anestesi rawat jalan rf

19
ANESTESI PASIEN RAWAT JALAN Konsep kunci 1. Ketepatan melakukan prosedur pembedahan terutama pada pasien rawat jalan pada dasarnya tergantung pada sumber fasilitas, perkiraan lamanya operasi dan tingkat perawatan pasien paska operasi yang mungkin dibutuhkan. 2. Kesamaan tingkat perawatan perioperatif termasuk uji laboratorium, dibutuhkan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. 3. Standar monitoring intraoperatif untuk anestesi pasien rawat jalan dan pasien rawat inap adalah sama. 4. Masalah yang berhubungan dengan anestesi spinal atau epidural yang dapat memperlambat pelaksanaan termasuk hipotensi ortostatik, pemanjangan blokade motorik atau sensorik dan retensi urin. 5. Suatu metode untuk mengurangi insidensi mual dan muntah paska operasi adalah melarang intake oral termasuk cairan, sampai pasien merasa lapar. 6. Semua pasien rawat jalan harus tinggal di rumah ditemani seorang dewasa yang bertanggungjawab yang akan menjaga mereka sepanjang malam.

Upload: arief

Post on 14-Jul-2016

30 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

anestesi rajal

TRANSCRIPT

Page 1: Anestesi Rawat Jalan RF

ANESTESI PASIEN RAWAT JALAN

Konsep kunci

1. Ketepatan melakukan prosedur pembedahan terutama pada pasien rawat jalan

pada dasarnya tergantung pada sumber fasilitas, perkiraan lamanya operasi dan

tingkat perawatan pasien paska operasi yang mungkin dibutuhkan.

2. Kesamaan tingkat perawatan perioperatif termasuk uji laboratorium, dibutuhkan

untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

3. Standar monitoring intraoperatif untuk anestesi pasien rawat jalan dan pasien

rawat inap adalah sama.

4. Masalah yang berhubungan dengan anestesi spinal atau epidural yang dapat

memperlambat pelaksanaan termasuk hipotensi ortostatik, pemanjangan blokade

motorik atau sensorik dan retensi urin.

5. Suatu metode untuk mengurangi insidensi mual dan muntah paska operasi adalah

melarang intake oral termasuk cairan, sampai pasien merasa lapar.

6. Semua pasien rawat jalan harus tinggal di rumah ditemani seorang dewasa yang

bertanggungjawab yang akan menjaga mereka sepanjang malam.

Salah satu perubahan yang paling dramatik dalam cara perawatan kesehatan selama dua

dekade terakhir telah bergeser dari pembedahan pasien rawat inap menjadi rawat jalan

(atau disebut juga pembedahan ambulatori). Diperkirakan bahwa 60-70% seluruh prosedur

pembedahan di Amerika Serikat dilakukan dengan bedah rawat jalan. Dorongan utama

untuk perubahan ini adalah penghematan ekonomi yang dihasilkan dengan tidak

mondoknya pasien pada malam sebelum operasi atau menjaga mereka di rumah sakit

pada malam setelah operasi. Keuntungan lain bedah sehari termasuk pulang lebih awal,

kenyamanan pasien dan mengurangi risiko infeksi nosokomial. Karena seperti yang

diharapkan, tren menuju bedah rawat jalan telah mempengaruhi praktik anestesi.

Keberhasilan besar pada bedah rawat jalan juga berperan penting untuk

memajukan teknik anestesi dan pembedahan. Spektrum baru pendekatan invasif minimal

dan endoskopi pada pembedahan menyebabkan bedah rawat jalan atau pemulangan dari

rumah sakit lebih awal praktis untuk meningkatkan jumlah operasi. Pembedahan pada

pasien rawat jalan juga berperan penting terhadap meningkatnya minat terhadap

perkembangan agen anestesi aksi jangka pendek dan sangat pendek serta teknik anestesi

Page 2: Anestesi Rawat Jalan RF

regional. Kecepatan perkembangan ini dan aplikasinya menimbulkan kontroversi

berlebihan dimana prosedur pembedahan dapat dilakukan dengan aman pada pasien

rawat jalan dan tempat mereka seharusnya dilakukan – poliklinik rawat jalan rumah sakit,

klinik bedah swasta atau praktek dokter.

Keterbatasan dan pertimbangan khusus yang terlibat dalam pelaksanaan anestesi

yang aman dan efisien untuk pembedahan pasien rawat jalan akan digali. Pertimbangan

sebelum, selama dan setelah operasi akan dijelaskan.

PERTIMBANGAN SEBELUM OPERASI

PERTIMBANGAN TEMPAT

Pembedahan yang dilakukan pada pasien rawat jalan biasanya mengambil tempat

pada salah satu tempat : rumah sakit khusus, klinik bedah swasta dan praktik dokter.

Setiap tempat ini mengembangkan pertimbangan spesifik. Pertama, rumah sakit khusus

menawarkan akomodasi dan perlengkapan baik rawat jalan maupun rawat inap. Kedua,

klinik bedah swasta dirancang untuk waktu tinggal yang sangat singkat; beberapa pusat

menawarkan fasilitas rawat inap semalam. Ketiga, suatu perkiraan bahwa 15-20% seluruh

prosedur pasien rawat jalan dilakukan di tempat praktek.

Tanpa memperhatikan lokasi, suatu kewajiban ahli anestesi untuk memastikan

bahwa semua obat dan peralatan segera tersedia dan dapat dipergunakan dengan baik

untuk menyediakan kondisi yang aman untuk pasien.

PEMILIHAN KASUS PEMBEDAHAN

Ketepatan melakukan prosedur pembedahan pada pasien rawat jalan atau

ambulatory pada dasarnya tergantung pada sumber daya fasilitas, perkiraan lama operasi

dan tingkat perawatan pasien paska operasi yang mungkin dibutuhkan. Sebagai contoh,

fasilitas bedah swasta mungkin tidak menyediakan operasi yang rumit karena fasilitas tidak

dapat memberikan akomodasi kepada pasien yang membutuhkan tindakan paska operasi,

sebaliknya instalasi rawat jalan pada rumah sakit nyata sekali dilengkapi untuk menangani

kasus seperti itu. Lebih lanjut lagi,fasilitas pasien rawat inap secara khusus menyediakan

fasilitas laboratorium yang lebih komprehensif dan akses yang lebih besar untuk konsultan

spesialis. Sejak waktu di ruang pemulihan relatif independent terhadap lamanya operasi

dan anestesi, sebagian besar senter bedah sekarang merasa nyaman dalam menerima

pasien untuk operasi pasien rawat jalan yang secara luas lebih baik dari rekomendasi lama

2

Page 3: Anestesi Rawat Jalan RF

yaitu maksimal 2 jam. Lebih jelas lagi, operasi pasien rawat jalan kurang tepat jika pasien

akan membutuhkan perawatan paska operasi yang ekstensif karena sifat dasar operasi

atau karena kondisi medis sebelumnya. Beberapa senter bedah pasien rawat jalan tidak

menerima kasus komplikasi akibat infeksi karena kurangnya fasilitas isolasi. Pada

akhirnya, faktor ekonomi sering mengharuskan pembedahan dilakukan dengan rawat

jalan. Banyak pihak ketiga tidak mau membayar prosedur pembedahan kosmetik atau

pembedahan rawat jalan yang diwakilkan untuk menghindari biaya perawatan pasien

rawat inap yang tidak penting. Kondisi yang membahayakan terjadi di beberapa rumah

sakit yang menawarkan unit 24 jam sepanjang malam. Pada keadaan ini, pasien diawasi

sepanjang malam dan dipulangkan besok pagi-menyediakan perawatan luas dan

pengamatan sementara memberikan pelayanan pada pasien rawat jalan yang diwakilkan

oleh banyak asuransi.

Kontroversi disekitar pemilihan kasus pasien rawat jalan dikhususkan tonsilektomi

dan adenoidektomi. Diperkirakan 3% pasien yang membutuhkan prosedur pembedahan ini

mengalami perdarahan paska operasi; banyak pasien akan membutuhkan transfusi dan

pembedahan ulang. Perlu dicatat bahwa perdarahan post tonsilektomi tidak terjadi hingga

lebih dari 12 jam setelah operasi. Untuk alasan ini, banyak senter bedah menjadwalkan

operasi ini pada pagi hari untuk memberikan pengawasan maksimal dalam fasilitas,

sedangkan beberapa pusat bedah tidak mengijinkan tonsilektomi dilakukan dengan

pembedahan rawat jalan.

PEMILIHAN PASIEN

Sesuai dengan prosedur pembedahan, panduan untuk pemilihan pasien secara cepat

berkembang menjadi lebih bebas. Sementara hanya pasien American Society of Anesthesiologist (ASA) kelas 1 atau 2 yang pada awalnya dipertimbangkan untuk

pembedahan rawat jalan, banyak senter akhir-akhir ini membolehkan pasien ASA 3

dengan kondisi medis stabil. Beberapa senter mengijinkan pasien ASA 4 menjalani

prosedur yang terbatas sifat atau dimana admisi rumah sakit menempatkan pasien pada

risiko tinggi. Contoh situasi ini pasien kanker yang mendapat imunosupresan

membutuhkan insersi kateter Hickman untuk kemoterapi. Pasien dengan penyakit sistemik

serius (misalnya obesitas morbid, DM tipe I yang tidak terkontrol, asma yang tergantung

steroid, miastenia gravis) membutuhkan evaluasi kasus per kasus dengan pertimbangan

penyakit yang makin memberat dan sifat prosedur pembedahan.

3

Page 4: Anestesi Rawat Jalan RF

Kemampuan pasien untuk mematuhi instruksi tertulis preoperative dan

postoperative dan adanya seseorang yang bertanggungjawab menemani pasien di rumah

sama pentingnya dengan kondisi medis pasien dalam menentukan ketepatan

pembedahan pasien rawat jalan. Kemungkinan admisi rumah sakit sepanjang malam

harus diterima dan dipahami oleh pasien.

Usia bukanlah kontraindikasi untuk pembedahan pasien rawat jalan dengan

pengecualian sebagai berikut :

Bayi premature kurang dari 50 minggu post konsepsi ( beberapa senter menggunakan

60 minggu sebagai cutt of time Bayi dengan riwayat displasia bronkhopulmoner atau episode apneu yang menjadi

gejala selama 6 bulan terakhir

Bayi sekandung yang meningggal karena sindrom kematian infan mendadak

Pasien-pasien kelompok ini mempunyai resiko tinggi terjadinya apneu post operasi

dan seharusnya dimonitor setidaknya 24 jam setelah operasi. Pasien-pasien tua

membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan pasien dewasa muda untuk

mengembalikan kemampuan psikomotor secara penuh. Namun demikian, mereka-dan

anak-anak-paling beruntung pada pembedahan pasien rawat jalan karena mereka paling

rentan terhadap efek samping psikologis yang berhubungan dengan admisi rumah sakit.

UJI LABORATORIUM DAN EVALUASI PREOPERATIF

Pentingnya uji laboratorium tidak tergantung apakah pembedahan dilakukan pada pasien

rawat jalan atau rawat inap. Tingkat yang sama perawatan perioperatif, termasuk uji

laboratorium dibutuhkan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap. Salah satu kegagalan

anestesi pada pasien rawat jalan adalah pembatalan jadwal pembedahan karena atau

kegagalan pasien untuk mengikuti instruksi preoperative (misal: melarang pasien makan).

Karena masalah logistic sering ditemui dalam mengevaluasi pasien rawat jalan sebelum

pembedahan, dokter sering meminta uji laboratorium yang berlebihan. Sebagian besar

kekacauan dan biaya bisa dieliminasi oleh ahli anestesi yang mengevaluasi pasien

sebelum hari operasi. Hal ini dapat berbentuk riwayat preoperasi dan pemeriksaan fisik

seperti biasa,interview lewat telepon,atau kuisioner skrining. Studi multiple telah

menunjukan bahwa anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah prosedur penyaringan yang

lebih efektif untuk mengetahui penyakit pasien dibandingkan uji laboratorium rutin.

4

Page 5: Anestesi Rawat Jalan RF

PREMEDIKASI

Pertimbangan untuk premedikasi pasien rawat jalan sama dengan pada pasien rawat inap

kecuali untuk tujuan tambahan rapid emergence. Injeksi intra muskuler agen jangka

panjang seperti morfin sulfat atau lorazepam dapat dengan mudah diganti dengan

pemberian intravena obat-obat jangka pendek seperti fentanil medazolam secara umum

penggunaan agen jangka pendek secara bijaksana tidak bermakna terhadap

memanjangnya waktu pemulihan. Tentu saja pengurangan premedikasi semua sedative

merupakan alternative untuk pasien. Karena jelas sekali pada pasien rawat inap,

premedikasi yang paling efektif adalah informasi dari interview preoperative.

Dalam beberapa studi, pasien rawat jalan mempunyai resiko tinggi terhadap

aspirasi pneumonia karena meningkatnya keasaman dan volume sekresi lambung.

Bagaimanapun juga pemberian rutin antagonis histamine H2 atau obat-obat protektif

lainnya tidak direkomendasikan oleh sebagian besar penulis.

PERTIMBANGAN SELAMA OPERASI

PERTIMBANGAN TEKNIK ANESTESI DAN FARMAKOLOGI

1. Anestesi Umum

Sebagian besar teknik induksi tidak mempengaruhi waktu pulih sadar kecuali

mengikuti kasus-kasus operasi singkat. Khususnya , propofol, thiopental, etomidate,

methohexital dan induksi inhalasi dapat diterima. Ketamine berhubungan dengan

prolonged emergence pada beberapa pasien. Propofol mungkin menjadi pilihan agen

induksi terbaik pada sebagian besar pasien rawat jalan karena kecenderungannya

memberikan waktu pulih sadar yang cepat dengan insidensi rendah terjadinya mual

atau muntah. Pembedahan pasien rawat jalan sendiri bukan kontraindikasi untuk

intubasi, tetapi banyak kasus membutuhkan penggunaan face mask atau laryngeal

mask airway (LMA).

Anestesi dapat dipertahankan dengan agen volatile, bolus kecil opioid jangka

pendek atau infuse kontinyu anestesi intravena. Enfluran tampaknya menjadi

pengecualian karena kurangnya hubungan antara waktu anestesi dan waktu

pemulihan dan seharusnya mungkin dihindari pada kasus operasi yang melebihi 2

jam. Desfluran dan sevofluran memberikan waktu pulih sadar yang paling cepat dari

anestesi volatile yang tersedia akhir-akhir ini karena koefisien partisi darah/gas yang

rendah. Sejumlah anestesi intravena dan kombinasi anestesi telah digunakan dalam

5

Page 6: Anestesi Rawat Jalan RF

teknik anestesi intravena total selama anestesi pasien rawat jalan. Propofol,

remifentanil, alfentanil dan sufentanil memiliki durasi kerja yang singkat dan popular

digunakan pada anestesi pasien rawat jalan. Karena obat-obat dengan aksi singkat

cenderung menghabiskan biaya untuk diberikan selama kasus operasi jangka

menengah, sehingga perlu suatu alternative untuk mengganti teknik anestesi selama

pembedahan. Sebagai contoh, anestesi bisa dimulai dengan induksi propofol, diikuti

pemeliharaan dengan isofluran atau sevofluran dan diganti menjadi infus propofol atau

desfluran saat akhir operasi untuk rapid emergence. Anestesi dapat ditambah dengan

nitrous okside.

Pilihan pelumpuh otot tergantung banyak faktor, termasuk mengantisipasi

lamanya anestesi, kondisi medis sebelumnya dan harga obat. Mivacurium

memberikan mula kerja menengah, tetapi memiliki lama kerja yang singkat

dibandingkan pelumpuh otot non depolarisasi lainnya. Atracurium, vecuronium dan

rocuronium adalah pelumpuh otot aksi jangka menengah. Penggunaan rutin stimulator

saraf membantu menghindari kelebihan dosis dan masalah yang berkaitan dengan

sisa kelumpuhan otot. Infuse kontinyu suksinil kolin menjadi pilihan yang masuk akal

untuk kasus yang membutuhkan pelumpuh otot dengan periode kerja yang sangat

singkat (missal esofagoskopi). Pasien rawat jalan tampaknya memiliki risiko meningkat

untuk mialgia paska operasi setelah pemberian suksinil kolin. Apakah komplikasi ini

bisa dicegah dengan pemberian pelumpuh otot non depolarisasi masih merupakan

kontroversi.

Standar pemantauan selama operasi untuk anestesi pada pasien rawat jalan

dan rawat inap sama; standar minimum untuk pemantauan selama operasi diadopsi

oleh ASA.

2. Anestesi Regional

Keuntungan anestesi regional pada pembedahan rawat jalan termasuk

sedikitnya perubahan dalam fungsi susunan saraf pusat dan derajat pemulihan nyeri

paska operasi. Bergantung pada tipe blok regional, beberapa komplikasi paska

operasi (muntah, mengantuk) dapat dikurangi, dibandingkan dengan anestesi umum.

Kerugian potensial anestesi regional pada pasien rawat jalan adalah jumlah waktu

yang dibutuhkan untuk melakukan beberapa blok. Teknik-teknik yang mungkin

berkembang dari anestesi spinal atau epidural menjadi blok saraf tepi (blok

retrobulber) atau infiltrasi local. Masalah-masalah yang berhubungan dengan anestesi

6

Page 7: Anestesi Rawat Jalan RF

spinal atau epidural yang dapat menghambat pemulihan termasuk hipotensi ortostatik,

blockade sensorik atau motorik memanjang dan retensi urin. PDPH lebih sering terjadi

pada pasien rawat jalan dibandingkan pasien rawat inap. Teknik yang berhubungan

dengan komplikasi seharusnya dihindari; sebagai contoh blok supraklavikular dapat

menyebabkan pneumotorak. Obat-obat anestesi lokal seharusnya dipilih dengan hati-

hati untuk mencegah relaksasi otot yang memanjang pada periode paska operasi.

Meskipun dengan anestesi regional, fungsi psikomotor dapat terganggu untuk

beberapa jam setelah pembedahan jika obat-obat sedative juga diberikan.

3. Pemantauan Perawatan Anestesi

Banyak prosedur bedah minor aman dilakukan menggunakan anestesi local

(blok lapangan oleh ahli bedah) dikombinasi dengan sedasi intravena. Prosedur bedah

seperti prosedur bedah plastic minor, prosedur mata dan biopsy payudara dapat

dengan mulus dikerjakan menggunakan teknik ini. Pemantauan sama seperti anestesi

umum. Oksigen dapat diberikan dengan nasal kanul atau face mask-kadang-kadang

diganti untuk memudahkan menilai pembedahan wajah atau mata. Teknik yang umum

adalah sedasi awal dan ansiolisis dengan benzodiazepine (midazolam 1-3 mg) diikuti

dengan propofol. Bolus kecil propofol dapat diberikan sebelum ahli bedah

menyuntikkan anestesi local sehingga pasien cepat tidak sadar dan tidak ingat dengan

rasa terbakar yang mengawali injeksi anestesi local. Pemantauan anestesi dibicarakan

lebih lanjut dalam diskusi kasus pada akhir bagian ini.

PERTIMBANGAN PASKA OPERASI

KOMPLIKASI

Komplikasi paska operasi yang relative tidak bermakna pada pasien rawat inap

dapat mencegah pasien rawat jalan untuk siap pulang dan pemulangan pasien yang

membahayakan dari unit bedah rawat jalan. Faktor yang berhubungan dengan komplikasi

paska operasi termasuk jenis kelamin perempuan, tidak terpapar anestesi umum

sebelumnya, intubasi endotrakheal, operasi bagian perut dan lama operasi melebihi 30

menit.

Muntah adalah masalah umum yang jika berkepanjangan membutuhkan admisi

rumah sakit. Insidensinya meningkat dengan teknik anestesi yang membutuhkan opioid

dosis tinggi, jenis operasi tertentu, nyeri paska operasi dan predisposisi motion sickness

(tabel 1).

7

Page 8: Anestesi Rawat Jalan RF

Tabel 1. Faktor risiko untuk mual dan muntah paska operasiFaktor pasien

Usia mudaJenis kelamin wanita, khususnya jika menstruasi pada hari pembedahan atau pada kehamilan trimester

pertamaRiwayat muntah paska operasi sebelumnyaRiwayat motion sicknessKeterlambatan pengosongan lambung (misal pasien gemuk)

Teknik anestesiPemberian opioidAnestesi umumObat-obat anestesi (neostigmine, ketamine, agen volatile)Nyeri paska operasiHipotensi

Prosedur pembedahanOperasi strabismusOperasi mataLaparoskopiOrchidopeksiOvum retrievalTonsilektomi

Pasien dengan risiko tinggi diuntungkan dengan profilaksis rutin dengan obat anti emetik.

Obat-obat penghambat reseptor serotonin 5-HT3 seperti ondansetron (4 mg iv), atau

dolasetron (12,5 mg iv) secara luas digunakan dan toleransinya sangat baik. Droperidol

(0,01-0,05 mg/kg BB iv) juga obat yang efektif, tetapi pada dosis dewasa seharusnya

dibatasi kurang dari 1,25 mg untuk mencegah rasa mengantuk paska operasi. Meskipun

dosis kecil ini berefek pada ansietas paska operasi dan disfori. Metoklopramide (10 mg iv)

memiliki kelebihan tidak menghambat pemulihan dari anestesi umum dan dapat

mengurangi volume gaster residual. Pada pasien dengan risiko tinggi untuk muntah, dua

obat anti muntah dapat diberikan sebagai kombinasi. Studi klinis menyarankan bahwa

ondansetron sama efektifnya seperti kombinasi droperidol dan metoklopramide.

Deksamethason (10-12 mg iv) berguna pada pasien dengan mual muntah berulang.

Pemberian skopolamin transdermal 2 jam sebelum operasi dapat mengurangi kejadian

mual dan muntah paska operasi, tetapi efek samping antikolinergik (seperti mulut kering,

kehilangan pendengaran dekat, retensi urin, disorientasi, somnolence) membatasi

penggunaannya. Suatu metode untuk mengurangi kejadian mual dan muntah paska

operasi adalah melarang intake oral; termasuk cairan hingga pasien merasa lapar.

Keluhan rasa haus dan lapar dapat dipulihkan dengan berkumur air, tetapi menelan air

seharusnya dihindari. Memaksakan cairan oral pada pasien mual dapat mengecewakan

hasil.

8

Page 9: Anestesi Rawat Jalan RF

Nyeri paska operasi dapat dikontrol dengan analgesik intravena atau blok saraf

lokal. Meskipun pemberian agonis opioid jangka pendek selama operasi dapat

meningkatkan kejadian mual dan muntah paska operasi, pemulihan anestesi tidak

diperpanjang dengan dosis rendah ( misal fentanyl 2 g/ kg BB). Meskipun dosis lebih

rendah sering efektif dalam mengontrol nyeri di ruang pemulihan (fentanyl 0,5 g/ kg BB).

Ketorolak intravena atau intramuskuler (30-60 mg) diberikan sebelum akhir operasi

biasanya memberikan beberapa derajat analgesi tanpa predisposisi terjadinya depresi

nafas atau muntah. Alternatif yang lebih murah adalah pemberian anti inflamasi non

steroid oral sebelum operasi. Infiltrasi dengan anestesi local selama pembedahan efektif

menurunkan ketidaknyamanan paska operasi pada hernia inguinal repair, sirkumsisi dan

ligasi tuba. Setelah pemulangan dari ruang pemulihan, sebagian besar pasien dapat

diberikan medikasi untuk nyeri secara oral (seperti asetaminofen) jika nafsu makan mereka

kembali seperti semula.

Prolonged somnolence adalah komplikasi yang jarang terjadi kecuali obat-obat

anestesi jangka panjang diberikan. Nyeri kepala adalah masalah paska operasi yang

umum terjadi dan tampaknya meningkat setelah pemberian agen anestesi volatile.

Retensi urin dapat terjadi setelah anestesi umum sama aeperti blok spinal atau epidural.

Hal ini khususnya menjadi masalah pada pria tua dengan hipertrofi prostate. Kateterisasi

kandung kemih sederhana terbukti traumatic dan membutuhkan konsultasi dengan ahli

urologi. Nyeri telan dan suara serak adalah keluhan yang umum terjadi setelah intubasi

endotrakheal, tetapi dapat juga terjadi setelah ventilasi face mask, LMA atau anestesi

regional dengan sedasi. Batuk disertai dengan sesak nafas paska intubasi jarang terjadi

pada pasien anak-anak.

KRITERIA PEMULANGAN

Pemulihan dari anestesi dapat dibagi menjadi 3 stadium : emergence dan terbangun

(awakening), kesiapan pulang (home rediness) dan pemulihan psikomotor secara penuh.

Pemulangan dari senter bedah pasien rawat jalan adalah keadaan pasien dapat

menerima tingkat minimal kesiapan pulang (tabel 2).

Tabel 2. Definisi kriteria kesiapan pulangOrientasi terhadap personal, tempat dan waktuTanda vital stabil selama 30-60 menitKemampuan untuk berjalan tanpa dibantuKemampuan untuk mentoleransi cairan oral

9

Page 10: Anestesi Rawat Jalan RF

Kemampuan untuk mengosongkan kandung kemihTidak adanya nyeri yang bermakna atau perdarahan

Tes psikomotor dan kognitif (tes Trieger, tes menambahkan simbol angka) akhir-akhir ini

tidak rutin direkomendasikan untuk tujuan ini. Pemulihan propriosepsi, tonus simpatis,

fungsi kandung kemih dan kekuatan motorik adalah criteria tambahan setelah anestesi

regional. Sebagai contoh, propriosepsi ibu jari kaki secara utuh, perubahan ortostatik

minimal dan fleksi plantar kaki normal adalah tanda pemulihan setelah anestesi spinal

yang penting.

Semua pasien rawat jalan yang dipulangkan ke rumah ditemani seorang dewasa

yang bertanggungjawab yang akan menemani mereka sepanjang malam. Pasien harus

diberikan instruksi paska operasi yang tertulis bagaimana mereka meminta pertolongan

darurat dan menjalankan perawatan follow up rutin. Penilaian kesiapan pulang adalah

tanggungjawab dokter, terutama ahli anestesi yang sudah mengenal dengan pasien.

Kewenangan untuk memulangkan pasien ke rumah dapat diwakilkan kepada perawat jika

kriteria pemulangan yang sebelumnya disepakati secara tegas dilaksanakan.

Kesiapan pulang tidak menyatakan bahwa pasien memiliki kemampuan untuk

membuat keputusan penting, untuk mengendarai atau kembali bekerja. Aktivitas ini

membutuhkan pemulihan psikomotor yang penuh dimana sering tidak tercapai hingga 24-

72 jam paska operasi. Pada beberapa senter bedah swasta atau praktik dokter, persiapan

dapat dilaksanakan dengan fasilitas perawatan terdekat untuk memberikan 1-2 hari

manajemen pemulihan paska operasi. Hal ini seharusnya dipertimbangkan untuk

mengontrol nyeri, perawatan luka atau keahlian perawat menjadi asisten sebagai inndikasi.

Semua senter pasien rawat jalan harus menggunakan beberapa sistim follow up

paska operasi yang melibatkan penggunaan kuisoner pasien atau kontak telepon setelah

kepulangan.

10