ipsg, panduan implementasi

Upload: ariemamamaehan

Post on 07-Jul-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    1/28

     

    STANDAR IPSG 1

    Rumah saki t mengembangkan dan m enerapkan p roses untuk meningkatkan

    ketepatan identi f ikasi pasien.

    SPO IDENTIFIKASI PASIEN

    Kebijakan :

    1. Identifikasi Pasien dilakukan pada saat:

    i. Sebelum diberikan tindakan atau terapi. Misal: pemberian obat-obatan, pemberian darah

    dan produk darah, pemberian diit khusus, terapi radiasi.

    ii. Sebelum dilakukan prosedur. Misal: memasang infus, hemodialisa, tindakan bedah.

    iii. Sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan penunjang. Misal: pengambilan darah,

    pengambilan material tes penunjang lain, tindakan kateterisasi jantung, dan tindakan

    radiologi.

    2. Identitas Pasien terdiri dari :

    i. Identitas utama pasien

      Nama Lengkap :

      Tanggal Lahir :

      Nomor Rekam Medis :

    ii. Identitas Pasien Tidak Dikenal terdiri dari :

      Nama : Pria / Wanita tidak dikenal No Urut IGD : ........

      Tanggal lahir : 01/01/1910

      Nomor Rekam Medik :

    3. Warna Gelang Identitas Pasien :

    i. Biru untuk pasien laki-laki

    ii. Merah muda untuk pasien perempuan

    4. Ukuran Gelang :

    i. Besar untuk orang dewasa

    ii. Kecil untuk bayi dan anak - anak

    5. Urutan konfirmasi secara verbal dilakukan terhadap (secara berurutan apabila yang pertama

    tidak bisa melakukan, maka dilakukan oleh yang kedua, dst) :

    i. Pasien

    ii. Keluarga / penunggu pasien

    iii. Staff RS dengan melakukan double check data identitas

    6. Urutan Konfirmasi secara visual adalah dengan menggunakan :

    i. Gelang Identitas

    ii. Kartu Identitas Berobat

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    2/28

     

    iii. KTP / SIM / Identitas diri pasien lainnya

    iv. Foto diri pasien

    7. Gelang Pasien :

    i. Wajib dipakai oleh :

      Pasien Rawat Inap

      Pasien Rawat Jalan yang mendapat tindakan invasif, Hemodialisis, Kemoterapi,

    dengan gangguan kognitif

      Pasien Gawat darurat : di level kuning, merah dan yang sudah diputuskan untuk

    dirawat inap

    ii. Apabila pencetakan Gelang Identitas tidak tersedia, penulisan Data Identitas pada

    Gelang Identitas bisa dilakukan dengan tulisan tangan.

    iii. Apabila Pasien menolak dipakaikan Gelang Identitas, maka didokumentasikan dalam

    Rekam Medis : alasan penolakan, alternatif identitas yang digunakan

    iv. Apabila ukuran gelang tidak sesuai dengan ukuran lingkar pergelangan tangan, maka

    diperkenankan menggunakan 2 gelang yang disambungkan sehingga tidak bisa lepas

    v. Penanda tambahan pada gelang identitas

      Merah untuk pasien dengan alergi

      Kuning untuk pasien dengan resiko jatuh tinggi dan sedang

      Ungu untuk pasien DNR (Do Not Resusitate)

    vi. Pembuatan Gelang Identitas dilakukan oleh :  Petugas Pendaftaran Pasien Rawat Inap dengan melakukan pencetakan identitas

      Petugas Ruangan dengan penulisan tangan. Gelang Identitas ini harus segera

    diganti, apabila Gelang Identitas Cetakan sudah tersedia 

    Prosedur :

    A. Pemasangan Gelang Identitas:

    Petugas Pendaftaran

    1. Siapkan gelang identitas pasien dengan mencetak label berisi nama, tanggal lahir dan

    nomor Rekam Medis pasien

    2. Konfirmasi secara visual kebenaran identitas pasien dengan mencocokkan data identitas

    yang tertulis pada Formulir Pendaftaran

    3. Serahkan kepada Petugas TPPRI

    Petugas TPPRI

    1. Terima gelang identitas pasien dari petugas pendaftaran

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    3/28

     

    2. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang identitas kepada pasien

    3. Konfirmasikan secara verbal kebenaran identitas pasien dengan cara meminta kepada

    pasien menyebutkan nama dan tanggal lahir secara aktif.

    4. Konfirmasikan secara visual kebenaran identitas pasien dengan cara mencocokan

    kebenaran identitas nama, tanggal lahir dan nomer Rekam Medis yang tertulis pada

    gelang identitas pasien

    5. Pasangkan gelang identitas pasien pada pergelangan tangan pasien yang dominan 

    6. Informasikan juga kepada pasien dan atau keluarga bahwa gelang identitas pasien ini

    harus selalu dipakai hingga pasien diperbolehkan pulang.

    B. Identifikasi Sebelum Terapi, Sebelum Dilakukan Prosedur, & Sebelum Dilakukan

    Pemeriksaan Penunjang

    Tenaga Kesehatan terkait :

    1. Konfirmasikan secara verbal kebenaran identitas pasien dengan cara meminta kepada

    pasien menyebutkan nama dan tanggal lahir secara aktif

    2. Konfirmasikan secara visual kebenaran identitas pasien dengan cara mencocokan

    kebenaran identitas yang disebutkan pasien dengan nama, tanggal lahir dan nomer

    Rekam Medis yang tertulis pada gelang identitas pasien dan Form Rekam Medis, Etiket

    Obat, Lembar Permintaan Pemeriksaan Penunjang, dll

    C. Penglepasan Gelang Identitas:

    Perawat

    1. Jelaskan maksud dan tujuan pelepasan Gelang Identitas kepada pasien

    2. Lepaskan Gelang Identitas pasien dan potong gelang tersebut kecil-kecil dengan gunting.

    3. Buang Potongan Gelang pada tempat yang telah disediakan

    D. Hal yang harus diperhatikan : 

    1. Jangan melakukan prosedur  apapun jika tidak ada kesesuaian identitas pasien : nama,tanggal lahir dan nomor rekam medis

    2. Penulisan Nama tidak boleh disingkat.

    3. Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di Gelang Identitas pasien. Ganti Gelang

    Identitas pasien jika terdapat kesalahan penulisan data.

    4. Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan pastikan

    gelang identitas pasien terpasang dengan baik.

    5. Gelang Identitas pasien di lepas:

    i. Pasien rawat inap yang telah selesai masa perawatannya / akan pulang.

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    4/28

     

    ii. Pasien rawat jalan yang telah selesai mnyelesaikan pelayanan di rumah sakit

    (Hemodialisa, Kemoterapi, Radioterapi, dll)

    iii. Pada kondisi yang memerlukan pelepasan sementara gelang identitas pasien (misal :

    karena tindakan medik dan keperawatan), maka segera setelah prosedur selesai

    dilakukan, gelang identitas pasien baru harus dipasang kembali. Pemasangan gelang

    identitas pasien dilakukan oleh perawat pada unit kerja / petugas ruangan tersebut.

    iv. Pasien meninggal dunia : gelang identitas di lepas dan di potong oleh petugas kamar

     jenazah

    v. Gelang Identitas tidak perlu dilepas apabila pasien akan ditransfer ke Rumah Sakit

    lain

    SPO IDENTIFIKASI IBU DAN BAYI BARU LAHIR HIDUP

    Kebijakan

    1. Identifikasi Ibu dan Bayi Lahir Hidup dilakukan pada saat:

    iv. Sebelum diberikan tindakan atau terapi.

    v. Sebelum dilakukan prosedur.

    vi. Sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan penunjang.

    2. Identitas Ibu dan Bayi Lahir Hidup :

      Identitas Ibu Sebelum Melahirkan

    i. Nama

    ii. Tanggal Lahir

    iii. Nomor Rekam Medis

      Identitas Bayi Sebelum Bayi Didaftarkan sebagai Pasien RS :

    i. Nama bayi :…By. Ny 

    ii. Tanggal lahir dan jam kelahiran bayi

    iii. No CM Ibu

    iv. Jenis kelamin Bayi: Lk / Pr

      Identitas Ibu & Bayi Setelah Bayi Didaftarkan sebagai Pasien RS

    i. Nama bayi :…By. Ny 

    ii. Tanggal lahir bayi

    iii. No CM bayi

    3. Cek  Silang Identitas Ibu dan Bayi

    a. Setiap pergantian jaga 

    b. Bayi akan dipindahkan dari Kamar Bersalin / IBS

    c. Transfer internal & eksternald. Prosedur yang memerlukan Pemisahan antara ibu dan bayi

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    5/28

     

    iv. Pemberian Botol yang berisi ASI Ibu

    Prosedur :

    A. Pelaksanaan Pemasangan Gelang pada pasien ibu sebelum melahirkan sesuaiSPO Identifikasi Pasien

    B. Pelaksanaan Pemasangan Gelang Identitas Sementara pada Bayi (Sebelum

    Didaftarkan sebagai Pasien RS)

    Petugas Ruangan dimana Bayi dilahirkan (Kamar Bersalin, ICU, IBS, IGD)

    1. Segera setelah bayi dilahirkan, siapkan secara manual Gelang Identitas Sementarasesuai jenis kelamin bayi, yang berisi data :

      Nama bayi :…By. Ny

      Tanggal lahir dan jam kelahiran bayi

      No CM Ibu

      Jenis kelamin Bayi: Lk / Pr

    2. Konfirmasikan secara verbal dan visual kebenaran data identitas yang tertulis pada

    Gelang Identitas Sementara

    3. Pasangkan segera gelang tersebut pada pergelangan kaki bayi secara ketat

    sebelum bayi meninggalkan ruangan dimana bayi dilahirkan, dan jelaskan kepada

    ibu tujuan pemasangan gelang bayi

    C. Pelaksanaan Pemasangan Gelang Identitas Tambahan pada Ibu dan Bayi yang

    Telah Didaftaran sebagai Pasien RS

    Petugas Ruangan Rawat Inap

    1. Sarankan kepada keluarga untuk segera mendaftarkan bayi yang telah dilahirkansebagai Pasien RS ke Petugas TPPRI

    Petugas TPPRI

    1. Lakukan prosedur pendaftaran bayi sebagai pasien rawat inap

    2. Siapkan 2 (dua) Gelang Pengenal Gelang Identitas dengan ukuran berbeda (Dewasa

    dan Anak) dan sesuai dengan jenis kelamin bayi, yang berisi data :

      Nama bayi :…By. Ny 

      Tanggal lahir bayi

      No CM bayi

    3. Konfirmasikan secara visual kebenaran identitas yang tertulis pada kedua gelang

    Identitas tersebut

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    6/28

     

    Petugas Ruangan Rawat Inap

    1. Pasangkan secara berurutan ke dua Gelang Identitas Tambahan kepada ibu dan

    bayi:

    a. Kepada bayi : pada pergelangan tangan bayi yang dominan secara ketat

    b. Kepada Ibu : pada Pergelangan Tangan Ibu yang tidak dominan

    2. Jelaskan kepada Ibu tujuan pemasangan gelang Tambahan

    D. Penglepasan Gelang Ibu dan bayi baru lahir hidup

    Petugas Ruangan Rawat Inap

    1. Sebelum kepulangan bayi, Cek silang kebenaran identitas yang tercatat pada gelang

    identitas ibu dan gelang identitas pasien bayi didepan ibu bayi

    2. Potong Gelang Identitas bayi dan Gelang Identitas Ibu

    SPO PENGAMBILAN SAMPEL DAN IDENTIFIKASI SAMPEL LABORATORIUM

    Kebijakan

    1. Proses identifikasi pasien dimulai sebelum pasien di lakukan pengambilan sampel

    pemerikasaan laboratorium.

    2. Pengambilan spesimen harus dilaksanakan sesuai dengan tehnik / cara yang benar agar

    spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.

    3. Tanggungjawab identifikasi pada saat pengambilan, pengiriman, penerimaan, dan

    penyerahan sampel merupakan tanggungjawab masing-masing petugas.

    4. Masing-masing petugas di atas harus memastikan kebenaran identitas pada setiap

    tahapan serah terima sampel dan harus terdokumentasi.

    Prosedur

    1. Petugas ruangan / analis menyiapkan peralatan sesuai kebutuhan.2. Lakukan identifikasi terhadap sampel pasien, dengan cara :

    a. Siapkan botol / tempat spesimen dan tuliskan / beri label identitas pasien pada

    tempat tersedia pada botol / tempat spesimen. Contoh :

    i. Label untuk sampel jaringan contoh: biopsi, jaringan padat lain.

    - Nama Pasien :

    - Tanggal Lahir :

    - No CM :

    - Nama Organ dan sisi :

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    7/28

     

    ii. Label untuk sampel cair, contoh: darah, cairan pleura

    b. Tanyakan secara verbal nama pasien.

    c. Cocokkan secara visual kebenaran identitas pasien yang tertulis (Gelang pasien

    pada pasien rawat inap atau tanda pengenal pada pasien rawat jalan) dan Form

    Permintaan Pemeriksaan.

    d. Tunjukkan kepada pasien kebenaran identitas yang tertera pada botol / tempat

    spesimen pasien.

    3. Tanyakan kesiapan pasien sesuai dengan persyaratan pemeriksaan yang diminta.

    4. Pakailah APD (Alat Pelindung Diri).

    5. Lakukan cuci tangan sesuai prosedur (5 moments).

    6. Lakukan sampling sesuai dengan instruksi kerja pengambilan spesimen.

    7. Untuk sampel PA :

    -  Pemilihan / penentuan jaringan yang akan diperiksa dan penandaan lokasi dilakukan

    oleh DPJP.

    -  DPJP wajib mengisi formulir permintaan secara lengkap termasuk data pendukung.

    -  Seluruh spesimen yang akan dianalisa harus dikirimkan secara utuh ke laboratorium

    PA.

    -  Lakukan pengelolaan sampel PA sebagai berikut :

    SAMPEL JARINGAN :

    1. Siapkan wadah sesuai besar jaringan.

    2. Isi wadah dengan cairan fiksasi (bufer formalin 10%) dengan volume minimal 5 kali

    volume jaringan.

    3. Masukkan sesegera mungkin jaringan segar ke dalam wadah formalin (

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    8/28

     

    3. Bahan cairan dapat segera dikirim ke laboratorium tanpa fiksasi, jika ada penundaan

    beberapa jam lakukan pendinginan (4°C) dan jika penundaan dalam waktu lama

    cairan dimasukkan kedalam cairan fiksasi (alkohol 50%) volume 1:1.

    8. Tuliskan jam pengambilan sampel, nama terang petugas sampling pada formulir

    pemeriksaan dan Lembar Harian / Tambahan Pasien untuk pasien rawat inap.

    9. Segera kirim ke laboratorium disertai formulir pengantar yang telah diisi lengkap.

    Perkecualian :

    1. Sampel yang berasal dari IBS / DS di lakukan entry order dan approval di IBS dan DS

    oleh petugas IBS sesuai petunjuk teknis laboratorium PA, permintaan dan approval

    pemeriksaan dibuat print out sebanyak 2 lembar.

    2. Khusus IBS / DS, sampel akan di ambil oleh petugas labotratorium PA pada jam 10-11

    di hari berikutnya pada hari kerja dengan menyertakan bukti order dan ada serah terima

    di buku ekspedisi.

    STANDAR IPSG 2

    Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses untuk meningkatkan efektivitas

    kom unikasi verbal dan / atau melalui telepon antar pemberi pelayanan.

    SPO KOMUNIKASI LISAN DAN MELALUI TELPON PADA PEMBERIAN RESEP, MEDIKASI,

    PROSEDUR (READ BACK)

    Kebijakan :

    1. Komunikasi pelayanan secara lisan dan atau melalui telpon hanya diberikan pada kondisi

    yang mendesak dimana komunikasi pelayanan secara tertulis tidak bisa dilakukan.

    2. Komunikasi secara lisan dan atau melalui telpon tidak diperkenankan apabila Pemberi

    perintah berada dalam ruangan yang sama dengan Penerima Perintah   dan terdapat

    dokumen rekam medis, kecuali pada situasi emergensi

    3. Komunikasi secara lisan dan atau melalui tepon tidak diperkenankan untuk pemberian

    kemoterapi

    Prosedur :

    Pemberi Perintah

    1. Sampaikan identitas sebagai petugas yang mempunyai kewenangan dalam memberikan

    resep, medikasi dan prosedur2. Berikan perintah peresepan, medikasi dan Prosedur dengan jelas yang meliputi : 

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    9/28

     

    a. Untuk Perintah Peresepan dan Medikasi :

     Nama obat,

     Tujuan pemberian resep dan medikasi terkait dengan kondisi pasien,

     Dosis, Rute, Frekuensi pemberian 

     Waktu Pemberian Pertama 

    b. Untuk Perintah Pemberian Prosedur :

     Nama Prosedur

     Tujuan dilakukan prosedur terkait dengan kondisi pasien

     Lokasi (termasuk Kanan/ kiri, Level)

     Frekuensi

      Informasi lain yang relevan3. Eja nama obat untuk pemberian resep obat dengan nama sulit

    Penerima Perintah

    4. Tulis / catat  perintah peresepan, medikasi dan prosedur tersebut kedalam Lembar Harian

    Pasien

    5. Bacakan kembali  tulisan / catatan tersebut kepada Pemberi Perintah dan meliputi :

     Nama Pasien

     Nama Obat / Medikasi / Prosedur

     Dosis, Rute, Frekuensi pemberian (untuk peresepan / medikasi) dan Lokasi, Frekuensi,

    Informasi lain yang relevan (untuk Prosedur):

    6. Konfirmasikan  secara verbal kebenaran perintah yang telah ditulis dan telah dibacakan

    kembali tersebut

    7. Bubuhkan stempel tulisan  “T -B-K”,  yang berarti “Tulis  –  Baca - Konfirmasi ”, pada catatan

    perintah dalam Lembar Harian Pasien apabila isi perintah telah dibacakan dan dikonfirmasi

    kebenarannya.8. Catat Nama Pemberi Perintah, tanggal dan jam pemberian perintah

    9. Berikan tanda tangan dan nama terang

    Pemberi Perintah

    10. Verifikasikan secara tertulis kebenaran perintah Verbal atau Melalui Telepon ini dengan

    memberikan Tanda Tangan dan Nama Terang pada catatan di Lembar harian paling lambat 1

    X 24 jam 

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    10/28

     

    SPO KOMUNIKASI LISAN DAN MELALUI TELPON PADA PEMBERIAN RESEP, MEDIKASI,

    PROSEDUR PADA KONDISI “GAWAT DAN ATAU DARURAT” (REPEAT BACK)

    Prosedur :

    1. Perintahkan pemberian terapi / obat / prosedur secara verbalMisal : “Berikan dexamethason 1 ampul ”

    2. Ulang perintah tersebut dan usahakan ada saksi lebih dari 1 dari pihak si pemberi perintah

    atau si penerima perintah bila memungkinkan:

    “Diberikan dexamethason 1 ampul, dok ?”

    3. Konfirmasikan secara lisan kebenaran pemberian perintah secara verbal tersebut (repeat

    back)

    “ Ya benar, dexamethazon 1 ampul” 

    4. Tulis semua informasi perintah pemberian obat dan prosedur secara verbal tersebut di dalam

    rekam medis yang meliputi Nama obat, Dosis, Rute dan Frekuensi pemberian setelah

    kondisi kegawat dan atau kedaruratan dapat diatasi

    5. Catat Nama Pemberi Perintah, tanggal dan jam pemberian perintah

    6. Berikan tanda tangan dan nama terang

    7. Berikan tanda tangan dan nama terang sebelum meninggalkan ruangan

    STANDAR IPSG 2.1

    Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan proses pelaporan hasil krit is

    pemeriksaan diagnostik.

    SPO PELAPORAN HASIL KRITIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Kebijakan :

    1. Hasil kritis harus segera disampaikan oleh Petugas laboratorium kepada dokter peminta

    pemeriksaan (DPJP atau Asisten DPJP) dalam waktu 30 menit setelah hasil laboratorium

    diketahui.

    2. Bila Dokter tidak dapat dihubungi maka hasil disampaikan kepada perawat penanggung

     jawab / perawat ruangan (Rawat Inap / Rawat Jalan / IGD).

    Prosedur :

    1. Analis melaporkan hasil laboratorium kritis ke dokter laboratorium yang sedang bertugas.

    2. Analis melakukan verifikasi terhadap data :

    i. Kondisi spesimen.ii. Hasil laboratorium sebelumnya

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    11/28

     

    iii. Informasi kondisi klinis pasien ke ruang rawat.

    Kapanpun bila diperlukan, analis dapat didampingi dokter yang sedang bertugas di

    laboratorium selama melakukan verifikasiAnalis / dokter laboratorium melakukan

    tindakan sesuai dengan hasil verifikasi :

    iv. Pengulangan pengambilan sampel.

    v. Sentrifugasi ulang.

    vi. Pengulangan pemeriksaan.

    3. 15 menit pertama setelah hasil kritis selesai diverifikasi, Analis / dokter laboratorium

    segera melaporkan hasil kritis kepada dokter peminta pemeriksaan (DPJP / Asisten

    DPJP).

    4. 15 menit kedua, apabila Dokter Peminta (DPJP / Asisten DPJP) tidak bisa dihubungi,

    laporkan hasil kritis kepada ruangan rawat dimana pasien berada.

    5. Hubungi dokter jaga IGD apabila perawat ruangan tidak bisa menghubungi dokter

    peminta pada 30 menit terakhir.

    6. Pelaporan dilakukan sesuai dengan SPO Komunikasi Pelayanan melalui Telepon

    dengan penggunaan sistem TBK (Tulis – Baca – Konfirmasi).

    7. Penerima laporan menulis dan membacakan kembali hasil kritis yang dilaporkan dan

    meminta konfirmasi.

    8. Pelaporan dicatat dalam buku register Pelaporan Hasil Kritis, yang terdiri dari :

    i. Tanggal dan jam hasil terverifikasi.

    ii. Tanggal dan Jam menelpon untuk pelaporan.

    iii. Nama Lengkap Petugas yang dihubungi.

    iv. Nama Lengkap Penelpon.

    9. Dokter Peminta Pemeriksaan memferifikasi secara tertulis kebenaran Pelaporan Hasil

    kritis ini dengan memberikan Tanda Tangan dan Nama Terang pada catatan di Lembar

    harian paling lambat 1 X 24 jam, setelah hasil expertisi tertulis telah diterima di ruangan.

    10. Kriteria hasil kritis dalam lampiran.

    SPO PENANGANAN HASIL KRITIS PEMERIKSAAN RADIOLOGI

    Kebijakan :

    1. Tindakan pelaporan hasil kritis harus telah dilaporkan kepada dokter yang meminta

    pemeriksaan dan ruangan dalam waktu maksimal 60 menit setelah dibaca oleh dokter

    radiologi atau sebelum dtuliskan ekspertisi.

    2. Pelaporan hasil kritis harus dilakukan dan diterima oleh petugas kesehatan yang telah

    memiliki surat ijin praktek di RSUP Dr. Kariadi.

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    12/28

     

    Prosedur :

    1. Radiografer / Dokter Asisten yang melakukan pemotretan / pemeriksaan dan melihat

    indikasi adanya hasil kritis melaporkan hasil radiografinya kepada Dokter Spesialis

    Radiologi penanggungjawab pada saat itu.

    2. Pasien dengan indikasi kritis untuk tindakan operatif diberi stempel “CITO” pada surat

    permintaannya.

    3. Dokter Asisten melakukan pembacaan dengan pendampingan Dokter Spesialis

    Radiologi.

    4. Dokter Spesialis Radiologi melakukan persetujuan / verifikasi hasil bacaan Dokter

     Asisten dengan hasil radiografi.

    5. Dokter Asisten Radiologi / Dokter Spesialis Radiologi melaporkan kepada dokter yang

    meminta pemeriksaan / DPJP melalui telepon dan ruangan pasien.

    6. Pelaporan dilakukan sesuai dengan SPO Komunikasi Pelayanan melalui Telepon

    dengan penggunaan sistem TBK (Tulis – Baca – Konfirmasi).

    7. Penerima laporan harus menulis dan membacakan kembali hasil kritis yang dilaporkan.

    8. Pelaporan dicatat dokter radiologi dalam buku register Pelaporan Hasil Kritis Radiologi.

    9. Catat waktu dan identitas penerima laporan dengan jelas :

    a. Tanggal dan jam hasil terbaca

    b. Tanggal dan jam pelaporan

    c. Nama dan nomer kepegawaian penerima laporan

    10. Untuk kasus tertentu petugas dari ruangan / dokter yang meminta pemeriksaan dapat

    melihat radiografi secara langsung di layar monitor pada peralatan imaging.

    11. Hasil resmi dapat keluar setelah ekspertisi tertulis dan legalisasi diberikan oleh Dokter

    Spesialis Radiologi.

    12. Dokter Asisten menyerahkan hasil radiografi dan menginformasikan bahwa foto tersebut cito

    kepeda petugas arsip.

    13. Bagian arsip menelepon petugas ruangan untuk mengambil hasil radiografi dan hasil

    expertisinya.14. Konfirmasi didapat apabila expertisi telah diterima di ruangan.

    15. Kriteria hasil kritis radiologi dalam lampiran

    Reff : Grainger R.G, Allison D.J, Diagnostic Radiology A Textbook of Medical Imaging,

    5ed, Churchill Livingstone, 2008

    Lampiran :

    Pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada pasien dan ditemukan gambaran yang

    membutuhkan tindakan medis, operasi atau merubah rencana terapi segera antara lain :

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    13/28

     

    X – Foto Thorax :

      Pneumothorax

      Efusi Pleura masif

      Pneumopericardium

    X - Foto abdomen dan USG Abdomen :

      Tanda – tanda Peritonitis

      Ileus obstruksi

      Ruptur organ solid intraabdomen

      Perdarahan Intra Abdomen

    CT Scan Abdomen:  Ruptun Organ-organ abdomen

      Perdarahan intra abdomen

    CT Scan Kepala :

      Perdarahan intracranial

      Terdapat tanda peningkatan tekanan intracranial

      Infark / Iskemik

    STANDAR IPSG 2.2

    Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan pros es komunikasi pada saat serah

    terima pasien.

    SPO KOMUNIKASI PADA SAAT SERAH TERIMA ANTAR SHIFT JAGA

    Kebijakan

    1. Proses serah terima pasien pada saat pergantian shift jaga dilakukan melalui komunikasi yang

    terstandard dengan metode SBAR.

    2. Informasi yang dikomunikasikan pada saat serah terima meliputi : kondisi pasien, medikasi,

    rencana perawatan dan perubahan situasi yang signifikan

    Prosedur :

    Petugas pemberi serah terima

    1. Kaji masalah, kebutuhan dan semua tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang

    penting lainnya selama masa Penugasan pada shift tersebut dengan format SOAP.

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    14/28

     

    2. Komunikasikan hasil kajian kepada Petugas shift berikutnya dengan metode SBAR.

      S : Pokok masalah / tanda / gejala yang berhubungan dengan Kondisi umum pasien.

      B : Keadaan pasien (Diagnosis medis, Masalah Kesehatan / Keperawatan pasien yang

    masih ada)

      A : Assesmen yang sebelumnya sudah dilakukan kepada pasien.

      R : Saran / Rekomendasi yang diberikan kepada petugas yang menerima serah terima.

    3. Alokasikan waktu yang cukup dalam melakukan serah terima tersebut.

    4. Beri kesempatan kepada Penerima Serah terima untuk bertanya, apabila ada pertanyaan

    maka :

    1. Jawab pertanyaan tersebut.

    2. Konfirmasikan apakah jawaban dapat dipahami dengan baik.

    3. Jangan lakukan interupsi pada saat tanya jawab berlangsung.

    Penerima Serah terima

    1. Catat hasil serah terima dalam Buku Searah Terima

    2. Untuk pasien ruang intensive (ICU, HCU, PICU, NICU) catat hasil serah terima di Catatan

    Perawatan Intensive.

    Pemberi dan Penerima Serah terima

    1. Lihat kondisi pasien dengan mendatangi ruang Perawatan masing-masing.2. Tanyakan kembali keluhan masing-masing pasien saat ini.

    3. Catat di Buku Serah terima.

    4. Berikan tanda tangan dan nama terang pada buku serah terima pada akhir serah terima

    setiap shift

    STANDAR IPSG 3

    Rumah saki t mengembangkan dan m enerapkan proses untuk meningkatkan

    keamanan ob at-obat yang perlu d iwaspadai (high-alert m edicine).

    STANDAR IPSG 3.1

    Rumah sakit mengembangk an dan menerapkan proses untuk meng elola penggu naan

    elektrol i t pekat yang aman.

    SPO PENGELOLAAN OBAT-OBAT YANG HARUS DIWASPADAI (HIGH ALERT

    MEDICATION / HAM )

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    15/28

     

    Kebijakan :

    Semua obat yang tergolong perlu diwaspadai harus memiliki identifikasi, penandaan khusus

    dan harus dikelola oleh petugas yang kompeten terhadap obat-obat yang dimaksud 

    Prosedur :

      Petugas gudang farmasi

    1. Terima obat berkategori HAM, sesuai dengan lampiran daftar obat HAM.

    2. Beri label HAM, sesuai dengan lampiran, pada masing-masing kemasan obat. Khusus

    obat HAM elektrolit konsentrat (KCl 7,46% dan NaCl 3%) diberi label obat HAM elektrolit

    konsentrat yang belum diencerkan.

    3. Simpan obat HAM sesuai prosedur penyimpanan dan terpisah dari obat lainnya.

    4. Beri penandaan berupa selotip warna merah di sekeliling tempat penyimpanan obat

    HAM tersebut.

      Dokter

    1. Tulis permintaan obat HAM di kartu obat

      Petugas depo farmasi

    1. Terima kartu obat, melakukan verifikasi berdasarkan kaidah 7 benar, yakni benar pasien,

    indikasi, obat, dosis, cara pemberian, waktu pemberian, dan dokumentasi.

    2. Bubuhkan paraf pada Kartu Obat Pasien sebagai bukti sudah dilakukannya verifikasi.

    3. Garisbawahi setiap obat HAM pada lembar kartu obat dan lembar serah terima obat

    dengan tinta MERAH.

    4. Siapkan obat HAM sesuai permintaan. Khusus untuk obat HAM elektrolit konsentrat (KCl

    7,46% dan NaCl 3%), akan dicampur oleh Instalasi Farmasi, kecuali di bangsal UGD,

    IBS, ICU, dan Jantung.

      Petugas pencampur

    1. Salin resep permintaan obat HAM elektrolit konsentrat di Formulir Pelayanan

    Pencampuran Sediaan Steril, sekaligus menyediakan bahan-bahan yang diperlukan.

    2. Terima Formulir Pelayanan Pencampuran Sediaan Steril, dan bahan-bahan untuk

    mencampur elektrolit konsentrat, kemudian mencampur elektrolit konsentrat tersebut.

    3. Beri etiket dan stiker obat HAM elektrolit konsentrat yang sudah diencerkan, kemudian

    dikirim kembali ke depo farmasi yang memintanya.

      Petugas depo farmasi

    1. Masukkan obat yang telah di encerkan ke dalam kotak khusus obat HAM per pasien

    kemudian ditaruh di trolley  obat.

    2. Untuk obat yang memerlukan suhu penyimpanan khusus, maka ditaruh di dalam coolbox , yang kemudian disimpan dalam trolley .

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    16/28

     

    3. Lakukan pemeriksaan ulang (double check ) sebelum obat diserahkan kepada perawat

    dan membubuhkan paraf dan nama terang pada lembar serah terima obat.

    4. Lakukan serah terima dengan perawat.

      Perawat

    1. Terima obat HAM kemudian diletakkan di dalam loker obat per pasien dalam kotak

    khusus obat HAM.

    2. Lakukan pemeriksaan ulang (double check ) sebelum obat diberikan kepada pasien,

    meliputi kesesuaian antara obat dengan rekam medik / instruksi dokter, identitas pasien,

    rute pemberian, serta dosis.

    3. Pastikan ketepatan kecepatan pompa infus.

    4. Setiap kali pasien pindah ruang atau bangsal, maka perawat pengantar menjelaskan

    kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat HAM.

    SPO PENGELOLAAN OBAT-OBAT YANG SAMA RUPA DAN UCAPANNYA (LOOKS

    ALIKE SOUNDS ALIKE / LASA )

    Kebijakan :

    1. Rumah sakit memiliki Daftar obat LASA yang disusun berdasarkan tingginya potensi

    efek samping bila terjadi kesalahan pengambilan obat serta direvisi sesuai kebutuhan.

    2. Obat LASA diberi Label obat LASA sesuai dengan lampiran. Label ditempel sedemikian

    rupa sehingga tidak menutupi identitas obat dan tanggal kadaluarsanya.

    3. Penyimpanan antar pasangan obat LASA tidak diletakkan secara berdampingan. Cara

    penyimpanan Obat LASA ini berlaku di seluruh lingkungan RSUP Dr. Kariadi, baik di

    gudang farmasi, depo farmasi rawat inap, depo farmasi rawat jalan, bangsal rawat inap,

    dan penyimpanan obat emergensi.

    4. Dokter yang meresepkan obat LASA wajib menuliskan nama obat, jumlah obat, dan

    aturan pakainya dengan jelas untuk menghindari kekeliruan.

    5. Petugas depo farmasi yang menyiapkan obat LASA tersebut harus memastikan

    kebenaran obatnya melalui proses verifikasi dengan kaidah 7 benar. Bila terjadi

    kerancuan maka petugas depo farmasi mengkonfirmasi resep tersebut kepada dokter

    penulis resep.

    Prosedur :

    GUDANG FARMASI

    1. Petugas gudang farmasi menerima obat berkategori LASA, sesuai dengan lampiran

    daftar obat LASA.

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    17/28

     

    2. Petugas gudang farmasi memberi label LASA

    3. Petugas gudang farmasi menyimpan obat LASA sesuai prosedur penyimpanan dan

    tidak diletakkan berdampingan antar pasangan obat LASA, demikian halnya di depo

    farmasi dan troli emergensi, antar pasangan obat LASA tidak diletakkan berdampingan.

    RAWAT INAP

    1. Dokter meresepkan obat LASA; identitas, jumlah obat, dan aturan pakainya ditulis

    dengan jelas.

    2. Petugas depo farmasi menerima resep, melakukan verifikasi berdasarkan kaidah 7

    benar, yakni benar pasien, indikasi, obat, dosis, cara pemberian, waktu pemberian, dan

    dokumentasi.

    3. Petugas depo farmasi menyiapkan obat LASA sesuai permintaan

    4. Petugas depo farmasi memasukkan obat LASA tersebut ke dalam trolley  obat.

    5. Petugas depo farmasi kedua melakukan pemeriksaan ulang (double check ) sebelum

    obat diserahkan kepada perawat dan membubuhkan paraf dan nama terang pada

    lembar serah terima obat.

    6. Petugas depo farmasi melakukan serah terima dengan perawat.

    7. Perawat pertama menerima obat LASA kemudian diletakkan di dalam loker obat per

    pasien dimana antar pasangan obat LASA tidak diletakkan secara berdampingan

    8. Perawat kedua melakukan pemeriksaan ulang (double check ) sebelum obat diberikan

    kepada pasien, meliputi identitas pasien, kesesuaian antara obat dengan rekam medik /

    instruksi dokter, rute pemberian, serta dosis.

    9. Dokter, perawat, dan apoteker bersama-sama memonitor efek terapi dan efek samping

    obat LASA yang sudah diberikan kepada pasien.

    RAWAT JALAN

    1. Dokter menulis resep obat LASA dengan jelas2. Petugas depo farmasi melakukan verifikasi sebelum mengerjakan resep tersebut.

    3. Bila ada ketidakjelasan pada resep, petugaas depo farmasi mengkonfirmasi hal

    tersebut kepada dokter penulis resep.

    4. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, petugas depo farmasi yang berbeda

    melakukan pemeriksaan ulang (double check )

    5. Obat diserahkan kepada pasien disertai dengan pemberian informasi yang jelas.

    STANDAR IPSG 4

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    18/28

     

    Rumah saki t mengembangkan dan m enerapkan p roses untuk memast ikan benar- 

    lokasi, benar-prosedur, dan benar-pasien o perasi.

    SPO TEPAT PASIEN – TEPAT SISI – TEPAT TINDAKAN PADA TINDAKAN BEDAH DAN

    TINDAKAN INVASIV

    Kebijakan :

    1. Marking :

    a. Dilakukan dalam kondisi pasien terjaga dan meibatkan pasien secara aktif pada saat

    penandaan

    b. Dibuat dengan penanda yang jelas dan konsisten diseluruh RS, yaitu berupa lingkaran

    (O) dan marking implantc. Harus tetap terlihat setelah prepped (?) and drapped (?)

    d. Sisi yang diberikan marking meliputi : bila terdapat lebih dari satu kemungkinan lokasi

    operasi yaitu kasus yang melibatkan sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari

    kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang) yang akan dilakukan.

    e. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang akan melaksanakan prosedur, yaitu :

    1. DPJP Operator

    2. Asisten DPJP yang terlibat dalam kegiatan

    3. DPJP / Asisten DPJP Anestesi yang terlibat dalam kegiatanf. Pada pasien anak anak dimana penandaan lokasi operasi dapat menyebabkan

    stress, ketepatan sisi operasi dapat dikonfirmasikan secara verbal oleh keluarga

    2. Verififikasi Perioperatif, dilakukan untuk :

    a. Verifikasi sisi, prosedur dan pasien

    b. Memastikan bahwa seluruh dokumen yang diperlukan dan hasil pemeriksaan penunjang

    telah tersedia, diberikan label yang sesuai identitas dan terdisplai secara tepat

    c. Verifikasi ketersediaan peralatan dan implant yang diperlukan

    3. Time Out dilakukan secara bersama oleh seluruh Anggota Tim Operasi ketika pasien telah

    ada di Kamar Operasi dan dilakukan sebelum induksi dan sebelum dimualinya tindakan

    4. Dalam kondisi emergensi, dimanan penundaan aktivitas klinis akan mempengaruhi

    keselamatan dan hasil tindakan, ke tiga langkah tersebut harus dilakukan semaksimal

    mungkin. Langkah yang tidak dilakukan dalam kondisi emergency tersebut,

    didokumentasikan dalam Rekam Medis

    I

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    19/28

     

    Prosedur :

    DPJP Operator / Asisten DPJP

    1. Lakukan Marking pada Sisi Operasi

      Libatkan pasien secara aktif pada saat penandaan dilakukan dan sebaiknyapenandaan dilakukan dalam kondisi pasien terjaga

      Identifikasi sisi operasi dan prosedur yang akan dilakukan

      Beri tanda berupa lingkaran (0) pada sisi operasi tersebut

      Apabila penandaan telah selesai dilakukan, dokumentasikan dalam Lembar

    Verifikasi dan Penandaan Lokasi Operasi dengan menggambarkan lokasi tindakan

    dan diskripsikan secara singkat area tersebut pada kolom yang tersedia

    2. Lakukan Verifikasi perioperatifDPJP Operator / Asisten DPJP

      Di ruang asal, Cek kelengkapan :

    i. Informed Consent, pada Lembar Persetujuan Tindakan dan konfirmasikan kepada

     pasien jenis, lokasi & sisi serta tindakan yang yang akan dilakukan yang telah

    mendapat persetujuan pasien

    ii. Ketersediaan alat,

    iii. Pemeriksaan penunjang, dll

    Perawat Sirkuler

      Di Ruang Serah Terima Kamar Operasi, lakukan Sign in dengan menggunakan

    Lembar Surgical Safety Check List pasien sebelum pasien diinduksi dan dihadiri

    minimal oleh dokter anestesi, perawat kamar operasi

    i. Tanyakan secara verbal kebenaran identitas pasien (sesui SPO Identifikasi Pasien )

    ii. Mintakan kepada pasien menunjukkan lokasi dari tindakan yang akan dilakukan

    iii. Mintakan kepada pasien menyebutkan rencana tindakan yang akan dilakukaniv. Verifikasikan kepada pasien kebenaran tanda tangan yang terdapat dalam Informed

    Consent

    v. Tanyakan kepada dokter anestesi kelengkapan mesin anesthesia dan obat  – obat

    anesthesia

    vi. Tanyakan kepada perawat kamar operasi kesiapan fungsi alat pulse oxi meter

    vii. Tanyakan riwayat alergi kepada pasien. Tuliskan nama obat atau bahan yang

    menyebabkan pasien alergi.

    viii. Tanyakan kepada dokter anestesi apakah terdapat risiko aspirasi atau kesulitan nafas pada pasien. Apabila Ya alat bantu nafas harus tersedia.

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    20/28

     

    ix. Tanyakan kepada dokter anestesi apakah terdapat risiko perdarahan lebih dar 500 ml

    (atau lebih dari 7ml / kg pada anak). Apabila Ya harus dilakukan infus dua jalur atau

    infus sentral dan harus ada rencana pemberian cairan. 

    3. Lakukan Time Out

    Perawat Sirkuler

      Setelah seluruh Anggota Tim Bedah hadir, mintakan perhatian kepada seluruh

    anggota Tim Bedah untuk jeda sejenak melakukan verifikasi terakhir melalui briefing

    Surgical Safety Checklist

      Mintakan seluruh anggota Tim menyebutkan nama dan peran masing masing

      Konfirmasikan kepada anggota Tim, kebenaran dari hal2 sebagai berikut (apabila

    dimungkinkan libatkan pasien):

    i. Identitas Pasien

    ii. Informed Consent

    iii. Sisi yang telah dimarking

    iv. Prosedur yang akan dilakukan

    v.  Apakah terdapat alergi

      Diskusikan apakah diperlukan transfusi darah dan apakah darah yang diperlukan

    sudah tersedia

      Konfirmasi apakah profilaksis antibiotik telah diberikan 60 menit sebelumnya?

     Apabila belum diberikan, segera berikan prophylaksi antibiotika

      Konfirmasikan ketersediaan :

    i. Implant atau peralatan medis khusus tersedia dan telak dicek kebenarannya

    ii. Pemeriksaan penunjang terkait telah terpasang dan telah diverifikasi  kebenaran

      Diskusikan apakah sudah dipersiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi

    kejadian kritis pada pasien kepada:

    i. Dokter Operator:

       Apakah sudah dipersiapkan langkah untuk mengantisipasi jika terjadi kejadiankritis atau tidak diinginkan pada pasien?

      Tanyakan berapa lama perkiraan waktu operasi?

      Tanyakan perkiraan kehilangan darah pada pasien dan a langkah antisipasi

    kehilangan darah sudah dilakukan.

    ii. Tim Anesthesi

      Tanyakan apakah terdapat masalah khusus pada pasien? dan apakah sudah

    dilakukan langkah antisipasi oleh dokter anestesi .

    iii. Tim Perawat

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    21/28

     

       Apakah perawat sudah melakukan pengecekan sterilitas peralatan yang akan

    digunakan operasi.

      Tanyakan apakah peralatan khusus yang diperlukan selama operasi sudah

    tersedia

       Apakah hasil MRI, CT Scan atau Foto Rontgen yang dibutuhkan selama operasi

    sudah terpasang?

    4. Apabila terdapat diskrepansi dari setiap langkah diatas, aktivitas harus dihentikan sampai

    dengan diskrepansi dapat diatasi

    STANDAR IPSG 5

    Rumah sakit mengadopsi dan menerapkan pedoman cuci tangan berbasis bukti untuk

    mengurangi risik o infeksi terkait perawatan kesehatan.

    SPO CUCI TANGAN DENGAN ANTISEPTIK BERBAHAN ALKOHOL (HANDRUB)

    Kebijakan

    Semua orang yang berada di RSUP Dr. Kariadi wajib menjaga dan melaksanakan

    kebersihan tangan yang wajib dilakukan pada 5 keadaan (5 moment)  

    Prosedur :

      Langkah – langkah :

    1. Ratakan larutan anti septik berbasis alkohol dikedua telapak tangan.

    2. Gosok punggung dan sela – sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan

    sebaliknya.

    3. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan kanan dan tangan kiri bergantian.

    4. Kunci jari – jari sisi dalam dari kedua tangan.

    5. Gosok ibu jari kiri dengan cara berputar dalam genggaman tangan kanan dan

    lakukan sebaliknya6. Gosok dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan

    sebaliknya searah jarum jam, Biarkan sampai kering

      Waktu :

    Selama 20 – 30 detik

    SPO CUCI TANGAN DENGAN SABUN (HANDWASH)

    Kebijakan :

    Semua orang yang berada di RSUP Dr. Kariadi wajib menjaga dan melaksanakan

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    22/28

     

    kebersihan tangan yang wajib dilakukan pada 5 keadaan (5 moment)  

    Prosedur :

      Langkah – langkah :

    1. Ratakan sabun antiseptik kedua telapak tangan yang telah di basahi dengan air2. Gosok punggung dan sela – sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan

    sebaliknya.

    3. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan kanan dan tangan kiri bergantian.

    4. Kunci Jari – jari sisi dalam dari kedua tangan.

    5. Gosok ibu jari kiri dengan cara berputar dalam genggaman tangan kanan dan

    lakukan sebaliknya

    6. Gosok dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan

    sebaliknya searah jarum jam lalu bilas kedua tangan dengan air mengalir, keringkan

    dengan handuk sekali pakai / kertas tissue tutup kran dengan menggunakan handuk

    sekali pakai / kertas tissue tersebut.

      Waktu : Selama 40 – 60 detik

      Indikasi : - Tangan tampak kotor

    - Setelah menggunakan sarung tangan

    - Setelah 5 X hand rub

    STANDAR IPSG 6

    Rumah saki t mengembangkan dan menerapkan proses untuk mengurangi r is iko yang

    membahayakan pasien akibat jatuh.

    SPO PENCEGAHAN JATUH PADA PASIEN

    Kebijakan :

    1. Pengkajian resiko dilakukan dengan menggunakan “ 

    1. Pasien Dewasa : Morse Fall Test”,

    2. Pasien Anak : Humpty Dumpty Test

    3. Pasien Psikiatri: Edmonson Test

    dan di lakukan oleh perawat yang pertama kali menerima pasien di ruangan

    2. Pengkajian ulang resiko Pasien Jatuh dilakukan pada saat :

    4. Perpindahan dari ruangan lain (transfer)

    5. Terdapat perubahan kondisi pasien

    6. Setelah pasien mengalami jatuh

    3. Seluruh pasien Rawat Inap Dewasa yang beresiko jatuh diberikan identitasSeluruh petugas melakukan intervensi terhadap pasien dewasa yang beresiko jatuh dan

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    23/28

     

    yang melakukan aktifitas pada situasi dan tempat yang meningkatkan resiko jatuh pasien.  

    Prosedur :

    PENGKAJIAN AWAL

    Perawat1. Kaji resiko jatuh pasien terhadap semua pasien baru yang masuk ruang rawat dengan

    mengisi Lembar Pencegahan Jatuh.

    2. Kategorikan pasien ke dalam salah satu dari tiga kategori resiko pasien jatuh (rendah,

    sedang, tinggi)

    3. Jika skor resiko jatuh pasien dalam kategori sedang dan tinggi, pasangkan gelang pengenal

    berwarna kuning pada pasien dan beri label warna kuning pada map medical record pasien &

    pintu kamar pasien (kamar dengan bed lebih dari satu) atau Bed pasien (kamar dengan bed

    tunggal )

    4. Pada pasien dengan label kuning maka lakukan intervensi sesuai dengan tingkat resiko jatuh

    pasien yang ada dalam Lembar Pencegahan Pasien Jatuh.

    1) Setiap 4 jam dalam setiap shift untuk pasien dengan resiko tinggi

    2) Setiap shift untuk pasien dengan resiko sedang

    3) Berbarengan dengan monitoring Kondisi Umum pasien dan tanda-tanda vital pasien

    dilakukan onitoring resiko jatuh pasien untuk pasien dengan resiko rendah

    PENGKAJIAN ULANG1. Lakukan skoring ulang terhadap semua pasien yang berada dalam tanggung jawabnya

    tiap 2 (dua) hari

    2. Ubah kategori resiko jatuh pasien dan intervensi menjadi lebih rendah bila di nilai 2 (dua)

    kali berturut-turut berisiko rendah saat pengkajian ulang

    3. Ubah kategori resiko jatuh pasien dan intervensi menjadi resiko tinggi bila pasien di nilai

    berisiko tinggi saat pengkajian ulang

    PASIEN JATUH

    1. Jika menemukan / melihat pasien jatuh maka :

    2. Segera lakukan hal2 sebagai berikut :

    a. Angkat / bantu / selamatkan pasien kembali ke tempat tidur

    b. Lakukan pemeriksaan keadaan umum pasien meliputi Airway Breathing circulation

    (ABC), tanda-tanda vital, dan adanya trauma pada organ terkait.

    c. Lakukan penanganan segera untuk keadaan emergency

    d. Amankan tempat kejadian (antara lain mengeringkan lantai apabila basah)

    e. Lapor ke DPJP atau Dokter Jaga dan ikuti tata laksana yang diberikan oleh dokter

    f. Pindahkan pasien ke kamar yang lebih dekat dengan pos perawat (nurse Station)

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    24/28

     

    3. Kaji ulang skor resiko Pasien Jatuh dan tentukan intervensi dan pemilihan alat pengaman

    yang sesuai

    4. Pantau keadaan pasien setelah jatuh.

    a. Nilai tingkat kesadaran pasien.

    b. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan.

    c. Evaluasi perdarahan jika terjadi luka.

    5. Komunikasikan kepada keluarga pasien mengenai

    a. Keadaan umum pasien

    b. Tindakan yang sudah dan akan dilakukan

    c. Keluarga diminta segera melaporkan keperawat jika menjumpai keadaan yang

    mengkhawatirkan seperti :

    1. Kesadaran menurun

    2. Pasien kesakitan

    6. Laporkan kejadian sesuai dengan SPO Pelaporan Insiden Keselamatan pasien

    INTERVENSI PADA AKTIFITAS DAN LOKASI YANG BERESIKO JATUH

    1. Bantu pasien yang melakukan aktifitas pada situasi yang meningkatkan resiko jatuh,

    misal : pasien pindah dari ambulan, pasien naik ke tempat tidur periksa, pasien-pasien

    geriatri.

    2. Hati-hatilah dalam memindahkan pasien dari kursi roda/brankart ke tempat pemeriksan

    misal di CT-scan, Radiology, Echocardiografi, Radiotherapy , dan sejenisnya.

    3. Bantu pasien yang melakukan kegiatan di lokasi yang meningkatkan resiko jatuh, misal

    pasien melakukan latihan di tempat-tempat yang memiliki banyak peralatan yang

    meningkatkan resiko jatuh misal di Instalasi Rehabilitasi Medik, ruang tunggu pasien

    dengan banyak kursi.

    SPO PENCEGAHAN JATUH PADA PASIEN RAWAT JALAN

    Kebijakan

    4. Semua pasien rawat jalan dikaji resiko jatuhnya dengan menggunakan “Modifikasi Get Up &

    Go Test”, diberikan identifikasi dan intervensi pada setiap pasien yang beresiko jatuh

    5. Seluruh petugas melakukan intervensi terhadap pasien rawat jalan yang beresiko jatuh dan

    yang melakukan aktifitas pada situasi dan tempat yang meningkatkan resiko jatuh

    Prosedur :

    SATPAM RAWAT JALAN

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    25/28

     

    1. Kaji resiko jatuh pasien yang baru datang, dengan memperhatikan cara berjalan pasien

    pada saat akan duduk dikursi :

      Apakah pasien tampak tidak seimbang (sempoyongan / limbung)?

      Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau benda lain sebagai penopang saat akan

    duduk?

    2. Kategorikan pasien ke dalam salah satu dari dua kategori resiko pasien jatuh :

      Tidak beresiko : apabila tidak ditemukan a & b.

      Beresiko jatuh : apabila ditemukan a dan atau b.

    3. Pasangkan pita berwarna kuning pada pergelangan tangan kanan pasien beresiko jatuh.

    4. Lakukan intervensi kepada pasien yang beresiko jatuh dengan :

      Berikan kursi roda atau tawarkan brankart bila pasien membutuhkan.

      Berikan edukasi kepada pasien agar tidak segan untuk meminta pertolongan kepadaPetugas atau Pendamping apabila akan melakukan aktifitas selama berada di Rumah

    Sakit, misal : ke toilet, dll.

      Berikan edukasi kepada pendampingnya (apabila ada) untuk selalu mendampingi dan

    membantu aktifitas pasien tersebut selama berada di Rumah Sakit.

    5. Informasikan kepada pasien / keluarga untuk melepas pita resiko jatuh setelah keluar dari

    RSUP Dr. Kariadi.

    SELURUH PETUGAS

    1. Apabila pasien melakukan aktifitas pada situasi yang meningkatkan resiko jatuh (misal :

    pasien pindah dari ambulan, pasien naik ke tempat tidur periksa, pasien pindah dari kursi

    roda / brankart ke tempat pemeriksan di CT-scan, Radiology, Echocardiografi, Radiotherapy,

    dan sejenisnya), maka :

      Bantu pasien yang melakukan aktifitas tersebut.

      Hati-hatilah dalam memindahkan pasien tersebut.

    2. Bantu pasien yang melakukan kegiatan di lokasi yang meningkatkan resiko jatuh, misalpasien melakukan latihan dengan menggunakan alat-alat yang meningkatkan resiko jatuh di

    Instalasi Rehabilitasi Medik.

    3. Dampingi pasien beresiko jatuh yang terlihat kesulitan melakukan aktifitas (misal: Konsul

    ke Klinik lain).

    SPO PENCEGAHAN JATUH PADA PASIEN PSIKIATRI

    Kebijakan :

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    26/28

     

    1. Pengkajian resiko jatuh untuk pasien psikiatri dilakukan dengan menggunakan “Edmonson”

    dan di lakukan oleh perawat yang pertama kali menerima pasien di ruangan.

    2. Pengkajian ulang resiko pasien jatuh dilakukan pada saat :

    4. Setiap 2 hari sekali.

    5. Perpindahan dari ruangan lain (transfer).

    6. Terdapat perubahan kondisi pasien.

    7. Setelah pasien mengalami jatuh.

    3. Seluruh pasien psikiatri yang beresiko jatuh diberikan identitas.

    4. Seluruh petugas melakukan intervensi terhadap pasien psikiatri yang beresiko jatuh dan yang

    melakukan aktifitas pada situasi dan tempat yang meningkatkan resiko jatuh pasien

    Prosedur :

    PENGKAJIAN AWAL

    5. Kaji resiko jatuh pasien terhadap semua pasien baru yang masuk ruang rawat dengan

    mengisi Lembar Pencegahan Jatuh.

    6. Kategorikan pasien ke dalam salah satu dari dua kategori resiko pasien jatuh (rendah &

    tinggi).

    7. Jika skor resiko jatuh pasien dalam kategori tinggi, pasangkan gelang pengenal berwarna

    kuning pada pasien dan beri label warna kuning pada map rekam medik pasien & pintu

    kamar pasien (kamar dengan bed lebih dari satu) atau bed pasien (kamar dengan bed

    tunggal).

    8. Pada pasien dengan label kuning (teridentifikasi resiko jatuh tinggi) maka lakukan intervensi

    sesuai dengan tingkat resiko jatuh pasien yang ada dalam Lembar Pencegahan Pasien

    Jatuh.

    1) Setiap 4 jam dalam setiap shift untuk pasien dengan resiko tinggi.

    2) Tetap memonitor perubahan kondisi pasien

    9. Untuk pasien dengan resiko jatuh rendah maka:

    1) Setiap shift untuk pasien dengan resiko rendah.

    2) Berbarengan dengan monitoring kondisi umum pasien dan tanda-tanda vital pasien

    dilakukan monitoring resiko jatuh pasien untuk pasien dengan resiko rendah.

    PENGK AJIAN ULANG 

    1. Lakukan skoring ulang terhadap semua pasien yang berada dalam tanggung jawabnya tiap 2

    (dua) hari, apabila ada perubahan kondisi misal pasien post operasi, pasien post jatuh, dll

    2. Ubah kategori resiko jatuh pasien dan intervensi menjadi lebih rendah bila di nilai 2 (dua) kali

    berturut-turut berisiko rendah saat pengkajian ulang.

    3. Ubah kategori resiko jatuh pasien dan intervensi menjadi resiko tinggi bila pasien di nilai

    berisiko tinggi saat pengkajian ulang.

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    27/28

     

    PERTOLONGAN PADA PASIEN JATUH

    Jika menemukan / melihat pasien jatuh maka lakukan hal-hal dibawah ini :

    a. Angkat / bantu / selamatkan pasien kembali ke tempat tidur.

    b. Lakukan pemeriksaan keadaan umum pasien meliputi Airway Breathing Circulation

    (ABC), tanda-tanda vital, dan adanya trauma pada organ terkait.

    c. Lakukan penanganan segera untuk keadaan darurat.

    d. Amankan tempat kejadian (antara lain mengeringkan lantai apabila basah).

    e. Lapor ke DPJP atau Dokter Jaga dan ikuti tata laksana yang diberikan oleh dokter.

    f. Pindahkan pasien ke kamar yang lebih dekat dengan pos perawat (Nurse Station).

    4. Kaji ulang skor resiko pasien jatuh dan tentukan intervensi dan pemilihan alat pengaman

    yang sesuai.

    5. Pantau keadaan pasien setelah jatuh.

    a. Nilai tingkat kesadaran pasien.

    b. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan.

    c. Evaluasi perdarahan jika terjadi luka.

    6. Komunikasikan kepada keluarga pasien mengenai.

    a. Keadaan umum pasien.

    b. Tindakan yang sudah dan akan dilakukan.

    c. Keluarga diminta segera melaporkan keperawat jika menjumpai keadaan yang

    mengkhawatirkan seperti :

    1. Kesadaran menurun.

    2. Pasien kesakitan.

    Laporkan kejadian sesuai dengan SPO Pelaporan Insiden Keselamatan pasien.

    INTERVENSI PADA AKTIFITAS DAN LOKASI YANG BERESIKO JATUH

    8. Bantu pasien yang melakukan aktifitas pada situasi yang meningkatkan resiko jatuh, misal :

    pasien pindah dari ambulan, pasien naik ke tempat tidur periksa.

    9. Hati-hatilah dalam memindahkan pasien dari kursi roda / brankart ke tempat pemeriksan

    misal di CT-scan, Radiologi, Ekokardiografi, Radioterapi, dan sejenisnya.

    10. Bantu pasien yang melakukan kegiatan di lokasi yang meningkatkan resiko jatuh, misal

    pasien melakukan latihan di tempat-tempat yang memiliki banyak peralatan yang

    meningkatkan resiko jatuh misal di Instalasi Rehabilitasi Medik, ruang tunggu pasien dengan

    banyak kursi.

    11. Berikan edukasi pada penunggu atau orang tua pasien anak untuk selalu mengawasi pasien,

    dan meminta bantuan secepatnya kepada petugas bila di perluk

  • 8/19/2019 IPSG, Panduan Implementasi

    28/28

     

    CATATAN

    12. Panduan tidak usah (Panduan & Intranet)

    13. IPSG 2 : Komunikasi Pelayanan melalui telpon ada 2 yang dipakai yang mana ?

    14. IPSG 2 : Komunikasi Lisan pada Kondisi Gawat Darurat ?15. IPSG 2.2 : Komunikasi pada saat serah terima ada 2 yang mana ?

    16. IPSG 4 : di Panduan ada Gigi ?

    17. IPSG 6 : SPO Pencegahan Jatuh dewasa yang terbaru ?

    18. IPSG 6 : Anak dan Psikiatri ??

    19. IPSG 6 : Juknis tidak usah masuk dalam Panduan

    Lampiran2