bab 2 tinjauan kepustakaan 1. gagal ginjal kronis 1.1...

22
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut (Sidabutar dkk,2001). Gagal ginjal kronis terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya untuk mengekskresi sisa metabolisme dari dalam tubuh sehingga terjadi gangguan fungsi endokrin dan metabolisme, gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, serta asam basa. Brunner & Suddarth (2001) menyatakan bahwa gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal. 1.2 Stadium Gagal Ginjal Kronis Klasifikasi gagal ginjal kronis tidak selalu sama. Price & Wilson (2005) membagi perjalan klinis umum gagal ginjal kronis menjadi tiga stadium. Stadium pertama disebut penurunan cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin serum, kadar nitrogen dan urea darah (BUN) normal, serta gejalanya asimtomatik. Stadium kedua disebut juga insufisiensi ginjal, dimana terdapat lebih dari 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak atau GFR 25% besarnya dari normal. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar normal serta mulai timbul gejala-gejala nokturia dan poliuria. Universitas Sumatera Utara

Upload: trannguyet

Post on 04-Aug-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

BAB 2TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Gagal Ginjal Kronis

1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan

fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut

(Sidabutar dkk,2001). Gagal ginjal kronis terjadi ketika ginjal tidak mampu

mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya untuk

mengekskresi sisa metabolisme dari dalam tubuh sehingga terjadi gangguan

fungsi endokrin dan metabolisme, gangguan keseimbangan cairan, elektrolit,

serta asam basa. Brunner & Suddarth (2001) menyatakan bahwa gagal ginjal

merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari

berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.

1.2 Stadium Gagal Ginjal Kronis

Klasifikasi gagal ginjal kronis tidak selalu sama. Price & Wilson (2005)

membagi perjalan klinis umum gagal ginjal kronis menjadi tiga stadium.

Stadium pertama disebut penurunan cadangan ginjal, selama stadium ini

kreatinin serum, kadar nitrogen dan urea darah (BUN) normal, serta gejalanya

asimtomatik.

Stadium kedua disebut juga insufisiensi ginjal, dimana terdapat lebih dari

75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak atau GFR 25% besarnya dari

normal. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat

melebihi kadar normal serta mulai timbul gejala-gejala nokturia dan poliuria.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

Stadium ketiga merupakan stadium akhir gagal ginjal kronis yang sering

disebut gagal ginjal terminal atau uremia. Penyakit ginjal stadium akhir terjadi

apabila sekitar 90% dari massa nefron telah rusak, atau hanya sekitar 200.000

nefron yang masih utuh. Pada stadium ini penderita mulai merasakan gejala-

gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan

homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Pada gagal ginjal tahap akhir

urin menjadi isoosmotis, penderita biasanya menjadi oligurik dan terjadi

sindrom uremik yang mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh.

1.3 Etiologi Gagal Ginjal kronis

Gagal ginjal kronis merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang yang

progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Perjalanan

gagal ginjal tahap akhir hingga tahap terminal bervariasi dari 2-3 bulan hingga

30-40 tahun.

Price & Wilson (2005) mengklasifikasikan penyebab gagal ginjal kronis

menjadi delapan kelas yaitu: 1).Penyakit infeksi tubulointerstisial seperti

pielonefritis kronik atau refluks nefropati; 2).Penyakit peradangan seperti

glomerulonefritis; 3).Penyakit vaskular hipertensif seperti nefrosklerosis

benigna, nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis; 4).Gangguan

jaringan ikat seperti lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, dan

sklerosis sistemik progresif ; 5).Gangguan kongenital dan herediter seperti

penyakit ginjal polikistik dan asidosis tubulus ginjal; 6).Penyakit metabolik

seperti diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme, dan amiloidosis;

7).Nefropati toksik akibat penyalahgunaan analgesik dan nefropati timah;

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

8).Nefropati obstruktif pada traktus urinarius bagian atas seperti batu ginjal,

neoplasma, fibrosis retroperitoneal dan nefropati obstruktif pada traktus

urinarius bagian bawah seperti hipertrofiprostat, anomali kongenital leher

vesika urinaria dan uretra.

Selain penyebab tersebut ada empat faktor risiko utama dalam

perkembangan gagal ginjal tahap akhir yaitu usia, ras, jenis kelamin, dan

riwayat keluarga. Gagal ginjal tahap akhir yang disebabkan oleh nefropati

hipertensif 6,2 kali lebih sering terjadi pada orang Afrika-Amerika daripada

orang kaukasia. Secara keseluruhan insiden gagal ginjal tahap akhir lebih

besar pada laki-laki yaitu 56,3% daripada perempuan 43,7% (Fauci &

Longo’s, 2001; Price & Wilson, 2005).

1.4 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis

Berbagai perubahan yang terjadi pada gagal ginjal kronis akan

mempengaruhi kondisi pasien. Apabila GFR menurun 5-10% dari keadaan

normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita sindrom uremik.

Sindrom uremik merupakan suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau

berkaitan dengan retensi metabolik nitrogen karena gagal ginjal. Sindrom ini

ditandai dengan peningkatan limbah nitrogen di dalam darah, perubahan

fungsi pengaturan yang menyebabkan gangguan keseimbangan cairan,

elektrolit dan asam basa dalam tubuh yang pada keadaan lanjut akan

menyebabkan gangguan fungsi pada semua sistem organ tubuh (Brunner &

Suddarth, 2001; Ganong, 2002; Potter & Perry, 2005; Price & Wilson, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

Gagal ginjal ditandai dengan berbagai jenis gangguan biokimia. Salah satu

gangguan biokimia akibat sindrom uremik yaitu asidosis metabolik berupa

pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan yang dalam

dan berat, yang timbul karena kebutuhan untuk meningkatkan ekskresi karbon

dioksida. Selain asidosis metabolik, pada gagal ginjal kronis juga terjadi

ketidakseimbangan Kalium dan Natrium. Ketidakseimbangan Natrium dan

kalium akan mempengaruhi kerja jantung dan bisa menyebabkan gagal

jantung kongestif (Brunner & Suddarth, 2005; Peterson, 1995).

Gangguan pada sistem perkemihan yang berhubungaan erat dengan

metabolisme cairan. Berat jenis urin yang relatif konstan sekitar 1,010 mOsm

menunjukkan hilangnya kemampuan pengenceran urin dari kadar plasma. Hal

tersebut mengakibatkan penderita uremia mudah mengalami perubahan

keseimbangan cairan yang akut. Diare atau muntah dapat menyebabkan

dehidrasi secara cepat, sementara asupan cairan yang berlebihan dapat

menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema, dan gagal jantung kongestif

(Brunner & Suddarth,2005; Carpenter & Lazarus, 1984; Tierney,dkk, 1993).

Kelainan hematologi juga terjadi pada penderita gagal ginjal kronis tahap

akhir. Anemia normositik dan normokromik selalu terjadi pada sindrom

uremik. Penyebab utama anemia adalah berkurangnya pembentukan sel darah

merah akibat defisiensi pembentukan eritropoietin oleh ginjal dan masa hidup

sel darah merah pada penderita gagal ginjal hanya sekitar separuh dari masa

hidup sel darah merah normal (Brunner & Suddarth, 2005; Roesman,1992;

Kresnawan & Sukardjini, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

Penimbunan pigmen urin terutama urokrom bersama anemia pada

insufisiensi ginjal lanjut akan menyebabkan kulit penderita putih seakan-akan

berlilin dan kekuning-kuningan. Pada orang berkulit coklat, kulit akan

berwarna coklat kekuning-kuningan, sedangkan pada orang berkulit hitam

akan berwarna abu-abu bersemu kuning, terutama di daerah telapak tangan

dan kaki. Selain itu kulit menjadi kering dan bersisik. Jika kadar natrium

tinggi akan timbul kristal uremik di permukaan kulit yang berkeringat

(Brunner & Suddarth, 2005; Roesman,1992; Kresnawan & Sukardjini, 1992).

Manifestasi saluran cerna dari uremia antara lain anoreksia, mual, muntah,

adanya rasa kecap logam pada mulut, napas berbau amonia, peradangan dan

ulserasi pada mulut, lidah kering dan berselaput. Pada gagal ginjal tahap akhir,

metabolisme internal protein, karbohidrat, dan lemak mengalami

keabnormalan (Brunner & Suddarth, 2005; Roesman,1992; Kresnawan &

Sukardjini, 1992).

Sedangkan gejala-gejala pada neuromuskular akibat gagal ginjal tahap

akhir ialah penurunan ketajaman serta kemampuan mental untuk berpikir,

apatis dan kelelahan. Penderita mengeluh merasa letih, lesu dan saat

melakukan aktivitas sehari-hari harus beristirahat berulang-ulang. Penderita

mengalami nyeri seperti terbakar, perasaan baal atau parastesia pada jari-jari

kaki, kaki dan menjalar sampai ke tungkai. Pada stadium akhir gejala

parestesia terjadi pada jari-jari tangan dan tangan serta gangguan pada tulang

yang disebut osteodistrofi ginjal (Brunner & Suddarth,2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

1.5 Terapi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis

Menurunnya fungsi ginjal dan semakin buruknya gejala uremia pada gagal

ginjal kronis tahap akhir mengharuskan diberikannya pengobatan kepada

penderita. Wilson (2005) menyatakan bahwa pengobatan gagal ginjal kronis

dibagi dalam dua tahapan, dimana tahap pertama merupakan tindakan

konservatif yang ditujukan untuk meredakan atau memperlambat perburukan

progresif fungsi ginjal dan tahap kedua yaitu tindakan untuk mempertahankan

kehidupan dengan dialisis dan transplantasi ginjal. Prinsip-prinsip

penatalaksanaan konservatif didasarkan pada batas ekskresi yang dapat

dicapai ginjal yang terganggu. Tindakan konservatif berupa diet, pembatasan

cairan, dan konsumsi obat-obatan (Suhardjono, 2001; Potter & Perry, 2005;

Wilson,2005).

Pada gagal ginjal kronis tahap akhir dibutuhkan tindakan yang bisa

mengganti fungsi ginjal untuk mempertahankan kehidupan karena tindakan

konservatif saja tidak efektif. Penggantian fungsi ginjal bisa dengan

transplantasi dan dialisa. Transplantasi ginjal merupakan tindakan yang lebih

baik karena penderita tidak terlalu terbatas hidupnya dan biasanya tidak ada

pantangan diet serta tidak membutuhkan banyak waktu untuk melakukan

dialisis (Potter & Perry, 2005; Wilson, 2005). Namun di Indonesia

transplantasi ginjal masih terbatas karena banyak kendala yang dihadapi

seperti faktor ketersediaan donor ginjal, biaya, dan sistem kesehatan yang

belum mendukung (Yayasan Ginjal Nasional,2000) sehingga dialisa bagi

penderita gagal ginjal kronis tahap akhir merupakan satu-satunya cara untuk

bertahan hidup.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

Wilson (2005) mendefinisikan dialisa sebagai suatu proses difusi zat

terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu

kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya. Penggunaan dialisa

ditujukan untuk pengobatan gagal ginjal kronis pertamakali diusulkan oleh

Abel, Rowntree & Turner pada tahun 1913 (Gibson, 1983; Van Stone, 1983).

Pada dialisa, molekul solut berdifusi melalui membran semipermiabel

dengan cara mengalir dari sisi cairan yang lebih pekat atau konsentrasi solut

lebih tingggi ke cairan yang lebih encer atau konsentrasi solut lebih rendah.

Cairan mengalir lewat membran semipermiabel dengan cara osmosis atau

ultrafiltrasi (Daugirdas, Blake & Ing, 2001; Brunner & Suddarth, 2001;

Daugirdas & Wilson, 2005; Van Stone 1983).

Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa ada beberapa indikasi

pelaksanaan dialisis yaitu gagal ginjal yang tidak dapat lagi dikontrol dengan

penatalaksaan konservatif, perburukan gejala uremia yang berhubungan

dengan gagal ginjal kronik tahap akhir, gangguan cairan dan elektrolit serta

yang tidak dapat dikontrol oleh tindakan yang lebih sederhana.

Ada dua metode dialisis yaitu dialisa peritoneal dan hemodialisa. Diantara

kedua metode dialisa tersebut yang merupakan metode paling umum

digunakan untuk penderita gagal ginjal di Indonesia dan Amerika adalah

hemodialisa (Kartono, Darmarini & Roza, 1992 dalam Lubis, 2006;

Peterson,1995).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

2. Hemodialisa

Hemodialisa ialah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh

penderita dan beredar di dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialiser

(Aristianty, 2008). Dialiser terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Satu

kompartemen berisi darah dan kompartemen lain berisi cairan dialisat.

Hemodialisa pertama kali digunakan pada manusia di Jerman pada tahun 1915

oleh George Haas di Universitas Klinik Giessen. Sedangkan di Indonesia

hemodialisa dimulai pada tahun 1970. Hemodialisa bisa dilakukan di rumah atau

di pusat-pusat hemodialisa (Suhardjono dkk, 2001; Van Stone, 1983).

2.1 Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialisa

Pada hemodialisa aliran darah yang mengandung limbah metabolik

dialirkan dari tubuh pasien ke dialiser untuk dibersihkan kemudian

dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Pertukaran limbah dari darah ke dalam

cairan dialisat akan terjadi melalui membran semipermeabel tubulus.

Pada proses kerja mesin dialisa ada tiga prinsip yang mendasarinya yaitu

osmosis, difusi, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah dikeluarkan dari dalam

darah melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki

konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah.

Selanjutnya air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses

osmosis yang dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan.

Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang

dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisa. Tekanan negatif ini diterapkan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

untuk memfasilitasi pengeluaran air sehingga tercapai isovolemia (Brunner &

Suddarth, 2001).

Hemodialisa bagi penderita gagal ginjal kronis akan mencegah kematian

yang lebih cepat. Namun hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan

penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik

yang dilaksanakan oleh ginjal.

Di indonesia hemodialisa dilakukan 2 kali seminggu dengan setiap

hemodialisia dilakukan selama 5 jam, tetapi ada juga yang melakukan 3 kali

seminggu dengan lama dialisis 4 jam, hal ini bergantung pada keadaan

penderita. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang

tertinggi sampai sekarang 14 tahun (Price & Wilson, 2005; Suhardjono dkk,

2001). Namun banyak komplikasi yang terjadi akibat terapi hemodialisa yang

mempengaruhi kehidupan pasien hemodialisa.

2.2 Komplikasi Hemodialisa

Komplikasi yang bisa terjadi saat pasien melakukan hemodialisa antara lain

hipotensi, emboli udara, nyeri dada, pruritus, gangguan keseimbangan dialisis,

kram otot yang nyeri, mual, muntah, perembesan darah, sakit kepala, sakit

punggung, demam, menggigil, sindrom disekuilibrium, aritmia temponade

jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, hiperlipidemia, gangguan

tidur dimana pasien selalu bangun lebih cepat di pagi hari, dan hipoksemia.

(Brunner & Suddarth, 2005; Stone & Rabin, 1983; Suhardjono dkk, 2001).

Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan

kondisi sakit yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupanya.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

Penderita menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan

pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat

sakit kronik, dan ketakutan terhadap kematian. Pasien-pasien yang lebih muda

khawatir terhadap pernikahan mereka, anak-anak yang dimiliki dan beban

yang ditimbulkan kepada keluarga mereka. Gaya hidup terencana berhubungan

dengan terapi hemodialisa dan pembatasan asupan makanan serta cairan sering

menghilangkan semangat hidup pasien (Brunner & Suddarth, 2005).

Hemodialisa menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu

yang diperlukan untuk terapi hemodialisa akan mengurangi waktu yang

tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik,

frustrasi, rasa bersalah serta depresi di dalam keluarga. Keluarga pasien dan

sahabat-sahabatnya mungkin memandang pasien sebagi orang yang

terpingkirkan dengan harapan hidup yang terbatas. Barangkali sulit bagi

pasien, pasangan, dan keluarganya untuk mengungkapkan rasa marah serta

perasaan negatif. Terkadang perasaan tersebut membutuhkan konseling dan

psikoterapi (Brunner & Suddarth,2005).

Pasien harus diberi kesempatan untuk mengungkapkan setiap perasaan

marah dan keprihatinan terhadap berbagai pembatasan yang harus dipatuhi

akibat penyakit, serta terapinya di samping masalah keuangan, rasa sakit dan

gangguan rasa nyaman yang timbul akibat penyakit ataupun komplikasi terapi.

Jika rasa marah tersebut tidak diungkapkan, mungkin perasaan ini akan

diproyeksikan kepada diri sendiri dan menimbulkan depresi, rasa putus asa

serta upaya bunuh diri. Insiden bunuh diri meningkat pada pasien-pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

hemodialisa. Jika rasa marah tersebut di proyeksikan kepada orang lain, hal ini

dapat merusak hubungan keluarga (Brunner & Suddarth,2005).

3. Koping

3.1 Definisi Koping

Penderita gagal ginjal kronik yang mengalami stres atau ketegangan

psikologis dalam menghadapi penyakit dan terapi yang dijalaninya

memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan agar

dapat mengurangi stres yang dialaminya. Pasien akan menggunakan berbagai

cara dalam menghadapi masalahnya. Cara-cara itulah yang disebut dengan

koping.

Ada banyak definisi koping yang dikemukakan para ahli. Kelliat (1999)

mendefenisikan koping adalah cara yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon

terhadap situasi yang mengancam. Sedangkan menurut Rasmun (2004) koping

merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik

fisik maupun psikologik. Koping juga diartikan sebagai usaha perubahan

kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi.

Coping is the process through which the person manages the demands ofthe person – environment relationship that are appraised as beingstressful and which generate emotions.(Lazarus & Folkman, 1984 dalam Harwood, 2009)

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa koping adalah suatu

proses dimana individu berusaha untuk mengatur kebutuhan dan hubungannya

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

dengan lingkungan sedemikian rupa sehingga ia dapat mengatasi masalah

yang dialaminya.

3.2 Sumber Strategi koping

Menurut Brunner & Suddarth (2001) sumber strategi koping dapat berasal

dari internal dan eksternal.

a. Sumber internal

Sumber strategi koping internal berasal dari dalam pribadi orang

tersebut. Sumber internal ini meliputi kesehatan dan energi yang

dimilikinya, kepercayaan seseorang menyangkut kepercayaan iman atau

agama dan juga kepercayaan eksistensi, komitmen atau tujuan hidup,

harga diri, kontrol dan kemahiran seseorang. Selain itu pengetahuan,

keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan sosial juga

mempengaruhi strategi koping individu yang bersumber dari internal.

Karakteristik kepribadian yang tersusun atas kontrol, komitmen dan

tantangan merupakan sumber strategi koping yang paling tangguh.

Pribadi yang tangguh menerima stresor sebagai sesuatu yang dapat

diubah sehingga dapat dikontrol. Individu tersebut menerima situasi yang

berpotensi menimbulkan stres menjadi suatu hal yang menarik dan

berarti sehingga timbul komitmen. Sedangkan perubahan dan situasi baru

dipandang sebagai kesempatan untuk bertumbuh sehingga dianggap

sebagai tantangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

b. Sumber eksternal

Dukungan sosial merupakan sumber-daya eksternal yang utama.

Cobb, 1976 dalam Brunner & Suddarth, 2001 mendefinisikan dukungan

sosial sebagi rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau lebih

dengan tiga kategori. Kategori informasi pertama membuat orang percaya

bahwa dirinya diperhatikan atau dicintai. Kategori ini sering muncul

dalam hubungan antara dua orang dimana kepercayaan mutual dan

keterikatan diekspresikan dengan cara saling menolong untuk memenuhi

kebutuhan bersama. Ekspresi tersebut sering disebut sebagai dukungan

emosional yang paling disadari dalam hubungan suami istri.

Kategori informasi yang kedua menyebabkan seseorang merasa bahwa

dirinya dianggap atau dihargai. Hal ini paling efektif saat ada

pengumuman publik mengenai betapa kedudukannya di dalam kelompok

cukup terpandang. Keadaan tersebut akan menaikkan perasaan harga diri

sehingga disebut sebagai dukungan harga diri.

Kategori informasi ketiga membuat seseorang merasa bahwa dirinya

merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling ketergantungan.

Informasi disebarkan oleh anggota jaringan, dimana setiap anggota

jaringan memahami informasi tersebut dan menyadari bahwa informasi

tersebut telah disebarkan diantara mereka. Cobb menekankan bahwa

dukungan sosial akan meningkatkan kepribadian mandiri, sebaliknya

tidak menyebabkan ketergantungan.

Sumber material merupakan dukungan eksternal lain, meliputi barang

dan jasa yang dapat dibeli. Mengatasi keterbatasan lingkungan akan lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

mudah bagi individu yang mempunyai sumber finansial yang memadai

karena perasaan ketidakberdayaan terhadap ancaman menjadi berkurang

(Brunner & Suddarth,2001).

3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koping

Menurut Muktadin (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi strategi

koping meliputi kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan yang positif,

keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan

materi.

Kesehatan fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting karena dalam

usaha mangatasi stress individu dituntut untuk mengarahkan tenaga yang

cukup besar. Keyakinan atau pandangan yang positif. Keyakinan menjadi

sumber daya psikologi yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib

mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan yang akan

menurunkan kemampuan strategi koping yang berfokus pada masalah.

Keterampilan memecahkan masalah. Keterampilan ini meliputi

kemampuan untuk mencari informasi dan tujuan menganalisa situasi,

mengidentifikasi masalah dan tujuan untuk mengahasilkan alternatif tindakan,

kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sampai dengan hasil yang

diinginkan tercapai dan akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan

suatu tindakan yang tepat.

Keterampilan sosial. Keterampilan sosial ini meliputi kemampuan untuk

berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai

yang berlaku di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan

informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan.

3.4 Macam-macam Koping

Rasmun (2004) membagi koping menjadi dua macam yaitu koping

psikologis dan koping psiko-sosial.

a. Koping Psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis

bergantung pada dua faktor yaitu bagaimana persepsi dan penerimaan

individu terhadap stresor serta keefektifan strategi koping yang digunakan

oleh individu. Jika strategi yang digunakan efektif maka akan

menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam

kehidupan, tetapi jika strategi koping yang digunakan tidak efektif akan

berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari

keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

b. Koping Psiko-Sosial

Koping psiko-sosial ialah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus

stres yng diterima atau dihadapi oleh klien. Stuart & Sudden, 1991 (dalam

Rasmun, 2004) mengemukakan bahwa terdapat dua kategori koping yang

biasa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan.

Kategori pertama yaitu yang berorientasi pada tugas. Cara ini

digunakan untuk menyelesaikan masalah, konflik dan memenuhi

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

kebutuhan dasar. Ada tiga macam perilaku yang berorientasi pada tugas

yaitu perilaku menyerang, perilaku menarik diri dan kompromi.

Kategori kedua ialah reaksi yang berorientasi pada ego. Reaksi ini

sering digunakan individu dalam menghadapi stres atau kecemasan. Jika

individu melakukannya dalam waktu sesaat maka akan dapat mengurangi

kecemasan, tetapi jika digunakan dalam jangka waktu yang lama akan

dapat mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan

interpersonal dan menurunnya produktifitas kerja. Koping ini bekerja

tidak sadar sehingga penyelesaiannya sering sulit dan tidak realistis.

3.5 Metode Koping

Menurut National Safety Council (2003), koping yang efektif merupakan

suatu proses mental untuk mengatasi tuntutan yang dianggap sebagai

tantangan terhadap sifat seseorang. Ada dua metode koping yang digunakan

oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu metode jangka

panjang dan metode jangka pendek (Bell, 1977 dalam Rasmun, 2004).

Metode koping jangka panjang bersifat konstruktif dan merupakan cara

yang efektif serta realistis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun

waktu yang lama. Metode ini meliputi berbicara dengan orang lain, misalnya

kepada teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang dihadapi; mencari

informasi lebih banyak tentang masalah yang dihadapi; menghubungkan

situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural;

melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau masalah; membuat

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi; mengambil pelajaran

dari peristiwa atau pengalaman masa lalu.

Metode koping Jangka Pendek digunakan untuk mengurangi stres atau

ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak

efektif jika digunakan dalam jangka panjang. Cara yang termasuk ke dalam

metode ini meliputi menggunakan alkohol dan obat-obatan; melamun dan

fantasi; mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak meyenangkan;

tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil; banyak tidur;

merokok; menangis; dan beralih pada aktif aktivitas lain agar dapat melupakan

masalah.

Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan

kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang

tidak efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari

keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri, orang lain dan

lingkungan (Rasmun, 2004).

3.6 Koping Terhadap Penyakit

Jalowiec, 1993 ( dalam Brunner & Suddarth, 2001) menyatakan bahwa ada

lima cara penting dalam menghadapi penyakit, yang diidentifikasi dari

menelaah 57 penelitian keperawatan, yaitu: 1) mencoba merasa optimis

terhadap masa depan, 2) menggunakan dukungan sosial, 3) menggunakan

sumber spiritual, 4) mencoba tetap mengotrol situasi atau perasaan,dan 5)

mencoba menerima kenyataan yang ada. Koping cara lain yang ditemukan

dalam penelitian tersebut adalah meliputi pencarian informasi, menyusun

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

ulang prioritas kebutuhan dan peran, menurunkan tingkat harapan, melakukan

kompromi, membandingkan dengan orang lain, perencanaan aktivitas untuk

menghemat energi, dan memahami tubuhnya.

Merasa optimis mengenai masa depan yaitu adanya harapan akan

kesembuhan penyakitnya, adanya pikiran yang berpusat pada kepercayaan

dasar bahwa setiap masalah ada solusinya.

Menggunakan dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan dukungan

verbal, saran, bantuan yang nyata atau tindakan yang diberikan oleh orang-

orang yang akrab degan subjek di dalam lingkungan sosialnya . Dukungan ini

juga dapat berupa kehadiran orang tertentu dan hal-hal yang dapat

memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku

penerimanya.

Menggunakan sumber spiritual, seperti berdoa dan menemui pemuka

agama atau aktif pada kegiatan-kegiatan kerohanian juga menjadi cara koping

dalam menghadapi masalah terutama yang disebabkan oleh penyakit.

Mendekatkan diri kepada Tuhan juga bisa dilakukan dengan meminta saran

atau mencari informasi yang berasal dari alim ulama atau pemuka agama.

Mengontrol situasi maupun perasaan, merupakan pengendalian diri tanpa

menunjukkan emosi atau bereaksi dengan tenang (Wortman, Loftus &

Weaver, 1999).

Menerima kenyataan yang ada, menerima keadaan atau sadar akan keadaan

dirinya yang menderita suatu penyakit dan cenderung mencari hikmah dari

keadaan tersebut. Penerimaan berbagai kenyataan hidup dan pandangan positif

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

menjadi sumber psikologis yang sangat penting untuk membentuk koping

seseorang dalam menghadapi masalahnya.

Pasien maupun keluarga menggunakan kombinasi antar koping yang

berfokus pada emosi maupun yang berfokus pada masalah dalam meghadapi

stresor yang berhubungan dengan penyakit. Menurut Keliat (1998) koping

berfokus pada masalah melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor,

yaitu:

1. Berbicara dengan orang lain, teman, keluarga dan perawat tentang

masalahnya dan mencari jalan keluar dari nasihat orang lain.

2. Mencari tahu lebih banyak informasi tentang situasi yang dihadapi melalui

buku, masmedia atau orang yang ahli.

3. Berhubungan dengan kekuatan supranatural. Melakukan kegiatan ibadah,

menambah kepercayaan diri dan mengembangkan pandangan yang

positif.

4. Melakukan latihan penanganan stres, dengan latihan pernafasan, meditasi,

visualisasi dan stop berpikir.

5. Membuat berbagai alternatif tindakan dalam menangani situasi.

6. Belajar dari pengalaman masa lalu, tidak mengulangi kegagalan yang

sama.

Penelitian yang dilakukan oleh Cormier-Daigleand, M & Stewart, M pada

tahun 1997 di Kanada mengungkapkan bahwa pasien laki-laki yang menjalani

terapi hemodialisa lebih sering menggunakan koping yang berfokus pada

masalah khususnya dukungan sosial. Namun pasien juga sering mengalami

konflik dengan diri mereka sendiri. Hasil yang sama juga didapatkan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

penelitian tentang koping pasien hemodialisa kronik yang dilakukan Kumar,

Udaya T.R, Almaray,A., Soundarajan, P., Abraham,G. di Chennai India pada

tahun 2003. Namun hasil yang berbeda diperoleh dalam penelitian yang

dilakukan oleh Yeh,S.J & Chou,H pada tahun 2002 di Taiwan, dimana

penelitian dilakukan pada pasien yang berusia lebih dari 15 tahun dan telah

menjalani hemodialisa lebih dari tiga bulan. Dari hasil penelitian Yeh & Chou

tersebut diperoleh bahwa pasien hemodialisa lebih sering menggunakan

koping yang berorientasi pada emosi, menghindar dan menyendiri sedangkan

koping yang berorientasi pada masalah jarang digunakan.

3.7 Mekanisme Koping

Keliat (1998) membagi mekanisme koping menjadi dua macam yaitu

mekanisme koping yang adaptif dan mekanisme koping yang maladaptif.

Mekanisme koping adaptif adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat

positif, rasional, dan konstruktif sedangkan mekanisme koping maladaptif

adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah

akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat negatif, merugikan dan

destruktif serta tidak dapat menyelesaiakan masalah secara tuntas.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

BAB 3KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi koping pasien gagal ginjal

kronis dalam menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Dimana kerangka penelitian menggunakan model teori pendekatan sistem yang

terdiri dari komponen masukan (input), proses, dan keluaran (output).

Dalam penelitian ini diuraikan sebagai input adalah stresor pasien gagal ginjal

kronis yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa, proses

mengidentifikasi koping yang digunakan oleh pasien gagal ginjal dalam menjalani

terapi hemodialisa sedangkan keluaran adalah koping apa yang digunakan oleh

pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa dalam menghadapi

masalah yang terjadi.

Skema 3.1. Kerangka penelitian koping pasien gagal ginjal kronis dalammenjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Ket: : variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Hemodialisa dankomplikasinyasebagai stresor bagipasien gagal ginjalkronis

KOPING Optimis terhadap masa

depan. Dukungan sosial Kepercayaan spiritual Kontrol diri Menerima kenyataan

Kopingadaptif

Kopingmaladaptif

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis 1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24973/4/Chapter II.pdf · pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi operasional variabel penelitian

Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

Koping

pasien gagal

ginjal kronis

yang

menjalani

terapi

hemodialisa

Upaya yang dilakukan oleh

pasien gagal ginjal kronis

dalam mengatasi dan

menyelesaikan masalah yang

ada selama menjalani terapi

hemodialisa., diidentifikasi

menjadi lima bagian yaitu

optimis terhadap masa depan,

dukungan sosial, kepercayaan

spiritual, kontrol diri, dan

menerima kenyataan

Kuesioner 1. 25-61.5

mal adaptif

2. 62.5-100

adatif

Interval

Universitas Sumatera Utara