7.antropologi psikologi

23
Antropologi Psikologi Bab I PENDAHULUAN A. Hakikat Ilmu Antropologi Psikologi Antropologi Psikologi (Psycological Anthropology) adalah subdisiplin ilmu antropologi. Ilmu antropologi psikologi adalah ilmu yang menjembatani kebudayaan dan kepribadian, yang menjadi fokus dari dua ilmu yang berbeda (antropologi dan psikologi), yang sebenarnya sangat erat hubungannya. Antropologi dan psikologi adalah subdisiplin ilmu antropologi. Nama subdisiplin ilmu antropologi ini, sebenarnya nama baru dari ilmu yang dahulu dikenal dengan dengan nama Culture dan Personality (kebudayaan dan kepribadian), atau kadang juga disebut Ethno-psychology (psikologi suku bangsa). Subdisiplin ini sejak lahirnya sudah bersifat antardisiplin. Hal ini disebabkan karena bukan saja teori, konsep, serta metode penelitiannya dipinjam dai berbagai disiplin seperti antropologi, psikologi, psikiatri, dan psikoanalisa; melainkan juga para pendirinya berasal dari disiplin yang bermacam- macam, sebelum mereka menjadi ahli antropologi. Mereka itu antara lain adalah Margaret Mead (ahli antropologi), Abram Kardiner (ahli psikiatri), W.H.R. River (ahli psikologi), Erik H. Erikson (ahli psikoanalisa neo freudian), dan lain lain. Berdasarkan tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai disiplin ilmu menunjukan bahwa di sanalah ilmu antropologi budaya dan sosial dapat berhubungan dengan ilmu psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, ilmu psikiatri, dan psikoanalisa secara sangat akrab dan produktif.

Upload: abaz-el-fasy

Post on 20-Oct-2015

93 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7.Antropologi Psikologi

Antropologi Psikologi

Bab IPENDAHULUAN

A.    Hakikat Ilmu Antropologi Psikologi

Antropologi Psikologi (Psycological Anthropology) adalah subdisiplin ilmu antropologi.

Ilmu antropologi psikologi adalah ilmu yang menjembatani kebudayaan dan kepribadian,

yang menjadi fokus dari dua ilmu yang berbeda (antropologi dan psikologi), yang sebenarnya

sangat erat hubungannya.

Antropologi dan psikologi adalah subdisiplin ilmu antropologi. Nama subdisiplin ilmu

antropologi ini, sebenarnya nama baru dari ilmu yang dahulu dikenal dengan dengan nama

Culture dan Personality (kebudayaan dan kepribadian), atau kadang juga disebut Ethno-

psychology (psikologi suku bangsa). Subdisiplin ini sejak lahirnya sudah bersifat

antardisiplin. Hal ini disebabkan karena bukan saja teori, konsep, serta metode penelitiannya

dipinjam dai berbagai disiplin seperti antropologi, psikologi, psikiatri, dan psikoanalisa;

melainkan juga para pendirinya berasal dari disiplin yang bermacam-macam, sebelum

mereka menjadi ahli antropologi. Mereka itu antara lain adalah Margaret Mead (ahli

antropologi), Abram Kardiner (ahli psikiatri), W.H.R. River (ahli psikologi), Erik H. Erikson

(ahli psikoanalisa neo freudian), dan lain lain. Berdasarkan tokoh-tokoh yang berasal dari

berbagai disiplin ilmu menunjukan bahwa di sanalah ilmu antropologi budaya dan sosial

dapat berhubungan dengan ilmu psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, ilmu

psikiatri, dan psikoanalisa secara sangat akrab dan produktif.

Beberapa peneliti berusaha melakukan penelitian yang berkenaan dengan antropologi

psikologi. Menurut Singer penelitian antropologi psikologi dapat dikategorikan ke dalam tiga

kelompok permasalahan besar,yaitu:

1. Kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia (human nature).

2. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian khas kolektif tertentu (typical

personality), dan

3. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian individual (individual personality).

Dari ketiga kelompok permasalahan besar itu timbul beberapa pokok permasalahan

penelitian lainnya, yaitu:

a.    Hubungan antara perubahan kebudayaan dengan perubahan kepribadian, dan

b. Hubungan kebudayaan dengan kepribadian abnormal.

Page 2: 7.Antropologi Psikologi

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi Psikologi

Ada dua salah anggapan yang harus dikoreksi sehubungan dengan sejarah

perkembangan ilmu antropologi psikologi: a) menganggap ilmu Antropologi Psikologi adalah

subdisiplin baru dari ilmu Antropologi Umum; b) menganggap ilmu Antropologi Psikologi

adalah suatu ilmu yang diciptakan oleh sarjana Amerika Serikat saja.

Jika lebih tepat lagi, lahir ilmu ini sudah sejak diadakan ekspedisi Cambridge ke selat

Torres pada 1898 (Hunt, 1967: ix).

Yang paling penting bagi perkembangan ilmu Antropologi psikologi adalah Spengler,

karena ia adalah teoritikus pertama yang telah mengajukan untuk pertama kali berpendapat

tentang peminjaman unsur-unsur kebudayaan secara selektif, yakni suatu bangsa jika

meminjam unsur kebudayaan lain akan memilih yang sesuai dengan kebudayaannya sendiri.

Jika kurang sesuai, unsur kebudayaan asing tersebut akan dirombak sesuai dengan

kebudayaan pribuminya.

C. Penelitian Antropologi Psikologi di Indonesia

Penelitian antropologi psikologi di Indonesia sedikitnya dibagi menjadi dua masa, yaitu: 1)

sebelum perang dunia kedua, dan 2) setelah perang dunia kedua.

1. Masa Sebelum Perang Dunia Kedua

Penelitian antropologi psikologi di Indonesia, telah dimulai jauh sebelum orang di AS dan

Inggris (antara 1920-1935) memulainya. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan

seorang ahli antropologi Belanda bernama A.W. Niewenhuis terhadap sifat pembawaan

manusia daro beberapa suku bangsa di Indonesia. Akan tetapi penelitian antropologi

psikologi di Indonesia secara intensif bukanlah dilakukan oleh orang Belanda tersebut,

melainkan oleh orang Amerika yang sekaligus merintis antropologi psikologi di negara

mereka bahkan juga di dunia. Mereka itu adalah Cora Dubois dan Margaret Mead yang

dibantu dengan Gregory Bateson. Tujuan penelitian Margaret Mead dan Gregory Bateson

adalah untuk mengetahui kepribadian khas orang Bali, dengan jalan mempelajari cara

pengasuhan anak di desa Bayung Gede.

2. Masa Setelah Perang Dunia Kedua

Setelah usai perang dunia kedua, topik akulturasi dan kontak sosial telah mendapat

perhatian besar dari para ahli antropologi, terutama agi mereka yang mengadakan penelitian

di daerah Pasifik dan Indonesia. Hampir semua kepustakaan di mengenai akulturasi di

Indonesia berkesimpulan, fenomena akulturasi di Indonesia adalah juga krisis sosial. Ahli

antripologi Belanda, J. Van Baal, misalnya menganggap krisis sosial karena usaha pihak

Page 3: 7.Antropologi Psikologi

Indonesia untuk menyesuaikan diri mereka dengan zaman baru. Utnuk mencapai itu orang-

orang Indonesia harus mengubah dasar pandangan hidup serta dasar cara berfikir kunonya ke

yang bersifat modern. Bagi J. Van Baal, proses akulturasi bukan hanya merupakan suatu

proses masuknya unsur kebudayaan asing ke dalam kebudayaan pribumi semata-mata,

melainkan juga merupakan suatu proses tambahan dan penyesuaian diri kembali dari cara

hidup pribumi ke cara hidup modern.

Penelitian antropologi psikologi uang dilakukan ahli antropologi berkebangsaan Indonesia

sendiri masih sedikit sekali, namun hasilnya cukup menarik. Dua orang ahli antropologi

lulusan Universitas Indonesia misalnya, dalam rangka penulisan skripsi mereka telah

mengadakan penelitian di bidang antropologi psikologi.

D. Peranan Penelitian Antropologi Dalam Pembangunan Indonesia

Penelitian Antropologi Psikologi di Indonesia ,empinyai peranan penting dalam

pembangunan bangsa, karenadapat memberi bahan keterangan untuk kepentingan juga

sebagai bahan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dalam arti sebagai individu

sekaligus makhluk sosial yang merupakan kesatuan bulat, yang harus dikembangkan secara

imbang, selaras, dan serasi (lihat Buku I: Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila,

1978: 41).

Metode penelitian yang dipergunakan untuk penelitian terdebut, adalah seperti apa yang

telah dikembangkan ahli-ahli Antropologi Psikologi AS Florence R. Kluckkhohn dan Clyde

Kluckkhohn, yang dapat dibaca dalam buku Variations in Value Orientations (Kluckkhohn &

Strodbeck, 1961). Penelitian Koentjaraningrat itu sampai saat 1986 masih terus dilanjutkan

dan belum diterbitkan. Koentjaraningrat telah pula mencoba untuk meneliti nilai-nilai

budaya yang terkandung dalam folklor suku bangsa masing-masing.

Bab II

BEBERAPA TEORI DAN KONSEP ANTROPOLOGI PSIKOLOGI

A.      Beberapa Teori Pembawaan Manusia

1)      Teori Seksualitas Kanak-kanak Sigmund Freud

Tahap Oral

Perasaan seksual anak yang pertama kali muncul adalah ketika sang anak mengemut

puting payudara ibunya. Pada tahap yang sangat dini dan dimulai sejak anak dilahirkan

Page 4: 7.Antropologi Psikologi

hingga sekitar usia satu tahun ini , ibu merupakan objek seksual sang anak. Periode ini pun

kemudian berlanjut pada tahap seksualitas masa kecil dimana sang anak akan terkesan akan

penginderaan tubuhnya sendiri yang ditandai dengan kebiasaan bayi mengemut banyak

bagian tubuhnya terutama jempolnya sendiri. Kebiasaan mengemut jempol dan benda-benda

lain yang menempel di bagian tubuhnya seperti baju yang ia pakai dan sebagainya ini adalah

merupakan kelanjutan dari mengemut puting susu ibunya. Emutan ini bersifat ritmis dan

seringkali juga disertai dengan gesekan. Freud mengatakan bahwa hal ini akan mengarah

pada masturbasi. Kegiatan ini sangat mengasyikan dan nyaman serta sering kali mengantar

sang bayi pada tidur nyenyaknya.

Tahap Anal

Tahap ini berlangsung antara umur 1 hingga 3 tahun yang oleh Freud disebut sebagai fase

latihan kamar kecil yakni fase ketika sang anak belajar untuk mengendalikan kandung kemih

dan isi perutnya. Menurut Freud pada tahap ini anak-anak akan merasa sangat bangga karena

bisa menghasilkan kotorannya sendiri. Ketika menjalani latihan kamar kecil ini, anak-anak

seringkali memegang-megang kotorannya sendiri, karena ia ingin menikmati kesenangan

erotis ketika mampu menghasilkan kotoran secara pribadi.

Tahap Phallic

Tahap ini berlangsung antara umur 3 hingga 5 tahun. Sekarang genital menjadi zona

erogen dan anak mulai melakukan masturbasi. Zona genital anak kecil oleh ibunya sering

dicuci, digesek dan sebagainya ketika sehabis buang kotoran atau pun mandi yang tanpa

disadari oleh ibunya bahwa ketika terjadi gesekan, bilasan dan sebagainya ini membuat sang

anak merasa nyaman dan terangsang. Dan dengan segera sang anak pun kemudian mencoba

untuk melakukannya sendiri dengan gesekan tangan atau dengan merapatkan paha.

Disamping perpindahan zina rangsangan yang mengarah ke zona genital, pada masa ini pun

menurut Freud semua anak pada tahap ini khusus untuk anak perempuan merasakan ‘penis

envy’ yaitu sebuah kecemburuan kepada anak laki-laki yang memiliki penis. Para anak

perempuan melihat diri mereka sendiri telah dikebiri oleh orang tuanya. Dalam tahap ini juga

berkembang kompleks Oedipus yakni sang anak akan jatuh cinta pada ibunya sendiri dan

menjadi cemburu terhadap ayahnya serta ingin membunuh serta menyingkirkan ayahnya agar

tak menghalanginya.

Tahap Latensi

Page 5: 7.Antropologi Psikologi

Menurut Freud, perasaan dari tahap Oedipal akhirnya ditekan dan dorongan dorongan

seksual mereda hingga tibanya masa pubertas.

Tahap Genital

Tahap terakhir pada perkembangan seksual pun adalah tahap genital ini yang berlangsung

sejak pubertas dan seterusnya. Pada tahap ini terjadi pembaharuan terhadap minat seksual dan

objek yang baru pun ditemukan untuk pelampiasan dorongan seksnya.

2)      Teori Gejala Akil Balig Margaret Mead

Menurut hasil penelitian, Mead berkesimpulan bahwa para gadis di Samoa tidak

mengalami gejala akil baligh, karena keluarga orang samoa buka termasuk keluarga inti,

sehingga seorang anak tidak selalu harus berhubungan terus-menerus dengankedua

orangtuanya, tetapi juga mendapat kesempatan untuk berhubungan secara bebas dengan

anggota kerabatnya yang lain. Penelitiannya di Papua, Mead berkesimpulan bahwa perbedaan

sifat-sifat kepribadian atau temperamen antar laki-laki dan wanita tidak bersifat universal,

karena dalam kebudayaan Arapesh tidak ada perbedaan temperamen antar laki-laki dan

perempuan, keduanya mempunyai kepribadian yang halus, lembut, dan pasif. Sebaliknya

pada masyarakat Mundugumor, kedua jenis kelamin mempunyai kepribadian yang kasar,

keras, dan agresif seperti yang dimiliki laki-laki pada umumnya masyarakat Eropa-Amerika.

Pada masyarakat Tchambuli, kaum wanita pada umumnya berkepribadian kasar, keras, dan

aktif, dan melaksanakan tugas berat, sedangkan laki-laki sebaliknya.

B.     Benerapa Teori Kepribadian Khas Kolektif Tertentu

1)      Teori Pola Kebudayaan Ruth Benedict

Teori Pola Kebudayaan (Pattern of Culture) dapat juga disebut sebagai teori konfigurasi

kebudayaan, teori mozaik kebudayaan, teori representation colletive, atau teori etos

kebudayaan. Teori benedict dapat diringkas sebagai berikut: “Di dalam setiap kebudayaan

ada aneka ragam tipe temperamen, yang telah ditentukan oleh faktor keturunan (genetic) dan

kebutuhan (konstitusi), yang timbul berulang-ulang secara universal. Namun setiap

kebudayaan hanya memperbolehkan jumlah terbatas dari tipe temperamen tersebut

berkembang. Dantipe-tipe temperamen tersebut hanya yang cocok dengan konfigurasi

dominan. Mayoritas dari orang-orang dalam segala masyarakat akan berbuat sesuai terhadap

tipe dominan dari masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena temperamen mereka cukup

plastis untuk dibentuk tenaga pencetak dari masyarakat. Ini adalah apa yang disebut tipe

Page 6: 7.Antropologi Psikologi

kepribadian normal. Benedict berpendapat bahwa tidak ada kriteria yang shahih(valid)

mengenai tipe kepribadian “normal” dan “abnormal”. Suatu kepribadian dianggap normal

apabila sesuai dengan tipe kepribadian yang dominan, sedangka tipe kepribadian yang sama

jika tidak sesuai dengan kepribadian yang dominan akan dianggap abnormal alias tidak

normal atau penyimpangan (derivant).

2)   Teori Gaya Hidup Petani Desa Robert Redfield

Menurutnya masyarakat di kelompokkan menjadi 3 bagian:

a.       Folk, masyarakat primitif yang belum memiliki kebudayaan;

b.      Person society, masyarakat petani desa yang memiliki ketergantungan dengan masyarakat

kota;

c.       Urban society: ketergantungan pada masyarakat desa, kebudayaan kompleks, mengenal

peradanab.

3)   Teori Kepribadian Status Ralph Linton

Kepribadian status adalah seperangkat kepribadian tipikal yang sesuai dengan status

seseorang di dalam masyarakatnya. Status tersebut berkaitan dengan pekerjaannya. Seorang

pribadi yang menduduki status sosial harus mengembangkan sikap dan emosi yang sesuai dan

berguna bagi status tersebut.

Pribadi-pribadi yang dapat membawakan kepribadian statusnya dengan baik dan tepat, adalah

orang yang penyesuaian dirinya baik.

4)   Teori Struktur Kepribadian Dasar Kardiner Linton dan DuBois

Struktur Kepribaduian Dasar ini sebenarnya adalah alat penyesuaian diri individu, yang

umum bagi semua individu di dalam suatu masyarakat.

Yang termasuk dalam struktur kepribadian dasar adalah: (1) teknik berfikir (technique of

thinkings), misalnya apakah ilmiah atau animistis; (2) sikap terhadap benda hidup atau mati

(attitude toward objects), misalnya menerima atau menolak, tergantung dari pengalaman

sewaktu masih kanak-kanak (anak yang semasa kecilnya dikejami ibunya, setelah dewasa

akan menolak wanita misalnya); (3) sistem keamanan dan kesejahteraan (security system),

yang dapat dinilai dari kecemasan (axciety) dan kekecewaan karena ketidak berdayaan

(frustration) sewaktu masih kanak-kanak (seorang anak yang semasa kanak-kanaknya selalu

dalam keadaan kelaparan, akan menjadi orang yang bersifat hemat setelah dewasa misalnya);

dan pembentukan super ego, atau bagian dari kepribadian dari individu yang terbentuk

dengan jalan mengambil-alih pandangan hidup dari orang tuanya (Kardiner, 1961: 230).

5)      Teori Kepribadian Rata-rata DuBois

Page 7: 7.Antropologi Psikologi

Teori Kepribadian Rata-rata timbul sebagai akibat penelitian ai pulau Alor yang

dilakukan Cora DuBois.

Terjadinya tipe kepribadian rata-rata, menurut Cora DuBois, adalah sebagai hasil saling

pengaruh-mempengaruhi antara kecenderungan dan pengalaman dasar, yang ditentukan oleh

proses fisiologis neurologis. Tipe kepribadian rata-rata pada umumnya ada pada kolektif

manusia dalam usaha menghadapi lingkungan kebudayaan, yang menolaknya, mengarahnya,

dan memuaskan segala kebutuhan.

6) Teori Kepribadian Orang Modern Alex Inkeles

Menurut ia tujuan utama pembangunan ekonomi adalah memungkinkan setiap orang

untuk mencapai suatu taraf hidup yang layak. Namun pada akhirnya ide pembangunan

mengharuskan adanya perubahan watak manusia—suatu perubahan yang merupakan alat

untuk mencapai tujuan yang berupa pertumbuhan yang lebih lnjut lagi, dan bersamaan itu

juga merupakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri. Perubahan watak tersebut

adalah perubahan dari yang tradisional menjadi yang modern. Apa yang dimaksud dengan

manusia modern itu? Dan apa yang membuatnya modern?

o Pertama, peerubahan dari manusia yang leih tradisional menjadi manusia yang modern,

seiring berarti melepaskan cara berfikir dan berperasaan.

o Kedua, sifat yang membuat seorang menjadi modern itu tidak sering tampak sebagai suatu

ciri yang netral, tetapi merupakan ciri dari orang barat pada umumnya yang hendak

dipaksakan pada orang lain, untuk menjadikan mereka sama seperti orang barat tersebut.

o Ketiga, tidak berguna atau cocok bagi kehidupan dan keadaan dari mereka.

Ciri khas orang modern ada dua, yaitu:

Pertama ciri luar, mengenai lingkungan alam. Seperti;URBANISASI, PENDIDIKAN,

politikasi, komunikasi massa dan industrialisasi.

Kedua ciri dalam, yaitu mengenai sikap, nilai dan perasaan. Seorang baru dapat

menjadi modern apabila telah mengalami perubahan ciri dalam, dari yang tradisional menjadi

modern.

7) Teori Determinisme Masa Kanak-kanak Dalam Hubungan Kajian Watak Bangsa

Selama Perang Dunia ke II banyak antropolog Amerika dan Inggris, di antaranya

Margaret Mead, Geofrey Gorer, Gregory Bateson dan Ruth Benedict diperbantukan pada

pemerintah. Mereka mencoba untuk merumuskan konsep watak bangsa (national character)

dari beberapa negara, seperti Uni Soviet, Rumania, Thailand dan Jepang.

Page 8: 7.Antropologi Psikologi

Kesukaran yang dihadapi ialah sulit mengadakan perjalanan ke negara-negara yang akan

diteliti karena situasi perang. Karenanya, cara yang dilakukan adalah mewawancarai orang-

orang yang tinggal di AS, dan mengadakan studi literatur. Selain itu mempelajari sejarah

Jepang, dan mencoba melihat dunia seperti yang diamati orang Jepang. Metode semacam itu

dapat disebut meneliti suatu kebudayaan dari kejauhan. Dari penelitian tersebut dihasilkan

beberapa teori, antara lain :

a.       Hipotesa Latihan Buang Air Besar Geofrey Gorer

Tahun 1943 Gorer menerbitkan artikel berjudul “Themesin Japanese Culture” yang

mengungkapkan keterpukauan perhatian berlebihan dari orang Jepang terhadap upacara

kerapihan dan ketertiban, sehingga dapat dibandingkan dengan sifat gangguan jiwa

compulsive neurotic (gangguan jiwa yang berbuat sesuatu di luar keinginannya) yang

menghinggapi beberapa penduduk di Eropa.

Hipotesa : Penyebab utama gangguan jiwa tersebut adalah latihan buang air besar (toilet

training) yang diperoleh semasa kanak-kanak.

Menurut Gorer, dibalik sifat orang Jepang yang rapih dan tertib itu ada keinginan

tersembunyi untuk berbuat agresif. Upacara yang bersifat teliti merupakan penyaluran dari

dorongan hati yang berbahaya (dangerous urge) itu.

Sifat agresif yang terpendam itu akibat kebencian sewaktu bayi yang dipaksa melakukan

sesuatu yang tidak dimengertinya, karena harus mengendalikan otot lubang dubur. Kebencian

itu akan tetap merupakan sebagian dari kepribadiannya setelah dewasa nanti. Dalam keadaan

normal, rasa kebencian tersebut tak tersalurkan dan ditekan. Akibatnya, jika ada peluang sifat

agresif itu akan meletup kuat sehingga dapat bertindak kejam dan sadistis.

Kritik : Menurut Robert N.Bellah, penyebab terbentuknya sifat tertib dan rapih orang

Jepang ialah kode Samurai (samurai code) yang berkembang sejak zaman Tokugawa, dan

mempengaruhi masyarakat melalui gerakan keagamaan. Kode Samurai ini dapat

dibandingkan dengan Etika Protestan yang mempunyai ciri sifat suka bekerja keras dan

pengingkaran pada kenikmatan diri (self denial).

b.      Hipotesa Pembedungan Anak Geogrey Gorer

Penelitian ditekankan pada praktek pengasuhan anak orang Rusia. Hasilnya memperoleh

“kunci” dari watak mayoritas orang Rusia (The Great Russian Character) yang berupa

pembedungan (swaddling), sehingga timbul sifat manic depressive masal pada orang Rusia

dewasa pada umumnya.

Page 9: 7.Antropologi Psikologi

Hipotesa : Penyebab utama gangguan jiwa tersebut adanya kekangan fisik semasa kanak-

kanak melalui praktek pembedungan.

Menurut Gorer, pembedungan ini sangat menghambat gerak-gerik si anak dan juga

ekspresi emosionalnya melalui seluruh tubuhnya. Sifat depressive timbul sebagai akibat

terkekang perasaan selama dibedung sehingga frustasi dan putus asa. Sifat manic timbul

waktu anak dilepas bedungnya, sewaktu disusui dan memperoleh kasih ibunya. Itulah

sebabnya di satu sisi orang Rusia senang pesta bermabuk-mabukan (orgiastic feast), tapi di

sisi lain merasa sedih dan berdosa sehingga sering mengadakan pengakuan dosa atas dosa

yang tidak mereka lakukan.

Generalisasi kepribadian tipikal orang Rusia ini hanya berlaku pada orang Rusia dari

golongan petani dan kaum buruh saja. Pada bangsa lain yang juga mempraktekan

pembedungan tidak sampai mengakibatkan manic depressive, karena (1) cara pembedungan

beraneka ragam, (2) lama pembedungan tidak sama.

Kritik : Menurut Bertram D.Wolfe, pengakuan dosa dilakukan pula oleh para pendeta

Katolik Roma di Cekoslovakia kepada penguasa komunis. Jadi bukan dibedung, tapi

mungkin dari tekanan dan siksaan kejam dari pihak penguasa totalitarian. Di Rusia banyak

kaum intelek tidak pernah dibedung, tapi mengakui kesalahan yang tidak mereka lakukan

dengan harapan agar diperingan hukuman.

Hikmah : (1) hipotesa Gorer yang menganggap bahwa 5 sampai 6 tahun pertama dari

kehidupan seorang anak penting bagi pembentukan kepribadian dewasanya kelak, kini

banyak dianut para ahli yang mempelajari perkembangan anak, (2) walau banyak kelemahan,

hipotesa ini penting karena dapat dijadikan permasalahan untuk diuji di lapangan.

c.       Konsep Schismogenesis Gregory Bateson

Setelah PD II berakhir, para antropolog yang telah bekerja bagi pemerintah AS tetap

meneruskan penelitiannya mengenai watak bangsa (national character) dengan suatu proyek

penelitian yang disebut Contemporary Culture. Metode penelitian yang digunakan tetap

sama, yaitu Study Culture from Distance. Adapun pendekatan teoritisnya adalah gabungan

dari teori Freud tentang pentingnya pengasuhan anak, dan metode penganalisaan yang

dikembangkan Gregory Bateson yang disebut konsep Schismogenesis (concept of

schismogenesis), yaitu penelitian mengenai dua kutub yang kontras (bipolar interaction).

Konsep Schismogenesis

Page 10: 7.Antropologi Psikologi

Schismogenesis adalah suatu proses pembedaan dalam norma-norma kekhasan pribadi

sebagai akibat interaksi antara individu-individu yang terus menerus secara bertimbun

banyak. Menurut Bateson, masyarakat di dunia berbeda dalam sifat pola interaksi bipolar

tersebut. Dengan meneliti cara khas hubungan antar pribadi (interpersonal) dan antar

kelompok (intergroup relationship) dapat menyimpulkan watak tipikal suatu masyarakat.

Seorang individu belajar dengan jalan mengambil alih pola watak (characteristic

pattern) dari hubungan peran (role) dalam masyarakat tempat ia dilahirkan. Misalnya,

seorang anak dalam hubungannya dengan orang tuanya akan berperan sebagai pihak yang

menggantungkan diri (dependence), sedangkan orang tua sebagai pihak yang memberi

bantuan (succoring).

Berdasarkan konsep Schismogenesis, bila kita hendak meneliti pola watak suatu suku

bangsa, maka kita harus melihat interaksi bipolarnya. Interaksi bipolar untuk hubungan

orang tua – anak misalnya dapat bersifat sebagai ; penguasa (dominance) – yang dikuasai

(submission) memberi bantuan (succorance) – menggantungkan diri (dependence)

mempertontonkan diri (exhibitionism) – menjadi penonton (spectatorship).

8)      Teori Watak Bangsa

a.      Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Watak Kebudayaan

Teori ini berasumsi bahwa kesamaan sifat di dalam organisasi intra-psikis individu

anggota suatu masyarakat tertentu, yang diperoleh karena mengalami cara pengasuhan yang

sama di dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Ini berarti bahwa di dalam setiap

kebudayaan, suatu kepribadian tipikal (kepribadian kolektif) disalurkan kepada kaum

mudanya, sedikit banyak sesuai dengan konfigurasi yang dominan di dalam kebudayaan

bersangkutan.

b.      Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Watak Masyarakat

Teori watak masyarakat yang mengikuti tentang transmisi kebudayaan, juga menjelaskan

fungsi-fungsi sosio-historikal tipe kepribadian tersebut. Penjelasan ini menghubungkan

kepribadian tipikal dari suatu kebudayaan pada kebutuhan kolektif masyarakat. Unsur watak

bersama tersebut membentuk watak masyarakat dari masyarakat tersebut.

c.       Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Watak Kesukuan dan Kepribadian dari Kelompok-

kelompok Masyarakat

Teori watak suku (kepribadian dari kelompok masyarakat) yang berpendapat bahwa

terdapat perbedaan keprinadian tipikal kelompok masyarakat yang berbeda seperti petani

desa, para birokrat, komunitas perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan kajian para ahli,

Page 11: 7.Antropologi Psikologi

ditemukan suatu bentuk menonjol yang tidak dapat dianalisis menjadi data individu sehingga

dikategorikan sebagai kerakteristik uatama dari kesatuan sosial.

d.      Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Kepribadian Rata-rata

Teori Kepribadian Rata-rata dimaksudkan sebagai penyempitan teori watak bangsa.

Menurut para ahli bahwa watak bangsa seharusnya disamakan dengan struktur kepribadian

rata-rata. Kesesuaian dengan kehendak masyarakat atau kecocokan dengan pola kebudayaan

tidak usaha merupakan defenisi dari watak bangsa.

C.      Beberapa Teori Mengenai Kepribadian Individual

Dengan pengetahuan kondisi umum psikologi masyarakat yang ingin dibangun

tersebut dapat mempermudah dalam penentuan prioritas pembangunan serta penyesuaian

proses pembangunan dengan karakteristik masyarakat. Sebenarnya metode ini sudah lama

digunakan ketika era kolonialisme. Ketika itu yang digunakan adalah catatan-catatan

etnografi yang menjadi dasar pengetahuan karakteristik wilayah dan masyarakat yang akan

dijajah. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu antropologi memang berasal dari

kepentingan kolonialsme yang banyak membawa kesengsaraan. Namun, secara ilmu

pengetahuan perkembangan itu membawa dampak positif dalam pembentukan tradisi

keilmuan yang baru, yaitu yang berorientasi pada masyarakat.

                Watak suatu bangsa begitu kompleks karena tersusun dari berbagai watak manusia

yang mungkin bisa saja sama, tetapi terdapat suatu poin di mana mereka memiliki identitas

yang jelas tentang suatu hal yang bersifat umu dalam masyarakat mereka. Misalnya, etnis

Jawa yang terkenal dengan kelemahlembutannya, ramah tamahnya, dan lain-lain, kemudian

orang Batak dengan watak keras dan tegas, dan sebagainya. Dalam bab ini disebutkan bahwa:

Linton yang juga berpendirian bahwa tiap kebudayaan mempunyai kepribadian umum,

menyatakan bahwa kepribadian umum adalah sejumlah ciri watak yang kadang-kadang

seluruhnya dan ada kalanya hanya sebagian berada dalam jiwa dari sebagian besar warga dari

suatu masyarakat. Hal itu disebabkan karena selain ditentukan oleh bakatnya sendiri,

kepribadian individu juga ditentukan oleh latar-belakang kebudayaan dan sub-kebudayaan

dari lingkungan sosial di mana individu itu dibersarkan.

Berbagai macam teknik digunakan dalam menganalisis kepribadian umum suatu

masyarakat. Bahkan beberapa ahli mengadopsi metode dari ilmu lain terutama psikologi

untuk mendapatkan apa yang ingin dicari penliti. Di awal perkembangannya, teknik

pengamatan menjadi metode yang khas dalam mengamati watak masyarakat, contohnya Ruth

Benedict yang meneliti etos kebudayaan di suku Zuni (Indian), Dobu (Papua Nugini), dan

Page 12: 7.Antropologi Psikologi

Kwakuitl (Kanada); Malinowsky yang meneliti masyarakat Trobriand; dan Margareth Mead

yang tertarik dengan perbedaan psikologi pria dan wanita di suku Arapesh, Mundugumor dan

Tchambuli. Kemudian mulai tradisi baru antropologi yang berdasarkan teknik eksak

dipelopori oleh Ralph Linton. Lalu ada pula studi data pengalaman individu yang melihat

kepribadian suatu bangsa dari rekaman-rekaman sejarah yang kemudian dianalisis untuk

menentukan alur kepribadiannya. Yang sekarang banyak dikenal dengan biografi.

Teknik-teknik dalam antropologi-psikologi merupakan sutu teknik yang

menggabungkan antara analisis individual dan kolektif, karena suatu masyarakat tidak

mungkin lepas dari pengaruh individu-individu di dalamnya. Oleh karena itu, kompleksitas

dalam analisis diperlukan untuk menguak susunan psikologis suatu masyarakat yang

membentuk watak masyarakat.

Pengetahuan ini berguna dalam menelaah latar belakang psikologis suatu masyarakat,

sehingga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan dapat terlaksana. Pembangunan

berbasis masyarakat menciptakan masyarakat berdaya dan berbudaya. Keberdayaan

memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan mengembangkan diri untuk mencapai

kemajuan. Sebagian besar masyarakat berdaya adalah indifidunya memiliki kesehatan fisik,

mental, terdidik, kuat dan berbudaya. Membudayakan masyarakat adalah meningkatkan

harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu lepas dari

kemiskinan, kebodohan, ketidaksehatan, dan ketertinggalan. Untuk mendorong masyarakat

berdaya dengan cara menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang. Pengembangan daya tersebut dilakukan dengan mendorong,

memotivasi, dan membangikitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat.

Penguatan tersebut meliputi penyediaan berbagai masukan serta membuka akses pada

berbagai peluang yang ada. Masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan, dengan inti

pemberdayaan adalah manejemen kearifan lokal komunitas menuju kesejahteraan bersama.

Pemberdayaan ini merupakan sarana ampuh untuk keluar dari kemiskinan, kebodohan dan

ketertinggalan menuju kesejahteraan bersama.

Bab III

BEBERAPA METODE PENELITIAN ANTROPOLOGI PSIKOLOGI

A.    Metode-metode Etnografis

(1)   Metode wawancara

Page 13: 7.Antropologi Psikologi

Wawancara etnografi merupakan jenis peristiwa percakapan (speech event) yang khusus.

Metode wawancara merupakan metode untuk memperoleh data dengan mengajukan beberapa

pertanyaan kepada informan.

a. Jenis-jenis Wawancara

1. Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilaksanakan melalui teknik-teknik tertentu,

antara lain menyusun sejumlah pertanyaan sedemikian rupa dalam bentuk angket questioner.

2. Wawancara tidak berencana, yaitu wawancara yang tidak direncanakan secara sistematis

dan tidak menggunakan pedoman wawancara. Wawancara ini dilaksanakan untuk

memperoleh tanggapan tentang pandangan hidup, system keyakinan, atau keagamaan.

Metode wawancara tidak berencana masih terbagi lagi menjadi 2 macam yaitu :

a.    Wawancara terfokus (focused interview), yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang

tidak berstruktur, tetapi terpusat pada satu pokok.

b. Wawancara bebas (free interview), yaitu pertanyaan yang tidak terpusat, melainkan dapat

berpindah-pindah pokok pertanyaan.

Adapun jika dilihat dari bentuk pertanyaannya, kedua wawancara di atas dapat dibagi lagi

menjadi 2 kategori yaitu :

1. Wawancara tertutup, yaitu terdiri dari berbagai pertanyaan yang jawabannya terbatas.

Terkdang pilihan jawaban hanya berbentuk “ya” dan “tidak”.

2. Wawancara terbuka, yaitu pertanyaan yang jawabannya berupa keterangan atau cerita yang

luas.

(2)   Metode Pengamatan

Metode observasi disebut juga metode pengamatan lapangan. Metode ini dilakukan melalui

pengamatan inderawi., yaitu dengan melakukan pencatatan terhadap gejala-gejala pada objek

penelitian secara langsung dilapangan.

Pada metode ini pengumpulan data dilakukan dengan mencatat semua kejadian atau

fenomena yang diamatai ke dalam catatan lapangan ( field notes ).

a.       Jenis-jenis metode pengamatan

Ada tiga macam jenis pengamatan, yaitu :

1.    Pengamatan biasa

Pengamatan yang dilakukan tanpa terlibat atau kontak langsung dengan informan yang

menjadi sasaran penelitiannya.

2. Pengamatan terkendali

Page 14: 7.Antropologi Psikologi

Konsepnya hampir sama dengan pengamatan biasa. Akan tetapi perbedaanya pada

metode ini peneliti terlebih dahulu memilih secara khusus calon informan sehingga mudah

untuk diamati.

3. Pengamatan terlibat

Atau bisa disebut pengamatan partisipasi, yaitu metode di mana selain mengamati,

peneliti juga ikut terlibat dalam kegiatan yang berlangsung serta mengadakan hubungan

emosional dan soial dengan para informannya. Metode yang dalam bahasa Jerman disebut

“verstehen” ini merupakan metode paling umum digunakan dalam penelitian etnografi.

4. Pengamatan penuh

Yaitu penelitian mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang

sedang diteliti. Peneliti sudah diterima dan masuk ke dalam struktur masyarakat yang

diamatinya. Dalam kondisi seperti ini, peneliti dapat dengan mudah bergaul.

B.     Metode Ilmu Sosial Lainnya

(1)   Metode Pengimpulan Data Riwayat Hidup Individu

Tujuan penelitian Antropologi Psikologi dengan mempergunakan metode pengumpulan dan

menganalisa riwayat hidup untuk memperdalam pengertian dari si peneliti terhadap

masyarakat di mana tokoh-tokoh itu hidup.

Metode analisa riwayat hidup individu sangat berguna bagi penelitian antropologi psikologi,

antara lain:

a)      Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk memperoleh pandangan dari

dalam mengenai gejala-gejala sosial dalam suatu masyarakat melalui pandangan dari para

warga sebagai partisipan dari masyarakat yang bersangkutan.

b)      Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk mencapai pengertian mengenai

masalah individu warga masyarakat yang suka berkelakuan lain.

c)      Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk memperoleh pengertian

mendalam tentang hal-hal psikologis yang tak mudah diamati dari luar, atau dengan metode

wawancara berdasarkan pertanyaan langsung.

d)     Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk mendapat gambaran yang lebih

mengenai detail dari hal yang tidak mudah akan diceritakan dengan metode wawancara

berdasarkan pertanyaan langsung.

(2)   Metode Penggunaan Test-test Proyeksi

a.    Test Rorschsch

b.    Test Apersepsi Tematik

Page 15: 7.Antropologi Psikologi

c.    Test Proyeksi untuk Penelitian Antropologi Psikologi

(3)   Metode Mencatat Mimpi

(4)   Metode Survei Lintas Budaya

(5)   Metode Mempergunakan Folklor Sebagai Bahan Penelitian Antropologi Psikologi