bab ii
DESCRIPTION
psoriasisTRANSCRIPT
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Psoriasis
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan
residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena
tetesan lilin, Ausplitz, dan Kobner. Penyakit ini tergolong dalam dermatosis
eritroskuamosa dan bersifat kronik dan residif, yang dikarakterisasi oleh lesi
berwarna kemerahan, plak bersisik yang muncul di kulit, disertai oleh
fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz, dan Kobner.1,2,3
2.2. Epidemiologi
Psoriasis ditemukan di seluruh dunia, tetapi catatan prevalensi di daerah
yang berbeda bervariasi kurang dari 1.5% hingga mencapai 3% dari
populasi.1 Insiden pada orang kulit putih lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang kulit berwarna.1 Terdapat sekitar 3000.000 – 5000.000 orang
dengan psoriasis di wilayah Di Amerika Serikat. Psoriasis jarang ditemukan
di Afrika Barat dan Amerika Utara.4
Insiden psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita, psoriasis
dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa muda.1,2,
Onset penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda dan orang
tua.2 Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 – 30
tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 – 60 tahun.1 Psoriasis lebih
banyak dijumpai pada daerah dingin dan lebih banyak terjadi pada musim
hujan.3
3
2.3. Etiologi
Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi
genetik tetapi secara pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis
tampaknya merupakan suatu penyakit keturunan dan diduga berhubungan
dengan sistem imun dan respon peradangan.1,2 Diketahui faktor utama yang
menunjang penyebab psoriasis adalah hiperplasia sel epidermis.1,2,4 Beberapa
faktor yang diduga berperanan antara lain:
1) Faktor imun
Peranan mekanisme imun dibuktikan dengan tingginya jumlah sel T yang
teraktivasi dalam epidermis dan dermis, adanya makrofag, dan dengan
terbukti efektifnya terapi imunosupresif dan imunomodulator pada psoriasis.
Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari ketiga
jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit.
Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis
matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang
terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam
epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi
oleh limfosit T CD8. Sel Langerhans juga berperan pada imunopatogenesis
psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya
pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans.
Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3-
4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff (1998)
berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih 90%
kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif.1
2) Faktor Genetik
Faktor genetik juga terkait dengan kejadian psoriasis. Alasan utama yang
mendukung hal ini adalah penelitian yang menunjukkan peningkatan insiden
psoriasis pada keluarga penderita psoriasis, peningkatan insiden psoriasis
yang terjadi pada anak dengan satu atau kedua orangtua yang terkena,
tingginya angka psoriasis pada kembar monozigot, dan kemungkinan letak
lokus pada beberapa kromosom. Faktor genetik sangat berperan, dimana bila
4
orang tuanya tidak menderita psoriasis, resiko untuk mendapat psoriasis
12%, sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita psoriasis
resikonya mencapai 34-39 %. Hal lain yang menyokong adanya faktor
genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Berdasarkan awitan
penyakit dikenal dua tipe: Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat
familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6
sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan
berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi
dengan HLA-B27. 2, 5, 8, 9, 10, 13. Psoriasis merupakan kelainan multifaktorial
dimana faktor genetik dan lingkungan memegang peranan penting.2,5
3) Faktor pencetus
Beberapa faktor pencetus terjadinya awitan psoriasis antara lain 1,3,4,5:
- Infeksi: oleh streptococcus, candida albicans, HIV,Staphylococcus
- Obat-obatan: antimalaria, beta-adrenergic blocker, corticosteroid,
lithium, ACE- Inhibitor
- Trauma fisik: koebner phenomenon
- Stress: pada sebagian penderita faktor stres dapat menjadi faktor
pencetus. Penyakit ini sendiri dapat menyebabkan gangguan psikologis
pada penderita, sehingga menimbulkan satu lingkaran setan, dan hal ini
memperberat penyakit. Sering pengobatan psoriasis tidak akan berhasil
apabila faktor stres psikologis ini belum dapat dihilangkan.
- Cuaca yang panas dan sinar matahari dilaporkan memiliki efek yang
menguntungkan, sementara cuaca dingin memiliki efek yang
berlawanan.
- Alkohol: Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat
psoriasis tetapi pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini
muncul berdasarkan observasi peminum alcohol yang mengalami flare
up ketika mengkonsumsi alcohol.
- Faktor endokrin: Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan
menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada
masa pasca partus memburuk.
5
2.4. Patofisiologi
Patofisiologi psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis
percaya bahwa penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated.
Beberapa penemuan mendukung autoimun ini seperti histokompatibiliti
kompleks mayor (MHC) antigen, akumulasi sel T terutama memori, serta
adanya lapisan anti korneum dan anti keratinosit antibodi nukleus.1 Beragam
data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis menekankan
bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi kulit. Lesi
psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis
yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik
dalam epidermis.2,3,4
Pada kulit dengan psoriasis, siklus sel epidermal terjadi lebih cepat.
Perubahan morfologik dan kerusakan sel epidermis akan menimbulkan
akumulasi sel monosit dan limfosit pada puncak papil dermis dan di dalam
stratum basalis sehingga menyebabkan pembesaran dan pemanjangan papil
dermis. Sel epidermodermal bertambah luas, lipatan dilapisan bawah
stratum spinosum bertambah banyak.4
Proses ini menyebabkan pertumbuhan kulit lebih cepat dan masa
pertukaran kulit menjadi lebih pendek dari normal, dari 28 hari menjadi 3-4
hari. Stratum granulosum tidak terbentuk dan didalam stratum korneum
terjadi parakeratosis.2,4,5
Gambar 2.1. Perbedaan histologi kulit normal dengan kulit psoriasis4
6
Pembelahan sel pada stratum basale terjadi setiap 1.5 hari, dan migrasi
keratinosit ke stratum korneum terjadi kira-kira dalam 4 hari. Karena sel-sel
mencapai permukaan dengan sangat cepat, sel-sel tersebut tidak
berdiferensiasi dan berkembang dengan sempurna. Stratum corneum tidak
terkeratinisasi secara sempurna dan sel-sel epidermal berkembang dan
menumpuk dengan abnormal dan menjadi berskuama. Epidermis pada lesi
psoriasis tiga hingga lima kali lebih tebal dari normal. Pembuluh darah
dalam stratum papilare dermis terdilatasi dan sel-sel inflamasi, seperti
neutrofil, menginfiltrasi epidermis. Pada psoriasis terjadi peningkatan
mitosis sel epidermis sehingga terjadi hiperplasia, juga terjadi penebalan dan
pelebaran kapiler sehingga tampak lesi eritematous. Pendarahan terjadi
akibat dari rupture kapiler ketika skuama dikerok.4
2.5. Bentuk Klinis Psoriasis
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu: 2
1) Psoriasis Vulgaris
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara
ilmiah disebut juga Psoriasis Vulgaris.
2) Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak
dan diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas
bagian atas atau sehabis influenza atau morbili, stres, luka pada kulit,
penggunaan obat tertentu (antimalaria dan beta bloker).
3) Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada darerah fleksor.
4) Psoriasis Eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang, kelainannya eksudativa seperti dermatitis
akut.
5) Psoriasis Seboroik (seboriasis)
Gambaran klinis merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis
seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan
agak lunak. Lesi juga terdapat pada tempat seboroik.
7
6) Psoriasis Pustulosa
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap
sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis.
Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan
generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palm-
plantar (Barber) yang menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung
jari. Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa
generalisata akut (von Zumbusch) jika pustula timbul pada lesi psoriasis
dan juga kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas / rasa
terbakar. Dapat terjadi komplikasi pneumonia, hepatitis, dan kegagalan
jantung, sehingga berakibat fatal.
7) Artritis Psoriatik
Poliartritis dan menyerang sendi-sendi kecil, terutama interfalang distal.
8) Psoriasis Eritroderma
Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu
kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas, dapat juga ditimbulkan
oleh infeksi, hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan penghentian
kortikosterid, baik topikal maupun sistemik. Lesi yang khas untuk
psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal
universal.
8
2.6. Diagnosis
A. Anamnesis dan Pemeriksaan Kulit
Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak
kemerahan yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup
dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi, makin melebar, bisa
pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal. Pada stadium
penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya
terdapat di pingir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti
mika (mica-like scale), serta transparan. Plak eritematous yang tebal
menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran
pembuluh darah dan inflamasi. Besar kelainan bervariasi dari milier,
lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi, dengan gambaran
yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau geografis.
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,
lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp,
perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan
bawah, umbilikus, serta kuku.1,2,5,7
Gambar 1.2 Bentuk Lesi Psoriasis dengan Skuama Putih Tebal Berlapis5
Jika lesi mengarah ke bentuk psoriasis guttata, penggalian riwayat
pengobatan harus dilakukan secara mendalam untuk mengeksklusi sejumlah
obat-obatan seperti beta bloker dan litium, yang dapat menyebabkan erupsi
menyerupai psoriasis guttata. Selain itu, obat-obatan seperti antimalaria,
NSAID, serta obat-obatan immunomodulatori seperti infliximab, etanercept,
imatinib, dan adalimumab telah dikaitkan dengan penyakit ini.9,10,11
Pemeriksaan kulit biasanya memperlihatkan lesi dengan karakteristik
9
droplike papul, warna salmon-pink, multipel dan diskret, dengan diameter 1-
10 mm. Skuama biasanya tidak ditemukan di awal penyakit, namun pada
keadaan lanjut akan terlihat seperti gambar di bawah:
Gambar 2.3. Psoriasis Gutata6
Pada beberapa bentuk klinis psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner (isomorfik).2,5 Fenomena Tetesan Lilin dimana bila lesi
yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi
putih yang disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Auspitz Sign ialah
bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul bintik-bintik
pendarahan yang disebabkan papilomatosis yaitu papilla dermis yang
memanjang tetapi bila kerokan tersebut diteruskan maka akan tampak
pendarahan yang merata. Fenomena Kobner ialah bila kulit penderita
psoriasis terkena trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang
sama dengan kelainan psoriasis umumnya akan muncul setelah 3 minggu.1,2,3
Fenomena tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi
psoriasis dan merupakan nilai diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse
(psoriasis pustular) dan digunakan untuk membandingkan psoriasis dengan
penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang sama, sedangkan Kobner
tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus,
10
liken nitidus, veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit
Darier. Fenomena Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76%
pada pasien psoriasis.2,3 Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita
psoriasis yang lama juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku, berupa
pitting nail atau nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan
miliar.2,7 Perubahan pada kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh
atau sebagian kuku dari matriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian
distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya), oil spots
subungual, dan koilonikia (spooning of nail plate). 1,8
B. Pemeriksaan Histopatologi
Biopsi kulit mungkin merupakan satu-satunya pemeriksaan diagnostik
yang membantu apabila diagnosis sulit ditegakkan.6 Meningkatnya ketebalan
epidermis, adanya nukleus di atas stratum basale, dan keratin yang tebal
berhubungan dengan turn over epidermis yang meningkat. Karena epidermis
terus membelah, lapisan ini tidak berdiferensiasi dengan sempurna menjadi
terkeratinisasi. Sel-sel ini mudah terlepas dan menampakkan pembuluh
darah di bawahnya. Hal ini secara klinis dikenal sebagai Auspitz sign. Plak
psoriasis dapat diumpamakan sebagai tembok batu bata yang terburu-buru
dibangun, tinggi tetapi mudah diancurkan. Sel-sel polimorfonuklear yang
bermigrasi ke epidermis membentuk pustule steril dalam pustural psoriasis
(paling sering didapatkan pada telapak tangan dan telapak kaki). Pembuluh
darah yang berdilatasi memberikan gambaran eritema yang intens pada
psoriasis.1
Psoriasis memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan
(akantosis) reteridges dengan bentuk clubike, perpanjangan papila dermis,
lapisan sel granuler menghilang, parakeratosis, mikro abses munro
(kumpulan netrofil leukosit polimorfonuklear yang menyerupai pustul
spongiform kecil) dalam stratum korneum, penebalan suprapapiler
epidermis (menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi kapiler papila dermis dan
11
pembuluh darah berkelok-kelok, infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan
sampai sedang dalam papila dermis atas.1,2,5,6
C. Laboratorium
Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis
tanpa terkecuali pada psoriasis pustular general serta eritroderma psoriasis
dan pada plak serta psoriasis gutata. Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan bertujuan menganalisis penyebab psoriasis, seperti pemeriksaan
darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat. Bila penyakit
tersebar luas, pada 50 % pasien dijumpai peningkatan asam urat, dimana hal
ini berhubungan dengan luasnya lesi dan aktifnya penyakit. Hal ini
meningkatkan resiko terjadinya Artritis Gout.6 Laju endapan eritrosit dapat
meningkat terutama terjadi pada fase aktif. Dapat juga ditemukan
peningkatan metabolit asam nukleat pada ekskresi urin. Pada psoriasis berat,
psoriasis pustular general dan eritroderma keseimbangan nitrogen terganggu
terutama penurunan serum albumin. Protein C reaktif, makroglobulin, level
IgA serum dan kompleks imun IgA meningkat, dimana sampai saat ini
peranan pada psoriasis tidak diketahui.5,6,8 Pada pasien dengan lesi palmar
dan plantar, analisis serologi sebaiknya dilakukan untuk mengeksklusi sifilis
sekunder.6
2.7. Diagnosis Banding Psoriasis
a. Pitiriasis Rosea dan Pitiriasis Licenoides
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha,
bentuk oval, distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon
cemara), skuama sedikit tidak berlapislapis dan didahului oleh herald
patch. Gambaran ini seringkali menyerupai psoriasis gutata. Di sisi lain,
12
pitiriasis licenoides juga dapat memberikan gambaran menyerupai
bentuk klinis psoriasis gutata, namun lesinya seringkali kurang tersebar,
warnanya kecoklatan atau merah hingga jingga-kecoklatan, yang ditutupi
oleh skuama menyerupai mika.1
b. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema
dapat terjadi hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis.
Perbedaannya adalah skuama umumnya pada perifer lesi dengan
gambaran khas adanya central healing, keluhan pada dermatofitosis gatal
sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.2
c. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis
psoriasiformis. Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga
dan sering disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal), STS
positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama tersangka (coitus
suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta
alopesia areata.2
d. Dermatitis Atopi
Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut,
biasanya disertai eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal
berat.2
2.8. Penatalaksanaan
Terdapat banyak variasi pengobatan psoriasis, tergantung dari lokasi
lesi, luasnya lesi, dan beratnya penyakit, lamanya menderita penyakit dan
usia penderita. Pada pengobatan awal sebaiknya diberikan obat topikal,
tetapi bila hasil tidak memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan
sistemik, atau diberikan kombinasi dari keduanya.2
1) Pengobatan Topikal
Terapi dengan menggunakan pengobatan topikal merupakan pilihan
untuk penderita-penderita dengan psoriasis plak yang terbatas atau
13
menyerang kurang dari 20% luas permukaan tubuh. Terapi topikal
digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan agen topikal lainnya
atau dengan fototerapi.
a) Anthralin
Diberikan dalam bentuk salep dengan konsentrasi 0,05-0,1%, untuk
pengobatan psoriasis bentuk plakat yang kronis atau psoriasis gutata.
Mempunyai efek antiinflamasi dan menghambat proliferasi
keratinosit. Efek sampingnya adalah bersifat iritasi dan mewarnai
kulit dan pakaian.1,2
b) Vitamin D3 (Calcipotriol)
Mempunyai efek antiinflamasi dan menghambat proliferasi
keratinosit dengan menghambat pembentukan IL-6. Dipakai untuk
pengobatan psoriasis bentuk plakat, dan dapat menimbulkan iritasi
lokal.2
c) Preparat Tar
Preparat tar seperti liquor carbonis detergent 2-5% dalam salep
dipakai untuk pengobatan psoriasis yang kronis. Diduga mempunyai
efek yang menghambat proliferasi keratinosit. Efeknya akan
meningkat bila dikombinasi dengan asam salisilat 2-5%. Dapat
diberikan dalam jangka lama tanpa iritasi.3
d) Kortikosteroid topikal
Biasanya dipakai yang mempunyai potensi sedang sampai kuat,
untuk pengobatan lesi psoriasis yang soliter. Mempunyai efek anti
inflamasi dan anti mitosis.2,3
2) Pengobatan Sistemik
a) Kortikosteroid
Hanya dipakai bila sudah terjadi eritroderma atau psoriasis pustulosa
generalisata. Dosis setara dengan 40-60 mg prednison per hari, dan
kemudian diturunkan perlahan-lahan.2,6
b) Methotrexate
14
Mempunyai efek menghambat sintesis DNA dan bersifat anti
inflamasi dengan menekan kemotaktik terhadap sel netrofil.
Diberikan untuk pengobatan psoriasis pustulosa generalisata,
eritrodermi psoriatik, dan artritis psoriatik. Dosis yang diberikan
adalah 10-12 mg per minggu, atau 5 mg tiap 12 jam selama periode
36 jam dalam seminggu. Efek samping dapat berupa gangguan
fungsi hati, ginjal, sistem hemopoetik, ulkus peptikum, dan lain-
lain.2,6
c) Siklosporin
Sebagai salah satu obat imunosupresif yang mempunyai efek
menghambat aktivasi dan proliferasi sel T. Selain itu juga dapat
menghambat pertumbuhan sel keratinosit. Dosis yang dianjurkan
adalah 2-5 mg/kg BB, namun memerlukan waktu yang cukup lama,
dapat sampai 3-6 bulan. Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik.2,6
d) Retinoid
Merupakan derivat vitamin A, misalnya etretinat atau acitretin.
Mempunyai efek menghentikan diferensiasi dan proliferasi
keratinosit dan bersifat anti inflamasi, dengan menghambat fungsi
netrofil. Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa generalisata
ataupun lokalisata, dan eritroderma psoriatik.2,6
e) DDS (diaminodifenilsulfon)
Hanya dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa lokalisata
dengan dosis 2 x100 mg/hari. Efek sampingnya ialah: anemia
hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis.1,2
3) Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga
dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah
dengan penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapt diukur dan
jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis. Karena itu,
digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal
sebagai UVA.2 Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau
15
berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan
disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal
sebagai pengobatan cara Goeckerman.2,6 PUVA efektif pada 85 % kasus,
ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain.8 Karena
psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik.
Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet.
Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan.
Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.1,2
Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan
sakit kepala.8,15 Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang
dianggap sebagai resiko PUVA masih kontroversial.2,4
Selain itu UVB juga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis
tipe plak, gutata, pustular dan eritroderma. Pada tipe plak dan gutata
dikombinasikan dengan salep likuor karbonis detergens (LCD) 5-7%
yang dioleskan sehari 2x. sebelum disinar dicuci dahulu. Dosis UVB
pertama 12-23mJ menurut tipe kulit kemudian dinaikan secara bertahap
15% dari dosis sebelumnya selama seminggu 3 kali. Target pengobatan
ialah pengurangan 75% skor PASI. Hasil baik yang di capai saat ini
hamper 73% kasus, terutama tipe plak.
Dosis Fototerapi untuk psoriasis :
Initial dose → increase sampai → Goal dosage OR 95% clearing
OR batas max (30’) → maintenance ( doses clearing ):
- Erytema → diturunkan 25% - sampai hilang
- New lesi <5% area tubuh → dinaikkan 10% - sampai kembali
95% clear.
- Flare ( lesi baru >5% area tubuh) → tingkatkan frekuensi terapi.
Respon lesi Psoriasis terhadap terapi :
Tingkat Presentase Kriteria
0 0% Tidak ada perubahan
1 5-20% Perubahan minimal : skuama dan atau
16
eritema berkurang
2 20-50% Perubahan tampak jelas : semua plak mulai
mendatar, skuama dan eritema berkurang
3 50-95% Perubahan berarti : semua plak datar
sempurna, tetapi tepi masih teraba.
4 95% Bersih : semua plak mendatar termasuk
tepinya , tersisa hiperpigmentasi.
Efek samping fototerapi :
Kulit memerah
Terasa gatal
Tampak membengkak
Kulit melepuh
Selain berbagai terapi yang disebutkan di atas, monitoring pasien
untuk mengevaluasi pengibatan dan monitoring efek samping obat
sangat diperlukan. Selain itu konsultasi ke bagian lain juga dapat
dilakukan untuk mencari fokus infeksi yang diduga dapat mencetuskan
psoriasis.1,5
2.9. Prognosis
Psoriasis adalah penyakit seumur hidup. Sampai saat ini penyakit ini
tidak dapat disembuhkan, tetapi bermacam-macam terapi dapat menolong
mengontrol gejala. Hampir semua orang dengan psoriasis dapat hidup
dengan normal dan tidak menyebabkan kematian. Beberapa terapi yang
paling efektif digunakan untuk mengobati psoriasis berat dapat
menyebabkan meningkatnya risiko morbiditas termasuk kanker kulit,
lymphoma dan liver disease. Tetapi, sebagian besar pengalaman pasien
psoriasis yang memiliki lesi minor terlokalisir, terutama di siku dan lutut
dapat diobati dengan terapi topikal. Psoriasis dapat memburuk sepanjang
waktu tetapi tidak dapat diprediksi kapan muncul, meluas, ataupun
17
menghilang. Penyakit psoriasis ini bersifat residif sepanjang hidup
penderita. Mengontrol keluhan dan gejala secara tipikal memerlukan terapi
seumur hidup.2