bab i anc pk

81
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bersalin dengan keadaan normal dan selamat merupakan dambaan semua orang terhadap ibu yang sedang mengandung. Ada kalanya pada bulan ke-7 masa kehamilan mengadakan acara besar-besaran tujuh bulanan dalam rangka meminta pertolongan kepada yang Maha Kuasa, ada pula yang hanya mengadakan pengajian. Namun untuk mewujudkan hal tersebut, tentulah ditentukan oleh kesigapan dan kepatuhan untuk memantau dan menjaga kehamilannya agar si jabang bayi tak mengalami gangguan yang berarti selama masa kehamilan. Namun sayangnya, bersalin dalam keadaan normal tidak selamanya dapat diwujudkan begitu saja, kematian telah menanti sang ibu pada saat proses persalina n apabila telah terjadi masalah. Apalagi kekhawatiran tersebut didukung oleh banyak fakta yang 1

Upload: muh-nur

Post on 02-Feb-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perilaku konsumen ANC

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I ANC PK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bersalin dengan keadaan normal dan selamat merupakan

dambaan semua orang terhadap ibu yang sedang mengandung. Ada

kalanya pada bulan ke-7 masa kehamilan mengadakan acara besar-

besaran tujuh bulanan dalam rangka meminta pertolongan kepada

yang Maha Kuasa, ada pula yang hanya mengadakan pengajian.

Namun untuk mewujudkan hal tersebut, tentulah ditentukan oleh

kesigapan dan kepatuhan untuk memantau dan menjaga

kehamilannya agar si jabang bayi tak mengalami gangguan yang

berarti selama masa kehamilan.

Namun sayangnya, bersalin dalam keadaan normal tidak

selamanya dapat diwujudkan begitu saja, kematian telah menanti sang

ibu pada saat proses persalina n apabila telah terjadi masalah. Apalagi

kekhawatiran tersebut didukung oleh banyak fakta yang menyebutkan

bahwa kasus resiko kematian ibu cukup tinggi baik di dunia maupun di

Indonesia pada khususnya.

Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara

Asia Tenggara seperti Malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), Thailand

(48/100.000 KH), Vietnam (59/100.000 KH), serta Singapore (3/100.000

KH). Dibandingkan dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh

1

Page 2: BAB I ANC PK

berbeda seperti Australia (7/100.000 KH) dan Jepang (5/100.000 KH)

(WHO, 2011).

Bila melihat target MDGs 2015 untuk AKI, target Indonesia

adalah menurunkan AKI mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Dengan posisi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 maka

akan sangat sulit bagi pemerintah untuk mencapai target penurunan

AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

(BKKBN, 2013)

Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI, 2012), Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia hasilnya sangat

mengejutkan, hasil menunjukkan AKI telah melonjak drastis secara

signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau

mengembalikan pada kondisi tahun 1997. Ini berarti kesehatan ibu

justru mengalami kemunduran selama 15 tahun. Pada tahun 2007, AKI

di Indonesia sebenarnya telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran

hidup. (BKKBN, 2013). Masih tingginya angka kematian ibu itu sangat

memprihatinkan karena fakta itu tertinggi di kawasan Asia Tenggara

(ASEAN).

Ironisnya dengan data terakhir dari SDKI 2012 tersebut yang

dibandingkan dengan Kamboja yang sudah mencapai 208 per 100.000

kelahiran hidup, Myanmar sebesar 130 per 100.000 kelahiran hidup,

Nepal sebesar 193 per 100.000 kelahiran hidup, India sebesar 150 per

100.000 kelahiran hidup, Bhutan sebesar 250 per 100.000 kelahiran

2

Page 3: BAB I ANC PK

hidup, Bangladesh sebesar 200 per 100.000 kelahiran hidup, Indonesia

sangat jauh dari target MDGs 2015. Bahkan kini Indonesia sudah

tertinggal dengan Timur Leste dalam pencapaian AKI, dimana AKI

Timor Leste mencapai 300 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2013)

Tingginya AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia disebabkan

oleh pelayanan pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan

oleh tenaga profesional belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh

masyarakat, sehingga menyebabkan masih banyak ibu tidak

memeriksakan kehamilannya dan banyak ibu tidak menerima

pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar program kesehatan ibu

dan anak (Marmi,2011) .

Maka dari itu untuk menghindari kemungkinan terjadinya

resiko-resiko selama masa kehamilan, sang ibu harus rajin

memeriksakan kehamilannya secara teratur. Untuk itu, seorang ibu

disarankan agar rutin memeriksakan kehamilan atau memanfaatkan

Antenatal Care di pusat pelayanan kesehatan, minimal 4 kali selama

kehamilan, dengan ketentuan minimal 1 kali pada triwulan pertama,

minimal 1 kali pada triwulan k edua, dan minimal 2 kali pada triwulan

ketiga. (Depkes, 2004)

Indonesia merupakan negara di kawasan Asia yang mengalami

kegagalan dalam pencapaian target penurunan AKI. Padahal dari

baseline MDGs yang dimulai pada tahun 1990, AKI Indonesia

sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan beberapa negara lain di

3

Page 4: BAB I ANC PK

kawasan Asia. AKI Indonesia pada tahun 1990 sekitar 390 per 100.000

kelahiran hidup, jauh lebih rendah dibandingkan Kamboja, Myanmar,

Nepal, India, Bhutan, Bangladesh dan Timor Leste. (WHO, 2013)

Terjadinya lonjakan AKI secara nasional sebenarnya sangat

ironis ketika indikator yang mempengaruhi AKI secara langsung seperti

kunjungan pemeriksaan ibu hamil bulan pertama dan keempat (K1 dan

K4), persalinan dengan di tolong tenaga kesehatan dan cakupan

kunjangan nifas tiga kali (KF – 3) justru mengalami perbaikan. K1 naik

dari 95,7 % pada tahun 2011 menjadi 96,8 % pada tahun 2012, begitu

juga K4 naik dari 88,3 % menjadi 90,2 %. Sedangkan persalinan di

tolong tenaga kesehatan naik dari 86,4 % menjadi 88,6 % dan cakupan

KF – 3 juga mengalami kenaikan dari 77,0 % menjadi 85,2 % (BKKBN,

2013). Dengan naiknya empat indikator ini, seharusnya mampu

memperbaiki lonjakan AKI yang terjadi.

Dari jumlah kematian ibu dan perinatal tersebut, sebagian

besar terjadi di Negara berkembang karena kekurangan fasilitas,

terlambatnya pertolongan persalinan dan pendidikan masyarakat yang

tergolong rendah. Pada kenyataannya per salinan oleh dukun bayi

merupakan pertolongan yang masih diminati oleh masyarakat.

(Manuaba, 2008).

Kecendrungan Angka Kematian Ibu yang terjadi di Sulawesi

Selatan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 116 orang atau sebesar

78,8 % per 100.000 KH. Kematian Ibu terdiri dari kematian ibu hamil

4

Page 5: BAB I ANC PK

sebanyak 34 orang (29,31%), ibu bersalin 48 orang ( 41, 37%) dan ibu

nifas sebanyak 34 orang ( 29,31%). Namun pada tahun 2012 jumlah

kematian ibu mengalami peningkatan sebanyak 160 orang atau sebesr

110,26% per 100.000 KH. Yang dimana kematian ibu hmil sebanyak 45

orang (28,1%), ibu bersalin sebanyak 60 orang ( 40%) dan ibu nifas

sebanyak 55 orang ( 30%). ( Profil Dinkes Sulsel, 2012-2013)

Sedangkan untuk wilayah Kota Makassar pada tahun 2011

sebesar 11,4% per 100.000 KH atau sebanyak 3 orang per 26.129 KH.

Pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu mengalami penurunan walau

hanya 1 orang saja yaitu sebesar 2 orang atau 8, 32 per 100.000 KH.

(Profil Dinkes Kota Makasar, 2012-2013)

Dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam

mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan ANC/pemeriksaan ibu

hamil di rumah sakit ataupun di Puskesmas. Cakupan pelayanan

antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil

(K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai

standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada

triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan

ketiga ( Marmi, 20011 ).

Angka Kematian Ibu secara nasional di Indonesia maupun di

daerah wilayah Kota Makassar saat ini memang semakin menurun tiap

tahunnya namun kenaikan masih bisa kapan saja kembali meningkat

seperti pada tahun 2012 yang sangat menjauhi target MDGs 2015,

5

Page 6: BAB I ANC PK

maka dari itu perlu diperhatikan perilaku konsumen dalam hal ini adalah

sang ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di rumah sakit

dalam rangka ikut membantu memperbaiki Angka Kematian Ibu.

Pada Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar cakupan

K1 untuk tahun 2013 sebanyak 482 orang atau sebesar 98,2% dan

cakupan K4 seanyak 468 orang sebesar 95,1% sedangkan untuk tahun

2014 jumlah cakupan K1 naik sebanyak 481 orang atau sebesar 98,4%

dan untuk cakupan K4 juga mengalami kenaikan sebanyak 467 orang

atau sebesar 95,5%.(Profil Puskesmas Jumpandang Baru, 2015-2014).

Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar cakupan pelayanan

kesehatan ibu hamil K4 telah mencapai target nasional Rencana

Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan yakni sebesar 93%.

(Depkes, 2013).

Pada puskesmas Jumpandang Baru ditemukan masalah

kesehatan di dalam masayarakat ruang lingkup masyarakat

Jumpandang Baru. Ditemukan masih ada ibu hamil di masyarakat

sekitar yang tidak memeriksakan kehamilannya. Para ibu lebih memilih

untuk merawat kehamilannya sendiri di rumah dengan pengetahuan

mengenai kehamilan seadanya. Dan juga ibu hamil sudah banyak yang

merupakan ibu rumah tangga yang sekaligus juga sebagai wanita karir

yang sangat sibuk di luar rumah sehingga tidak memiliki waktu untuk

memeriksakan kehamilannya akibatnya para ibu karir hanya merawat

kehamilan dengan seadanya.

6

Page 7: BAB I ANC PK

Berdasarkan paparan di atas menununjukkan masih terdapat

ibu yang kurang berpartisipasi dalam usaha preventif komplikasi

kehamilan. Ibu hamil sebagai pengguna jasa kesehatan (konsumen)

lebih memperhatikan pada kondisi sakit untuk memperoleh layanan

kesehatan. Konsep bahwa tindakan preventif merupakan sebuah

kebutuhan pokok dalam kesehatan belum mampu diterapkan oleh ibu

hamil sebagai pengguna jasa kesehatan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Rumah

sakit Batua kota Makassar untuk variabel dukungan keluarga, dari 81

responden yang memanfaatkan pelayanan antenatal lebih banyak yang

mendapat dukungan (86,9%) di banding dengan responden yang tidak

mendapat dukungan (44,4%). (Nilasari, 2013)

Sedangkan penelitian untuk variabel motivasi terhadap

pemanfaatan pelayanan ANC yang dilakukan di Rumah sakit Marusu

kabuoaten Maros terdapat 82 responden yang menyatakan cukup

dengan motivasi, 55 responden (67,1%) menyatakan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Rumah sakit Marusu Kab. Maros cukup baik

dan 27 responden (32,9%) menyatakan kurang baik. Sementara

responden yang merasa kurang dengan motivasi sebanyak 4

responden. Dimana 4 responden (100%) tersebut menyatakan kurang

baik dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Rumah sakit Marusu

Kab. Maros. ( Mujahidah, 2013).

7

Page 8: BAB I ANC PK

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa perilaku ibu hamil sebagai konsumen memiliki kaitan yang erat

dalam mengambil keputusan menggunakan jasa layanan ANC demi

terciptanya standar penurunan AKI tentunya dipengaruhi oleh perilaku

konsumen dalam mengambil keputusan yang berdasarkan dari

berbagai hasil penelitian bahwa faktor perilaku konsumen sangat

berpengaruh dalam pengambilan keputusan memanfaatkan pelayanan

ANC diantaranya factor budaya(kebudayaan, sub budaya, dan kelas

sosial) faktor sosial (kelompok acuan, keluarga, peran dan status),

faktor pribadi (umur dan tahap daur, situasi ekonomi, gaya hidup,

kepribadian dan konsep diri), dan faktor psikologi. Hal inilah yang

menjadi landasan untuk mengidentifikasi factor apa yang

mempengaruhi minat masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan

Antenatal Care demi terciptanya penurunan AKI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar

belakang, maka peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara

factor perilaku konsumen pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan

Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

8

Page 9: BAB I ANC PK

Untuk menganalisis hubungan perilaku konsumen terhadap

pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas

Jumpandang Baru Kota Makassar tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganilisis hubungan antara kelas sosial dengan

pemanfaatan Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang

Baru Kota Makassar tahun 2015.

b. Untuk menganalisis hubungan kelompok acuan dengan

pemanfaatan Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang

Baru Kota Makassar tahun 2015.

c. Untuk menganalisis hubungan keluarga dengan

pemanfaatan Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang

Baru Kota Makassar tahun 2015.

d. Untuk menganalisis hubungan sikap dengan pemanfaatan

Antenatal Care di di Puskesmas Jumpandang Baru Kota

Makassar tahun 2015.

e. Untuk menganalisis hubungan motivasi dengan

pemanfaatan Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang

Baru Kota Makassar tahun 2015.

9

Page 10: BAB I ANC PK

f. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan

pemanfaatan Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang

Baru Kota Makassar tahun 2015.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi

bagi instansi terkait khususnya di Puskesmas Jumpandang Baru Kota

Makassar dalam rangka meningkatkan kunjungan pemanfaatan

Antenatal Care untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.

2. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

ilmu pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi pembaca tentang

pelaksanaan Antenatal Care bagi ibu hamil dalam rangka peningkatan

mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Jumpandang

Baru o Kota Makassar dan juga sebagai acuan bagi penelitian

selanjutnya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sebuah pengalaman yang sangat

berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan dan pengetahuan

tentang kesehatan masyarakat khususnya masalah pemanfaatan

Antenatal Care pada ibu hamil dan dalam mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.

10

Page 11: BAB I ANC PK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak lu

ar. (Notoatmodjo, 2003).

Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

tersebut merespon.

11

Page 12: BAB I ANC PK

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Robert Kwick (1974)

dalam Sudarman (2009) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan

atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat

dipelajari.

Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu

respon organism atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari

luar subjek tersebut. Ada dua bentuk respon, yakni :

1) Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam

diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh

orang lain, misalnya berpikir, tanggapan dan sikap batin dan

pengetahuan. Perilaku ini dapat juga disebut sebagai perilaku

terselubung (covert behavior)

2) Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi

secara langsung. Tindakan nyata seseorang sebagai respon

seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan

overt behavior (Notoatmodjo, 2003).

B. Perilaku Konsumen

Schifman dan Kanuk (2010) dalam Sumarwan (2011)

mendefinisikan perilaku konsumen adalah: “ The term consumer

behavior refers to behaviorthat cnsumers display in searching for,

purchasing, using, evaluating, and diosing of product and services that

they expect will satisfy their needs”. Pengertian tersebut berarti “ istilah

perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatan

12

Page 13: BAB I ANC PK

konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan

memuaskan kebutuhan mereka.”

Lebih lanjut definisi perilaku konsumen menurut Hawkins, Best,

dan Coney (2007) dalam Suryani (2012) adalah “Consumer behavior is

the study if individuals, groups or organizations, and the processes they

use to select, secure, use, and dispose of products, services,

experiences or ideas to satisfy needs and impact that that these

processess have on the consumer and society.” Merujuk pada

pendapat Hawkins dkk ini berarti perlaku konsumen merupakan studi

tenttang bagaimana individu, kelompok atau organisasi dan proses

yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan

menghentikan produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan

kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.

Beberapa definisi lainnya dari perilaku konsumen dikemukakan

oleh penulis berikut dalam Sumarwan (2011) :

a) Proses pengambilan keputusan dan aktivits fisik dalam

mengevaluasi, memperoleh, menggunakan dan

menghabiskan barang atau jasa. (Loudon dan Della-Bitta,

1993)

b) Perilaku yang ditujukan oleh orang-orang dalam

merencanakan, membeei, dan menggunakan barang-

barng ekonomi dan jasa. (Winardi, 1991)

13

Page 14: BAB I ANC PK

c) Perilaku yang dikaitkan dengan “preferences” dan

”possibilities”. (Deaton dan Muellebauer, 1986)

d) Perilaku konsumen merupakan pengkajian dari perilaku

manusia sehari-hari (Mullen dan Johnson, 1990).

Menurut American Marketing Association atau disingkat AMA

dalam (Sunyoto, 2013) mendefinisikan bahwa perilaku konsumen

sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan

kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek dalam hidup

mereka. Paling tidak ada tiga ide penting dalam definis di atas, yaitu:

1) Perilaku konsumen adalah dinamis.

Definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu

dinamis berarti seorang konnsumen, grup konsumen, serta

masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang

waktu.

2) Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan

kognisi, perilaku dan kejadin sekitar.

Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan

mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus

memahami apa yang mereka pikirkan kognisi) dan merekea

rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan

apa serta dimana (kejadian di sekitar) yang memengaruhi serta

dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan

konsumen.

14

Page 15: BAB I ANC PK

3) Perilaku konsumen melibatkan pertukaran di anatara individu.

Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten

dengan definisi pemasaran yang sejau ini juga menekankan

pertukaran.

Perilaku konsumen merupakan suatu proses multidimensional

yang sangat kompleks. Praktikk pemasar dirancang untuk

mempengaruhi perilaku konsumen, perusahaan, individual, dan

masyarakat. Pengetahuan yang cukup tentang perilakukonsumen

seperti memberikan petunjuk yang berharga untuk praktik pemasaran

baik bagi perusahaan komersial pencari laba, organisasi nirllaba, dan

para pembuat peraturan (regulators). (Limakrisna dan Supranto, 2007).

Menurut Kotler (2003) dalam Nitisusastro (2012), menyatakan

tahapan-tahapan yang dilakukan konsumen dalam perilaku konsumen

meliputi:

a. Problem Recognition (mengenali Permasalahan)

b. Information Search (mencari Informasi)

c. Evaluation of Alternatives (Mengevaluasi Beberapa

Pilihan)

d. Purchase Decision (Keputusan Membeli)

e. Post Purchase Behavior (Perilaku Pasca Membeli)

Sedangkan mmenurut Schiffman dan Kanuk (1994), tahapan-

tahapan langkah dimaksud meliputi:

15

Page 16: BAB I ANC PK

a. Need Recognition (Mengenali Kebutuhan)

b. Pre-Purchase Search (Mencari Informasi Sebelum

Membeli)

c. Evaluation of Alternatives (Melakukan Evaluasi

Terhadap Beberapa Pilihan)

d. Purchase (Melakukan Pembelian Dengan Cara)

i. Trial (Mencoba-coba)

ii. Repeat Puurchase (Melakukn Pembelian Ulang)

e. Post Purchase Evaluation (Melakukan Evaluasi

Pascabeli)

C. Perilaku Konsumen Pelayanan Kesehatan

Perilaku konsumen pelayanan kesehatan adalah respon

seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem

pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini

menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, cara

pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya yang terwujud

dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas,

dan obat-obatan (Notoatmodjo, 2003).

Pendapat lain mengenai perilaku konumen pelayanan

kesehatan dikemukakan oleh Kasl dan Cobb (1966, dalam Momon

Sudarma, 2009 : 53) mengemukakan bahwa ada tiga tipe perilaku

konsumen pelayanan kesehatan, yakni pertama, perilaku kesehatan

yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk meyakini dirinya

16

Page 17: BAB I ANC PK

sehat untuk mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap

asimptomatik. Kedua, perilaku sakit, yaitu aktivitas apapun yang

dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk mendefinisikan

keadaannya sehatnya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang

tepat. Ketiga, perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk

tujuan mendapatkan kesejahteraan, oleh individu yang

mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit.

Ada dua pendapat yang berbeda mengenai pasien sebagai

konsumen. Satu kelompok memandang pasien sama seperti konsumen

yang dapat dikaitkan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen

(Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999) yang menganggap pasien

sebagai pengguna jasa layanan yang dijual oleh pengelola layanan

kesehatan. Sementara pihak lain berargumentasi bahwa pasien tidak

dapat disamakan dengan konsumen karena karekteristik pasien

memiliki suatu keunikan bahkan mengikuti proses perjalanan transaksi

terapeutik tersebut (Achadiat, 2002).

Pendapat Sudarma (2009) mengemukakan bahwa pasien

dapat diposisikan sebagai konsumen seiring dengan status dirinya yang

mendapat jasa pelayanan kesehatan. Namun posisi ini berbeda dengan

posisi konsumen yang mengkonsumsi makanan. Makna konsumen

dalam konteks kesehatan perlu dilihat dalam kerangka yang lebih luas,

yaitu sepanjang dia melakukan transaksi terapeutik. Konsumen

17

Page 18: BAB I ANC PK

kesehatan perlu dipandang sama seperti pandangan dunia hukum dan

advokasi terhadap konsumen.

D. Faktor-Faktor Perilaku Konsumen

Secara sederhana variabel-variabel perilaku konsumen dapat

dibagi menjadi dua, yaitu : Faktor-faktor ekstern yang terdiri dari

Keluarga, Kelas Sosial, Budaya, Kelompok Acuan, dan Komunikasi

Pemasaran. Sedangkan faktor-faktor intern adalah kebutuhan dan

motivasi, persepsi, kepribadian, pembelajaran, psikografik dan sikap

dari individu (Ihalauw dan Prasetijo, 2005).

1. Faktor Eksternal

Menurut Engel dkk (1995) tujuan kegiatan pemasaran adalah

memengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa

perusahaan pada saat mereka membutuhkan, oleh karena itu

perusahaan harus memahami faktor-faktor yang dapat memengaruhi

perilaku konsumen untuk melakukan pembelian. (Sunyoto, 2013).

a. Keluarga

Walaupun istilah keluarga merupaka sebuah konsep

dasar, tidaklah mudah mendefinisikannya karena susunan dan

struktur keluarga, maupun peran yang dimainkan oleh para

anggotakeluarga, hampir selalu berada dalam transisi. Tetapi,

ssecara tradisional keluarga didefinisikan sebagai dua orang

atau lebih yang dikaitkan oleh hubungan darah, perkawinan,

18

Page 19: BAB I ANC PK

atau adopsi yang tinggal bersama-sama. Dalam arti yang lebih

dinamis, para individu yang merupakan satu keluarga dapat

digambarkan sebagai anggota kelompok sosial paling dasar

yang hidup bersama-sama dan berinteraksi untuk memuaskan

kebutuhan pribadi bersama. (Schiffman dan Kanuk, 2004).

Macam-macam bentuk keluarga (Schiffman dan Kanuk,

2000) adalah :

1. Keluarga nuklir (nuclear family), sebuah rumah tangga yang

terdiri dari seorang suami dan seorang istri dan setidak-

tidaknya seorang keturunan.

2. Keluarga yang diperluas (extended family), yaitu sebuah

rumah tangga yang terdiri dari seorang suami, istri, anak-

cucu, dan setidak-tidaknya seorang family terdekat.

Produsen atau pemasar sangat tertarik di dalam

pembuatan keputusan keluarga, bagaimana anggota keluarga

berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Riset telah

menunjukkan bahwa orang yang berbeda di dalam keluarga

mungkin mengambil peranan social yang berbeda dan

menunjukkan perilaku yang berbeda selama pengambilan

keputusan dan konsumsi. Menurut Supranto dan Limakrisna

(2007), ada beberapa peran anggota keluarga dalam mengambil

keputusan:

19

Page 20: BAB I ANC PK

a. Influencers adalah pihak yang memberikan informasi kepada

anggota keluarga lainnya tentang barang dan jasa yang

dengan demikian mempengaruhi berbagai keputusan

konsumsi yang berkaitan.

b. Gatekeeper adalah pihak yang mengontrol arus informasi

kedalam keluarga mengenai berbagai produk atau jasa, yang

dengan demikian mengatur keputusan konsumsi yang

berhubungan dengan para anggota keluarga lainnya.

c. Deciders adalah pihak yang mempunyai kekuatan untuk

memutuskan jadi membeli barang atau jasa atau tidak.

d. Buyers adalah pihak yang sebenarnya yang ditugaskan untuk

melakukan pembelian barang atau jasa.

e. Users adalah pihak yang menggunakan atau mengkonsumsi

barang atau jasa.

f. Disposers adalah pihak yang membuang atau tidak lagi

menggunakan produk atau jasa.

b. Kelas Sosial

Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota-

anggota masyarakat ke dalam suatu hirarki kelas-kelas status

yang berbeda, sehingga anggota dari setiap kelas yang relatif

sama mempunyai kesamaan. Dengan demikian ada penjenjangan

dalam kelas sosial, mulai dari yang paling rendah sampai yang

paling tinggi. (Suryani, 2012).

20

Page 21: BAB I ANC PK

Schiffman dan Kanuk (2000) mendefinisikan kelas sosial

sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki

status kelas yang berbeda, sehingga para anggota setiap kelas

secara relatif mempunyai status yang sama dan para anggota

kelas lainnya mempuyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Selanjutnya Shiffman dan Kanuk (2000) mengukur kelas

sosial tercakup dalam berbagai kategori yang luas berikut ini:

a) Ukuran Subyektif

Dalam pendekatan subyektif untuk mengukur kelas sosial,

para individu diminta untuk menaksir kedudukan kelas sosial

mereka masing-masing. Klasifikasi keanggotaan kelas sosial

yang dihasilkan pada persepsi partisipan terhadap dirinya

atau sitra partisipan. Kelas soaial dianggapp sebagai

fenomena “pribadi”, yaitu fenomena yang menggambarkan

rasa memiliki seseorang atau identifikasi dengan orang lian.

Rasa keanggotaan kelompok sosial ini sering deisebut

kesadaran kelas.

b) Ukuran Reputasi

Pendekatan reputasi untuk mengukur kelas sosial

memerlukan informan mengenai masyarakat yang dipilih

untuk membuat pertimbangan awal mengenai keanggotaan

kelas sosial orang lain dalam masyarakat. Para sosiolog

telah meggunakan pendekatan reputasi untuk memperoleh

21

Page 22: BAB I ANC PK

pengertian yang lebih baik mengenai strutur kelas mayarakat

tertentu yang sedang dipelajari.

c) Ukuran obyektif

Berbeda dengan metode subyektif dan reputasi, yang

mengharuskan orang memimpikan kelas mereka sendiri

atau kedudukan para anggota masyarakat lainnya, ukuran

obyektif terdiri dari berbagai variabel demografis atau

sosioekonomis yang dipilih mengenai (para) individu yang

sedang dipelajari.

c. Budaya

Berikut ini disampaikan beberapa definisi dari budaya

dalam Sumarwan (2011):

1. “ We treat culture as the meanings that are shared by (most)

people in a social group. In a broad sense, cutural meaning

include common affective reactions, typical cognitions

(beliefs) and characteristic patterns of behavior” (Peter dan

Olson, 2010)

2. “ One classic definition states that culture is a set of socially

acquired behavior patterns transmitted symbolicaly through

language and other means to the members of a particular

society” (Mowen dan Minor, 1998)

22

Page 23: BAB I ANC PK

3. “ Because oue objective id to understand to influence of

culture of consumer behavior, we definne culture as the sum

total of learned beliefs, values, and customs that serve to

direct the consumer behavior of members of a particular

society” (Schiffman dan Kanuk, 2010)

4. “Culture refers to a set values, ideas, artifacts, aand other

meaningful symbols that help individuals cmmunicate,

interpret, and evaluate as members of society” (Engel dkk,

1995)

5. “ Culture is the accumulation of shared meanings, rituals,

norms, and traditions among the members of an organization

or society” (Solomon, 2009)

6. “ The complex whole that include knowledge, belief, art,

morals, law, custom, and any other capabilities and habits

acquired by man as a member of societty” (London dan Della

Bitta, 1993).

d. Kelompok Acuan

Kelompok acuan (reference group) adalah seseorang

individu atau kelompok orang yang secara nyata mempenggaruhi

perilaku seseorang.

Jenis-jenis kelompok acuan menurut Sumarwan (2011)

sebagai berikut:

a) Kelompok Formal dan Informal

23

Page 24: BAB I ANC PK

Kelompok formal adalah kelompok yang memiiiki

strutur organisasi secara tertulis dan keanggotanya

terdaftar secara resmi. Sedangkan kelompok informal

biasanya terbentuk karena hubungan sosial, misalnya

kelompok bermain badminton, kelompok senam

kebugaran, kelompok arisan, dan kelompok rukun

tetangga.

b) Kelompok Primer dan Sekunder

Kelompok primer adalah kelompok dengan

keanggotaan yang terbatas, interaksi antar anggota

secara langsung tatap mka, meiliki ikatan emosional

anar anggota. Anggota kelompok memiliki kesamaan

dalam nilai dan sikap serta perilaku.

c) Kelompok Aspirasi dan Disosiasi

Kelompok aspirasi adalah kelompo yang

memperlihatkan keinginan untuk mweingikuti norma,

nilai maupun perilaku dari orang lain yang dijadikan

kelompok acuannya. Sedangkan kelompok disosiasi

adalah seseorang atau kelompok yang berusah untuk

menghindari asosiasi dengan kelompk acuan.

e. Komunikasi

Menurut Schiffman dan Kanuk (2010) dalam Sangadji dan

Sopiah (2013) komunikasi adalah “ the transmission of a

24

Page 25: BAB I ANC PK

message from a sender to a receiver via a medium of

transmission”. Artinya komunikasi adalah transimisi sebuah

pesan dari pengirim ke penerima melalui medium transmisi.

Sedangkan komunikasi dalam kegiatan pemasaran adalah

komunikasi antara produsen, perantara, pemasaran, dan

konsumen, dan merupakan kegiatan untuk membantu konsumen

mengambil keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan

pertukaran atau transaksi agar lebih memuaskan dengan

menyadarkan semua pihak untuk berpikir, berbuat, dan bersikap

lebih baik. Salah satu bentuk komunikasi adalah media

periklanan. ( Sangadji dan Sopiah, 2013)

2. Faktor Internal

a. Motivasi dan Kebutuhan

Terkait dengan motivasi tersebut beberapa pakar

menyatakan pendapat mereka dalam Nitisusastro ( 2012)

sebagai berikut:

a) Schiffman dan Kanuk (1994),

Motivasi, digambarkan sebagai dorongan dari dalam

diri individu seseorang an memaksa dia untuk

berbuat. Dorongan ini dihasilkan oleh tekanan yang

timbul akibat dari satu kebutuhan yang tidak

terpenuhi.

b) Solomon (1999)

25

Page 26: BAB I ANC PK

Motivasi, merujuk kepada proses yang menyebabkan

orang berperilaku seperti yang mereka perbuat. Hal itu

bila kebutuhan timbul dan yang bersangkutan berniat

untuk memuaskanya.

c) Neal, Quarter, Hawkins (2001)

Suatu kekuatan dari dalam individu seseorang yang

menggerakkan perilaku yang memberi arah dan

tujuan terhadap perilaku tersebut, yaitu memenuhi

kebutuhan.

b. Kepribadian

Kepribadian adalah sifat-sifat dalam diri atau sifat-

sifat kejiwaban, yaitu kualitas, sifat, pembawaan,

kemampuan mempengaruhi orang, dan perangai khusus

yang membedakan satu individu dari individu lainnya.

(Schiffman dan Kanuk, 2000)

Terdapat itga sifat-sifat dasar kepribadian yang

sangat penting (Schiffman dan Kanuk, 2000), yaitu:

1) Kepribadian Mencerminkan Perbedaan Individu

Karena karakteristik dalam diri yang membentuk

keribadian individu merupakan kombinnasi unik berbagai

faktor, tidak ada dua individu yang betul-betul sama.

walaupun demikian, banyak individu yang mungkin mirip

26

Page 27: BAB I ANC PK

dari sudut satu karakteristik ribadi, tetapi tidak dari sudut

karakteristik pribadi lain.

2) Kepribadian bersifat Konsisten dan Bertahan Lama

Kedua sifat ini sangat penting jika para pemasar

harus menjelaskan atau meramalkan perilaku konsumen

berdasarkan kepribadian. Walaupun para pemasar tidak

dapat mengubah kepribadian konsumen supaya sesuai

dengan produk mereka, jika mereka menegtahui

karakteristik kepribadian mana yang mempengaruhi

respon khusus konsumen, mereka dapat berusaha

menarik perhaian melalui sifat-sifat relavan yang melekat

pada kelompok konsumen yang menjadi target mereka.

3) Kepribadian Dapat Berubah

Kepribadian dapat mengalami perubahan pada

berbagai keadaan tertentu. Sebagai contoh, kepribadian

individu tertentu mungkin berubah karena adanya

berbagai peristiwa hidup yang utama, seperti kelahiran

anak, kematian orang yang dicintai, perceraiann, atau

promosi karier yang besar.

a. Persepsi

Mowen (1998) dalam Sumarwan (2011) menyebut

tahap pemaparan, perhatian, dan pemahaman sebagai

persepsi. Persepsi ini bersama keterlibatan konsumen (level

27

Page 28: BAB I ANC PK

of consumer involvement) dan memori akan mempengaruhi

pengolahan informasi. Selanjutnya, ia mendefinisikan

persepsi sebagai “perception is the process through which

individuals are exposed to information, attend to that

information, and comprehend it.” Schiffman dan Kanuk

(2010) mendefinisikan sebagai “Perception is definedd as

the process by which an individual selects, organizes, and

interprets stimuli into a meaningful and coherent piture of the

world.”

Bagaimana seorang konsumen melihat realitas di

luar dirinya atau dunia sekeilingnya, itulah yang disebut

dengan presepsi seorang konsumen. Konsumen seringkali

memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan

persepsinya terhadap produk tersebut. Memahami persepsi

konsumen adalah penting bagi para pemasar dan produsen.

Dua orang konsumen yang menerima dan memperhatikan

suatu stimulus yang sama, mungkin akan mengartian

stimulus tersebut berbeda. Bagaimana seseorang

memahami stimulus akan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai,

harapan dan kebutuhannya, yang sifatnya sangat individual.

b. Pembelajaran

Menurut Hill (2005), belajar adalah perubahan

perilaku yang relatif permanen yang diakibatkan oleh

28

Page 29: BAB I ANC PK

pengalaman. Sementara menurut Schiffman dan Kanuk

(2000) dari perspektif pemasaran, proses belajar konsumen

dapat diartikan sebagai sebuah proses di mana seseorang

memperoleh pengetahuan dan pengalaman pembelian dan

konsumsi yang akan ia terapkan pada perilaku yang terkait di

masa datang. Menurut Sunarto (2003), pembelajaran

perilaku merupakan sebuah proses dimana pengalaman

dengan lingkungan mengarah pada perubahan perilaku yang

relatif permanen atau potensial terhadap perubahan seperti

itu. (Sangadji dan Sopiah, 2013).

Proses belajar bisa terjadi karena adanya empat

unsur yang mendorong proses belajar tersebut (Schiffman

dan Kanuk, 2010; Loudon dan Della Bitta, 1993). Keempat

unsur tersebut adalah Motivasi (motivation), Isyarat (Cues),

Respons (Respons) dan Pendorong atau Penguatan

(Reinforcement).

c. Pengetahuan

Mowmen dan Minor (1998) mendefinisikan

pengetahuan sebagai: “The amount with and information

about particular products or service a person has”.

Sedangkan Engel dkk (1995) mengartikan “ At a general

level, knowledge can be defined as the information stored

within memory. The subset of total information relevant to

29

Page 30: BAB I ANC PK

consumers functioning in the marketplace is called

consumers knowledge”. Berdasarkan dua definisi tersebut

dapat diartikan bahwa pengetahuan konsumen adalah

semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai

macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang

terkait dengan produk dan jasa tersebut, dan informasi yang

berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.

(Sumarwan, 2011)

Peter dan Olson (2010) menyebutkn bahwa

konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk yang

berbeda. Pengetahuan ini meliputi kelas produk (product

class), bentuk produk (product form), merek (brand), dan

model/fitur (model/features). (Sumarwan, 2011)

Peter dan Olson (2010) juga membagi tiga jenis

pengetahuan produk, yaitu pengetahuan tentang

karakteristik atau atribut produk, pengetahuan tentang

manfaat produk, dan pengetahuan tentang kepuasan yang

diberikan produk bagi konsumen. (Sumarwan, 2011)

f. Sikap

Sikap seperti yang dikemukakan oleh Schiffman

dan Kanuk (2000) adalah “ attitude is a learned

predisposition to respond in a consistenly favorable or

unfavotable manner with respect to a given object”, yang

30

Page 31: BAB I ANC PK

dapat diartikan sebagai predisposisi yang dipelajari dalam

merespon secara konsisten sesuatu objek, dalam bentuk

suka atau tidak suka.

Menurut Model Sikap Tiga Komponen

(tricomponent attitude model), sikap terdiri dari tiga

komponen utama (Schiffman dan Kanuk, 2000):

1. Komponen Kognitif (Cognitive Component)

Bagian dari model sikap tiga komponen yang

merupakan pengetahuan, persepsi, dan kepercayaan

yang dipunyai seorang pelanggan mengenai suatu

gagasan atau obyek.

2. Komponen Afektif (Affective Component)

Bagian dari model sikap tiga komponen yang

menggambarkan emosi atau perasaan konsumen

terhadap suatu gagasan atau obyek.

3. Komponen Konatif (Conative Component)

Bagian dari model sikap tiga komponen yang

menggambarkan kemungkinan atau kecendrungan

seseorang konsumen untuk berperilaku dengan cara

tertentu mengenai suatu obyek-sikap. Juga disebut

“minat untuk membeli”.

E. Tinjauan Umum tentang Antenatal Care

1) Pengertian Antenatal Care

31

Page 32: BAB I ANC PK

Antenatal Care adalah pelayanan pemeriksaan kehamilan

yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan yang sesuai

dengan standar pelayanan antenatal yang diberikan. Pelayanan

antenatal merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan profesional kepada ibu hamil yang dilaksanakan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu standar

minimal ”7T” yang meliputi; pengukuran tekanan darah,

penimbang berat badan, pengukuran tinggi badan, pemberian

imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian tablet zat besi (Fe)

minimal 90 tablet, pengukuran tinggi fundus uteri, tatap muka dan

temu wicara. Pelayanan ini diharapkan minimal diterima ibu hamil

sebanyak 4 kali yaitu sekali pada triwulan pertama dan kedua

serta dua kali pada triwulan ketiga (Boenjamin, 2006).

Asuhan Antenatal Care adalah asuhan yang diberikan

kepada ibu hamil sejak konfirmasi konsepsi hingga awal

persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan yang berpusat

pada ibu dalam memberikan asuhan kepada ibu dalam

memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya dengan

berbagai informasi untuk memudahkannya membuat pilihan

tentang asuhan yang ia terima. (Marmi, 2011)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan

oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan

dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu

32

Page 33: BAB I ANC PK

hamil selama kehamilannya, yang mengikuti pedoman pelayanan

antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan

preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1

dan K4 (Laporan Pencapaian MDGs, 2007).

2) Tujuan Antenatal Care

Tujuan utama asuhan Antenatal Care adalah untuk

memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun

bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan

ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam

jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan.

Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah

tetap berjalan normal selama kehamilan. (Marmi, 2011)

Tujuan Antenatal Care secara khusus dijelaskan oleh

Manuaba (1998) dalam Marni (2011) yaitu:

1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit – penyulit

yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.

2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,

persalinan, dan nifas.

3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

3) Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui

kunjungan baru ibu hamil (K1) atau disebut juga akses dan

33

Page 34: BAB I ANC PK

pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali

dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan

dua dan dua kali pada triwulan ketiga (K4) untuk melihat kualitas.

Pelayanan K1 adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan

bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga

kesehatan terampil (Dokter, Bidan, dan Perawat). Ibu hamil (K4)

adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai

standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian

pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada

triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.

Cakupan Kunjungan ibu hamil K4 adalah cakupan Ibu

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai

dengan stándar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Jumlah cakupan Ibu hamil K4 =

Jmlh sasaranibu hamildlm 1 tahunJumlah kunjungan Ibu hamil

x100 %

(Profil Kesehatan Prov. Jambi, 2009).

4) Kebijaksanaan Program Antenatal Care

Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan dari

program kesehatan ibu dan anak, pelayanan ini bisa dilaksanakan

oleh bidan di Poliklinik, BPS (Bidan Praktik Swasta), dan Rumah

Sakit. Selain itu, pelayanan antenatal juga bisa diberikan pada

34

Page 35: BAB I ANC PK

waktu pelaksanaan Posyandu, di tempat praktik dokter, di rumah

bersalin atau di Rumah sakit (Mufdlilah, 2009a).

Standar pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan

oleh Departemen Kesehatan RI dalam Mufdlilah (2009b),

meliputi :

1) Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal empat kali,

satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua

kali pada trimester III.

2) Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan

pengukuran lingkar lengan atas (LILA).

3) Pengukuran tekanan darah.

4) Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU).

5) Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan.

6) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil

sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu.

7) Pemeriksaan hemoglobin (Hb) pada kunjungan pertama dan

pada kehamilan 30 minggu.

8) Memberikan tablet zat besi.

9) Pemeriksaan urin jika ada indikasi (tes protein dan glukosa),

pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS).

10) Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil,

perawatan payudara, gizi ibu selama hamil, tanda bahaya pada

kehamilan dan pada janin.

35

Page 36: BAB I ANC PK

11) Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/

keluarga pada trimester III.

12)Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik

dan dapat digunakan, obat-obatan yang diperlukan, waktu

pencatatan kehamilan dan mencatat semua temuan pada kartu

menuju sehat (KMS) ibu hamil untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan

antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan

serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi

pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,

Mufdlilah (2009a) mengatakan, frekuensi Pelayanan Antenatal oleh

WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan

Antenatal, selama kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Satu kali kunjungan pertama (K1) selama trimester pertama

2. Satu kali kunjungan kedua (K2) selama trimester kedua

3. Dua kali kunjungan ketiga dan keempat (K3 dan K4) selama

trimester ketiga

4. Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya atau jika

merasa khawatir dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan

ulang.

36

Page 37: BAB I ANC PK

Pengawasan antenatal tersebut memberi manfaat dengan

ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan

secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan

langkah-langkah pertolongan persalinannya. (Yulaikhah, 2009).

Standar minimal asuhan Antenatal “ 7 T “ (Marmi, 2011):

1. Timbang berat badan.

2. Tinggi fundus uteri

3. Tekanan darah

4. Tetanus toxoid

5. Tablet Fe

6. Tes PMS

7. Temu Wicara

Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid

terakhir) :

1. Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali

2. 28 – 36 minggu : 2 minggu sekali

3. Di atas 36 minggu : 1 minggu sekali

KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang

memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih

sering dan intensif (Anonim, 2002).

Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu hamil

pada trimester pertama, atau sebelum minggu ke 14, yakni (a)

membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar

37

Page 38: BAB I ANC PK

supaya hubungan penyelamatan jiwa bisa dibina bilamana perlu, (b)

mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi bersifat

mengancam jiwa, (c) mencegah masalah seperti neonatal tetanus,

anaemia kekurangan zat besai, penggunaan praktek tradisional yang

merugikan, (d) memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk

menghadapi komplikasi, dan (e) mendorong perilaku yang sehat

(gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)

(Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO dalam Yahya, 2006).

Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu hamil

pada trimester kedua atau sebelum minggu ke 28, yakni sama

seperti dalam kunjungan pada trimester pertama, ditambah

kewaspadaan khusus mengenai PIH (Pregnancy Induced

Hypertension) (tanya ibu tentang gejala PIH, pantau tekanan

darahnya, evaluasi edemanya, periksa untuk mengetahui

protein/urine) (Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO dalam Yahya, 2006).

Sedangkan informasi penting yang diberikan dalam

kunjungan ibu hamil pada trimester ketiga, atau antara minggu ke 28

dengan 36, yakni sama seperti dalam kunjungan pada trimester

sebelumnya, ditambah palpasi abdomen untuk mengetahui apakah

ada kehamilan ganda (Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO dalam Yahya,

2006).

Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu hamil

pada trimester keempat, atau setelah 36 minggu, yakni sama seperti

38

Page 39: BAB I ANC PK

dalam kunjungan pada trimester sebelumnya, ditambah

pendeteksian letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang

memerlukan kelahiran di rumah sakit (Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO

dalam Yahya, 2006).

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang sangat

multidimensional yang sangat kompleks, yang merupakan penentu

proses pengambilan keputusan bagi individu sebagai konsumen

untuk menggunakan suatu produk atau jasa. Pendekatan proses

dalam analisa perilaku konsumen pelayanan kesehatan dibutuhkan

oleh penyedia jasa layanan kesehatan untuk menginterpretasikan

39

Page 40: BAB I ANC PK

permintaan konsumen untuk memanfaatkan pelayanan Antenatal

Care di rumah sakit.

Merujuk dua faktor oleh Hawkins dkk dan Ihalauw Prasetijo

dalam Supranto dan Limakrisna, 2007 maka dalam penelitian ini

perilaku konsumen sebagai variable i ndependent ditinjau dari empat

dimensi yaitu sebagai berikut :

a. Kelas sosial

Mempengaruhi pola perilaku konsumen. Status dalam kelas

sosial sering dianggap sebagai penggolongan relative para

anggota setiap kelas sosial dari segi-segi factor status tertentu.

Ketika mempertimbangkan perilaku konsumen, status paling

sering ditentukan dari sudut satu variable demografis atau lebih

tepatnya sosial ekonomi (penghasilan keluarga, status

pekerjaan dan pencapaian pendidikan). Indikator tersebut

dapat menjadi acuan untuk melihat karakteristik ibu dalam

pemanfaatan Antenatal Care.

b. Kelompok Acuan

Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar

untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk

respon afektif, kognitif, dan perilaku. Sehingga dapat

memberikan standar (norma atau nilai) yang dapat menjadi

perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir

40

Page 41: BAB I ANC PK

atau berperilaku yang berfungsi sebagai referensi bagi

seseorang dalam mengambil keputusan pemanfaatan

pelayanan Antenatal Care. Kelompok Acuan terdiri dari aspek

keluarga, rekan kerja, dan teman sejawat.

c. Keluarga

Variabel keluarga digunakan oleh pihak rumah sakit untuk

melihat apakah keluarga memiliki pengaruh yang positif

terhadap pemanfaatan Antental Care. Riset telah menunjukkan

bahwa orang yang berbeda di dalam keluarga mungkin

mengambil peranan social yang berbeda dan menunjukkan

perilaku yang berbeda selama pengambilan keputusan dan

konsumsi.

d. Pengetahuan

Pengetahuan ibu mengenai pemanfaatan pelayanan Antenatal

Care digunakan sebagai variabel untuk mengukur tingkat

pengetahuan yang dimiliki ibu mengenai pelayanan tersebut.

e. Sikap

Variabel sikap dapat digunakan rumah sakit sebagai pemasar

untuk meramalkan komunikasi pemasaran yang dapat dipakai

untuk membentuk sikap positif ibu terhadap pemanfaatan

Antenatal Care. Menurut Sciffman dan Kanuk (1994) dalam

41

Page 42: BAB I ANC PK

Sumarwan (2004), sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu :

kognitif, afektif dan behavioral konatif. Dengan adanya sikap

positif ibu terhadap Pelayanan Antenatal, maka akan

menghasilkan tindakan positif berupa pemanfaatan Antenatal

Care.

f. Motivasi

Dalam pemanfaatan Antenatal Care, diperlukan motivasi baik

dari dalam ibu, maupun dari lingkungan di sekitar ibu hamil.

Motivasi merupakan dorongan yang timbul sebagai usaha

manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Sedangkan variable dependent yaitu Antenatal Care

merupakan pelayanan pemeriksaan kehamilan yang diberikan

kepada ibu selama masa kehamilan yang sesuai dengan standar

pelayanan antenatal yang diberikan. Ditetapkan pula bahwa

frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama

kehamilan, Marmi (2011) mengatakan, frekuensi Pelayanan

Antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam

pelayanan Antenatal, selama kehamilan dengan ketentuan sebagai

berikut:

1. Satu kali kunjungan pertama (K1) selama trimester pertama

2. Satu kali kunjungan kedua (K2) selama trimester kedua

42

Page 43: BAB I ANC PK

3. Dua kali kunjungan ketiga dan keempat (K3 dan K4) selama

trimester ketiga

4. Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya atau jika

merasa khawatir dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan

ulang.

Kerangka Teori

Komponen struktur Kom. Kognitif Kom. Afektif Kom. Aksi

Karakteristik Pengetahuan Sikap Niat Perilaku X

Individu Keyakinan

43

Sikap pada perilaku X

Aksesibilitas:-Sosio ekonomi-Jarak

Pengetahuan:-Tentang manfaat dari perilaku X

Struktural:-Pendidikan-Pengalaman

Page 44: BAB I ANC PK

Gambar 1: Konsep Perilaku Konsumen Bidang Kesehatan

Sumber: Theory of Reasoned Action (adopsi dari Ajzen dan Fishbein 1980

dimodifikasi Supriyanto dan Ernawati 2010) dalam Supriyanto dan

Ernawaty, 2010.

KERANGKA PIKIR

44

Keluarga Nuclear Family Extended Family

Kelas Sosial Pendidikan Pekerjaan Penghasilan keluarga

Kelompok Acuan Keluarga Rekan kerja Teman sejawat

Page 45: BAB I ANC PK

Keterangan :

KERANGKA KONSEP

1. Faktor Eksternal

45

: Variabel independen

: Variabel dependen

Keluarga Nuclear Family Extended Family

Keluarga

Kelas Sosial

Kelompok Acuan

Page 46: BAB I ANC PK

2. Faktor Internal

Keterangan :

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional

a) Konsumen pelayanan kesehatan

46

: Variabel independen

: Variabel dependen

Page 47: BAB I ANC PK

Yang dimaksud dengan konsumen pelayanan kesehatan dalam

penelitian ini adalah ibu hamil yang menjadi objek dalam penelitian

ini dalam wilayah di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.

b) Pemanfaatan Antenatal Care

Yang dimaksud dengan pemanfaatan Antenatal Care adalah

perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum

kelahiran (K1 sampai K4).

Kriteria Objektif :

Memanfaatkan : jika ibu memeriksakan kehamilannya

minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada

triwulan kedua dan minimal 2 kali padamtriwulan ke tiga.

Tidak memanfaatkan : jika ibu memeriksakan

kehamilannya dengan tidak lengkap dari K1 sampai K4

atau sama sekali tidak pernah memeriksakan

kehamilannya.

c) Kelas Sosial

Yang dimaksud dengan kelas sosial dalam penelitian ini

adalah pendidikan, pekerjaan dan penghasilan keluarga dalam

masyarakat yang dapat mempengaruhi pola pemanfaatan

Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang Baru.

Kelas sosial diukur dengan skala Guttman dengan

menggunakan 2 kategori supaya perbedaan intensitas antara

47

Page 48: BAB I ANC PK

individu lebih jelas. Penilaian dilakukan dengan menggunakan

skala Guttman. Range nilai pada kuesioner adalah:

1 : Jika responden menjawab Ya

0 : Jika responden menjawab Tidak

Cara Perhitungan:

Jumlah pertanyaan :

Range nilai jawaban responden : 1 , 0

Skor tertinggi =1 × 6 pertanyaan = 6 (100%)

Skor terendah = 0 × 6 pertanyaan = 0 (0%)

Kemudian diukur dengan rumus:

I = R/K

I = Interval kelas

R: Range = skor tertinggi-skor terendah

K = Jumlah kategori = 2

Maka I = 100% - 0% = 100% /2= 50%

Kriteria objektif

- Tinggi : Jika responden memperoleh skor ≥ 50 % dari total

skor pertanyaan kelas sosial yang berhubungan

dengan pemanfaatan Antenatal Care.

- Rendah : Jika responden memperoleh skor < 50 % dari total

skor pertanyaan kelas sosial yang berhubungan

dengan pemanfaatan Antenatal Care.

48

Page 49: BAB I ANC PK

d). Kelompok Acuan

Kelompok Acuan yag dimaksud dalam penelitian ini adalah

Keterlibatan Kelompok-kelompok informal, yaitu keluarga, rekan

kerja dan teman sejawat dalam pemanfaatan Antenatal Care.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Guttman. Range

nilai pada kuesioner adalah:

1 : Jika responden menjawab Ya

0 : Jika responden menjawab Tidak

Cara Perhitungan:

Jumlah pertanyaan :

Range nilai jawaban responden : 1 , 0

Skor tertinggi = 1× 6 pertanyaan = 6 (100%)

Skor terendah = 0 × 6 pertanyaan= 0 (0%)

Kemudian diukur dengan rumus:

I = R/K

I = Interval kelas

R: Range = skor tertinggi-skor terendah

K = Jumlah kategori = 2

Maka I = 100% - 0% = 100% /2= 50%

Kriteria Objektif :

Cukup : 50% - 100% atau ≥ 50% skor jawaban

dari pertanyaan kelompok acuan

49

Page 50: BAB I ANC PK

Kurang : 0% - 49,9% atau < 50% skor jawaban

dari pertanyaan kelompok acuan

e). Keluarga

Yang dimaksud dengan keluarga dalam penelitian ini adalah

keluarga yang terdiri dari keluarga Nuklir (ibu, ayah dan anak) dan

keluarga Diperluas (kakek, nenek, mertua, menantu, dll) yang

mempengaruhi ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan Antenatal

Care.

Keluarga diukur dengan skala Guttman dengan menggunakan

2 kategori supaya perbedaan intensitas antara individu lebih jelas.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Guttman. Range

nilai pada kuesioner adalah:

1 : Jika responden menjawab Ya

0 : Jika responden menjawab Tidak

Cara Perhitungan:

Jumlah pertanyaan :

Range nilai jawaban responden : 1 , 0

Skor tertinggi =1 × 4 pertanyaan = 4 (100%)

Skor terendah = 0 × 4 pertanyaan = 0 (0%)

Kemudian diukur dengan rumus:

I = R/K

I = Interval kelas

50

Page 51: BAB I ANC PK

R: Range = skor tertinggi-skor terendah

K = Jumlah kategori = 2

Maka I = 100% - 0% = 100% /2= 50%

Kriteria objektif

- Tinggi : Jika responden memperoleh skor ≥ 50 % dari total

skor pertanyaan keluarga yang berhubungan

dengan pemanfaatan Antenatal Care.

- Rendah : Jika responden memperoleh skor < 50 % dari total

skor pertanyaan keluarga yang berhubungan

dengan pemanfaatan Antenatal Care.

f). Pengetahuan

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang

karakteristik atau atribut pelayanan, pengetahuan tentang manfaat

pelayanan, dan pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan

pelayanan ANC terhadap ibu hamil.

Pengetahuan diukur dengan skala Likert dengan

menggunakan dengan 5 kategori yaitu dimana jawaban sangat

setuju diberi skor 5, jawaban setuju diberi skor 4, jawaban ragu-

ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju

diberi skor 1.

Kriteria Objektif :

51

Page 52: BAB I ANC PK

Cukup : ≥ 60% skor jawaban dari pertanyaan

pengetahuan

Kurang : < 60% skor jawaban dari pertanyaan

pengetahuan

g). Sikap

Yang dimaksud dengan sikap dalam penelitian ini adalah

komponen tiga sikap yaitu Komponen Koognitif (pengetahuan,

persepsi, dan kepercayaan yang dipunyai seorang ibu hamil),

Komponen Afektif (emosi atau perasaan ibu hamil), dan Komponen

Konatif (minat untuk memanfaatkan pelayanan) terhadap

pemanfaatan Antenatal Care.

Sikap diukur dengan skala Likert dengan menggunakan 5

kategori yaitu dimana jawaban sangat setuju diberi skor 5, jawaban

setuju diberi skor 4, jawaban ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju

diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

Kriteria Objektif

Positif : jika responden memperoleh skor ≥ 60 % dari total

skor pertanyaan sikap yang berhubungan dengan

pemanfaatan Antenatal Care.

Negatif : jika responden memperoleh skor < 60 % dari total

skor pertanyaan sikap yang berhubungan dengan

pemanfaatan Antenatal Care.

52

Page 53: BAB I ANC PK

h). Motivasi

Yang dimaksud dengan motivasi adalah dorongan yang

dimiliki seorang ibu sehingga dapat memanfaatkan pelayanan

Antenatal Care.

Sikap diukur dengan skala Likert dengan menggunakan

dengan 5 kategori yaitu dimana jawaban sangat setuju diberi skor

5, jawaban setuju diberi skor 4, jawaban ragu-ragu diberi skor 3,

tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

Kriteria Objektif :

Cukup : ≥ 60% skor jawaban dari pertanyaan

motivasi.

Kurang : < 60% skor jawaban dari pertanyaan

motivasi.

D. Hipotesis

1. Hipotesis Null (Ho)

53

Page 54: BAB I ANC PK

a) Tidak ada hubungan kelas sosial dengan pemanfaatan

Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang Baru Tahun

2015

b) Tidak ada hubungan kelompok acuan dengan pemanfaatan

Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang Baru Tahun

2015.

c) Tidak ada hubungan keluarga dengan pemanfaatan

Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang Baru Tahun

2015.

d) Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan

Antenatal Care di Puskesmas Jumpandang Baru Tahun

2015.

e) Tidak ada hubungan sikap dengan pemanfaatan Antenatal

Care di Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2015.

f) Tidak ada hubungan motivasi dengan pemanfaatan Antenatal

Care di Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2015.

54

Page 55: BAB I ANC PK

2. Hipotesis Alternatif

a) Ada hubungan kelas sosial dengan pemanfaatan Antenatal

Care di Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2015.

b) Ada hubungan kelompok acuan dengan pemanfaatan

Antenatal Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2015.

c) Ada keluarga dengan pemanfaatan Antenatal Puskesmas

Jumpandang Baru Tahun 2015.

d) Ada hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan Antenatal

Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2015.

e) Ada hubungan sikap dengan pemanfaatan Antenatal Care di

Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2015.

f) Ada hubungan motivasi dengan pemanfaatan Antenatal Care

di Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2015.

55

Page 56: BAB I ANC PK

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif survei analitik dengan

pendekatan Cross Sectional, yaitu suatu studi untuk mengetahui suatu

masalah kesehatan atau faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan

terjadinya masalah kesehatan dalam lingkup populasi pada suatu periode

tertentu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dalam lingkup

wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota

Makassar.

3. Metode Pengambilan Sampel

56

Page 57: BAB I ANC PK

Sampel diambil dengan menggunakan metode Accidental

Sampling yaitu mengambil responden yang kebetulan ada saat

penelitian berlangsung.

4. Besar Sampel

Penentuan jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus besar

sampel menurut rumus Slovin ( Prasetyo dan Jannah, 2012) yaitu sebagai

berikut:

n = N

(1+N e2)

n = 512

1+5120.12 = 5126.12

= 83.66

Jadi jumlah sampel untuk Puskesmas Jumandang Baru dalam

penelitian ini adalah 84 sampel.

keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Besar populasi (jumlah kunjungan pasien selama tahun

2014)

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (10%)

C. Pengumpulan Data

1. Data Primer

57

Page 58: BAB I ANC PK

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang

telah tersedia serta dilakukan observasi guna mendapatkan informasi

yang lebih mendalam.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan

instansi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain Puskesmas dan

kantor Dinas Kesehatan Kota Makassar.

D. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS

16 for Windows dan menggunakan analisis univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis ini menjelaskan karakteristik responden dalam bentuk

distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel dependen dan variabel independen dengan

menggunakan uji statistic, yaitu uji Chi-Square (X)2 .

dengan rumus :

58

(Oi – Ei)2

Page 59: BAB I ANC PK

X2 = ∑

Keterangan :

X2 : Kai kuadrat hasil perhitungan

Oi : Banyaknya kasus yang diamati dalam kategori ke-i

Ei : Banyaknya kasus yang diharapkan dalam kategori

ke-i

∑ : Penjumlahan semua kategori

Kriteria keputusan pengujian hipotesis adalah jika nilai p (p

value) lebih besar dari nilai 0,05 berarti tidak ada hubungan (Ho) dan

jika nilai p (p value) lebih kecil dari nilai 0,05 berarti ada hubungan

(Ha).

2. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan cross

tabulasi disertai dengan narasi.

59

Ei