dengan itu, manusia juga membenci

kehancuran,ketiadaan,kekurangan dan hal lain yang menghalangi

kesempurnaan hidupnya (Rashid, 2013:38). Hal tersebut merupakan

watak manusia yang selalu ingin kesempurnaan dalam hidupnya.

Page 18: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

32

Manusia menyukai semua itu bukan karena wujudnya , tapi karena semua

itu membuat hidupnya sempurna (Yon, 2014:29).

Pada gilirannya akan menuntut cinta yang tertinggi yaitu cinta

kepada Tuhan. Orang yang mengenal Tuhannya ia akan mengenal bahwa

sesungguhnya ia tidak memiliki dirinya. Keberadaan diri, kelangsungan

hidup, dan kesempurnaan dirinyaadalah dari,untuk dan sebab Tuhan

(Rashid, 2013:38). Hal yang paling menjadi pusat perhatian manusia

adalah kelangsungan hidupnya karena ia ingin ada yang meneruskan

hidupnya. Karena manusia sadar bahwa tidak akan hidup selamanya dan

anak yang akan menggantikan posisinya.

Akan tetapi, jika manusia diberikan pilihan anak atau dirinya yang

dibunuh, dalam kondisi yang normal dia akan memilih dirinya sendiri

daripada kelansungan hidup anaknya. Rasa cinta manusia kepada kerabat

dan saudara merupakan cinta yang didasarkan pada kesempurnaan dirinya

sendiri. Al-Ghazali mengibaratkan keberadaan harta,anak,kerabat,dan

faktor yang itu merupakan pelengkap bagi eksistensi manusia dan

kesempurnaan hidupnya. Semua cinta terlahir secara alami, karena hal

yang dicintai oleh makhluk hidup adalah eksistensi dan kesempurnaan

dirinya dan yang paling dibenci adalah kebalikan dari keduanya(Yon,

2014:30).

b. Cinta terhadap kebaikan.

Manusia diciptakan dari fitrah yang baik dan diciptakan suka

terhadap hal yang baik. Begitu juga hati, ia cenderung cinta terhadap

orang yang berbuat baik kepadanya dan membenci orang yang berbuat

Page 19: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

33

jahat. Orang yang baik yang dimaksud adalah orang yang suka

menolong,cukup harta,tenaga, ilmu, dan faktor lain yang dapat

mengukuhkan kelangsungan hidup sesama dan memberikan manfaat bagi

kelestarian hidupnya. (Yon, 2014:31). Contohnya ketika sedang

kesusahan untuk membayar kontrakan ada orang yang membantu

memberikan pinjaman, dengan begitu manusia akan mencintai orang

yang berbuat baik pada dirinya.

Untuk yang bersifat duniawi hal itu merupakan kebaikan yang

tidak ikhlas. Jika manusia mengenal Tuhannya pasti ia mencintai dan

tidak akan ada yang berbuat baik kecuali Tuhan. Karean manusia tidak

akan bisa menghitung kebaikan Tuhan yang diberikan kepada manusia

(Rashid, 2013:42).

Sebagaimana firman-Nya:“Dan jika kalian menghitung

nikmat Tuhan, maka kalian tidak akan mampu menentukan

jumlahnya.”

Sebenarnya orang yang mencintai kebaikan tersebut karena

terpaksa karena mencintai kebaikan yang bermanfaaat untuk dirinya, kan

tetapi jika manfaat tersebut sudah habis rasa cinta tersebut juga kan

hilang dengan sendirinya. Imam Junaid Al-Baghdadi berkata: Setiap cinta

yang ditopang dengan imbalan akan musnah jika imbalanya itu sirna.”

(Yon, 2014:31).

Contohnya : manusia tidak akan memberikan hartanya ke tangan

orang lain kecuali tujuan tertentu. Tujuan tersebut yang ingin dituju dan

diperoleh. Faktor yang menyebabkan manusia mempunyai tujuan tersebut

adalah pertama, ia sebenarnya terpaksa karena Tuhan telah menimbulkan

Page 20: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

34

di dalam dirinya motif-motif yang mendorongnya untuk memberkan

harta. Sementara ia tidak mampu menentang dorongan tersebut. Yang

kedua, ia memperoleh pengganti dari harta yang telah ia berikan sebagai

keuntungan yang lebih besar dan lebih disukai (Rasyid, 2013:44). Kedua

faktor tersebut yang menjadikan manusia mencintai orang yang berbuat

baik dengan motif tujuan tertentu.

c. Mencintai orang yang berbuat baik walaupun kebaikannya tidak

dirasakan.

Dalam hal ini mencintai orang yang berbuat baik walaupun

kebaikannya tidak dirasakan merupakan sifat yang dimiliki oleh manusia

walaupun hal tersebut tidak ada keuntungan untuk manusia tersebut.Akan

tetapi, hal tersebut dinamakan cinta karena cenderung mencintai sesuatu

tanpa keuntungan darinya. Cinta yang demikian itu akan membuat

manusia untuk mencintai Allah juga. Misalnya, ada seorang raja yang

kaya dan dermawan ketika mendengar cerita dari orang lain akan

kebaikan raja tersebut pasti manusia akan cinta kepadanya walaupun

kebaikan tersebut tidak dirasakan hanya di dengarnya dari orang lain.

Contoh diatas merupakan cinta kepada orang yang berbuat baik

bukan karena kebaikan itu dirasakan seseorang akan tetapi hanya

didengarnya. Dalam hal ini sesorang mencintai bukan tanpa sebab akan

tetapi ada sebab yang melatarbelakangi cinta tersebut. Akan tetapi,

sebenarnya yang memberikan kebaikan itu kepada manusia adalah Allah

karena Allah yang memberikan kebaikan kepada seluruh alam semesta

dan kepada semua jenis makhluk. Kebaikan Allah tersebut berwujud,

Page 21: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

35

pertama, pada penciptaan makhluk yang ada di alam semesta, kedua,

penyempurnaan diri dengan anggota-anggota badan dan sebab-sebab

yang termasuk hal-hal vital, ketiga, penganugrahan fasilitas dan

kenikmatan yang ada pada mereka, keempat, penganugrahan keindahan

dengan keistimewaan dan kelebihan yang relatif merupakan faktor-faktor

yang memperindah diri makhluk tersebut (Rasyid, 2013:46-47). Pada

dasarnya dari keempat faktor tersebut merupakan penciptaan Allah yang

sempurna kepada makhluk di alam semesta dan Allah yang maha

sempurna tidak ada yang sempurna selain diri-Nya.

d. Keindahan dan kecantikan

Penyebab lahirnya cinta yang selanjutnya adalah berkaitan dengan

Keindahan dan kecantikan .Al-Ghazali menyatakan bahwa sebagian besar

orang menganggap bahwa kecantikan pada manusia hanya karena

keserasian bentuk dan warna kulit yang putih bersemu merah. Seseorang

disebut cantik bial tubuhnya proposional tinggi semampai dan berkulit

putih kemerahan (Yon, 2014:33). Pada dasarnya manusia memandang

keindahan dari lahiriah saja, yang bisa dilihat mata.Maka dari itu, sesuatu

yang tidak bisa dilihat tidak disukai dan dicintai.

Orang yang mencintai Rasulullah Saw, Abu Bakar Shidiq,Imam

Syafi’i, sebenarnya mencintai mereka bukan karena lahiriyah dari diri

mereka. Hal itu bukan karena keindahan dalam hal fisik mereka atau

bentuk perbuatan mereka.Keindahan perbuatan mereka menunjukkan

keindahan sifat-sifat mereka yang menjadi sumber perbuatan tersebut.

Dengan kata lain, perbuatan-perbuatan tersebut merupakan pengaruh

Page 22: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

36

yang ditimbulkan dan ditunjukkan oleh keindahan sifat-sifat mereka

(Rasyid, 2013:49). Seperti halnya orang yang melihat keindahan

karangan dari seorang pengarang, keindahan syair, keindahan seni ukir

dan lain sebagainya.

Setiap objek pengetahuan yang merupakan keindahan hal tersebut

mulia dan sempurna, maka yang menghasilkan keindahan tersebut mulia

dan indah juga.objek pengetahuan yang palinga mulia adalah

Allah.Maka, ilmu yang indah adalah mengenal (Makrifat) Allah. Begitu

pula, ilmu yang dikhususkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka

kemuliaan ilmu itu bergantung pada kadar keterkaitannya dengan Allah.

Karena itulah sifat orang-orang yang lurus yang secara naluriah dicintai

oleh hati terpusat pada tiga hal yaitu:

Ilmu mereka tentang Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab

suci-Nya, rasul-rasul-Nya dan syariat-syariat para nabi.

Kekuasaan mereka untuk memperbaiki diri mereka dan orang

lain dengan peraturan dan kebijakan politik.

Kesucian diri mereka dari sifat-sifat hina dan kotor serta dari

hawa nafsu yang bisa mengalahkan dan menjauhkan mereka

dari jalan kebaikan lalu menjerumuskan mereka ke jalan

kejahatan (Rasyid, 2013:49-50).

e. Keserasian antara orang yang mencintai dan yang dicintai.

Keserasian antara orang yang mencintai dan yang dicintai hal ini

terjadi karena sesuatu yang menyerupai hal tersebut sehingga menimbulkan

ketertarikan diantara keduanya. Suatu bentuk ketertariakn cenderung

Page 23: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

37

menyukai bentuk lain yang menyerupainya. Seperti halnya, anak kecil yang

suka bergaul denagn anak kecil seumurannya, orang dewasa senang bergaul

dengan orang dewasa juga (Rasyid, 2013:58). Cinta lahir karena kesamaan

karakter jiwa. Mereka saling melengkapi dan jiwa yang sama atau berbeda

bila saling melengkapi akan saling mencintai. Sebagaimana yang dikatakan

Imam Junaid Al-Baghdadi “Allah mengharamkan cinta kepada orang yang

punya permusuhan sebab cinta selalu kompak dan menyatukan” (Yon,

2014:34).

Saling mengenal berarti terdapat kesesuaian, tidak saling mengenal

berarti terdapat perbedaan. Sebab inilah yang menimbulkan cinta kepada

Allah, kesesuaian batin yang tidak berdasarkan keserupaan gambaran dan

bentuk lahiriyah, tetapi berdasarkan pengertian-pengertian batiniyah

(Rasyid, 2013:59).

Sebagian hal tentang kesesuaian batiniah ini merupakan misteri

dalam dunia tasawuf yang menurut al-Ghazali tidak boleh diungkapkan

secara terbuka. Sedangkan sebagian lagi boleh diungkapkan, seperti bahwa

seorang hamba boleh mendekatkan diri kepada Tuhan dengan meniru sifat-

sifat Tuhan yang mulia, misalnya ilmu, kebenaran, kebaikan, dan lain-lain.

Terkait dengan sebab keserasian dan kecocokan ini, satu hal yang

perlu digarisbawahi adalah bahwa Allah tidak akan pernah ada yang

mampu menandingi atau menyerupainya. Keserasian yang terdapat dalam

jiwa orang-orang tertentu yang dipilih oleh Allah, sehingga ia mampu

mencintai Allah dengan sepenuh hati, hanyalah dalam arti metaforis

Page 24: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

38

(majazi). Keserasian tersebut adalah wilayah misteri yang hanya diketahui

oleh orang-orang yang betul-betul mengalami cinta ilahiah.

Semua yang mengenai sebab-sebab cinta yang diutarakan Al-

Ghazali ada lima sebab-sebab cinta yang bila semuanya terkumpul dalam

hati seseorang, akan bertambah kecintaannya dan berlipat ganda perasaan

sukanya. Semua sebab-sebab cinta diatas dapat dipahami bahwa pada

hakikatnya obyek dari cinta adalah Allah dan tidak ada sesuatupun yang

berhak dicintai kecuali Allah.

Tanda cinta merupakan hal yang subjektif, satu orang dengan orang

yang lainnya akan memaknai tanda tersebut dengan berbeda. Tanda cinta

tersebut membuktikan akan adanya cinta.

4. Tanda-tanda cinta

Pada dasarnya semua orang paham akan cinta akan tetapi belum paham

mengenai cinta. Selama Allah belum menguji seseorang maka belum

dinamakan itu cinta karena di dalam cinta perlu adanya bukti yaitu bisa

melalui cobaan atau ujian yang akan dijalaninya. Dibawah ini akan

dijelaskan mengenai tanda-tanda cinta itu sendiri. Yaitu:

a. Menyukai pertemuan dengan kekasih.

Menyukai pertemuan dengan kekasih hal ini dengan cara

tersingkapnya tabir (Kasyf) dan penyaksian di akhirat kelak. Seseorang

dikatakan tidak mencintai kekasihnya jika tidak suka melihat dan bertemu

dengannya. Karena tidak ada jalan untuk melihat dan bertemu

denganTuhan kecuali meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya

melalui kematian (Rasyid, 2013:147). Kematian merupakan kunci untuk

Page 25: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

39

bertemu dengan Allah.Rasulullah Saw bersabda,” barangsiapa mencintai

pertemuan dengan Allah niscaya dia kan mencintai pertemuan

dengannya,” (HR Bukhari dan Muslim).Dalam hal ini jihad fi sabillah

kemudian mati syahid merupakan upaya untuk lebih dekat dengan Allah

karena hal tersebut merupakan ujian cinta dari Allah.

Abu Bakar Ash-Sidiq pernah berwasiat kepada sahabatnya yaitu

Umar Ra,” kebenaran itu berat, tapi seiring beratnya kebenaran ada

kenikmatan didalamnya. Sementara kebatilan itu ringan, tapi karena

ringannya itulah ia penuh penyakit. Jika kau menjaga wasiatku ini, tidak

ada hal ghaib yang lebih kau cintai daripada kematian yang tidak

terelakkan.Tapi, kalau kau sia-siakan wasiatku ini, tidak ada hal ghaib

yang lebih kau benci daripada kematian, yang kau tak mungkin menolak

kedatangannya.”(Rasyid, 2013:253). Wasiat Abu Bakar Ash-Shidiq

tersebut merupakan pesan kepada semua manusia untuk tidak tidak akan

kematian karena kematian merupakan wujud cinta Allah kepada manusia.

Akan tetapi, manusia zaman sekarang takut akan kematian karena

kematian memutuskan manusia sehingga tidak bisa bertemu dengan

keluarga,sahabat serta tidak bisa menikmati keindahan dan kenikmatan

dunia, tetapi hal paling ditakuti manusia adalah banyaknya dosa, belum

mempersiapkan sesuatu jika bertemu dengan kekasihya dan takut jika

masuk neraka.

Benci atau takut terhadap kematian tidak menghilangkan

kesempurnaan cinta Allah kepada manusia. Setelah tanda cinta yang

pertama yaitu menyukai pertemuan dengan kekasih selanjutnya akan

Page 26: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

40

dijelaskan mengenai tanda cinta yaitu lebih mengutamakan kekasih,

karena hal tersebut akan menjadiakan kekasih lebih mencintainya.

b. Lebih mengutamakan apa yang dicintai kekasih.

Seorang yang mencintai kekasihnya baik secara lahir maupaun

batin, akan lebih mengutamakan apa yang di cintai kekasihnya. Ia akan

mencintai kekasihnya melebihi apa yang dicintainya. Maka ia kan rela

mengerjakan kebaikan-kebaikan walaupun berat dan menjauhkan diri dari

maksiat. Ia lebih memilih mendekatkan diri kepada kekasihnya dengan

cara ibadah-ibadah sunah (Yon, 2014:253). Jika orang terus menerus

mengikuti hawa nafsunya, yang ia cintai adalah hawa nafsunya jika oarng

yang sungguh-sungguh mencintai Allah akan meninggalkan hawa

nafsunya sendiri. Seperti syair dibawah ini:

Aku ingin berhubungan dengan-Nya, namun Dia ingin

meninggalkanku Maka, kutinggalkan keinginanku demi

mengikuti keinginan-Nya (Rasyid,2013:152).

Seperti contohnya Nabi Yusuf As dengan Zulaikha yaitu : Setelah

menikah dengan Nabi Yusuf As, Zulaikha senang menyendiri dan

beribadah kepada-Nya.Pada awalnya Zulaikha tergila-gila dengan Yusuf.

Zulaikha yang takluk pada cinta butanya terhadap Yusuf, menghalalkan

segala cara untuk mendapatkannya. Akan tetapi, ketika cahaya hidayah

datang kepadanya, ia menyadari bahwa semua cintanya harus di dasarkan

pada cinta Allah. Setelah mendapatkan cinta Yusuf akan tetapi, Zulaikha

tidak lagi menginginkan Yusuf.

Zulikha berkata kepada Yusuf,” Wahai Yusuf, sungguh aku

mencintaimu sebelum aku mengenl-Nya. Akan tetapi, setelah aku

Page 27: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

41

mengenal-Nya aku lebih mencintai-Nya, hingga tidak ada ruang untuk

selain Dia. Aku tidak ingin ada yang lain sebagai pengganti-Nya.” Yusuf

menjawab,” Sungguh Allah memerintahkanku untuk melakukan itu dan

mengabarkan kepadaku kelak akan lahir dari rahimmu dua ank yang

keduanya akan menjadi nabi.”Zulaikha menjawab,” Jika Allah

memerintahkanku untuk itu, dan menjadikan diriku sebagai jalan untuk

itu, aku akan taat kepada perintah-Nya, hatiku selalu tenang dalam

ketaatan kepada-Nya.” (Yon, 2014:254-255).

Cerita tersebut memberikan pelajaran bahwa jika mencintai

kekasihnya sesorang harus memberikan segala sesuatu yang dimiliki dan

melakukan ketaatan kepada kekasihnya.Seperti yang dilakukan oleh

Zulaikha yang awalnya mencintai Yusuf karena ketampanannya kemudian

mendapatkan hidayah bahwa ketampanan tersebut adalah pemberian Allah

sedangkan Yusuf adalah lantaran untuk memberikan hidayah kepada

Zulaikha.

Al-Ghazali memberikan pengertian bahwa maksiat itu bertentangan

dengan kesempurnaan cinta, bukan merupakan pokok cinta. Seperti

contoh, manusia mengatakan mencintai dirinya dan mengaku mencintai

kesehatannya akan tetapi, memakan makanan yang berbahaya bagi dirinya

sendiri padahal makanan tersebut tidak baik untuk dirinya, seperti setiap

hari makan sesuatu yang berminyak secara berlebihan padahal dalam hal

kesehatan tidak diperbolehkan jika berlebihan, memakan makanan laut

padahal dirinya alergi terhadap hewan laut, meminum khamar hal tersebut

Page 28: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

42

sudah diharamkan dalam Al-Qur’an karena berbahaya bagi tubuh

manusia.

c. Selalu mengingat dan menyebut-nyebut nama kekasih.

Salah satu tanda cinta kepada Allah yang selanjutnya adalah selalu

mengingat dan menyebut-nyebut nama-Nya disaat sedang bahagia ataupun

susah (Rasyid, 2013:156). Seperti halnya seseorang yang sedang jatuh

cinta ia akan selalu menyebut-nyebut dan mengingat orang yang

dicintainya. Begitu juga yang mencintai Allah, akan selalu mengingat dan

menyebut-Nya dengan dzikir , membaca Al-Qur’an serta yang berkaitan

dengan Allah (Yon, 2104:258).

Sahl At-Tustari mengatakan,” Tanda cinta kepada Allah adalah cinta

kepada Al-Qur’an. Lalu, cinta tanda cinta cinta kepada Allah dan Al-

Qur’an adalah cinta kepada Rasulullah. Tanda cinta kepada Rasulullah

adalah dengan mencintai sunahnya.Tanda mencintai sunah adalah cinta

akhirat. Tanda cinta akhirat adalah benci kepada dunia, dan tanda

membenci dunia adalah tidak mengambil darinya kecuali akan menjadi

bekalnya di akhirat” (Rasyid, 2013:154).

d. Merasa tenteram dengan menyendiri dan bermunajad bersama Allah

serta membaca Kitab-Nya.

Mereka adalah orang yang memanfaatkan waktu malam yang sepi

untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah (Yon, 2014:259). Derajat cinta

paling rendah adalah merasa lezat dengan menyendiri bersama sang

kekasih dan merasa nikamat jika bersama-Nya (Rasyid, 2013:158). Akan

tetapi pada keadaan sekarang manusia lebih memilih tidur terlelap hinga

Page 29: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

43

pagi daripada bermunajad kepada Allah, dengan alasan kesibukan yang

banyak dan kelelahan.

Seorang pecinta sejati tidak lagi merasa terganggu oleh kehidupan

duniawi.Hatinya tidak tenteram kecuali bersama denagn kekasih yang

dicintainya. Ketika munajad mencapai puncaknya, ia merasakan yang

terjadi disekelilingnya (Yon, 2013:262). Dengan demikian rasa nyaman

yang diciptakan akibat bermunajad kepada Allah menjadikan manusia

cintanya akan bertambah.

e. Tidak bersedih terhadap sesuatu yang hilang selain Allah.

Kesedihan yang diratapi ketika kesempatan yang diberikan

kepadanya untuk berdzikir kepada Allah dan melaksanakan ketaatan.

Ketika melakukan kelalaian,ia akan mencela diri sendiri serta bertobat.

Sebagian orang yang sudah mencapai tingkat makrifat berkata,” Allah

memiliki hamba –hamba yang mencintai-Nya dan merasa tenteram

bersama-Nya (Rasyid,2013:162). Mereka merupakan orang yang merasa

puas dan cukup hanya dengan Allah. Mereka tidaka akan bersedih dengan

hilangnya harta benda atau keluarganya. Mereka tidak sibuk mencari

keuntungan pribadi karena mereka mempunyai Allah yang maha kaya

(Yon, 2014:263).

Akan tetapi, jika dilihat pada masyarakat sekarang ketika

kehilangan harta mereka putus asa hingga bunuh diri, menjadi gila dan ada

yang membenci akan keadilan yang diberikan oleh Allah. Seperti juga

ketika manusia diberi cobaan kehilangan anak satu-satunya yang sudah

Page 30: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

44

lama dinantikan manusia akan marah kepada Allah dan meratapi hingga

mereka putus asa dan tidak percaya lagi pada Allah.

f. Merasa nikmat dan tidak menganggap berat ketaatan kepada Allah.

Manusia yang mencintai Allah tidak akan merasa terbebani dan

lelah menjalankan ketatatan yang diperintahkan Allah. Sebagaimana

seorang sufi berkata,” Aku bersusah payah setiap malam selama dua puluh

tahun.Namun, kemudian aku merasakan nikmat dengann-Nya selama dua

puluh tahun pula.” Al-Junaid berkata,” Tanda orang yang mencintai Allah

adalah senantiasa tekun dan bersungguh-sungguh dalam kerinduan Allah

sehingga membuat lelah fisiknya, tetapi tidak membuat lelah hatinya”

(Rasyid, 2013:163). Akan tetapi manusia lebih banyak mengeluh

kelelahan dan malas untuk mengerjakan kewajibanya seperti sholat lima

waktu, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya.

Junaid Al-Baghdadi (830-910 M) seorang generasi sufi awal yang

memegang syariat dan sunah nabi mengatakan bahwa seseorang pecinta

yang sungguh-sungguh dalam kerinduan kepada Allah, hati dan pikirannya

tidak akan pernah merasa lelah meski tubuhnya butuh istirahat (Yon,

2014:265).

g. Menyayangi dan mengasihi semua hamba Allah akan tetapi tegas

terhadap semua musuh Allah.

Allah sudah mejelaskan terhadap menyangi dan mengasihi kepada

semua hamba Allah yaitu dalam surat Al-Fath ayat 29 yang artinya,”

“orang-orang yang bersama dengannya keras

terhadap orang-orang kafir tapi berkasih sayang

terhadap sesama mereka.” (Qs.Al Fath:29).

Page 31: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

45

Ayat diatas menjelasakan bahwa sebagai hamba Allah harus saling

mengasihi antara satu sama lain tidak saling membedakan. Seperti

perumpamaan berikut. Seorang anak kecil diberi mainan baru, ia tidak

akan mau berpisah dengan mainan barunya. Jika mainan tersebut diambil

dia akan menangis dan tidak akan berhenti jika mainan tersebut

dikembalikan. Jika ia tidur ia membawa mainan tersebut ke tempat

tidurnya dan ia simpan dibalik bajunya. Jika terbangun dia akan mencari

kembali mainannya (Rasyid, 2013:165). Ini merupakan tanda-tanda cinta ,

jika dalam dirinya terdapat cinta maka sempurna juga cintanya. Ia akan

tulus ikhlas mencintai. Jika seorang mencampur adukkan antara cinta

Allah dengan cinta selain-Nya maka ia akan memperoleh cinta sesuai

kadar cintanya (Yon, 2014:266). Dalam hal ini diibaratkan minuman

sebagai kenikmatan hasil dari cintanya kepada Allah.

h. Terselip rasa takut dalam cinta karena rasa hormat dan takzim.

Orang menganggap bahwa ketakutan bertentangan dengan cinta,

padahal hal tersebut wajar terjadi takut akan orang lain yang wibawanya

lebih besar darinya seperti Allah yang maha kuasa (Yon, 2014:268).

Biasanya jika seseorang takut akan bersembunyi dan menghilang darinya

akan tetapi berbeda jika seseorang tersebut takut kepada Allah akan lebih

mendekatkan dirinya kepada Allah dengan segala kemampuan yang

dimiliki dan tidak ada keinginan untuk menghindari Allah.

Para pecinta Allah memiliki ketakutan-ketakutan dalam tingkatan

cinta yang tidak dimiliki oleh orang lain. Diantara ketakutan tersebut

terdapat ketakutan yang lebih besar daripada ketakutan yang lainnya yaitu,

Page 32: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

46

pertama, takut menjauhnya Tuhan, yang kedua, takut dihentikan dan

dicabutnya Anugerah Tuhan, yang ketiga, takut lupa kepada Tuhan

(Rasyid, 2013:168-170).

Takut menjauhnya Tuhan

Ketakutan yang terbesar adalah ketika kekasihnya atau Allah menjauhi

dirinya dan meninggalkannya.

Sebagaimana firman Allah: Ingatlah betapa jauhnya

kaum Tsamud! Dan ingtlah, betapa jauhnya kaum

Madyan seperti jauhnya kaum Tsamud!

Sebagaimana diketahui bahwa ketakutan dan kekhawatiran akan

menjauhnya Tuhan hanya dimiliki oleh hati orang yang

menyukai,merasakan, dan menikmati cinta dan kedekatan kepada Tuhan.

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai takut dihentikan dan dicabutnya

Anugerah Tuhan (Rasyid, 2013:168).

Takut dihentikan dan dicabutnya Anugerah Tuhan.

Al-Ghazali menjelaskan bahawa derajat kedekatan tidaklah

terbatas. Maka, setiap hamba wajib untuk berusaha agar bisa lebih dekat

dengan Tuhannya (Yon, 2014:269). Tingkatan kedekatan dengan Tuhan

tidak ada akhirnya.Sedangkan tugas seorang hamba adalah berusaha

sekuat tenaga untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Pencabutan anugerah karena keinginan hawa nafsu merupakan

siksaan bagi orang-orang biasa. Akan tetapi, bagi orang-orang yang hanya

mengaku, berbangga diri, dan tertarik pada hal yang tampak kecil hal

tersebut sudah menghalangi mereka dari anugerah Tuhan (Rasyid,

2013:170).

Page 33: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

47

Takut lupa kepada Tuhan.

Seorang pecinta selalu rindu dan berusaha mendekatkan diri kepada

Tuhan. Jika ia merasa tenang denagn selain Allah berarti ia telah lalai,

langkahnya terhenti, atau kembali kepada kondisi sebelumnya dimana ia

lupa kepada Allah (Yon, 2014: 270). Perubahan sikap tersebut mempunyai

sebab-sebab tersembunyi,transcendental, dan tidak terjangkau oleh

kemampuan manusia (Rasyid, 2013:170).

Jika dilihat pada keadaan sekarang upaya mendekatkan diri kepada

Tuhan dengan berdzikir,bersedekah, berbuat baik kepada semua orang

tanpa terkecuali.

Takut bergantinya cinta

Takut bergantinya cinta yaitu berpindahnya hati dari mencintai

Tuhan kepada yang mencintai yang lain. Kebencian dan kelupaan

terhadap-Nya merupakan awal mula dari berpindahnya mencintai

Tuhan.Sedangkan keberpalingan dan adanya tabir merupakan awal lupa

dan sempitnya dada untuk beribadah, hilang semangat untuk senantiasa

berdzikir dan malas melakukan tugas wirid. Munculnya faktor-faktor

tersebut merupakan petunjuk berpindahnya cinta ke tahap benci (Rasyid,

2013:172).

i. Menyembunyikan cinta dan enggan mengakuinya.

Salah satu tanda cinta adalah berupaya untuk tidak menampakkan

cinta dan kasih saying demi menghormati dan mengagungkan, takut

kepada sang kekasih yang dicintai, dan cemburu bila rahasianya diketahui

orang lain (Rasyid, 2013:176).

Page 34: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

48

Semua itu dilakukan karena atas dasar cintanya kepada Allah, jika

mengumbar cintanya kepada Allah akan timbul perasaan menyombongkan

di dalam hati dan dirinya serta cemburu jika cintanya dimilik oleh orang

lain. Seperti contoh, seorang perempuan yang mencintai seorang laki-laki

kemudian laki-laki tersebut juga mencintainya, ia akan menjaga cintanya

tersebut dan tidak ingin orang lain memilikinya.

Orang bijak berpendapat bahwa mereka yang sering memamerkan

cintanya kepada Allah di depan orang lain adalah orang yang paling jauh

dengan-Nya. Ia akan dibenci oleh orang yang mengenal dan mencintai-

Nya (Yon, 2014:271). Cinta adalah tingkatan yang paling akhir dan

memperlihatkannya adalah memperlihatkan kebaikan. Akan tetapi, yang

tidak dibolehkan adalah memamerkan cinta tersebut karena akan timbul

kesombongan dalam diri. Al-Ghazali hanya ingin menekankan pentingnya

seorang pecinta memiliki kepribadian yang baik dan mengerjakan berbagai

perbuatan yang mulia, sebagai bukti amal yang terlahir dari cintanya yang

tersembunyi atau dirahasiakan (Yon, 2014:272).

j. Merasa akrab dan rela

Semua perbuatan baik dan akhlak mulia yang diajarkan agama

adalah buah dari cinta. Sedangkan yang tidak dibuahkan oleh kecintaan

kepada Allah adalah karena mengikuti hawa nafsu dan merupakan akhlak-

akhlak yang tercela (Rasyid, 2013:181). Jika yang dominan adalah

memandang keindahan dari tabir maka yang muncul adalah kerinduan

(Syauq), yaitu perasaan yang kuat untuk mencari tahu tentang sesuatu

yang tersembunyi dan berambisi untuk bertemu dengan-Nya. Jika yang

Page 35: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

49

dominan adaah kesenangan karena bisa dekat dengan Allah dan

kemampuan (Musyahadah) terhadap kehadiran-Nya, tanpa berambisi

untuk melihat apa yang belum diketahui, maka hatinya telah merasakan

kesenangan (Uns). Jika pandangannnya yang dominan tertuju pada sifat-

sifat kemuliaan dan istighna’ (sifat berdiri senjdiri tanpa sekutu) Allah,

serta rasa khawatir Dia tidak memperhatikan dirinya dan menjauh darinya,

hal ini disebut dengan takut (Khauf) (Yon, 2014:274-275).

5. Tingkatan keimanan menurut pemikiran Al-Ghazali

a. keimanan tingkat awal, imannya orang-orang awam, yaitu iman atas

dasar taklid. selalu mengingat Allah dengan dzikir, senantiasa menyebut

nama Allah.

b. Tingkat kedua yaitu, imannya para mutakallimin (teolog), atas

pencampuran (Taklid) dengan sejenis dalil. Pada tingkatan ini masih dekat

dengan keimnanan orang awam.

c. Tingkat ketiga yaitu, imannya para arifin (Sufi) atas dasar penyaksian

secara langsung dengan perantaan nurul yakin. Pada orang yang demikian,

yang dilihat dan dirasakan bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai.

Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai.

(Simuh, 2002:154).

Uraian diatas merupakan konsep cinta yang diutarakan Al-Ghazali

dimana konsep cinta tersebut disebutkan dari dasar-dasar cinta,sebab-sebab

cinta, tanda-tanda cinta dan tingkatan cinta. Konsep cinta tersebut harus

dimiliki oleh seorang yang ingin memahami cinta yang sesungguhnya yaitu

Page 36: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

50

cinta yang didasarkan pada Tuhan.Konsep cinta tersebut merupakan hasil

pemikiran dan pengalaman yang dialami Al-Ghazali.

C. PROSES MENUJU MACHABBAH KEPADA TUHAN

Proses menuju machabbah kepada Allah adalah suatu keharusan dalam

tingkat kesufian seorang sufi. Proses ini tidak akan terlaksana jika tidak

dilakukan dengan benar ataupun dilakukan bukan semata-mata karena Allah.

Machabbah merupakan perjalan spiritual yang tidak terlihat.Berbagai upaya

dilakukan manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan.Mereka mencari jalan

yang dapat membawa mereka lebih dekat dengan Tuhan sehingga mereka

merasa melihat Tuhan dengan hati sanubari, bahkan merasa bersatu dengan

Tuhan. Jalan untuk senantiasa dekat dengan Allah adalah senantiasa

mensucikan diri dan menjadi seirama dengan sifat-sifat Tuhan (Halim,

1997:129).

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai proses menuju machabbah dengan

maqam cinta Al-Ghazali,syari’at,hakekat dan ma’rifat.

1. Maqam cinta Al-Ghazali

Untuk mencapai kedekatan yang sedemikian rupa dengan Tuhan dan

bahkan sampai bersatu dengan Tuhan, seorang sufi harus melewati jalan

panjang yang berupa maqamat atau station tertentu dalam perjalannya

menuju Tuhan (Nasution, 62). Seperti halnya, Al-Ghazali dalam menjelaskan

bahwasannya maqam yang telah dilaluinya yakni maqam taubat ,sabar

Page 37: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

51

,kefakiran ,zuhud ,tawakal ,kerelaan ,cinta dan makrifat. Dibawah ini akan

dijelaskan mengenai maqamat atau station yang sudah dilalui Al-Ghazali.

a. Maqam Taubat

Cinta dalam arti taubat menurut Al-Ghazali adalah cinta yang

didasarkan cintanya kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya

tidak mengulanginya lagi serta konsisten dalam menjalani ibadah kepada

Allah. Karena orang yang bertobat merupakan pecinta Tuhan,yaitu selalu

mengingat Tuhan. Taubat merupakan anugerah tuhan yang datang dari

Tuhan juga kepada manusia tidak dari manusia kepada Tuhan (Simuh,

2000:53).

Dalam ajaran tasawuf konsep taubat dikembangkan dan mendapat

berbagai pengertian.Namun, yang membedakan antara taubat dalam syariat

biasa dengan maqam taubat dalam tasawuf diperdalam dan dibedakan antara

taubatnya orang-orang yang awam dengan taubatnya orang khawas (orang

yang beramal semata-mata karena Allah (Kamus Besar Bhasa Indonesia).

Dalam hal ini Dzun Nun Al-Mishri mengatakan :

Taubatnya orang-orang awam taubat dari dosa-

dosa,taubatnya orang khawas taubat dari ghaflah (lalai

mengingat Tuhan) (Simuh, 2002:51).

Bagi para pemula ditekankan taubat dari perbuatan dosa. Dalam

hal ini Reynold A. Nicholson mengatakan sebagai berikut :

“Taubat dilukiskan sebagi kebangunan jiwa dari

ketidakpedulian, sehingga yang berdosa menyadari

akan kesalahan jalan yang ditempuhnya dan menyesali

ketidakpatuhan yang telah dilakukan. Penyesalan itu

belum dibenarkan jika (1).Dia tidak pernah

menghentikan seketika perbuatan dosa-dosa yang

telahdisadarinya, dan (2). Berjanji tsebelum dia

bertaubat yang tidak akan mengulang berbuat dosa

Page 38: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

52

lagi. Bial dia gagal memenuhi sumpahnya, dia harus

minta ampun pada Tuhan lagi yang rahmatnya tak

terhingga. Seorang sufi yang terkenal bertaubat tujuh

puluh kali dan kembali berdosa tujuh puluh kali

sebelum dia bertaubat yang terakhir kalinya (Simuh,

2002:52).

Allah SWT berfirman, “Dan bertaubatlah kamu

sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman

supaya kamu beruntung”. (QS An Nur 31).

Taubat adalah awal tempat pendakian orang-orang yang mendaki dan

maqam pertama bagi sufi pemula. Hakikat taubat menurut arti bahasa adalah

“kembali”.Kata “taba” berarti kembali, maka taubat maknanya juga

kembali.Artinya kembali dari sesuatu yang dicela dalam syariat menuju

kepada yang dipuji dalam syari’at.

Suatu kesempatan Nabi SAW menjelaskan, “An-nadmu Taubat” yang

artinya, “penyesalan adalah taubat”.Orang-orang yang berpegang teguh

pada prinsip-prinsip ahli sunnah mengatakan, “agar taubat diterima

diharuskan memenuhi tiga syarat utama yaitu menyesali atas kesalahan yang

pernah dijalaninya, meninggalkan jalan licin atau kesesatan pada saat

melakukan taubat, dan berketetapan hati untuk tidak mengulangi

(https://risalahqusyairiyah.wordpress.com/). Menurut penulis taubat adalah

menyesali semua dosa yang pernah dilakukan, memohon ampun kepada

Allah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa.

“Hadist yang menyebutkan penyesalan adalah taubat, merupakan

konsep globalnya”, demikian menurut para sufi. Sebagaimana sabda Beliau

SAW tentang haji, bahwa : Al-Hajju ‘arafah Haji adalah ‘Arafah. Dalam

bahasa arab kata taubat berasal dari kata taba-yatubu-taubatan artinya

kembali. Sedangkan orang yang kembali disebut taib dan yang kembalinya

Page 39: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

53

berulang-ulang dan terus menerus disebut tawwab. Contoh dari taubat adalah

isytighfar, akan tetapi pengertian isytighfar bukan kembali. Isytighfar berasal

dari kata ghafara yang artinya menutup. Dalam bahasa arab klasik perban

untuk menutup luka atau satu penutup kepala untuk melindungi kepala dari

gangguan semacam helm disebut mughfar. Jika ditambah alif,sin dan ta

sebelum ghafara berarti meminta, mengusahakan agar memperoleh ghafar.

Isytaghfara artinya kita memint agar ditutupi dari hal-hal yang menyakitkan

(Jalaludin, 2001:11).

Proses pertama yang mengawali taubat adalah keterjagaan hati dari

keterlelapan lupa dan kemampuan salik (orang yang berusaha menuju

kehadirat Allah) melihat sesuatu pada dirinya yang pada hakekatnya yang

merupakan bagian dari keadaannya yang buruk.

((https://risalahqusyairiyah.wordpress.com/). Bagi golongan Khawas atau

orang yang telah jadi sufi yang dipandang dosa adalah ghaflah (terlena

mengingat Tuhan). Ghaflah merupakan dosa yang mematikan, ghaflah

merupakan sumber munculnya segala dosa. Dengan demikian taubat

merupakan pangkal tolak peralihan dari hidup lam (ghaflah) ke kehidupan

baru secara sufi. Taubat berarti menglami mati di dalam hidup, yakni suatu

proses peralihan denagn mematikan cara hidup lama yang ghaflah, dan

membina cara hidup baru, hidup baru sufi yang selalu ingat dan rasa dekat

pada Tuhan dalam segala keadaan (Simuh, 2002:52). Kesempurnaan taubat

yang khusus bagi golongan khawas adalah taubat dari kesadaran taubatnya

dan dari keberadaan diri.Taubat merupakan upaya untuk memulai

Page 40: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

54

menunjukkan cinta pada Allah karena penyesalan merupakan permulaan dari

cinta.

Menurut Al-Ghazali melakukan perbuatan taubat adalah kembali dari

jalan yang jauh menuju jalan yang dekat.Namun demikian, taubat itu

memiliki pilar, prinsip dasar dan kesempurnaan.Prinsip dasarnya adalah

iman.Yang berarti, terpancarnya cahaya ma'rifat pada kalbu sehingga dosa-

dosa yang ada di dalamnya merupakan racun yang membinasakan. Dari sana

bara rasa takut (khauf) dan penyesalan (nadam), kemudian dari bara inilah

memancar sikap waspada dan sikap memperbaiki kekeliruan dan berupaya

meninggalkan segala macam dosa yang telah diperbuat pada masa yang lalu

dan memperbaikinya dengan semaksimal mungkin.

Jika esensi taubat telah diketahui, maka sangat jelas bahwa taubat itu

merupakan kewajiban setiap individu yang wajib dilakukan dalam kondisi

apapun. Karena itulah Allah Swt. berfirman yang artinya: "Dan bertaubatlah

kamu sekalian kepada Allah " (Q.S. Al-Nur: 31).

Taubat itu wajib karena muatan maknanya adalah mengetahui bahwa

dosa-dosa bisa dihancurkan, serta darinya motivasi yang kuat untuk

meninggalkannya.Ini merupakan salah satu komponen.

Al-Ghazali mengklasifikasi taubat dalam 3 hal yaitu :

Meninggalkan kejahatan dalam segala bentuknya dan beralih untuk

senantiasa berperilaku baik karena takut terhadap siksaan dari

Allah

Beralih dari situasi yang sudah baik menuju pada yang lebih baik

(Inabah).

Page 41: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

55

Rasa penyesaalan yang mendalam, hal ini dilakukan karena taat

dan cinta pada yang dicintainya (Allah).

Imam al-Ghazali mengumpamakan taubat bagaikan sabun bagi

pakaian.Sabun itu pasti dapat menghilangkan kotoran jika digunakan

sebagaimana mestinya.Orang yang meragukan diterima-tidaknya taubatnya,

berarti belum yakin atau belum memenuhi syarat-syarat taubat secara utuh.

Hal itu sama dengan orang yang meminum obat sakit perut, tetapi dia tidak

yakin hal itu akan menyembuhkan sakitnya, karena dia tidak tahu tentang

syarat-syarat penggunaan obat itu secara utuh. Sebaliknya bila ia mengetahui

hal itu, pastilah tergambar kesembuhan, pasti menerima syarat orang yang

menolong. Namun pada saat-saat tertentu keragu-raguan ini tidaklah

menghantuinya, bahwa taubat itu sendiri harus melalui jalan-jalan tertentu

untuk dapat diterima.

Al-Ghazali mengemukakan bahwa taubat itu wajib bagi setiap

manusia. Karena manusia itu terdiri dari beberapa sifat, yakni: kebinatangan,

kebuasan, kesetanan, dan sifat-sifat ketuhanan.Selanjutnya maqam yang

sudah ditempuh Al-Ghazali adalah maqam sabar yang akan dijelasakan pada

pembahasan berikutnya.

b. Maqam Zuhud

Zuhud dipahami sebagai ketidaktertarikan pada dunia atau harta

benda. Zuhud lebih mementingkan urusan akhirat dari pada urusan dunia,

urusan dunia memang penting tapi bukan menjadi tujuan utama (Sayyidah,

2). Menurut Sufyan Ats-Tsauri, yang dimaksud zuhud adalah memperkecil

cita-cita bukan memakan sesuatu yang keras dan bukan pula memakai

Page 42: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

56

pakaian mantel yang kusut. Menurut As-Sirri, Allah Ta’ala menghilangkan

kenikmatan dunia, melarangnya dan mengeluarkannya dari para kekasihnya.

Allah Ta’ala tidak rela jika mereka menikmati dunia.Menurut Yahya bin

Mu’adz, orang tidak akan sampai kepada hakikat zuhud kecuali dengan tiga

hal. Pertama, perbuatan tanpa ketergantungan.Kedua ucapan tanpa keinginan

hawa nafsu.Ketiga, kemuliaan tanpa kekuasaan. Menurut Abu Hafs, zuhud

tidak akan terealisir kecuali dalam hal yang halal. Demikian juga jalan yang

halal tidak akan terealisir kecuali dengan zuhud

(https://risalahqusyairiyah.wordpress.com/).

Dalam tasawuf zuhud dijadikan maqam dalam upaya melatih diri dan

menyucikan hati untuk melepas ikatan hati dengan dunia.Maka didalam

tasawuf zuhud diberi pengertian dan diamalkan secara bertingkat. Pada

dasarnya dibedakan zuhud pada tingkat awal (biasa) dan zuhud bagi ajaran

sufi (Simuh, 2002:57). Menurut Al-Ghazali dalam ihya’ ‘ulumuddin Zuhud

dibagi tiga yaitu :

Seseorang tidak merasa gembira terhadap sesuatu yang ada di

depannya ( harta dan sebagainya) dan tidak akan sedih jika sesuatu itu

tidak ada di depannya. Sebagaimana firman Allah ,’ Supaya kamu

jangan berduka cita terhadap apa yang terlepas darimu dan agar kamu

jangan gembira terhadap sesuatu yang diberikan kepadamu.’ QS al-

Hadid.

seseorang tidak risau jika dicela dan tidak berbangga hati jika dipuji.

Mendapat pujian atau hinaan sama saja dalam bersikap.

Page 43: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

57

merasa sangat cinta kepada Allah dan perasaan itu membuat

ketaatannya menjadi sangat kuat.

Menurut Al-Ghazali zuhud berarti membenci dunia demi mencintai

akherat.Zuhud bisa juga berarti membenci selain Allah demi mencintai Allah.

Cinta dalam arti zuhud yang dimaksudkan adalah cinta kepada Allah tidak

memikirkan masalah dunia atau menbenci sesuatu hal yang akan

mengakibatkan cintanya kepada Allah hilang.

Zuhud disini berarti tidak merasa bangga atas kemewahan dunia yang

telah ada ditangan, dan tidak merasa bersedih karena hilangnya kemewahan

itu dari tangannya. Bagi Abu Wafa al-Taftazani, zuhud itu bukanlah

kependetaan atau terputusnya kehidupan duniawi, akan tetapi merupakan

hikmah pemahaman yang membuat seseorang memiliki pandangan khusus

terhadap kehidupan duniawi itu. Mereka tetap bekerja dan berusaha, akan

tetapi kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbunya dan

tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya. Lebih lanjut at-Taftazani

menjelaskan bahwa zuhud adalah tidak bersyaratkan kemiskinan. Bahkan

terkadang seorang itu kaya, tapi disaat yang sama diapun zahid. Ustman bin

Affan dan Abdurrahman ibn Auf adalah para hartawan, tapi keduanya adalah

para zahid dengan harta yang mereka miliki.

Pada dasarnya zuhud adalah merupakan salah satu maqam dan mendapat

isi dan bentuknya bagi para sufi (Simuh, 2002:58). Seorang sufi yang sudah

sampai pada tingkat zuhud tidak akan memikirkan segala kemewahan dunia

dan yang dipikirkan hanyalah Allah SWT.

Page 44: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

58

c. Maqam fakir

R.A Nicholson dalam bukunya the mystics of islam mengatakan:

Fakir dan dervis adalah nama-nama dimana para sufi bangga

untuk disebutya, karena kedua nama itu bahwa dialah

golongan yang memalingkan setiap pikiran dan harapan yang

akan memisahkan pikiran daripada Tuhan. Kosongnya

seluruh pikiran dan harapan dari kehidupan masa kini dan

kehidupan yang akan datang, dan tidak menghendaki apapun

kecuali Tuhan penguasa kehidupan masa kini dan masa yang

akan datang, itulah fakir yang sesungguhnya. Fakir yang

sedemikian itu adalah orang yang lenyap kedaran keberadaan

dirinya, sehingga dirinya tidak menganggap punya

kemampuan,perasaan dan perbuatan (Simuh, 2002:59).

Fakir diartikan sebagai kekurangan harta yang diperlakukan seseorang

dalam menjalani kehidupan dunia. Sikap fakir menjadi penting dimiliki

orang yang sedang berjalan menuju Allah, karena harta memungkinkan

manusia dekat pada kejahatan dan membuta jiwa tertambat pada selain

Allah. Fakir yang sesungguhnya adalah tidak memiliki sesuatu dan hatinya

juga tidak menginginkan sesuatu.

Fakir adalah tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah

dipunyainya, dia merasa puas dengan apa yang dimiliki, Sikap mental Faqir

merupakan benteng yang kuat untuk menahan pengaruh kehidupan materi,

Sikap faqir sebagai tameng dari keserakahan, kerakusan, tamak, dan

sebagainya. Fakir adalah maqam yang bertujuan membersihkan jiwa,dan

menganggap tidak ada yang lebih penting selain dekat dengan Allah

(Sayyidatul, 3). Dalam maqam fakir merupakan perwujudan upaya

penyucian hati secara keseluruhan terhadap apa yang selain Tuhan. Inilah

ajaran tajrid yakni ajaran untuk membelakangi atau membuang dunia.Hal ini

dilakukan selama dalam perjalanan rohani menuju makrifat Tuhan.Al-

Page 45: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

59

Ghazali menganjurkan untuk membuang semua kehidupan dunia. Maka

fakir dapat disimpulkan tidak mempunyai apa-apa dan juga tidak

menginginkan apa-apa (Simuh, 2002:61).

Dalam hal ini Al-Ghazali berfatwa, sewaktu emas belum diharamkan

bagi pria, Nabi pernah berkhutbah dan ditengah-tengah khutbahnya berhenti

serta meninggalkan dan melempar cincin emas dari tangan beliau.Sewaktu

ditanyakan tentang kejadian itu beliau menjawab bahwa cincin itu

mengganggu kekhusukan khutbahnya. Atas dasar hadist itu Al-Ghazali

berfatwa bahwa orang yang masih memiliki dunia di tangannya dan

berharap tidak akan terpengengaruh kepadanyaitu mustahil, Laksana mandi

madu tapi berharap tidak ada lalat menghinggapi. Oleh karena itu para sufi

harus membuang seluruh dunia dari tangan dan ber’uzlah selama dalam

perjalanan suluknya (Simuh, 2002:61). Hal itu dilakukan agar cintanya pada

Tuhan semakin besar dan mebuktikan cintanya kepada Tuhan juga dengan

meninggalkan kemewahan dunia.

Seperti ungkapan Al-Ghazali diatas bahwa cinta yang dimaksudkan

dalam arti fakir adalah membuang segala kenikmatan dunia atau tidak

mempunyai apa-apa serta tidak menginginkan apa-apa.Hidupnya diserahkan

sepenuhnya hanya kepada Allah. Hal itu dilakukan selama proses perjalanan

rohani dalam mencapai makrifat pada Tuhan sehingga tercipaa suasana

netral dan hatinya terisi kecintaanya pada keindahan zat Tuhan.

d. Maqam sabar

Dalam islam mengendalikan diri untuk untuk mengamalkan perilaku

sabar merupakan tiang bagi akhlak mulia. Dalam Al-Qur’an dinyatakan

Page 46: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

60

sabar merupakan peilaku terpuji dan merupakan perintah agama,

sebagaimana firman Allah surat Al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:

Laisal-birra an tuwallū wujūhakum qībalal-masyriqi

wal maghribi walakin-nal birra man āmana bi’L-Lāhi

wal yaumil ākhiri wal malāikati wal kitābi wan-

nabiyyina wa-ātal māla ‘alā chubbihi dzawīl qurbā

wal yatāmā wal masākīna wab-nas-sabīli was-sāilīna

wafir-riqābi wa-aqāmash-sholāta wa-ātaz-zakāta wal

mūfūna bi’ahdihim idzā ‘āhadū wash-shābirīna fil

ba’sāi wadh-dhar-rāi wachīnal ba’si ulāikal-ladzīna

shadaqū wa ulāika humul-mut-taqūn.

Artinya,” Kebajikan itu bukanlah menghadapkan

wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan itu

ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-

malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta

yang dicintainya kepada kerabatnya, anak yatim, orang-

orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan),

peminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya,

mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, orang-orang

yang menepati janjinya apabila berjanji, dan orang yang

sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan dalam

peperangan. Mereka] itulah orang-orang yang benar],

dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (Al

Baqarah,2:177).

Page 47: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

61

Ayat diatas menjelaskan bahwa penguasaan diri dan bersabar dalam

waktu mengalami kesempitan, susah, penderitaan, tantangan dan perang

adalah mentalitas islam. Sikap sabar sangat ditinggikan sebagai mentalitas

seorang mukmin dan muttaqin.menurut Ibnu ‘Atha mengatakan,” sabar

adalah menerima segala bencana denagn laku sopan atau rela). Sabar adalah

fana’ di dalam benacana tanpa ada keluhan (Simuh, 2002,63). Jadi dengan

maqam sabar para sufi telah menyengaja dan menyiapkan diri dari banyak

kesulitan dalam hidupnya dengan sikap sabar, tanpa adanya keluhan.

Perlu diketahui bahwa sabar itu terbagi menjadi dua, yaitu kesabaran

orang yang beribadah, dan kesabaran orang yang cinta.Sebaik-baik sabar

orang yang beribadah adalah terjaga.Dan sebaik baik kesabaran orang yang

cinta adalah tertinggal. Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “Nabi Ya’qub

telah mengoptimalkan perjanjian sabar dengan dirinya sendiri dengan

mengatakan, “As-shabrun jamiil “ Namun ketika tidak mendapatkannya,

beliau mengatakan, “Aduh alangkah duka cintaku mengenang yusuf”

(https://risalahqusyairiyah.wordpress.com/).

Menurut Al-Ghazali yang dimaksud sabar dalam arti cinta adalah

merupakan bentuk cinta seseorang kepada Allah karena menerima ujian dari

Allah tanpa mengeluh dan tetap bersyukur.Jika rasa cinta tidak terdapat

dalam diri manusia sikap sabar juga tidak ada. Sabar merupakan cerminan

diri seorang sufi karena sifat sabar akan menjadikan seorang sufi menjadi

manusia yang ikhlas dalam menjalani kehidupan tanpa mengeluh dan siap

menghadapi ujian yang datang dari Allah.

Page 48: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

62

e. Maqam Tawakal

Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati manusia dalam

menyerahkan diri hanya kepada Allah.Hakikat tawakal ialah menyerahkan

segala sesuatu urusan kepada Allah, membersihkan dari Ikhtiar yang

keliru.Imam Al-Ghazali mengaitkan tawakal dengan tauhid, bahwa tauhid

berfungsi sebagai landasan tawakal.

Dalam syariat islam diajarkan bahwa tawakal dilakukan sesudah

segala daya upaya dan ikhtiar yang dijalankan. Jadi yang ditawakalkan

adalah hasil usahanya sesudah segala ikhtiar yang dilakukannya, yakni

tawakal yang dilandasi oleh aktif kerja keras (Simuh, 2002:64). Sebagai

contoh: Ada sepasang suami istri yang sudah lebih dari sepuluh tahun

menikah belum dikaruniai seorang anak padahal sudah berbagai usaha

dilakukan seperti usaha dan berdoa. Jika Allah belum memberikan amanah,

diharuskan tetap berusaha dan berdoa karena Allah mempunyai rencana yang

lebih baik.

Dalam Risalah Al Qusyairiyah Hamdun Al-Qashar juga pernah

ditanya tentang tawakal, dia menjawab, “Apabila engkau mempunyai sepuluh

ribu dirham, maka engkau berkewajiban menanggung hutang yang jika

engkau meninggal dunia, engkau tidak akan aman dari hutang yang menjadi

tanggunganmu. Apabila engkau mempunyai hutang sepuluh dirham,dan

masih belum membayar, maka engkau jangan berputus asa dan memohonlah

kepada Allah SWT agar segera terlunasi. “ Begitu juga Abdullah Al-

Quraisyi pernah ditanya oleh seseorang tentang tawakal, dia menjawab,

“Selalu berhubungan dengan Allah SWT dalam segala hal”. Orang itu

Page 49: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

63

mengatakan, ‘berilah diriku tambahan penjelasan”. Dia menjawab,

“Meninggalkan segala sebab yang akan menimbulkan sebab lain, sehingga

Dzat Yang Maha Pengatur dapat meluruskannya”

(https://risalahqusyairiyah.wordpress.com/). Contoh diatas menunjukkan

bahwa tawakal itu adalah berserah diri kepada Allah dengan disertai usaha

dan doa agar segala keinginan bisa terwujud atau tercapai karena Allah

menyukai proses daripada hasil.

Konsep tawakal yang dikembangkan dalam kalangan sufi dan yang

seirama dengan ajaran tasawuf memang tawakal jabbari (fatalis).Yaitu

tawakal tanpa usaha, kesemua nasibnya digantungkan pada takdir dan

kehendak Allah. Hal penghayatan mistis atau fana’ dan mukasyafah yang

merupakan pengalaman kejiwaan tergantung sepenuhnya dari anugerah

kekuatan dari luar,tidak bisa dikuasai oleh manusia. Sebaliknya dalam

penghayatan mistis seorang sufi dikuasai sepenuhnya oleh kekuatan ilahi

(Simuh, 2002:66).

Pada dasarnya cinta dalam arti tawakal adalah berserah diri kepada

Allah dengan usaha dan doa serta keyakinan hati dan ketentraman jiwa. Dan

tidak berpaling kepada selain Allah, akan tetapi jika hanya berserah diri dan

berdoa tidak disertai usaha hal tersebut bukan dari tawakal karena manusia

diperintahkan oleh Allah untuk berusaha dengan sungguh-sungguh kemudian

diikuti doa untuk selanjutnya Allah yang menentukan. Jika pada masa

sekarang hanya berdoa dan berserah diri tanpa usaha akan dikucilkan oleh

masyarakat dan dianggap orang yang tidak mempunyai tanggung jawab dan

Page 50: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

64

pasti akan meninggal dengan sia-sia, mengharap rezeki dari Allah dan uluran

tangan dari orang lain dengan hanya berdiam diri.

Orang yang ma’rifatnya telah sempurna, akan mengetahui bahwa

persoalan rizki, ajal, penciptaan dan kekuasaan itu ada di tangan Allah. Dia

itu Maha Tunggal tiada berserikat, yang penuh dengan kasih sayang kepada

hambanya sehingga hatinya hanya terpau kepada-Nya serta perhatiannya

tidak terarah selain kepada-Nya.Itulah sebenarnya tawakal yang merupakan

kondisi kalbu dalam bentuk keyakinan yang bulat kepada Sang Wakil Yang

Maha Benar (Allah) dan ketidakpedulian kepada selain-Nya.

Kadang-kadang orang-orang mengira bahwa persyaratan tawakal

adalah menganggur, tanpa berobat, pasrah dan menyerah pada hal yang

membahayakan. Contoh dari yang sudah pasti: Tangan tidak mengambil

makanan, padahal dia lapar, lalu berkata, "Ini adalah suatu usaha, sebab aku

adalah orang yang berserah diri." Atau menginginkan tanaman namun tidak

menanam benih.Ini semua merupakan tindakan bodoh, sebab sunnatullâh

tidak berubah. Allah telah memberi tahu bahwa keterkaitan sebab-akibat ini

merupakan sunnah yang tidak ada gantinya.

f. Maqam Ridha

Setelah mencapai maqam tawakal, nasib hidup mereka bulat-bulat

diserahkan pada pemeliharaan dan rahmat Allah, meninggalkan dan

membelakangi segala keinginan terhadap apa saja selain Tuhan, maka harus

diikuti menata hatinya untuk mncapai maqam ridhā. Maqam ridha adalah

ajaran untuk menanggapi dan mengubah segala bentuk penderitaan,

kesengsaraan, dan kesusahan menjadi kegembiraan dan kenikmatan. Seperti

Page 51: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

65

yang dikatakan Al-Ghazali yaitu rela menerima apa yang telah dan sedang

dialami itulah yang terbaik baginya, tidak ada yang lebih baik selain apa yang

dialaminya (Simuh, 2002:67). Contohnya, ada seorang sufi yang selama

hidupnya selalu berwajah muram dan tidak pernah tertawa terkecuali sewaktu

kematian anak satu-satunya. Yaitu tertawa syukur lantaran diberi cobaan

paling besar di dunia dan bisa diatasinya, dan cobaan tersebut bisa dianggap

nikmat krena masih diperhatikan Tuhan, yaitu dengan menegurnya denagn

cobaan tersebut.

Rabi’ah Al-Adawiyah pernah ditanya, “Kapan seseorang disebut

sebagai orang yang ridha ?”. Dia menjawab, ‘Apabila dia senang ketika

mendapatkan musibah sebagaimana dia senang ketika mendapatkan

kenikmatan’. Ridha adalah salah satu buah cinta yang merupakan tingkatan

tertinggi bagi oaring-orang yang dekat dengan Allah (Rashid, 2013:202).

Ridhā artinya rela,senang, dan menerima, dalam kaitan cinta kepada Allah

maka sifat tersebut bisa dikatakan sifat tertinggi dalam tingkatan orang-orang

yang dekat denagn Allah (Yon, 2014:293). Jika hubungan denagn Allah

begitu dekat dan senang menerima ujian dari Allah dengan tidak mengeluh

Allah akn membiarkan apa saja yang disukai manusia, pada derajat ini

merupakan kebahagiaan yang dirasakan. Semua itu dilakukan sebagai bukti

cinta kepada Allah.

Menurut Abd.Halim Mahmud, ridha mendorong manusia berusaha

sekuat tenaga untuk mencapai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya dan

merelakan akibatnya dengan menerima dan rela segala konsekuensinya.

Sedangkan menurut Dzun Nun, ridha adalah kegembiraan hati karena

Page 52: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

66

berlakunya ketentuan allah. Ridha merupakan maqam terakhir maqom

tertinggi dari perjalanan salik.

Al-Ghazali merumuskan bahwa semua itu dapat dicapai apabila

memiliki kemampuan membaca rahasia Allah, pengetahuan, dan pemahaman

agama.Tanpa pengetahuan dan pemahaman agama ridhā tidak aka nada pada

dirinya. Ridhā tidak hanya terhadap kesenangan saja akan tetapi pada sesuatu

hal yang tidak menyenangkan atau yang tidak diinginkan. Contohnya, kita

berharap lulus ujian sekolah krena sudah belajar dengan sungguh-sungguh,

akan tetapi, atas kehendak Allah kita tidak lulus. Hal tersebut pasti membuat

kita sedih apalagi melihat kegembiraan teman-teman yang lulus. Disinilah

merupakan ujian dari Allah, harus menerima dengan senang hati walaupun

berat hati (Yon, 2014:294). Ujian yang tidak menyenangkan akan

menjadikan seorang hamba yang dekat dengan Allah merasa bahwa Allah

sedang ingin mengetahui sebesar apa cintanya kepada Allah. Jika orang

merasakan marah dan kesal terhadap takdir Allah berarti cintanya tidak tulus

kepada Allah.Orang yang demikian itu hanya menyukai kebahagiaan tapi

tidak menyukai kesedihan.Cinta membutuhkan kesabaran, rasa terimakasih,

dan keridhaan.

Kerelaan seseorang terhadap takdir Allah bersumber dari dua aspek

yaitu :

Hilangnya rasa sakit. Misalnya, seorang yang berperang,

sesungguhnya ia berada dalam keadaan marah atau takut. Karena

itulah kadang orang yang berperang mengalami luka, tetapi tidak

merasakan sakit karena dalam hatinya terdapat rasa marah atau

Page 53: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

67

takut. Seperti juga ketika sedang dibekam, tidak akan merasakan

sakit jika disibukkan denagn berbagai persoalan, tanpa sadar

bahwa si tukang bekam sudah menyelesaikan tugasnya.

Ia merasakan sakit akan tetapi ia rela. Seperti halnya, dia

menginginkan dibekam padahal dia mengetahui jika bekam itu

sakit, akn tetapi dia rela dan menyukai bekam tersebut dan

mempercayakan kepada tukang bekam untuk memperoleh

kesembuhan dengan pekerjaannya (Rashid, 2013:213-214).

Bagi al-Ghazali kelebihan rida Allah SWT merupakan manifestasi

daripada keredhaan hamba. Rida terikat dengan nilai penyerahan diri kepada

Tuhan yang bergantung kepada usaha manusia dalam berhubungan dengan

Tuhannya agar sentiasa dekat dengan Tuhannya.Jadi cinta yang dimaksud

dalam arti ridha adalah penghambaan diri kepada Tuhan dengan segenap

jiwa serta hati yang bersih dengan menerima segala ujian dan cobaan dari

Allah.

g. Maqam Cinta

Imam al-Ghazali berpendapat bahwa maqām macḥabbah adalah

maqām tertinggi dari sekian maqām-maqām dalam tarekat.Dia

menggambarkan bahwa maḥabbah adalah tujuan utama dari semua maqām.

Namun, Ibn ‘Aţā’illah memiliki pandangan yang berbeda tentang konsep

mahabbah bahwa dalam mahabbah seorang sālik harus menanggalkan segala

angan-angannya.Dia berpendapat demikian karena alasan bahwa sālik yang

telah sampai pada mahabbah (cinta) bisa jadi dia masih mengharapkan

balasan atas cintanya kepada yang dicintainya.Dari sini tampak bahwa rasa

Page 54: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

68

cinta sālik didasarkan atas kehendak dirinya untuk mendapatkan balasan

cinta sebagaimana cintanya.Karena pecinta sejati adalah orang yang rela

mengorbankan segala yang ada pada dirinya demi yang dicintainya, dan

tidak mengharapkan imbalan apapun.

”Machabbah (cinta) kepada Allah adalah tujuan luhur dari seluruh

maqam, titik puncak dari seluruh derajat.Tiada lagi maqām setelah

mahabbah, karena mahabbah adalah hasil dari seluruh maqām, menjadi

akibat dari seluruh maqām, seperti rindu, senang, ridha dan lain sebagainya.

Dan tiadalah maqām sebelum mahabbah kecuali hanya menjadi permulaan

dari seluruh permulaan maqām, seperti taubat, sabar, zuhu

(http://belajarilmutasawuf.blogspot.com/2011/10/maqam-dan-ahwal.html).

Pada tingkatan maqam cinta atau machabbah ini merupakan tingkatan

paling tinggi.Al-Ghazali mengemukakan sejumlah alasan kenapa hanya

Tuhan yang berhak di sembah dan dicintai, karena Tuhan merupakan satu-

satunya mustachiq atau yang berhak menerima cintanya manusia.Cinta

adalah inti keberagamaa.Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita.

Kalaupun maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu

hanyalah pengantar kearah cinta, dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta,

maqam itu hanya akibat dari cinta saja (Rakhmat, 2001:22).

Al-Ghazali menyatakan bahwa cinta kepada Allah adalah maqam

yang paling tinggi dari seluruh maqam, dan derajat paling luhur, setelah

machabbah tidak ada maqam kecuali hanya merupakan daripadanya seta

pengikut dari cinta tersebut. Al-Ghazali juga menyatakan bahwa taat kepada

Page 55: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

69

Allah adalah konsekuensi dari machabbah dan buahnya. Oleh sebab itu cinta

dahulu baru mentaati pihak yang dicintainya (Halim, 1997:31-32).

Dari ketujuh maqam atau tingkatan yang sudah dilalui oleh Al-

Ghazali tersebut adalah sebagai jalan atau usaha untuk menjadi seorang sufi

yang taat pada Allah. Seorang tidak dapat berpindah dari maqam satu ke

maqam lain jika belum memenuhi semua persyaratan yang ada pada maqam

tersebut.

Setelah mengetahui bagaimana maqam cinta menurut pemikiran Al-

Ghazali selanjutnya akan dijelaskan mengenai,syariat,hakikat dan kemudian

makrifat.

2. Syari’at

Syari’at menurut kamus Maurid adalah hukum,ajaran,undang-undang.

Sedangkan pengertian secara istilah adalah seluruh ketentuan di dalam Al-

Qur’an dan hadist, baik yang berhubungan dengan akidah,akhlak maupun

aktifitas manusia baik yang berupa ibadah ataupun Muamalah (Bangun,

2013:78). Syariat adalah jalan menuju sumber air atau jalan kearah sumber

pokok kehidupan. Syariat adalah segala yang diturunkan oleh Allah kepada

Nabi Muchammad melalui wahyu, yang terdapat pada Al-Qur’an dan As-

Sunnah (Nur, 2004: 89).

Untuk melaksanakan Syariat Islam terutama bidang ibadah harus

dengan metode yang tepat sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan

apa yang dilakukan Rasulullah SAW sehingga hasilnya akan sama. Sebagai

contoh sederhana, Allah memerintahkan kita untuk shalat, kemudian Nabi

melaksanakannya, para sahabat mengikuti.Nabi mengatakan, “Shalatlah

Page 56: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

70

kalian seperti aku shalat”. Tata cara shalat Nabi yang disaksikan oleh

sahabat dan juga dilaksanakan oleh sahabat kemudian dijadikan aturan oleh

Ulama, maka kita kenal sebagai rukun shalat yang 13 perkara. Kalau hanya

sekedar shalat maka aturan 13 itu bisa menjadi pedoman untuk seluruh

ummat Islam agar shalatnya standar sesuai dengan shalat Nabi. Akan tetapi,

dalam rukun shalat tidak diajarkan cara supaya khusyuk dan supaya bisa

mencapai tahap makrifat dimana hamba bisa memandang wajah Allah SWT

(http://sufimuda.net/2013/04/25/syariat-tarekat-hakikat dan makrifat itu

satu/).

Didalam Al-Qur’an banyak dalil yang menunjukkan kebenaran

landasan peramalan para sufi. Hasilnya kelihatan dengan pengalaman yang

sungguh-sungguh didasarkan kepada syari’at yang kuat para sufi

memperoleh kesenangan kemanisan dalam beriman dan beribadah,

ketentraman dan ketenangan. Apa yang diperoleh para sufi merupakan buah

dari hasil ibadahnya yang merupakan rahmat dari Allah SWT. Letak

perbedaannnya menurut Al-Ghazali para sufi lebih gigih dalam riyadhah

dan mujahadah. Para sufi tidak memadai dengan amalan-amalan syari’at

wajib akan tetapi, harus menjaga amalan syari’at sunnah-sunnah. Mereka

tidak hanya meninggalkan yang haram dan makruh akan tetapi,

meninggalkan yang mubah (kebolehan) yang tidak berfaedah karena hal

tersebut dapat melalaikan syari’at (Nur, 2004:103).

Tema ilmu sufi menurut Al-Ghazali adalah Dzat, sifat dan perbuatan

Alah SWT. Adapun buah dari pengetahuan tentang Allah adalah timbulnya

sikap mencintai Allah, karena cinta tidak akan muncul tanpa “pengetahuan”

Page 57: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

71

dan perkenalan. Buah lain dari pengetahuan tentang Allah adalah

“tenggelam dalam samudra Tauhid”, karena seorang ‘arif tidak melihat apa-

apa selain Allah, tidak kenal selain Dia, di dalam wujud ini tiada lain kecuali

Allah dan perbuatan-Nya. Tidak ada perbuatan yang dapat dilihat manusia

kecuali itu adalah perbuatan Allah.Setiap alam adalah ciptaan-Nya. Barang

siapa melihat itu sebagai hasil perbuatan Allah, maka ia tidak melihat

kecuali dalam Allah, ia tidak menjadi arif kecuali demi Allah, tidak

mencintai kecuali Allah SWT. Al-Ghazali menambahkan, “Mereka melatih

hati, hingga Allah memperkenankan melihatNya.Sementara itu, tasawuf

dilakukan dengan memegang teguh dan mengamalkan Al-Qur’an dan

hadist.Sehingga dalam perilaku dan ucapannya, Al-Ghazali teguh

memegangi syari’at.Ia mengatakan, “seorang arif sejati mengatakan,

“jika kamu melihat seorang manusia mampu terbang di

awang-awang dan mampu berjalan di atas air, tetapi ia

melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syari’at,

maka itu setan ”(http://sufiroad.blogspot.com/2010/10/imam-

ghazali-ketika-masih-mudaku.html).

“Syari’at itu adalah perintah untuk melaksanakan ibadah, sedang

hakikat menghayati kebesaran Tuhan (dalam ibadah).Maka setiap syari’at

yang tidak diperkuat dengan hakikat tidak diterima; dan setiap hakikat yang

tidak terkait dengan syari’at, pasti tak menghasilkan apa-apa.Syari’at datang

dengan kewajiban pada hamba, dan hakikat memberikan ketentuan

Tuhan.Syari’at memerintahkan mengibadahi pada Dia. Syari’at melakukan

yang diperintahkan Dia, hakikat menyaksikan ketentuan-Nya, kadar-Nya,

baik yang tersembunyi ataupun yang tampak diluar

Page 58: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

72

Kecintaan Al-Ghazali kepada syariat Allah adalah dengan terang-

terangan dia menolak dan melawan mereka yang menjauhi syari’at dengan

berbagai alasan dan dalil. Secara terus terang menyatakan seseorang yang

telah mendapatkan penyingkapan (kasyf) dan penyaksian (musyahadah)

tidak layak mengeluarkan suatu ucapan yang bertentangan dengan aqidah

Islam, yakni aqidah tauhid murni yang membedakan mana Tuhan dan mana

hamba, serta menegaskan bahwa Tuhan adalah Tuhan dan hamba adalah

hamba. Itulah aqidah yang dipegang teguh Al-Ghazali. Al-Ghazali

mengatakan bahwa ungkapan-ungkapan yang diucapkan oleh kaum sufi itu

boleh jadi masuk ke dalam kategori imajinasi (tawahhun) karena mereka

kesulitan dengan kata-kata tentang kebersatuan yang telah mereka capai.

Atau, boleh jadi, penggunaan istilah-istilah itu masuk kerangka

pengembangan dan perluasan istilah yang sesuai dengan tradisi sufi dan para

penyair. Mereka biasanya meminjam istilah yang paling mudah dipahami,

seperti kata penyair berikut; “Aku adalah yang turun, dan yang turun adalah

aku juga.Kami adalah ruh yang bersemayam dalam satu badan”.

Menurut Al-Ghazali cinta kepada Allah itu harus diwujudkan dengan

cara mempelajari dan mengamalkan serta memperdalam ilmu tentang syari’at

dan aqidah telebih dahulu. Tidak hanya itu, dia harus konsekuen menjalankan

syari’at dengan tekun dan sempurna. Karena dalam syari’at seperti shalat,

puasa dan lain-lain, di dalam ihya’ diterangkan tingkatan, cara menjalankan

shalat, puasa, dan sebagainya. Yakni sebagai umumnya para penganut

tasawuf dalam ihya’ dibedakan tingkatan orang shalat antara orang awam,

orang khawas, dan yang lebih khusus.

Page 59: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

73

Demikian juga puasa, dan sebagainya.Sesudah menjalankan syari’at

dengan tertib dan penuh pengertian, baru pada jilid ketiga dimulai

mempelajari tarekat.Yaitu tentang mawas diri, pengendalian nafsu-nafsu,

dan menjalankan dzikir, hingga akhirnya berhasil mencapai ilmu kasyfi

ma’rifat(http://sufiroad.blogspot.com/2010/10/imam-ghazali-ketika-masih-

muda-aku.html).

Cinta dalam tataran syariat adalah bahwa cinta itu melaksanakan

aturan Allah dengan sepenuh hati karena syariat itu datangnya dari Allah

dan untuk manusia. Syariat meliputi segala aspek peribadatan manusia,

maka dari itu kecintaan terhadap syariat Allah itu dilakukan dengan cara

melaksanakan segala kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dan

menjauhi segala larangannya. syariat merupakan aturan kehidupan yang

mengantarkan manusia menuju realitas sejati. Syariat merupakan titik tolak

keberangkatan dalam perjalanan ruhani manusia karena syarat menjadi

seorang sufi adalah memperbaiki syariatnya terlebih dahulu. Syariat juga

berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia

maupun di akhirat. Syariat merupakan amal lahiriyah (yang tampak) yang

merupakan bukti kecintaan dan pengabdian manusia kemudian diwujudkan

berupa ibadah seperti melaksanakan rukun islam dan mengimani rukun

iman serta wahyu yang disampaikan oleh para rasul.

3. Tarekat

Kata Tarekat di ambil dari Bahasa Arab, yaitu dari kata benda

قةيطر (thariqah) yang secara etimologis berarti jalan, metode atau tata cara.

Sedangkan menurut istilah adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang

Page 60: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

74

sufi melalui meditasi dalam konsentrasi dzikir kepada Allah. Tarekat itu

pada dasarnya tidak terbatas jumlahnya, karena setiap manusia semestinya

harus mencari dan merintis jalannya sendiri, sesuai dengan kemampuan

masing-masing (Simuh, 2002:40). Jadi dapat disimpulkan bahwa tarekat

adalah jalan seorang yang salik untuk menempuh jalan menuju tuhan dengan

penyucian diri sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Tarekat atau jalan yang digunakan Al-Ghazali untuk meraih cintanya

kepada tuhan adalah dengan cara Penyucian hati atau tathbirul qolbi,

konsentrasi dalam dzikir Allah, kemudian fana’ fillah (Simuh, 2002:41).

Tujuan tarekat adalah membersihkan jiwa dan menjaga hawa nafsu untuk

melepaskan diri dari pelbagai bentuk ‘ujub, takabur, riya', hubbud dunya

(cinta dunia), dan sebagainya.Tawakal, rendah hati/tawadhu', ridha,

mendapat makrifat dari Allah, juga menjadi tujuan tarekat.Dalam seluruh

tarekat terdapat kegiatan ritual sentral yang melibatkan pertemuan-

pertemuan kelompok secara teratur untuk melakukan pembacaan do’a, syair

dan ayat-ayat pilihan dari Al-Qur’an. Dibawah ini akan dijelaskan aliran-

aliran Tarekat Dalam Islam yaitu,

a) Tarekat Qadiriyah

Qadiriyah didirikan oleh Abd Al-Qadir Jailani [470/1077-561/1166] atau

quthb al-awiya. Ciri khas dari Tarekat Qadiriyah ini adalah sifatnya yang

luwes,tidak sempit sehingga tuan syekh atau Syekh Mursyid yang baru dapat

menentukan langkahnya menuju kehadirat Allah SWT guna mendapat

keridlaan-Nya. Keluwesan dan kemandirian inilah, yang menyebabkan

Page 61: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

75

tarekat ini cepat berkembang di sebagian besar dunia Islam.Terutama di

Turki, Yaman, Mesir, India, Suria, Afrika dan termasuk ke Indonesia.

b) Syadziliyah

Tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili [593/1196-

656/1258].Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar Dunia Muslim. Ia

diwakili di Afrika Utara teerutama oleh cabang-cabang Fasiyah dan

Darqawiyah serta berkembang pesat di Mesir, tempat 14 cabangnya dikenal

secara resmi pada tahun 1985.

c) Tarekat Naqsabandiyah

Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-

Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari [w. 1389M] di Turkistan. Tarekat ini

mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim

di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di

Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India.

Cirri menonjol Tarekat Naksabandiyah adalah : Pertama, mengikuti syariat

secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan

terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua,

upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan

penguasa serta mendekati Negara pada agama.

d) Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah

Tarekat Yasafiyah didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi [w. 562H/1169M] dan

disusul tarekat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-

Ghuzdawani [w. 617 H/1220 M].kedua tarekat ini menganut paham

tasawuf Abu Yazid Al-Bustami [w. 425 H/1034 M] dan dilanjutkan oleh

Page 62: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

76

Abu Al-Farmadhi [w. 477 H/1084 M].[7] Tarekat Yasafiyah berkembang

ke berbagai daerah, antara lain ke Turki.

e) Tarekat Khalwatiyah

Tarekat ini didirikan oleh Umar Al-Khalatawi [w. 1397 M] dan merupakan

salah satu tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki,

Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman.Di Mesir, tarekat Khalwatiyah didirikan

oleh Ibrahim Gulsheini [w. 940 H/1534 M] yang kemudian terbagi kepada

beberapa cabang, antara lain tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh

Muhammad bin Abd Al-Karim As-Samani [1718-1775].

f) Tarekat Syatariyah

Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar [w. 1485] dari India.

Tarekat ini tidak mementingkan shalat lima waktu, tetapi mementingkan

shalat permanen [shalat dhaim]. Adapun dasar tarekat ini adalah martabat

tujuh yang sebenarnya tidak begitu erat hubungannya dengan praktik

ritualnya.

g) Tarekat Rifa’iyah

Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa’I [1106-1182]. Tarekat

sufi Sunni ini memainkan peranan penting dalam pelembagaan sufisme.

Dari segala praktik kaum Rifa’iyah, dzikir mereka yang khas patut dicatat.

h) Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah

Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadiriyah

dan Naqsabandiyah.Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang

bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19.Tarekat

Page 63: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

77

ini merupakan yang paling berpengaruh dan tersebar secara melua di Jawa

saat ini.

i) Tarekat Sammaniyah

Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin ‘Abd Al-Karim Al-Madani Asy-

Syafi’I As- Samman [1130-1189/1718-1775]. Hal menarik dari tarekat ini

yang menjadi ciri khasnya adalah corak wahdat al-wujud yang dianut dan

syathahat yang terucap olehnya tidak bertentangan dengan syariat.

j) Tarekat Tijaniyah

Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad At-Tijani

[1150-1230 H/1737-1815 M]. Bentuk amalan tarekat Tijaniyah terdiri dari

dua jenis,yaitu wirid wajibah dan wirid ikhtiyariyah.

k) Tarekat Chistiyah

Chistiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di Asia Selatan. Tarekat ini

meyebar ke seluruh kawasan yang kini merupakan wilayah India, Pakista

dan Banglades. Namun, tarekat ini hanya terkenal di India. Pendiri tarekat

ini di India adalah Khwajah Mu’in Ad-Din Hasan, yang lebih populer

dengan panggilan Mu’in Ad-Din Chisti.

l) Tarekat Mawlawiyah

Nama Mawlawiyah berasal dari kata “mawlana” [guru kami], yaitu gelar

yang diberikan murid-muridnya kepada Muhammad Jalal Ad-Din Ar-Rumi

[w. 1273].Oleh karena itu, Rumi adalah pendiri tarekat ini, yang didirikan

sekitar 15 tahun terakhir hidup Rumi.Salah satu mursyid sekaligus wakil

yang terkenal secara internasional dari tarekat ini adalah Syekh Al-Kabir

Helminski yang bermarkas di California, Amerika Serikat.

Page 64: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

78

m) Tarekat Ni’matullahi

Tarekat Ni’matullahi adalah suatu mazhab sufi Persia yang segera setelah

berdirinya dan mulai berjaya pada abad ke-8-14 mengalihkan loyalitasnya

kepada Syi’I Islam. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ni’matullahi Wal.

Tarekat ini secara khusus menekankan pengabdian dalam pondok sufi itu

sendiri.

n) Tarekat Sanusiyah

Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Muhammad bin ‘Ali As-Sanusi. Dalam

tarekat ini, dzikir bisa dilakukan bersama-sama atau sendirian. Tujuan dzikir

itu lebih dimaksudkan untuk “melihat Nabi” ketimbang “melihat Tuhan”,

sehingga tidak dikenal “keadaan ekstatis”’ sebagaimana yang ada pada

tarekat lain.

Pada dasarnya tarekat itu tujuannya sama yaitu untuk mendekatkan diri

kepada Tuhannya. Akan tetapi, cara yang digunakan antara satu dengan

yang lainnya berbeda.

4. Hakikat

Hakikat menurut bahasa adalah kebenaran atau sesuatu yang sebenar-

benarnya atau asal segala sesuatu.Dapat pula dikatakan bahwa hakikat itu

adalah sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu.Menurut Ensiklopedi Islam

jilid 2, diuraikan bahwa hakikat secara etimologis berarti terang, yakin,

sebenarnya. Dalam filsafat hakikat adalah inti dari sesuatu, yang meskipun

sifat-sifat yang melekat padanya dapat berubah akan tetapi pada intinya

tetap sama (Nur, 2004:124). Hakikat (Haqiqat) adalah kata benda yang

berarti kebenaran atau yang benar-benar ada. Yang berasal dari kata

Page 65: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

79

hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau benar (kebenaran). kata

Haq, secara khusus oleh orang-orang sufi sering digunakan sebagai istilah

untuk Allah, sebagai pokok (sumber) dari segala kebenaran, sedangkan yang

berlawanan dengan itu semuanya disebut batil (yang tidak benar).

Dalam Kamus Ilmu Tasawuf, dikatakan bahwa Kata Hakikat

(Haqiqah) seakar dengan kata al-Haqq, reality, absolute, yang dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai kebenaran atau kenyataan. Makna hakikat dalam

konteks tasawuf menunjukkan kebenaran esoteris yang merupakan batas-

batas dari transendensi manusia dan teologis. Adapun dalam tingkatan

perjalanan spiritual, Hakikat merupakan unsur kenyataan eksoteris

dan thariqat (jalan) sebagai tahapan esoterisme, Hakikat juga disebut

Lubb yang berarti dalam atau sari pati, mungkin juga dapat diartikan

sebagai inti atau esensi.

Secara terminologis, kamus ilmu Tasawuf menyebutkan bahwa

Hakikat adalah kemampuan seseorang dalam merasakan dan melihat

kehadiran Allah di dalam syari’at itu, sehingga hakikat adalah aspek yang

paling penting dalam setiap amal, inti, dan rahasia dari syari’at yang

merupakan tujuan perjalanan salik (orang yang menempuh jalan sufi).Pada

dasarnya pengertian hakikat adalah kemampuan seseorang memperoleh

kebenaran yang datang dari Allah.

Ilmu "hakikat" termasuk ilmu Maknun (Ilmu yang tersimpan) yang

tidak boleh disebarkan kecuali kepada ahlinya, karena mengandung unsur

yang membahayakan bagi orang awam (kebanyakan),sebagaimana yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. berikut ini.

Page 66: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

80

"Saya meriwayatkan dari Rasulullah SAW dua wadah

ilmu: salah satunya telah saya sebarkan kepada kalian,

adapun yg kedua seandainya saya sebarkan kepada

kalian, niscaya kalian akan mengasah pisau utk

memotong leherku ini (dua wadah itu ialah Syariat dan

Hakikat)".

Istilah hakikat dipergunakan dalam tasawuf sebagai imbangan kata

syari’at. Kata hakikat identik dengan kerohanian dari ajaran islam karena

kajian tentang hakikat dimulai dari aspek moral yang dibarengi denagn aspek

ibadat. Jika kedua aspek tersebut diamalkan dengan penuh kesungguhan dan

keikhlasan akan meningkat kondisi mental seseorang, dari satu tingkat yang

rendah ketingkat yang lebih tinggi (Nur, 2004:124).

Esensi atau inti hakikat (haqiqah) akan terwujud ketika manusia

memandang dirinya bukan apa-apa, baik pada dirinya sendiri maupun dalam

pengetahuannya, kesadarannya, dan segenap sifat-sifatnya. Untuk merintis

jalan mencapai hakikat seseorang harus memulai dengan aspek moral yang

dibarengi aspek ibadah. Bila kedua aspek ini diamalkan dengan penuh

kesungguhan dan keikhlasan akan dapat meningkatkan kondisi mental

seseorang dari tingkat rendah secara bertahap ke tingkat yang lebih tinggi.

(http://belajarilmutasawuf.blogspot.com/2011/10/pengertian-hakikat.html).

Jadi dapat disimpulkan bahwa cinta dalam arti hakikat bersifat batiniah

yang dapat dirasakan ketika sedang mencapai jalan sufi dalam menjalankan

peribadatannya hanya untuk Allah Swt dengan kesungguhan dan ikhlas

sehingga mencapai derajat yang paling tinggi. Cinta dalam arti hakikat disini

adalah bagaimana cara merasakan kehadiran Allah di dekatnya serta

merasakan kebenaran yang ada dalam syari’at, sehingga tidak bertentangan

Page 67: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

81

dengan syari’at tersebut. Hakikat tidak menduakan Allah dan merasakan

bahwa wujud Allah itu ada.

Al-Ghazali menegaskan bahwa Ilmu hakikat termasuk ilmu rahasia

yang kelihatannya bertentangan dengan Ilmu Syari'at, namun hakikatnya

tidaklah bertentangan.Ilmu ini, tidak boleh ditulis dan tidak boleh disebar-

luaskan secara umum, tetapi harus disembunyikan kecuali kepada orang-

orang yang terpercaya (yang dapat menyimpan amanah), sebagaimana yang

diungkapkan oleh Imam Ali Zainuddin bin Husein bin Ali bin Abu Thalib.

"Banyak Ilmu bagaikan mutu manikam. Seandainya

aku sebar-luaskan,niscaya orang-orang menganggapku

termasuk para penyembah berhala, dan banyak tokoh

kaum Muslimin menganggap halal darahku hingga

mereka menganggap membunuhku itu lebih baik“

(Amilul, dkk:2014).

Setiap gerakan shalat adalah syariat sedangkan dialog bertemu atau

kekhusukan seorang hamba dengan Allah didalam shalat adalah hakikatnya.

Begitu juga dengan ibadah haji yang merupakan syariat Allah sedangkan

setiap kekhusukannya adalah hakikat dari ibadah haji tersebut.Keikhlasan

dalam menjalankan suatu ibadah seperti shalat dan ibadah haji merupakan

hakikat dari sebuah ibadah yang bersifat bathiniah yang tidak tampak.

Hakekat cinta sebena rnya adalah kehidupan spiritual.Cinta

berasal dari Allah dan untuk Allah, cinta kepada selain-Nya hanyalah

dimensi cinta kepada-Nya yang merupakan manifestasi dari konsep cinta

tersebut. Kerancuan dalam memahami masalah cinta akan membuat timpang

keyakinan seseorang, sebab ia akan mencampur adukkan antara cinta mutlak

dengan cinta nisbi (Fia, 2010:29).

Page 68: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

82

Hakikat cinta kepada Allah, hanya tertuju semata-mata kepada Allah dan

kita lupa kepada hal-hal yang lain selain dariNya. Ada sebuah contoh

kejadian, yang telah terjadi pada seorang Wali Allah bernama Ibrahim bin

Adham. Beliau berkata: Pada suatu hari, saya bermohon kepada Allah, seraya

saya mengucapkan "Wahai Tuhanku, jika Engkau telah memberikan kepada

seseorang dari orang-orang yang cinta kepadaMu ketenteraman hati sebelum

bertemu denganMu, maka Engkau berikan pulalah kepadaku yang demikian.

Karena hatiku susah sedemikian rupa, demi cintaku kepadaMu. Orang yang

begitu sangat cintanya bukanlah orang yang mengharapkan balasan sesuatu

dari pihak yang dicintainya atau dia menuntut sesuatu maksud dari pihak

yang ia cintai, karena orang yang begitu sangat cintanya itu ialah orang yang

memberi buat anda, bukanlah orang yang begitu sangat cintanya itu

merupakan orang dimana anda memberi buatnya."

(http://achdor.blogspot.com/2012/09/hakikat-cinta-kepada-allah.html).

Pada dasarnya hakikat Cinta kepada Allah adalah makrifat atau

mengenal Allah tidak menyekutukan Allah, mengenal wujud Allah sifat-sifat

Allah dengan kesungguhan.Semua yang dilakukan hanya tertuju untuk Allah.

Hakikat cinta yang semestinya dirasakan manusia sebagai karunia Tuhan

justru menjadi malapetaka ketika manusia merusak nilai cinta itu

sendiri.Terlebih jika mereka berpandangan bahwa mencintai berarti harus

memiliki. Mencintai harus menodai kesucian diri maupun orang yang

dicintai. Hakikat cinta yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai agama,

mengangkat harkat kemanusiaan, dan mengedepankan ahlak terpuji, entah

Page 69: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

83

kenapa kini seringkali ternoda oleh nafsu berlumur dosa.Akhirnya, cinta dan

nafsu pun berjalan seiring, tanpa ada pembatas. (M. Hilmi As’ad, Hakikat

(sebuah novel religius). Cinta yang semacam itu yang harus dihindari dari

para remaja, pelajar dan mahasiswa saat ini.Agar tidak terpuruk masa

depannya.Menurut Ibnu Arabi, cinta selalu identik dengan ketulusan dan

kesucian dari segala sifat, sehingga tidak ada tujuan lain selain keinginan

bersama yang dicintai (Allah).

Allah SWT berfirman, “Katakan (wahai Muhammad)

jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah

aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni

dosa-dosa kalian.Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang” (QS. Ali-Imron: 31).

Manusia yang mencintai Allah ialah manusia yang selalu senantiasa

patuh dan tunduk terhadap perintah dan menjauhi segala larangan-

Nya.Mencintai manusia lainnya karena Allah dan membenci karena Allah

pula. Barang siapa yang telah ikhlas cintanya kepada Allah itu dengan

menaati segala perintah-Nya karena iman, ibadah, dan tuntutan perilakunya,

maka ia telah mencapai salah satu tujuan cinta ruhani. Cinta inilah yang akan

meningkatkan derajat perilaku seseorang, maka setiap ucapan dan

perbuatannya sebagai ketaatan kepada-Nya. Yang demikian ini juga diantara

ciri amal shalih atau kebajikan yang meliputi segala hal. Allah berfirman

yang artinya: “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya

kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah [2]: (165).

Allah memberikan akal kepada manusia agar mereka berfikir, karena

dengan berfikir dia akan memperoleh ilmu, dengan ilmunya itulah maka dia

mengetahui hakikat cinta, dan menjalankan cinta sesuai dengan fitrah cinta

Page 70: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

84

itu sendiri. Yaitu, cinta yang dijalankan sesuai dengan ridha Allah.Sehingga

dapat memberikan timbal balik yang positif terhadap penggunanya

(http://ksip-tyk.blogspot.co.id/2013/02/hakikat-cinta.html).

5. Ma’rifat

Tahap atau maqam akhir perjalanan spiritual sufi terus diperdebatkan

tapi makrifat sebagai konsep dan tahap atau maqam lebih dikenal luas di

kalangan sufi atau pemeluk Islam yang awam atau ulama. Sebagai tahapan

spiritual, makrifat mendasari kemampuan spiritual tahap berikut, namun

sebagai tindakan la menjadi jalan memperoleh pengetahuan guna memahami

realitas diri, alam dan masyarakat. Di sini kemampuan makrifat dihubungkan

dengan hampir semua tahap rohani sufi hingga ittihad (kesatuan manusia

dengan Tuhan) dan insan kamil (manusia sempurna).

Makrifat berasal dari kata arab makrifatun yang berarti

‘pengetahuan,pengenalan’. Di dalam ajaran tasawuf makrifat diberi

pengertian sebagai pengenalan tentang kemahabesaran Tuhan melalui

penghayatan batin dengan cara bersungguh-sungguh dalam melaksanakan

ibadah. Beberapa istilah lain dari kata makrifat diantaranya ialah jnanasandhi

(Sansekerta) dan gnosis. Jnanasandhi adalah rahasia pengetahuan dan gnosis

adalah pengetahuan tentang hal batin (gaib) atau tasawuf (Istadiyantha, 2007:

118 dalam Sri Mulyono, 1983: 62).

Menurut Al-Ghazali makrifat dibagi menjadi dua macam

(Istadiyantha, 2007: 118, Al-Ghazali dalam Abubakar Aceh, 1984: 69-70) :

Ilmu Adna yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan cara

membaca atau belajar (pengetahuan yang bersifat lahiriyah).

Page 71: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

85

Ilmu Ladunni yaitu pengetahuan tentang rahasia ketuhanan yang

diperoleh berdasarkan karunia Allah semata-mata.

Makrifat dalam pengertian sufisme adalah “Gnosis” dari teosofi

Hellenistik, yaitu pengetahuan langsung mengenai Tuhan berdasarkan wahyu

atau petunjuk Tuhan. Ia bukan hasil atau buah dari proses mental, tetapi

bergantung sepenuhnya pada kehendak dan karunia Tuhan (Nicholson,

2000:54-55). Hal tersebut karena pengetahuan tentang makrifat diberikan

karena rahmat Tuhan kepada manusia yang memang sudah diciptakan untuk

menerima makrifat tersebut.Hal tersebut merupakan bukti kecintaan Tuhan

kepada makhluknya dengan memberikan makrifat secara langsung kepada

manusia yang dikehendaki untuk menerimanya.

Sirr, roh, dan qalbu merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan

Tuhan, sirr merupakan alat yang paling peka dan lebih halus dari roh dan

qalbu.Ia juga merupakan alat yang digunakan oleh sufi untuk mencapai

ma’rifat. Oleh sebab itu sirr bertempat pada roh dan roh bertempat di qalbu,

maka sirr timbul serta dapat menerima makrifat dari Allah pada saat roh dan

qalbu suci dan kosong dari segala sesuatu yang dapat mengganggunya.

Setelah itu tiba saatnya bagi para sufi untuk menangkap cahaya yang

diturunkan Tuhan (Nur, 2004:128). Walaupun makrifat dapat mengetahui

rahasia-rahasia Tuhan akan tetapi makrifat tidak bisa diterima sepenuhnya

oleh manusia.

Page 72: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

86

Tabel 1. Susunan sarana pencapaian makrifat menurut Muhamad Nur

Al-Ghazali juga mengatakan bahwa ,”Sarana untuk mencapai makrifat

adalah qalbu, bukan panca indera atau akal. Pengetahuan yang diperoleh qalbu

lebih benar daripada pengetahuan yang diperoleh melalui akal.Jalan untuk

memperoleh kebenaran adalah tasawuf (Makrifat bukan Falsafah). Makrifat

berarti memandang wajah Allah serta mengandung moral,kebahagiaan,cinta

kepada Allah dan fana di dalamnya. Jalan yang ditempuh kaum sufi

mengandung tujuan meningkatkan akhlak terpuji melalui latihan jiwa, dan

bertujuan mengganti akhlak tercela menjadi akhlak terpuji. Menurut Al-

Ghazali tujuan dari makrifat adalah mengacu pada moral ilahiyah (Nur,

2004:129). Kata qalbu dapat berarti dua macam yaitu dalam arti jasmani dan

rohani.Pengertian qalbu dalam makrfat Al-Ghazali adalah yang berarti

rohani.Qalbu menurut Al-Ghazali bagaikan cermin, sementara ilmu adalah

pantulan gambar realitas yang terdapat didalamnya.Jika cermin qalbu tidak

bening maka tidak akan memantulkan realitas ilmu. Selanjutnya yang

membuat cermin qalbu tidak bening adalah hawa nafsu tubuh (Asmaran,

2002:341).

Page 73: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

87

Sementara ajaran makrifat secara praktis bersumber dari teks Al

qur’an dan sunnah seperti kisah Nabi Sulaiman (QS. An Naml: 40) dan

kisah tentang Nabi Khidir dan Nabi Musa (QS.al-Kahfi: 71-83). Dari dua

sumber di atas kemudian muncul berbagai penafsiran yang kemudian

melahirkan beberapa konsep makrifat yang berbeda dari beberapa tokoh sufi

seperti al-Busthami, al Hallaj, al-Ghazali dan Ibnu Arabi (Dahlan dkk,

2013:72). Kisah nabi Sulaiman dalam Al-Qur’an yaitu :

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI

Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu

kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala

Sulaiman melihat singgasana itu terletak di

hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk karunia

Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur

atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan

barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia

bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan

barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya

Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia"(QS. An

Naml: 40).

Ayat diatas menjelaskan bahwa nabi Sulaiman menunjukkan kepada

ratu Balqis bahwa nabi Sulaiman memiliki singgasana yang sangat mewah

seperti ratu balqis. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan kekayaan

nabi Sulaiman kepada ratu Balqis agar ratu Balqis tidak semakin

sombong.Hubungan kisah diatas dengan machabbah adalah bukti kecintaan

Tuhan kepada hambanya yang dikendaki dengan memberikan karunia

kekuatan yang luar biasa kepada nabi Sulaiman.Karuia tersebut diberikan

Allah karena nabi Sulaiman merupakan hamba yang dikehendaki untuk

menerimanya.Agar nabi Sulaiman tetap bersyukur dengan nikmat yang

diberikan oleh Allah sehingga lebih mengenal Allah dengan jalan makrifat

tersebut.

Page 74: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

88

Kedua adalah antara nabi Khidzir dan nabi musa pada ayat al-Qur’an

yaitu ketika nabi Musa bertemu nabi Khidzir kemudian melakukan

perjalanan mengarungi lautan bersama kemudian bertemu dengan anak kecil

kemudian nabi khidzir membunuhnya, nabi musa bertanya dengan nabi

khidzir kenapa anak yang tidak berdosa dibunuh. Hal tersebut nabi Khidzir

lakukan untuk menghindarkan anak tersebut jika sudah dewasa terhidar dari

perbuatan dosa, kemudian nabi Khidzir ditengah perjalanannya lagi

melubangi kapal hingga bocor.Kemudian nabi Musa terus bertanya dan

dalam dirinya timbul rasa kebencian.Kisah tersebut pemahamannya bukan

dengan akal tetapi dengan hati.

Nabi Khidzir pasrah akan kehendak Allah sehingga dapat

menyelamatkan dari perbuatan dosa. Jika Tuhan tidak berkehendak kita

mengenal-Nya maka kita pun tidak akan bisa mengenal-Nya. Dan jika

mengenal-Nya pun maka hanya melalui Dia (walaupun kita tidak mau tetapi

semua telah kehendak-Nya).Hubungannya dengan machabbah adalah

perjalanan nabi Khidzir dan nabi Musa menuju kebenaran sejati.Tuhan

memberikan pengetahuan terlebih dahulu kepada orang yang dikehendaki

mengenai pengetahuan yang tidak diketahui oleh manusia pada

umumnya.Hal tersebut merupakan bukti kecintaan Tuhan kepada nabi

khidzir.

Salah satu fungsi makrifat ialah tidak adanya jarak atau penghalang di

antara yang melihat dan yang dilihat, antara yang mengetahui dan yang

diketahui atau subyek dan obyek pengetahuan.Maqam itu juga berarti

pencairan segala batas fisik yang melampaui sekat-sekat sehingga yang

Page 75: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

89

nampak kemudian adalah hakikat dari obyek itu sendiri. Makrifat

merupakan jalan dan keadaan dimana seseorang berada dalam kemampuan

melihat, tanpa batas formalitas dan tanpa simbolitas. Pengertian ini terutama

dipakai berkaitan dengan konsep manusia sempurna atau insan kamil yang

dalam fungsi sederhana berarti kemampuan melihat inti segala obyek

(Munir, 2004:125).

Al-Ghazali berpandangan bahwa kaum sufi dapat menyaksikan hal-

hal yang tidak dapat dicapai oleh para ilmuan dan filosof. Para

sufimenyaksikan sesuatu melaui nur yang dipancarkan tuhan kepada orang

yang dikehendakinya. Nur itu adalah kunci ma’rifah.Ma’rifah yang

sebenarnya menurut al-Ghazali, didapatkan melalui nur yang dipancarkan

tuhan ke dalam qalbu seseorang agar mengenali hakikat Allah dan segala

ciptaannya. Qalbu yang bersihlah yang dapat menerima nur dari Allah,

syaratnya adalah mensucikan diri dari dosa dan tingkah laku tercelah, qalbu

harus total berzikir kepada Allah sehingga seorang menjadi fana’ (sirna)

secara total kepada ilahi. Hasil yang didapatkan adalah muka>syafah

(keterbukaan tabir penghalang) dan musya>hadah (mempersaksikan

Tuhan). Akhirnya seseorang sampai kepada peringkat yang begitu dekat

dengan tuhan (Lihin, 2015).

Proses ma’rifat (pengenalan) seseorang kepada Tuhannya untuk

mencapai machabbah berbeda-beda. Al-Ghazali membagi kelompok orang-

orang yang sampai pada tingkat ma’rifat dan mahabbah kepada dua

tingkatan yaitu pertama tingkatan seseorang yang kuat dalam ma’rifat. Dia

adalah seseorang yang menjadikan Tuhan sebagai awal makrifatnya dan

Page 76: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

90

kemudian dengan makrifat itu ia mengenal segala sesuatu yang selain

Tuhan. Kedua adalah tingkatan seseorang yang lemah makrifatnya. Yaitu

seseorang yang bermula dengan mengenal ciptaan Tuhan kemudian dengan

makrifatnya ia mengenal Tuhan ( E:\Tasawuf Imam Ghazali C@hya

[email protected] ). Pengenalan pada tahap awal adalah mengenali segala

bentuk dzat,sifat maupun maujud Allah terlebih dahulu kemudian baru

mengenal penciptaan Allah. Pada tahap kedua adalah orang yang lemah

makrifatnya yaitu mengenal ciptaan Allah terlebih dahulu baru mengenal

Allah dengan segala maujud Allah.

Menurut Al-Ghazali ma’rifat yang hakiki didapat melalui ilham-ilham

dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang diberikan Tuhan secara langsung

kepada manusia tertentu tanpa proses pengamatan dan penalaran atau proses

belajar. Syarat yang dilakukan untuk mencapai makrifat menurut Al-Ghazali

adalah mensucikan diri dari dosa-dosa dan tingkah laku yang tercela

kemudian membersikan diri dari yang selain Allah Swt. Kunci kesucian

tersebut adalah melibatkan qalbu secara total (Asmaran, 2002:342).

Bahwa Makrifat cinta Al-Ghazali adalah mengetahui rahasia Tuhan

dan keteraturan hukum-hukum Ilahi pada segala benda karena jelas dan

terangnya pengetahuan itu merupakan. Obyek makrifat menurut Al-Ghazali

tidak hanya terbatas pada pengenalan tentang Tuhan, tetapi juga mencakup

pengenalan tentang segala hukum-hukum-Nya yang terdapat pada semua

makhluk. Lebih jauh, dapat pula diartikan bahwa orang yang telah mencapai

tingkat makrifat (al‘arif) mampu mengenal hukum-hukum Allah atau

sunnah-Nya yang hanya tampak pada orang-orang tertentu (para ’arifin).

Page 77: BAB II PEMBAHASAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011010_bab2.pdf · menyebarkan ilmu pengetahuan dan jurnalisme ilmiah serta memberikan fatwa ... Dalam

91

Karena itu, adanya peristiwa-peristiwa “luar biasa”, seperti karamah, kasyf

dan lain-lain yang dialami oleh orang-orang sufi, sebenarnya, tidaklah keluar

dari sunnah Allah dalam arti yang luas, karena mereka mampu menjangkau

sunnah-Nya yang tak dapat dilihat atau dijangkau oleh orang-orang biasa.

Karena itu, dapat dikatakan, bahwa obyek makrifat dalam pandangan al-

Ghazali mencakup pengenalan terhadap hakikat dari segala realitas yang

ada. Meskipun demikian, pada kenyataannya, al-Ghazali lebih banyak

membahas atau mengajarkan tentang cara seseorang memperoleh

pengetahuan tentang Tuhan, yang memang tujuan utama dari setiap ajaran

sufi. Dengan demikian, al-Ghazali mendefinisikan makrifat dengan ( النظر اىل

.(memandang kepada wajah Allah ta’ala) (وجه اهلل تعاىل

Pengetahuan tentang Tuhan selalu melahirkan cinta, sementara

cinta mensyaratkan adanya pengetahuan mengenai obyek cinta,

walaupun hal tersebut melalui pengetahuan langsung dan renungan.

Makrifat merupakan pengetahuan yang tidak dapat dicapai tanpa proses

jalan menuju makrifat tersebut.