bab 1 pendahuluan hiperbilirubinmeia

5
8/19/2019 Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-pendahuluan-hiperbilirubinmeia 1/5 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian bayi merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat dan kesejahteraan suatu daerah atau bangsa. kematian bayi dapat terjadi pada  bulan pertama ( masa neonatal ), kematian neonatal terjadi pada minggu  pertama ( neonatal dini ) dan selain itu, kematian neonatal dini resiko tinggi terjadi pada hari pertama ( Sri Sukamti, 2015 ). Menurut laporan orld !ealth "rgani#ation ( !" ) $i %merika Serikat, setiap & juta kelahiran neonatus setiap tahunnya, sekitar '5 menderita hiperbilirubinemia. Sedangkan di ndonesia, didapatkan data hiperbilirubinemia dari beberapa *umah Sakit pendidikan, diantaranya *S dr. +ipto Mangunkusumo dengan prealensi hiperbilirubinemia sebesar 5- untuk kadar bilirubin 5 mg/dl dan 2, untuk kadar bilirubin 12 mg/dl per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan *S dr. Sardjito dilaporkan terdapat sebanyak -5  bayi ukup bulan mempunyai kadar bilirubin 5 mg/dl dan 2,- untuk kadar  bilirubin 12 mg/dl, penderita hiperbilirubinemia di *S dr. Soetomo didapatkan data sebesar 0 dan *S dr. Kariadi sebesar 1,3 ( 4ko Sulistijono, 2011). Sedangkan di proinsi Sumatera arat, data penderita hiperbilirubinemia di *S67 $r. M. $jamil padang pada tahun 201& berkisar antara &5 per 1000 kelahiran hidup. $an data yang diperoleh dari rekam medik *S6$ 7ro8. $*. M% !ana8iah, SM atusangkar penderita hiperbilirubinemia pada tahun 201& dari bulan januari 9 desember berjumlah

Upload: riko-saputra

Post on 07-Jul-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

8/19/2019 Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-pendahuluan-hiperbilirubinmeia 1/5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian bayi merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat

dan kesejahteraan suatu daerah atau bangsa. kematian bayi dapat terjadi pada

 bulan pertama ( masa neonatal ), kematian neonatal terjadi pada minggu

 pertama ( neonatal dini ) dan selain itu, kematian neonatal dini resiko tinggi

terjadi pada hari pertama ( Sri Sukamti, 2015 ).

Menurut laporan orld !ealth "rgani#ation ( !" ) $i %merika

Serikat, setiap & juta kelahiran neonatus setiap tahunnya, sekitar '5

menderita hiperbilirubinemia. Sedangkan di ndonesia, didapatkan data

hiperbilirubinemia dari beberapa *umah Sakit pendidikan, diantaranya *S dr.

+ipto Mangunkusumo dengan prealensi hiperbilirubinemia sebesar 5- untuk 

kadar bilirubin 5 mg/dl dan 2, untuk kadar bilirubin 12 mg/dl per 1000

kelahiran hidup. Sedangkan *S dr. Sardjito dilaporkan terdapat sebanyak -5

 bayi ukup bulan mempunyai kadar bilirubin 5 mg/dl dan 2,- untuk kadar 

 bilirubin 12 mg/dl, penderita hiperbilirubinemia di *S dr. Soetomo

didapatkan data sebesar 0 dan *S dr. Kariadi sebesar 1,3 ( 4ko

Sulistijono, 2011).Sedangkan di proinsi Sumatera arat, data penderita

hiperbilirubinemia di *S67 $r. M. $jamil padang pada tahun 201& berkisar 

antara &5 per 1000 kelahiran hidup. $an data yang diperoleh dari rekam

medik *S6$ 7ro8. $*. M% !ana8iah, SM atusangkar penderita

hiperbilirubinemia pada tahun 201& dari bulan januari 9 desember berjumlah

Page 2: Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

8/19/2019 Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-pendahuluan-hiperbilirubinmeia 2/5

2

' kasus, angka kematian bayi dengan hiperbilirubinemia pada tahun tersebut

 berjumlah 3 kasus, penyebab utama kematian bayi tersebut bukan disebabkan

oleh hiperbilirubinemia, melainkan disebabkan oleh komplikasi dari beberapa

 penyakit seperti in8eksi neonatal, :* dan sindroma ga;at na8as. Sedangkan

 pada tahun 2015 dari bulan <anuari 9 "ktober 2015 berjumlah 1 kasus. !asil

dari surey peneliti pada ruangan perinatologi didapatkan data dari 10 penyakit

terbanyak yang ada diruangan tersebut, penderita hiperbilirubinemia di *S6$

7ro8. $*. M% !ana8iah, SM batusangkar menduduki peringkat pertama

 penyakit terbanyak dan diikuti oleh :* pada peringkat kedua dan sindroma

ga;at na8as pada peringkat ketiga.

!iperbilirubinemia adalah suatu keadaan bilirubin serum total yang

lebih dari 10 mg pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada

kulit, sklera dan organ lain, keadaan ini mempunyai potensi menimbulkan kern

ikterus ( !. =abiel, 201& ). Sedangkan !iperbilirubinemia terjadi apabila

terdapat bilirubin dalam darah. 7ada sebagian besar neonatus,

hiperbilirubinemia akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya ( %i

>eyeh dan lisa. 201 ).

?erjadinya hiperbilirubinemia disebabkan oleh beberapa 8aktor, salah

satunya yaitu 8ungsi hepar pada umur neonatus masih belum ber8ungsi seara

maksimal, dan jika terjadi gangguan karena de8isiensi glukoronil trans8erase

akan mengakibatkan peningkatan kadar bilirubin indirek dalam tubuh. $an jika

 peningkatan bilirubin indirek @ 5 mg/dl akan menyebabkan hiperbilirubinemia.

!iperbilirubinemia juga bisa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan

 pemahaman ibu dalam ara menyusui dan pentingnya %S bagi bayi. Selain itu,

Page 3: Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

8/19/2019 Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-pendahuluan-hiperbilirubinmeia 3/5

3

adanya alasan ibu tidak menyusui bayinya karena merasa %S tidak lanar atau

%S tidak keluar sama sekali ( 6tami *oesli, 2005 ).

?indakan utama yang diberikan pada bayi hiperbilirubinemia yaitu

melakukan  Blue light therapy ( 8ototerapi ) yang berguna untuk menurunkan

kadar bilirubin pada bayi. 48ek yang biasa ditimbulkan oleh terapi ini berupa

kerusakan integritas kulit akibat dari penyinaran lampu 8ototerapi sehingga kulit

 bayi menjadi kering, peah A peah dan terdapat ruam pada lipatan kulit bayi

( %nik Maryuni, 200- ).Kerusakan integritas kulit adalah keadaan dimana seseorang mengalami

atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis ( +arpenito,

200 ). Sedangkan menurut ilkinson ( 201& ) kerusakan integritas kulit adalah

kerusakan pada membran mukosa, jaringan kornea, integumen atau sub utan

dengan batasan karakteristik kerusakan atau kehanuran jaringan.

<ika hiperbilirubinemia tidak ditangani dengan epat akan menyebabkan

terjadinya kern ikterus. Kern ikterus mengau pada ense8alopati bilirubin yang

 berasal dari deposit bilirubin, terutama pada batang otak ( rainstem ) dan

nukleus serebrobasal. arna kuning ( jaundie pada batang otak ) dan nekrosis

neuron 9 neuron akibat kadar toksik bilirubin tidak terkonjugasi ( unconjugated 

bilirubin ) yang mampu mele;ati sa;ar darah otak karena kemudahannya larut

dalam lemak ( high lipid solubility ) ( rene M. obak, dkk. 2010 ).

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan

menerapkan asuhan kepera;atan pada bayi dengan masalah kerusakan

integritas kulit pada kasus hiperbilirubinemi diruangan perinatologi *S6$

7ro8. $r. M% !ana8iah SM atuSangkar tahun 201'.

B. Ruang Lingkup

Page 4: Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

8/19/2019 Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-pendahuluan-hiperbilirubinmeia 4/5

4

*uang lingkup yang diambil pada penelitian ini adalah salah seorang

 bayi penderita hiperbilirubinemia dengan ara menerapkan asuhan kepera;atan

 pada bayi dengan masalah kerusakan integritas kulit pada kasus

hiperbilirubinemia di ruangan perinatologi *S6$ 7ro8. $r. M% !ana8iah SM

atusangkar tahun 201'. 7enelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 201'

sampai bulan <uni 201' dengan menerapkan asuhan kepera;atan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

6ntuk menerapkan asuhan kepera;atan pada bayi dengan masalah

kerusakan integritas kulit pada kasus hiperbilirubinemia di ruangan

 perinatologi *S6$ 7ro8. $r. M% !ana8iah SM atusangkar ?ahun 201'.

2. Tujuan Ku!u!

a. Mampu mengkaji bayi dengan masalah kerusakan integritas kulit pada

kasus hiperbilirubinemia di ruangan perinatologi *S6$ 7ro8. $r. M%

!ana8iah SM atusangkar tahun 201'.

 b. Mampu merumuskan diagnosa kepera;atan pada bayi dengan masalah

kerusakan integritas kulit pada kasus hiperbilirubinemia di ruangan

 perinatologi *S6$ 7ro8. $r. M% !ana8iah SM batusangkar tahun 201'.. Mampu menyusun renana tindakan kepera;atan pada bayi dengan

masalah kerusakan integritas kulit pada kasus hiperbilirubinemia di

ruangan perinatologi *S6$ 7ro8. $r. M% !ana8iah SM atusangkar 

tahun 201'.

d. Mampu menerapkan renana yang telah disusun dalam bentuk 

 pelaksanaan tindakan kepera;atan pada bayi dengan masalah kerusakan

integritas kulit pada kasus hiperbilirubinemia di ruangan perinatologi

*S6$ 7ro8. $r. M% !ana8iah SM atusangkar tahun 201'.

e. Mampu melakukan ealuasi penerapan tindakan kepera;atan pada bayi

Page 5: Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

8/19/2019 Bab 1 Pendahuluan hiperbilirubinmeia

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-pendahuluan-hiperbilirubinmeia 5/5

5

dengan masalah kerusakan integritas kulit pada kasus hiperbilirubinemia

di ruangan perinatologi *S6$ 7ro8. $r. M% !ana8iah SM atusangkar 

tahun 201'.8. Mampu mendokumentasi hasil ealuasi asuhan kepera;atan pada bayi

dengan masalah kerusakan integritas kulit pada kasus hiperbilirubinemia

di ruangan perinatologi *S6$ 7ro8. $r. M% !ana8iah SM atusangkar 

tahun 201'.

D. "i!tematika Penelitian

7roposal ini terdiri atas ab 1 sampai dengan ab . ab 1 yaitu

7endahuluan yang terdiri atasB latar belakang, ruang lingkup, tujuan penelitian,

dan sistematika penulisan. ab 2 yaitu tinjauan teori yang berisikan konsep

dasar hiperbilirubinemia, konsep dasar gangguan integritas kulit, konsep asuhan

kepera;atan pengkajian, kemungkinan diagnosa yang munul, perenanaan,

implementasi, ealuasi ( S,",%,7,,4,* ). ab yaitu metode penelitian yang

 berisikan desain penelitian, ;aktu dan tempat, teknik pengumpulan data,

sumber dan jenis data, pengolahan data, etika penelitian.