asuhan keperawatan pada bayi baru lahir

Upload: reza-fitra-kusuma-negara

Post on 12-Jul-2015

1.385 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1. ASUHAN KEPERAWATAN pada BAYI BARU LAHIR. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR dan KELUARGANYA menurut Wong et al.(2009: 232-247)

PENGKAJIAN Bayi baru lahir memerlukan observasi cermat dan terampil untuk memastikan apakah telah tercapai penyesuaian yang memuaskan terhadap kehidupan ekstrauterin. Pengkajian fisik setelah kelahiran dapat dibagi menjadi empat fase: (1) pengkajian awal menggunakan sistem skroring APGAR, (2) Pengkajian transisi selama periode reaktivitas, (3) Pengkajian usia gestasional, dan (4) pemeriksaan fisik sistematis. Selain itu, perawat harus waspada mengenai adanya tingkah laku yang menandakan keberhasilan keterikatan antara bayi dan keluarganya. Kewaspadaan mengenai temuan normal yang diharapkan selama proses pengkajian dapat membantu perawat mengenali setiap penyimpangan sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada bayi selama periode postnatal awal. Dengan semakin singkatnya hospitalisasi, maka penyelesaian pengkajian bayi baru lahir dan penyuluhan orang tua yang menyeluruh menjadi suatu tantangan. 1. Pengkajian Awal: Skoring APGAR 2. Pengkajian Klinis Usia Gestasi Pengkajian usia gestasional merupakan kriteria penting karena morbiditas dan mortalitas perinatal sangat berhubungan dengan usia gestasional dan berat badan lahir. Metode yang sering digunakan untuk menentukan usia gestasional adalah Pengkajian Usia Gestasional yang disederhanakan oleh Ballard, Novack, dan Driver (1979). Skala ini, yang merupakan ringkasan dari skala Dubowitz, dapat digunakan untuk mengukur usia gestasional bayi anatar 35 minggu dan 42 minggu. Skala ini mengkaji enam tanda fisik eksternal dan enam tanda neuromuskular. Setiap tanda memiliki skor, dan penjumlahan skornya berkorelasi dengan tingkat maturitas dari 26 sampai 44 minggu gestasi. Skala Ballard baru, yang merupakan revisi skala asli, dapat digunakan pada bayi usia gestasi 20 minggu. Alat ini memiliki bagian fisik dan neuromuskular yang sama, namun menambahkan skor -1 dan -2 yang mencerminkan tanda bayi sangat prematur, seperti kelopak mata yang masih menyatu; jaringan payudara

yang belum teraba; kulit yang lengket, mudah robek, transparan; tidak ada lanugo, sudut siku-jendela (fleksi pergerakan tangan) lebih dari 90. Pemeriksaan bayi dengan usia gestasional 26 minggu atau kurang harus dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir. Pada bayi dengan usia gestasional minimal 26 minggu, pemeriksaan dapat dilakukan sampai 96 jam setelah lahir. Agar terjamin keakuratannya, pemeriksaan awal sebaiknya dilakukan dalam 48 jam pertama kehidupan. Penyesuaian neuromuskular setelah lahir pada bayi yang sangat imatur menuntut pemeriksaan tindak lanjut untuk menentukan kriteria neuromuskular yang valid (Trotter, 1996). Skala ini memiliki perkiraan lebih terhadap usia gestasional dari 2 sampai 4 hari pada bayi yang lebih muda dari usia gestasional 37 minggu, terutama usia gestasional 32 sampai 37 minggu (Ballard dkk, 1991). Berat badan sehubungan dengan usia gestasional. Berat badan bayi saat lahir juga berkorelasi dengan insidensi morbiditas dan mortalitas perinatal. Akan tetapi, berat badan lahir saja merupakan indikator yang buruk untuk usia gestasional dan maturitas janin. Maturitas menunjukkan kapasitas fungsionaltingkat kemampuan sistem organ neonatus untuk beradaptasi dengan kebutuhan hidup ekstrauterin. Dengan demikian, usia gestasional lebih berhubungan erat maturitas janin dibandingkan berat badan lahir, maka pencatatan ukuran anggota keluarga lainnya merupakan bagian proses pengkajian. Pengklasifikasian bayi saat lahir baik berdasarkan berat badan lahir maupun usia gestasional lebih merupakan metode yang tepat untuk meramalkan risioko mortalitas dan menjadi panduan penanganan bayi dibandingkan hanya memperkirakan usia gestasional atau berat badan lahir saja. Berat badan lahir, panjang, dan lingkar kepala bayi diplotkan ke grafik standar yang menunjukkan nilai normal usia gestasional. Bayi yang beratnya cukup utuk usia gestasional (appropriate for gestational age (AGA)) (antara persentil ke-10 samapi 90) dapat dianggap mengalami pertumbuhan dengan kecepatan normal tanpa memperhatikan saat kelahiran-preterm, term, atau post-term. Bayi yang besar untuk usia gestasional (large for gestational age (AGA)) (di atas persentil ke-90) dapat dianggap mengalami laju pertumbuhan dengan kecepatan tinggi selama kehidupan janin; bayi kecil untuk usia gestasional (smal-for-gestational

age (SGA)) (di bawah persentil ke-10) dapat dianggap mengalami retardasi atau kelambatan pertumbuhan intrauterin. Setelah menentukan usia gestasional sesuai skala Ballard, maka bayi baru lahir akan dikelompokkan menjadi satu dari sembilan kemungkinan kategori berat badan lahir dan usia gestasional: AGAterm, pretem, post-term (Dodd, 1996. Semakin rendah berat badan lahir dan usia gestasional, semakin tinggi mortalitasnya. Pengukuran umum. Beberapa pengukuran penting pada bayi baru lahir mempunyai arti jika dibandingkan satu sama lain maupun dicatat dari waktu ke waktu ke dalam grafik. Bayi full-term, memiliki lingkar kepala rata-ratanya antara 33 dan 35,5 cm (13-13 inci). Lingkar kepala pada saat lahir segera biasanya lebig kecil, karena proses molding yang normal terjadi pada persalinan pervaginam. Biasanya, pada hari ke dua atau ke tiga ukuran tengkorak sudah kembali normal. Lingkar dada adalah 30,5 sampai 33 cm (12 sampai 13 inci). Lingkar kepala biasanya lebih besar 2 sampai 3 cm (sekitar 1 inci) dari lingkar dada. Akibat proses molding kepala bayi saat kelahiran, kedua ukuran tersebut awalnya hampir sama. Lingkar kepala juga dibandingkan dengan panjang mahkota-dudukan (crown-torump), atau tinggi duduk. Panjang mahkota-dudukan biasanya 31 sampai 35 cm (12,5 samapai 14 inci) dan kurang lebih sama dengan lingkar kepala. Hubungan ukuran lingkar kepala dengan mahkota-dudukan ini lebih dipercaya/reliabel dibandingkan dengan ukuran lingkar kepala dan dada. Pada satu studi, Severn (1994) menemukan bahwa lingkar kepala neonatus dan panjang mahkotadudukan merupakan alat yang lebih akurat untuk mengidentifikasi bayi berisiko; lingkar kepala tampaknya sama atau lebih besar sampai 1 cm dari panjang mahkota-dudukan pada 62% bayi yang diperiksa dan ditentukan sebagai normosefalik. Lingkar perut pada bayi baru lahir diukur tepat di atas umbilikus, pada saat talipusat masih ada, sehingga pengukuran melalui umbilikus akan sangat bervariasi pada bayi baru lahir. Mengukur lingkar perut di bawah umbilikus tidaklah tepat, karena status kandung kemih dapat mempengaruhi pembacaac. Pada keadaan distensi abdomen, pengukuran yang berturut-turut dilakukan untuk mengetahui perubahan ukurannya (Conner, 1996).

Panjang kepapal-tumit juga diukur. Karena bayi biasanya dalam keadaan fleksi, maka harus dilakukan ekstensi penuh sebelumnya saat kita akan mengukur panjang badan total. Panjang rata-rata bayi baru lahir adalah 48 sampai 53 cm (19 samapi 21 inci). Timbanglan berat badan segera setelah lahir karena penurunan berat badan dapat terjadi sangat cepat. Normalnya, neonatus kehilangan berat badan sekitar 10% berat badan badan pada hari ke 3 sampai 4 karena hilangnya cairan ekstraselular dan mekoneum yang banyak serta terbatasnya asupan cairan, terutama pada bayi yang mendapat ASI. Berat badan biasanya kembali setelah hari ke 10 kehidupan. Kebanyakan bayi baru lahir beratnya 2700 sampai 4000 g ( 6 sampai 7 pound). Rata-rata beratnya sekitar 3400 g (7,5 pound). Berat dan panjang lahir yang akurat sangat penting karena merupakan dasar untuk pengkajian pertumbuhan di masa datang. Kategori pengukuran lainnya adalah tanda vital. Pengukuran suhu aksilar dilakukan karena menyelipkan termometer ke rektum dapat menyebabkan perforasi mukosa. Suhu tubuh inti bervariasi sesuai periode rekativitas namun biasanya berkisar 36,5C sampai 37,6C. Suhu kulit agak lebih rendah dari suhu tubuh inti. Dengan demikian, suhu aksilar mungkin lebih rendah dari suhu rektal, meskipun perbedaannya kecil (sekecil -17C) antara aksila dan rektum. Karena jaringan adiposa cokelat terletak dalam kantong aksila, maka pembacaan aksilar lebih tinggi saat terjadi nonshivering thermogenesis (NST). Akan tetapi, pembacaan aksilar bisa tetap normal pada bayi yang terkena stres-dingin jika NST tidak terpicu atau kacau. Satu-satunya metode terbaik untuk menentukan suhu bayi baru lahir pada situasi apapun masih merupakan sesuatu yang sulit sesuai studi yang ada. Masih terdapat kontroversi mengenai keakuratan sensor membran timpani untuk mengukur suhu tubuh neonatus. Bliss-Holtz (1993) membandingkan suhu aksilar dan membran timpani pada neonatus dan menemukan bahwa pengukuran suhu mebran timpani sangat membantu dalam menentukan status suhu bayi. Akan tetapi, studi lain menemukan bahwa suhu membran timpani variasinya sangat tinggi bergantung pada lingkungan neonatus (basinet atau tempat tidur terbuka, penghangat, dan

inkubator) (Hick, 2996; Leick-Rude, dan Bloom, 1998) dan kegunaannya terbatas pada neonatus yang sakit kritis (Weiss, Poeltler, dan Gocka, 1993: Wilshaw dkk, 1999). Paling tidak, ada sebuah studi yang menyimpulkan bahwa suhu membran timpani tidak dapat digunakan untuk mendeteksi demam pada anak usia di bawah 6 tahun (Lanham dkk, 1999). Termometer digital dan aksilar inframerah digunakan di banyak unit neonatus karena dapat dibaca dengan cepat dan mudah dibersihkan; beberapa studi memperlihatkan kegunaannya pada bayi baru lahir term, sedangkan akurasinya pada neonatus berpenyakit kritis kurang bisa diprediksi (Seguin dan Terry, 1999; Wilshaw dkk, 1999). Hasil pemeriksaan suhu kulit juga terbukti sangat bervariasi bergantung pada penempatan probe, tipe tempat tidur dan suhu lingkungan, dan pemakaian selimut, pakaian, serta alat nesting (Leick-Rude dan Bloom, 1998). Pada kebanyakan studi mengenai suhu bayi baru lahir, termometer air raksa gelas merupakan standar emas yang menjadi bahan perbandingan bagi metode lain. Tidak ada kesepakatan universal mengenai lamanya pemasangan termometer gelas, meskipun 3 menit untuk suhu rektal dan 5 menit untuk suhu aksilar dianggap memadai. Perawat harus mengetahui berbagai variabel yang terlibat (tempat-aksilar, rektal, timpani, kulit; lingkungan-penghangat, tempat tidur terbuka, inkubator, pakaian, atau nesting; tujuan-demam, kemungkinan sepsis, dengan suhu yang mungkin lebih rendah dari normal pada bayi baru lahir, dan termoregulasi pada fase transisi; instrumen-elektronik, digital, inframerah) dan mampu membuat keputusan klinis yang jelas berdasarkan data yang akurat dan objektif. Riset lanjutan masih diperlukan untuk menyempurnakan termometer yang secara akurat merefleksikan suhu inti tubuh bayi agar supaya untuk merencanakan asuhan keperawatan dan menjaga suhu yang stabil lebih efektif. Denyut nadi respirasi juga bervariasi sesuai periode reaktivitas dan tingkah laku bayi namun biasanya berkisar 120 sampai 140 denyut/menit dan 30 sampai 60 napas/menit. Keduanya diukur selama 60 detik penuh untuk mendeteksi irregularitas pukulan dan irama. Denyut jantung diukur secara apikal dengan stetoskop, dan arteri femoralis dipalpasi untuk menentukan kekuatan dan isinya.

Pengukuran tekanan darah dianjurkan; memberikan data dasar yang berguna dan dapat menunjukkan ada/ tidaknya masalah jantung. tekanan darah paling mudah dan paling akurat dikaji dengan osilometri (Dinamap), meskipun alat ini kurang dapat dipercaya jika tekanan arteri rerata di bawah 40 mmHg (Chia dkk, 1990). Pengukuran tekanan darah rutin pada neonatus full-term yang sehat tidak dianjurkan karena merupakan prediktor buruk untuk terjadinya hipertensi di kehidupan berikutnya (American Academy of Pediatrics, 1993). Tekanan osilometrik rerata sistole/diastole adalah 65/41 pada usia 1 sampai 3 hari. Bandingkan tekanan darah ekstremitas atas dan bawah yang seharusnya sama. Kewaspadaan Keperawatan: tekanan sistole di betis kurang 6 sampai 9 mmHg dari tekanan sisitole lengan atas menunjukkan kemungkinan tanda koarktasio aorta dan harus dilaporkan untuk evaluasi selanjutnya. Jadwal yang dianjurkan untuk pemantauan denyut jantung dan respirasi dan suhu bayi adalah saat diterima di unit perawatan bayi, setiap jam selama 2 jam kemudian setiap 8 jam sampai dipulangkan. Akan tetapi, jadwal ini dapat bervariasi bergantung pada kebijakan institusi. Jika ada perubahan pada bayi, seperti warna, pernapas, tonus otot, dan tingkah laku, pemantauan harus lebih sering. Keadaan umum. Sebelum masing-masing sistem tubuh dikaji, penting bagi kita untuk menggambarkan postur umum dan tingkah laku bayi. Keadaan keseluruhan memberikan petunjuk yang sangat berharga mengenai status fisik bayi. Postur neonatus full-term selalu fleksi penuh karena posisi inutero. Kebanyakan bayi dilahirkan dengan presentasi puncak kepala disertai fleksi kepala dan dagu berada pada adad atas, lengan fleksi dengan tangan menggenggam, tungkai fleksi pada lutut dan panggul, dan kaki dorsofleksi. Kolumna vertebralis juga fleksi. Penting diperhatikan beberapa penyimpangan dari posisi fetal yang sangat khas ini. Tingkah laku bayi diperhatikan dengan cermat, terutama derajat kesiagaan, mengantuk, dan iritabilitas, yang merupakan tanda umum masalah neurologis. Beberapa hal yang perlu dipertanyakan ketika kita mengkaji tingkah laku adalah sebagai berikut: Apakah bayi mudah terjaga dengan suara keras?

Apakh bayi merasa nyaman saat diayun-ayun, disusui, atau dibelaibelai? Apakah terlihat adanya periode tidur dalam dan dangkal? Ketika terjaga, apakah bayi tampak puas setelah disusui? Rangsang apa yang dapat menimbulkan respons bayi? Ketika terganggu, bagaimana reaksi bayi?

Kulit. Tekstur kulit bayi baru lahir adalah lembut dan halus, terutama di sekitar mata, tungkai, dan aspek dorsal tangan dan kaki, dan skrotum atau labia. Warnanya bervariasi bergantung pada ras dan latar belakang keluraga dan sangat bervariasi dari satu bayi dan lainnya. Secara umum, bayi kulit putih biasanya merah sampai merah jambu dan bayi kulit hitam kemerahan atau cokelat kekuningan. Kulit bayi keturunan hispanik berwarna seperti zaitun atau agak kuning. Bayi keturunan oruiental berkulit kemerahan atau kekuningan. Warna neonatus penduduk asli Amerika nergantung pada sukunya dan bervariasi dari merah jambu muda sampai gelap, cokelat kemerahan. Pada hari kedua atau ketiga setelah lahir, kulit berubah warnanya menjadi lebih natural dan kering serta bersisik. Kepala. Observasi umum mengenai kontur kepalal cucup penting, karena molding hampir selalu terjadi pada persalinan per vagina. Pada kelahiran dengan presentasi puncak kepala, kepala biasanya mendatar pada dhi, dengan puncak meninggi dan membentuk titik pada ujung tulang parietal, dan tengkorak belakang atau oksiput menurun tajam. Kontur kepala yang lebih oval biasanya jelas terlihat pada hari 1 sampai 2 setelah lahir. Perubahan bentuk terjadi karena tulang-tulang kranium tidak menyatu sehingga memungkinkan terjadinya overlapping pada sisi masing-masing tulang tersebut untuk mengakomodasi ukuran jalan lahir selama persalinan. Molding tersebut tidak terjadi pada bayi dengan sesar. Enam tulang-frontalis, oksipitalis, dau parieyalis, dan dua temporalismembantuk kranium. Di antara sambungan antara tulang-tulang tersebut melekat pita jaringan ikat yang dinamakan sutura. Di antara sambungan sutura, terdapat daerah yang lebih luas dari jaringan membranosa tidak terosifiksai yang dinamakan fontanela. Dua fontanela yang paling tampak pada bayi adalah

fontanela naterior, dibentuk oleh sambungan antara sutura sagitalis, koronalis, dan frontalis, dan fontanela posterior, dibentuk oleh sambungan sutura sagitalis dan lambdoidea. TIP KPERAWATAN: lokasi sutura mudah diingat karena sutura koronalis memahkotai kepala dan sutura sagitalis memisahkan kepala. Palpasi tengkorak untuk mengetahui adanya sutura dan fontanela yang masih paten, perhatikan ukuran, bentuk, molding, atau penutupan abnormal. Sutura teraba seperti retakan antara tulang-tulang kepala, dan fontanela terabab seperti ruang lunak yang luas pada sambungan sutura. Palpasi dilakukan dengan ujung jari telunjuk dan menyususri tepian kepala. Fontanela anterior berbentuk berlian dan berukuran 4 sampai 5 cm (sekitar 2 inci) pada titik terlebarnya (dari tulang ke tulang, bukan dari sutura ke sutura). Fontanela posterior mudah ditemukan dengan mengikuti sutura sagitalis ke arah oksiput. Fontanela posterior berbentuk segitiga, biasanya berukuran natara 0,5 sampai 1 cm (kurang dari inci) pad bagian terluasanya. Fontanela normal teraba datar, keras dan berbatas tegas terhadap sisi-sisi tulang tengkorak. Sering terlihat pulsasi pada fontanela anterior. Batuk, menangis, atau berbaring dapat menyebabkan fontanela menggembung dan lebih tegang sementara. Lakukan palpasi tengkorak untuk menemukan mssa atau tonjolan tidak lazim, terutama yang dihasilkan oleh truma kelahiran, seperti kaput suksedaneum atau sefalhematoma. Karena lenturnya tengkorak, penekanan batas tulang parietal dan oksipital sepanjang sutura lambdoidea dapat menimbulkan sennsasi serupa dengan menekan bola pingpong. Fenomane ini, yang dikenal sebagai kraniotabes fisiologis, normal ditemukan, terutama neonatus dengan presentasi bokong, namun bisa juga mengindikasikan hidrpsefalus, sifilis bawaan, atau rikets. KEWAPADAAN Keperawatan. Catat selalu dan laporkan adanya tanda fontanela yang melebar, tegang, gembung (tanda peningkatan tekanan intrakranial) dan adanya fontanela yang sangat cekung dan tenggelam (tanda dehidrasi).

Kaji derajat kontrol kepala. Meskipun lag kepala normal pada bayi baru lahir, tetapi derajat kemampuan mengontrol kepala pada posisi tertentu harus dperhatikan. Apabila bayi telentang ditarik lengannya ke posisi semi Fowler,

akan terlihat lag kepala dan hiperekstensi. Akan tetapi, begitu bayi dibawa ke depan ke posisi duduk, bayi akan berusaha mengontrol kepala ke posisi tegak. Ketika kepala menunduk ke arah adad, banyak bayi berusaha untuk menegakkannya kembali. Begitu juga jika bayi ditahan dengan bantalan ventral (mis., ditahan tengkurap di atas dan paralel pada meja periksa), bayi akan menahan kepala sejajar kolumna spinalis. Saat posisi tengkurap, bayi meiliki kemampuan untuk mengangkat kepala sedikit, menoleh ke kanan dan ke kiri. Lag kepala jelas terlihat pada neonatus dengan sindrom Down, prematuritas, hipoksia, dan kerusakan otak. KEWASPADAAN Keperawatan. Laporkan adanya tanda lag kepala yang berlebihan dan perhatikan tanda lain yang mungkin menunjukkan adanya defisit neurologis. Mata. Karena bayi baru lahir cenderung menutup matanya kuat, maka sebaiknya kita terlebih dahulu memeriksa kelopak untuk mengetahui ada/tidaknya edema, yang normalnya muncul selama 2 hari pertama setelah persalinan. Perhatikan kesimetrisan mata. Air mata mungkin keluar saat lahir, namun cairan purulen yang keluar dari mata segera setelah lahir abnormal. KEWASPADAAN Keperawatan. Laporkan adanya cairan purulen, yang

menunjukkan oftalmia neonatorum (konjungtivitas infeksiosa bayi baru lahir). Untuk melihat struktur permukaan mata, bayi dipegang telentang, dan kepala sedikit diturunkan. Mata biasanya akan terbuka, sama dengan mekanisme mata boneka. Sklera harus terlihat putih dan jernih. Kornea diperiksa untuk mengetahui adanya kekeruhan atau pengkabutan. Refleks kornea normalnya sudah ada saat lahir namun biasanya tidak terlihat kecuali dicurigai adanya kerusakan otak atau mata. Pupil biasanya akan berespons terhadap cahaya dengan cara berkonstriksi. Pupil normalnya tidak segaris. Biasanya pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya nistagmus. Strabismus merupakan temuan normal karena buruknya penglihatan binokular. Perhatikan warna irirs. Kebanyakan bayi berkulit terang warnanya abu sabak atau biru gelap, sedangkan bayi berkulit gelap berwarna cokelat. KEWASPADAAN Keperawatan. Catat selalu dan laporkan hilangnya refleks merah yang mungkin menunjukkan adanya perdarahan retina atau katarak bawaan.

Pemeriksaan funduskopik cukup sulit dilakukan karena bayi cenderung menutup mata kuat-kuat. Akan tetapi, refleks merah harus diperiksa. Telinga. Pemeriksaan telinga mencakup posisi, struktur, dan fungsi

pendengarannya. Puncak spina biasanya terletak pada bidang horizontal segaris dengan kantus mata. Pina seringkali menempel pada sisi kepala akibat tekanan dalam uterus. Pemeriksaan otoskop biasanya tidak diperlukan karena kanalis terisi verniks kaseosa dan cairan amnion, sehingga menyulitkan visualisasi membrana timpani. Kemampuan pendengaran diuji dengan berbagai uji pendengaran objektif. Membunyikan suara keras dekat kepala bayi dapat atau tidak menimbulkan respons; namun, tidak adanya respons bukan merupakan petunjuk jelas adanya kehilangan pendengaran. Refleks terkejut dapat dilihat saat suara keras mendadak dibunyikan dekat bayi atau basinet yang bertubrukan secara tidak sengaja, tetapi sangat bergantung pada status bayi saat itu. Hidung. Hidung biasanya datar setelah lahir, dan memar sering terjadi. Patensi kanalis nasalis dapat dikaji dengan menutup mulut dan salah satu lubang hidung dengan tangan dan perhatikan aliran udara melalui lubang yang tidak tertutup. Apabila patensi hidung meragukan, segera laporkan, karena kebanyakan bayi baru lahir bernapas melalui hidung secara obligatif. Bersin dan mukus encer putih adalah biasa, tetapi jika cairannya kental, berdarah tanpa bersin mungkin menunjukkan adanya hidung buntu karena sifilis bawaan. KEWASPADAAN Keperawatan. Selalu laporkan jika ditemukan lubang yang melebar, karena ini merupakan tanda kekurangan udara akibat distres respirasi. Mulut dan tenggorokan. Defek eksterna mulut seperti celah bibir mudah dilihat, namun struktur internal memerlukan inspeksi yang cermat. Langit-langit normalnya melengkung tinggi dan agak sempit. Jarang sekali yang sudah bergigi. Temuan yang sering adalah mutiara Epstein, suatu kista epitel kecil, putih sepanjang kedua sisi garis tengah palatum durum. Kista ini tidak bermakna klinis dan akan menghilang dalam beberapa minggu. Frenulum bibir atas merupakan pita jaringan tebal, merah jambu yang terletak di bawah permukaan dalam bibir atas dan akan memanjang ke rigi alveolar maksila. Terutama terlihat jelas saat anak menguap atau tersenyum dan akan menghilang seiring pertumbuhan maksila.

Frenulum lidah melekatkan susu bawah lidah di garis tengah antara permukaan ventral lidah dan ujung dasar mulut. Pada beberapa kasus, frenulum lidah yang sempit, yang dinamakan dasi-lidah, dapat membatasi pengisapan yang adekuat. Evaluasi lebih jauh mungkin diperlukan untuk memastikan keadekuatan pengisapan terutama pada bayi yang mendapat ASI. Penanganan frenulum lidah yang sempit pada bayi masih kontroversi; namun pemotongan frenulum di ruang perawatan bayi tidak dianjurkan (Godley, 1994; Wright, 1995). Bangkitkan refleks mengisap dengan meletakkan puting atau jari memakai sarung tangan nonlateks dalam mulut bayi. Bayi harus memperlihatkan pengisapan yang kuat dan bersemangat. Refleks rooting dibangkitkan dengan menggores pipi dan perhatikan respons bayi dengan menoleh ke sisi yang dirangsang dan mengisap. Uvula dapat diinspeksi ketika bayi menangis dan dagu ditekan. Namun, uvula terkadang dapt teretraksi ke atas dan ke belakang saat menangis. Jaringan tonsil biasanya tidak terlihat pada bayi baru lahir. Gigi natal, gigi yang sudah ada saat lahir, sebaliknya gigi neonatal, gigi yang terlepas selama bulan pertama kehidupan. Kedua gigi ini jarang ditemukan dan gigi yang lepas terutama terjadi pada gigi seri bawah. Laporan tentang ada/tidaknya gigi sering kali dibuat berkaitan dengan abnormalitas perkembangan atau sindrom tertentu, termasuk sumbing celah bibir dan langit-langit. Kebanyakan gigi natal mudah terlepas. Akan tetapi, pendapat terkini menganjurkan agar gigi tersebut dipertahankan sampai terlepas dengan sendirinya secara alamiah (McDonald dan Avery, 1994), kecuali jika mengganggu pemberian ASI karena bayi menggigit payudara. Leher. Karena leher bayi baru lahir pendek dan ditutupi oleh lipatan jaringan, saat melakukan pengkajian leher, sebaiknya kepala perlu sedikit dijatuhkan ke belakang dengan posisi hiperekstensi, sedangkan punggung ditahan dengan posisi agak tegak. Perhatikan kisaran geraknya, bentuk, dan adanya massa tidak normal, dan lakukan palpasi serta bandingkan masing-masing klavikula jika ada fraktur. Dada. Bentuk dada bayi baru lahir hampir selalu bulat karena diameter anteropoterior dan lateralnya sama. Tulang rusuk sangat lentur, dan sedikit retraksi interkostal bisa terlihat saat inspirasi. Prosesus xifoideus biasanya

terlihat sebagai tonolan kecil pada ujung sternum. Sternum biasanya meninggi dan sedikit melengkung. Lakukan inspeksi dada berkenaan dengan ukuran, bentuk, dan bentukan lokasi, dan jumlah puting. Pembesaran payudara sering terlihat pada bayi baru lahir dari kedua jenis kelamin pada hari ke dua atau ke tiga dan disebabkan oleh hormon maternal. Terkadang cairan serupa susu, yang dinamakan susu penyihir, disekresi dari payudara bayi pada akhir minggu pertama. Puting berlebih dapat ditemukan di dada atau bahkan aksila. Paru. Pernapasan normal bayi baru lahir tidak teratur dan abdominal, serta frekuensinya berkisar antara 30 dan 60 kali/menit. Henti napas yang kurang dari 20 detik masih dianggap normal. Awalnya napas bayi kuat, tetapi selanjutnya bayi bernapas tenang dan iramanya teratur. Terkadang terjadi ketidakteraturan sehubungan dengan menangis, tidur, dan menyusu. Lakukan auskultasi ketika bayi sedang tenang. Suara napas bronkial harus sama pada kedua sisi. Perbedaan temuan auskultasi antara kedua sisi yang seharusnya simetris harus dilaporkan. Krepitasi segera setelah lahir menunjukkan adanya daerah paru yang mengalami atelektasis, yang menunjukkan transisi normal paru ke kehidupan ekstrsuterin. Akan tetapi, mengi, krepitasi menetap, dan ngorok harus dilaporkan untuk penelitian lebih lanjut. Jantung. denyut jantung diauskultasi dengan frekuensi denyutan dari 100 sampai 180 kali/menit segera setelah lahir dan, ketika bayi telah stabil, dari 120 sampai 140/menit. Titik intensitas maksimal (poin of maximum intensity (PMI)) dapat dipalpasi dan biasanya berada pada rongga interkostal empat sampai lima, sebelah medial dari garis midklavikuler kiri. PMI menunjukkan lokasi jantung, yang dapat menggeser pada keadaan tertentu seperti hernia diafragma bawaan atau pneumotoraks. Dekstrokardia, suatu anomali posisi jantung yang terletak di sisi kanan tubuh, harus dilaporkan, akrena organ perut bisa juga terbalik disertai abnormalitas sirkulasi yang mungkin menyertai. Aukultasi komponen spesifik bunyi jantung sangat sulit karena cepatnya denyutan dan efektifnya transmisi suara napas. Akan tetapi, banyi pertama (S1) dan bunyi kedua (S2) harus jelas dan tegas, bunyi kedua sedikit lebih tinggi dan tajam daripada yang pertama. Bising sangat sering terdengar pada bayi baru lahir, terutama pada sekitar dasar jantung atau di sebelah kiri batas sternum

rongga interkostal tiga dan empat. Biasanya, bunyi tersebut tidak berhubungan dengan defek jantung tertentu, karena sering kali menunjukkan penutupan fungsional yang belum komplet dari pintasa fetal. Akan tetapi, harus dicatat dan dilaporkan adanya bising atau bunyi lain yang tidak normal. Abdomen. Kontur normal abdomen adalah silindris dan biasanya menonjol dengan beberapa vena yang tampak. Bising usus terdengar dalam 15 sampai 20 menit setelah kelahiran. Gelombang gerakan peristaltik dapat terlihat pada bayi kurus namun tidak akan terlihat pada bayi dengan nutrisi baik. Lakukan inspeksi tali pusat untuk menentukan adanya dua arteri, yang tampak seperti struktur papula, dan satu vena, yang lumennya lebih besar dari arteri dengan dinding yang lebih tipis. Saat lahir, tali pusat tampak putih kebiruan dan lembab. Setelah diklem, tali pusat mulai mengering dan tampak cokelat kekuningan suram dan dengan cepat akan mengerut ukurannya dan menjadi hitam kehijauan. Apabila diameter tali pusat tampak besar pada pangkalnya, lakukan inspeksi adanya hematoma dan omfalokel kecil. Apabila tali pusat diklem pada daerah dengan omfalokel, usus yang ada di dalamnya akan terjepit sehingga menyebabkan nekrosis jaringan usus. Salah satu petunjuk praktis adalah memotong tali pusat 4 sampai 5 inci distal dan pembesaran yang tidak normal tadi sampai pemeriksaan selanjutnya dilakukan oleh dokter. Panjang tali pusat yang berlebihan dapat dipotong kemudian jika tidak ditemukan patologi. Lakukan palpasi setelah menginspeksi perut. Hati normalnya teraba 1 sampai 3 cm di bawah batas kosta kanan. Ujung limpa kadang-kadang dapat teraba, tetapi jika teraba lebih dari 1 cm di bawah batas kosta kiri, hal ini menunjukkan adanya pembesaran dan memerlukan pmeriksaan labih lanjut. Meskipun kedua ginjal harus dipalpasi, manuver ini memerlukan latihan keras. Apabila teraba, setengah bawah ginjal kanan dan ujung ginjal kiri terletak 1 sampai 2 cm di atas umbilikus. Selama pemeriksaan abdomen bagian bawah, terutama penting dilakukan palpasi denyut femoral, yang normalnya kuat dan sama kanan-kiri. KEWASPADAAN Keperawatan. Ketiadaan denyut femoral menujukkan

koarktasio aorta, suatu defek jantung bawaan. Denyut femoral lemah atau tidak ada harus selalu dilaporkan untuk evaluasi labih lanjut.

Genitalia femina. Normalnya, labia minora, labia mauora, dan klitoris tampak edema, terutama setelah persalinan presentasi bokong. Walupun demikian, labia dan klitoris harus diinspeksi secara teliti untuk mengidentifikasi adanya tanda genitalia ambigu atau abnormalitas lain. Normalnya, lubang uretra wanita terletak di belakang klitoris. Hampir semua bayi baru lahir perempuan memiliki himen, dan data ini harus dicatat dalam status untuk rujukan di masa depan dalam kasus yang berhubungan dengan kekerasan seksual. Himenal tag kadang-kadang terlihat dari muara posterior vagina yang tersusun atas jaringan himen dan labia minora dan menghilang dalam beberapa minggu. Umumnya lubang vagina tidak diperiksa. Cairan vagina mungkin ditemukan selama seminggu pertama kehidupan. Pseudomenstruasi ini merupakan manifestasi penurunan mendadak hormon maternal dan biasanya menghilang pada minggu ke 2 sampai 4. Cairan tinja dari muara vagina menunjukkan adanya fistula rektovagina dan harus dilaporkan. Verniks kaseosa mungkin terdapat dalam jumlah banyak diantara labia. Genitalia maskulina. Penis diinspeksi pada lokasi muara uretranta, yang biasanya terletak di ujung. Akan tetapi, muara bisa sama sekali tertutup prepisium, atau kulup, yang menutupi glans penis. Prepisium ketat sering ditemukan pada bayi baru lahir. Jangan diretraksi dengan paksa; untuk mencari meatus urinarius biasanya bisa dilakukan tanpa retraksi terutup (Fletcher, 1994). Smegma, suatu zat seperti keju, sering ditemukan di sekitar glans penis, di bawah kulup. Lesi kecil, putih, keras yang dinamakan mutiara epitel dapat ditemukan di ujung prepusium. Ereksi sering terjadi pada bayi baru lahir. Skrotum besar, bengkak, dan menggantung akan ditemukan pada bayi full-term, terutama bayi dengan posisi presentasi bokong. Warnanya lebih gelap pada ras berkulit hitam. Hidrokel nonkomunikata biasanya terjadi unilateral dan menghilang dalam beberapa bulan. Palpasi skrotum harus selalu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya testis. Pada bayi baru lahir yang kecil, terutama bayi prematur, testis yang belum turun dapat teraba dalam kanalis inguinalis. Tiadanya testis juga merupakan salah satu tanda genitalia ambigu, terutama jika disertai skrotum dan penis kecil. Hernia inguinalis mungkin sudah atau belum

bermanifestasi segera setelah lahir. Hernia lebih mudah terdeteksi ketika bayi sedang menangis. Limfonodi yang tearaba sering ditemukan di daerah inguinalis. Punggung dan anus. Lakukan inspeksi tulang belakang dengan posisi bayi berbaring tengkurap. Bentuk tulang belakang biasanya membulat lembut, tanpa tanda khas lengkung-S yang terlihat dikemudia hari. adanya lubang, massa, cekungan, atau daerah lunak yang tidak normal harus dicatat. Kantong yang menonjol sepanjang tulang belakang, namun yang tersering di daerah sakral, menunjukkan beberapa bentuk spina bifida. Sinus kecil, yang mungkin berhubungan dengan tulang belakang, merupakan sinus pilonidal. Sinus ini biasanya tertutup oleh sejumput rambut. Meskipun tidak bermakna patologis, suatu kista pilonidal mungkin menunjukkan adanya spina bifida okulta atau mungkin merupakan muara ke kolumna spinalis. Dengan posisi yang masih telungkup, perhatikan kesimetrisan lipatan gluteal. Laporkan setiap adanya asimetri; uji displasia perkembangan panggul dilakukan oleh pemeriksa terlatih. Adanya muara anus dan keluarnya mekonium selama 24 sampai 48 jam pertama kehidupan menunjukkan patensi anal. Apabila dicurigai anus imperforatus dan tidak segera ketahuan, maka kateter kecil dapat dimasukkan ke muara anus oleh dokter. KEWASPADAAN Keperawatan. Jangan menggunakan jari yang bersarung tangan atau termometer rektal untuk menguji patensi anal karena dapat menimbulkan resiko perforasi mukosa, juga, termometer yang berdiameter kecil dapat melalui anus yang stenosis sekalipun. Laporkan selalu adanya kegagalan pengeluaran mekonium pada 48 jam. Ekstremitas. Periksa ekstremitas mengenai kesimetrisan, kisaran gerak, dan refleks. Hitung jari tangan dan kaki dan catat adanya kelebihan jari (polidaktili) atau menyatunya jari-jari (sindaktili). Sindaktili parsial antara jari kaki dua dan tiga merupakan variasi yang sering terjadi pada bayi normal. Dasar kuku harus berwarna merah jambu, meskipun sedikit kebiruan terlihat pada akrosianosis. Telapak tangan harus memiliki garis-garis. Bayi baru lahir full-term biasanya memiliki garis-garis yang menutupi seluruh permukaan telapak tangan dan kaki. Telapak kaki datar dengan bantalan kaki yang menonjol.

Perhatikan kisaran gerak ekstremitas sepanjang pemeriksaan. Bayi baru lahir akan memperlihatkan kisaran gerak penuh pada sendi siku, panggul, bahu dan lutut. Gerakan harus simetris, lembut dan tanpa tahanan. Ketiadaan gerakan lengan menandakan potensial paralisis cedera kelahiran seperti Klumpke atau Erb-Duchenne palsy (Alexander and Kuo, 1997). Adanya refleks Moro parsial atau asimetris memberi kewaspadaan bagi dokter untuk melakukan evaluasi mobilitas ekstremitas atas lebih lanjut. Periksa ekstremitas bawah mengenai panjang tungkai, kesimetrisan, dan abduksi serta fleksi panggul. Kaji juga tonus otot. Dengan berusaha mengekstensikan ekstremitas yang fleksi, tentukan apakah tonusnya sama pada kedua sisi. Ekstensi ekstremitas biasanya akan mendapat tahanan, dan ketika dilepas, ekstremitas akan kembali ke posisi fleksi seperti sebelumnya. Hipotonia menunjukkan adanya hipoksia, gangguan neurologis, atau sindrom Down derajat tertentu. Tonus yang asimetris mungkin menunjukkan derajat paralisis akibat kerusakan otak atau kerusakan saraf. Kegagalan menggerakkan tungkai bawah menunjukkan lesi atau cedera korda spinalis. Tremor, kedutan, dan gerakan mioklonik merupakan tanda kejang neonatal atau bisa juga menunjukkan sindrom lepas obat narkotika neonatal. Menggigil atau tremor sementara biasanya normal. Dua refleks harus dibangkitkan. Pertama adalah refleks menggenggam. Sentuhan pada telapak tangan atau kaki dekat dasar jari-jari akan menyebabkan fleksi atau menggenggam. Kedua adalah refleks Babinski. Goresan pada bagian luar telapak kaki ke atas dari tumit sepanjang boal kaki akan menyebabkan dorsofleksi ibu jari dan hiperekstensi jari lainnya. Sistem neurologis. Pengakajian status neurologis merupakan bagian kritis pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir. Kebanyakan uji neurologis silakukan selama evaluasi sistem tubuh, seperti membangkitkan refleks lokal dan mengobservais postur, tonus otot, dan kontrol kepala serta gerakan. Akan tetapi, beberapa refleks seluruh tubuh (tubuh total) penting juga untuk dibangkitkan. Lakukan uji tersebut pada akhir pemeriksaan, karena uji ini dapat mengganggu bayi dan mempengaruhi auskultasi. Catat dan laporkan jika refleks tidak ada, asimetris, menetap atau lemah. 3. Pengkajian Transisional: Periode Reaktivitas

Bayi baru lahir memperlihatkan karakteristik tingkah laku dan fisiologis yang mungkin pada mulanya merupakan tanda stres. Akan tetapi, selama 24 jam, perubahan denyut jantung, respirasi, akitivitas motorik, warna, produksi mukus, dan aktivitas usus akan muncul secara berurutan. Urutan yang dapat diramalkan normal dan menunjukkan tidak adanya stres. Selama 6 sampai 8 jam setelah kelahiran, bayi akan berada pada periode reaktivitas pertama. Selama 30 menit pertama bayi siaga, menangis keras, menghisap kepalan tangannya dengan penuh nafsu, dan tampak sangat tertarik terhadap lingkungan. Pada saat ini, mata neonatus biasanya terbuka, sehingga merupakan kesempatan yang sangat baik bagi ibunya, ayahnya, dan si anak untuk saling melihat satu sama lain. Karena bayi menghisap dengan kuat, hal tersebut juga merupakan kesempatan yang baik untuk memulai pemberian ASI. Bayi biasanya segera meraih puting dan hal ini memusakan baik untuk ibu maupun bayi. Momen ini penting untuk selalu diingat perawat, karena setelah keadaan yang sangat aktif ini, bayi akan segera mengantuk dan tidak tertarik lagi untuk menghisap. Secara fisiologis, frekuensi pernapasan selama periode ini bisa mencapai 80 kali/menit, terdengar krepitasi, denyut jantung mencapai 180 kali/menit; bising usus akitif, sekresi mukus meningkat, dan suhu menurun. Setelah stadium awal kesiagaan dan aktivitas, bayi akan memasuki stadium kedua periode rektif pertama, yang biasanya berlangsung 2 sampai 4 jam. Denyut jantung dan pernapasan menurun, suhu terus menurun, produksi mukus berkurang, dan kemih atau tinja biasanya tidak keluar. Bayi dalam keadaan tertidur dan relatif tenang. Segala upaya yang berkaitan dengan rangsangan biasanya hanya membangkitkan respons minimal. Karena suhu tubuh terus menurun, maka jangan melepas baju atau memandikan selama waktu ini. Periode rektivitas kedua dimulai ketika bayi bangun dari tidur nyenyak; berlangsung 2 sampai 5 jam dan merupakan kesempatan berharga lain untuk anak dan orang tuanya untuk saling berinteraksi. Bayi kembali siaga dan responsif, denyut jantung dan pernapasan meningkat, refleks gag menjadi aktif, sekresi lambung dan respirasi nmeningkat, dan sering kali mengeluarkan mekoneum. Periode ini biasanya selesai setelah jumlah mukus respirasi berkurang. Setelah stadium ini, berlangsung periode stabilisasi sistem fisiologis dan pembentukan pola tidur dan aktivitas.

4. Pengkajian Tingkah Laku Area penting lain dari pengkajian adalah observasi tingkah laku. Tingkah laku bayi akan membentuk lingkungannya, dan kemampuannya untuk bereaksi terhadap berbagai rangsang yang mempengaruhi hubungan orang lain dengannya. Area utama tingkah laku pada bayi baru lahir adalah tidur, bangun, aktivitas, seperti menangis. Salah satu metode yang secara sistematis mengkaji tingkah laku bayi adalah penggunaan Brazelton Neonatal Behavioral Assessment Scale (BNBAS) (Beazelton dan Nugent, 1996). BNBAS adalah suatu pemeriksaan interaktif yang mengkaji respons bayi terhadap 28 item yang disusun berdasarkan kumpulan habituasi, orientasi, kinerja motorik, kisaran keadaan, regulasi keadaan, stabilitas autonomik, refleks. Biasanya skala ini digunakan sebagai alat riset atau diagnostik dan memerlukan pelatihan khusus. Habituasi Kemampuan resposn merespons, kemudian yang menunjukkan jelas (cahaya,

terhadap

rangsang

klintingan, bel, tusukan jarum) ketika sedang tidur. Orientasi Kualitas keadaan siaga dan kemampuan untuk

memperhatikan rangsang visual dan auditorius ketika sedang siaga. Kinerja motorik Kisaran keadaan Kualitas gerakan dan tonus. Mengukur tingkat kesiagaan umum atau kemampuan bangun bayi. Regulasi kedaan Stabilitas autonomik Bagaimana bayi berespons ketika terjaga. Tanda stres (tremor, melotot, warna kulit) sehubungan dengan penyesuaian homeostatik (regulasi-diri) sistem saraf. Refleks Pengkajian beberapa refleks neonatus.

Selain penggunaannya sebagai alat inisial dan seterusnya untuk mengkaji respons neurologis dan tingkah laku. Skala ini dapat pula digunakan untuk mengkaji hubungan inisial orang tua-anak. Sebagai instrumen preventif yang mampu mengidentifikasi pemberi asuhan sebagai individu yang memperoleh manfaat dari model peran, dan sebagai panduan untuk membantu orang tua

memusatkan

perhatian

pada

bayi

mereka

secara

individual,

serta

mengembangkan keterikatan yang mendalam pada anak mereka. Studi telah menunjukkan bahwa dengan memperlihatkan kepada orang tua karakteristik unik bayi, akan tercipta persepsi orang tua yang lebih positif terhadap bayi mereka untuk berkembang, selain meningkatkan interaksi antara bayi dan orang tua. Pola tidur dan ativitas. Bayi baru lahir memulai hidup dengan jadwal sistematis tidur dan bangun yang pada awalnya jelas selama peride reaktivitas. Setelah periode awal tersebut, tidak jarang bayi tidur hampir konstan selama 2 sampai 3 hari kemudian untuk pulih karena proses kelahiran yang melelahkan. Bayi memiliki enam keadaan tidur-bangun berbeda yang merupakan khas kontrol neural. KEDAAN/TINGKAH LAKU TIDUR DALAM (TENANG) Mata tertutup Bernapas teratur Tak ada gerakan kedutan kecuali tubuh IMPLIKASI PARENTING Lanjutkan rubah saja suara-suara karena

yang

biasa

rangsang eksternal tidak akan membanagunkan bayi Biarkan bayi sendirian jika ada suara keras mendadak bayi dan

kadang mendadak

Tak ada gerakan mata

membangunkan

menyebabkan bayi menangis Jangan mencoba menyusui Rangsang eksternal yang tidak dapat membangunkan bayi selama tidur teratur dapat membangunkan anak minimal Mengeluh atau menangis

TIDUR RINGAN (AKTIF) Mata tertutup Bernapas tidak teratur Kedutan otot tubuh ringan Gerakan mata cepat (REM) di bawah kelopak mata yang tertutup Mungkin tersenyum

periodik adalah biasa; jangan mengartikan sebagai indikasi adanya nyeri atau

ketidaknyamanan MENGANTUK Mata mungkin terbuka Kebanyakan rangsang dapat membangunkan bayi namun

Gerakan tubuh aktif bervariasi, kadang-kadang terkejut ringan

bayi mungkin bernapas tidak teratur akan kembali tidur lagi Gendong bayi pada kondisi seperti ini daripada

membiarkannya tetap dalam tempat tidur Berikan rangsang ringan untuk membangunkan Mungkin menikmati mengisap nonnutritif SIAGA TENANG Mata terbuka lebar dan terang Berespons terhadap Memuaskan kebutuhan bayi seperti mengisap baik ketika lapar maupun nonnutritif Letakkan bayi di area rumah tempat aktivitas berlangsung Letakkan mainan di tempat tidur atau tempat bermain Letakkan objek dalam 17,5-20 cm (7-8 inci) dari pandangan bayi SIAGA AKTIF Dapat memulai suara Pindahkan ke boks. Hilangkan rangsang internal atau eksternal yang ekstensif karena sensitivitas terhadap rangsang telah meningkat

lingkungan dengan gerakan tubuh aktif dan menetap pada objek dekat Aktivitas tubuh minimal Bernapas teratur Memusatkan perhatian pada rangsang

ketakutan dan sedikit gerakan tubuh Mata terbuka Naps tidak teratur pada menangis,

MENANGIS Mengarah

Upaya

kenyamanan

yang

efektif selama keadaan siaga biasanya tidak efektif Goyang dan buat untuk

kuat, marah, dan gerakan ektremitas yang tak teratur Mata terbuka atau tertutup

mengurangi tangisan

rapat Menyeringai Bernapas tidak teratur

Upayakan untuk mengurangi kelelahan, lapar, atau

ketidaknyamanan

Dengan meningkatnya maturitas masa gestasi dan paskakonsepsi, maka setiap keadaan menjadi lebih jelas sesuai tingkah laku yang terlihat. Keadaan didefinisikan sebagai sekelompok sifat yang teratur muncul bersama (Blackburn dan Loper, 1992) dan tersusun atas aktivitas tubuh, gerakan mata dan wajah, pola pernapasan, dan respons terhadap rangsang internal dan eksternal. Enam keadaan tidur-bangun tersebut adalah: tidur tenang (dalam), tidur aktif (ringan), mengantuk, terjaga (tenang), siaga aktif, dan menangis. Bayi berespons terhadap faktor lingkungan internal dan eksternal dengan mengontrol kemampuan masukan sensoris dan mengatur keadaan tidur-bangun;

untuk melakukan transisi halus di antara keadaan tersebut

dinamakan modulasi keadaan. Kemampuan untuk mengatur keadaan tidurbangun sangat penting dalam perkembangan tingkah laku-neural bayi. Semakin imatur bayi, semakin kurang kemampuannya menghadapi faktor eskternal dan internal yang mempengaruhi pola tidur-bangun. Pengenalan dan pengetahuan keadaan tidur-bangun sangat penting dalam perencanaan asuhan keperawatan. Perawat harus mambantu orang tua dan pemberi asuhan untuk memahami pentingnya respons tingkah laku bayi terhadap asuhan sehari-hari dan bagaimana keadaan ini dapat diubah. Contoh klasik adalah bayi baru lahir yang minum dengan kuat pada keadaan siaga dibandingkan ketika keadaan tidur dalam. Pengkajian neurologik bayi baru lahir dalam keadaan siaga ktif akan berbeda secara bermakna dibandingkan keadaan tidur dalam. Secara khas, bayi baru lahir tidur selama 16 sampai 18 jam dan tidak harus mengikuti pola irama diurnal terang-gelap; penambahan peningkatan usia keadaan tidur-bangun akan berubah, dengan peningkatan waktu yang dihabiskan untuk keadaan siaga bangun dan pengurangan lama tidur. Kurang lebih 50% total tidur dihabiskan untuk tidur REM atau tidak teratur. Menangis. Bayi baru lahir harus mulai kehidupan ekstrauterin dengan menangis kuat dan keras. Suara tangisan tersebut dapat menggambarkan lapar, marah,

nyeri dan mencari perhatian. Suara tidak nyaman (nyeri) awalnya terdiri atas isakan dan tangisan dengan konsonan H yang denga jelas dapat dibedakan. Durasi menangis sangat bervariasi pada setiap bayi begitu juga durasi pola tidur. Beberapa bayi baru lahir mungkin bisa menangis hanya 5 menit, tetapi ada juga yang sampai 2 jam atau lebih per hari. pemeberian susu biasanya menghentikan tangisan jika lapar menjadi penyebabnya. Membedung atau membungkus bayi rapat dengan selimut dapat merangsang tidur dan mempertahankan suhu tubuh. Menggoyang bayi akan mengurangi tangisan dan menginduksi siaga tenang atau tidur. Variasi pada tangisan awal dapat menunjukkan abnormalitas. Tangisan karena mengeluh lemah atau mendesah selama ekspirasi biasanya menunjukkan gangguan respirasu. Tangisan konstan, lemah, atau absen perlu diselidiki lebih lanjut untuk mencari kemungkinan gangguan putus obat atau masalah neurologis. 5. Pengkajian Tingkah Laku Kelekatan Salah satu area pengkajian yang paling penting adalah observasi secara cermat tingkah laku yang diperkirakan menunjukkan pembentukan keterikatan emosional antara bayi dan keluarganya, terutama ibu. Tingkah laku tersebut meliputi posisi berhadapan: melepas baju dan menyentuh beyi; tersenyum, mencium dan berbicara kepada bayi; dan menggendong, menggoyang serta membuai anak dekat denga tubuh. PEDOMAN Apabila bayi diberikan kepada orang tua, apakah mereka segera meraih anak tersebut dan memanggil namanya? Apakah orang tua membicarakan mengenai ciri khas bayi tersebut mirip siapa; apa yang tampak isyimewa pada bayinya dibandingkan bayi lainnya? Ketika orang tua menggendong bayi, kontak tubuh apa yang terjadiapakah mereka merasa enak mengganti posisi bayi; apakah mereka hanya menggunakan ujung jari atau seluruh permukaan tangan; adakah bagian tubuh yang mereka hindari untuk disentuh atau adakah bagian tubuh yang mereka selidiki atau teliti? Ketika membangunkan bayi, rangsang apa yang diberikan orang tuaapakah mereka bicara kepada bayinya, satu sama lian, atau tidak bicara:

bagaimana

mereka

memandang

bayi-kontak

visual

langsung,

menghindari kontak mata, atau melihat orang lain atau benda lain? Apakah orang tua tampak merasa nyaman untuk mengasuh bayinya? Apakah mereka memperlihatkan keprihatinan mengenai

kemampuannya atau merasa jika terhadap beberapa aktivitas seperti mengganti popok? Afeksi apa yang mereka perhatikan kepada bayi, seperti tersenyum, membelai, mencium atau menggoyang? Apabila bayi rewel, teknik apa yang dipakai orang tua untuk memberi rasa nyaman pada bayi, seperti menggoyang, membedung, mengajak bicara, atau membelai?

FORMAT PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR Nama Mahasiswa: Nama Ayah-Ibu: Alamat: Riwayat Persalinan BB/TB Ibu:...........kg/ ............cm, Persalinan di:........... Rumah Sakit: Tanggal Pengkajian: Jam Pengkajian:

Keadaan Bayi Saat Lahir Lahir tanggal:................. Jam:............. Jenis kelamin:............. Kelahiran: tunggal/ gemelli Nilai APGAR TANDA NILAI 0 Denyut jantung Usaha napas Tidak ada Lambat Menangis kuat Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Iritabilitas Tidak Gerakan Reaksi aktif Gerakan Tidak ada 1 100 JUMLAH

refleks Warna

bereaksi pucat

sedikit Biru/

melawan Tubuh Kemerahan

kemerahan tangan kaki biru dan

Keterangan: penilaian menit ke-3, penilaian menit ke-5 Tindakan resusitasi................. Plasenta: Berat............... Talipusat: Panjang............ Ukuran................... Jumlah pembuluh darah............... Kelainan..................................... Pengkajian Fisik Umur........hari.........jam Berat Badan:..............gr Panjang Badan:..........cm Suhu:........C Lingkar kepala:..........cm Lingkar dada:............cm Lingkar perut:...........cm KEPALA Bentuk kepala Bulat Lain-lain Molding Kaput Cephalhematom Ubun-ubun Besar Kecil Sutura Mata Posisi................ Kotoran Perdarahan Teinga Posisi................. Bentuk................ Lubang telinga Dada Pergerakan Hidung Mulut Simetris Palatum mole Palatum curum Gigi Lubang hidung Keluaran cuping radung Leher TUBUH Warna Pink Pucat Sianosis Kuning Aktif Kurang Simetris Asimetris Retraksi Seesaw STATUS NEUROLOGI Pergerakan leher Pernapasan

Keluaran Jantung & paru-paru Normal Bunyi napas Ngorok Lain-lain Bunyi napas .................x/menit

Refleks

Tendon

(dinilai semua) Moro Rooting Menghisap Babinski Menggenggam Menangis Berjalan Tonus leher NUTRISI Jenis makanan ASI PASI Lian-lain ELIMINASI BAB Pertama: tgl........... jam...... BAK pertama: tgl........... jam.......

Denyut jantung .................x/menit Perut Lembek Kembung Benjolan Bising usus.......x/menit Lanugo........................... Vernix.............................. Mekonium............................ PUNGGUNG Keadaan punggung Simetris Asimetris

Pilonidal dimple DATA LAIN YANG MENUNJANG Fleksibilitas tulang punggung Kelainan............. GENITALIA Laki-laki Normal Hypospadius Epispadius Testis.................. Perempuan Labia minora Menonjol Tertutup labia mayor Keluaran................ Anus EKSTREMITAS Jari tangan Kelainan.............. Kelainan................. (Lab, psikososial, dll)

Kelainan............... Pergerakan Tidak efektif Asimetris Tremor Rotasi paha Nadi Brachial............... Femoral............... Posisi Kaki..................... Tangan................. KESIMPULAN