bab 1-3 revisi hasby

70
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, fisik dan perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22 tahun ( Notoatmojo, 2007 ). Pada masa remaja usia 10 – 13 tahun ini Mereka menyimpan berbagai kekhawatiran dan pertanyaan tentang tubuh mereka. Dalam masa ini mereka menjadi tertutup. Mereka mulai menjaga jarak dengan orang tua atau keluarga. Dan pada masa ini remaja senang dengan hal – hal yang mengandung resiko seperti merokok. 1

Upload: fermana-dia-panglima-kesehatan

Post on 26-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak

– kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, fisik dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22

tahun ( Notoatmojo, 2007 ).

Pada masa remaja usia 10 – 13 tahun ini Mereka menyimpan berbagai

kekhawatiran dan pertanyaan tentang tubuh mereka. Dalam masa ini mereka

menjadi tertutup. Mereka mulai menjaga jarak dengan orang tua atau keluarga.

Dan pada masa ini remaja senang dengan hal – hal yang mengandung resiko

seperti merokok.

Keterbatasan cara pandang remaja menyebabkan remaja sulit menunda

pemuasan keinginan seketika. Hal ini menjadikan remaja lebih menjadi yang

aktif dalam hal – hal baru. remaja sering kali dengan mudah beralih dari coba

– coba kepada sesuatu ketergantungan sebagai kebutuhan hanya untuk

kenikmatan sesaat tanpa memikirkan bahaya yang akan terjadi pada dirinya

maupun bagi lingkungan sekitarnya. Masa remaja besar akan rasa ingin tahu

dan ingin mencoba. Remaja yang mencoba untuk merokok biasanya bermula

1

2

dari rasa ingin tahu dan ingin di terima oleh lingkungan sosial. ( Setiyanto,

2012 ).

Secara psikologis remaja SMP ( usia 12-16 tahun ) berada pada

tahapan perkembangan remaja awal. Periode masa remaja awal dikatakan

sebagai masa transisi dimana jiwa anak masih labil. Hal ini disebabkan karena

anak belum menemukan pegangan hidup yang mantap karena itu menurut

Erikson masa remaja merupakan masa pencarian identitas. Akibat labilnya

jiwa anak, menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh

dari luar, baik yang bersifat positif maupun negative. Antara lain pengaruh

dari teman, bahkan , sebagian anak berusia 13 tahun mulai membiasakan diri

merokok, mereka mungkin anak –anak yang di rumah mengalami kesulitan

hidup, berminat kecil di sekolah, dan mempunyai identitas diri yang lemah.

Atau, bisa jadi ada masalah khusus yang membuat mereka tertarik untuk

merokok. ( Setiyanto, 2012 ).

Masalah rokok pada remaja saat ini menjadi topik yang sedang hangat

dibicarakan. Telah banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah,

ceramah, wawancara baik di radio maupun televisi serta penyuluhan mengenai

bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan akibat rokok. Diantaranya,

kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, stroke, sinusitis, dan gangguan

pada reproduksi pria dan wanita bahkan disinyalir dapat memperpendek usia

(http://www.kemenegpora.go.id, 07-9-2012).

Prilaku merokok pada remaja dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya faktor psikologik, faktor psikososial, faktor lingkungan, iklan,

3

faktor biologik dan faktor regulari. Adapun faktor psikososial diantaranya

stres, depresi, faktor lingkungan diantaranya dukungan keluarga, dukungan

teman. Iklan diantaranya media informasi melalui TV, radio, website. Faktor

biologik diantaranya faktor kognitif, jenis kelamin, etnik, genetik. Faktor

regulari diantaranya harga jual dan fasilitas rokok ( parrot.2004 ).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 6 September 2012

ke SMPN 1 Gunung Tanjung untuk mengetahui data yang diperlukan dengan

cara melakukan wawancara kepada guru bimbingan konseling SMPN 1

Gunung Tanjung. Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa di

sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang berkaitan dengan

perilaku merokok pada siswa putra. Padahal dari beberapa permasalahan

mengenai kenakalan remaja di SMPN 1 Gunung Tanjung, merokok menjadi

masalah dengan tingkat prosentase tinggi ( 50-60% ). Padahal SMPN 1

Gunung Tanjung sendiri memiliki kebijakan yang tertulis dalam perjanjian

antara pihak sekolah dengan calon siswa mengenai larangan membawa

ataupun merokok di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, termasuk

sanksi tegas yang menjerat apabila larangan ini di langgar oleh siswa seperti

membersihkan WC, kelas dll. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara

dengan 10 orang siswa masing-masing pada kelas VII, VIII dan IX didapatkan

data dengan persentasi perokok siswa laki-laki adalah sebagai berikut : kelas

VII sebanyak 40%, kelas VIII sebanyak 70% dan kelas IX sebanyak 70%.

Hasil wawancara dengan siswa dari 10 orang diantaranya mereka

merokok 3 orang mengatakan dukungan teman, 4 orang mengatakan karna

4

melihat kebiasaan dari orang tua yang merokok dan 3 orang mengatakan

karena jenuh dengan situasi belajar mengajar di sekolah.

Berdasarkan data dan fenomena yang di uraikan di atas. Di temukan

beberapa faktor di antaranya dukungan teman, dukungan keluarga dan stress

di SMPN 1 Gunung Tanjung kabupaten tasikmalaya.

Hal ini mendasari penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai

penelitian tentang “ faktor – faktor yang mempengaruhi prilaku merokok pada

siswa SMPN 1 gunung Tanjung. Tasikmalaya. Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

yaitu “Apa yang menjadi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

merokok pada siswa SMPN 1 Gunung Tanjung kabupaten Tasikmalaya”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku

merokok pada siswa SMPN 1 Gunung Tanjung kabupaten Tasikmalaya”.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui karakteristik remaja

5

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi prilaku merokok pada siswa

SMPN 1 Gunung Tanjung

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tentang stres terhadap prilaku

merokok pada siwa SMPN 1 Gunung Tanjung

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga terhadap

prilaku merokok pada siswa SMPN 1 Gunung Tanjung

e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tentang dukungan teman

terhadap prilaku merokok pada siswa SMPN 1 Gunung Tanjung

f. Untuk mengetahui hubungan stres terhadap prilaku merokok pada

siswa SMPN 1 Gunung Tanjung

g. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap prilaku

merokok siswa SMPN 1 Gunung Tanjung

h. Untuk mengetahui hubungan dukungan teman terhadap prilaku

merokok siswa SMPN 1 Gunung Tanjung

D. Manfaat Penelitian

Melalui identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku

merokok pada siswa SMPN 1 Gunung Tanjung, diharapkan dapat berguna

bagi :

1. Bagi Instansi Pendidikan ( SMPN 1 Gunung Tanjung )

a. Sebagai gambaran bagi instansi mengenai perilaku merokok yang

terjadi pada siswa.

b. Sebagai bahan acuan untuk penegakan disiplin bagi siswa selanjutnya.

6

c. Sebagai bahan pemikiran untuk evaluasi kebijakan yang telah

diterapkan sekolah bagi para siswa.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Menjadi masukan penting bagi profesi keperawatan sebagai

bahan pokok untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok sesuai

dengan program UKS di SMPN 1 Gunung Tanjung.

3. Bagi Peneliti dan Penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian atau data awal

untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan perilaku

merokok pada anak remaja SMP.

4. Bagi STIKes Medistra Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendarahan

naskah ilmiah dan dapat dijadikan sebagai daftar kepustakaan untuk

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku merokok pada

remaja.

7

Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

stres

Keterangan :

: Yang di teliti

1. Stress 2. Dukungan

keluarga3. Dukungan

teman

Prilaku ( Pengetahuan dan sikap ) (Tindakan tidak dilakukan karna keterbatasan waktu ) merokok pada remaja SMP 1 Gunung Tanjung

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rokok

1. Definisi Rokok

Rokok merupakan hasil olahan tembakau yang terbungkus, baik

dalam bentuk cerutu atau dalam bentuk lainnya. Olahan tembakau ini

dihasilkan dari tanaman nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies

lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau

tanpa bahan tambahan.

Nikotin merupakan zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat

dalam nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau

sintetisnya yang bersifat adiktif dan dapat menyebabkan ketergantungan.

Sedangkan tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatis yang

bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan penyakit kanker (Suryo,

2007).

2. Sejarah Rokok

Tembakau yang merupakan bahan utama untuk rokok ini telah

dikenal lama sebelum tahun 1492. Pada saat itu, pelaut Eropa yang

menemukan benua Amerika “Colombus” melihat orang-orang Indian

menghisap tembakau dengan menggunakan pipa dalam sebuah upacara

tertentu sebagai lambang tata cara ramah tamah. Penggunaan pipa

8

9

berbentuk “Y” yang disebut “tobacco” yang digunakan untuk menghisap

tanaman yang cukup banyak mengandung racun ini menjadi dasar mengapa

tanaman tersebut dinamakan tembakau (Zulkifli, 2008).

Istilah botanical tembakau itu sendiri, berasal dari kata “nicotiana”,

istilah ini diberikan dalam rangka menghormati Duta Besar Perancis untuk

Portugal yakni Jean Nicot yang telah mengirim bibit tembakau kepada

permaisuri Prancis, Catherine de Medici. Kemudian penyebaran tembakau

itu sendiri mulai diperkenalkan ke seluruh Asia dan Afrika pada abad ke-17

oleh para ahli perdagangan Eropa (Zulkifli, 2008).

3. Tahap perokok

Menurut Leventhal dan Clearly (Mu’tadin,2002) terdapat 4 tahap

seseorang menjadi perokok, diantaranya :

a. Tahap preparatory : seseorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat

atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

b. Tahap initiation : tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah

seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.

c. Tahap becoming a smoker : apabila seseorang telah mengkonsumsi

rokok sebanyak 4 batang perhari maka mempunyai kecenderungan

menjadi perokok.

10

d. Tahap maintenance of smoking : tahap ini perokok sudah menjadi salah

satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok

dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

4. Tipe Perokok

Menurut Silvan Tomkins (dalam Bambang, 2006) ada 4 tipe perilaku

merokok berdasarkan Management  of affect theory, ke empat tipe tersebut

adalah :

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok

seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam

Psychological Factor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe

ini :

b. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok

setelah minum kopi atau makan.

c. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

d. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan

memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa

akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau

sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa

menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan

rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

11

5. Zat-zat yang terkandung dalam rokok

a. Nikotin, didalam tubuh menyebabkan perangsangan sistem saraf

simpatis. Perangsangan saraf simpatis (pelepasan adrenalin), berdampak

pada peningkatan denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen

jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Selain itu nikotin

mengaktifkan trombosit yang beresiko pada timbulnya adhesi trombosit

(penggumpalan) ke dinding pembuluh darah termasuk pembuluh darah

jantung.

b. Tar, disebut sebagai zat karsinogenik, karena ampas tar yang tersimpan

terutama dalam saluran nafas akan mengubah struktur dan fungsi saluran

nafas dan jaringan paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar

(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada

saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat

bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Sedangkan pada jaringan

paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

Hal ini yang memungkinkan terjadinya pembentukan sel kanker.

c. Karbonmonoksida : merupakan sejenis gas yang tidak berbau yang

dihasilkan dari pembakaran zat arang atau karbon yang tidak sempurna.

Gas ini memiliki sifat racun yang dapat mengurangi kemampuan darah

membawa oksigen. Hal ini disebabkan karena unsur ini memiliki

kemampuan yang cepat untuk bersenyawa dengan haemoglobin,

sehingga menggangu ikatan oksigen dengan haemoglobin, yang pada

12

akhirnya menyebabkan suplai oksigen ke seluruh organ tubuh

berkurang.

d. Arsenic : sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh

serangga.

e. Nitrogen oksida : Unsur kimia ini dapat mengganggu saluran pernafasan

bahkan merangsang kerusakan dan perubahan kulit tubuh.

f. Ammonium karbonat : zat ini membentuk plak kuning pada permukaan

lidah dan menggangu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat

dipermukaan lidah.

g. Ammonia : merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari

nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat

merangsang. Ammonia ini sangat mudah memasuki sel-sel tubuh.

Begitu kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini sehingga jika

disuntikan sedikit saja kedalam tubuh bisa menyebabkan seseorang

pingsan.

h. Formic acid : jenis cairan yang tidak berwarna yang bergerak bebas dan

dapat mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya

menusuk. Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit

semut. Bertambahnya zat ini dalam peredaran darah akan

mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.

i. Acrolein : sejenis zat tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini diperoleh

dengan mengambil cairan dari gliserol dengan metode pengeringan. Zat

13

ini sedikit banyak mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat

menganggu bagi kesehatan.

j. Hydrogen cyanide : sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah

terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide

adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya.

Sedikit saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat

mengakibatkan kematian.

k. Nitrous oksida : sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terisap dapat

menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit.

l. Formaldehyde : zat yang banyak digunakan sebagai pengawet dalam

laboratorium (formalin).

m. Phenol : merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan

dari destilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, selain

diperoleh dari ter arang. Phenol terikat dengan protein dan menghalangi

aktivitas enzim.

n. Acetol : hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak berwarna yang

bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.

o. Hydrogen sulfide : sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar

dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi

yang berisi pigmen).

14

p. Pyridine : cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat

digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh

hama.

q. Methyl chloride : adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dimana

hidrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah

merupakan compound organic yang dapat beracun. Methanol : sejenis

cairan ringan yang gampang menguap dan mudah terbakar. Meminum

atau mengisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan

kematian.

6. Masalah yang Ditimbulkan Akibat Merokok

Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam

rokok tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat

berbahaya bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan

pada sistem yang ada dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-

zat yang diuraikan diatas hanya merupakan sebagian kecil zat yang

terkandung dalam setiap batang rokok, yang sebenarnya mengandung ±

4000 racun kima berbahaya. Hal ini menjelaskan bahwa rokok benar-benar

sangat berbahaya bagi tubuh. Berbagai penyakit mulai dari rusaknya

selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kanker dapat ditimbulkan

dari perilaku merokok.

15

Beberapa penyakit tersebut antara lain:

a. Penyakit jantung koroner

Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang

terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung

terutama disebabkan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam

rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida. Dimana nikotin dapat

mengganggu irama jantung dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh

darah jantung, sedangkan CO menyebabkan suplai oksigen untuk

jantung berkurang karena berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang

menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk timbulnya penyakit

jantung koroner.

b. Impotensi

Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas

Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah

akan dibawa keseluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan

menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi

buruk. Sedangkan Taher menambahkan, selain merusak kualitas

sperma, rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi seksual

terutama gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalam penelitia Action on

Smoking and Health (ASH) dan British Medikal Association (BMA)

mengungkapkan bahwa para perokok berpotensi mengalami disfungsi

seksual 50% lebih besar dibandingkan mereka yang tidak merokok

(Zulkifli, 2008)

16

c. Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan

Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir

dimulut, bibir dan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah

sifat sel-sel normal menjadi sel ganas yang menyebakan kanker. Selain

itu, kanker mulut dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari

asap. Sedangkan untuk kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa

pada perokok kemungkinan terjadinya kanker kerongkongan dan usus

adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukan perokok (Subagyo, 2006).

d. Merusak otak dan indera

Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga

disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan

karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan suplai oksigen yang

menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya.

Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh sistem

tubuh.

e. Mengancam kehamilan.

Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil

penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok

memiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah,

kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat dilahirkan.

17

B. Prilaku

Teori prilaku didasarkan pada peran perspektif belajar untuk menimbulkan

prilaku yang merupakan aktivitas fisik, filosofi pendekatan merupakan

anggapan bahawa semua yang di lakukan organism hidup mencangkup acting,

thinking, dan feeling merupakan prilaku. Prilaku deskriptif secara ilmiah tanpa

mengacu pada factor internal baik fisiologis maupun kontruksi hipotetis sepert

pikiran dan jiwa.

Komponen yang terdapat pada prilaku adalah :

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini juga terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan

yang tercangkup dalam domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang,dan mempunyai enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

di pelajari atau rangsangan yang telah di terima, oleh sebab itu tahu itu

adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

18

c. Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah di pelajari pada situasi atau kondisi real, aplikasi ini di dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus,

metode, prinsip dan lain – lain dalam konteks situasi yang lain.

d. Analisis

Suatu kemampuan yang menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi.

e. Sintesis

Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian – bagian di dalam bentuk keseluruhan yang

baru, dengan kata lain merupakan kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian –

penilaian itu di dasarkan pada suatu criteria yangdi temukan sendiri.

2. Sikap

Merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang

ahl;I psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif

19

tertentu, sikap blum termasuk suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

suatu predisposisi tindakan suatu prilaku.

3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan, nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

C. Remaja

1. Batasan Remaja

Istilah remaja atau adolesccene berasal dari bahasa latin adolescene

yang berarti ”tumbuh” atau tumbuh dewasa. Istilah adolescene yang

digunakan sampai sekarang ini mempunyai arti luas mencakup kematangan

mental, emosional, sosial dan fisik (Mahi, 2008) Sarlito (2007)

mendefinisikan remaja sebagai individu yang sedang mengalami

perkembangan menuju kedewasaan. Mereka adalah anak-anak yang telah

meninggalkan usia 11 tahun dan akan menuju usia 21 tahun. Usia remaja

merupakan usia dimana individu mulai berinteraksi dengan masyarakat dan

merasa berada sama dalam satu tingkat dengan orang yang lebih tua

darinya termasuk dalam hal intelektualnya.

2. Karakteristik Remaja

Masa remaja mempunyai karakteristik yang khas, dimana semua

tugas perkembangan pada masa ini dipusatkan pada penanggulangan sikap

20

dan pola prilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk

menghadapi masa dewasa. Oleh sebab itu, masa remaja disebut juga

sebagai periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah, periode

pencarian identitas, dan periode tidak realistik. Pada periode pencarian

identitas, remaja yang tidak ingin lagi disebut sebagai anak-anak, berusaha

menampilkan atau mengidentifikasi perilaku yang menjadi simbol status

kedewasaan. Salah satu prilaku yang muncul adalah perilaku merokok yang

mereka anggap sebagai simbol kematangan, dimana prilaku ini seringkali

dimulai pada usia sekolah menengah pertama ( Sarlito, 2007 ).

Mahi ( 2008 ) mengungkapkan bahwa secara umum, remaja memiliki

tugas perkembangan yang harus dilaluinya dengan baik. Tugas

perkembangan tersebut antara lain :

a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya

secara efektif sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan

fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung

meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu.

b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua. Usaha

remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku

"pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas

perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga

dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan

keluar dan ketenangan di luar rumah. Hal tersebut tentunya akan

membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua

21

sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang

senasib dengannya.

c. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin. Pada

masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya

pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang

harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin

maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini.

d. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri. Banyak remaja yang

belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai

kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab

tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan

yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut

belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak

diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah

untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan

sampai tua sekalipun).

e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma. Skala

nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi

dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat

maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan

norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai

harus menjadi seperti “siapakah aku"?, sehingga hal tersebut dijadikan

pegangan dalam mengendalikan gejolak dalam dirinya.

22

Secara psikososial, remaja mulai memisahkan diri dari orangtua.

Kebutuhan mereka akan kebebasan menyebabkan remaja lebih banyak

menghabiskan waktu di luar rumah dan mulai memperluas hubungan

dengan teman sebaya, sehingga keterikatan mereka dengan orangtua

berkurang. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok sebaya (peer

group). Kelompok sebaya menjadi sangat berarti dan sangat berpengaruh

dalam kehidupan sosial remaja. Melalui kelompok sebaya, remaja bisa

melatih kecakapan sosial, karena melalui kelompok sebaya, remaja dapat

mengambil berbagai peran (Surbakti, 2008).

Sedangkan secara emosional, telah diketahui bahwa masa remaja

dianggap sebagai masa “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan

emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal. Hal ini

dikuatkan dengan tekanan sosial yang menuntut remaja menampilkan pola

kehidupan sosial yang baru. Untuk menghadapi hal tersebut sebagian besar

remaja akan mengalami ketidakstabilan demi penyesuaian. Kondisi tersebut

menurut Erikson (Atkinson, 2002) diistilahkan sebagai kondisi stress pada

remaja yang disebabkan perubahan fisik dan psikologis yang terjadi secara

bersamaan.

Merokok merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas

menghisap rokok atau tembakau dalam berbagai cara. Merokok itu sendiri

ditujukan untuk perbuatan menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu,

atau tembakau dalam pipa rokok yang kemudian dihisap untuk

mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut (Arif, 2004).

23

D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prilaku Merokok

1. Menurut Subanda (dalam Soetjiningsih, 2004)

Subanda (dalam Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa terdapat

empat faktor resiko bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok.

Keempat faktor tersebut antara lain :

a. Faktor Psikologik

1) Faktor Psikososial

Aspek perkembangan sosial remaja antara lain: menetapkan

kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri dan penyesuaian

perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok

menjadi sebuah cara agar mereka tampak bebas dan dewasa saat

mereka menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Istirahat, santai

dan kesenangan, penampilan diri rasa ingin tahu rasa bosan, sikap

menentang dan stress mengkontribusi remaja untuk mulai merokok.

Selain itu rasa rendah diri, hubungan interpersonal yang kurang baik,

putus sekolah sosial ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan

orangtua yang rendah serta tahun-tahun pertama transisi antara

sekolah dasar dan sekolah menengah juga menjadi faktor resiko lain

yang mendorong remaja mulai merokok.

2) Faktor psikiatrik

Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara

merokok dengan gangguan psikiatrik seperti skizofrenia, depresi,

cemas dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Pada remaja, didapatkan

asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas. Gejala depresi

24

lebih sering pada remaja perokok daripada bukan perokok. Merokok

berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi mayor dan

penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja yang memperlihatkan

gejala depresi dan cemas mempunyai resiko lebih besar untuk

merokok dari pada remaja yang asimtomatik. Remaja dengan

gangguan cemas menggunakan rokok untuk menghilangkan

kecemasan yang mereka alami.

b. Faktor Biologik

1) Faktor Kognitif

Kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok akibat dari

kecanduan nikotin disebabkan karena perokok merasakan efek

bermanfaat dari nikotin. Beberapa perokok dewasa mengungkapkan

bahwa merokok memperbaiki konsentarsi. Telah dibuktikan bahwa

deprivasi nikotin menganggu perhatian dan kemampuan kognitif,

tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok.

Studi yang dilakukan pada dewasa perokok dan bukan perokok,

memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan finger-tapping

rate, respon motorik dalam tes fokus perhatian, dan pengenalan

memori.

2) Jenis kelamin

Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi

pada remaja laki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita yang

merokok dilaporkan menjadi percaya diri.

25

3) Faktor Etnik

Kejadian merokok di Amerika Serikat cenderung lebih tinggi

terjadi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli Amerika,

serta terendah pada orang Amerika keturunan Afrika dan Asia.

Laporan tersebut memberi kesan bahwa perbedaan asupan nikotin

dan tembakau serta waktu paruh nikotin antara perokok dewasa

Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit putih adalah

substansial. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan

resiko pada beberapa etnik dalam hal penyakit yang berhubungan

dengan merokok.

4) Faktor genetik

Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan

enzim hati yang memetabolisme nikotin. Kensekuensinya adalah

meningkatnya resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu.

Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh polimorfisme gen

dopamin yang mengakibatkan lebih besar atau lebih kecilnya reward

dan mudah kecanduan obat. Pada studi genetik molekular beberapa

tahun terakhir, individu dengan alela TaqIA (A1 dan A2) dan TaqIB

(B1 dan B2) dari reseptor dopamin D2 lebih mungkin merokok 100

kali atau lebih dalam hidupnya dan mereka lebih awal memulai

merokok dan lebih sedikit meninggalkannya.

26

c. Faktor Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan

tembakau antara lain orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya

yang merokok. Selain itu juga karena paparan iklan rokok dimedia.

Orangtua sepertinya memegang peranan penting, dalam pembentukan

perilaku merokok remaja. Sebuah studi kohort terhadap siswa SMA

didapatkan bahwa prediktor bermakna dalam peralihan dari kadang-

kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalah orangtua

perokok dan konflik keluarga.

d. Faktor Regulatori

Peningkatan harga jual atau diberlakukannya cukai yang tinggi,

diharapkan dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok.

Selain itu pembatasan fasilitas merokok dengan menetapkan ruang atau

daerah bebas rokok diharapkan dapat mengurangi konsumsi. Akan

tetapi kenyataannya masih terdapat peningkatan kejadian mulainya

merokok pada remaja, walaupun telah banyak dibuat usaha-usaha untuk

mencegahnya.

(Menurut Abdul. 2006)

Sedangkan menurut Abdul (2006) faktor pendukung bagi seseorang

untuk menggunakan zat adiktif termasuk rokok yaitu sebagai berikut :

a. Faktor individu, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri

remaja. Berkaitan dengan faktor individu, perilaku merokok remaja

selalu diasosiasikan dengan ciri perkembangan mereka yakni rasa

27

ingin tahu, proses identifikasi agar telihat seperti dewasa dan ingin

terlihat gagah. Sedangkan Erikson (Soetjiningsih, 2004)

mengungkapkan bahwa remaja mulai merokok karena adanya krisis

aspek psikososial yang dialami dalam masa proses mencari jati diri.

Ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial menyebabkan

remaja berada dalam kondisi dibawah tekanan atau stress. Hal ini

banyak seperti yang sering diungkapkan dan mengatakan bahwa masa

remaja dikenal sebagai masa storm and stress (masa badai dan penuh

stress) dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan

pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang

bervariasi. Merokok menjadi alternatif pilihan mereka karena dianggap

dapat mengurangi ketegangan dan membantu relaksasi terhadap stress.

b. Faktor lingkungan, merupakan faktor eksternal yang berasal dari

perilaku merokok seseorang, terutama perilaku merokok yang ada di

keluarga (orangtua atau saudara kandung yang merokok), dan perilaku

merokok teman sebaya. Selain itu, berbagai upaya dilakukan oleh para

produsen rokok untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap rokok

yang ditampilkan melalui iklan baik di media cetak maupun elektronik.

c. Faktor ketersediaan, semakin mudah remaja mendapatkan rokok jika

ketersediaan rokok mudah untuk didapat.

28

2. Faktor-faktor yang diteliti

Berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan perilaku remaja

terhadap rokok tersebut, bahasan akan dipersempit dengan hanya

memfokuskan pada faktor psikologik diantaranya stress, dan faktor

lingkungan diantaranya dukungan keluarga, dan dukungan teman.

a. Stress

Stress merupakan respon individu dimana terjadi ketidaksesuaian

antara harapan dan pencapaian yang ditampilkan melalui perasaan

secara emosional. Banyak hal yang dapat menyebabkan stress,

terlambat dalam perjalanan, kecemasan akan kondisi keluarga, ataupun

tugas yang sudah ditunggu pada batas waktu akhir. Ketidakmampuan

mengatasi hal tersebut dengan baik akan direfleksikan melalui perasaan

emosional seperti marah, tegang, cemas bahkan agresi.

Kesulitan mencari alternatif pemecahan masalah dengan baik

menjadi kendala yang sering dihadapi remaja. Kompensasi dari

ketidakmampuan menyelesaikan masalah tersebut dialihkan dengan

melakukan aktivitas yang mereka anggap dapat mengurangi ketegangan

yang terjadi. Merokok menjadi pilihan karena efek relaksasi yang

mereka dapatkan dari rokok, yang pada akhirnya berdampak pada

kepuasan psikologis remaja (Bambang, 2006).

b. Dukungan Keluarga

Ada sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat di butuhkan

oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan

rasa aman, di hargai, di sayangi, diterima, dan kebebasan untuk

meletakan diri,rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan

29

mental; dari dukungan keluarga, perasaan tersebut berarti pemenuhan

kebutuhan pakaian, makanan dan sarana lain yang mendukung keluarga

terhadap mental anak tersebut.karena remaja hidup dalam suatui

kelompok individu yang di sebut keluarga, salasatu aspek penting yang

dapat mempengaruhi prilaku remaja adalah interaksi antar anggota

keluarga. Keharmonisan setidaknya, interaksi antar anggota keluarga

akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di dalam

keluarga.(gartner. 1983)

c. Dukungan Teman

Pada masa remaja, pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan

dengan teman-teman sebayanya. Teman sebaya mempunyai peran yang

sangat berarti karena pada masa tersebut remaja mulai memisahkan diri

dari orangtua dan mulai bergabung dengan teman sebaya. Kebutuhan

untuk dapat diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar

dapat diterima oleh kelompoknya. Sehingga dapatlah dimengerti bahwa

remaja harus dapat menjalankan peran dan tingkah lakunya sesuai

dengan harapan kelompok agar dapat tetap bergabung menjadi anggota

kelompok. Mulai dari sikap, pembicaraan, minat dan penampilan

remaja dituntut untuk sesuai dengan kelompoknya. Demikian pula jika

mayoritas kelompok memiliki kebiasaan merokok, maka setiap

anggotanya mau tidak mau akan dan harus mengikuti aktivitas tersebut

tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri (Mu’tadin, 2002).

30

3. Kerangka Teori

Input Proses Output

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Variabel bebas

Variable terikat

Faktor Lingkungan

Dukungan keluarga Dukungan Teman

Perilaku merokok pada Siswa

SMP /Remaja

Faktor Psikologik :

Faktor psikiatrik

Faktor biologik Faktor kognitif Jenis kelamin Faktor etnik Faktor genetik

Faktor Regulatori Harga jual Fasilitas merokok

Faktor psikososial (Stres) Ada Hubungan Antara Stress,

Dukungan keluarga dan

Teman Dengan Perilaku Merokok

Tidak Ada Hubungan Antara Stress, Dukungan

keluarga dan Teman Dengan

Perilaku Merokok

Iklan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yakni

jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidak nya hubungan

dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan tersebut, serta berarti atau

tidaknya hubungan itu (Arikunto,2002).

Adapun tehnik pengambilan data dilakukan melalui pendekatan cross

sectional melalui instrument kuisioner.

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang

ingin meneliti suatu elemen yang ada pada wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2002). Penulis

menetapkan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah siswa laki - laki di

SMPN 1 Gunung Tanjung yang berjumlah 257 orang siswa karena

perilaku merokok dikalangan remaja terutama terjadi pada remaja pria.

31

32

Tabel 3. 1Jumlah Siswa laki-laki Masing-Masing Kelas di SMPN I Gunung Tanjung

Kabupaten Tasikmalaya 2012Siswa Jumlah Siswa

Kelas VII 79Kelas VIII 94Kelas IX 84Jumlah 257

Sumber :BagianKesiswaan SMPN I Gunung Tanjung

2. Sample

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian sampling. Sample adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Menurut Soekidjo

Notoatmodjo, untuk populasi yang berjumlah kurang dari 10.000, maka

besar jumlah sample dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Nn= 1+N.d2

Keterangan :

n : besar sample

N : jumlah populasi

d : tingkat kekeliruan (5 %)

Jadi besar sample adalah :

257n= 1+257(0,05)2

n=156 orang.

33

3. Sampling

Adapun tehnik sampling yang digunakan adalah proportionate

stratified random sampling berdasarkan jenis kelamin yaitu tehnik yang

digunakan untuk menyempurnakan tehnik sampling berstrata dengan

pengambilan sampelnya seimbang atau sebanding dengan jumlah subjek

masing-masing strata, dengan menggunakan rumus menurut Notoatmodjo

2002 sebagai berikut:

N1

n= x n1

N0

Keterangan :

n1 : Jumlah sample perkelas

N1 : Jumlah siswa perkelas

N0 : Jumlah seluruh siswa

n : Jumlah sample

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas didapatkan sample

untuk tiap angkatan sebanyak :

Tabel. 3. 2Jumlah sampel yang dihitung secara proporsional untuk masing-

masingKelas di SMPN I Gunung Tanjung Kabupaten Tasikmalaya 2012

Siswa Jumlah SampleKelas VII 79 x 156 = 48 orang

257Kelas VIII 94 x 156 = 57 orang

257Kelas IX 84 x 156 = 51 orang

257Jumlah 156

34

Tabel. 3. 3Jumlah sampel yang dihitung secara proporsional untukkelas VII di SMPN I

Gunung Tanjung Kabupaten Tasikmalaya 2012

Kelas Jumlah sample perkelasVII A 156 x 17 = 10 orang

257VII B 156 x 10 = 6 orang

257VII C 156 x 12 = 7 orang

257VII D 156 x 14 = 9 orang

257VII E 156 x 11 = 7 orang

257VII F 156 x 15 = 9 orang

257Jumlah 48 orang

Tabel. 3. 4Jumlah sampel yang dihitung secara proporsional untukkelas VIII di SMPN

I Gunung Tanjung Kabupaten Tasikmalaya 2012

Kelas Jumlah sample perkelasVIII A 156 x 12 = 7 orang

257VIII B 156 x 18 = 11 orang

257VIII C 156 x 16 = 10 orang

257VIII D 156 x 15 = 9 orang

257VIII E 156 x 16 = 10 orang

257VIII F 156 x 17 = 10 orang

257Jumlah 57 orang

35

Tabel. 3. 5Jumlah sampel yang dihitung secara proporsional untukkelas IX di SMPN I

Gunung Tanjung Kabupaten Tasikmalaya 2012

Kelas Jumlah sample perkelasIX A 156 x 11 = 7 orang

257IX B 156 x 15 = 9 orang

257IX C 156 x 13 = 8 orang

257IX D 156 x 14 = 8 orang

257IX E 156 x 15 = 9 orang

257IX F 156 x 16 = 10 orang

257Jumlah 51 orang

Setelah didapatkan jumlah sample masing-masing kelas,

pengambilan sample dilakukan secara acak (random) melalui sistem

pengundian.

C. Tempat Penelitian dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil tempat di SMPN 1

Gunung Tanjung, Kabupaten Tasikmalaya.

WaktuPenelitian :

Tahap Persiapan ( 17 oktober – 5 november )

Mengadakan Studi Pendahuluan,

Studi kepustakaan.

Memilih topik penelitian.

Penentuan lahan.

36

Penyusunan proposal penelitian.

Pengumpulan daftar proposal.

Sidang proposal.

Revisi.

Uji validitas.

Tahap Pelaksanaan (……………………….)

Mendapatkan izin penelitian.

Mendapatkan informed consent dari responden.

Melakukan pengumpulan data.

Melakukan pengolahan data dan analisa data.

Tahap Akhir (………………….)

Penyusunan laporan penelitian.

Penyajian hasil penelitian.

Revisi.

D. Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

stres

Keterangan :

4. Stress 5. Dukungan

keluarga6. Dukungan

teman

Prilaku ( Pengetahuan dan sikap untuk tindakan tidak dilakukan karna keterbatasan waktu ) merokok pada remaja SMP 1 Gunung Tanjung

37

E. Hipotesa

1. Hipotesa H0

H0 : Tidak ada hubungan antara stress dengan perilaku merokok pada

siswa SMPN1 Gunung Tanjung

H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku

merokok pada siswa SMPN1 SMPN1 Gunung Tanjung

H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan teman dengan perilaku

merokok pada siswa SMPN1 Gunung Tanjung

2. Hipotesa H1 :

H1 : Ada hubungan antara stress dengan perilaku merokok pada siswa

SMPN1 Gunung Tanjung

H1 : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku merokok

pada siswa SMPN1 Gunung Tanjung

H1 : Ada hubungan antara dukungan teman dengan perilaku merokok pada

siswa SMPN1 Gunung Tanjung

38

F. Definisi Operasional

Tabel 2.1Variabel penelitian, definisi operasional, kategori, hasil ukur, alat ukur, dan

skalaVariabel Definisi Operasional Hasil ukur kategori Alat Ukur Skala

A. TerikatPerilaku merokok

Perilaku merokok merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas menghisap rokok atau tembakau dalam berbagai cara.

Tidak merokok Merokok

0(0)

1(1)

Quesioner Nominal

B. BebasStress Tanda dan gejala stress yang

dihubungkan dengan perilaku merokok

Tidak StressStress

0(0-14)

1(>15)

Quesioner Nominal

Dukungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat dengan seorang anak yang dapat memberikan contoh/figure pada seorang anak. Ada tidaknya keluarga yang merokok maka kemungkinan besar anak akan mencontoh perilaku tersebut.

Tidak didukungAda

dukungan

0(0)

1(1-2)

Quesioner Nominal

Dukungan teman

Remaja untuk dapaditerima menjadi anggota kelompok sebaya harus dapat menjalankan peran dan tingkah laku sesuai dengan harapan dan tuntutan kelompok, dimana mayoritas anggota kelompok memiliki kebiasaan merokok.

Tidak didukung

Ada dukungan

0(0)

1(1-8)

Quesioner Nominal

39

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data adalah cara - cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2002). Adapun metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

kuesioner.

Langkah awal dalam proses pengumpulan data adalah menentukan

responden atau subjek yang akan diteliti. Berdasarkan tehnik sampling yang

digunakan, subjek penelitian diambil dengan cara acak (random), yakni

dengan mengundi responden berdasarkan data absensi siswa yang

dikeluarkan instansi sekolah (SMPN 1 Gunung Tanjung). Setelah diundi dan

diperoleh data siswa sesuai dengan jumlah sampel yang diperlukan tiap kelas,

siswa yang telah terpilih tersebut dikumpulkan dalam suatu tempat terpisah

untuk kemudian menjadi responden dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, menggunakan data primer dan sekunder. Data

primer yaitu data yang didapat dengan cara kuesioner dan observasi yang

diperoleh dari responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber –

sumber informasi kedua seperti data dari bagian kesiswaan.

Analisa data dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan serta untuk menguji secara

statistic kebenaran dari hipotesis yang telah ditetapkan. Ada pun untuk

melakukan analisis data diperlukan suatu proses yang terdiri dari beberapa

tahap antaralain :

40

1. Pemeriksaan data (editing).

Proses editing adalah melakukan proses pengecekan dan

pemeriksaan data yang telah dikumpulkan terhadap kemungkinan

kesalahan pengisian daftar pertanyaan dan ketidak serasian informasi.

Yang dilakukan pada pemeriksaan adalah manjumlah dan melakukan

koreksi. Menjumlah ialah menghitung banyaknya lembaran daftar

pertanyaan yang telah diisi untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan

jumlah yang telah di tentukan atau belum. Sedangkan koreksi adalah

proses membenarkan / menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang

jelas.

2. Pemberian kode (coding).

Koding data dilakukan dengan cara memberi kode-kode tertentu

pada setiap jawaban yang telah di kumpulkan untuk mempermudah

pengolahan, terutama jika akan diolah dengan computer. Data yang sudah

terkumpul dan di edit selanjutnya diberi kode untuk mempermudah

pelaksanaan pengolahan berikutnya, kemudian pada pengolahan

berikutnya kode-kode tersebut dikembalikan lagi pada variable asli.

3. Pemasukan data (entry data).

Setelah melalui proses pemeriksaan dan pengkodean selanjutnya

data diolah secara komputerisasi (entry data).

41

4. Pembersihan data (cleaning).

Pembersihan data adalah melakukan pembersihan terhadap data

untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukan data ke alam

komputer sebelum di analisis data.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam dua tahap dengan langkah-langkah

analisa data sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti, baik itu variabel bebas

maupun variabel terikat (Hastono, 2007).

Untuk variable stress, pengambilan data dilakukan dengan

menggunakan skala likert, yakni dengan menganalisa seberapa sering

remaja mengalami situasi / gejala yang menunjukan stress, dengan point

penilaian (3) sering (2) kadang-kadang (1) Jarang (0) tidak pernah.

Untuk variabel dukungan keluarga, dukungan teman sebay, a, iklan

dan perilaku merokok padar emaja, dilakukan dengan menggunakan skala

Gutman, dimana tipejawaban berbentuk dikotomis dengan skor item

jawaban Ya bernilai (1) dan skor item jawaban Tidak bernilai (0). Maka

analisa data yang digunakan untuk memperoleh distribusi frekuensi dan

proporsi dari berbagai karakteristik atau variabel yang diteliti dan

akandisajikan dalam tabel distribusi frekuensidapat menggunakan rumus:

42

P= XN

X100%

Keterangan :

P = Prosentase

X = Jumlah jawaban responden

N = Keseluruhan jumlahresponden

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua

variable yaitu variabel independent dan dependen. Sesuai dengan tujuan

penelitian maka analisa bivariat ini meliputi hubungan antara stress pada

remaja, dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan iklan dengan

perilaku remaja terhadap rokok di SMPN 1 Gunung Tanjung. Dalam hal

ini analisa data masing-masing variabel menggunakan uji chi square.

Uji statistik yang digunakan untuk menguji hubungan dua variabel

dimana masing-masing terdiri dari beberapa golongan atau kategori,

dengan tingkat signifikansi 5% (nilai α = 0,05) adalah uji Chi-Square,

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika ρ value < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

hubungan antara variable bebas dan variable terikat.

b. Jika ρ value > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak

ada hubungan antara variable bebas dan variable terikat.

43

Pembuktian uji chi square yaitu dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

X = Nilai Chi Square hitung

f0 = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan (Arikunto, 2002)

Frekuensi yang diharapkan (fh) didapatkan dari perhitungan dengan

menggunakan rumus:

f h=Jumlah garisJumlah total

×jumlah kolom

Untuk mencapai derajat kebebasan untuk chi square adalah dengan

menggunakan rumus: (Arikunto, 2002)

(Banyaknya baris – 1) x (banyaknya kolom – 1)

Aturan yang belaku pada uji chi square adalah sebagai berikut :

a. Bila pada tabel dijumpai nilai fh (frekuensiharapan) <5, maka uji yang

digunakan adalah fisher exact

b. Bila pada tabel 2 x 2 tidak ada nilai fh<5, maka uji yang dipakai

sebaiknya Continuity Correction

I. Penyajian Data

Data yang Di sajikan dalam bentuk tekstular, tabular atau

menggunakan tabel – tabel dimana data yang di peroleh didistribusikan ke

dalam tabel.

x2=Σ( f o−f h)2

f h

44

J. Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan (Inform Consent)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden

yang akan diteliti dan memenuhi criteria inklusi dan disertai judul

penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti

maksud dan tujuan penelitian. Bila subyek menolak maka peneliti tidak

memaksa tetap menghormati hak – hak subyek.

2. Tanpa nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi

subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya.

4. Privacy

Privacy merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

yang mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan.

5. Fair treatment

Fair treatment merupakan jaminan yang diberikan kepada subjek

agar diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

45

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden.

6. Self determination

Self determination merupakan jaminan yang diberikan kepada subjek

agar diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan

untuk bersedia menjadi responden ataupun tidak, tanpa adanya sangsi

apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya jika mereka seorang

pasien.