antropologi sebagai pendekatan studi agama.doc

Upload: ibnu-maulana

Post on 09-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Definisi

ANTROPOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN

PENDAHULUAN

Kehadiran berbagai permasalahan di masyarakat dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Misal, munculnya persolan agama yang dianggap semakin pelik, karena agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khutbah, melainkan secara konsepsional menunujukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.

Persoalan di semua bidang, khususnya agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan normatif dilengkapi dengan pemahaman yang menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.

Agama adalah fenomena universal dan unik serta penuh misteri, berbagai ilmu sosial tertarik untuk mempelajarinya. Ahli sejarah, filsafat, linguistik, psikologi, serta ilmu sosial dan humoniora lainnya mempelajari kehidupan beragama. Berkembanglah sosiologi agama, antrpologi agama, psikologi agama, sejarah agama, di samping ilmu agama (teologi) yang memang dikenal khusus mempelajari ajaran agama

Untuk mengurangi beban kesulitan persoalan pluralitas maka pendekatan antroplogis terhadap fenomena keberagaman manusia adalah sangat penting, sama pentingnya dengan pendekatan fenomenologis terhadap agama. Pendekatan antropologis menyerupai pendekatan dalam wilayah ilmu-ilmu terapan, sedangkan pendekatan fenomenologis menyerupai pendekatan dalam wilayah ilmu-ilmu dasar dalam diskursus keilmuan secara umum.

Dalam tulisan ini, pemakalah mencoba untuk menelusuri kembali pendekatan antropologis yang merupakan satu disiplin ilmu dari cabang ilmu pengetahuan sosial yang memusatkan kajiannya pada manusia sebagai pendekatan, yang dianggap menyelesaikan persolaan munculnya fenomena keberagaman manusia. Selain itu, menjadi lahan subur bagi peneliti karena banyaknya faktor yang mempengaruhi keberagaman, semisal adanya keterlibatan institusi dan pranata sosial kemasyarakatan dalam wilayah keberagaman.A. Mengenal Antropologi1. Pengertian

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia. Ilmu antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia. Menurut Carl Olson, antropologi bisa didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia, baik fungsinya sebagai makhluk hidup-biologis maupun sebagai makhluk yang berbudaya. Sedangkan Harsojo menyebut antropologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Ilmu ini menghususkan pada sifat-sifat badani dan cara-cara produksi, tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya. Jadi dilihat dari sudut pandang antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua segi, yaitu manusia sebagai makhluk biologi dan manusia sebagai makhluk sosio budaya. Antropologi tidak melihatnya secara terpisah, akan tetapi secara holistik sebagai satu kesatuan fenomena bio-sosial.

Jadi antropologi dapat dipahami sebagai suatu disiplin ilmu dari cabang ilmu pengetahuan sosial yang memusatkan kajiannya pada manusia. Antropologi ingin memperolah pandangan yang lebih memadai tentang manusia setelah memperoleh gambaran dari filsafat maupun kontribusi para ilmuan lain pada bidangnya masing-masing.

Perlu diketahui juga bahwa sepanjang waktu, pemahaman antropologi selalu mengalami perubahan. Antropologi bermula pada abad-19 sebagai penelitian terhadap asal usul manusia. Penelitian ini mencakup pencarian atas fosil-fosil dan meneliti spesies dari binatang yang paling dekat dengan manusia serta mengadakan penelitian terhadap masyarakat, dengan mencari tahu apa masyarakat paling tua dan yang tetap survive yang disebut dengan masyarakat primitif. Menurut David N. Gellner antropologi yang semacam ini dianggap sebagai kecelakaan sejarah karena pada waktu itu semua hal dalam ilmu pengetahuan- dilakukan dengan ide besar Evolusi. Hampir seluruh Antropolog-awal dan para ilmuan abad-19 adalah evolusionis. Mereka mengaggap bahwa seluruh masyarakat manusia terstruktur dalam proses aturan kehidupan yang teratur dan masyarakat mereka menduduki top position dalam proses itu. Sedangkan yang lain masih dalam tahap preses evolusi, sehingga dianggap lebih rendah dan bahkan primitif. Oleh karenanya Pendekatan Antropologi dalam studi agama sebagaimana disebutkan oleh Gellner ini adalah antropologi dengan makna antropologi sosial atau kultural karena analisa agama bukanlah bagian penting dari antropologi fisikal.

2. Obyek Kajian dan Pembagian Antropologi

Karena kesimpulan yang dibuat oleh para Antropolog bahwa untuk memperoleh pemahaman yang memadai tentang manusia dengan segala perilakunya mengharuskan penelitian terhadap seluruh umat manusia, maka cakupan antropologi sangatlah luas. Dengan kata lain obyeknya sangatlah luas.

Antropologi mempelajari manusia dan budayanya. Antropologi bertujuan memahami obyek yang dikaji secara totalitas, dari masa lalu yang lebih awal dari kehidupan manusia sampai sekarang, memahami manusia sebagai eksistensi biologis dan kultural. Antropologi mencoba menyingkap asal-usul, perkembangan, perubahan, saling hubungan, fungsi dan arti dari fenomena manusia. Dengan demikian, kajian antropologi bersifat holistik dan berwawasan budaya. Budaya dipandang sebagai kata kunci untuk memahami perilaku manusia.

Antropologi juga ingin menyelami makna dari simbol, aturan, norma, sistem yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dari segi menyelami makna, antropologi dekat dengan sastra, arts atau humaniora. Karena itu antropologi gabungan antara pendekatan sains dan pendekatan humaniora.

Secara sepintas nampak ada persamaan antara antropologi dan sosiologi. Akan tetapi, antropologi memakai penelitian kualitatif sedangkan sosiologi ada yang menggunakan kualitatif dan ada yang menggunakan kuantitatif. Sosiologi ingin mengungkap teori yang lebih universal sedangkan antropologi ingin mengungkap pemahamannya terhadap suatu kelompok atau masyarakat tertentu secara mendalam dan komprehensif.

Secara garis besar, Antropologi dibagi menjadi dua bidang besar, yaitu (1) Antropologi fisik dan (2) antropologi budaya. Antropologi fisik mengkaji makhluk manusia sebagai organisme biologis. Mempelajari manusia dari sudut jasmaninya dalam arti yang seluas-luasnya. Yang diteliti adalah asal-usul manusia, perkembangan evolusi organik, struktur tubuh dan kelompok-kelompok manusia yang disebut ras. Antropologi ini juga mempelajari pengaruh lingkungan terhadap struktur tubuh manusia.

Sedangkan antropologi budaya adalah cabang besar kedua yang meyelidiki kebudayaan pada umumnya dan kebudayaan-kebudayaan lain dari bangsa-bangsa di seluruh dunia. Ilmu ini memfokuskan pengamatannya pada bagaimana manusia itu mampu berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya sepanjang zaman. Menyelidiki seluruh cara hidup manusia yang dengan bekal akalnya mampu merubah lingkungannya. Jadi secara umum bisa disebutkan bahwa tugas antropologi budaya adalah mengamati, menuliskan dan memahami kebudayaan yang terdapat di dalam masyarakat-masyarakat manusia. Antropologi budaya meneliti segala keanekaragaman kebudayaan manusia dan mencoba menjawab pertanyaan mengapa suatu bangsa itu cara hidupnya, adat istiadatnya, sistem kepercayaannya sistem ekonomi, sistem hukumnya, keseniannya,sistem moralnya berbeda dengan bangsa lain. Dalam penyelidikannya ini antropologi budaya menggunakan pendekatan perbandingan atau komparatif. Antropologi budaya menurut Koentjoroningrat memiliki tiga cabang, yaitu (1) prehistori, mempelajari sejarah perkembangan dan persebaran kebudayaan manusi di bumi. (2) etnolinguistik, yang meneliti tentang kata-kata, pelukisan-pelukisan tentang ciri-ciri, juga tentang tata bahasa dari bahasa-bahasa lokal yang tersebar di bumi. (3) etnologi, yang mengkaji kebudayaan-kebudayaan dari suku-suku bangsa di dunia.

B. Antropologi Sebagai Pendekatan dalam Studi Agama

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Antropologi dalam kaitan ini lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan mendasar (grounded) yaitu dengan turun ke lapangan tanpa berpijak pada, atau setidaknya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologi.

Menurut Malinowski, tidak ada bangsa apapun yang tidak memiliki agama dan magi. Para ahli antropologi menanggapi agama dan magi sebagai bagian dari kebudayaan. Keduanya memiliki kemiripan dalam praktek upacara, tetapi berbeda dalam maksud dan penghayatannya. Ritual (upacara) adalah rasional dari mitos yang berkaitan dengan supernatural (yang gaib). Beda agama dan magi, bahwa agama merupakan sikap penghambaan dan penyerahan diri pada yang gaib yang diucapkan dengan doa, sedangkan magi merupakan sikap tindakan untuk menggerakkan kekuatan supernatural bagi kepentingan para pelaku upacara. Kedua hal ini merupakan contoh dari fenomena kehidupan sosial, oleh karenanya para antropolog sejak lama mengerahkan perhatiannya untuk mengkaji praktek agama maupun praktek magi.

Mengkaji fenomena keagamaan berarti mempelajari perilaku manusia dalam kehidupannya beragama. Fenomena keagamaan itu adalah wujud dari sikap dan perilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci, keramat yang berasal dari suatu kegaiban. Perilaku hidup beragama ini menjadi bagian dari kebudayaan yang dapat dikembangkan dalam aneka corak khusus antara suatu lingkup sosial budaya berbeda dengan lingkup sosial budaya lainnya. Antropologi memperhatikan terbentuknya pola-pola perilaku itu dalam tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan manusia.

Sebagai ilmu sosial, pendekatan yang dipakai antropologi agama untuk menjawab masalah yang menjadi perhatiannya adalah pendekatan ilmiah dengan berangkat dari suatu kenyataan yang mengandung masalah. Masalah itu diantaranya apa sebab suatu kenyataan jadi demikian (aneh, bagus atau sangat tidak diinginkan). Selain itu juga bisa dalam bentuk bagaimana mengatasi suatu keadaan yang tidak diinginkan. Cara mengatasinya juga dengan melihat terlebih dahulu apa penyebab keadaan yang tidak diinginkan itu. Dengan pengetahuan mengenai sebab atau hubungan sebab akibat secara teoritis, dilakukan eksperimen terhadap kasus yang akan diatasi. Sadar bahwa manusia adalah makhluk budaya, punya kehendak, keinginan, imajinasi, perasaan, gagasan, kajian yang dilakukan antropologi tidaklah sepereti pendekatan ilmu alam. Pendekatan yang dipakai lebih humanistik, berusaha memahami gejala dari pelaku gejala tersebut yang nota bene punya gagasan, inisiatif, keyakinan, bisa terpengaruh oleh lingkungan dan dapat pulamempengaryhi lingkungan.

Uraian deskriptif didapatkan melalui bahan dari pengamatan dan wawancara langsung kepada obyek penelitian. Kehidupan beragama yang banyak mengandung keanehan ingin diteliti secara ilmiah deskriptif melalui ilmu antropologi. Segala keanehan dan permasalahan yang ingin diketahui dalam kehidupan beragama termasuk asal usul dan penyebab fenomena keagamaan diteliti dengan pendekatan observasi dan wawancara. Oleh karena itu pendekatan antropologi tidak menjawab bagaimana seharusnya beragama menurut kitab suci, tetapi bagaimana menurut penganutnya. Yang dalam kitab suci adalah bagaimana seharusnya sedangkan yang menurut penganutnya adalah hasil olah pikir dan rasa manusia, sudah dalam dunia interpretasi manusia, bersifat empirik, baik yang dialami, diyakini, dikerjakan maupun yang dirasakan oleh manusia. Hal-hal inilah yang dapat diteliti.

Berbeda dengan sosiologis, terutama paradigma positivistik atau fakta sosial yang ingin menjadikan sosiologi seperti ilmu alam yang bebas nilai, antropologi menggunakan pendekatan dari dalam. Fenomena budaya yang dihasilkan oleh agama dipahami menurut interpretasi pemeluknya sendiri, tidak menurut kaca mata peneliti. Untuk memahami suatu simbol keagamaan misalnya, ditanyakan kepada pemeluknya sendiri. Sebagai kajian antropologis, beragamanya manusia ingin dipelajari secara mendalam sampai dasar-dasar fundamental dari kehidupan beragama dan asal-usul manusia beragama.

Contoh yang nampak golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan keagamaan messianis, yang menjajikan perubahan tatanan sosial kemasyarkatan. Sedangkan golongan orang kaya lebih cenderung untuk mempetahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkannya

Menurut Hilman Hadikusuma, sebagaimana disebutkan oleh Bustanuddin Agus, ada empat macam metode untuk menjawab persoalan antropologi agama. Yaitu (1) metode historis, dengan menelusuri data sejarah dan asal usul masalah, seperti asal-usul kepercayaan masyarakat kepada Tuhan. (2) metode normatif, yaitu kajian terhadap norma-norma, patokan-patokan, nilai-nilai yang berlakudalam masyarakat. (3) metode derkriptif, dilakukan dengan mencatat, merekan dan memperhatikan segala sesuatu yang ditemukan dalam masyarakat yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. (4) metode empirik, yaitu dengan memperhatikan segala sesuatu yang dipikirkan, diyakini, dirasakan dan dikerjakan oleh masyarakat yang bersangkutan.

PENUTUPAntropologi sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan sosial, memusatkan kajiannya pada manusia yang distigmakan sebagai mahluk berbudaya. Kebudayaan manusia meliputi pelbagai aspek kehidupan manusia itu sendiri. Salah satu aspek itu adalah agama. Agama sebagai sasaran kajian antropologi bukan mengarah kepada wahyu sumber agama, akan tetapi agama dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari. Singkatnya, antropologi ingin memperoleh penjelasan dari pertanyaan bagaimana agama dapat diaanggap sebagai pedoman dan pengarah manusia untuk berperilakau dlaam menghadapi kehidupan.

Dengan menggunakan pendekatan antropologi, temuan temuan yang diperoleh akan sangat bervariasi dalam kategori-kategori sosial budaya tertentu meskipun yang diteliti masih dalam satu lingkupDAFTAR PUSTAKAAgus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar Antropologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006Gellner, David N., Pendekatan Antropologis dalam Peter Conolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Imam Khoiri, Yogyakarta: LKiS, 2002Harsojo, Pengantar Antropologi, Jakarta: Bina Cipta, 1980

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta: UI Press, 1982

Koentjoroningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, tp.kt : Dian Rakyat, 1977

Mattulada, Studi Islam Kontemporer: Sintesis Pendekatan Sejarah, Sosiologi dan Antropologi dalam Mengkaji Fenomena Keagamaan dalam Taufik Abdullah (ed.), Metodologi Penelitian Agama : Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989

Nasr, Sayyed Hosen, Traditional Muslim in the Modern World, Kuala Lumpur: Fondotion for Traditional Studies, 1998

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, akarta: Raja Grafindo Persada, 2001Olson, Carl.,Theory and Method in the Study of Religion: A Selection of Critical Readings, Canada: Thomson Learning, 2003

Shomad, Abd., Pendekatan Antropologi dalam Amin Abdullah dkk., Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multidisipliner, Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006ANTROPOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas:

Metodologi Penelitian Agama dan Filsafat

Dosen Pengampu:

Dr. Sekar Ayu Aryani, M.A

Disusun oleh:

1. Ekawati, S, Th.I (07.213.512)

1. Khoirul Ulum, S.Th.I (07.213.514)

2. Nila Khoiru Amaliya, S.Th.I (07.213.518)

KONSENTRASI STUDI AL-QURAN DAN HADIS

PROGRAM STUDI AGAMA DAN FILSAFAT

PROGRAM PASCA SARJANA UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2007

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta: UI Press, 1982), hlm. 1.

Carl Olson, Theory and Method in the Study of Religion: A Selection of Critical Readings (Canada: Thomson Learning, 2003), HLM. 238.

Harsojo, Pengantar Antropologi (Jakarta: Bina Cipta, 1980), hlm. 13.

Abd. Shomad, Pendekatan Antropologi dalam Amin Abdullah dkk., Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multidisipliner (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 57

David N. Gellner, Pendekatan Antropologis dalam Peter Conolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Imam Khoiri (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 15-16.

Abd. Shomad, Pendekatan Antropologi....., hlm. 62.

Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar Antropologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 11-12.

Ibid., hlm. 12.

Ibid.,hlm.15.

Harsojo, Pengantar.., hlm. 17

Ibid.,hlm. 18-19.

Koentjoroningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (tp.kt : Dian Rakyat, 1977), hlm. 2-5.

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 35.

Abd. Shomad, Pendekatan, hlm. 66.

Mattulada, Studi Islam Kontemporer: Sintesis Pendekatan Sejarah, Sosiologi dan Antropologi dalam Mengkaji Fenomena Keagamaan dalam Taufik Abdullah (ed.), Metodologi Penelitian Agama : Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), hlm. 1-2.

Bustanuddin Agus, Agama Dalam....., hlm. 21.

Ibid.

Ibid., hlm. 22.

Sayyed Hosen Nasr dalam karyanya membagi setidaknya ada 4 pemikiran keagamaan Islam; Fundamentalis, modernis, misianis dan tradisionalis. Traditional Muslim in the Modern World, (Kuala Lumpur: Fondotion for Traditional Studies, 1998), hlm.75

Ibid.,