bab 1 referat dpt.docx

29
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang pertama (WHO dan UNICEF dalam Utomo, 2008). Berdasarkan estimasi global yang dilakukan WHO tahun 2007 pelaksanaan imunisasi dapat mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan). Di seluruh dunia, cakupan imunisasi DPT yang diterima bayi sebesar 81% (WHO, 2008). Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak diimunisasi 1

Upload: mark-bell

Post on 25-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun,

sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada

sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang pertama (WHO dan UNICEF dalam

Utomo, 2008). Berdasarkan estimasi global yang dilakukan WHO tahun 2007

pelaksanaan imunisasi dapat mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap

tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan). Di seluruh dunia,

cakupan imunisasi DPT yang diterima bayi sebesar 81% (WHO, 2008).

Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program

Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak

diimunisasi enam macam penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, polio,

campak dan hepatitis B.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IMUNISASI

2.1.1 Definisi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak di

berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu

penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain.

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen

yang serupa, tidak terjadi penyakit.

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk

merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui

suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya

vaksin polio).

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.

2

2.1.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu

pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok

masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu

dari dunia.

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini,

penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis),

campak (measles), polio dan tuberkulosis.

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi

agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan

oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi antara

lain:

1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular

3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas

(angka kematian) pada balita

3

2.1.3 Manfaat Imunisasi

a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila

anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin

bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

2.1.4 Jenis-Jenis Imunisasi

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan

efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:

a. Imunisai aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan

(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan

suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat

mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio

dan campak.

b. Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara

pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses

infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi

dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk

mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh

4

imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang

yang mengalami luka kecelakaan dan imunisasi campak.

Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun

diteteskan pada mulut anak balita (bawah lima tahun).

Berikut ini adalah Jenis-jenis imunisasi pada balita :

1. Imunisasi BCG

vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis

(TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Vaksin ini

mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan,

sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Imunisasi BCG dilakukan sekali

pada bayi usia 0-11 bulan.

2. Imunisasi DPT

imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,

pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang

tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai

dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.

Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan

serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum.

Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia,

kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa

menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang

5

3. Imunisasi DT

Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan

oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan

khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima

imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.

Setiap orang dewasa harus mendapat vaksinasi lengkap tiga dosis seri primer

dari difteri dantoksoid tetanus, dengan dua dosis diberikan paling tidak

berjarak empat minggu, dan dosis ketiga diberikan enam hingga 12 bulan

setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernah mendapat imunisasi

tetanus dan difteri maka diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap 10

tahun.

4. Imunisasi Campak

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak

(tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak

berumur 9 bulan atau lebih.

5. Imunisasi MMR

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan

campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan

demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga

menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan

masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.

Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah

satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa

6

menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan

pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan

pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella)

menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah

bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan pembengkakan otak atau

gangguan perdarahan.

6. Imunisasi Hib

Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe

b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi

tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini,

imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang

cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat, imunisasi ini cukup penting.

Hemophilus influenzae merupakan penyebab terjadinya radang selaput otak

(meningitis), terutama pada bayi dan anak usia muda. Penyakit ini sangat

berbahaya karena seringkali meninggalkan gejala sisa yang cukup serius.

Misalnya kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu

Act Hib dan Pedvax.

7. Imunisasi Varisella

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air

ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara

perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.

8. Imunisasi HBV

7

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B

adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.

Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal

pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan

orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun

biasanya diulan sesuai petunjuk dokter. Orang dewasa yang berisiko tinggi

terinfeksi hepatitis B adalah individu yang dalam pekerjaannya kerap terpapar

darah atau produk darah, klien dan staf dari institusi pendidikan orang cacat,

pasien hemodialisis (cuci darah), orang yang berencana pergi atau tinggal di

suatu tempat di mana infeksi hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat

suntik, homoseksual/biseksual aktif, heteroseksual aktif dengan pasangan

berganti-ganti atau baru terkena penyakit menular seksual, fasilitas

penampungan korban narkoba, imigran atau pengungsi di mana endemisitas

daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan tiga dosis dengan jadwal 0, 1, dan

6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang baik maka tidak perlu

dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster).

9. Imunisasi Pneumokokus Konjugata

Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri

yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan

penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

10. Tipa

Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid

(tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5

8

tahun. Oleh karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan

dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari

selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul.

Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali. Pada imunisasi ini tidak

terdapat efek samping.

11. Hepatitis A

Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang

lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak

berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis

dengan jarak enam hingga 12 bulan pada orang yang berisiko terinfeksi virus

ini, seperti penyaji makanan (food handlers), mereka yang sering melakukan

perjalanan atau bekerja di suatu negara yang mempunyai prevalensi tinggi

hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu

yang bekerja dengan hewan primate terinfeksi hepatitis A atau peneliti virus

hepatitis A, dan penderita dengan gangguan faktor pembekuan darah.

Kondisi dimana imunisasi tidak dapat diberikan atau imunisasi boleh ditunda:

Sakit berat dan akut

Demam tinggi

Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;

Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi

steroid

9

Jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (Polio Oral, MMR,

BCG, Cacar Air).

2.2 IMUNISASI DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)

a. Fungsi

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus, yaitu

difteri, pertusis, tetanus.

2.2.1 Difteri

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium

diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran

napas bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita

melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang

terkontaminasi bakteri difteri.

Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih kurang 380

C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat pseudomembran putih keabu-

abuan di faring, laring dan tonsil, tidak mudah lepas dan mudah berdarah, leher

membengkak seperti leher sapi disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher

dan sesak napas disertai bunyi (stridor). Pada pemeriksaan apusan tenggorok atau

hidung terdapat kuman difteri. Pada proses infeksi selanjutnya, bakteri difteri akan

menyebarkan racun kedalam tubuh, sehingga penderita dapat menglami tekanan

darah rendah, sehingga efek jangka panjangnya akan terjadi kardiomiopati dan

miopati perifer. Cutaneus dari bakteri difteri menimbulkan infeksi sekunder pada

kulit penderita.

10

Difteri disebabkan oleh bakteri yang ditemukan di mulut, tenggorokan dan

hidung. Difteri menyebabkan selaput tumbuh disekitar bagian dalam tenggorokan.

Selaput tersebut dapat menyebabkan kesusahan menelan, bernapas, dan bahkan

bisa mengakibatkan mati lemas. Bakteri menghasilkan racun yang dapat menyebar

keseluruh tubuh dan menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti kelumpuhan

dan gagal jantung. Sekitar 10 persen penderita difteri akan meninggal akibat

penyakit ini. Difteri dapat ditularkan melalui batuk dan bersin orang yang terkena

penyakit ini.

2.2.2 Pertusis

Pertusis, merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman

Bordetella Perussis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebabkan ambang

rangsang batuk menjadi rendah sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan akan

terjadi batuk yang hebat dan lama, batuk terjadi beruntun dan pada akhir batuk

menarik napas panjang terdengar suara “hup” (whoop) yang khas, biasanya disertai

11

muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu pertusis disebut juga

“batuk seratus hari”.

Penularan penyakit ini dapat melalui droplet penderita. Pada stadium

permulaan yang disebut stadium kataralis yang berlangsung 1-2 minggu, gejala

belum jelas. Penderita menunjukkan gejala demam, pilek, batuk yang makin lama

makin keras. Pada stadium selanjutnya disebut stadium paroksismal, baru timbul

gejala khas berupa batuk lama atau hebat, didahului dengan menarik napas panjang

disertai bunyi “whoops”. Stadium paroksismal ini berlangsung 4-8 minggu. Pada

bayi batuk tidak khas, “whoops” tidak ada tetapi sering disertai penghentian napas

sehingga bayi menjadi biru. Akibat batuk yang berat dapat terjadi perdarahan

selaput lendir mata (conjunctiva) atau pembengkakan disekitar mata (oedema

periorbital). Pada pemeriksaan laboratorium asupan lendir tenggorokan dapat

ditemukan kuman pertusis (Bordetella pertussis).

Batuk rejan adalah penyakit yang menyerang saluran udara dan

pernapasan dan sangat mudah menular. Penyakit ini menyebabkan serangan batuk

parah yang berkepanjangan. Diantara serangan batuk ini, anak akan megap-megap

untuk bernapas. Serangan batuk seringkali diikuti oleh muntah-muntah dan

serangan batuk dapat berlangsung sampai berbulan-bulan. Dampak batuk rejan

paling berat bagi bayi berusia 12 bulan ke bawah dan seringkali memerlukan

rawat inap dirumah sakit. Batuk rejan dapat mengakibatkan komplikasi seperti

pendarahan, kejang-kejang, radang paru-paru, koma, pembengkakan otak,

kerusakan otak permanen, dan kerusakan paru-paru jangka panjang. Sekitar satu

diantara 200 anak di bawah usia enam bulan yang terkena batuk rejan akan

12

meninggal. Batuk rejan dapat ditularkan melalui batuk dan bersin orang yang

berkena penyakit ini.

2.2.3 Tetanus

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman

Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada

lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen). Tetanus dapat menyerang

bayi, anak-anak bahkan orang dewasa. Pada bayi penularan disebabkan karena

pemotongan tali puat tanpa alat yang steril atau dengan cara tradisional dimana

alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora kuman

13

tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi karena luka yang kotor

atau luka terkontaminasi spora kuman tetanus, kuman ini paling banyak terdapat

pada usus kuda berbentuk spora yang tersebar luas di tanah.

Penderita akan mengalami kejang-kejang baik pada tubuh maupun otot

mulut sehingga mulut tidak bisa dibuka, pada bayi air susu ibu tidak bisa masuk,

selanjutnya penderita mengalami kesulitan menelan dan kekakuan pada leher dan

tubuh. Kejang terjadi karena spora kuman Clostridium tetani berada pada

lingkungan anaerob, kuman akan aktif dan mengeluarkan toksin yang akan

menghancurkan sel darah merah, toksin yang merusak sel darah putih dari suatu

toksin yang akan terikat pada syaraf menyebabkan penurunan ambang rangsang

sehingga terjadi kejang otot dan kejang-kejang, biasanya terjadi pada hari ke 3

atau ke 4 dan berlangsung 7-10 hari. Tetanus dengan gejala riwayat luka, demam,

kejang rangsang, risus sardonicus (muka setan), kadang-kadang disertai perut

papan dan opistotonus (badan lengkung) pada umur diatas 1 bulan.

Tetanus disebabkan oleh bakteri yang berada di tanah, debu dan kotoran

hewan. Bakteri ini dapat dimasuki tubuh melalui luka sekecil tusukan jarum.

Tetanus tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Tetanus adalah

penyakit yang menyerang sistem syaraf dan seringkali menyebabkan kematian.

Tetanus menyebabkan kekejangan otot yang mula-mula terasa pada otot leher dan

rahang. Tetanus dapat mengakibatkan kesusahan bernafas, kejang-kejang yang

terasa sakit, dan detak jantung yang tidak normal. Karena imunisasi yang efektif,

penyakit tetanus kini jarang ditemukan di Australia, namun penyakit ini masih

14

terjadi pada orang dewasa yang belum diimunisasi terhadap penyakit ini atau

belum pernah disuntik ulang (disuntik vaksin dosis booster).

B. Cara Pemberian Dan Dosis

Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular.

Suntikan diberika pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.

Cara memberian vaksin ini, sebagai berikut:

1. Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh

kaki telanjang

2. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi

3. Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk

4. Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat

5. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke

dalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan secara pelan-pelan.

15

Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan

sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali

karena pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih sangat rendah,

pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga diperoleh cukupan

antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yiatu sebesar 80-90%, daya

proteksi vaksin tetanus 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis

masih rendah yaitu 50-60%, oleh karena itu, anak-anak masih

berkemungkinan untuk terinfeksi batuk seratus hari atau pertusis, tetapi lebih

ringan.

C. Efek Samping

Pemberian imunisasi DPT memberikan efek samping ringan dan berat, efek

ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam,

sedangkan efek berat bayi menangis hebat kerana kesakitan selama kurang lebih empat

jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok.

D. Cara Penyimpanan

Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan

potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus

disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus

didinginkan pada temperature 2-8° C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT,

Hib, Hepatitis B dan Hepatitis A) akan tidak aktif bila beku. 

16

Cara penyimpanannya yaitu:

Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin

merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperature

lingkungan.

Vaksin akan rusak apabila temperature terlalu tinggi atau terkena sinar matahari

langsung seperti pada vaksin polio tetes dan vaksin campak. Kerusakan juga

dapat terjadi apabila terlalu dingin atau beku seperti pada toksoid difteria, toksoid

tetanus, vaksin pertusis (DPT, DT), Hib conjugated, hepatitis B, dan vaksin

influenza.

Pada beberapa vaksin apabila rusak akan terlihat perubahan fisik. Pada vaksin

DPT misalnya akan terlihat gumpalan antigen yang tidak bisa larut lagi walaupun

dikocok sekuat-kuatnya.sedangkan vaksin lain tidak akan berubah penampilan

fisik walaupun potensinya sudah hilang / berkurang.

Vaksin yang sudah dilarutkan lebih cepat rusak. Dengan demikian kita harus

yakin betul bahwa cara penyimpanan yang kita lakukan sudah benar dan

menjamin potensi vaksin tidak akan berubah.

17

18

19