asuhan keperawatan pada bayi dengan hiperbilirubin
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 ASUHAN KEPERAWATAN pada bayi dengan hiperbilirubin
1/7
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengkajian pada anak dengan gangguan hiperbilirubin adalah dilakukansebagai berikut;
1. Pemeriksaan umum
a. Aktivitas/istirahat : letargi, malas
b. Sirkulasi : mungkin pucat, menandakan anemia
c. Eliminasi : Bising usus hipoaktif, vasase meconium mungkin lambat, feces mungkin lunak atau
coklat kehijauan selama pengeluaran billirubin. Urine berwarna gelap.
d. Makanan cairan : Riwayat pelambatan (makanan oral buruk).
e. Palpasi abdomen : dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar.
f. Neurosensori;
1). Chepalohaematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal yang
berhubungan dengan trauma kelahiran.
2). Oedema umum, hepatosplenomegali atau hidrops fetalis, mungkin ada dengan inkompathabilitas
Rh.
3). Kehilanga refleks moro, mungkin terlihat.
4). Opistotonus, dengan kekakuan lengkung punggung, menangis lirih, aktifitas kejang.
g. Pernafasan : krekels (oedema pleura), bercak merah muda.
h. Keamanan : Riwayat positif infeksi atau sepsis neonatus, akimosis berlebihan, pteque,
perdarahan intrakranial, dapat tampak ikterik pada awalnya pada wajah dan berlanjut pada
bagian distal tubuh.
i. Seksualitas : mungkin praterm, bayi kecil usia untuk gestasi (SGA), bayi dengan letardasio
pertumbuhan intra uterus (IUGR), bayi besar untuk usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu
diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi pria daripada bayi wanita.
2. Pemeriksaan fokus
a. Pemeriksaan fisik, Inspeksi; warna sklera, konjungtiva, membran mukosa mulut, kulit, urine dan
tinja.b. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan
c. Tanyakan berapa lama jaundice muncul dan sejak kapan
d. apakah bayi ada demame. Bagaimana kebutuhan pola minum
-
7/28/2019 ASUHAN KEPERAWATAN pada bayi dengan hiperbilirubin
2/7
f. Tanyakan tentang riwayat keluarga
g. Apakah anak sudah mendapat imunisasi hepatitis B
(Suriadi, 2001).
B. DIAGNOSA
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin indirek dalam darah,
ikterus pada sclera leher dan badan.
2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan akibat efek samping fototerapi berhubungan dengan
pemaparan sinar dengan intensitas tinggi.
3. Risiko terjadi gangguan suhu tubuh akibat efek samping fototerapi berhubungan dengan efek
mekanisme regulasi tubuh.
4. Risiko tinggi cedera akibat komplikasi tindakan transfusi tukar berhubungan dengan prosedur
invasif, profil darah abnormal.
5. Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan tindakan
berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Dx. 1
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit
kembali baik/ normal.
b. Kriteria Hasil
1) Kadar bilirubin dalam batas normal ( 0,2 1,0 mg/dl )
2) Kulit tidak berwarna kuning/ warna kuning mulai berkurang
3) Tidak timbul lecet akibat penekanan kulit yang terlalu lama
c. Intervensi
1) Monitor warna dan keadaan kulit setiap 4-8 jam
R : Warna kulit kekuningan sampai jingga yang semakin pekat menandakan konsentrasi
bilirubin indirek dalam darah tinggi
2) Monitor keadaan bilirubin direk dan indirek ( kolaborasi dengan dokter dan analis )
R : Kadar bilirubin indirek merupakan indikator berat ringan joundice yang diderita.
3) Ubah posisi miring atau tengkurap. Perubahan posisi setiap 2 jam berbarengan dengan
perubahan posisi lakukan massage dan monitor keadaan kulit
-
7/28/2019 ASUHAN KEPERAWATAN pada bayi dengan hiperbilirubin
3/7
R : Menghindari adanya penekanan pada kulit yang terlalu lama sehingga mencegah terjadinya
dekubitus atau irtasi pada kuit bayi.
4) Jaga kebersihan kulit dan kelembaban kulit/ Memandikan dan pemijatan bayi
R : Kulit yang bersih dan lembab membantu memberi rasa nyaman dan menghindari kulit bayi
meengelupas atau bersisik.
2. Dx. 2
a. Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan cairan tubuh neonatus adekuat.
b. Kriteria Hasil
1) Tugor kulit baik
2) Membran mukosa lembab
3) Intake dan output cairan seimbang
4) Nadi, respirasi dalam batas normal ( N: 120-160 x/menit, RR : 35 x/menit )
suhu ( 36,5-37,5 C )
c. Intervensi
1) Pantau masukan dan haluan cairan, timbang berat badan bayi 2 kali sehari.
R : Bayi dapat tidur lebih lama dalam hubungannya dengan fototerapi, meningkatkan resiko
dehidrasi bila jadwal pemberian makan yang sering tidak di pertahankan.
2) Perhatikan tanda- tanda dehidrasi (mis: penurunan haluaran urine, fontanel tertekan, kulit hangat
atau kering dengan turgor buruk, dan mata cekung).
R : Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapt menyebabkan dehidrasi.
3) Perhatikan warna dan frekuensi defekasi dan urine.
R : Defeksi encer, sering dan kehijauan serta urine kehijauan menandakan keefektifan fototerapi
dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin. Feces yang encer meningkatkatkan risiko kekurangan
volume cairan akibat pengeluaran cairan berlebih.
4) Tingkatkan masukan cairan per oral sedikitnya 25%. Beri air diantara
menyusui atau memberi susu botol.
R : Meningkatkan input cairan sebagai kompensasi pengeluaran feces yang encer sehingga
mengurangi risiko bayi kekurangan cairan.
5) Pantau turgor kulit
-
7/28/2019 ASUHAN KEPERAWATAN pada bayi dengan hiperbilirubin
4/7
R : Turgor kult yang buruk, tidak elastis merupakan indikator adanya kekurangan volume cairan
dalam tubuh bayi.
6) Berikan cairan per parenteral sesuai indikasi
R : Mungkin perlu untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat.
3. Dx. 3
a. Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan suhu tubuh.
b. Kriteria Hasil
1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36,50C-37
0C )
2) Nadi dan respirasi dalam batas normal ( N : 120-160 x/menit, RR : 35 x/menit )
3) Membran mukosa lembab
c. Intervensi
Mandiri
1) Pantau kulit neonatus dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai stabil ( mis : suhu
aksila). Atur suhu incubator dengan tepat.
R : Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respon terhadap pemajanan sinar, radiasi dan
konveksi.
2) Monitor nadi, dan respirasi
R : Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi karena dehidrasi akibat paparan sinar dengan intensitas
tinggi sehingga akan mempengaruhi nadi dan respirasi, sehingga peningkatan nadi dan respirasi
merupakan aspek penting yang harus di waspadai.
3) Monitor intake dan output
R : Intake yang cukup dan output yang seimbang dengan intake cairan dapat membantu
mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
4) Pertahankan suhu tubuh 36,50C-37
0C, jika demam lakukan kompres/ axilia
R : Suhu dalam batas normal mencegah terjadinya cold/ heat stress.
5) Cek tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sesuai yang dibutuhkan
R : Untuk mengetahui keadaan umum bayi sehingga memungkinkan pengambilan tindakan yang
cepat ketika terjadi suatu keabnormalan dalam tanda-tanda vital.
6) Kolaborasi pemberian antipiretik jika demam.
R : Antipiretik cepat membantu menurunkan demam bayi.
-
7/28/2019 ASUHAN KEPERAWATAN pada bayi dengan hiperbilirubin
5/7
4. Dx. 4
a. Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan tidak terjadi komplikasi dari transfusi tukar.
b. Kriteria Hasil
1) Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi
2) Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum.
c. Intervensi
Mandiri
1) Perhatikan kondisi tali pusat bayi sebelum transfuse bila vena umbilical digunakan. Bila tali
pusat kering, berikan pencucian salin selama 30-60 menit sebelum prosedur.
R : Pencucian mungkin perlu untuk melunakkan tali pusat dan vena umbilicus sebelum transfuse
untuk akses I. V dan memudahkan pasase kateter umbilical.
2) Pertahankan puasa selama 4 jam sebelum prosedur atau aspirasi isi lambung.
R : Menurunkan risiko kemungkinan regurgitasi dan aspirasi selama prosedur
3) Jamin ketersediaan alat resusitatif.
R : Untuk memberikan dukungan segera bila perlu.
4) Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur. Tempatkan bayi di bawah
penyebar hangat dengan servomekanisme. Hangatkan darah sebelum penginfusan dengan
menempatkan di dalam incubator, hangatkan baskom berisi air atau penghangat darah.
R : Membantu mencegah hipotermia dan vasospasme, menurunkan risiko fibrilasi ventrikel, dan
menurunkan vikositas darah
5) Pastikan golongan darah serta faktor Rh bayi dan ibu. Perhatkan golongan darah dan factor Rh
darah untuk ditukar.
R : Transfuse tukar paling sering dihubungkan dengan masalah inkompatibilitas Rh.
6) Jamin kesegaran darah. Darah yang diberi heparin lebih disukai.
R : Darah yang lama lebih mungkin mengalami hemolisis, karenanya meningkatkan kadar
bilirubin. Darah yang diberikan heparin selalu baru, tetapi harus dibuang bila tidak digunakan
dalam 24 jam.
7) Pantau nadi, warna dan frekuensi pernapasan/kemudahan sebelum, selama dan setelah
transfuse. Lakukan pengisapan jika diperlukan.
-
7/28/2019 ASUHAN KEPERAWATAN pada bayi dengan hiperbilirubin
6/7
R : Membuat nilai data dasar, mengidentifikasi potensial kondisi tidak stabil ( mis : apnea atau
disritmia/henti jantung ) dan mempertahankan jalan napas.
8) Catat tanda-tanda atau kejadian selama transfuse, pencatatan jumlah darah yang diambil dan
diinjeksikan.
R : Membantu mencegah kesalahan dalam penggantian cairan. Jumlah darah ditukar kira-kira
170 ml/kg BB. Volume ganda tukar transfuse menjamin bahwa antara 75 % dan 90 % sirkulasi
SDM digantikan.
9) Pantau tanda-tanda keseimbangan elektrolit ( mis; gugup, aktivitas kejang, dan apnea;
hiperefleksia,; bradikardia; atau diare ).
R : Hipokalsemia dan hiperkalemia dapat terjadi selama dan setelah transfuse tukar
10) Kaji bayi terhadap perdarahan bedlebihan dari lokasi IV setelah transfuse.
R : Penginfusan darah yang diberi heparin mengubah koagulasi selama 4-6 jam setelah transfuse
tukar dan dapat mengakibatkan perdarahan.
Kolaborasi
11) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
Kadar Hb/Ht sebelum dan setelah transfuse.
R : Bila Ht kurang dari 40 % sebelum transfuse, pertukaran sebagian SDM kemasan dapat
mendahului pertukaran penuh. Penurunan kadar setelah transfusi menadakan kebutuhan terhadap
transfuse kedua.
Kadar bilirubin serum segera setelah prosedur, kemudian setiap 4 jam.
R : Kadar bilirubin dapat menurun sampai setengah segera setelah prosedur, tetapi dapat
meningkat dengan cepat setelahnya, memerlukan pengulangan transfuse.
Protein serum total
R : Mengalikan kadar dengan 3,7 menetukan derajat peningkatan bilirubin yang memerlukan
transfuse tukar
Kalsium dan kalium serum
R : Darah mengandung sitrat sebagai anti koagulan yang mengikat kalsium, sehingga
menurunkan kadar kalsium serum. Selain itu, bila darah lebih dari 2 hari, destruksi SDM
melepaskan kalium, menciptakan risiko hiperkalemia dan henti jantung.
Glukosa
-
7/28/2019 ASUHAN KEPERAWATAN pada bayi dengan hiperbilirubin
7/7
R : Kadar glukosa rendah mungkin dihubungkan dengan glikolisis anaerobik kontinu dalam
SDM donor. Tindakan segera perlu untuk mencegah efek buruk/kerusakan SSP.
Kadar pH serum
R : pH serum dari darah donor secara khas 6,8 atau kurang. Asidosis dapat tejadi jika darah segar
tidak digunakan dan hepar bayi tidak dapat memetabolisme sitrat yang digunakan antikoagulan,
atau bila darah donor melanjutkan glikolisis anaerobik dengan produksi asam metabolit.
Berikan albumin sebelum transfuse bila diindikasikan
R : Meskipun masih kontroversial, pemberian albumin dapat meningkatkan ketersediaan albumin
untuk berikatan dengan bilirubin, karenanya menurunkan kadar bilirubin serum sikulasi yang
bebas.
12) Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Kalsium glukonat 5 %
R : Dari 2 sampai 4 ml kalsium glukonat dapat diberikan setelah setiap 100 ml penginfusan darah
untuk memperbaiki hipokalsemia dan meminimalkan kemungkinan iritabilitas jantung.
Natrium bikarbonat
R : Memperbaiki asidosis
Protamin sulfat
R : Mengimbangi efek-efek antikoagulan dari darah yang diberi heparin.