penyakit paru obstrukstif kronis

Upload: veni

Post on 03-Mar-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    1/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) merupakan penyakit yang mempunyai

    karekteristik keterbatasan jalan napas yang tidak sepenuhnya reversible. Gangguan yang bersifat

    progresif ini disebabkan inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi

    dalam waktu lama dengan gejala utama sesak napas, batuk, dan produksi sputum. eberapa

    penelitian terakhir menemukan bahwa PPOK sering disertai dengan kelainan ekstra paru yang

    disebut sebagai efek sistemik pada PPOK. American Thoracic Society (!"#) melengkapi

    pengertian PPOK menjadi suatu penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan

    keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible. Keterbatasan aliran udara ini bersifat

    progresif yang terutama disebabkan oleh rokok ($%&, ').

    Penyakit paru ini merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah

    menjadi masalah kesehatan masyarakat di &ndonesia. *al ini disebabkan oleh meningkatnya usia

    harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko, seperti faktor pejamu yang diduga

    berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada

    kelompok usia muda, serta pencemaran udara didalam ruangan maupun diluar ruangan dan

    ditempat kerja (+epkes, ').

    +i !merika kasus kunjungan pasien PPOK di &G+ mencapai angka -, juta. '/.

    memerlukan perawatan di %#, dan --0. meninggal selama tahun '. #ebagai penyebab

    kematian, PPOK menduduki peringkat ke 1 setelah jantung, kanker, dan penyakit

    serebro2askuler (%obbins, ').

    3*O memperkirakan bahwa menjelang tahun '' pre2alensi PPOK akan meningkat.

    !kibat sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya akan meningkat dari ke -' menjadi ke

    dan sebagai penyebab kematian akan meningkat dari ke / menjadi ke 4. erdasarkan sur2ey

    kesehatan rumah tangga +epkes %& tahun -00', PPOK bersama asma bronchial menduduki

    1

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    2/23

    peringkat ke /. 5erokok merupakan faktor resiko terpenting penyebab PPOK disamping faktor

    resiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik, dan lain6lain (!ru dkk, '0).

    erdasarkan hasil #7#89!# (#ur2ey #osial 8konomi 9asional) tahun '-, sebanyak

    1,: penduduk laki6laki dan -,': perempuan merupakan perokok, 0',: dari perokok

    menyatakan kebiasaannya merokok didalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga

    lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota rumah tangga merupakan perokok pasif.

    $umlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara '6': (P#,

    '-).

    2

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    3/23

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi PPOK

    Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau juga dikenali sebagai Chronic Obstructive

    Pulmonary Disease (COPD) merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan

    ire2ersibel; terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua6duanya (#nider, '4).

    Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) bukanlah penyakit tunggal, tetapi merupakan satu istilah

    yang merujuk kepada penyakit paru kronis yang mengakibatkan gangguan pada sistem

    pernafasan.

    #ecara klinis, bronkitis kronik didefinisikan sebagai manifestasi batuk kronik yang

    produktif selama 4 bulan sepanjang dua tahun berturut6turut. #ementara emfisema didefinisikan

    sebagai pembesaran al2eolus di hujung terminal bronkiol yang permanen dan abnormal disertai

    dengan destruksi pada dinding al2eolus serta tanpa fibrosis yang jelas. The Global Initiative for

    Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) guielines mendefinisikan PPOK sebagai penyakit

    yang ditandai dengan gangguan pernafasan yang ire2ersibel, progresif, dan berkaitan dengan

    respon inflamasi yang abnormal pada paru akibat inhalasi partikel6partikel udara atau gas6gas

    yang berbahaya (Kamangar, '-).

    #ementara menurut !ffyarsyah, dkk ('0), PPOK adalah penyakit paru kronik yang

    tidak sepenuhnya re2ersibel, progresif, dan berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal

    terhadap partikel dan gas yang berbahaya. Kata ung and lood &nstitute, '0).

    2.2 Etiologi

    ?aktor yang mempengaruhi perkembangan dan progesi2itas penyakit PPOK (@ulkarnain ddk,

    '-') A

    -. 5erokok

    %iwayat perokok A perokok aktif, perokok pasif, bekas perokok

    '. Genetik

    3

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    4/23

    ?aktor genetik yang sering terjadi adalah kekurangan B- antitripsin (!!") sebagai

    inhibitor dari protease serin.4. 7sia dan Gender

    1. Paparan terhadap partikel

    . #tatus sosial dan ekonomi

    /. !sma atau hipereakti2itas bronkus. ronkitis kronis

    . &nfeksi

    2. !aktor "isiko

    a. #erokok

    Pada tahun -0/1, penasihat Committee Surgeon General of the !nite States

    menyatakan bahwa merokok merupakan faktor risiko utama mortalitas bronkitis kronik

    dan emfisema. eberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam waktu satu detik setelahforce e"#iratory maneuver (?8C-), terjadi penurunan mendadak dalam 2olume ekspirasi

    yang bergantung pada intensitas merokok. *ubungan antara penurunan fungsi paru

    dengan intensitas merokok ini berkaitan dengan peningkatan kadar pre2alensi PPOK

    seiring dengan pertambahan umur. Pre2alansi merokok yang tinggi di kalangan pria

    menjelaskan penyebab tingginya pre2alensi PPOK dikalangan pria. #ementara pre2alensi

    PPOK dikalangan wanita semakin meningkat akibat peningkatan jumlah wanita yang

    merokok dari tahun ke tahun (%eily dkk, ').

    PPOK berkembang pada hampir -: perokok. 7mur pertama kali merokok,

    jumlah batang rokok yang dihisap dalam setahun, serta status terbaru perokok

    memprediksikan mortalitas akibat PPOK. &ndi2idu yang merokok mengalami penurunan

    pada ?8C-dimana kira6kira hampir 0: perokok berisiko menderita PPOK $Kamangar,

    '-).

    Secon$han smo%er atau perokok pasif berisiko untuk terkena infeksi sistem

    pernafasan, dan gejala6gejala asma. *al ini mengakibatkan penurunan fungsi paru

    $Kamangar, '-). Pemaparan asap rokok pada anak dengan ibu yang merokok

    menyebabkan penurunan pertumbuhan paru anak. &bu hamil yang terpapar dengan asap

    rokok juga dapat menyebabkan penurunan fungsi dan perkembangan paru janin semasa

    gestasi.

    4

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    5/23

    %. Hi&eres&onsif sal'ran &ernafasan

    5enurutDutch hy#othesis, asma, bronkitis kronik, dan emfisema adalah 2ariasi

    penyakit yang hampir sama yang diakibatkan oleh faktor genetik dan lingkungan.

    #ementara&ritish hy#othesis menyatakan bahwa asma dan PPOK merupakan dua kondisi

    yang berbeda; asma diakibatkan reaksi alergi sedangkan PPOK adalah proses inflamasi

    dan kerusakan yang terjadi akibat merokok. Penelitian yang menilai hubungan tingkat

    respon saluran pernafasan dengan penurunan fungsi paru membuktikan bahwa

    peningkatan respon saluran pernafasan merupakan pengukur yang signifikan bagi

    penurunan fungsi paru (%eily dkk, ').

    5eskipun begitu, hubungan hal ini dengan indi2idu yang merokok masih belum

    jelas. *iperesponsif salur pernafasan ini bisa menjurus kepada remoeling salur nafas

    yang menyebabkan terjadinya lebih banyak obstruksi pada penderita PPOK $Kamangar,

    '-).

    (. Infeksi sal'ran &ernafasan

    &nfeksi saluran pernafasan adalah faktor risiko yang berpotensi untuk

    perkembangan dan progresi PPOK pada orang dewasa. +ipercaya bahwa infeksi salur

    nafas pada masa anak6anak juga berpotensi sebagai faktor predisposisi perkembangan

    PPOK. 5eskipun infeksi saluran nafas adalah penyebab penting terjadinya eksaserbasi

    PPOK, hubungan infeksi saluran nafas dewasa dan anak6anak dengan perkembangan

    PPOK masih belum bisa dibuktikan (%eily dkk, ').

    ). Pe*a&aran aki%at &eker+aan

    Peningkatan gejala gangguan saluran pernafasan dan obstruksi saluran nafas juga

    bisa diakibatkan pemaparan terhadap abu dan debu selama bekerja. Pekerjaan seperti

    melombong arang batu dan perusahaan penghasilan tekstil daripada kapas berisiko untukmengalami obstruksi saluran nafas. Pada pekerja yang terpapar dengan kadmium pula,

    ?8C-, ?8C-D?CE, dan +>EO menurun secara signifikan (?CE, force vital ca#acity;

    +>EO, carbon mono"ie iffusing ca#acity of lung). *al ini terjadi seiring dengan

    peningkatan kasus obstruksi saluran nafas dan emfisema' 3alaupun beberapa pekerjaan

    yang terpapar dengan debu dan gas yang berbahaya berisiko untuk mendapat PPOK, efek

    5

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    6/23

    yang muncul adalah kurang jika dibandingkan dengan efek akibat merokok (%eily dkk,

    ').

    e. Pol'si U)ara

    eberapa peneliti melaporkan peningkatan gejala gangguan saluran pernafasan

    pada indi2idu yang tinggal di kota daripada desa yang berhubungan dengan polusi udara

    yang lebih tinggi di kota. 5eskipun demikian, hubungan polusi udara dengan terjadinya

    PPOK masih tidak bisa dibuktikan. Pemaparan terus6menerus dengan asap hasil

    pembakaran biomass dikatakan menjadi faktor risiko yang signifikan terjadinya PPOK

    pada kaum wanita di beberapa negara. 5eskipun begitu, polusi udara adalah faktor risiko

    yang kurang penting berbanding merokok (%eily dkk, ').

    f. !aktor genetik

    +efisiensi B-6antitripsin adalah satu6satunya faktor genetik yang berisiko untuk

    terjadinya PPOK. &nsidensi kasus PPOK yang disebabkan defisiensi B-6antitripsin di

    !merika #erikat adalah kurang daripada satu peratus. B-6antitripsin merupakan inhibitor

    protease yang diproduksi di hati dan bekerja menginhibisi neutro#hil elastase di paru.

    +efisiensi B-6antitripsin yang berat menyebabkan emfisema pada umur rata6rata 4 tahun

    bagi bukan perokok dan 1 tahun bagi perokok $Kamangar, '-).

    2., Klasifikasi PPOK

    erdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GO>+) '--,

    PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut.-

    -. +erajat (berisiko) Gejala klinis A 5emiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi

    sputum, dan dispnea. !da paparan terhadap faktor resiko. #pirometri A 9ormal

    '. +erajat & (PPOK ringan) Gejala klinis A +engan atau tanpa batuk. +engan atau tanpa produksisputum. #esak napas derajat sesak sampai derajat sesak -. #pirometri A ?8C-D?CE F :,

    ?8C- :

    4. +erajat && (PPOK sedang)

    Gejala klinis A +engan atau tanpa batuk. +engan atau tanpa produksi sputum. #esak napas derajat

    sesak ' (sesak timbul pada saat akti2itas). #pirometri A?8C-D?CE F :; : F ?8C- F :

    6

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    7/23

    1. +erajat &&& (PPOK berat)

    Gejala klinis A #esak napas derajat sesak 4 dan 1.8ksaserbasi lebih sering terjadi. #pirometri

    A?8C-D?CE F :; 4: F ?8C- F :.

    . +erajat &C (PPOK sangat berat)

    Gejala klinis A Pasien derajat &&& dengan gagal napas kronik. +isertai komplikasi kor pulmonale

    atau gagal jantung kanan. #pirometri A?8C-D?CE F :; ?8C- F 4: atau F :

    2.- Patofisiologi

    P8

    7

    5erokok

    anyak spesies O'reaktif

    (radikal bebas)

    &nakti2asi B- anti

    protease paru

    8fek kemotraktan langsung

    thdp neutrofil*ipertrofi kel.mukosa bronkus H

    peningkatan jumlah dan ukuran

    sel goblet

    *ipersekresi mucus(banyak dan kental)

    &nfiltrasi neutrofil kedalam

    al2eolus

    9eutrofil yang aktif melepasproteaseKerusakan jaringan parut

    Menyumbat saluranObstruksi >umen5enghalangi keluarnya

    udara Kerja Pernapasan meningkat %% meningkat+ispnea

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    8/23

    2. #anifestasi Klinis

    Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi akut

    dimana kondisi pasien mengalami perburukan dari kondisi sebelumnya dan bersifat akut.8ksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti sesak nafas yang semakin

    memburuk, batuk produktif dengan perubahan 2olume atau purulensi sputum atau dapat juga

    memberikan gejala yang tidak khas seperti malaise kelelahan dan gangguan tidur.

    Gejala klinis PPOK eksaserbasi akut ini dapat dibagikan menjadi dua yaitu gejala

    respirasi dan gejala sistemik. Gejala respirasi berupa sesak nafas yang semakin bertambah berat,

    peningkatan 2olume dan purulensi sputum, batuk yang semakin sering, dan nafas yang dangkal

    dan cepat. Gejala sistemik ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi

    serta gangguan status mental pasien (%iyanto, *isyam, '/).

    +iagnosis PPOK dipertimbangkan apabila pasien mengalami gejala batuk, sputum yang

    produktif, sesak nafas, dan mempunyai riwayat terpajan faktor risiko. +iagnosis memerlukan

    pemeriksaan spirometri untuk mendapatkan nilai 2olumeforce e"#iratory maneuver (?8C-) dan

    force vital ca#acity (?CE). $ika hasil bagi antara ?8C-dan ?CE kurang dari ,, maka terdapat

    8

    #usah untuk

    makan

    G+ menurun dan 5&

    5enurun

    8kspirasi

    sulit7dara dipaksa keluar dari

    sal. Iang sempit

    8kspirasi memanjang dan rasio

    ?8C menurun

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    9/23

    pembatasan aliran udara yang tidak re2ersibel sepenuhnya (?ahri, #utoyo, Iunus, '0). Pada

    orang normal 2olume force e"#iratory maneuver (?8C-) adalah ' ml per tahun, sedangkan

    pada pasien PPOK adalah 6 ml. 5enurut ational Po#ulation *ealth Stuy (P*S), -:

    penderita PPOK mengeluhkan bahwa sesak nafas yang mereka alami menyebabkan keterbatasan

    akti2itas di rumah, kantor dan lingkungan social (!bidin, Iunus, 3iyono, '0).

    2./ Diagnosa

    -. !namnesis

    a. !da faktor resiko

    7sia (pertengahan)

    %iwayat pajanan

    !sap rokok

    Polusi udara

    Polusi tempat kerja (K8P589K8#, ')b. Gejala ;

    Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus

    diperiksa dengan teliti karena sering kali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi

    pada proses penuaan (K8P589K8#, ').

    atuk kronik

    !dalah batuk hilang timbul selama 4 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan

    yang diberikan (K8P589K8#, ')

    erdahak kronik

    Kadang6kadang pasien mengatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertaibatuk (K8P589K8#, ').

    #esak nafas

    "erutama pada saat melakukan akti2itas, seringkali pasien sudah mengalami

    adpatasi dengan sesak nafas yang bersifat progresif lambat sehingga sesak ini

    tidak dikeluhkan (K8P589K8#, ').

    '. Pemeriksaan fisik A

    Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama

    auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflamasi al2eoli.

    #edangkan pada PPOK derajat sedang dan PPOK derajat berat seringkali terlihta

    perubahan cara bernafas atau perubahan bentuk anatomi toraks (K8P589K8#, ').

    5enurut K8P589K8# ('), secara umum pada pemeriksaan fisik dapat

    ditemukan hal6hal sebagai berikutA

    9

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    10/23

    -. &nspeksi

    entuk dadaA barrel chest (dada seperti tong)

    "erdapat cara bernafas#urse li#s breathing(seperti orang meniup)

    "erlihat penggunaan dan hipertropi (pembesaran) otot bantu nafas

    Pelebaran sela iga

    '. Perkusi *ipersonor

    4. !uskultasi

    ?remitus melemah

    #uara nafas fesikuler melemah atau normal

    8kspirasi memanjang

    5engi (biasanya timbul pada eksasarbasi)

    %onki

    +inyatakan PPOK (secara kllinis) apabila sekurang6kurangnya pada anamnesis

    ditemukan adanya riwayat pajanan faktor resiko disertai batuk kronik dan berdahak

    dengan sesak nafas terutama pada saat melakukan akti2itas pada seseorang yang

    berusia pertengahan atau yang lebih tua (K8P589K8#, ').

    2.0 Pe*eriksaan Pen'n+ang

    a. Pemeriksaan %adiologis

    Pada stadium dini, foto paru hamper tidak menunjukkan adanya kelainan yang nyata,

    mungkin hanya ada tampak sedikit penambahan gambaran bronkofaskuler. "idak lama

    kemudian, akan tampak sebagian paru yang hiperlusen, biasanya dilapangan atas atau

    parakardial dan bilateral.Pada stadium lanjut, daerah hiperlusen akan meliputi seluruh paru yang disertai dengan

    berkurangnya gambaran retikuler halus (jaringan bronkus dan pembuluh darah) dan

    diafragma yang nyata sekali letak rendah. Pada foto lateral akan tampak jelas tambahan

    kifosis. "idak jarang gambaran bula6bula suppleural (*alim, '-').

    ?oto toraks P! dan >ateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Pada

    emfisema terlihat gambaran A

    *iperinflasi

    *iperlusen

    %uang retrosternal melebar +iafragma mendatar

    $antung menggatung (jantung pendulum D tear ro# + eye ro# a##earance)

    Pada bronchitis kronik A

    9ormal

    10

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    11/23

    Eorakan bronko2askuler bertambah pada '-: kasus (P+&P, '4)

    Gambaran hasil rontgen dada pada pasien PPOK

    b. Pemeriksaan >aboratorium!nalisa gas darah dan elektrolit perlu dikerjakan pada penderita PPOK dengan ?8C -

    kurang dari -, liter atau ekg yang konsisten dengan pembeasaran 2entrikel kanan.

    8ritrositosis sekunder yang didapatkan dari kadar *b dan hematokrit, mencerminkan

    keadaan hipoksemia yang kronis. Pemeriksaan laboratorium patologi klinik lainnya

    disesuaikan dengan keadaan (!lsagaff, '0).

    c. Pemeriksaan tes faal paru

    ?8C-dan ?CE mengalami penurunan. Penyembpitan dari lumen bronkus dapat dari

    penurunan ?8C- D ?CE ini. Pembesaran beta6' agonis hanya dapat meningkatkan

    perbandingan ?8C- dan ?CE ini menjadi kurang dari ': ("abrani, '-).

    d. Pemeriksaan bronkoskopi+apat ditemukan adanya obstruksi dan kolaps pada al2eoli dan kadang6kadang dapat

    meliputi bronkus yang besar. Pada bronchitis kronik tampak warna mukosa yang merah dan

    hipersekresi ("abrani, '-).

    2. Penatalaksanaan

    "ujuan penatalaksanaan A

    5engurangi gejala

    5encegah eksaserbasi berulang

    5emperbaiki dan mencegah penurunan faal paru

    5eningkatkan kualitas hidup penderita (P+P&, '4).

    Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi A

    -. 8dukasi

    11

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    12/23

    8dukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil.

    8dukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma, karena PPOK adalah penyakit

    kronik yang ire2ersibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan

    akti2itas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. erbeda dengan asma yang

    bersifat re2ersible, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari

    edukasi atau tujuan dari pengobatan asma. "ujuan edukasi dari pasien PPOK A

    a. 5engenal perjalanan penyakit dan pengobatanb. 5elaksanakan pengobatan yang maksimal

    c. 5encapai akti2itas optimal

    d. 5eningkatkan kualitas hidup (P+P&, '4)

    8dukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang

    pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. 8dukasi

    dapat diberikan di poli klinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di icu

    dan dirumah. #ecara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling,

    karena memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. 8dukasi yang tepat

    diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup

    walaupun dengan keterbatasan akti2itas. Penyesuaian akti2itas dan pola hidup merupakan

    salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK (P+P&, '4).

    ahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit,

    tingkat pendidikan, lingkungan sosial, cultural dan kondisi ekononomi penderita (P+P&,

    '4).

    5enurut P+P& '4 secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalahA

    -. Pengobatan dasar tentang PPOK

    '. Obat6obatan, manfaat dan efek sampingnya

    4. Eara pencegahan perburukan penyakit

    1. 5engindari pencetus (berhenti merokok)

    . Penyesuaian akti2itas

    '. Obat6obatan

    12

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    13/23

    a. ronkodilator

    +iberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan

    disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan

    inhalasi, nebuliJer tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat

    diutamakan pemberian obat lepas lambat (slo, release) atau obat berefek panjang

    (longacting)

    5acam6macam bronkodilator A

    6 Golm, ,k &$5&$$$&5&&

    ongan antikolinergik

    +igunakan pada derajat ringan ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator

    juga mengurangi sekresi lendir (maksimal 1 kali per hari) (P+P& '4) contoh obatA

    ipratropium, tiotropium.

    &pratropium.

    +eri2at696propil dari atropin ini (-01) berkhasiat bronchodilatasi, karena melawan

    pembentukan cG5P yang menimbulkan konstriksi. &pratropin berdaya mengurangi

    hipersekresi di bronchi, yakni efek mengeringkan dari obat antikolinergika, maka amat

    efektif pada pasien yang mengeluarkan banyak dahak. Khususnya digunakan sebaga inhalasi,

    efeknya dimulai lebih lambat (- menit) dari pada b '6mimetika. 8fek maksimalnya dicapai

    setelah -6' jam dan bertahan rata6rata / jam. #angat efektif sebagai obat pencegah dan

    pemeliharaan, terutama pada bronchitis kronis. Kini, Jat ini tidak digunakan (lagi) sebagai

    monoterapi (pemeliharaan), melainkan selalu bersama kortikosteroida6inhalasi.

    Kombinasinya dengan b'6mimetika memperkuat efeknya (adisi).

    %esorpsinya secara oral buruk (seperti semua senyawa amonium kwaterner). #ecaratracheal hanya bekerja setempat dan praktis tidak diserap. Keuntungannya ialah Jat ini juga

    dapat digunakan oleh pasien jantung yang tidak tahan terhadap adrenergika. 8fek

    sampingnya jarang terjadi dan biasanya berupa mulut kering, mual, nyeri kepala, dan pusing.

    +osis inhalasi 461 dd ' semprotan dari ' mcg (bromida).

    13

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    14/23

    6 Golongan agonis beta6'

    entuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan

    dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. #ebagai obat pemeliharaan sebaiknya

    digunakan untuk tablet yang berefek panjang. entuk nebuliJer dapat digunakan untuk

    mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang (P+P&, '4)

    contoh obatA salbutamol, terbutalin, fenoterol.

    #albutamol

    +eri2at isoprenalin ini merupakan adrenergikan pertama (-0/) yang pada dosis biasa

    memiliki daya kerja yang lebih kurang spesifik terhadap reseptor b'. selain berdaya

    bronchodilatasi baik, salbutamol juga memiliki efek lemah terhadap stabilisasi mastcell,

    maka sangat efektif mencegah maupun meniadakan serangan asma. +ewasa ini obat ini

    sudah laJim digunakan dalam bentuk dosis6aerosol berhubung efeknya pesat dengan efek

    samping yang lebih ringan daripada penggunaan per oral. Pada saat inhalasi seruk halsu atau

    larutan, kira6kira : mencapai trachea, tetapi hanya 6: dari bagian terhalus (-6

    mikron) tiba di bronchioli dan paru6paru.

    8fek samping jarang terjadi dan biasanya berupa nyeri kepala, pusing6pusing, mual, dan

    tremor tangan. Pada o2erdose dapat terjadi stimulasi reseptor b 6-dengan efek kardio2askulerA

    tachycardia, palpitasi, aritmia, dan hipotensi. Oleh karena itu sangat penting untuk

    memberikan instruksi yang cermat agar jangan mengulang inhalasi dalam waktu yang terlalu

    singkat, karena dapat terjadi tachyfylais (efek obat menurun dengan pesat pada penggunaan

    yang terlalu sering).

    +osis 461 dd '61 mg (sulfat) inhalasi 461 dd ' semprotan dari - mcg, pada serangan

    akut ' puff yang dapat diulang sesudah - menit. Pada serangan hebat i.m. atau s.c. '6

    mcg, yang dapat diulang sesudah 1 jam.

    "erbutalin

    +eri2at metil dari orsiprenalin (-0) ini juga berkhasiat b'selektif. #ecara oral, mulai

    kerjanya sesudah -6' jam, sedangkan lama kerjnya ca / jam. >ebih sering mengakibatkan

    14

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    15/23

    tachycardia. +osis '64 dd ',6 mg (sulfat) inhalasi 461 dd -6' semprotan dari ' mcg,

    maksimum -/ puff sehari, s.c. ' mcg, maksimum 1 kali sehari.

    ?enoterol

    !dalah deri2at terbutalin dengan daya kerja dan penggunaan yang sama. 8feknya lebih

    kuat dan bertahan ca / jam, lebih lama daripada salbutamol (ca 1 jam). +osis A 4 dd ',6 mg

    (bromida), suppositoria malam hari - mg, dan inhalasi 461 dd -6' semprotan dari ' mcg.

    entuk ijeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat A

    Kombinasi antikolinergik dan agonis beta6'

    Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi karena

    keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. +isamping itu penggunaa obat kombinasi

    lebih sederhana dan mempermudah penderita (P+P&,'4).

    Golongan antin

    +alam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang terutama

    pada derajat sedang dan berat. entuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega

    nafas), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka

    panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminopilin darah (P+P&, '4). Eontoh obat

    aminofilin, teofilin.

    "eofilin

    !lkaloida ini (-0) terdapat bersama kofein (trimetilksantin) pada daun teh (Iuntheos L

    !llah, phykllon L daun) dan memiliki sejumlah khasiat antara lain berdaya spasmolitis

    terhadap otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi jantung (efek inotrop positif) dan

    mendilatasinya. "eofilin juga menstimulasi ##P dan pernafasan, serta bekerja diuretis lemah

    dan singat. Kofein juga memiliki semua khasiat ini meski lebih lemah, kecuali efek stimulasi

    15

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    16/23

    sentralnya yang lebih kuat. Kini, obat ini banyak digunakan sebagai obat pre2ensi dan terapi

    serangan asma.

    8fek bronchodilatasinya tidak berkorelasi baik dengan dosis, tetapi memperlihatkan

    hubungan jelas dengan kadar darahnya dan kadar di air liur. >uas terapeutisnya sempit,

    artinya dosis efektifnya terletak berdekatan dengan dosis toksisnya. 7ntuk efek optimal

    diperlukan kadar dalam darah dari -6- mcgDml, sedangkan pada ' mcgDml sudah terjadi

    efek toksis. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menetapkan dosis secara indi2idual

    berdasarkan tuntutan kadar dalam darah. *al ini terutama perlu pada anak6anak di bawah

    usia ' tahun dan pada manula diatas / tahun, yang sangat peka terhadap o2erdose, juga pada

    pasien gangguan hati dan ginjal. "erapi dengan teofilin harus dipandu dengan penentuan

    kadar dalam darah.

    %esorpsinya di usus buruk dan tidak teratur. &tulah sebabnya mengapa bronchodilator tua

    ini (-04) dahulu jarang digunakan. aru pada tahun -06an, diketahui bahwa resorpsi

    dapat menjadi lengkap bila digunakan dalam bentuk seruk microfine. (besarnya partikel 6-

    mikron) begitu juga pada penggunaan sebagai larutan, yang seperlunya ditambahkan alkohol

    ':. Plasma6t M nya 46 jam, ekskresinya berlangsung sebagai asam metilurat lewat kemih

    dan hanya -: dalam keadaan utuh. "eofilin sebaiknya digunakan sebagai sediaan

    Nsutanined release yang memberikan resorpsi konstan dan kadar dalam darah yang lebih

    teratur.

    8fek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah, baik pada penggunaan oral

    maupun rektal atau parenteral. Pada o2erdose terjadi efek sentral (gelisah, sukar tidur, tremor,

    dan kon2ulsi) serta gangguan pernafasan, juga efek kardio2askuler, seperti tachycardia,

    aritmia, dan hipotensi. !nak kecil sangat peka terhadap efek samping teofilin. +osis 461 dd

    -' ' mg microfine

    !minofilin

    !dalah garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali. Garam ini bersifat basa

    dan sangat merangsang selaput lendir, sehingga secara oral sering mengakibatkan gangguan

    lambung (mual, muntah), juga pada penggunaan dalam suppositoria dan injeksi

    16

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    17/23

    intramuskuler (nyeri). Pada serangan asma, obat ini digunakan sebagai injeksi i.2. sediaan

    'mg, injeksi '1mgDml (-ml), lama kerja 16/ jam.

    b. !nti inflamasi

    +igunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intra2ena,

    berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau

    prednisone. entuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji

    kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan ?8C-paska bronkodilator meningkat Q ':

    dan minimal ' mg (P+P&, '4).

    #ediaan kortikosteroid dapat juga dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa

    kerjanya. #ediaan masa kerja singkat mempunyai waktu paruh biologis kurang dari -' jam,sediaan kerja lama mempunyai waktu paruhnya lebih dari 4/ jam, sedangkan yang kerja

    sedang mempunyai waktu paruh antara -'64/ jam.

    a. Kerja singkat A Kortisol atau hidrokortison

    Kortison, Kortikosteron, ?ludrokortison

    b. Kerja sedang A /6alfa6metilprednisolon

    Prednison, Prednisolon, "riamsinolon

    c. Kerja lama A Parametason, etametason, +eksametason

    Glukokortikoid menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada

    lokasi inflamasi. 5etilprednisolon juga menghambat fagositosis, pelepasan enJim lisosomal,

    sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. 5eskipun mekanisme yang pasti

    belum diketahui secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor penghambat

    makrofag (5&?), menghambat lokalisasi makrofagA reduksi atau dilatasi permeabilitas kapiler

    yang terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium kapiler, menghambat

    pembentukan edema dan migrasi leukosit; dan meningkatkan sintesis lipomodulin (macrocortin),

    17

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    18/23

    suatu inhibitor fosfolipase !'6mediasi pelepasan asam arakhidonat dari membran fosfolipid, dan

    hambatan selanjutnya terhadap sintesis asam arakhidonat6mediator inflamasi deri2at

    (prostaglandin, tromboksan dan leukotrien). Kerja immunosupresan juga dapat mempengaruhi

    efek antiinflamasi

    #ediaan 5ethylprednisolone -' mgD'ml tab 16 mg dosis awal 161 mgDhari, #ediaan

    prednisone -61 tabDhari, tab mg

    c. !ntibiotika

    *anya diberikan bila terdapat infeksi. !nti biotic yang digunakanA

    >ini - A !moicilin sediaanA caps '6mg dengan dosis 6-mgD jam

    >ini ' A !moicilin dan asam kla2unalat sediaanA tab 'mg, mg dengan dosis 6

    -mgD jam.

    #efalosporin A ceftriakson sediaanA -6' gram fial - sehari, cefadroil sediaan

    caps '6mg dengan dosis 6-mg ' sehari.

    Ruinolon A le2ofloksasin sediaanA caps mgDhari fial A mgD-ml dosis

    mgDhari, ciprofloasin sediaanA tab '6mg, fial 'mgD-ml (P+P&, '4)

    s

    d. !ntioksidan

    +apat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kulitas hidup, digunakan 96asetilsistein.

    +apat diberikan pada PPOK eksesrbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian

    yang rutin (P+P&,'4).

    e. 5ukolitik

    18

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    19/23

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    20/23

    Pemberian oksigen jangka panjang

    Pemberian oksigen pada waktu akti2itas

    Poemberian oksigen pada waktu sesak mendadak

    Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal nafas (P+P&,'4).

    2.1 Ko*&likasi

    1. Gagal nafas kronik A +itunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO'F/ mm*g

    dan PaEO'Q mm*g, serta p* dapat normal. Gagal nafas kronik A ditandai oleh sesak

    nafas dengan atau tanpa sianosis, 2olume sputum bertambah dan purulen, demam, dan

    kesadaran menurun.

    '. &nfeksi berulang A pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan

    terbentuknya koloni kuman, hal inin memudahkan terjadi infeksi berulang

    4. Eor pulmonal A ditandai oleh P pulmoal pada ekg, hematokrit Q :, dan dapat disertai

    gagal jantung kanan (%ianto at all, '0).

    2.11 Prognosis

    Prognosis pada pasien PPOK tergantung kepada keparahan obstruksi aliran udara. Pasien

    dengan ?8C-F, > mempunyai angka mortalitas tahunan S ':. Pasien dengan cor pulmonal,

    hiperkapnia, kebiasaan merokok, dan penurunan berat badan memilik prognosis yang buruk.

    Kematian biasanya terjadi akibat infeksi, gagal nafas akut, emboli paru atau aritmia jantung

    ($eremy, ')

    BAB III

    KESI#PULAN

    PPOK adalah penyakit paru kronik yang tidak sepenuhnya re2ersibel, progresif, dan

    berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal terhadap partikel dan gas yang berbahaya.

    Kata

  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    21/23

    ?aktor yang mempengaruhi perkembangan dan progesi2itas penyakit PPOK A

    -. 5erokok

    '. Genetik

    4. 7sia dan Gender

    1. Paparan terhadap partikel. #tatus sosial dan ekonomi

    /. !sma atau hipereakti2itas bronkus

    . ronkitis kronis. &nfeksi

    Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi akut

    dimana kondisi pasien mengalami perburukan dari kondisi sebelumnya dan bersifat akut.

    8ksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti sesak nafas yang semakin

    memburuk, batuk produktif dengan perubahan 2olume atau purulensi sputum atau dapat jugamemberikan gejala yang tidak khas seperti malaise kelelahan dan gangguan tidur.

    DA!TA" PUSTAKA

    !>! (!merican >ung !ssociation). '-. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. !2ailable

    from AhttpADDwww.lung.orgDassetsDdocumentsDpublicationDsolddc6chapterDcopd.pdf.(!cceseed '

    !pril '-/)

    !ru #udoyo 3,dkk.'0. uku ajar ilmu penyakit dalam 8disi C $ilid &&&. $akartaA &nterna

    Publishing.

    P# (adan Pusat #tatistik) '-. %isiko merokok. !2ailable fromA

    httpADDwww.bps.go.idDtabTsubD2iew.phpUtabelL-VdaftarL-VidTssubyekL-V. (!ccessedA '

    !pril '-/)

    21

    http://www.lung.org/assets/documents/publication/solddc-chapter/copd.pdfhttp://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_ssubyek=17&http://www.lung.org/assets/documents/publication/solddc-chapter/copd.pdfhttp://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_ssubyek=17&
  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    22/23

    +armanto, +. '0. %espirologi.$akarta A 8GE

    +epkes %&. '1. +irektorat $enderal Pemberantasan Penyakit 5enular dan Pengendalian

    Penyakit

    +epartemen Kesehatan %epublik &ndonesia, '. Pedoman Pengendalian Penyakit.Paru

    Obstruktif Kronik

    GO>+.'-.Global #trategy for the diagnosis, 5anagement, and Pre2ention of Ehronic

    Obstructi2e Pulmonary +isease 7pdate '-. !2ailable fromA

    http;DDwww.goldcopd.orgDuploadsDusersDfilesDGO>+TreportT'-.pdf (!ccessedA ' !pril '-/)

    *alim +anusantoso. '-'. uku saku ilmu penyakit paru edisi &&. $akartaA 8GE

    $%& ($urnal %espirologi &ndonesia). '. Penyakit Paru Obstruktif Kronik #ebagai Penyakit

    #istemik. !2ailable fromA httpADDwww.klikpdpi.comDjurnal6wartaDjri6-6Djurnal6/.html.

    (!ccessed A ' !pril '-/).

    Kamangar 9, '-. Chronic Obstructive Pulmonary Disease, e5edicine Pulmonology. !2ailable

    fromA httpADDemedicine.medscape.comDarticleD'0//16o2er2iew. W!ccessedA ' !pril '-/X

    Kepmenkes. '. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis. $akartaAKepmenkes.

    !2ailable fromA httpADDwww.hukor.depkes.go.idDupTprodTkepmenkesDK5K:'no.

    :'-'':'ttg:'pedoman:'pengendalian:'penyakit:'paru:'obstruktif

    :'kronik.pdf. (!ccessedA '1 !pril '-/)

    Perhimpunan +okter Paru &ndonesia, '4. Penyakit P!ru Obstruktif Kronis (PPOK)A Pedoman

    +iagnosis dan Penatalaksanaan di &ndonesia.

    %ab "abrani, *. '-. &lmu Penyaklt Paru. $akarta A "&5

    22

    http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-6.html.%20(Accessedhttp://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-6.html.%20(Accessedhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-6.html.%20(Accessedhttp://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-6.html.%20(Accessedhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdf
  • 7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis

    23/23

    %eilly $.$., $r. , #il2erman 8.K., #hapiro #.+., '. Ehronic Obstructi2e Pulmonary +isease' InA

    ?auci et al, ed.*arisson-s Princi#les of Internal .eicine. -th ed. Colume &&, Part -

    %ianto, ambang #igit.,et al'0. Obstruksi #aluran Pernapasan !kut. uku ajar ilmu penyakit

    paru. +alam A !ru 3. #udoyo, ambang.

    23