analisis implementasi gats
DESCRIPTION
Makalah Mengenai Hukum Ekonomi InternasionalTRANSCRIPT
Analisis Implementasi GATS (General Agreement Trade in Services)
undefinedundefined. undefined
Politik Bisnis InternasionalYopi Fetrian, S.Ip, M.Si, MPP – Poppy Irawan, S.Ip, M. Si
Analisis Implementasi GATS (General Agreement Trade in Services)
Siti Oktovani – 0810852015
1. Sampai sejauh mana GATS mampu mendorong kemajuan pada perdagangan jasa di tingkat internasional ?
2. Jelaskan dengan mengacu pada kasus-kasus yang menyinggung soal perdagangan jasa yang berdampak pada dunia Internasional.
GATS merupakan salah satu kesepakatan perdagangan internasional di bawah
WTO yang berfokus pada perjanjian umum semua sektor jasa. GATS mulai
diberlakukan pada Januari 1995. Dengan adanya kesepakatan ini, implikasinya
setiap negara anggota diharuskan membuka sektor – sektor jasa domestiknya
untuk diliberalisasikan. Berbeda dengan perdagangan barang (yang jelas
produknya), transakasi perdagangan jasa akan sedikit lebih sulit dilakukan,
karena jasa merupakan produk yang tidak terlihat langsung / invisible –
intangible.
GATS mencakup semua sektor jasa, disebukan bahwa ada 12 sektor yang diatur
dalam GATS, seperti jasa kominikasi, pendidikan, lingkungan, keuangan
(perbankan, asuransi), wisata dan perjalanan, kesehatan sosial, budaya,
olahraga, transportasi, dll. Prinsip GATS pada dasarnya hampir sama dengan
prinsip WTO, seperti ; negara – negara anggota harus menurunkan / bahkan
menghilangkan hambatan dalam perdagangan jasa, selain prisip lainnya ; MFN,
nondiskriminasi, dll. Sebagai tambahan, GATS menggunakan prinsip Idquo ;
daftar positif dan rdquo, dimana negara dibolehkan membuka sektor jasa yang
diinginkan sesuai dengan kapasitas pasokan dan tujuan pembangunannya. Dan
‘daftar positif’ (atau disebut juga dengan prinsip fleksibilitas dari GATS),
merupakan sektor- sektor yang dibuka yang merupakan komitmen secara resmi
dalam WTO.
Contoh kasus seperti kerjasama perdagangan jasa di kawasan Asia Tenggara
(ASEAN). Tercatat bahwa sektor jasa berperan strategis dalam perekonomian di
ASEAN, rata – rata 40 – 50 % dari PDB negara ASEAN (tahun 2008) merupakan
kontribusi yang diberikan dalam sektor jasa, dan cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Data statistik WTO dan Sekretariat ASEAN, ekspor jasa ASEAN
ke pasar dunia terus meningkat dari US$54.8 miliar (1998) menjadi US$96.7
miliar (2004), tahun 2006 sebesar US$120.9 miliar, dan nilai ini terus
meningkat hingga saat ini.
Di ASEAN sendiri, pada 15 Desember 1995, disepakati ASEAN Framework
Agreement on Services / AFAS sebagai bentuk meningktanya kesadaran negara
– negara anggota akan peran penting sektor jasa dalam perekonomian bangsa –
bangsa (di kawasan Asia Tenggara khususnya).
Dalam perkembangannya, ASEAN mempunyai Mutual Recognition Agreement
(MRA), yang merupakan perkembangan terbaru dalam perdagangan jasa
sehingga memudahkan pergerakan penyedia jasa profesional di ASEAN,
beberapa kesapakatannya antara lain :
MRA untuk Jasa Rekayasa, yang ditandatangani pada tanggal 9
Desember 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia
MRA untuk Jasa Keperawatan, yang ditandatangani pada tanggal 8
Desember 2006 di Cebu, Filipina
MRA untuk Jasa terkait Arsitek dan Framework Arrangement for the
Mutual Recognition of Surveying Qualifications, yang keduanya
ditandatangani pada tanggal 19 November 2006 di Singapura.
Lalu, kerjasama ASEAN - China mengenai “Perjanjian Perdagangan Jasa dalam
Persetujuan Kerangka Kerja Mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh Antara
Negara-Negara Anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara Dan Republik
Rakyat China” yang disepakati pada tanggal 14 Januari 2007 di Cebu, Filipina,
menyusul beberapa bulan setelah itu, kesepakatan ASEAN – Korea, “Perjanjian
Perdagangan Jasa dalam Persetujuan Kerangka Kerja Mengenai Kerja Sama
Ekonomi Menyeluruh Antara Pemerintah Negara-Negara Anggota Asosiasi
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara Dan Republik Korea” pada 21 November 2007 di
Singapura.
Dengan disahkannya kesepakatan tersebut, maka upaya-upaya kerjasama di
bidang jasa antara kedua belah pihak di masa datang dalam meningkatkan
efisiensi dan daya saing, serta menganekaragamkan pasokan dan distribusi jasa
pemasok jasa masing-masing pihak akan semakin nyata, terarah, dan terukur
melalui penetapan kerangka waktu yang disetujui bersama. Dalam pelaksanaan
kerja sama bidang jasa ini, kedua pihak akan bersedia mempertimbangkan
masuknya sektor-sektor jasa tertentu sebagai sektor-sektor sensitif berdasarkan
kepentingan dan tujuan nasional masing-masing pihak. Sebagai tambahan, bagi
negara-negara anggota ASEAN yang baru, yakni Kamboja, Laos, Myanmar dan
Vietnam akan diberikan fleksibilitas dan perlakuan khusus yang berbeda dari
pihak-pihak lain.