analisis sosiologi hukum islam terhadap jual beli...

89
i ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TEBASAN DI DESA SUROJOYO KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: SITI NURJANAH NIM : 21411026 JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 01-Feb-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

i

ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL

BELI TEBASAN DI DESA SUROJOYO KECAMATAN

CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

SITI NURJANAH

NIM : 21411026

JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

Page 2: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

ii

Page 3: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

iii

Page 4: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

iv

Page 5: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

v

MOTTO

“Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu

adalah dirinya sendiri” (Qs. Al-ankabut : 6)

“Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya

dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia

menentramkam amarah ombak dan gelombang itu.” (Marcus Aurelius)

Page 6: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini

kepada :

1. Kedua Orang tuaku Bapak Nuruddin (Alm) dan Ibu Uwuh Fatonah tercinta,

yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku

selama ini.

2. Kedua kakakku Istiyani dan Iis Tarwiyati, yang telah mendoakan agar selalu

tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

3. Seseorang yang telah memberikan kehidupan bermakna, pencerahan dan

motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani

kehidupan.

4. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi

dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh

kesabaran.

5. Civitas akademika di Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang penulis

banggakan.

Page 7: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

vii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang

diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan

yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit

Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat-

sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy) dalam ilmu syari‟ah, Fakultas

Syari‟ah, Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah yang berjudul: “Analisis sosiologi

hukum Islam terhadap jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo

Kabupaten Magelang”. Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Penulisan Skripsi

ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah

penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih

kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN

Salatiga.

Page 8: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

viii

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari‟ah

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan

baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di

IAIN Salatiga.

5. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, M.,Lc.,M.S.I selaku Dosen Pembimbing

yang selalu memberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan

skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

6. Bapak Siswantoro selaku sekertaris desa Surojoyo yang telah berkenan

memberikan izin penelitian di Desa Surojoyo serta memberikan informasi

berkaitan penulisan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi

Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa

halangan apapun.

8. Sahabat-sahabatku tercinta Afiatun Nadifah, Intan Rahmani sandra, Indri

Kartika, Dina Amalia Hidayati, Munziroh, Suprihati, Nur Anisah, lilis

Setiawati yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

9. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2011 di IAIN

Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan

di IAIN Salatiga.

Page 9: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

ix

Page 10: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

x

ABSTRAK

Nurjanah, Siti. Analisis Sosiologi Hukum Islam Terhadap Jual Beli Tebasan di Desa

Surojoyo Kecamatan Candimulo Kabupaten Magelang. Jurusan Syariah. Program

Studi Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pemimbing:

Ahmad Mifdlol Muthohar, M.,Lc.,M.S.I

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi

masyarakat Desa Surojoyo melakukan jual beli tebasan, kemudian bagaimana

pandangan para tokoh agama mengenai pelaksanaan jual beli tebasan di Desa

Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam terhadap pelaksanaan jual

beli tebasan di Desa Surojoyo tersebut. Jenis penelitian yang digunakan penulis

adalah penelitian kualitatif, metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam

bentuk kata-kata atau kalimat, serta menggunakan data sekunder melalui studi

dokumentasi : internet, buku-buku pustaka, dan dari data yang mengenai letak

geografi dan demografis di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten

Magelang. Penilitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu menggambarkan secara

langsung hasil wawancara dan mencari data mengenai jual beli tebasan di Desa

Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

Hasil penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan

jual beli tebasan yaitu karena faktor ekonomi dan faktor kebiasaan. Para pemuka

agama di Desa Surojoyo memperbolehkan jual beli tebasan asalkan dalam jual beli

tebasan tidak mengandung gharar, akan tetapi dalam prakteknya jual tebasan di Desa

Surojoyo terdapat unsur gharar. Jual beli gharar dalam Islam itu dilarang. Akad yang

digunakan dalam jual beli ini yaitu menggunakan sistem akad Down Payment (DP),

dalam jual beli tebasan disebut dengan sistem panjar. Dalam transaksi jual beli ini

tedapat jual beli ijon. Apabila diakitkan dengan studi Islam dengan pendekatan

sosiologi tentang pengaruh agama terhadap masyarakat atau lebih tepatnya pengaruh

agama terhadap perubahan masyarakat, maka praktek jual beli di Desa Surojoyo

pengaruh agama terhadap masyarakat lebih sedikit. Mereka sudah mengetahui

hukumnya jual beli tebasan yang mereka lakukan tidak diperbolehkan, namun mereka

masih melakukannya.

Kata kunci : Sosiologi, Hukum Islam, Jual beli, tebasan

Page 11: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN....................................................

i

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... iv

HALAMAN MOTO............................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................

v

vi

KATA PENGANTAR.........................................................................................

ABSTRAK...........................................................................................................

vii

x

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian........................................................... 1

B. Fokus Penelitian.......................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian.........................................................................

D. Kegunaan Penelitian....................................................................

E. Penegasan Istilah.........................................................................

F. Tinjauan Pustaka.........................................................................

4

4

5

6

G. Metode Penelitian........................................................................ 9

1. Jenis penelitian...................................................................... 9

2. Kehadiran penelitian............................................................. 9

Page 12: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

xii

3. Lokasi penelitian.................................................................. 10

4. Metodologi penelitian ......................................................... 10

a. Wawancara/interview……………………………… 10

b. Metode observasi………………………………….. 11

c. Analisa data……………………………………….. 11

H. Sistematika Penulisan................................................................ 11

BAB II

BAB III

LANDASAN TEORI........................................................................

A. Tinjauan Umum Jual Beli............................................................

1. Definisi Jual Beli………………………………………..

2. Rukun dan Syarat Jual Beli…………………………….

3. Macam-macam Jual Beli………………………………..

4. Dasar Hukum Jual Beli…………………………………

5. Larangan-larangan yang Merusak dalam Jual Beli……..

6. Prinsip-prinsip Jual Beli………………………………..

B. Jual Beli Ijon................................................................................

1. Pengertian Jual Beli…………………………………….

2. Dasar Hukum Jual Beli Ijon…………………………….

C. Sosiologi HukumIslam.................................................................

GAMBARAN UMUM PRAKTEK JUAL BELI TEBASAN DI

DESA SUROJOYO……………………………………………….

A. Kondisi Masyarakat di Desa Surojoyo……...............................

14

14

14

15

23

26

29

37

38

38

39

42

50

50

Page 13: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

xiii

BAB IV

1. Letak Geografis……………….......................................

2. Demograf………………………………………………

B. Praktek Jual Beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan

Candimulyo Kabupaten Magelang……………………………..

ANALISIS........................................................................................

A. Analisis Praktek Jual Beli Tebasan di Desa Surojoyo

Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang…………………

B. Pandangan Tokoh-tokoh Agama dalam Pelaksanaan Jual Beli

Tebasan yang dilakukan di Desa Surojoyo……………………..

C. Pandangan Sosiologi hukum IslamTerhadap Jual Beli

Tebasan…………………………………………........................

50

51

59

63

76

63

67

70

BAB V PENUTUP…………………………………………………………

A. Kesimpulan.................................................................................

73

73

B. Saran........................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

LAMPIRAN LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring dengan adanya perkembangan pesat dalam sektor perdagangan,

para pengusaha berlomba-lomba untuk mencari ide dalam mengembangkan usaha.

Usaha tersebut ditempuh dengan berbagai macam cara untuk mendapatkan

keuntungan. Jual beli adalah salah satu cara yang dilakukan manusia untuk

mencari keuntungan dan meningkatkan taraf hidup manusia. Didalam fiqh

muamalah yang di maksud dengan jual beli yaitu akad mu‟awadhah yakni akad

yang dilakukan oleh dua pihak di mana pihak pertama menyerahkan barang dan

pihak kedua menyerahkan imbalan, baik berupa uang maupun barang (Muslich,

2010:177).

Apabila bicara mengenai jual beli, maka harus mengetahui hukum-hukum

jual beli, apakah praktek jual beli yang dilakukan sudah sesuai dengan syari‟at

Islam atau belum, oleh karena itu seorang yang menggeluti dunia usaha harus

mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak. Islam

mengajarkan, bahwa hubungan sesama manusia dalam masyarakat harus

dilakukan atas dasar pertimbangan yang mendatangkan manfaat dan menghindari

madharat. Seperti firman Allah swt dalam QS. Al-Baqarah ayat 275:

Page 15: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

2

با م الر البيع وحر وأحل للا

“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Dalam masalah muamalat, Allah telah menetapkan undang-undang yang

berlaku umum dan dasar-dasar yang bersifat umum pula.Hal ini agar hukum Islam

tetap sesuai dengan situasi dan kondisi muamalat yang terus berkembang dan

mengalami berbagai perubahan.Prinsip dasar yang ditetapkan jual beli adalah

kejujuran,kepercayaan dan kerelaan, prinsip jual beli telah diatur demi

menciptakan dan memelihara i‟tikad baik dalam suatu transaksi jual beli seperti

takaran yang harus diperhatikan dan kejelasan barangnya.

Sehubungan anggapan diatas, dalam kenyataannya, banyak orang yang

beragama Islam melakukan kegiatan jual beli dalam rangka pencaharian dan

usaha mereka, salah satunya yaitu kegiatan jual beli hasil bumi dengan sistem

tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.Hasil

bumi yang diperjual belikan di Desa Surojoyo biasanya kacang tanah, buah

durian, dan petai.Tergantung musim yang ada pada saat itu.

Dalam jual beli tersebut taksiran yang dilakukan adalah dengan sistem

tebasan yang dilakukan oleh pedagang dengan cara memborong hasil bumi,

sebelum panen sebelum dipanen yang dilakukan dengan cara mengitari petakan

sawah kemudian dengan hanya mengambil beberapa sampel hasil bumi yang akan

ditebas untuk memperkirakan jumlah seluruh hasil panen tanaman. Cara ini

memang memungkinkan terjadinya spekulasi dari kedua belah pihak, karena

Page 16: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

3

kualitas dan kuantitas tanaman yang diperjual belikan belum tentu jelas keadaan

dan kebenaran perhitungannya karena tanpa penakaran dan penimbangan yang

sempurna.Dan kemudian dengan cara ini transaksi sudah bisa dilakukan.

Sistem jual beli tebasan juga memungkinkan adanya jual beli yang

mengandung gharar yang dilarang hukum Islam.Kemudian dalam akad perjanjian

praktek jual beli dengan sistem tebasan ini hanya dilakukan dengan lisan, tanpa

perjanjian tertulis, sehingga memungkinkan terjadinya ingkar janji yang mungkin

dapat berakibat perselisihan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik

melakukan analisa yang akan disusun dalam skripsi dengan judul: “ANALISIS

SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TEBASAN DI DESA

SUROJOYO KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG”

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan jual beli tebasan

di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang?

2. Bagaimana pandangan tokoh agama tentang pelaksanaan jual beli tebasan di

Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang?

3. Bagaimana tinjauan sosiologi hukum Islam terhadap pelaksanaan jual beli

tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang?

Page 17: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

4

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mereka melakukan jual

beli sistem tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten

Magelang.

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan tokoh agama tentang pelaksanaan

jual beli tebasan.

3. Untuk mengetahui bagaimana analisis sosiologi hukum Islam terhadap jual beli

tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Manfaat atau kegunaan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi sivitas akademika, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya

wacana keilmuan khususnya dalam bidang hukum Islam dan sebagai

menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bagi para ulama atau ahli agama, agar lebih memperkuat kondisi umat,

khususnya mengenai mualamalat keseharian mereka, sebagaimana yang ada di

Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

3. Untuk masyarakat di Desa Surojoyo Kecamatan candimulyo kabupaten

Magelang sebagai pertimbangan dalam melakukan transaksi jual beli dengan

sistem “tebasan”.

Page 18: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

5

E. PENEGASAN ISTILAH

Untuk mempermudah pemahaman serta menghindari kesalahpahaman

terhadap judul, maka terlebih dahulu dijelaskan maksud istilah dalam judul

tersebut.

1. Jual beli, adalah akad mu‟awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak,

dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua menyerahkan

imbalan, baik berupa uang maupun barang (Muslich, 2010: 177).

2. ”Tebasan”

Dalam Kamus Lengkap Indonesia tebas menebas berarti memborong

barang atau sesuatu untuk di beli seluruhnya.

3. Sosiologi hukum

Menurut Soerjono Soekanto suatu cabang ilmu pengetahuan yang

secara analitis dan empiris mempelajari hubungan timbal balik antara hukum

dengan gejala-gejala sosial lainnya. Maksudnya sejauh mana hukum itu

mempegaruhi tingkah laku sosial dan pengaruh tingkah laku sosial terhadap

pembentukan hukum.

4. Hukum Islam

Hukum Islam berarti Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah

dan Sunnah Rasul tentng tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan

diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam. Kata ”Seperangkat

peraturan” menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hukum Islam itu adalah

Page 19: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

6

peraturan yang dirumuskan secara terperici dan mempunyai kekuatan yang

mengikat (Syarifudin, 1997: 5).

F. TELAAH PUSTAKA

Penelitian yang berkaitan dengan masalah jual beli secara umum

sebelumnya sudah banyak diteliti. Dari sepengetahuan dan pengamatan penulis

belum ada karya ilmiah yang membahas tentang Analisis Sosiologi Hukum Islam

Terhadap Sistem Jual Beli Tebasan di Desa Surojoyo Dusun Brojolepo Kecamatan

Candimulyo Kabupaten Magelang.

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan bagi

penelitian ini antara lain yaitu terdapat beberapa penelitian terkait yang membahas

tentang zakat diantaranya:

Pertama, skripsi dariMiftachul Jannah (Institut Agama Islam Negeri

Walisongo Semarang) dengan judul ”Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pembatalan Jual Beli Tembakau (Studi Kasus Desa Morobonggo Kecamatan

Jumo Kabupaten Temanggung)”. Skripsi ini memiliki fokus penelitian:1)

Bagaimana proses pembatalan jual beli tembakau yang dilakukan oleh

masyarakat? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pembatalan jual beli

tembakau yang dilakukan oleh masyarakat?. Hasil dari skripsi ini,pelaksanaan jual

beli tembakau yng dilakukan oleh masyarakat di Desa Morobonggo, Kec. Jumo,

Kab. Temanggung, seringkali terjadi pembatalan jual beli tembakau yang yang

dilakukan oleh para pembeli (tengkulak) dan penjual (petani).Pembatalan tersebut

Page 20: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

7

diketahui kebanyakan memang karena kesalahan petani sendiri. Dalam hal ini para

petani berusaha mengelabui para tengkulak dengan berbagai cara, seperti

mencampur tembakau yang kualitasnya kurang bagus kedalam tembakau yang

kualitasnya bagus, dengan tujuan agar semua tembakau yang dimilikinya bisa

terjual semua dengan harga yang tinggi pula. Dilihat dari kacamata hukum Islam

pembatalan jual beli tembakau tersebut boleh dilakukan dengan alasan tembakau

tersebut cacat atau rusak.

Kedua,skripsi dari Nurudin (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta) dengan judul ”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek jual beli

Ikan dengan Sistem Pancingan)”. Skripsi ini memiliki fokus penelitian:1)

Bagaimana praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan? 2) Bagaimana tinjauan

hukum Islam terhadap praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan?.Hasil dari

skripsi ini,fenomena jual beli yang ada di masyarakat (khusunya penjual dan

pembeli) dusun Ringinsari Maguwoharjo Kec. Depok Sleman.yaitu jual beli ikan

dengan sistem pancingan. Dalam hukum Islam jual beli yang dilakukan

masyarakat setempat adalah jual beli yang masih samar atau ada unsur ketidak

jelasan dalam memperoleh barangnya.

Ketiga, skripsi dari Anna dwi cahyani (Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta ) dengan judul ”Jual Beli Bawang Merah dengan Sistem

Tebasan di Desa Sidapurna Kec. Dukuh Turi Tegal (Sebuah Tinjauan Sosiologi

Hukum Islam)”.Skripsi ini memiliki fokus penelitian: 1) Bagaimana praktek jual

beli bawang merah dengan sistem tebasan? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam

Page 21: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

8

terhadap praktek jual beli bawang merah dengan sistem tebasan?.Hasil dari skripsi

ini,jual beli bawang merah dengan sistem tebasan di desa sidapurna Kec.Dukuh

Turi Kab. Tegal yang telah membudaya sampaisaat ini.Jual beli bawang dengan

sistem tebasan jika dipandang dari segi hukum Islam sebagai jual beli yang tidak

sesuai dengan syarat dan rukunnya karena memungkinkan terjadinya spekulasi

dari pedagang dan pembeli,dilihat dari kualitas dan kuantitas bawang merah belum

tentu jelas keadaan dan kebenaran perhitungannya,dan tanpa adanya penakaran

atau penimbangan yang sempurna.Namun cara seperti ini sudah lama diterapkan

dan menjadi tradisi, juga karena masih terciptanya kepercayaan yang tinggi antara

pihak-pihak yang melakukan transaksi ini.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain: Penelitian pertama,

lebih fokus pada proses pembatalan jual beli tembakau yang dilakukan oleh

masyarakatDesa Morobonggo Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung

kemudian ditinjau menurut hukum Islam.Penelitian kedua, lebih fokus pada

praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan, laluditinjau menurut hukum

Islam.Penelitian ketiga, lebih fokus pada praktek jual beli bawang merah dengan

sistem tebasandi Desa Sidapurna Kec. Dukuh Turi Tegal, yang kemudianditinjau

menggunakan sosiologi hukum Islam.

Sedangkan penelitian ini fokus padaapa faktor-faktor yang menyebabkan

masyarakat melakukan jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo

Kabupaten Magelang, bagaimana pandangan tokoh agama tentang pelaksanaan

jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang,

Page 22: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

9

serta bagaimana tinjauan sosiologi hukum Islam terhadap pelaksanaan jual beli

tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

G. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah field Research, yaitu terjun

langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan fenomenologi yang berusaha

memahami fenomena transaksi jual beli dengan sistim ”Tebasan”.

Fakta-fakta yang ditemukan dilapangan sewaktu melakukan penelitian

akan dikaji dan dianalisis. Kemudian fakta-fakta itu dicari titik kaitnya sehingga

bisa menjadi kesimpulan umum. Penelitian dengan model seperti ini menuntut

peneliti untuk terjun langsung ke lapangan untuk mencermati fenomena praktek

jual beli dengan sistim ”Tebasan” di Desa Surojoyo Candimulyo Kabupaten

Magelang.

2. Kehadiran penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam pengumpulan data yang lain

selain peneliti adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil

penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya

penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada, serta hubungan dengan

Page 23: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

10

informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang di dapat menjadi lebih

jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber data yang mutlak.

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian itu akan

dilakukan. Penelitian tentang jual beli tebasan ini berlokasi di desa surojoyo

dusun brojolepo kecamatan candimulyo kabupaten magelang. penelitian

masihmenemukan jual beli dengan sistim Tebasan di desa tersebut. Maka dari

itu peneliti memilih desa tesebut untuk lokasi penelitian.

4. Metodologi Pengumpulan Data

Sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid tentang fenomena

praktek jual beli dengan sistim ”Tebasan” dan bagaimana proses transaksi jual

beli sistim ”Tebasan” di Desa Surojoyo Dusun Brojolepo Kecamatan

Candimulyo Kabupaten Magelang, penulis menggunakan metode sebagai

berikut:

a. Wawancara/interview

Dalam metode ini penulis menggunkan teknik wawancara atau

interviewyaitu suatu percakapan atau tanya jawab yang diarahkan pada suatu

permaslahan tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(orang yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang

memberi jawaban dari pertanyaan pewawancara). Data dikumpulkan dengan

mewawancarai para pelaku penjual dan pembeli dengan sistem tebasan.

Wawancara ini dimaksutkan untuk mengetahui faktor-faktor yang

Page 24: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

11

mempengaruhi masyarakat desa surojoyo kecamatan candimulyo melakukan

jual beli dengan sistem tebasan.

b. Metode observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

pengamatan langsung kepada objek penelitian. Metode ini digunakan untuk

mengetahui situasi dan kodisi lingkungan di Desa Surojoyo, Kecamatan

Candimulyo, Kabupten Magelang. Observasi ini dilakukan dengan

menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara langsung

terhadap objek yang diteliti.

c. Analisa data

Analisis data adalah suatu proses menata, menstrukturkan, dan

memaknai data yang tidak beraturan (Daymon & Holloway,2008: 368). Data

yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu menganlisa

dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan jual beli dengan sistem

tebasan di Desa surojoyo sehingga didapat suatu kesimpulan yang objektif,

logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan yang dilakukan penulis dalam

penelitin ini.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan merupakan uraian singkat mengenai hal-hal yang

akan dilaporkan secara sistematis, dengan tujuan agar mempemudah dalam

memperoleh suatu gambaran secara meyeluruh mengenai Analisa Sosiologi

Page 25: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

12

Hukum Islam terhadap sistem jual beli “Tebasan”di Desa Surojoyo Kecamatan

Candimulyo Kabupaten Magelang. Adapun sistematika penulisan proposal

meliputi:

BAB I Bab ini merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan tentang Latar

belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Penegasan Istilah, tinjauan Pustaka dan Metode Penelitian.

BAB II Bab ini merupakan yang berisi tentang Landasan Teori, membahas

telaah pustaka yang berisi tentang yang berisi tentang pengertian jual

beli, syarat dan rukun jual beli dan dasar hukum jual beli serta prinsip-

prinsip jual beli, pengertian jual beli ijon, dasar hukum jual beli ijon

dan

BAB III Bab ini merupakan yang berisi tentang pemaparan data dan Hasil

penelitian, dalam bab ini berisi mengenai Lokasi Desa Surojoyo

Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang, gambaran umum

mengenai Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupatn

Magelang.

BAB IV Bab ini merupakan yang berisi mengenai Hasil penelitian dan

pembahasan yang meliputi poses transaksi jual beli ”tebasan” dan

faktor-faktorapa yang menjadi keputusan masyarakat memilih untuk

menggunakan transaksi jual beli dengan sistim ”tebasan” di Desa

Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

Page 26: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

13

BAB V Bab ini merupakan penutup, dalam bab ini berisi mengenai,

Kesimpulan dan Saran-saran yang mungkin berguna bagi masyarakat

Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

Page 27: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Jual Beli

1. Definisi Jual Beli

Jual beli (al-bay‟) secara bahasa artinya memindahkan hak milik

terhadap benda dengan akad saling mengganti, dikatakan: Ba‟a asy-syaia jika

dia mengeluarkannya dari hak miliknya, dan ba‟ahu jika dia membelinya dan

memasukkannya ke dalam hak miliknya, dan ini masuk dalam kategori nama-

nama yang memiliki lawan kata jika disebut ia mengandung makna dan

lawannya seperti perkataan ar-qur‟ yang berarti haid dan suci. Demikian juga

dengan perkataan syara yang berarti menjual (Azzam,2010:23).

Jual beli menurut pengertian lughawinya adalah saling menukar

(pertukaran ). Dan kata Al Bai‟ (jual) dan Asy Syiraa (beli) dipergunakan

biasanya dalam pengertian yang sama. Dua kata ini masing-masing mempunyai

makna dua yang satu sama lain bertolak belakang. Menurut pengetian syari‟at,

jual beli ialah: pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau: Memindahkan

milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (Sabiq,1987:44-45).

Menurut Ibnu Qadamah, jual beli adalah pertukaran harta dengan harta

untuk menjadikan miliknya. Nawawi menyatakan bahwa jual beli pemilikan

harta benda dengan secara tukar menukar yang sesuai dengan yang sesuai

dengan ketentuan syariah. Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Hasani,

Page 28: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

15

iamengemukakan pendapat Mazhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran

harta (mal) dengan harta melalui system yang menggunakan cara tertentu.

Sistem pertukaran harta dengan harta dalam konteks harta yang memiliki

manfaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya. Yang

dimaksud dengan cara tertentu adalah menggunakan ungkapan (Sighah ijab

qabul) (Nawawi, 2012: 75).

2. Rukun dan Syarat Jual Beli

a. Rukun Jual Beli

Arkan adalah bentuk jamak dari rukn.Rukun sesuatu berarti sisinya

yang paling kuat, sedangkan arkan berarti hal-hal yang harus ada untuk

terwujudnya satu akad dari sisi luar. Rukun jual beli ada tiga: kedua belah

pihak yang berakad („aqidah), yang diakadkan (ma‟qud alaih), dan shighat

(lafal). Oleh sebab itu, ada di jual belikan yang didapati diluar, sebab akad

akan terjadi dari luar yang mengatakan penanaman pihak yang berakad

sebagai rukun bukan secara hakiki tetapi secara istilah saja, karena ia bukan

bagian dari barang yang jika terpenuhi dua hal: yang pertama shighat yaitu

ijab dan qabul.

Shighat atau lafal yang menunjukan kepada barang yang diakadkan,

maka huruf Kaf dalam ucapan seorang penjual “bi tuka” menunjukan kepada

barang yang diakadkan sehingga dia menjadi rukun yang hakiki. Sebenarnya

tidak ada perbedaan antara yang berakad dan barang yang diakadkan, karena

Page 29: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

16

ta‟ mutakallim (yang berbicara) dalam ungkapan bi‟tu menunjukan kepada

penjual seperti Kaf menunjukan kepada pembeli, oleh sebab itu tidak ada

perbedaan antara keduanya secara mutlak. Penulis mengungkapkan rukun-

rukun ini dengan ucapannya dan syarat jual beli adalah ijab seperti ucapan

bi‟tuka (saya jual kepadamu), dan mallaktuka (saya beri kamu hak milik)

dan qabul seperti isyttaraitu (saya beli), tamallaktu (saya jadikan ia hak

miliku), dan qabiltu (saya terima). Penulis menyebutnya disini sebagai syarat

berbeda dengan apa yang diungkapkan dalam Syarh Al- Muhadzdzab dengan

tiga hal ini dengan istilah rukun, mudah-mudahan maksud dari syarat yaitu

setiap yang tidak boleh tidak agar dia sama dengan apa yang ada dalam

Syarh Al-muhadzdzab dengan istilah rukun.

Penulis mendahulukan shigat karena ia adalah rukun yang paling

penting. Sementara Imam An-Nawawi dan Al- Mahalli mendahulukannya

karena pihak yang berakad dan barang yang diakadkan tidak akan pernah

terwujud dengan kriteria ini yaitu salah satunya yang berakad dan barang

yang diakadkan tidak akan pernah terwujud dengan kriteria ini yaitu salah

satunya yang berakad dan yang lain barang yang diakadkan kecuali jika ada

shighat. Adapun zat keduanya, maka tidak ada keraguan bahwa keduanya

lebih dahulu ada karena zat pihak yang berakad dan barang yang diakadkan

lebih dahulu ada dari pada shighat.

Page 30: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

17

1) Shighat

Shighat adalah ijab dan qabul, dan ijab seperti yang diketahui

sebelumnya diambil dari kata aujaba yang artinya meletakkan, dari pihak

Penjual yaitu pemberian hak milik, dan qabul yaitu orang yang menerima

hak milik. Jika Penjual berkata: “bi‟tuka” (saya jual kepadamu) buku ini

dengan ini dan ini, maka ini adalah ijab, dan ketika pihak lain berkata:

“qabiltu”( saya terima), maka inilah qabul. Dan jika Pembeli berkata:

“Juallah kepadaku kitab ini dengan harga begini” lalu Penjual berkata:

“Saya jual kepadamu”, maka yang pertama adalah qabul dan yang kedua

adalah ijab. Jadi dalam akad jual beli Penjual selalu menjadi uang ber-

ijab dan Pembeli menjadi penerima baik diawalkan atau diakhirkan

lafalnya.

2) Permaslahan Furu‟

Pertama, ucapan pembeli boleh didahulukan dari ucapan penjual,

seperti jika dia berkata: “Juallah kepadaku tanah ini dengan harga

sekian,” tetapi jika dia berkata: “Saya terima”, maka ini tidak sah karena

harus ada sesuatu sebelumnya dan tidak sah karena harus ada sesuatu

sebelumnya dan tidak boleh dimulai dengan itu. Inilah yang ditegaskan

oleh Imam Ahmad, dan tiga lagi bentuk shighat yang sah dalam lafal

qabiltu seperti yang ditegaskan oleh dua syaikh dalam bab nikah, dan jual

beli juga sama, yang ini sepadan dengan makna sedangkan yang pertama

sepadan dengan lafalnya.

Page 31: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

18

Kedua, jika dia berkata: “Jual Kepadaku”, lalu dijawab: “Saya

jual kepadamu,” jual beli terjadi menurut pendapat kedua tidak sah karena

ada kemungkinan ucapan jual kepadaku sebagai pertanyaan untuk

mencari tahu apakah ada keinginan atau tidak, dan mazhab kami dalam

bab nikah tetap sah. Bedanya, dalam bab nikah biasanya didahului oleh

lamaran sehingga tidak perlu diluruskan lagi berbeda dengan pendapat

yang lebih kuat. Penulis mengisyaratkan dengan Kaf Al-khitab dalam

shighat ijab melihat kepada khitab itu sendiri, dan digabungkan dengan

pihak mukhatab (yang diajak bicara), maka tidak cukup hanya di

sandarkan kepada sebagiannya saja walaupun ia tidak bisa berdiri sendiri

bahkan sekalipun ia ingin menjelaskan dengan cara sebagian saja sebagai

satu bentuk kiasan, seperti ia berkata:”Saya jual tangan kamu,” dan ini

pendapat Al-Asnawi. Adapun jika dia berkata: “Saya jual diri kamu” dan

yang dia maukan adalah benda, maka sah akadnya. Pendapat yang unggul

bahwa boleh menyandarkan sesuatu kepada sebagian jika yang dia

maksudkan semuanya walaupun ia bisa hidup tanpa benda itu. Andai dia

berkata: “Saya jual yang ada di tangan kamu”, dan yang dia mkasudkan

adalah semuanya, maka jual beli sah, demikian juga dia berkata : “Saya

jual semua yang ada padaku”, dan yang semisal itu.

Dari sini jelas bahwa jual beli harus disandarkan kepada orang

yang diajak bicara walaupun ia hanya wakil. Jika jual beli tidak

disandarkan kepada orang kedua atau wakilnya, maka akad jual beli tidak

Page 32: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

19

sah, contohnya jika pembeli berkata kepada penjual: “Saya jual barang ini

dengan harga sepuluh junaih” umpamanya lalu berkata: “Saya jual”, atau

dia berkata: “Saya jual wakil kamu” lalu dia menerima, maka akadnya

tidak sah, berbeda dengan nikah, dia tetap sah bahkan tidak sah nikah

kecuali dengan itu sebagaimana diterangkan dalam pembahasan tentang

perwakilan. Dikecualikan darin penganggapan khitabsebagai jual beli

yang mengandung kedua belah pihak, dan begitu juga dengan ucapannya

“ya” jika pembeli berkata kepada penjual:”Jual baju ini dengan sepuluh

junaih” dan penjual berkata:”ya”.

3) Sharih (Shighat yang jelas) dan Kinayah (Kiasan)

Para ulama tidak berbeda pendapat mengenai keabsahan jual beli

yang menggunakan shighat jual beli secara sharih (jelas dan lugas),

seperti ucapan “saya jual kepadamu, saya jadikan hak milikmu, dan

belilah dariku!”.

Perbedaan pendapat terjadi mengenai pemakaian kata-kata

kiasan dalam jual beli.Menurut pendapat yang paling shahih, akad jual

beli tetap sah dengan menggunakan kata-kata kiasan selama memang

mengandung makna jual beli dan yang lainnya.Namun sebagian ulama

mengatakan bahwa akad jual beli tidak sah jika menggunakan shighat

kinayah (kiasan), karena orang yang diajak bicara tidak tahu apakah dia

diajak bicara tentang jual beli atau yang lainnya.

Page 33: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

20

b. Syarat Jual Beli

Agar jual beli menjadi sah, diperlukan terpenuhinya syarat-syarat

sebagai berikut: Di antaranya yang berkaitan dengan orang yang berakad.

Yang berkaitan dengan yang diakadkan atau tempat berakad. Artinya harta

yang akan dipindahkan dari kedua belah pihak yang melakukan akad,

sebagai harga atau yang dihargakan. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai

berikut:

1) Syarat orang yang berakad

Untuk orang yang melakukan akad disyaratkan: Berakal dan

dapat membedakan (memilih). Akad orang gila, orang mabuk, anak kecil

yang tidak dapat membedakan (memilih) tidak sah.

Jika orang gila dapat sadar seketika dan gila seketika (kadang-

kadang sadar dan kadang-kadang gila), maka akad yang dilakukannya

pada waktu sadar dinyatakan sah, dan yang dilakukan ketika gila, tidak

sah.

Akad anak kecil yang sudah dapat membedakan baik ban

buruknya sesuatu. dinyatakan valid (sah), namun kevalidannya tergantung

kepada izin walinya.Apabila diizinkan oleh orang tuanya maka akad yang

dilakukan anak kecil sah.

2) Syarat Barang yang diakadkan

a) Bersihnya barang

Page 34: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

21

Benda-benda najis bukan hanya tidak boleh diperjual-belikan,

tetapi juga tidak sah untuk diperjual-belikan.Seperti bangkai, darah,

daging babi, khamar, nanah, kotoran manusia.

b) Dapat dimanfaatkan.

Yang dimaksud dengan barang harus punya manfaat adalah

bahwa barang itu tidak berfungsi sebaliknya.Barang itu tidak

memberikan madharat atau sesuatu yang membahayakan atau

merugikan manusia.

c) Milik orang yang melakukan akad.

Tidak sah berjual-beli dengan selain pemilik langsung suatu

benda, kecuali orang tersebut menjadi wali (wilayah) atau wakil.Yang

dimaksud menjadi wali (wilayah) adalah bila benda itu dimiliki oleh

seorang anak kecil, baik yatim atau bukan, maka walinya berhak untuk

melakukan transaksi atas benda milik anak itu.

d) Mampu menyerahkannya.

Maka menjual unta yang hilang termasuk akad yang tidak sah,

karena tidak jelas apakah unta masih bisa ditemukan atau

tidak.Demikian juga tidak sah menjual burung-burung yang terbang di

alam bebas yang tidak bisa diserahkan, baik secara fisik maupun

secara hukum.Demikian juga ikan-ikan yang berenang bebas di laut,

tidak sah diperjual-belikan, kecuali setelah ditangkap atau bisa

dipastikan penyerahannya.

Page 35: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

22

e) Mengetahui.

Barang yang tidak diketahui keadaanya, tidak sah untuk

diperjual-belikan, kecuali setelah kedua belah pihak

mengetahuinya.Baik dari segi kuantitasnya maupun dari segi

kualitasnya.

Di masa modern dan dunia industri, umumnya barang yang

dijual sudah dikemas dan disegel sejak dari pabrik. Tujuannya antara

lain agar terjamin barang itu tidak rusak dan dijamin keasliannya. Cara

ini tidak menghalangi terpenuhinya syarat-syarat jual beli. Sehingga

untuk mengetahui keadaan suatu produk yang seperti ini bisa dipenuhi

dengan beberapa tehnik, misalnya:

(1) Dengan membuat daftar spesifikasi barang secara lengkap.

Misalnya tertera di brosur atau kemasan tentang data-data produk

secara rinci. Seperti ukuran, berat, fasilitas, daya, konsumsi listrik

dan lainnya.

(2) Dengan membuka bungkus contoh barang yang bisa dilakukan

demo atasnya, seperti umumnya sample barang.

(3) Garansi yang memastikan Pembeli terpuaskan bila mengalami

masalah.

f. Barang yang diakadkan ada di tangan.

Barang harus tersedia, atau ada dan dapat dilihat bentuknya

(Sabiq, 1987: 48-49).

Page 36: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

23

3. Macam-Macam Jual Beli

Dalam syari‟at Islam hukum jual beli pada dasarnya mubah, namun

demikian dalam prakteknya dapat digolongkan menjadi 2 yakni jual beli yang

diperbolehkan dan jual beli yang dilarang.

a. Jual beli yang diperbolehkan

a. Salam (pesanan), jual beli Salam adalah jual beli melalui pesanan yakni

jual beli dengan cara menyerahkan uang muka terlebih dahulu kemudian

barang diantar belakangan.

b. Jual beli muqayyadah (barter), jual beli muqayyadah adalah jual beli

dengan cara menukar barang dengan barang seperti menukar baju dengan

sepatu.

c. Jual beli muthlaq, jual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan

sesuatu yang telah disepakati sebagai alat tukar.

d. Jual beli alat tukar dengan alat tukar, jual beli alat tukar dengan alat

tukar adalah jual beli barang yang biasa dipakai sebagai alat tukar dengan

alat tukar lainnya seperti dinar dengan dirham (Sabiq, 1987: )

b. Jual beli yang dilarang

a. Jual beli barang yang diharamkan

Tentunya ini sudah jelas sekali, menjual barang yang diharamkan

dalam Islam.Jika Allah sudah mengharamkan sesuatu, maka Dia juga

mengharamkan hasil Penjualannya.Seperti menjual sesuatu yang terlarang

Page 37: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

24

dalam agama. Rasulullah telah melarang menjual bangkai, khamr, babi,

patung dan lain sebagainya yang bertentangan dengan syari‟at Islam.

Begitu juga jual beli yang melanggar syar‟i yaitu dengan cara

menipu. Menipu barang yang sebenarnya cacat dan tidak layak untuk

dijual, tetapi sang Penjual menjualnya dengan memanipulasi seakan-akan

barang tersebut sangat berharga dan berkualitas. Ini adalah haram dan

dilarang dalam agama, bagaimanapun bentuknya.

b. Barang yang tidak ia miliki

Misalnya, seorang Pembeli datang kepadamu untuk mencari

barang tertentu.Tapi barang yang dia cari tidak ada padamu.Kemudian

kamu/ente dan Pembeli saling sepakat untuk melakukan akad dan

menentukan harga dengan dibayar sekian, sementara itu barang belum

menjadi hak milik ente (kamu) atau si Penjual.Kemudian ente pergi

membeli barang dimaksud dan menyerahkan kepada si Pembeli.

Jual beli seperti ini hukumnya haram, karena si pedagang

menjual sesuatu yang barangnya tidak ada padanya, dan menjual sesuatu

yang belum menjadi miliknya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

telah melarang cara berjual beli seperti ini. Istilah kerenanya reseller.

Dalam suatu riwayat, ada seorang sahabat bernama Hakim bin

Hazam Radhiyallahu 'anhu berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi

wa salalm : “Wahai, Rasulullah. Seseorang datang kepadaku.Dia ingin

membeli sesuatu dariku, sementara barang yang dicari tidak ada

Page 38: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

25

padaku.Kemudian aku pergi ke pasar dan membelikan barang itu”.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

ا لايسا عنداكا لا تابع ما

“Jangan menjual sesuatu yang tidak ada padamu.” [HR Tirmidzi].

3) Jual beli Hashah

Yang termasuk jual-beli Hashah ini adalah jika seseorang

membeli dengan menggunakan undian atau dengan adu ketangkasan, agar

mendapatkan barang yang dibeli sesuai dengan undian yang didapat.

Sebagai contoh: Seseorang berkata: “ Lemparkanlah bola ini, dan barang

yang terkena lemparan bola ini kamu beli dengan harga sekian”. Jual beli

yang sering kita temui dipasar-pasar ini tidak sah.Karena mengandung

ketidakjelasan dan penipuan.

4) Jual beli Mulamasah

Mulamasah artinya adalah sentuhan. Maksudnya jika seseorang

berkata: “Pakaian yang sudah kamu sentuh, berarti sudah menjadi

milikmu dengan harga sekian”. Atau “Barang yang kamu buka, berarti

telah menjadi milikmu dengan harga sekian”.

Jual beli yang demikian juga dilarang dan tidak sah, karena tidak

ada kejelasan tentang sifat yang harus diketahui dari calon Pembeli.Dan

didalamnya terdapat unsur pemaksaan.

Page 39: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

26

5) Jual Beli Najasy

Bentuk praktek najasy adalah sebagai berikut, seseorang yang

telah ditugaskan menawar barang mendatangi Penjual lalu menawar

barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari yang biasa.Hal itu

dilakukannya dihadapan Pembeli dengan tujuan memperdaya si Pembeli.

Sementara ia sendiri tidak berniat untuk membelinya, namun tujuannya

semata-mata ingin memperdaya si Pembeli dengan tawarannya tersebut.

Ini termasuk bentuk penipuan.

Rasullulah S.A.W. telah melarang perbuatan najasy ini seperti

yang terdapat di dalam hadist yang artinya:

“Janganlah kamu melakukan praktek najasy, janganlah seseorang

menjual di atas Penjualan saudaranya, janganlah ia meminang di

atas pinangan saudaranya dan janganlah seorang wanita meminta

(suaminya) agar menceraikan madunya supaya apa yang ada dalam

bejana (madunya) beralih kepadanya,” (HR Bukhari [2140] dan

Muslim [1413]).

4. DasarHukum Jual beli

Orang yang terjun ke dunia usaha, berkewajiban mengetahui hal-hal

yang dapat mengakibatkan jual-beli itu sah atau tidak (fasid).Ini dimaksudkan

agar muamalat berjalan dengan sah dan segala sikap dan tindakannya jauh dari

kerusakan yang tidak dibenarkan.

Tak sedikit kaum muslimin yang mengabaikan mempelajari muamalat,

mereka melalaikan aspek ini, sekalipun semakin hari usahanya semakin

meningkat dan keuntungan semakin banyak.

Page 40: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

27

Sikap seperti ini merupakan kesalahan besar yang harus diupayakan

pencegahannya, agar semua irang agar semua orang yang terjun ke dunia ini

dapat membedakan; mana yang boleh dan baik dan manjauhkan diri dari segala

syuhbat sedapat mungkin.

Jual beli dibenarkan oleh Al-qur‟an, As sunnah dan ijma‟ umat.

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Q.S al-Baqarah

(2): 275).

Riba adalah haram dan jual beli adalah halal.Jadi tidak semua akad

jual beli adalah haram sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang

berdasarkan ayat ini. Hal ini dikarenakan huruf alif dan lam dalam ayat

tersebut untuk menerangkan jenis, dan bukan untuk yang sudah dikenal karena

sebelumnya tidak disebutkan ada kalimat al-bai‟ yang dapat dijadikan

referensi, dan jika ditetapkan bahwa jual beli adalah umum, maka ia dapat

dikhususkan dengan apa yang telah kami sebutkan berupa riba dan yang

lainnya dari benda yang dilarang untuk diakadkan seperti minuman keras,

bangkai, dan yang lainnya dari apa yang disebutkan dalam sunnah dan ijma‟

para ulama akan larangan tersebut( Azzam, 2010: 26).

Page 41: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

28

Ditempat lain Allah juga berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama suka diantara kamu (Q.S an-Nisaa‟ (4): 29).

Allah telah mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara

yang batil yaitu tanpa ganti dan hibah, ang demikian itu adalah batil

berdasarkan ijma umat dan termasuk di dalamnya juga semua jenis akad yang

rusak seperti minuman keras, babi, dan yang lainnya dan jika yang diakadkan

itu adalah harta perdagangan, maka boleh hukumnya, sebab pengecualikan

dalam ayat diatas adalah terputus karena harta perdgangan bukan termasuk

harta yang tidak boleh dijual belikan. Ada juga yang mengatakan

istisna‟(pengecualian) dalam ayat bermakna lakin (tetapi) artinya, akan tetapi,

makanlah dari harta perdagangan, dan perdagangan merupakan gabungan

antara perjualan dan pembelian.

Adapun dalil sunnah diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan dari

Rasulullah, beliau bersabda: “Sesungguhnya jul beli itu atas dasar saling

ridha”. Ketika ditanya tentang usaha apa yang paling utama, Nabi menjawab:

“Usaha seseorang dengan tangannya sendiri, dan setiap jual beli yang

mabur”. Jual beli yang mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada dusta dan

Page 42: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

29

khianat, sedangkan dusta itu adalah penyamaran dalam barang yang dijual, dan

peyamaran itu adalah menyembunikan aib barang dari penglihatan pembeli.

Adapun makna khianat iaa lebih umum dari itu sebab selain menyamarkan

bentuk barang yang dijual, sifat, atau hal-hal luar seperti dia menyifatkan

dengan sifat yang tidak benar atau memberitahu harga yang dusta(Azzam,

2010: 27).

5. Larangan-Larangan yang Merusak dalam Jual Beli

Larangan tidak selamanya membatalkan,namun terkadang ia juga

dapat membatalkan. Larangan terakhir inilah yang dimaksud disini, dan ia

dapat terwujud jika pengharaman itu ditujukan pada akad itu sendiri, seperti

hilangnya satu rukun dari rukun yang ada mengarah kepada sesuatu yang

berada diluar namun menjadi bagian dari akad seperti syarat dari syarat-syarat

yang ada.

a. Asbu Al-Fahl (Jual Beli Sperma Hewan)

Disebutkan dalam Shahih Al Bukhari dari Ibnu Amru :

“Bahwasannya Nabi Saw melarang menjual sperma hewan jantan.”

Yakni mengawinkan antara kuda jantan degan kuda betina, atau

spermanya, atau upah mengawinkannya, jika mengikuti dua pendapat diatas

berarti ada kalimat yang sandaran agar bisa dilihat larangan yang ada,

lengkapnya: “Nabi Saw melarang mengambil ganti sperma kuda sebagai

Page 43: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

30

bayaran pengawinannya atau spermanya.” Artinya memberi dan

mengambilnya sebab ia termasuk dosa besar yang tidak sedikit dosanya

karena memakan hartaorang lain dengan cara batil.

Larangan secara jelas juga terdapat dalam Riwayat Imam Asy-

Syafi‟i dalam Al-Mukhtasar, karena hukum-hukum syar‟i terkait dengan

perbuatan orang mukallaf dan mengawini kuda bukan termasuk perbuatan

mukallaf dan air (sperma) satu jenis benda yang tidak berkaitan dengan satu

hukum.

Oleh sebab itu, haram mengambil bayaran pengawinan kuda dan

harga spermanya sesuai dengan dalil yang melarang hal ini.Artinya bahwa

sperma kuda jantan bukan termasuk harta yang bisa dinilai dan tidak

diketahuidan tidak mampu untuk diserahkan karena sangat tergantung

dengan pilihannya dan tidak bisadiserahkan kepada yang punya. Adapun

yang mengatakan sah menyewanya untuk mendapatkan anaknya bisa berarti

dia menyewakan untuk beberapa waktu sesuai dengan keinginannya., maka

pada saat itu ia boleh melakukan percampuran ini, dan cara ini menjadi satu

keharusan bagiyang punya karena keperluan mendesak orang pedalaman dan

dengan makna inilah ditafsirkan ucapan sebagian yang mengatakan bahwa

melarang proses perkawinan ini merupakan satu dosa besar. Saya katakana,

yang punya tidak harus memberikannya secara gratis sebab mereka juga

tidak bisa mengambilnya tanpa jual beli atau menyewa.

b. Habl Al-Hablah

Page 44: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

31

Termasuk jual beli yang dilarang adalah habl al-hablah dan

hadist ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari ibnu umar

dengan lafal: “Rasul Saw melarang menjual habl al-hablah.” Yaitu

menjual anak hewan atau menjual sesuatu dengan bayaran ketika janin

dalam perut melahirkan artinya sampai hewan ini melahirkan anak dan

kemudian si anak ini melahirkan, maka akad jual beli batal karena

tergantung dengannya.Kalimat habl tidak dipakai kecuali untuk manusia

kecuali untuk majaz.Karena kata habl (hamil) khusus untuk manusia dan

disini disebutkan untuk umum baik manusia atau yang lainnya. Batalnya

akad jual beli ditetapkan berdasarkan penafsiran pertama terhadap

larangan yang ada karena ia adalah bentuk jual beli terhadap sesuatu yang

bukan hak milik, tidak diketahui, dan tidak mampu diserahkan. Dan

menurut penafsiran kedua, karena menunda sampai waktu yang tidak

diketahui. Jual beli dengan bayaran anaknya hewan yang masih ada

adalam perut ibunya dan ini yang dianamakan oleh penduduk kampong

dengan “muqawamah” yaitu menjual hewan tunggangan dengan harga

yang diakhirkan sehingga ia bisa mengambilnya dari anaknya hewan

tunggangan tadi, tidak ada masalah buat yang melakukannya karena

termasuk yang tidak terlihat sehingga dimaafkan. Contohnya dia

mengatakan: “Saya jual kepadamu apa yang akan dilahirkan oleh anaknya

hewan tunggangan ini,” dan inilah yang dinamakan jual beli habl al-

hablah yang hakiki, atau menjual sesuatu dengan harga yang ada pada

Page 45: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

32

barang yang dijual yaitu jual beli habl al-hablah secara toleransi dan

inilah penafsiran Ibnu Umar dan pendapat inilah yang dipakai oleh Imam

Asy-Syafi‟i.

c. Larangan Jual Beli Malaqih dan Madhamin

Al-Malaqih bentuk jamak dari malaquhah secara bahasa artinya

janin unta secara khusus.Menurut istilah syara‟ lebih umum dari itu yaitu

janin yang ada dalam perut hewan baik yang jantan maupun betina,

pendapat ini kemudian dibantah karena yang menjadi tradisi ahli bahasa

maknanya lebih khusus dari definisi menurut syar‟i walaupun yang

masyhur adalah kebalikan dari itu, kecuali jika dikatakan yang masyhur

ini yang lebih dominan, kalau tidak keduanya sama dan terkadang makna

secara bahasa lebih khusus seperti dalam pembahasan ini.

Al-Madhamin bentuk jamak dari madhamun seperti manshur

atau midhman seperti miftah, artinya sperma yang ada dalam tulang

punggung kuda.Al-Azhari berkata “Dinamakan demikian karena Allah

menciptakan tulang punggungnya seakan ia adalah pengaman baginya.”

Imam Malik meriwayatkan hadis tentang larangan ini secara

mursal dan Imam Al-Bazzar secara musnad dan tidak sah nya akad jual

beli dari segi makna dari hadisnya Abu Hurairah “Rasulullah Saw

melarang menjual malaqih dan madhamin.”

d. Larangan Jual Beli Mulamasah dan Munabadzah

Page 46: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

33

Yaitu memegang baju yang dilipat atau dalam gelapnya malam

lalu ia membelinya tanpa khiyar jika dia melihatnya, karena memegang

sudah dianggap cukup dari melihat atau dia mengatakan “Jika kamu

menyentuhnya, maka saya menjualnya kepadamu” cukup dengan

menyentuh tanpa shighat atau menjual sesuatu dengan syarat kapan dia

memegannya, maka jual beli menjadi wajib dan tidak ada khiyar majlis

dan yang lain. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Sa‟id

hadis ini dengan lafal “Rasulullah Saw melarang munabadzah dan

mulamasah dalam jual beli.”

Imam Asy-Syafi‟i menjelaskan alasan batalnya akad karena ada

penggantungan dan tidak memakai shighat syar‟i.dan Al-Asnawi

menjelaskan bahwa jika dia menjadikan memegang (lams) sebagai syarat,

maka batalnya akad karena ada penggantungan, dan jika dia menjadikan

memegang sebagai jual beli, maka karena tidak ada shighat. Adapun

ucapan: “Jika kamu memegangnya, maka saya telah menjualnya

keapadamu ”kemudian diterima oleh pihak yang lain, walaupun ada ijab

dan qabul namun ada syarat yang rusak yaitu memegang.

Adapun munabadzah, menjadikan ”menjatuhkan” sebagai jual

beli sudah dianggap cukup menggantikan shighat kemudian yang lain

mengatakan:”Saya jatuhkan bajuku kepadamu dengan harga sepuluh”,

lalu diambil oleh pihak kedua atau dia berkata: “Saya jual kepadamu baju

ini dengan harga begini dengan syarat jika saya menjatuhkan

Page 47: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

34

kepadamu,”maka jual beli menjadi wajib dan tidak ada khiyar (memilih).

Dan batal karena tanpa ru‟yah (melihat) atau karena tanpa shighat atau

karena syarat yang rusak.

e. Larangan Jual Beli Hushah (dengan kerikil)

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya

Nabi melarang jual beli dengan hushah (kerikil). Yaitu jika dia melempar

batu, maka jual beli menjadi wajib, dengan cara mengatakan “saya jual

kepadamu dari baju-baju ini mana yang terkena lemparan batu” atau

melempar dari jauh tanpa adanya shighat, kemudian pihak yang lain

menjawab: “jika saya lempar batu kecil ini maka baju ini terjual darimu

dengan harga sepuluh” atau dia berkata “Saya jual kepadamu dan bagimu

khiyar sampai ia melempar”. Batalnya akad dalam jual beli ini karena

barang yang dijual atau waktu khiyar tidak diketahui, atau karena tidak

ada sighat.Pendapat ang terakhir dibantah bahwa ucapannya dalam

mulasamah “Maka saya telah menjualnya kepadamu” sebagai bentuk

pemberitahuan dan bukan pembuatan atau karena menganggap shighat

tidak ada sebab tidak ada syarat yaitu tanpa penggantungan.

f. Larangan Jual Beli Al-Urbun

Al-Urbun adalah seseorang membali satu barang dan memberi

Penjual sejumlah uang dengan syarat ia menjadi bagian dari harga barang

kalau dia ridha dengan jual beli dan kalau tidak, maka hanya hadiah

saja.Abu Dawud dan yang lainnya meriwayatkan dari Amru bin Syu‟aib

Page 48: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

35

dari ayahnya dari kakeknya: “Bahwasanya Nabi melarang jual beli

„urbun. Tidak sah nya jual beli ini karena mengandung syarat harus

mengembalikan atau hibah jika Pembeli tidak ridha dengan barang jualan,

dan jawaban Asy-Syubramalisi karena mengandung dua syarat yang

merusak, syarat hibah, dan syarat mengembalikan barang dengan

ketentuan jika dia tidak ridha.

Haram hukumnya memisahkan antara ibu dan anak kecil

sesuaidengan sabda Nabi “Siapa yan memisahkan anatara ibu dan

anakanya, maka Allah akan memisahkanny dengan orang-orang yang

disayanginya pada hari kiamat.” Dihasankan oleh oleh At-Tirmidzi dan

disahihkan oleh al-hakim sama dengan syarat Muslim, baik memisahkan

dalamhal jual beli atau hibah,maka akad menjadi batal menurut pendapat

kedua, tidakoleh dipisahkan sebab bisa membahayakandan bukan karena

ada cacat pada jual beli.

Maksud dari pemisahan dalam hadist diatas adalah memisahkan

antara ibu dan anaknya, adapun memisahkan antara hewan dengan

anaknya, Asnawi berkata, ada perincian: tidak mengapa jika dengan cara

keduanya disembelih atau salah satunya seperti ibunya atau anaknya

dengn syarat si anak tidak tergantung lagi dengan ibunya, pada saat itu

hukumnya makruh, dan diharamkan berbuat selain yang diatas, dan tidak

boleh melakukan sesuatu ketika sudah diharamkan seperti menjual,

seandainya dia menjual salah satunya kepada orang yang kemungkinan

Page 49: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

36

besar akan menyembelihnya, maka hukumnya tidak sah,belum tentu dia

menyembelihnya dan syarat harus menyembelihnya adalah tidak tepat.

Pendapat yang unggul tidak sah jual beli secara mutlak baik si

pembeliakan menyembelihnya atau tidak walaupun dia tahu dia akan

menyembelihnya atau tidak walaupun dia tahu dia akan menyembelih

sesuai dengan hadis Nabi:”Dilaknat orang yang memisahkan antara ibu

dan anaknya,” dengan begitu ini termasuk dosa besar sebab ada ancaman

yang keras. Adapun yang kuat, bahwa perbuatan ini hanya dosa kecil

berbeda dengan Ibnu Hajar yang mengatakan ini termasuk dosa besar

seperti yang diakui oleh Syaikh Muhammad Abduh.

g. Larangan Dua Jualan dalam Satu Akad

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan yang lainnya dari Abu

Hurairah dan mengatakan hadist ini hasan sahih. Dengan mengatakan :

“saya jual kepadamu rumah ini dengan seribu secara tunai atau dua ribu

tahun depan dan ambil yang mana kamu suka” atau dia mengatakan :

“saya jual kepadamu kuda ini dengan syarat kamu menjual rumahmu

dengan harga seribu atau kamu membeli rumahku dengan harga sekian”.

Batalnya akad karena bayaran tidak diketahui dan karena syarat

yang rusak, sebenarnya satu akad dinamakan dua akad lebih karena ada

unsur tardid (ragu-ragu) dalam menentukan harga.

Ada beberapa bentuk jual beli dan syarat yang dikecualikan,

diantaranya :

Page 50: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

37

1) Jual beli dengan syarat khiyar, atau bebeas dari aib atau syarat harus

dipetik dari pohon.

2) Jual beli dengan syarat penundaan tempo bayaran, gadai, jaminan

terhadap barang yang ada dengan harga dalam tanggungan (Azzam,

2010: 66-76).

6. Prinsip-prinsip Jual Beli

Pertama, setiap perdagangan harus didasari sikap saling ridhadi antara

dua pihak, sehingga para pihak tidak merasa dirugikan atau dizalimi.Kedua,

menegakan prinsip keadilan, baik dalam takaran, timbangan, ukuran, mata uang

(kurs), dan pembagian keuntungan.Ketiga, prinsip larangan riba (interest

free).Keempat, kasih saying, tolong menolong dan persaudaraan

universal.Diharamkan seperti usaha-usaha yan merusak mental misalkan

narkoba dan pornograpi.Demikian komoditas perdagangan haruslah produk

yang halal dan tayyib baik barang maupun jasa.Keenam, perdagangan harus

terhindar dari praktek spekulasi, gharar, tadlis dan maysir.Ketujuh,

perdagangan tidak boleh melalaikan diri dari beribadah (shalat dan zakat) dan

mengingat Allah.Kedelapan, dalam kegiatan perdagangan baik hutang-piutang

mupun bukan hendaklah dilakukan pencatatan yang baik (akutansi).

Sedangkan dalam hukum perdata Jual beli dapat dilakukan walaupun

salah satu pihak beli mengetahui dengan jelas barang atau benda yang akan

Page 51: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

38

diperjual belikan. Jual beli harus mengunakan alat ukur yang sah atau mata

uang yang berlaku dalam sebuah Negara (pambayunazzahra. 2013).

B. Jual Beli Ijon

1. Pengertian jual beli ijon

Maksud jual beli ijon disini adalah jual beli buah yang belum jelas

kemanfaatanya, karena jual beli buah yang belum berbentuk (masih berupa

bunga atau belum muncul sama sekali) adalah jual beli yang dilarang menurut

para ulama‟ karena jual beli semacam itu termasuk dalam kategori jual beli

yang belum dimiliki atau jual beli ghoror (penipuan karena pasti salah satu

pelaku akan tertimpa kerugian). Berdasarkan hadits-hadits di atas kita bisa

menyimpulkan bahwa jelas kemanfaatan dimana buah tersebut sudah bisa

dimanfaatkan dapat dilihat dari dua perkara :

a. Nampak tanda-tanda masak, sebagaimana riwayat pertama (memerah atau

menguning) dan pada riwayat kedua (sampai menghitamnya anggur dan

mengerasnya biji).

b. Hilangnya gangguan atau penyakit, hal ini di dasarkan kepada kekuatan

perkiraan bahwa buah tersebut tidak terserang penyakit, sebagaiman riwayat

Ibnu Umar ketika Rosul ditanya tentang kemanfaatanya, beliau menjawab,

sampai hilang penyakitnya.

Sedangkan secara rinci, para ulama‟ menyebutkan tentang tanda-tanda

kemanfaatan sebagai berikut:

Page 52: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

39

1) Dengan perubahan warna

2) Dengan perubahan rasa

3) Dengan perubahan kematangan

4) Dengan keras atau kuat

5) Dengan panjang dan penuh

6) Dengan besar

7) Dengan memecah

8) Dengan mekar.

Sehingga masing-masing buah haruslah dideteksi kemanfaatan

sebagaimana jenis masing-masing, tentunya persyaratan ini tidak berlaku

apabila buah tersebut memeang dibutuhkan dalam keadaan muda.

2. Dasar Hukum jual Beli Ijon

Jual beli buah yang belum Nampak kemanfaatanya ( ijon ) tidak akan

terlepas dari dua kemungkinan yaitu buah tersebut dijual tersendiri maupun

dijual beserta pangkalnya (pohonya), jika dijual buahnya saja maka akan masuk

kepada dua kemungkinan pula, yaitu adanya pensyaratan pemetikan langsung

dan adanya pensyaratan dibiarkan menetap di pohon, atau tidak adanya syarat

secara mutlak (bisa jadi dipetik sebagian dibiarkan sebagian yang lain).

Adapun jual beli buah beserta pohonya, maka tidak ada perbedaan di

kalangan para ulama‟ tentang kebolehanya, karena buah masuk dalam bagian

dari pohon yang dijual belikan, sehingga dalam hal ini tidak terdapat unsur

penipuan dan saling merugikan.

Page 53: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

40

Demikian pula menjual buah secara terpisah dari pohonya (jual

buahnya saja) dengan syarat segera dipetik, para ulama‟ juga membolehkan

dengan syarat buah yang dibeli tersebut telah mendatangkan manfaat bagi

pembelinya.

Begitu pula jika pembeli merupakan pemilik asal ( pohon ), hukumnya

adalah boleh secara mutlak menurut para fuqoha‟, hal ini dikarenakan

terjadinya kepemilikan secara sempurna kepada pembeli, tidak ada alasan

dalam hal ini meskipun penjual mensyaratkan adanya pemetikan secara

langsung, maka pembeli tidak harus melaksanakan. Namun sebagian ulama‟

berpendapat tetap tidak diperbolehkan berdasarkan keumuman dalil, serta

masih adanya unsur goror dengan kemungkinan rusak sebelum dipetik.

Jika penjualan buah secara tersendiri (tidak beserta pohonnya) dan

pembeli mensyaratkan adanya ketetapan di pohon (tidak langsung dipetik)

maka menurut jumhur fuqoha‟ jual beli seperti ini adalah haram.Apabila

pembeli bukan merupakan pemilik asli (pohon) dan ia hanya membeli buahnya

saja, dia tidak mensyaratkan adanya pemetikan secara langsung atau pembiaran

di pohon, jumhur ulama‟ mengatakan haram hukumnya disebabkan karena

keumuman dalil, sedang menurut madzhab Hanafi, akad seperti ini boleh tetapi

si pembeli harus segera memetiknya.

a. Kedudukan Larangan

Page 54: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

41

1) Jumhur ulama‟ Malikiyah, Syafi‟iyah dan Hanabilah bersepakat bahwa

jual beli ijon dengan system yang telah disebutkan di atas adalah batil dan

hukumnya haram.

2) Menurut Hanafiyah : aqd seperti ini rusak tetapi tidak batal, yaitu apa bila

pembeli bukan merupakan pemilik asli ( pohon ) kemudian ia

mensyaratkan ketetapan di pohon.

b. Buah Yang Sudah Nampak Kemanfaatanya

Demikan tersebut di atas hukum yang berkaitan dengan jual beli

buah yang belum nampak kemanfaatanya, sedangkan untuk buah yang telah

Nampak kemanfaatanya para ulama‟ memberikan rambu-rambu diantaranya:

1) Apabila jual beli tersebut dengan syarat langsung dipetik maka

diperbolehkan.

2) Apabila jual beli tersebut lepas dari berbagai persyaratan maka jual beli

tersebut juga sah.

3) Apabila jual beli tersebut mensyaratkan pembiaran (dibiarkan tetap

dipohon dalam jangka waktu tertentu) apabila pembiaran tersebut tidak

menghalangi bertambah besar (buah yang diperjual belikan) maka jual

beli tersebut rusak menurut jumhur, sedangkan apabila terjamin bahwa

pembiaran tersebut menghalangi bertambah besar maka jual beli seperti

itu dihukumi rusak menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf dengan alasan

pensyaratan tetap dipohon mengandung unsurmanfaat bagi pembeli.

Page 55: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

42

Sedangkan jika pihak pembeli dengan sengaja membiarkan buah

tersebut di atas pohonya maka dijelaskan sebagai berikut:

a. Apabila pembiaran dipohon tidak menyebabkan bertambahanya buah baik

dari segi ukuran dan yang lainya kecuali hanya bertambah kematangan,

maka sipembeli tidak perlu bersedekah baik pembiaran dipohon tersebut atas

dasar izin sipemilik pohon maupun tanpa izin darinya.

b. Apabila pembiaran tersebut tidak mengahalangi bertambahanya ukuran

buah, maka sipembeli harus bersedekah lantaran perubahan tersebut karena

hal itu merupakan perkara yang jelek dan pemebersihanya adalah dengan

bersedekah (ppialittihad, 2012).

C. Sosiologi Hukum Islam

Sosiologi hukum menurut Soerjono Soekanto adalah suatu cabang ilmu

pengetahuan yang secara analitis dan empiris mempelajari hubungan timbal balik

antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya. Maksudnya sejauh mana hukum

itu mempegaruhi tingkah laku sosial dan pengaruh tingkah laku sosial terhadap

pembentukan hukum (Tebba, 2003: 1).

Studi Islam dengan pendekatan sosiologi tentu saja adalah bagian dari

sosiologi agama.Ada perbedaan tentang tema pusat sosiologi agama klasik dan

modern.Dalam sosiologi agama klasik tema pusatnya adalah hubungan timbal

balik antara agama dan masyarakat, bagaimana agama mempengaruhi masyarakat

dan sebaliknya bagaimana perkembangan masyarakat mempengaruhi pemikiran

dan pemahaman keagamaan.Sedangkan dalam sosiologi agama modern, tema

Page 56: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

43

pusatnya hanya pada satu arah yaitu bagaimana agama mempengaruhi

masyarakat.Tetapi studi Islam dengan pendekatan sosiologi, nampaknya lebih luas

dari konsep sosiologi agama modern dan lebih dekat kepada konsep sosiologi

agama klasik, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan

masyarakat (Mudzhar, 1999: 6-7).

Studi Islam dengan pendekatan sosiologi dapat mengambil beberapa

tema:

1. Studi tentang pengaruh agama terhadap masyarakat atau lebih tepatnya

pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat. Perubahan masyarakat (sosial

change) biasanya didefinisikan sebagai “Perubahan sosial adalah perubahan

pola-pola budaya, struktur social, dan perilaku sosial dalam jangka waktu

tertentu.

2. Studi tentang pengaruh sruktur dan perubahan masyarakat terhadap pemahaman

ajaran agama dan konsep keagamaan.

3. Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat. Studi Islam dengan

pendekatan sosiologi juga dapat mengevaluasi pola penyebaran agama dan

seberapa jauh agama itu diamalkan oleh masyarakat.

4. Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim. Studi Islam dengan pendekatan

sosiologi juga dapat mempelajari pola-pola perilaku masyarakat muslim desa

dan kota, pola hubungan antar agama dalam suatu masyarakat, dan lain-lain.

5. Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat

melemahkan atau menunjang kehidupan beragama (Mudzhar, 1999: 6-7).

Page 57: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

44

Apabila pendekatan ini diterapkan dalam kajian hukum Islam maka

tinjauan hukum Islam secara sosiologis dapat dilihat pada pengaruh hukum Islam

pada perubahan masyarakat muslim, dan sebaliknya pengaruh masyarakat muslim

terhadap perkembangan hukum Islam(Tebba, 2003: 1).

Mengacu pada perbedaan gejala studi Islam pada umumnya, maka

hukum Islam juga dapat dipandang sebagai gejala budaya dan sebagai gejala

sosial.Filsafat dan aturan hukum Islam adalah gejala budaya, sedangkan interaksi

orang-orang Islam dengan sesamanya atau dengan non-Muslim disekitar persoalan

hukum Islam adalah gejala sosial. Secara lebih rinci studi hukum Islam dapat

dibedakan atas:

1. Penelitian hukum Islam sebagai doktrin azaz yang sasaran utamanya adalah

dasar-dasar konseptual hukum Islam seperti masalah filsafat hukum, sumber-

sumber hukum, konsep qiyas, konsep „am dan khas, dan lain-lain.

2. Penelitian hukum Islam nomatif yang sasaran utamanya adalah hukum Islam

sebagai norma atau aturan, baik yang masih dalam bentuk nas (ayat-ayat ahkam

dan hadist-hadist ahkam) maupun yang sudah menjadi produk pikiran manusia

(kitab-kitab fiqh, keputusan pengadilan, undang-undang, fatwa ulama, dan

sebagainya).

3. Penelitian hukum Islam sebagai gejala social yang sasaran utamanya adalah

perilaku hukum masyarakat muslim, baik antar sesama muslim maupun non-

Muslim disekitar masalah-masalah hukum Islam. Ini mencakup masalah-

masalah seperti politik perumusan dan penerapan hukum, perilaku penegak

Page 58: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

45

hukum, dan lembaga-lembaga penerbitan atau pendidikan yang mengkhususkan

diri atau mendorong studi-studi hukum Islam.

Dari tiga bentuk studi hukum Islam diatas, dua bentuk studi yang ketiga

melihat Islam sebagai gejala sosial (Mudzhar, 1999: 12-14).Seperti halnya

penggunaan pendekatan sosiologis dalam studi hukum Islam dapat mengambil

beberapa tema sebagai berikut:

1. Pengaruh hukum Islam terhadap masyarakat dan perubahan masyarakat.

2. Pengaruh perubahan dan perkembangan masyarakat terhadap pemikiran hukum

Islam.

3. Tingkat pengalaman masyarakat.

4. Pola interaksi masyarakat di seputar hukum Islam.

5. Gerakan atau organisasi kemasyaraktan yang mendukung atau kurang

mendukung hukum Islam (Mudzhar, 1999: 15-16).

Penerapan hukum Islam dalam segenap aspek kehidupan merupakan

upaya pemahaman terhadap agama itu sendiri. Dengan demikian, hukum Islam

(fiqh, syari‟ah) tidak saja berfungsi sebagai nilai-nilai normatif, ia secara teoritis

berkaitan dengan segenap aspek kehidupan, dan ia adalah salah satu pranata

(intitusi) sosial dalam Islam yang dapat memberikan legitimasi terhadap

perubahan-perubahan yang dikehendaki dalam penyelarasan antara ajaran Islam

dinamika sosial (Tebba, 2003: 1-2).

Page 59: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

46

Adat kebiasaan („Urf) dalam hal ini mempunyai peranan yang sangat

penting sebagai salah satu daliluntuk menetapkan hukum syara‟. „Urf bisa berupa

perbuatan maupun perkatan, dan „Urf dibagi dua macam yaitu al-„Urf al-„Am(adat

kebiasaan umum), dan al-„Urf al-Khas (adat kebiasaan khusus). Disamping itu

„Urf dibagi pula kepada:

1. Adat kebiasaan yang benar, yaitu suatu hal yang baik yang menjadi kebiasaan

suatu masyarakat, namun tidak sampai menghalalkan yang haram dan tidak

pula sebaliknya.

2. Adat kebiasan yang fasid (tidak benar), yaitu sesuatu yang menjadi adat

kebiasaan yang sampai menghalalkan yang diharamkan Allah (Effendi dan

Zein, 2008: 154).

3. Adat istiadat („Urf) yang digunakan sebagai hukum plaksanaan jual beli dapat

dijadikan sebagai sumber hukum Islam bila memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

a. „Urf tidak berlawanan dengan nas yang tegas.

b. „Urf menjadi adat yang terus menerus berlaku dan berkembang dalam

masyarakat.

Hukum yang dibina “Urf berubah menurut masa dan tempat, asal tetap

dalam bidang perbuatan-perbuatan yang diperbolehkan. Para ulama telah

menjadikan adat („Urf) sebagai dasar hukum asal tidak menimbulkan suatu

kerusakan untuk merusak suatu kemaslahatan atau menyalahi nas (Ash-Shiddiqi,

Page 60: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

47

1999: 479). Ada empat syarat utama yang harus dipenuhi agar suatu adat („Urf)

dapat diterima sebagai landasan hukum, yaitu:

1. Adat „Urf itu bernilai maslahah dan dapat diterima akal sehat.

2. Adat „Urf itu berlaku umum dan merata di kalangan orang-orang yang berada

dilingkungan adat atau dikalangan sebagian warganya.

3. Adat „Urf itu telah ada pada saat itu, bukan „Urf yang muncul kemudian.

4. Adat „Urf itu tidakbertentangan dengan prinsip yang pasti (Syarifudin, 1999:

367-377).

„Urf menurut penyelidikan bukan merupakan dalil syara‟ tersendiri. Pada

umumnya, „Urf ditunjukan untuk memelihara kemaslahatan umat serta menunjang

pembentukan hukum dan penafsiran beberapa nash. Dengan „urf dikhususkan lafal

yang „amm(umum) dan dibatasiyang mutlak.Karena itu sah, dalam hal ini(Syafe‟I,

2007: 131).

Kemaslahatan yang dikemukakan oleh Abdul-Wahhab Khallaf adalah

sesuatu yang dianggap maslahat namun tidak pula ada dalil tertentu baik yang

mendukung maupun yang menolaknya, sehingga dapat disebut maslahah

mursalah (maslahah yang lepas dari dalil secara khusus) (Effendi dan zein, 2008:

149).

Selanjutnya, dalam buku Ushul Fiqh oleh Satria Effendi dan M.Zein,

yang menjelaskan maslahah dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

Page 61: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

48

1. Al-maslahah al-Mu‟tabarah, yaitu maslahah yang secara tegas diakui syari‟at

dan telah ditetapkan ketentuan-ketentuan hukum untuk merealisasikannya.

2. Al-maslahah al-Mulghah, yaitu sesuatu yang dianggap palsu karena

kenyataanya bertentangan dengan ketentuan syari‟at.

3. Al-Maslahah al-Mursalah, dan maslahah macam ini banyak terdapat dalam

masalah masalah muamalah yang tidak ada ketegasan hukumnya dan tidak pula

ada bandingannya dalam al-Qur‟andan as-Sunnah (Effendi dan Zein, 2008:

149-150).

Abdul-Wahhab Khallaf menjelaskan beberapa persyaratan dalam

memfungsikan maslahah mursalah, yaitu:

1. Sesuatu yang dianggap maslahat itu haruslah berupa maslahat hakiki yaitu yang

benar-benar akan mendatangkan kemanfaatan atau menolak kemudharatan,

bukan dugaan belaka dengan hanya mempertimbangkan adanya kemanfaatan

tanpa melihat kepada akibat negatif yang ditimbulkan.

2. Sesuatu yang dianggap maslahat itu hendaklah berupa kepentingan umum,

bukan kepentingan pribadi.

Sesuatu yang dianggap maslahah itu tidak bertentangan dengan ketentuan

yang ada ketegasan dalam al-Qur‟an atau as-Sunnah, atau bertentangan dengan

ijma‟(Effendi dan Zein, 2008: 152-15).

Page 62: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

49

BAB III

GAMBARAN UMUM PRAKTEK JUAL BELI TEBASAN

DI DESA SUROJOYO

A. Kondisi Masyarakat di Desa Surojoyo

1. Letak Geografis

Surojoyo adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Candimulyo

Kabupaten Magelang. Desa dengan luas 366 m2 dan jumlah peduduk kurang

lebih 2.504 yang mayoritas beragama Islam.dan tipologi Desa Surojoyo

termasuk dataran tinggi.

Adapun batas-batas wilayah Desa Surojoyo yaitu: 1) sebelah utara

berbatasan dengan Desa Surodadi; 2) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Kembaran; 3) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sidomuyo; dan 4)

Sebelah timur berbatsan dengan Desa Purworejo.

Meskipun desa Surojoyo termasuk desa pinggiran, namun desa ini

cukup baik mulai dari penduduk, pembangunan, dan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) sudah meningkat. Hal ini terbukti dari sebagian besar

penduduk di Desa Surojoyo yang berhasil di bidang usaha diantaranya:

perdagangan, pertenakan, pertanian dan lain-lain.

Adapun struktur organisasi pemerintahan Desa Surojoyo Kecamatan

Candimulyo Kabupaten magelang yaitu:

Page 63: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

50

Struktur organisasi pemerintahan di Desa Surojoyo

2. Demografi

a. Penduduk

Menurut laporan monografi tahun 2013/2014 jumlah seluruh

penduduk Desa Surojoyo adalah 5069 jiwa, terdiri dari 2.558 orang laki-laki

dan 2.511 orang perempuan. Dan penduduk dengan usia produktif yaitu

antara 16-50 tahun sebanyak 2.782 orang. Jadi lebih dari setengah

penduduknya adalah berusia produktif.Dari data ini bisa dilihat bahwa

Kepala Desa

Triyono

kadus karen

Ahmad Harianto

kadus Brojolepo

Jamingin

kadus klumprit

gumun

kadus suran

Darmadi

kadus clepan

Fauzan

kadus surojoyo

Jamari

Sekertaris Desa

kasi pemerintahan dan Pembangunan

Siswantoro

Kasi Kesra

Khudlori

Kaur Umum

Z Murtadlo

Kaur Keuangan

Tuwarni

Page 64: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

51

prospek perkembangan Desa ini dalam hal SDM cukup baik. Seperti pada

tabel berikut :

No Umur Laki-laki perempuan Jumlah

1 0 < 4 84 85 169

2 5 > 9 98 94 192

3 10 > 14 100 110 210

4 15 > 19 96 102 198

5 20 > 24 98 100 198

6 25 > 29 77 76 153

7 30 > 34 94 95 189

8 35 > 39 99 101 200

9 40 > 44 89 92 181

10 45 > 49 80 102 182

11 50 > 54 90 64 154

12 56 > 59 70 69 139

13 60 > 64 53 54 107

14 65 > 69 51 52 103

15 70 > 74 39 44 82

16 74 keatas 28 26 54

Jumlah 1.245 1.266 2.511

Tabel: 3.1Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur(Sumber data: data primer

diolah)

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Surojoyo menurut data

monografi pada bulan November 2014, sudah mengalami peningkatan dari

tahun-tahun sebelumnya.Masyarakat yang melanjutkan pendidikan sampai

Perguruan Tinggi sudah cukup banyak.Adapun untuk masyarakat yang telah

lulus sarjana keatas pun mencapai jumlah 142 orang. Namun tingkat

masyarakat yang tidak sekolah juga tinggi, yangmencapai 890 orang yang

Page 65: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

52

terdiri dari masyarakat yang telah usia lanjut. Sedangkan untuk saat ini

kondisi pendidikan masyarakat untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel

berikut ini:

No Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Tidak/belum pernah

sekolah

375 373 746

2 Tidak/belum tamat

sekolah dasar

70 74 144

3 Sekolah Dasar 400 426 826

4 SMP Umum/kejuruan 170 176 346

5 SMA Umum 105 105 210

6 SMA kejuruan 48 49 97

7 Diploma I,II,&III 24 25 49

8 Universitas/D IV,S1,S2 42 51 93

Jumlah 1.232 1.279 2.511

Tabel: 3.2Penduduk Menurut Pendidikan(Sumber data: data primer diolah)

c. Mata pencaharian

Ditinjau dari mata pencaharian penduduk Desa Surojoyo, banyak

diantaranya adalah sejumlah 97 orang sebagi PNS, Pegawai Swasta 135

orang, buruh bangunan ada 288 orang, buruh pabrik mencapai jumlah 117

orang penduduk, kurang lebih 523 orang penduduk sebagai petani, dan

sekitar 100 orang pedagang. Dari tingkat mata pencaharian masyarakat tentu

sebagian besar masyarakatnya berada pada tingkat penghasilan menengah ke

bawah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 66: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

53

No Jenis pekerjaan Laki-laki perempuan Jumlah

1 PNS 55 21 76

2 TNI 10 - 10

3 POLRI 11 - 11

4 Pegawai swasta 130 105 135

5 Pensiunan 78 56 124

6 Pengusaha 75 38 113

7 Buruh bangunan 108 100 228

8 Buruh industry 46 71 117

9 Buruh tani 34 26 60

10 Petani 423 101 523

12 Lain-lain 234 98 332

Jumlah 1.213 516 1.729

Tabel: 3.3Penduduk Berdasarkan Pekerjaan(Sumber data: data primer

diolah)

d. Sosial dan Keagamaan

Selain pada keadaan geografis dan kependudukan, yang tidak kalah

penting adalah kondisi keagamaan di Desa Surojoyo, dari data yang ada

sampai dengan bulan november 2014, dari 2.511 penduduk ada 2.504

kurang lebihpenduduk Desa Surojoyo beragama Islam dan sisanya yaitu 7

orang penduduk beragama Kristen. Jadi penduduk yang non muslim di Desa

Surojoyo hanya 0.7%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel

keagamaan pada tabel di bawah ini:

No Agama Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Islam 1.250 1.254 2.504

2 Khatolik - - -

3 Kristen 4 3 7

4 Hindu - - -

5 Budha - - -

6 Konghucu - - -

Jumlah 1.254 1.257 2.511

Tabel: 3.4Penduduk Berdasarkan Agama(Sumber data: data primer diolah)

Page 67: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

54

Sedangkan untuk kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh

masyarakat ada bermacam-macam.diantaranya adalah :

1) Yasinan dan Tahlilan

Yasinan dan Tahlilan adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan

disetiap Rukun Tetangga(RT).Kegiatan ini dilaksanakan setiap kamis

malam atau malam jum‟at di masjid masing-masing wilayah. Dengan

rangkaian acara tahlil bersama dan dilanjutkan dengan membaca surat

yasin. Kegiatan ini didatangi banyak warga disekitar masjid di Daerah

tersebut mulai dari kalangan tua, remaja sampai anak-anak pun turut serta

dalam kegiatan tersebut.Untuk setiap kali kegiatan, di masjid jamaah

yang datang antara 30-40 orang, Dan di mushola jamaah yang dating

antara 20-30 orang.

2) Tahfidz Al Qur‟an

Tahfidz Al Qur‟an yang dilaksanakan setiap minggu pahing,

yaitu pengajian dimana para hafidz dan hafidzah yang ada di Desa

Surojoyo didatangkan dalam satu majelis dan menghafal Al Qur‟an

dihadapan Masyarakat, sehingga kegiatan tersebut bisa menguntungkan

berbagai pihak, dari pihak para hafidz dan hafidzah bisa melancarkan

serta memperdengarkan (tasmi‟) bacaan Al Qur‟annya dan para

pendengar bisa mendengarkan dan memperoleh semangat lebih untuk

belajar Al Qur‟an.Kegiatan seperti ini biasanya didatangi oleh banyak

Page 68: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

55

jama‟ah, yang pada umumnya adalah dari kalangan orang tua, Ada juga

dari golongan muda namun hanya dari Remaja Masjid sekitar Masjid

dimana kegiatan tersebut digelar.Jamaah yang hadir pada kegiatan ini

rata-rata mencapai 150-200 jamaah.

3) Tafsir Al Qur‟an

Tafsir Al Qur‟an adalah pengajian rutin setiap sehabis jama‟ah

subuh yang pengajian itu berisi penjelasan mengenai ayat-ayat Al Qur‟an

atau bisa dikatakan Tafsir Al Qur‟an.Pada pangajian jenis ini pada

umumnya jama‟ah yang hadir dari golongan orang tua atau penduduk

yang telah berusia lanjut, ada dari golongan remaja atau pemuda yang

datang namun hanya dari Remaja Masjid (REMAS) yang berdomisili di

dekat masjid dimana pengajian itu dilaksanakan. Menurut Yasin, M.Pd

beliau mengatakan “pengajian seperti ini dilaksanakan karena kita dari

pihak Ta‟mir dan Remaja Masjid menyadari banyaknya warga terutama

para orang yang telah lanjut usia buta akan tulisan arab, jadi dengan kita

mengadakan kegiatan seperti ini diharapkan bisa menambah pengertian

mereka tentang isi Al Qur‟an walau hanya dengan mendengarkan saja,

dengan begitu diharapkan juga mereka bisa menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari”. Dari pernyataan beliau bisa dilihat adanya jiwa kepedulian

terhadap sesama dalam berbagi ilmu.Serta tingkat praktek keagamaan di

Desa ini bukan isapan jempol semata, namun ada wujud nyatanya. Tapi

perlu di sadari bahwa masyarakat pedesaan khususnya penduduk yang

Page 69: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

56

telah lanjut usia masih banyak yang percaya terhadap mitos yang ada, jadi

apa yang mereka dapatkan tidak secara mudah bisa diterapkan. Karena

mereka kadang masih berpegang teguh pada kepercayaan nenek moyang

yang ada.Hal tersebut dirasa menjadi hal yang menjadi penghalang untuk

memberikan ajaran Islam yang benar pada mereka.

4) Pengajian Rutin RT

Pengajian yang dilakukan dengan tujuan menambah tali

silaturahmi antar warga di masing-masing Rukun Tetangga(RT).

Pengajian ini dilaksanakan oleh, Ibu-Ibu, Bapak-Bapak serta Remaja.

Setiap kelompoknya acara yang dilaksanakan berbeda-beda.Untuk

pengajian Ibu-Ibu rangkaian acaranya terdiri atas tahlil, yasin, diba‟ serta

tausiyah yang diisi oleh tokoh agama di Desa Surojoyo.Begitu pula untuk

pengajian bapak-bapak rangkaian acaranya pun tidak jauh berbeda

dengan pengajian ibu-ibu.Sedangkan untuk pengajian rutin remaja ada

tambahan acara berupa diskusi bersama.Pengajian rutin semacam ini

dilakukan setiap 2 minggu sekali.Tempat dilaksanakannya acara ini

bergilir dari rumah satu ke rumah lainnya.

5) Diba‟an

Diba‟an adalah serangkaian acara shalawat yang dilaksanakan

oleh warga masyarakat di Desa Surojoyo. Kegiatan ini dilaksanakan

setiap minggu malam atau malam senin.Dilaksanakan di Masjid atau

Mushola di masing-masing Dusun atau wilayah RT. Acara Diba‟an ini

Page 70: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

57

biasanya dihadiri sekitar 20-30 jama‟ah di setiap Masjid atau Mushola,

terdiri atas anak-anak sampai orang tua.Biasanya sebelum acara Diba‟an

dimulai, didahului dengan Tahlilan bersama.

Page 71: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

58

B. Praktek jual beli tebasan di Desa Surjoyo Kecamatan Candimulyo

negosiasi antara penebas dan petani

setuju

penebas survey lapangan

setuju

negosiasi harga antara petani dan penebas

setuju

penebas memberikan uang muka (panjer )atau membayar secara lunas

setuju

transaksi dan tanaman jadi milik penebas

tidak setuju

perjanjian batal

tidak setuju

perjanjian batal

tidak setuju

perjanjian batal

tidak setuju

perjanjian batal

Page 72: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

59

Keterangan:

Dari sekian jumlah penduduk Desa Surojoyo yang ada, tentu jual beli

dengan sistem tebasan ini sudah menjadi adat kebiasaan bagi sebagian

masayarakat Desa Surojoyo, baik dari pihak pembeli yaitu dari kalangan pedagang

atau sering disebut dengan penebas ataupun dari pihak penjual yang berasal dari

kalangan petani. Proses jual beli tebasan yang dilakukan di Desa surojoyo ini yang

pertama dilakukan yaitu biasanya pembeli atau penebas menghubungi petani

yang mau ditebas tanamannya dengan mendatangi rumah, lalu para petani dan

penjual bernegosiasi setuju apa tidak bila ditebas. Kemudian jika setuju perjanjian

dilanjutkan dengan survey lapangan, survey lapangan disini dilakukan agar

penebas bisa menentukan kualitas dan kuantitas tanaman, bagus apa tidak tanaman

dan dapat menentukan harga yang sebagaimana mestinya menurut kualitas dan

kuantitas tanaman tersebut dengan cara mencabut sampel tanaman dan seberapa

luas tanah yang ditanami, jika pada survey lapangan ini penebas tidak setuju

karena sesuatu hal, apakah kualitas tanamannya buruk atau karena sesuatu hal lain

yang menyebabkan penebas tidak setuju maka perjanjian batal.

Setelah survey lapangan dilakukan, dilanjutkan dengan tawar menawar

harga antara petani dan penebas, biasanya transaksi yang dilakukan di Desa

Surojoyo ada dua macam, tergantung pihak yang membeli dan juga kebutuhan

Penjual tanamannya.Ada pedagang yang membeli buah yang masih di pohon

dengan membayarnya setengah dari harga seluruhnya, para petani biasa

menyebutnya dengan istilah panjar, dan ada pula yang membayarnya secara penuh

Page 73: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

60

pada saat transaksi dilakukan. Dan para petani lebih suka pembayaran dengan cara

panjar karena dengan adanya panjar para petani sudah mantap bahwa hasil panen

sudah terjual, panjar yang diberikanpun ada macam-macam, kadang Rp. 200.000,-

atau Rp. 500.000,- untuk setiap Pembelian tanaman yang ditebas, dan sisanya akan

diberikan pada saat sudah dipanen, atau seminggu setelah kesepakata ada yang

dilakukan selain itu juga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apabila dengan

tawar menawar penebas dan petani setuju maka transaksi sah dan tanaman menjadi

milik penebas, sebaliknya apabila dengan tawar menawar penebas dan petani tidak

setuju maka perjanjian batal.

Jenis tanaman yang ditebaskan di Desa Surojoyo biasanya yaitu tanaman

kacang tanah, ketela, jagung, petai, durian, rambutan, duku, langsep.Yang sering

ditebas yaitu tergantung musim panen pada saat itu.Dan di Desa Surojoyo pada

saat ini sedang ini sedang musim panen jagung, kacang tanah dan ketela.Akad

yang dilakukan di Desa Surojoyo hanya mengunakan lisan saja dan tidak tertulis,

dikarenakan pelaku jual beli kebanyakan orang tua yang tidak bisa baca tulis. Jadi

dengan menggunakan akad lisan saja, para pelaku jual beli sudah saling percaya

dengan adanya jual beli tebasan tersebut.Faktor yang mempngaruhi masyarakat

melakukan jual beli tebasan yaitu karena faktor ekonomi dan faktor kebiasaan

mereka karena profesi mereka sebagai petani dan sudah menjadi adat kebiasaan

dari nenek moyang terdahulu.Di dalam jual beli tebasan yang dilakukan di desa

surojoyo pernah terjadi perselisihan akibat transaksi jualbeli tebasan yang

dilakukan. Perelisihan yang sering terjadi yaitu perselisihan dikarenan transaksi

Page 74: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

61

panjer atau uang muka, perjanjian diawal transaksi dengan cara panjer yaitu

membayar setengah harga atau seperempat kemudian kurangan akan dibayarkan

seminggu setelah panen. Namun nyatanya banyak para penebas mengulur waktu

pembayaran tersebut sehimgga menyebabkan perselisihan akan tetapi perselisihan

tersebut tidak terlalu sering, banyak juga penebas yang jujur dan tepat waktu

dalam membayar.

Masyarakat di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten

Magelangsebenarnya sudah mengetahui bahwa jual beli yang dilakukan itu tidak

diperbolehkan akan tetapi masyarakat di Desa Surojoyo tetap melakukannya

dengan alasan bahwa mereka melakukan jual beli dengan sistem tebasan dengan

tepaksa karena dengan jual beli tebasan mereka bisa mendapatkan uang untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan jual beli tebasan termasuk salah satu mata

pencaharian masyarakat Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo untuk

mensejahterakan kahidupan.

Pandangan para tokoh agama yang ada di Desa Surojoyo Kecamatan

Candimulyo tentang jual beli tebasan yaitu para tokoh agama memperbolehkan

jual beli tebasan asalakan tidak ada yang dirugikan dari kedua belah pihak, yaitu

dari penjual maupun penebas.(sumber data: wawancara dengan pak Sugeng pada

taggal 30 Juni 2015).

Page 75: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

62

BAB IV

ANALISIS

A. Analisis Praktek Jual Beli Tebasan di Desa Surojoyo Kecamantan

Candimulyo

Praktek jual beli sistem tebasan yang terjadi di Desa Surojoyo adalah

menjual atau membeli hasil panen yang masih muda dan masih berada di dalam

pohon. Akad yang digunakan ada dua macam, seperti:

1. Down Payment (DP) atau uang muka, di dalam istilah jual beli tebasan sering

disebut dengan panjar.

2. Dengan membayar secara lunas.

Biasanya jenis tanaman yang diperjual belikan dengan sistem tebasan

adalah tanaman kacang tanah, ketela, jagung, petai, durian, rambutan, duku, dan

langsep.Jual beli tebasan seperti ini sering dilakukan petani pemilik sawah dengan

para penebas.Jual beli yang dilakukan di Desa Surojoyo dikatakan jual beli

Ijon.Sedangkan jual beli ijon itu sendiri di dalam hukum Islam tidak diperbolehkan

bahkan hukumnya haram. Seperti telah dijelaskan pada hadis dibawah ini :

مرة حتى صلى للا عليه و سلم نهى عن بيع الث أن رسول للا

مرة فبم .تزهى قالوا وما تزهى قال الث .فقال إذا منع للا تحمر

تستحل مال أخيك. متفق عليهArtinya: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang Penjualan buah-

buahan (hasil tanaman) hingga menua?” Para sahabat bertanya, "Apa

maksudnya telah menua?"Beliau menjawab, "Bila telah berwarna

Page 76: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

63

merah."Kemudian beliau bersabda, "Bila Allah menghalangi masa

penen buah-buahan tersebut (gagal panen), maka dengan sebab apa

engkau memakan harta saudaramu (uang Pembeli)?"(HR. Bukhari no.

2198 dan Muslim no. 1555).

Apabila diihat dari rukun Jual beli yaitu: barang harus suci, bermanfaat,

dapat diserahkan, dan diketahui, milik orang yang berakad. Salah satu syarat

barang yang diakadkan yaitu dapat diserahkan, Sedangkan jual beli tanaman yang

masih muda atau belum masak atau bahkan masih dalam berbentuk bunga, tentu

tidak ada barang yang bisa diserahkan. Jual-beli buah-buahan itupun belum jelas

apakah akan tumbuh dengan baik sampai buah masak dan siap dipanen atau justru

sebaliknya. Jika hasil tanaman tersebut ternyata rusak atau membusuk sebelum tua

makahal itu tidak akan bermanfaat,padahal salah satu syarat barang yang

diakadkan adalah barang yang bermanfaat. Syarat yang lain adalah diketahui, baik

kuantitas dan kualitasnya, sedangkan hasil tanaman yang sudah dijual atau dibeli

dalam keadaan muda atau bunga tentu banyak atau berat buah-buahan tersebut

belum jelas, serta kualitas dari buah-buahan juga belum jelas apakah akan

berkualitas baik sampai waktunya panen tiba ataukah tidak. Apabila kerusakan

pada buah-buahan tersebut tersebut benar-benar terjadi tentuya akan merugikan

pihak pembeli.

Dalam transaksi yang dilakukan para Penjual dan Pembeli yang ada di

Desa Surojoyo, mereka memberikan sejumlah uang sebagai DP (Down Payment)

atau Panjer kepada Penjual. Dan uang sisanya akan diberikan pada saat padi

Page 77: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

64

dipanen, dan Pembeli memanen tanaman hasil panen seminggu setelah pembeli

memberikan uang panjer.

Masyarakat memahami jual beli seperti ini sebagai jual beli yang efisien,

karena masyarakat tidak perlu memikirkan bagaimana cara mereka untuk

memanen hasil tanamannya.mereka hanya tinggal menerima uangnya saja.

Menurut HR muslim : 1526

Dari Abdullah bin Umar, dia berkata, “Dahulu kami (para sahabat) membeli

makanan secara taksiran, maka Rasulullah melarang kami menjual lagi sampai

kami memindahkannya dari tempat belinya.

Sisi pengambilan hukum dari hadist ini, adalah bahwa jual beli sistem

borongan itu merupakan salah satu sistem jual-beli yang dilakukan oleh para

sahabat pada zaman Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dan beliau tidak

melarangnya.Hanya saja, beliau melarang untuk menjualnya kembali sampai

memindahkannya dari tempat semula.Ini merupakan taqriri (persetujuan) beliau

atas bolehnya jual-beli sistem tersebut.Seandainya terlarang, pasti Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam akan melarangnya dan tidak hanya menyatakan hal

di atas.

Page 78: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

65

Jual beli seperti yang dilakukan oleh masyarakat Surojoyo berupa

taksiran, termasuk jual beli yang gharar atau tidak jelas. Yaitu terdapat pada

ketidakpastian akan seberapa banyak tanaman hasil panen yang dihasilkandari

setiap kotak sawah, kadang rugi, kadang untung. Hal ini bisa juga diQiyaskan

dengan perjudian, yaitu mengundi nasib dengan perhitungan yang tidak pasti.

Seperti sabda Rasulullah yang melarang jual beli gharar yaitu:

Artinya :Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam melarang jual beli al-hashah

dan jual beli gharar.

Dari data yang saya peroleh alasan apa saja masyarakat Desa Surojoyo

melakukan jual beli tebasan, yang diungkapkan oleh 10 orang informan kami

dapatkan dapat diperoleh beberapa alasan yaitu sebagai berikut:

1. Dari pihak penjual (wawancara dengan pinto, parjo, uwuh, dolah, ari, wahono,

ari, muji, pada tanggal 13/6/2015).

a. Karena profesi mereka sebagai petani dan jual beli tebasan satu-satunya

mata pencaharian saya untuk nafkah keluarga.

b. Karena untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

c. Karena memang sudah terbiasa dngan jual beli tebasan.

2. Dari pihak Pembeli (wawancara dengan sugeng dan jilah pada tanggal

14/6/2015).

a. Karena sudah menjadi mata pencaharian yang pasti.

Page 79: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

66

b. Tanaman yang masih muda atau mentah bisa didapatkan dengan harga yang

lebih murah. Sehingga saat tanaman tersebut telah tua harga jualnya tinggi

dan keuntungan yang mereka dapatkan akan lebih besar.

c. Karena alasan menolong Penjual yang terdesak kebutuhan.

Dari alasan yang disampaikan oleh informan pelaku jual-beli sistem

tebasan, bisa dilihat ada faktor yang sama yaitu faktor kebiasaan dan jual beli

tebasan yang dilakukan di Desa Surojoyo diakibatkan karena faktor ekonomi,

karena profesi mereka sebagai petani mata pencahaian satu-satunya yaitu dengan

melakukan jual beli tebasan. Walaupun karena alasan terdesak kebutuhan atau

alasan menolong orang yang terdesak kebutuhan.Jual beli sistem tebasanyang

dilakukan di Desa Surojoyo tetap saja dilarang karena jual beli tebasan disini

mengandung jual beli ijon dan jual beli dalam Islam itu dilarang.

B. Pandangan tokoh-tokoh agama dalam pelaksanaan jual beli tebasan yang

dilakukan di Desa Surojoyo

Pandangan para tokoh agamadi Desa Surojoyo tentang pelaksanaan jual

beli tebasan mengungkapkan bahwa jual beli tebasan itu diperbolehkan asalkan

tidak merugikan salah satu pihak antara petani dan penebas.

Menurut Nasrodin, salah seorang tokoh agama di Desa Surojoyo,

menyatakan bahwa jual beli tebasan itu diperbolehkan asalkan tidak merugikan

salah satu pihak yaitu petani maupun penebas, Dan pelaksanan jual beli tersebut

tidak ada kecurangan yang menimbulkan perselisihan.Akan tetapi jual beli yang

dilakukan di Desa surojoyo mengandung jual beli gharar karena transaksi jual beli

Page 80: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

67

yang dilakukan membeli tanaman hasil panen yang masih muda atau belum

masak, dan jual beli tersebut termasuk jual beli yang belum pasti

kemanfaatannya.Didalam jual beli tebasan ini sebenarnya yang sering dirugikan

yaitu pihak petani, tetapi banyak juga pedagang yang rugi apabila taksirannya

dalam menebas meleset, dari peristiwa tersebut dapat terjadi kesenjangan sosial

tetapi tidak terlalu banyak karena masing-masing dari kedua belah pihak sama-

sama tahu harga pasar. Beliau juga setuju akan adanya jual beli tebasan yang

dilakukan di lakukan di Desa Surojoyo dengan alasan proses jual beli yang mudah

dan system tebasan juga menghemat biaya dan waktu.

Dengan adanya jual beli tebasan yang dilakukan di Desa Surojoyo

menimbulkan dampak dalam idang perekonomian bagi masyarakat, dampaknya

yaitu masyarakat Di Desa Surojoyo lebih sejahtera karena selain di bidang bisnis

secara tidak langung antara petani dan pedagang tercipta saling gotong royong

dalam bidang materiil (wawancara padatanggal 14 juli 2015).

Menurut turmudzi, salah seorang tokoh agama di Desa Surojoyo,

berpendapat bahwa pelaksanaan jual beli tebasan yang dilakukan di Desa Suroyo

sudah menajadi adat kebiasaan turun temurun nenek moyang terdahulu sehingga

praktek jual beli tebasan masih terlaksana sampai sekarang.Di dalam jual beli

tebasan menurut beliau diperbolehkan asalkan di dalam pelaksanaannya tidak

mengandung unsur gharar didalam jual beli tebasan tersebut.para petani maupun

pedagang kebanyakan menyukai cara jual dengan sistem tebasan, karena dengan

Page 81: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

68

jual beli yang petani dan penebas lakukan lebih efisien dalam masalah biaya

maupun waktu.

Dalam hukum Islam, lanjutan Turmudzi, jual beli tebasan itu

diperbolehkan asalkan di dalam pelaksanaan tidak ada unsur gharar didalamnya.

Dan beliau mengungkapkan bahwa di Desa Surojoyo tidak ada kesenjangan sosial

yang diakibatkan oleh jual beli tebasan, karena dari pihak petani maupun penebas

atau penjual sudah sama-sama berpengalaman dan mengetahui harga pasar jadi

secara tidak langsung mereka dapat memprediksikan harga yang nanti akan dijual.

Dampak yang diakibatkan jual beli tebasan di Desa Surojoyo dalam bidang

ekonomi baik petani maupun penebas atau penjual lebih bisa meningkatkan taraf

hidup sehari-hari dari hasil jual beli yang mereka lakukan (wawancara pada

tanggal 14 juli 2015).

Dari pendapat para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa praktek jual

beli tebasan di Desa Surojoyo diperbolehkan dengan alasan dalam jual beli tebasan

tidak mengandung unsur gharar, akan tetapi dalam prakteknya jual beli tersebut

mengandung unsur gharar, sedangkan di dalam Islam jual beli yang mengandung

unsur gharar tidak diperbolehkan.

Para tokoh agama memperbolehkan jual beli tebasan demi kemaslahatan

umat karena petani dan pedagang menyukai cara jual beli dengan tebasan ini

dengan alasan pelaksanaan jual beli tebasan itu lebih efisien dalam masalah biaya

maupun waktu. Namun demikian pengaruh kemaslahatan tersebut tidak seberapa

yang terjadi pada masyarakat Desa Surojoyo, karena masih banyak yang dirugikan

Page 82: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

69

salah satu pihak antara petani dan penjual yan diakibatkan jual beli tebasan. Proses

jual beli tebasan yang dilakukan di Desa Surojoyo dipengaruhi oleh Islam dan

budaya, sedangkan dalam hukum Islam jual beli tebasan yang dilakukan di Desa

Surojoyo tidak diperbolehkan karena mengandung gharar dan jual beli tebasan di

Desa surojoyo mengandung ijon dan di dalam Islam jual beliijon dilarang.

Apabila jual beli tebasan dikaitkan dengan studi Islam dengan pendekatan

sosiologi tentang pengaruh agama terhadap masyarakat atau lebih tepatnya

pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat, maka praktek jual beli di Desa

Surojoyo pengaruh agama terhadap masyarakat lebih sedikit.Karena mereka sudah

mengetaui hukumnya jual beli tebasanyang mereka lakukan tidak diperbolehkan,

namun mereka masih melakukannya.

Masyarakat Desa surojoyo belum siap melaksanakan hukum Islam yang

ada, seperti dalam teori studi Islam dengan pendekatan sosiologi tentang

pengalaman beragama masyarakat, juga dapat mengevaluasi pola penyebaran

agama dan seberapa jauh agama itu diamalkan oleh masyarakat.

C. Pandangan Sosiologi hukum Islam terhadap jual beli tebasan

Dalam pelaksanaan jual beli sistem tebasan yang dilakukan di desa

surojoyo jenis barang yang diperjual belikan yaitu umbi-umbian, biji-bijian dan

buah-buhan.Akad yang digunakan dalamjual beli ini yaitu menggunakan sistem

akad down payment (DP) yang sering disebut dengan sistem panjar dalam jual beli

tebasan.

Page 83: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

70

Sedangkan di dalam hukum Islam itu sendiri akad jual beli dengan system

panjar itu tidak diperbolehkan, karena pada sistem ini, uang muka yang telah

diserahkan kepada penjual tidak dikembalikan apabila jual beli itu batal.Jelas hal

itu bisa merugikan pihak pembeli dan dapat menimbulkan konflik antar pembeli

dan penjual. Selain itu penjual memakan harta yang tidak jelas asalnya seperti

pada penggalan hadis di bawah ini :

ةا فابما را الثهما ناعا للاه ا ما . متفق عليهفاقاالا إذا الا أاخيلا تاستاحل ما

Kemudian beliau bersabda, "Bila Allah menghalangi masa panen buah-buahan

tersebut (gagal panen), maka dengan sebab apa engkau memakan harta

saudaramu (uang Pembeli)?" (HR. Bukhari no. 2198 dan Muslim no. 1555).

Jadi apabila buah-buahan atau padi yang telah dibayar oleh Penjual

kepada Pembeli apabila rusak atau busuk sebelum masa panen.Pembeli

mendapatkan barang yang tidak ada manfaatnya.Sedangkan Penjual mengambil

harga tanpa memberikan barang kepada Pembeli.

Dalam Al Qur‟an juga disebutkan bahwa memakan harta orang lain

dengan jalan yang bathil adalah dilarang. Jual-beli hanya sah dengan jalan

perniagaan atas suka sama suka, seperti yang dijelaskan dalam Qur‟an Surat An-

Nisa‟:29, yang berbunyi :

Page 84: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

71

Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.(QS An Nisa‟: 29)

Jual beli tebasan adalah jual beli dengan cara memborong barang atau

sesuatu untuk di beli seluruhnya. Dalam Praktek jual beli tebasan yang dilakukan

di Desa surojoyo itu terdapat sistem jual beli ijon, pengertian jual beli ijon itu

sendiri yaitujual beli buah yang belum jelas kemanfaatanya,sedangkan dalam

hukum Islam jual beli sistem ijon itu dilarang oleh agama. Karena jual beli buah

yang belum berbentuk (masih berupa bunga atau belum muncul sama sekali)

adalah jual beli yang dilarang menurut para ulama‟, karena jual beli semacam itu

termasuk dalam kategori jual beli yang belum dimiliki atau jual beli gharar

(penipuan karena pasti salah satu pelaku akan tertimpa kerugian).

Jadi jual beli tebasan yang dilakukan di Desa Surojoyo tidak sesuai

dengan syariat Islam dan hukumnya dilarang, karena jual beli tebasan di Desa

Surojoyo mengandung jual beli dengan akad panjar dan jual beli dengan sistem

ijon.

Page 85: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jual beli sistem tebasan adalah menjual atau membeli hasil tanaman yang

masih dalam keadaan muda dan belum siap panen.Sistem akad yang sering

digunakan dalam jual beli sistem tebasan adalah akad Panjar, melakukan

penghitungan dengan cara taksiran, dan membelinya dengan cara borongan.

Dari penelitian yang kami lakukan, dapat daiambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pelaksanakan jual beli dengan sistem tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan

Candimulyo Kabupaten Magelang sudah menjadi tradisi. Adapun yang menjadi

faktor-faktor penyebabmasyarakat melakukan jual beli tebasan yaitu:

a. Faktor kebiasaan, dikarenakan sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai

petani maka salah satu mata pencahariannya adalah jual beli. Namun, jual

beli yang dilakukan tidak sesuai dengan syarat dan rukunnya yaitu jual beli

secara tebasan.

b. Selain itu faktor yang menyebabkan mereka melakukan jual beli tebasan

adalah faktor ekonomi, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mereka

sehari-hari.

2. Pandangan tokoh agama tentang pelaksanaan jual beli tebasan di Desa Surojoyo

Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang, mereka menyatakan bahwa jual

Page 86: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

73

beli tebasandiperbolehkan demi kemaslahatan umat.Dan juga petani dan

pedagang menyukai cara jual beli dengan tebasan ini, dengan alasan

pelaksanaan jual beli tebasan itu lebih efisien dalam masalah biaya maupun

waktu. Namun demikian pengaruh kemaslahatan tersebut tidak seberapa yang

terjadi pada masyarakat Desa Surojoyo, karena masih banyak yang dirugikan

dari salah satu pihak, baik petani atau penjual, yang diakibatkan jual beli

tebasan. Proses jual beli tebasan yang dilakukan di Desa Surojoyo tidak

terlepas dari asimilasi antara Islam dan budaya. Sedangkan dalam hukum Islam

jual beli tebasan yang dilakukan di Desa Surojoyo tidak diperbolehkan karena

mengandung gharar dan jual beli tebasan di Desa Surojoyo merupakan jual

beli ijon dan di dalam Islam jual beli ijon dilarang.

3. Jual beli tebasan di Desa Surojoyo menggunakan akad panjar dan transaksi

tersebut terdapat jual beli ijon karena transaksi tersebut memperjualbelikan

tanaman yang masih muda dan belum jelas kemanfaatannya. Jual beli tebasan

dikaitkan dengan studi Islam dengan pendekatan sosiologi tentang pengaruh

agama terhadap masyarakat atau lebih tepatnya pengaruh agama terhadap

perubahan masyarakat, maka praktek jual beli di Desa Surojoyo pengaruh

agama terhadap masyarakat lebih sedikit, karena Mereka sudah mengetahui

hukumnya bahwa jual beli tebasan yang mereka lakukan tidak diperbolehkan

dalam hukum Islam, namun mereka masih melakukannya.

Page 87: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

74

B. Saran

Untuk masyarakat Desa Surojoyo yang melakukan praktik jual beli

tebasandiharapkan mendapatkansebuah solusi untuk menjual hasil panen dengan

cara lain sesuai dengan Hukum Islam misalnya :

1. Petani dan pedagang diharapkan Menunggu sampai buah itu masak sehingga

Penjual dan Pembeli sama-sama mendapatkan keuntungan yang maksimal.

2. Sebaiknya para penjual dan pembeli mengganti akad ijon yang dilakukan

dengan akad jual beli Salam (pesan-memesan) yaitu dengan memberikan hasil

uang pesanan secara tunai ataupun dengan ansuran tetapi jika buah yang dibeli

itu melebihi uang yang diberikan maka Pembeli wajib membagi kelebihan dari

buah yang dia beli dengan Penjual, sebaliknya jika buah yang dibeli itu lebih

sedikit dari uang yang diberikan sebelumnya maka Penjual wajib

mengembalikan uang yang diberikan Pembeli kepada Penjual.

Page 88: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Al-Qur‟an Al-Karim. 2005. CV Penerbit J-ART.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ash-Shiddiqi, T.M Hasbi. 1999. Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Azzam,Abdul Aziz Muhammad.2010. Fiqh Muamalah Sistem Transaksi dalam Fiqh

Islam. Jakarta:Sinar Grafika Offset.

Daymon, Christine & Holloway Immy. 2008. Metode-Metode Penelitian kualitatif.

Yogyakarta: Penerbit Bintang

Faji,senja.tt. Kamus lengkap Indonesia, Ed.Revisi, : Diva Publisher

Mudzhar, M Atho. 1999. Studi Hukum Islam dengan Pendekatan Sosiologi.

Semarang: IAIN press.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah

Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kotemporer, Bogor: Ghalia

Indonesia

Qardhawi, Yusuf. 2007. Halal Haram dalam Islam, Solo: Intermedia

Sabiq,Sayyid.1987. Fikih Sunnah Jilid 12.Bandung: PT.Al Ma‟arif

Syafe‟i, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia

Syarifudin, Amir. 1997. Ushul Fiqih 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Tebba, Sudirman. 2003. Sosiologi Hukum Islam. Yogyakarta: UII Press.

Page 89: ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/857/1/Siti.Nurjanah.21411026.pdf · Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam

Zein, Muhammad & Effendi, Satria. 2008. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana.

INTERNET

http://palupi-pambayunazzahra.blogspot.com/2013/02/makalah-fiqh-muamalah-ii-

study-banding.html

http://ppialittihad.blogspot.com/2012/02/jual-beli-ijon.html

WAWANCARA

Wawancara dengan Pinto, Parjo, Fatonah, Dolah, Ari, Wahono, Muji. warga Desa

Surojoyo sebagai petani. tanggal 13 juli 2015.

Wawancara dengan Sugeng dan Jilah. warga Desa Surojoyo sebagai pedagang.

Tanggal 14 juli 2015.

Wawancara dengan Nasrodin dan Turmudzi. Warga Desa Surojoyo sebagai pemuka

agama. pada tanggal 15 juli 2015