asuhan keperawatan pk

42
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA Tn. H DI RUANG PERKASA RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI KLATEN Disusun dan Diajukkan untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Pembimbing : Slamet Wijaya B, S.Kep Ahmad Zakiudin, SKM Disusun oleh : Ahmad Sofa Mubarok NIM. 011.003 AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 02 BENDA – SIRAMPOG – BREBES 2013

Upload: yeni-erlina

Post on 15-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep PK

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pk

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN PERILAKU KEKERASAN

PADA Tn. H DI RUANG PERKASA

RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI KLATEN

Disusun dan Diajukkan untuk Memenuhi Tugas Individu

Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri

Pembimbing :

Slamet Wijaya B, S.Kep

Ahmad Zakiudin, SKM

Disusun oleh :

Ahmad Sofa Mubarok

NIM. 011.003

AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 02

BENDA – SIRAMPOG – BREBES

2013

Page 2: Asuhan Keperawatan Pk

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Tujuan Penulisan

3. Sistematika

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

2. Rentang Respon

3. Proses Kemarahan

4. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

5. Mekanisme Koping

6. Penatalaksanaan

7. Fokus Intervensi

BAB III TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

2. Perencanaan

3. Implementasi

4. Evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

Daftar Pustaka

\

Page 3: Asuhan Keperawatan Pk

BAB I

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan

yang dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).

Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di

elakkan dan sering menimbulkan suatu tekanan.

2. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

(Stuart dan Sundeen, 1995)

a. Respon marah yang adaptif meliputi :

1. Pernyataan (Assertion)

Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau

mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau

menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.

2. Frustasi

Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan,

kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu

tidak menemukan alternatif lain.

b. Respon marah yang maladaptif meliputi :

1. Pasif

Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk

mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu

tuntutan nyata.

2. Agresif

Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk

menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih

terkontrol.

3. Amuk dan kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol,

dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pk

3. Etiologi

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa

disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian

individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai

dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan

negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

4. Tanda dan Gejala

1. Muka merah

2. Pandangan tajam

3. Otot tegang

4. Nada suara tinggi

5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6. Memukul jika tidak senang

Proses Kemarahan

Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons

terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.

a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.

b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.

Modul ekspresi marah

Rendah diri

Rasa bersalah Kecemasan

Bermusuhan

Ekspresi Eksternal Ekspresi Internal

c. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-

kata yang dapt di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan

memberikan perasaan lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah

teratasi.

d. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan

individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan

dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan

tingkah laku yang destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun

lingkungan.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pk

e. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa

marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan

yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang

ditujukan pada diri sendiri.

5. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,

artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :

Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian

dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan

yaitu perasaan di tolak, di hina, di aniyaya atau saksi penganiayaan.

Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini

menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan

control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)

Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal,

lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam

terjadinya perilaku kekerasan.

Faktor Presipitasi

Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan

orang lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan,

ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku

kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang

mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan

kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik

dapat pula memicu perilaku kekerasan.

1. Tingkah Laku

a. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.

b. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang

berkaitan dengan marah antara lain :

1. Menyerang atau menghindar (flight or fight)

Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin

menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar,

mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva

meningkat, konstipasi, kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti

rahang terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

Page 6: Asuhan Keperawatan Pk

2. Menyatakan dengan jelas (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya

yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang

terbaik untuk mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan

mengembangkan pertumbuhan diri pasien.

3. Memberontak (acting out)

Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik

perhatian orang lain.

4. Amuk atau kekerasan (violence)

Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan.

2. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,

termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang

digunakan untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33)

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara

lain :

a) Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya

secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan

kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju

tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat

rasa marah.

b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik,

misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan

seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut

mencoba merayu, mencumbunya

c) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam

sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak

disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil

bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan.

Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.

d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan

melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya

sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan

memperlakukan orang tersebut dengan kuat.

e) Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada

obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang

Page 7: Asuhan Keperawatan Pk

membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru

saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya.

Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.

Sumber Koping

Menurut Suart Sundeen 1998 :

1. Aset ekonomi

2. Kemampuan dan keahlian

3. Tehnik defensif

4. Sumber sosial

5. Motivasi

6. Kesehatan dan energi

7. Kepercayaan

8. Kemampuan memecahkan masalah

9. Kemampuan sosial

10. Sumber sosial dan material

11. Pengetahuan

12. Stabilitas budaya

3. Penatalaksanaan Umum

a. Farmakoterapi

Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun

pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya

Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak

ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila

tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti

neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti

cemas, dan anti agitasi.

b. Terapi Okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian

pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan

mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus

diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main

catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan

itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi

dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas

terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program

kegiatannya.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pk

c. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan

langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar

dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan,

membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota

keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber

yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi

masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer),

menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan

perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat

kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna

Keliat,1992).

d. Terapi somatic

Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang

diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku

yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang

ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien

e. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi

kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik

melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya

untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan

adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

4. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri

Orang lain atau lingkungan. E

Perlaku kekerasan CP

Mekanisme koping individu in efektif C

Gambar 1 : pohon masalah PK ( Budi Anna Keliat )

Page 9: Asuhan Keperawatan Pk

5. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko menciderai diri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.

2. Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.

6. Fokus Intervensi

1. Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.

TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.

TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria hasil :

Klien mau menjawab salam

Klien mau menjabat tangan

Klien mau menyabutkan nama

Klien mau tersenyum

Ada kontak mata

Mau mengetahui nama perawat

Mau menyediakan waktu untuk kontak

Intervensi :

a. Memberi salam atau panggil nama klien

b. Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan

c. Jelaskan tujuan interaksi

d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat

e. Beri sikap aman dan empati

f. Lakukan kontrak singkat tapi sering

Page 10: Asuhan Keperawatan Pk

TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Kriteria Evaluasi :

Klien dapat mengungkapkan perasaannya

Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun

orang lain dan lingkungan.

Intervensi :

a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.

b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Kriteria Evaluasi :

Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.

Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.

Intervensi :

a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.

b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau

tidak.

Intervensi :

a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

c. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya

selesai.

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.

Intervensi :

a. Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pk

b. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

c. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap

kemarahan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.

Intervensi :

a. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

b. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :

a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau

kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau

jengkel (saya kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak

memenuhi keinginan saya).

c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ;

latihan asertif.

d. Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain

meminta pada Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan

kekerasan atau kejengkelan.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,

Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.

Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.

Intrevensi :

a. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

b. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.

c. Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).

d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.

e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau

marah.

Page 12: Asuhan Keperawatan Pk

BAB II

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 15 Januari 2013

Tanggal Masuk : 26 Desember 2012

Ruang : Perkasa

I. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama : Tn. H

Alamat : Jombor, Ceper, Klaten

Umur : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP (Putus Sekolah)

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

No. CM : 01 13 28

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. W

Umur : 57 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jombor, Ceper, Klaten

Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka

mengancam. Klien mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak

terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien mengamuk dan memukul pintu / jendela.

Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan

III. ALASAN MASUK

±4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan

tidak mengontrol diri. Klien juga marah marah dan memukul ayahnya karena klien merasa

dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi. Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke

RSJD Klaten untuk kembali di rawat inap.

Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah

sakit jiwa klaten >35x.

Page 13: Asuhan Keperawatan Pk

2. Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.

3. Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan

jiwa.

4. Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk penjara

selama 3 minggu karena mencoba membobol ATM.

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda – tanda Vital :

1) Tekanan darah : 120 / 80 mmHg

2) Nadi : 78 x/menit

3) Suhu badan : 36.4 0C

4) Respirasi : 23 x/menit

2. Ukuran

1) Tinggi Badan : 168 cm

2) Berat badan : 70 Kg

3. Kondisi Fisik

Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik – baik saja dan tidak ada keluhan

fisik.

VI. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Keterangan :

Laki – laki Satu Rumah

Perempuan Garis Perkawinan

Meninggal Garis Keturunan

Page 14: Asuhan Keperawatan Pk

Klien

2. Konsep diri

a. Citra tubuh

Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau yang

paling disukainya adalah bagian wajah, karena klien merasa wajahnya tampan..

b. Identitas diri

Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki – laki dewasa dan belum menikah dan

klien anak ke dua dari lima bersaudara.

c. Peran

Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di saying

dilingkungan masyarakat. klien juga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti

gotong royong, pengajian, pemuda dll.

d. Ideal diri

Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat

pulang dan bebas biar bisa bekerja dan menjadi orang kaya.

e. Harga diri

Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya

adalah ayah dan adiknya.

Masalah Keperawatan : - Koping Individu Tidak Efektif

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang terdekat

Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah dan

adiknya, apabila ada masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam

keluarganya ayah dan adik adalah orang yang dipercaya oleh klien.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat

Klien mengatakan dalam masyarakat klien sering mengikuti kegiatan gotong royong,

pengajian, arisan, pemuda, setelah dirumah sakit klien juga mengikuti kegiatan sosial

seperti bersosialisasi dengan teman-teman satu bangsalnya.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Kien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,

setelah di rumah sakit hubungan klien dengan klien yang satu tidak ada masalah.

4. Spiritual

Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin

beribadah dan saat di rumah sakit klien tidak beribadah karena merasa kalau doanya

tidak pernah di kabulkan dan semua itu sia-sia.

Masaalah Keperawatan : Distres spiritual

Page 15: Asuhan Keperawatan Pk

VII. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.

Cara berpakaian sudah rapi, baju dan celana tidak terbalik.

Klien menggunakan sandal.

Masalah Keperawatan :

2. Pembicaraan

Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang

dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.

Masalah Keperawatan : -

3. Aktifitas Motorik

Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien

sudah mampu mengendalikan emosinya yang labil.

Masalah Keperawatan : -

4. Alam Perasaan

Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira,

saat sedih klien tampak sedih.

Masalah Keperawatan : -

5. Afek

Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.

Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Cidera

6. Interaksi selama wawancara

Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan

pendapat dan kebenaran dirinya.

Masalah Keperawatan : -

7. Persepsi

Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.

8. Proses pikir

Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai

tujuan karena dapat kooperatif.

Masalah Keperawatan : -

9. Tingkat Kesadaran

Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang

ditandai dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada

saat wawancara.

Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan

klien bias menyebutkan beberapa nama temannya.

Masalah Keperawatan : -

Page 16: Asuhan Keperawatan Pk

10. Memori

Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh

ayahnya. Dan klien dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan

benar.

Masalah Keperawatan : -

11. Tingkat Konsentrasi Berhitung

Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat

memfokuskan konsentrasi dengan baik

Masalah Keperawatan : -

12. Kemampuan Penilaian

Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat

atau mana yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.

Masalah Keperawatan : -

13. Daya Tilik Diri

Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya

karena klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab

mengapa klien bisa sakit jiwa seperti ini.

Masalah Keperawatan : -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien

makan 3x sehari, pagi, siang dan sore, minum ±6 gelas sehari.

2. BAB/BAK

Klien BAB 1x sehari, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,

menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.

3. Mandi

Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi,

kebersihan tubuh baik.

4. Berpakaian

Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah

sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai

dengan aturan rumah sakit.

5. Pola Istirahat Tidur

Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan

kualitas 6-8 jam perhari, baik malam maupun siang.

6. Penggunaan Obat

Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat.

7. Aktivitas di dalam rumah

Page 17: Asuhan Keperawatan Pk

Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.

8. Aktivitas diluar rumah

Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh.

IX. MEKANISME KOPING

Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.

Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan

menyiapkan makanan.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah dengan dukungan kelompok (-)

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan

lingkungan.

MK : Harga Diri Rendah

3. Masalah dengan kesehatan (-)

4. Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ayah dan adiknya.

5. Masalah dengan ekonomi, kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.

XI. ASPEK MEDIK

Terapi obat :

Inj. Lodomer : 1amp IM extra

Trihexiyl Phenidyl : 3 x 2 mg

Haloperidol : 3 x 5 mg

Resperidon : 2 x 2 mg

XII. MASALAH KEPERAWATAN

1. Prilaku kekerasan

2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3. Harga diri rendah

4. Disstres spiritual

XIII. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : klien mengatakan dirumah

marah-marah kepada ayahnya

karena keinginanya tidak

dipenuhi dan merasa

dibohongi. Serta klien memukul

ayahnya sampai berdarah.

DO : face tegang, mudah

tersinggung saat di ajak bicara,

Perilaku Kekerasan Resiko mencederai diri

sendiri, orang lain dan

lingkungan

Page 18: Asuhan Keperawatan Pk

tatapan mata tajam, muka

tampak merah.

2 DS : klien mengatakan saat

mempunyai masalah dipendam

sendiri, tidak mau bercerita.

DO : pasien tidak banyak

bicara, pasien berdiam diri

Koping Individu Tidak Efektif Perilaku Kekerasan

XIV. POHON MASALAH

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Koping Individu Tidak Efektif

XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan

Perilaku Kekerasan

2. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif

XVI. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Criteria hasil Intervensi

Resiko

menciderai diri

sendiri, orang

lain dan

lingkungan

TUM:

Kliendapat

melanjutkan peran

sesuai dengan

tanggung jawab.

TUK 1:

Klien dapat

membina

hubungan saling

percaya.

TUK 2:

Klien dapat

mengidentifikasi

1. klien mau membalas

salam

2. klien mau menjabat

tangan

3. klien mau menyebut

nama

4. klien mau

tersenyum

5. klien mau kontak

mata

6. klien mau

mengetahui nama

perawat

1. klien

mengungkapkan

1. ber salam panggil

nama

2. sebutkan nama

perawat sambil jabat

tangan

3. jelaskan maksud

hubungan interaksi

4. jelaskan kontrak yang

akan dibahas

5. beri rasa aman dan

simpati

6. lakukan kontak mata

singkat tapi sering

1. beri kesempatan untuk

mengungkapkan

( Efek )

( Core Problem )

( Causa /

Penyebab )

Page 19: Asuhan Keperawatan Pk

kemampuan

penyebab

kekerasan

TUK 3 :

Klien dapat

mengidentifikasi

tanda-tanda

perilaku kekerasan

TUK 4;

Klien dapat

mengidentifikasi

perilaku kekerasan

yang biasa

dilakukan

TUK 5;

Klien dapat

mengidentikasi

akibat perilaku

kekerasan

perasaanya

2. klien dapat

mengungkapkan

penyebab perasaan

marah dari

lingkungan atau

orang lain

1. klien mampu

mengungkapkan

perasaan saat

marah/jengkel

2. klien dapat

menyimpulkan

tanda-tanda marah

yang dialami.

1. Klien dapat

mengungkapkan

perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan

2. Klien dapat bermain

peran dengan

perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan

3. Klien dapat

mengetahui cara

yang biasa dilakukan

untuk menyelesaikan

masalah

1. Klien dapat

menjelaskan akibat

dari cara yang

digunakan

Akibat pada klien

perasaan

2. bantu klien untuk

mengungkapkan

penyebab perasaan

jengkel/kesal

1. Anjurkan klien

mengungkapkan apa

yang dialami dan

dirasakan saat marah

2. Observasi tanda-tanda

perilaku kekerasan pada

klien

3. Simpulkan bersama

klien tanda dan gejala

kesal yang di alami

1. Anjurkan klien untuk

mengungkapkan perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan klien .

2. Bantu klien bermain

peran sesuai dengan

perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

3. Bicarakan dengan klien

apakah dengan cara

yang dilakukan klien

masalahnya selesai

1. bicarakan akibat dan

cara yang dilakukan klien

2. bersama klien

menyimpulkan akibat

cara yang digunakan

oleh klien

Page 20: Asuhan Keperawatan Pk

TUK 6 :

Klien dapat

mendemonstrasika

n cara mengontrol

perilaku kekerasan

TUK 7 :

Klien dapat

menggunakan

obat dengan benar

( sesuai dengan

program )

sendiri

Akibat pada orang

lain

akibat pada

lingkungan

1. klien dapat

menyebutkan contoh

pencegahan perilaku

kekerasan secara :

- Fisik: Tarik nafas

dalam , olah raga,

memukul bantal

- Verbal: Mengatakan

secara langsung

dengan tidak

menyakiti.

2. klien dapat

mendemonstrasikan

cara fisik (memukul

bantal) untuk

mencegah perilaku

kekerasan.

1. Klien dapat

menyebut kan obat –

obat yang di minum

dan kegunaanya

( jenis ,waktu,dosis,d

an efek )

3. Tanya pada klien apakah

ia ingin mempelajari cara

yang baru dan yang

sehat.

1. Bantu klien memilih cara

yang paling tepat untuk

klien

2. Bantu klien

mengidentifikasi manfaat

cara yang telah dipilih

3. Bantu klien untuk

menstimulasikan cara

tersebut atau dengan

role play

4. Beri reinforcement positif

atas keberhasilan klien

menstimulasikan cara

tersebut

5. Anjurkan klien untuk

menggunakan cara yang

dipelajari saat jengkel

atau marah.

1.Jelaskan jenis-jenis obat

yang di minum pada klien

dan keluarga.

2.Diskusikan manfaat

minum obat dan kerugian

berhenti minum obat

tanpa seijin dokter

3.Jelaskan prinsip benar

minum obat(baca nama

yg tertera pd botol

obat,dosis obat ,waktu

dan cara minum)

Page 21: Asuhan Keperawatan Pk

2. Klien dapat minum

obat sesuai program

pengobatan

1.Anjurkan klien minum

obat tepat waktu

2.Anjurkan klien

melaporkan pada perawat

atau dokter jika

merasakan efek yang

tidak menyenang kan

3.Beri pujian jika klien

minum obat dengan

benar.

Page 22: Asuhan Keperawatan Pk

XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Waktu Dx SP IMPLEMENTASI EVALUASI

Selasa

15/01/13

17.00

17.00

1 SP 1

SP 2

1. Membina hubungan

saling percaya

dengan

mengungkapkan

komunikasi terapeutik

2. Menyapa klien

dengan ramah,baik

verbal maupun non

verbal.

3. Memperkenal diri

dengan sopan.

4. Menjelaskan tujuan

pertemuan dengan

lengkap

5. Menanyakan nama

klien dengan lengkap.

6. Mengatakan dengan

jujur dan menepati

janji

7. Menunjukkan rasa

empati dan menerima

klien apa adanya.

8. Memberikan

perhatian kepada

klien dan perhatikan

kebutuhan dasar

klien

1. Mengkaji

pengetahuan klien

tentang perilaku

kekerasan dan

penyebab.

2. Memberikan

kesempatan kepada

klien untuk

S : Klien senang karena

disapa oleh perawat.

O :

Klien mau berjabat

tangan

Klien mau bercerita

tentang diri nya

Kontak mata cukup

A : Klien mampu membina

hubungan saling

percaya, SP 1 tercapai.

P : Lanjutkan SP 2,klien

dapat mengidentifikasi

penyebab marah.

K : Klien di minta untuk

mencari penyebab

marah.

S : Klien marah apabila

keinginannya tidak

terpenuhi

O :

• Klien dapat

mengungkapkan

perasaan marah atau

jengkel.

• Klien tampak tegang

Page 23: Asuhan Keperawatan Pk

mengungkapkan

perasaan penyebab

perilaku kekerasan

3. Memberikan pujian

terhadap kemampuan

klien memngungkap

kan persaan nya.

tegangan dan tatapan

mata tajam.

A : Klien mampu

mengungkapkan

penyebab marah atau

jengkel,SP 2 tercapai.

P : Lanjutkan SP 3, klien

dapat mengontrol dan

penanganan perilaku

kekerasan dengan cara

sholat dan berdoa.

K : Klien diminta untuk

mencari penyebab dan

tanda marah yang

belum di ungkapkan

Rabu

16/01/2013

12.30

SP 3 1. Mendiskusikan

bersama klien

tentang apa yang

dirasakan saat klien

marah

2. Mendiskusikan

bersama klien

tentang tanda-tanda

perilaku kekerasan.

S : klien saat marah akan

berbicara dengan nada

tinggi, tangan

mengepal, matanya

menatap tajam,

wajahnya tampak

merah.

O : pasien menunjukkan

tanda-tanda :

a. Nada suara tinggi

b. Mata menatap tajam

c. Tangan mengepal.

A : klien mampu

mengidentifikasi tanda

dan gejala saat marah

atau jengkel. SP 3

tercapai.

K : klien diminta untuk

mengidentifikasi

Page 24: Asuhan Keperawatan Pk

perilaku kekerasan

yang sering dilakukan.

SP 4 1. Menganjurkan klien

untuk

mengungkapkan

perilaku kekerasan

yang bias dilakukan.

2. Membantu klien

bermain peran sesuai

dengan perilaku

kekerasan.

3. Membicarakan

dengan klien apakah

dengan cara yang

dilakukan oleh klien

masalah akan

teratasi.

S : klien akan marah-

marah apabila

keinginanya tidak

dipenuhi dan memukul

pintu / jendela.

O : klien tampak :Tegang,

tangan mengepal,

mata menatap tajam,

wajah memerah.

A : klien mampu

mengungkapkan

perilaku kekerasan

yang bisa dilakukan.

SP 4 tercapai.

P : lanjutkan SP 5, klien

dapat mengungkapkan

perilaku yang sering

dilakukan saat marah.

K :klien diminta untuk

mengingat kembali

akibat yang akan

ditimbulkan.

Kamis

18/01/2013

11.15

SP 5 1. Membicarakan akibat

atau kerugian dan

cara yang dilakukan

kilen pada saat

marah

2. Menyimpulkan

bersama klien akibat

dari cara yang

digunakan oleh klien

3. Menanyakan kepada

klien apakah klien

mau mempelajari

cara-cara yang baru

dan sehat

S : klien sangat menyesal

dan ingin minta maaf

setelah dirinya marah –

marah dan memukul

ayahnya.

O : klien tampak : sedih,

ingin menangis, mata

menatap tajam, wajah

memerah.

A : klien mampu

mengungkapkan akibat

atau kerugian dari perilaku

kekerasan yang

dilakukannya, SP 5

Page 25: Asuhan Keperawatan Pk

tercapai.

P : lanjutkan SP 6, klien

dapat mengontrol perilaku

yang sering dilakukan saat

marah.

K : klien diminta untuk

berlatih mengontrol marah

dengan cara sholat dan

berdoa.

12.00 SP 6 1. Melatih klien

mengontrol perilaku

kekerasan dan

penanganan dengan

cara sholan dan

berdoa

2. Menganjurkan klien

memasukkan dalam

jadwal kegiatan.

S : Klien mengatakan

jarang sholat dan

merasa doa nya tidak

dikabulkan.

O : Klien tidak

melaksanakan sholat

dan berdoa.

A : SP 6 belum tercapai

P : Ulangi dan

Pertahankan SP 6,

K : Klien diminta berlatih

untuk meminum obat

secara teratur

SP 7 1. Melatih klien minum

obat dengan teratur

2. menganjurkan klien

memasukkan dalam

jadwal kegiatan

S : Klien mengatakan

minum obat secara

teratur setelah makan.

O : Klien mau minum obat

tanpa paksaan perawat.

A : SP 7 tercapai

P : Ulangi SP 6, dan

pertahankan SP 1 – SP

7.

K : Klien diminta untuk

mempertahankan apa

yang telah dilakukan

tadi.

Page 26: Asuhan Keperawatan Pk

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Nama klien : Tn. H, umur 25 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki, Agama : Islam,

Pendidikan : SMP, Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia, Status Perekawinan : Belum Kawin,

Alamat : Jombor, Ceper, Klaten, No CM : 01.13.28 . klien mengatakan keinginan harus

selalu diterpenuhi. klien marah-marah dan memukul ayahnya. Saat marah klien suka

memukuli ayah, pintu/jendela. Apabila punya masalah klien tidak mau bercerita dan

memilih untuk diam diri dan memendamnya sendiri. Klien sudah pernah opname 35 kalli di

RSJ klaten

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Sesuai dengan data yang di dapat dari klien, klien menunjukkan tanda-tanda

gejala marah : muka merah tegang, pandangan tajam dan data yang didapat

menampakkan gejala perilaku kekerasan seperti mudah tersinggung dan setiap

keinginannya harus terpenuhi, perilaku kekerasan yang sering dilakukan klien adalah

marah-marah, membentak-bentak dan mengamuk serta memukul pintu/ jendela

rumahsesuai data yang ada didalam teori.

B. DIAGNOSA KEPEARAWATAN

Dengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Tn. H penulis

menyimpulkan terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang

lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan dan perilku kekerasan b.d koping individu tidak

efektif.

Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan b.d perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada kasus Tn. H didapatkan

hasil sebagai berikut : saat dirumah klien mengamuk dan memukuli pintu/jendela rumah

serta memukuli ayahnya.

Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang

berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah,

memaksakan kehendak, menyerang atau menghindar, mengatakan dengan jelas

(asertivines), memberontak (acting out), amuk atau kekerasan (violence).

Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pad dasarnya tidak

efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien klien muka merah.

Diagnosa kedua adalah perilaku kekerasan b.d koping individu tidak efektif hal ini

didukung karena pada saat kasus Tn. H didapatkan data sebagai berikut : klien apabila ada

masalah tidak mau bercerita dan memilih berdiam diri dan memendamnya sendiri.

C. INTERVENSI DAN I MPLEMENTASI

Page 27: Asuhan Keperawatan Pk

Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan

untuk mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. H.

Diagnosa pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Pada diagnosa pertama ini terdapat 7 rencana keperawatan serta 7 tindakan yang telah

dilaksanakan. Untuk SP 1 adalah bina hubungan saling percaya. Dengan mengungkapkan

komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal,

perknalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien nama panggilan yang disukai

klien, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan klein apa

adanya, beri perhatian pada klien, dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Pada SP 1

kelompok tidak mengalami hambatan karena klien dpat diajak bekerja sama dengan cukup

kooperatif.

Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP 2 adalah

memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien

untuk mengungkapkan penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan

kelompok adalah memberikan kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya,

membantu klien mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2

kelompok tidak mengalami kesulitan atau kendala, karena klien mampu mengungkapkan

penyebab marah yang dialami yaitu karena keinginan yang tidak dipenuhi.

Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3 adalah anjurkan

klien untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda,

perilaku kekerasan pada klien. Pada SP 3 ini kelompok tidak mengalami kendala karena

klien mampu untuk mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat

menyimpulkan tanda-tanda jengkel dan marah, yaitu saat marah klien berbicara keras,

banyak bicara, perilaku tidak wajar dan sulit diarahkan.

Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah anjurkan klien

mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bantu klien bermain peran

sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah

yang klien lakukan masalahnya selesai. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini kelompok

tidak mengalami kesulitan kendala karena klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan

yang dilakukan yaitu berbicara keras dan berguling-guling ditanah.

Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat

atau kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau cara

yang digunakan oleh klien. Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara

baru yang sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien

membicarakan akibat dan kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau

kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang

digunakan klien. Pada SP 5 kelompok tidak mengalami kendala karena klien kooperatif

Page 28: Asuhan Keperawatan Pk

sehingga klien mampu menyebutkan akibat dan kerugian dari cara yang telah klien

gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien bisa dijauhi teman-temannya.

Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin belajar cara yang

baru yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat, didiskusikan

dengan klien cara yang sehat tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada

klien apakah klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika

mengetahui cara baru dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang baru dan sehat. Pada

SP 6 ini kelompok mengalami kendala karena klien kurang kooperatif, klien juga tidak

dapat melakukan Sholat dan berdoa karena beranggapan sia - sia.

D. EVALUASI

Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan menghasilkan sebagai

berikut :

Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sndiri, orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan perilaku kekerasan. Pada diagnosa pertama, akan menjabarkan atau

menjelaskan hasil yang diperoleh.

Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya dengan

menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan rasa senang: kontak mata

kurang: mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk

berdampingan dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada SP

1 tidak ada kendala karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1 telah dapat dilakukan

dan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh penulis.

Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien dapat

mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah(dari diri sendiri, orang lain dan

lingkungan). Pada SP 2 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien bisa

mengungkapkan penyebab jengkel: bila keinginannya tidak dipenuhi. Kesimpulan SP 2

dapat dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan

dan disusun oleh kelompok.

Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah atau jengkel

dan klien menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau marah yang dialami yaitu : suka marah-

marah, bicara keras, perilaku tidaak wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak

mengalami kendala dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana yang

disusun.

Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan yaitu : marah-marah, suara keras dan suka memukul pintu rumah tetangganya.

Klien dapat bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan

dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini

penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat

Page 29: Asuhan Keperawatan Pk

diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana

yang telah disusun.

Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang di lakukan oleh

klien yaitu : dapat merugikan orang lain dan diri sendiri maupun orang lain. Dalam SP 5 ini

penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat

diajak kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana

yang telah disusun.

Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat mempraktekan cara

yang sehat menyalurkan kemarahanya yaitu dengan sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini

penulis mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak

dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan baik sesuai

dengan rencana yang telah disusun.

Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6 ini penulis tidak

ada kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama.

Kesimpulan SP 7 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah

disusun.

Page 30: Asuhan Keperawatan Pk

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. H tindakan yang dilakukan

sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien

mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara

yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon

terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat

agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.

(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

Saran

Untuk pasien :

Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang

keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.

2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima

tanpa menyakiti orang lain

3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan

maupun diluar ruangan.

4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.

5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat :

1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah

masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.

2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada

klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga

untuk dapat pemecehan masalahya.

3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang

konstruktif.

4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang

membantu relaksasi otot seperti olahraga.

5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :

Page 31: Asuhan Keperawatan Pk

1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.

2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :

1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar

dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.

2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang

keperawatan jiwa.

Page 32: Asuhan Keperawatan Pk

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi

I, Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung

Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku

Kedokteran , EGC, Jakarta.

Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3,

Alih Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing.

(Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby

Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan), Edisi

3, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.