analisa kelayakan finansial usaha pmbesaran ikan mas dan nila di keramba di wdk cikoncang

93
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG (KJA) SISTEM JARING KOLOR DI KJA WADUK CIKONCANG, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, BANTEN Oleh : HARIS PERDANA A 14102538 SKRIPSI PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: rian-doyenk

Post on 28-Dec-2015

734 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG (KJA) SISTEM

JARING KOLOR DI KJA WADUK CIKONCANG, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Oleh :

HARIS PERDANA A 14102538

SKRIPSI

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

35

RINGKASAN

HARIS PERDANA. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA). Peningkatan produksi perikanan melalui pengembangan usaha perikanan bertujuan agar terpenuhinya kebutuhan potein hewani bagi masyarakat untuk mencapai pola konsumsi yang lebih berimbang. Sumber daya perairan umum yang potensial dimanfaatkan untuk pengembangan usaha perikanan seperti waduk, sungai, saluran irigasi teknis, rawa dan danau. Waduk merupakan perairan umum yang dapat dimanfaatkan untuk usaha perikanan budidaya melalui teknologi Keramba Jaring Apung (KJA). Pada saat ini berkembang usaha pembesaran ikan polikultur yaitu ikan yang dipelihara di KJA terdiri dari dua jenis ikan, umumnya ikan mas sebagai komoditas utama dipelihara pada jaring lapisan atas dan ikan nila sebagai komoditas tambahan dipelihara pada jaring lapisan bawah/jaring kolor. Teknologi KJA sudah berkembang pesat di beberapa danau dan waduk seperti di waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang terdapat di Jawa Barat. Waduk Cikoncang merupakan salah satu waduk yang dikembangkan dan dimanfaatkan untuk usaha pembesaran ikan dengan menggunakan teknologi KJA sistem jaring kolor. Untuk mengkaji kelayakan usaha tersebut, maka perlu dilakukan studi atau analisis kelayakan finansial usaha. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat desain kelayakan usaha melalui analisis aspek pasar, teknis, manjemen, hukum dan lingkungan. Selanjutnya, dilakukan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan beberapa kriteria investasi untuk memperoleh gambaran kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di Waduk Cikoncang. Metode perhitungan dilakukan berdasarkan umur ekonomis KJA konstruksi kayu yaitu selama dua tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas, dilakukan pengujian kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan dalam biaya pakan dan benih, harga jual ikan dan jumlah produksi yang akan mempengaruhi kelayakan finansial usaha. Kriteria-kriteria investasi yang digunakan untuk mengukur kelayakan finansial usaha yaitu nilai NPV, Net B/C Rasio, IRR, Payback Period. Aspek pasar yang dianalisis meliputi permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan ikan, struktur pasar dan faktor persaingan usaha. Tingkat permintaan ikan mas dan nila dapat diketahui dari tingkat konsumsi ikan yang semakin meningkat yaitu sebesar 9,41 persen/tahun. Jumlah penawaran ikan mas dan nila pada tahun 2006 mencapai 4.246,02 ton. Harga ikan mas dan nila ditingkat petani cukup beragam dan bersaing dengan produk yang sama dari luar daerah. Strategi pemasaran ditinjau dari bauran pemasaran yaitu produk, harga, saluran distribusi dan promosi. Ditinjau dari aspek teknis cukup memadai yaitu ketersediaan sumber air yang baik, kedalaman lebih dari lima meter dan pemanfaatan waduk belum optimal untuk kegiatan budidaya ikan. Aspek manajemen usaha masih sederhana dengan bentuk badan usaha perseorangan. Usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring

Page 3: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

36

kolor mempunyai dampak positif yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya diantaranya terserapnya tenaga kerja baru dan ekonomi masyarakat dapat diberdayakan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga sebesar 13 persen menunjukkan bahwa kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di waduk Cikoncang layak untuk diusahakan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil perhitungan NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp. 15.578.956. Usaha pembesaran ikan memberikan keuntungan bersih setelah pajak sebesar Rp. 15.578.956 selama umur ekonomisnya. Hasil perhitungan nilai Net B/C rasio menunjukkan angka lebih besar dari satu yaitu 1,206. Setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk penambahan biaya produksi variabel dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1,206. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan yaitu sebesar 37,14 persen. Dengan demikian, usaha pembesaran ikan mas dan nila dengan menggunakan KJA sistem jaring kolor memberikan rata-rata pendapatan per tahun sebesar 37,14 persen dari modal yang diinvestasikan. Jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi usaha selama satu tahun tujuh bulan.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value menunjukkan bahwa kenaikan harga ikan mas dan nila maksimum sebesar 7,43 persen dan harga pakan maksimum sebesar 2,82 persen, penurunan harga jual ikan mas dan nila sebesar 1,77 persen dan penurunan produksi maksimum sebesar 1,77 persen. Usaha pembesaran ikan pada KJA sistem jaring kolor lebih sensitif terhadap perubahan harga jual ikan dan hasil produksi dibanding dengan perubahan biaya pakan dan benih ikan. Berdasarkan analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa harga jual ikan dan hasil produksi serta biaya produksi variabel menentukan tingkat kelayakan yang diperoleh. Dengan demikian, pemeliharaan ikan nila sebagai komoditas tambahan yang dipelihara pada lapisan jaring bawah/jaring kolor akan memberikan tambahan hasil produksi yang dapat memberikan kelayakan lebih tinggi serta produktifitas usaha dapat ditingkatkan.

Page 4: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

37

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG (KJA) SISTEM

JARING KOLOR DI KJA WADUK CIKONCANG, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : HARIS PERDANA

A 14102538

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 5: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

38

Judul : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten

Nama : Haris Perdana

NRP : A14102538

Menyetujui : Dosen Pembimbing,

Ir. Dwi Rachmina, M.S. NIP. 131 918 503

Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus Ujian :

Page 6: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

39

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL

“ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS

DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG (KJA) SISTEM JARING

KOLOR DI KJA WADUK CIKONCANG, KECAMATAN WANASALAM,

KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN” BELUM PERNAH DIAJUKAN

PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN

UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA

JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL

KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG

PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI

SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2008

Haris Perdana A14102538

Page 7: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

40

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dilahirkan di

Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Tahun 1999 penulis menyelesaikan

pendidikan di SMAN1 Rangkasbitung dan pada tahun 2002 telah menyelesaikan

pendidikan di Program Diploma III Agroteknologi Hasil Perikanan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan

pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas

Pertanian, IPB. Sejak tahun 2005 penulis menjadi staf di Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Penulis menyelesaikan Pendidikan

Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis pada tahun 2008 dengan judul Skripsi

”Analisis Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring

Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam,

Kabupaten Lebak, Propinsi Banten.

Page 8: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

41

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis

Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring

Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan

Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Skripsi disusun sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Program Sarjana

Ekstensi Manajemen Agribisnis, IPB.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan serta masukan

hingga terselesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, kritik dan saran-saran hingga terselesaikan skripsi ini

2. Ir. Juniar Atmakusumah, M.S. selaku dosen penguji utama pada sidang ujian

skripsi yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis

3. Dra. Yusalina, M.Si. selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah

memberikan kritik dan saran pada penulis

4. Ir. Nety Tinaprilla, M.M. selaku dosen evaluator yang telah memberikan

kritik dan saran-sarannya

5. Ir. Hermawan selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak

yang telah memberikan izin dan dukungannya

6. Rekan-rekan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak terutama di

Bidang Perencanaan yang telah memberikan saran-saran, data dan informasi

serta rekan-rekan di UPT BBI Bapak Cakrawan dan Bapak Hadi yang telah

membantu kelancaran pelaksanaan observasi di lapangan

7. Orang tua dan istri yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat

8. Rekan-rekan satu almamater di Ekstensi MAB yaitu Roby Ramdhan yang

telah bersedia menjadi pembahas seminar makalah penelitian, Hendra Sucipto

dan Efri yang telah membantu kelancaran seminar

Page 9: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

42

9. Semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuan dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan dan penyempurnaan. Semoga hasil karya ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran yang berguna untuk pembangunan perikanan di Kabupaten

Lebak khususnya dan di Propinsi Banten umumnya, Amin.

Bogor, Januari 2008

Haris Perdana A14102538

Page 10: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

43

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………………..... i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………..…...... v

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..….…… vii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. viii

BAB I. PENDAHULUAN …………………………….…….…….….….... 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………….…. 1.2 Perumusan Masalah ……………………………….………….. 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………….….. 1.4 Kegunaan Penelitian …………………………………………..

1477

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………... 8

2.1 Perkembangan Perikanan Waduk ………………………….…. 2.2 Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) .....…….....

89

2.2.1 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Tunggal (Polikultur) …………………………………

2.2.2 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Kolor (Polikultur) …………………………....

2.2.3 Analisis Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) ...............................................................

9

10

12

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ……………………………………... 17

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis …………………………………. 17 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek .. ……………….

3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat …………………….. 3.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek ………………

3.1.3.1 Aspek Pasar ……………………………….. 3.1.3.2 Aspek Teknis ……………………………... 3.1.3.3 Aspek Manajemen ………………………... 3.1.3.4 Aspek Hukum …………………………….. 3.1.3.5 Aspek Lingkungan ………………………... 3.1.3.6 Aspek Keuangan …………………………..

3.1.4 Analisis Sensitivitas ……………………………….. 3.1.4.1 Harga …………………………………….... 3.1.4.2 Keterlambatan Pelaksanaan ………………. 3.1.4.3 Kenaikan Biaya ............................................ 3.1.4.4 Hasil .............................................................

1718191920222323232425252525

3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual …………………………….. 27

Page 11: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

44

BAB IV. METODE PENELITIAN ……………………………… 28

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….... 4.2 Jenis dan Sumber Data ……………………….……………… 4.3 Metode Analisis Data ………..……………………………….

282828

4.3.1 Analisis Aspek Pasar …….…………………..…….. 4.3.2 Analisis Aspek Teknis …….…….……………….…. 4.3.3 Analisis Aspek Manajemen …………..…………..... 4.3.4 Analisis Aspek Hukum …………………………...... 4.3.5 Analisis Aspek Lingkungan ………………………... 4.3.6 Analisis Aspek Finansial ….………………………... 4.3.7 Analisis Sensitivitas ………………………………...

29292930303032

BAB V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN .………………... 34

5.1 Gambaran Umum Kecamatan Wanasalam ………………….. 34 5.2 Gambaran Umum Waduk Cikoncang ……………………….. 36BAB VI. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA ...................... 38 6.1 Analisis Aspek-aspek Studi Kelayakan ................................. 38 6.1.1 Analisis Aspek Pasar ................................................... 38 6.1.2 Analisis Aspek Teknis ................................................. 42 6.1.3 Analisis Aspek Manajemen ......................................... 49 6.1.4 Analisis Aspek Hukum ................................................ 50 6.1.5 Analisis Aspek Lingkungan ......................................... 50 6.1.6 Analisis Aspek Finansial/Keuangan ............................

6.1.6.1 Analisis Biaya ................................................ 6.1.6.2 Analisis Manfaat ........................................... 6.1.6.3 Nilai Arus Tunai (Cash Flow) ........................ 6.1.6.4 Proyeksi Laba/Rugi ........................................ 6.1.6.5 Net Profit Margin ............................................ 6.1.6.6 Net Present Value (NPV) ............................... 6.1.6.7 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ................... 6.1.6.8 Internal Rate of Return (IRR) ………………. 6.1.6.9 Payback Period ……………………………..

50515759626363626464

6.2 Analisis Sensitivitas ............................................................... 65BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 69 7.1 Kesimpulan ............................................................................ 69 7.2 Saran ....................................................................................... 70DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 72LAMPIRAN .................................................................................................... 75

Page 12: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

45

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Produksi Perikanan Nasional dari Tahun 2001-2005 ………………. 1

2. Produksi Ikan Air Tawar menurut Jenis Budidaya di Indonesia Pada Tahun 2004 ………………………………………………………….

2

3. Luas Usaha, Produksi dan Produktifitas Budidaya Ikan pada KJA di Indonesia Tahun 2001-2004 ...................................................................

3

4. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Jaring Apung di Indonesia Menurut Jenis Ikan dan Propinsi Penghasil Ikan Tahun 2004 ....................

4

5. Luas Usaha, Produksi dan Produktifitas Perikanan Budidaya KJA di Propinsi Banten Tahun 2002-2005 ...........................................................

5

6. Luas Usaha dan Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2006 .............................................................................

6

7. Perbandingan Hasil Penelitian Budidaya Ikan pada KJA dengan Sistem Monokultur dan Sistem Polikultur (Jaring Kolor) ..........................

15

8.

9.

Komposisi Penduduk Kecamatan Wanasalam berdasarkan Matapencaharian pada Tahun 2004 ...........................................................

Konsumsi Ikan Per Kapita dan Jumlah Konsumsi Ikan di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2006 .……...................................................................

36

38

10. Produksi dan Jumlah Ikan Mas dan Nila dari Luar Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006 …………………………………………...

39

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Produksi Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang per Musim Tanam ………………………………………………………………..…..

Jenis Input Tetap dan Variabel yang Digunakan pada Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang ……………..

Perhitungan Biaya Investasi 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor ..................

Perhitungan Biaya Reinvestasi Perlengkapan ............................................

Perhitungan Biaya Variabel Tahun ke-1 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor .........................

Perhitungan Biaya Variabel Tahun ke-2 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor .........................

Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa per Tahun dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor .......................................

43

47

52

52

53

55

56

Page 13: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

46

18.

19.

20.

21

22.

23.

24.

25.

Perhitungan Biaya Tetap per Tahun ..........................................................

Perhitungan Penerimaan Tahun ke-1 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor ..........................................................................................................

Perhitungan Penerimaan Tahun ke-2 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor ……………………………………………………...

Nilai Arus Tunai Tahun ke-1 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen ………………………………………….

Nilai Arus Tunai Tahun ke-2 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen …………………………………………………..

Proyeksi Laba/Rugi Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Sistem Jaring Kolor …………………………………………..

Nilai NPV, Net B/C dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen ....................

Hasil Analisis Switching Value yang Menghasilkan NPV=0/,

Nilai Net B/C Rasio=1 dan Nilai IRR=13 Persen .......................................

57

58

59

60

61

62

63

66

Page 14: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

47

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor II ............................... 11

2. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor IV .............................. 12

3. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Sistem Jaring Kolor ............................................................................................

26

4. Saluran Distribusi Penjualan Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang ............................................................. ………………….…

5. Siklus Produksi Ikan Mas Per Musim Tanam Selama 2 Tahun ……….

6. Siklus Produksi Ikan Nila Per Musim Tanam Selama 2 Tahun ……….

41

44

44

Page 15: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

48

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.

2.

Kegiatan Budidaya Pembesaran Ikan pada KJA Sistem Jaring Kolor di Waduk Cikoncang ...............................................................

Perhitungan Nilai NPV, Net B/C Rasio, IRR dan PBP Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen ...........................................................................................

76

77

Page 16: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

49

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan Indonesia dalam mencapai swasembada beras pada tahun

1984 merupakan prestasi yang perlu terus dipertahankan dan bahkan

dikembangkan menjadi swasembada pangan lain seperti ikan, sehingga

tercapainya pola konsumsi masyarakat yang lebih berimbang. Sumber daya ikan

merupakan salah satu modal dasar pembangunan, terutama dalam kaitannya

dengan penyediaan protein hewani guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Cahyono (2005), peranan sektor perikanan dalam pembangunan

nasional antara lain meningkatkan produksi perikanan, meningkatkan lapangan

kerja baru dan meningkatkan kebutuhan konsumsi ikan untuk memenuhi gizi

masyarakat. Pada tahun 2006 sektor pertanian (dalam arti luas) mampu menyerap

tenaga kerja paling banyak yaitu sebesar 44,5 persen (42,3 juta orang tenaga

kerja) dari total 95,1 juta orang tenaga kerja nasional yang terserap pada berbagai

bidang pekerjaan. Sub sektor perikanan mampu menyerap tenaga kerja sebesar

14,4 persen atau sebanyak 6,1 juta orang tenaga kerja (Badan Pusat Statistik,

2007). Produksi perikanan nasional setiap tahunnya mengalami peningkatan dari

tahun 2001-2005 dengan laju kenaikan per tahun sebesar 6,57 persen. Data

produksi perikanan nasional dari tahun 2001-2005 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Produksi Perikanan Nasional Indonesia Tahun 2001-2005

Tahun Produksi (ton)

2001 5.353.470

2002 5.515.648

2003 5.915.988

2004 6.350.420

2005 6.900.000

Laju (%/tahun) 6,57

Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2005 Statistik Perikanan. http//:www.dkp.go.id, tanggal 25 Januari 2007 (diolah).

Page 17: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

50

Budidaya ikan di perairan umum merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan produksi perikanan melalui perluasan lahan perikanan dengan

memanfaatkan perairan umum. Tujuan lainnya adalah untuk pelestarian sumber

daya alam dan lingkungan hidup. Sumber daya perairan umum yang dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya perikanan seperti waduk, sungai,

saluran irigasi teknis, rawa dan danau. Pada tahun 2000 luas perairan waduk

tercatat 500.000 ha (Cahyono, 2005).

Waduk merupakan perairan umum yang sangat potensial dikembangkan

untuk budidaya ikan. Teknologi budidaya ikan pada Keramba Jaring Apung

(KJA) saat ini sudah berkembang dengan pesat di beberapa danau dan waduk

seperti di waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang terdapat di Jawa Barat.

Selain dimanfaatkan untuk usaha budidaya perikanan, waduk juga memiliki

fungsi utama sebagai sediaan air, irigasi, tenaga listrik dan agrowisata.

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2005), produksi

budidaya ikan air tawar pada jaring apung secara nasional pada tahun 2004 baru

mencapai 62.371 ton atau 5,95 persen dari total produksi ikan air tawar sebesar

1.047.691 ton (Tabel 2). Masih rendahnya produksi budidaya ikan KJA

dikarenakan pengembangan budidaya ikan air tawar terbatas pada penggunaan

lahan untuk dijadikan tambak, kolam dan sawah.

Tabel 2. Produksi Ikan Air Tawar menurut Jenis Budidaya di Indonesia pada Tahun 2004

No Jenis Budidaya Jumlah (Ton) Persentase (%)

1. Tambak 559.612 53,41

2. Kolam 286.182 27,32

3. Karamba 53.694 5,13

4. Jaring Apung 62.371 5,95

5. Sawah 85.832 8,19

Jumlah 1.047.691 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005.

Page 18: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

51

Tabel 3 menggambarkan luas usaha, jumlah produksi perikanan budidaya

KJA di Indonesia yang setiap tahunnya mengalami kenaikan. Laju kenaikan luas

usaha dan tingkat produksi pada tahun 2001-2004 masing-masing sebesar 51,67

persen dan 15,42 persen. Luas usaha mengalami kenaikan tertinggi pada tahun

2004 yaitu sebesar 952 ha dari 382 ha pada tahun 2003. Kenaikan luas usaha

pada tahun 2004 tidak diikuti dengan kenaikan produktivitas lahan budidaya yang

mengalami penurunan menjadi 65,52 ton/ha dari 150,86 ton/ha pada tahun 2003.

Rendahnya produktivitas lahan pada tahun 2004 dikarenakan adanya kematian

masal ikan sebelum dipanen akibat arus bawah air (Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya, 2005).

Tabel 3. Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Budidaya Ikan pada KJA di Indonesia Tahun 2001 - 2004

Tahun Luas Usaha (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

2001 361 40.710 112,77

2002 363 47.172 130,26

2003 382 57.628 150,86

2004 952 62.371 65,52

Laju (%/tahun) 51,77 15,42 (8,41)Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005 (diolah).

Berdasarkan data statistik budidaya ikan KJA pada tahun 2004 di

Indonesia, ikan mas dan nila merupakan jenis ikan air tawar yang paling banyak

dibudidayakan masing-masing produksinya sebanyak 42.382 ton dan 15.319 ton.

Produksi perikanan budidaya ikan pada KJA secara nasional tertinggi dihasilkan

di Jawa Barat yaitu 40.817 ton dari total produksi sebanyak 62.371 ton atau

mencapai 65,44 persen dengan sentra produksinya terletak di waduk Cirata,

Saguling dan Jatiluhur. Produksi budidaya ikan pada KJA di Propinsi Banten

pada tahun 2004 sebesar 120 ton atau 0,19 persen dari total produksi nasional

sebesar 62.371 ton1, sedangkan luas usaha baru mencapai 18 ha (hektar) atau

sebesar 0,78 persen dari total potensi waduk yang tersedia seluas 2.302 ha di

1 Statistik Perikanan Budidaya. http://www/dkp.go.id. Tanggal 25 Juli 2006

Page 19: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

52

Propinsi Banten (Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten, 2005).

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa masih ada peluang usaha untuk

meningkatkan produksi budidaya ikan KJA di Propinsi Banten. Data Produksi

Perikanan KJA menurut Jenis Ikan dan Propinsi Penghasil Ikan dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya KJA di Indonesia menurut Jenis Ikan dan Propinsi Penghasil Ikan Tahun 2004

No Propinsi Produksi Ikan (Ton)

Mas Nila Gurame Mujair Tambak Lele Patin Lain Jumlah 1. Sumatera

Utara 3.392 - - - - - - - 3.392

2. Sumatera Barat 2.911 1.928 - - - - - - 4.893

3. Jambi 47 477 8 - - - 134 95 761 4. Bangka

Belitung - 20 - - - - - - 20

5. Lampung 646 68 - - - 16 60 7 797 6. Banten 64 56 - - - 120 7. Jawa Barat 31.545 7.365 664 1 722 520 40.817 8. Jawa Timur 1.896 632 632 316 158 79 79 - 3.792 9. Bali 13 94 - 4 111

10. Kalimantan Selatan 54 66 - - - - 9 129

11. Sulawesi Utara 1.806 4.078 - 240 - - - - 6.124

12. Gorontalo - 533 - - - - - - 533 13. Sulawesi

Tengah - - - - - - 923 - 923

14. Maluku Utara 8 2 - 3 - - - - 13

Jumlah 42.382 15.319 1.304 563 158 96 1.927 622 62.371

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Banten. http://www.dkp.go.id. Tanggal 25 Juli 2006.

1.2. Perumusan Masalah

Perkembangan luas usaha budidaya ikan pada KJA di Propinsi Banten dari

tahun 2002-2005 mengalami peningkatan dengan laju kenaikan sebesar 169,44

persen/tahun, namun produksi dan produktifitasnya mengalami penurunan

masing-masing sebesar 18,95 persen/tahun dan 38,02 persen/tahun. Rendahnya

produksi dan produktifitas lahan diantaranya disebabkan besarnya biaya investasi,

biaya operasioanal/variable, serta waktu pengembalian modal yang cukup lama.

Berdasarkan uraian tersebut, apakah kegiatan usaha budidaya ikan pada KJA di

Propinsi Banten masih layak atau tidak untuk dikembangkan?. Luas usaha dan

Page 20: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

53

produksi perikanan budidaya KJA di Propinsi Banten dari tahun 2002-2005

disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Perikanan Budidaya KJA di Propinsi Banten Tahun 2002 - 2005

Tahun Luas Usaha (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2002 0,06 198,00 3.300,00

2003 0,06 196,00 3.266,67

2004 0,36 119,50 331,94

2005 0,39 99,40 254,87

Laju (%/tahun) 169,44 (18,95) (38,02)Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten, 2005 (diolah).

Tabel 6 menyajikan data luas usaha dan produksi budidaya ikan air tawar

di Kabupaten Lebak dari tahun 2003-2006. Luas usaha dan produksi perikanan

budidaya air tawar di Kabupaten Lebak setiap tahunnya mengalami kenaikan

dengan laju kenaikan masing-masing sebesar 12,04 persen/tahun dan 13,59

persen/tahun, namun dilihat dari laju kenaikan produktivitas lahan sangat rendah

hanya mencapai 2,97 persen/tahun. Rendahnya produktivitas lahan diantaranya

disebabkan sebagian besar lahan usaha budidaya ikan baik kolam maupun sawah

merupakan lahan tadah hujan. Upaya peningkatan produksi ikan air tawar

diarahkan pada pengembangan usaha budidaya ikan di perairan umum waduk,

karena ketersediaan air baik sepanjang waktu dan tidak pernah mengalami

kekeringan pada musim kemarau. Berdasarkan permasalahan tersebut, apakah

usaha budidaya ikan di waduk Cikoncang layak untuk dikembangkan sehingga

akan memberikan keuntungan secara finansial?.

Rencana pengembangan budidaya ikan sistem KJA di waduk Cikoncang

terkait dengan rencana jangka panjang Pemerintah Propinsi Banten dan

Pemerintah Kabupaten Lebak yang akan mengembangkan beberapa kecamatan

menjadi kawasan agropolitan. Salah satu kecamatan yang akan dikembangkan

adalah kecamatan Wanasalam melalui pengembangan komoditas pertanian,

perikanan dan perkebunan (Bappeda Kab. Lebak, 2007). Komoditas perikanan

yang potensial dikembangkan adalah ikan mas dan nila melalui kegiatan budidaya

Page 21: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

54

pada KJA sistem jaring kolor. Budidaya ikan sistem KJA jaring kolor lebih

efisien dalam penggunaan pakan, karena ikan nila dapat memanfaatkan sisa-sisa

pakan dari ikan mas (Sukamto dan Maryam 2005).

Tabel 6. Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2006

Tahun Luas Usaha (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2003 2.900,02 2.109,20 0,73

2004 2.942,72 2.250,20 0,77

2005 3.962,00 2.649,20 0,67

2006 3.962,09 3.082,70 0,78

Laju (%/tahun) 12,04 13,59 2,97Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007 (diolah).

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Banten (2007),

pembangunan bidang kelautan dan perikanan di Kabupaten Lebak diarahkan pada

pengembangan budidaya ikan air tawar yang berbasiskan kawasan melalui

pemanfaatan lahan-lahan potensial. Waduk merupakan salah satu perairan umum

potensial yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk kegiatan budidaya

perikanan air tawar. Lahan waduk yang sangat potensial untuk pengembangan

budidaya ikan pada KJA di Kabupaten Lebak mencapai 2.252 ha, namun sampai

dengan tahun 2006 tingkat pemanfaatannya masih rendah yaitu 0,18 ha atau 0,008

persen (Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007). Berdasarkan

permasalahan tersebut, apakah lahan waduk yang tersedia dapat dikembangkan

lebih luas lagi, sehingga dapat memberikan manfaat?. Berapa batas maksimum

penggunaan lahan waduk untuk kegiatan usaha budidaya ikan pada KJA?.

Tingkat konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Lebak pada tahun 2006

baru mencapai 16,94 kg/kapita/tahun (Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak,

2007), namun dibanding dengan tingkat konsumsi ikan nasional masih tertinggal

jauh. Pada tahun 2006 tingkat konsumsi ikan nasional sudah mencapai 25,03

kg/kapita/tahun2. Usaha pengembangan budidaya ikan diharapkan dapat

2 Rapat Koordinasi Nasional. http://www/dkp.go.id. Tanggal 25 Januari 2007

Page 22: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

55

meningkatkan produksi perikanan yang pada akhirnya dapat memenuhi dan

meningkatkan konsumsi ikan masyarakat.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, lingkungan dan

kelayakan finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada Keramba

Jaring Apung (KJA) sistem jaring kolor di daerah penelitian.

2. Melakukan analisis tingkat sensitivitas kelayakan usaha pembesaran ikan

mas dan nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) sistem jaring kolor di

daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang

lengkap tentang usaha pembesaran ikan mas dan nila pada Keramba Jaring Apung

(KJA) dengan sistem jaring kolor bagi pihak yang berkepentingan :

1. Bagi penulis sebagai media untuk melihat serta menganalisis masalah yang

timbul di lapangan dan mencari penyelesaian masalahnya.

2. Bagi investor sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada Keramba Jaring

Apung (KJA) sistem jaring kolor dalam rangka peningkatan produksi ikan air

tawar.

3. Sebagai bahan informasi penelitian bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Page 23: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

56

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Perikanan Waduk

Menurut Jangkara (2000), waduk adalah wilayah yang digenangi badan air

sepanjang tahun serta dibentuk atau dibangun atas rekayasa manusia. Waduk

dibangun dengan cara membendung aliran sungai sehingga air sungai tertahan

sementara dan menggenangi bagian daerah aliran sungai atau water shed yang

rendah. Waduk dapat dibangun di dataran rendah maupun dataran tinggi.

Beberapa waduk dapat dibangun disepanjang aliran sungai. Waduk yang

dibangun di dataran tinggi atau hulu sungai akan memiliki bentuk menjari, relatif

sempit dan bertebing curam serta dalam. Waduk yang dibangun di dataran rendah

atau hilir sungai berbentuk bulat, relatif luas dan dangkal.

Menurut Rochdianto (2000), Usaha ke arah pembudidayaan ikan di

perairan umum kian hari memang terasa kian mendesak. Hal ini perlu dimaklumi

karena usaha penangkapan ikan yang tidak diimbangi dengan usaha budidaya dan

penebaran ikan (restocking), lambat laun akan mengganggu kelestarian sumber

daya perairan. Bila di sungai dikenal budidaya ikan sistem keramba, maka di

waduk dan danau dapat diterapkan cara budidaya ikan dalam keramba jaring

apung. Budidaya ikan dengan sistem ini pada prinsipnya mirip dengan sistem

keramba.

Keuntungan budidaya ikan dalam keramba jaring apung yaitu ongkos

produksi untuk penyediaan tanah (untuk membangun kolam) berkurang, dapat

mengatasi berkurangnya lahan budidaya ikan akibat terdesak oleh kegiatan

pertanian, industri serta pembangunan perumahan. Secara teknis keuntungan

yang diperoleh antara lain adalah intensifikasi produksi ikan dan optimasi

penggunaan pakan dapat diterapkan, pesaing dan pemangsa ikan mudah

dikendalikan serta pengelolaan dan pemanenan tidak terlalu rumit. Pemanfaatan

danau dan waduk menyangkut kepentingan masyarakat luas, maka dituntut agar

fungsi utama perairan, kelestarian sumber daya hayati dan ekosistem perairan

harus diperhatikan (Rochdianto, 2000).

Page 24: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

57

2.2 Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung

Budidaya ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) sudah dilakukan sejak

tahun 1978 di perairan Situ Lido Bogor, dikembangkan oleh Balai Penelitian

Perikanan Darat yang sekarang menjadi Balai Riset Perikanan Air Tawar.

Kemudian berturut-turut pada tahun 1982 di Waduk Jatiluhur, Kelapa Dua dan

Cibubur Jakarta, tahun 1984 di Danau Tondano Sulawesi Utara, Cekdam Guna

Sari Jawa Barat, pada tahun 1986 di Riam Kanan Kalimantan selatan serta Danau

Toba Sumatera Utara. Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa budidaya ikan

di KJA memiliki prospek cerah (Rochdianto, 2000).

Menurut Achmad et al. (1995) dalam Fahrur dan Tamsil (2005), keramba

jaring apung biasa digunakan untuk menamai wadah pemeliharaan ikan dari jaring

yang dibentuk segi empat atau silindris dan diapungkan dalam air permukaan

menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu atau besi serta pemberian

jangkar disetiap sudutnya. Ukuran kantong keramba jaring disesuaikan dengan

jenis, ukuran dan kepadatan ikan yang akan dipelihara.

Menurut Sutarman et al. (2003) dalam Fahrur dan Tamsil (2005), untuk

pembesaran ikan digunakan mata jaring 1 inci (2,54 cm). Bahan yang digunakan

harus memenuhi beberapa syarat yang layak seperti simpul kuat dan halus/tanpa

simpul, tidak melukai ikan, dapat melindungi ikan dari predator, mudah dipotong

dan dirajut serta mudah dibersihkan. Bahan jaring biasanya dibuat dari bahan

polietilen (Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2005).

Budidaya ikan pada KJA terdiri dari sistem jaring tunggal (monokultur) dan

sistem jaring kolor (polikultur).

2.2.1 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Tunggal (Monokultur)

Menurut Suyanto dalam Maulana (2003), pembesaran ikan pada KJA

tunggal biasanya dilakukan secara monokultur yaitu dalam satu jaring pada

lapisan atas ditebarkan hanya satu jenis ikan tanpa ada jenis ikan lain, dimana

ikan yang ditebar sebagai komoditas pokok. Pada sistem KJA tunggal pakan

tambahan mutlak diberikan karena jumlah pakan alami dalam waduk relatif

sedikit, bahkan hampir tidak ada. Pakan tambahan berupa pellet diberikan setiap

hari dengan dosis tiga persen dari berat ikan. Jaring apung yang telah terpasang di

Page 25: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

58

danau atau waduk biasanya dirakit menjadi satu unit. Satu unit rakit jaring

terapung terdiri dari empat net kolam dan satu tempat jaga (Direktorat Jenderal

Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2005).

2.2.2 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Kolor (Polikultur)

Menurut penelitian Sukamto dan Maryam (2005), teknik budidaya

Keramba Jaring Apung (KJA) dengan sistem jaring kolor yaitu jaring terdiri atas

bagian bawah satu buah jaring dan di bagian atas dua buah jaring dalam dua

petakan. Ada lagi jaring kolor empat yang terdiri dari atas satu jaring di bagian

bawah dan empat jaring di bagian atas di dalam empat petakan. Berdasarkan

teknik budidaya sistem KJA kolor petani ikan tidak harus membudidayakan ikan

nila di jaring apung secara khusus, akan tetapi dapat dibudidayakan bersama

dengan ikan mas (budidaya ikan secara polikultur) serta produksi ikan dapat

ditingkatkan yaitu dari ikan mas di jaring atas dan ikan nila di jaring bawah.

Keramba jaring apung sistem kolor terdiri dari jaring kolor dua dan jaring

kolor empat. Jaring kolor dua artinya untuk jaring atas 7x7x3 m3 terdiri atas dua

petak sedangkan untuk di bagian bawah 17x9x5 m3, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 1. Jaring kolor empat memiliki ukuran jaring kolor bagian

atas 7x7x3 m3 yang terdiri atas 4 petak dan bagian bawah berukuran 17x17x 5 m3,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 (Sukamto dan Maryam, 2005).

Pada awalnya sistem KJA kolor digunakan oleh para petani ikan di Waduk

Jatiluhur, Cirata dan Saguling untuk mengantisipasi kematian massal ikan yang

hampir terjadi setiap tahun. Hal ini disebabkan sisa pakan yang terbuang ke dasar

perairan, sehingga menyebabkan mutu/kualitas air menurun. Efisiensi pakan pada

sistem KJA kolor bisa ditingkatkan karena pakan atau debu pakan yang terbuang

ke bawah atau ke pinggir bisa dimanfaatkan ikan lain yang dipelihara seperti ikan

nila, sehingga pakan yang terbuang ke perairan juga semakin berkurang (Sukamto

dan Maryam, 2005).

Page 26: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

59

9 m

17 m

A. Tampak atas

5 m 5 5 5 m

B. Tampak samping

Gambar 1. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor II

Keterangan :

: Pelampung dari drum : Kerangka bambu

/ : Pemberat/jangkar

: Jaring kolor/bawah untuk pemeliharaan ikan nila

: Jaring atas untuk pemeliharaan ikan mas

Sumber : Sukamto dan Maryam, 2005

Jaring I

Jaring II

Jaring kolor

3 m

7 m

Jaring I

7 m

7 m Jaring II

7 m

Page 27: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

60

17 m

17 m

A. Tampak atas

5 m

B. Tampak samping

Gambar 2. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor IV

Sumber : Sukamto dan Maryam, 2005

2.2.3 Analisis Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA)

Penelitian mengenai budidaya ikan pada KJA sistem jaring kolor belum

banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai analisis kelayakan usaha telah

banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis kelayakan

7 m 7 m

Jaring I

7 m 7m

Jaring III

7 m 7 m

Jaring II

7 m 7 m

Jaring IV

3 m

Jaring

Jaring

Jaring kolor

3 M

Page 28: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

61

finansial budidaya ikan pada KJA telah dilakukan oleh Mungky (2001), Gultom

(2002) dan Maulana (2003).

Mungky (2001), melakukan penelitian yang bertujuan membuat desain

investasi usaha pembesaran ikan kolam jaring apung sistem tunggal (monokultur)

dengan studi kasus pada KJA Batuhapur, Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa

Barat. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keuntungan usaha, kelayakan

finansial dan analisis sensitivitas. Analisis dilakukan selama satu tahun dengan

tiga kali musim tanam. Luas kolam 1.568 m2 (32 unit kolam) dengan produksi

total ikan mas 48.000 kg/tahun. Produktifitas lahan sebesar 10,20 kg/m2. Harga

ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 5.000/kg. Penerimaan total pertahun

sebesar Rp. 240.000.000 dengan biaya total sebesar Rp. 215.976.960/tahun.

Pendapatan pertahun sebesar Rp. 24.023.040. Analisis imbangan penerimaan dan

biaya (R/C Ratio) sebesar 1,1. Nilai NPV sebesar Rp. 98.952.859 dengan tingkat

diskonto 16 persen. Nilai IRR sebesar 34 persen yang berarti usaha memberikan

pendapatan sebesar 34 persen/tahun dari modal yang diinvestasikan. Nilai Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,93.

Gultom (2002), melakukan penelitian mengenai prospek pengembangan

usaha budidaya ikan mas dalam jaring apung sistem tunggal (monokultur) di

Danau Toba Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Analisis yang dilakukan

meliputi analisis usaha, finansial dan sensitivitas. Analisis dilakukan selama

setahun dengan dua kali musim tanam. Luas usaha 24 m2/kolam, namun tidak

diketahui jumlah unit kolam yang diteliti. Produksi rata-rata ikan mas 19.914

kg/tahun. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 9.000/kg. Penerimaan

rata-rata pertahun sebesar Rp. 179.229.600 dengan biaya rata-rata sebesar Rp.

141.047.852/tahun. Jumlah rata-rata pendapatan pertahun sebesar Rp.

38.181.748. Nilai R/C Ratio sebesar 1,27. Nilai NPV sebesar Rp. 55.495.666

dengan tingkat diskonto 18 persen. Nilai IRR sebesar 57,39 persen yang berarti

usaha memberikan pendapatan sebesar 57,39 persen/tahun dari modal yang

diinvestasikan. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 2,5.

Maulana (2003), melakukan penelitian mengenai kelayakan usahatani

pembesaran dan pemasaran ikan nila gift budidaya keramba jaring apung di Desa

Cikidang Bayabang, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Analisis

Page 29: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

62

usaha tani dilakukan terhadap budidaya ikan pada KJA dengan sistem tunggal

(monokultur) dan sistem kolor (polikultur). Penelitian meliputi analisis usahatani

(penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani), analisis kelayakan investasi (aspek

pasar, aspek teknik dan teknologi, aspek lingkungan dan aspek finansial) dan

analisis pemasaran.. Perhitungan dilakukan selama setahun dengan tiga kali

musim tanam. Luas usaha KJA monokultur 196 m2 (empat unit kolam). Produksi

rata-rata usahatani KJA monokultur 14.400kg/tahun. Produktifitas lahan sebesar

73,47 kg/m2. Harga ikan nila di tingkat petani senilai Rp. 3.800/kg. Penerimaan

rata-rata pertahun usahatani KJA monokultur sebesar Rp. 54.720.000 dengan

biaya rata-rata sebesar Rp. 42.180.642,85/tahun. Jumlah pendapatan pertahun

sebesar Rp. 12.539.357,15. Nilai R/C Ratio sebesar 1,297. Nilai NPV sebesar Rp.

53.856.359,94 dengan tingkat diskonto 12 persen. Nilai IRR sebesar 179 persen.

Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 7,59.

Perhitungan luas usahatani KJA sistem kolor (polikultur) terdiri dari luas

jaring atas dan jaring bawah/jaring kolor. Luas jaring atas 588 m2 (12 unit kolam)

dengan komoditas ikan mas dan jaring bawah 588 m2 (tiga unit kolam) dengan

komoditas ikan nila. Jumlah produksi ikan mas 30.600 kg/tahun dan ikan nila

7.200 kg/tahun. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 6.200/kg. Total

produktifitas lahan sebesar 32,14 kg/m2. Penerimaan total per tahun dari

pemeliharaan ikan mas dan nila sebesar Rp. 217.080.000. dengan biaya total

produksi sebesar Rp. 170.779.500/tahun. Jumlah pendapatan total pertahun

sebesar Rp. 46.300.000. Nilai R/C Ratio sebesar 1,271. Nilai NPV sebesar Rp.

193.072.372,67 dengan tingkat diskonto 12 persen. Nilai IRR sebesar 132 persen.

Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 5,63 (Maulana, 2003).

Perbandingan hasil penelitian budidaya ikan pada KJA dengan sistem monokultur

dan sistem polikultur (jaring kolor) disajikan pada Tabel 7.

Page 30: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

63

Tabel 7. Perbandingan Hasil Penelitian Budidaya Ikan pada KJA dengan Sistem Monokultur dan Sistem Polikultur (Jaring Kolor)

No Uraian Budidaya

Monokultur ikan mas *

Budidaya Monokultur

Ikan Mas **

Budidaya Monokultur

Ikan Nila ***

Budidaya Polikultur

Ikan Mas dan Nila ***

1. Luas Usaha (m2) - Jaring Atas - Jaring Bawah

1.568 196 588

2. Produksi Total (kg/th)

48.000 19.914 14.400 37.800

3. Produktifitas (Kg/m2)

30,61 - 73,47 32,14

4. Penerimaan Total (Rp./th)

240.000.000 179.229.600 54.720.000 217.080.000

5. Harga (Rp/kg) - Ikan Mas - Ikan Nila

5.000-

9.000-

6.2003.800

6.2003.800

6. Tingkat Diskonto (%)

16 18 12 12

7. Biaya Total (Rp./th)

215.976.960 141.047.852 42.180.642,85 170.779.500

8. Pendapatan Total (Rp./th)

24.023.040 38.181.748 12.539.357,15 46.300.500

9. R/C Ratio 1,1 1,27 1,297 1,27110. NPV (Rp.) 98.952.859 55.495.666 53.856.359,94 193.073.372,6711. IRR (%) 34 57,39 179 13212. Net B/C 1,93 2,5 7,59 5,63Keterangan : * Sumber dari penelitian Mungky (2001) ** Sumber dari penelitian Gultom (2002) *** Sumber dari penelitian Maulana (2003)

Berdasarkan data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa produktifitas lahan

tertinggi dicapai pada budidaya ikan nila di KJA dengan sistem monokultur

(tunggal). Capaian penerimaan dan pendapatan total terbesar pada budidaya ikan

KJA sistem polikultur (sistem jaring kolor). Nilai R/C Ratio tertinggi pada

budidaya ikan nila pada KJA dengan sistem monokultur sebesar 1,297 yang

Page 31: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

64

berarti bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk biaya produksi akan

menghasilkan Rp. 1,297. Nilai NPV tertinggi diperoleh pada kegiatan budidaya

ikan KJA polikultur sebesar Rp. 193.073.372,67. Budidaya ikan nila pada KJA

sistem monokultur memberikan keuntungan internal terbesar yaitu 132 persen dari

nilai investasi yang ditanamkan. Nilai Net B/C tertinggi diperoleh pada budidaya

ikan nila dengan sistem monokultur.

Studi kali ini melakukan analisis kelayakan finansial usaha pembesaran

ikan mas dan nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) sistem jaring kolor di

Waduk Cikoncang yang merupakan salah satu waduk yang terletak di dataran

rendah. Gejala alam umbalan sangat kecil kemungkinan terjadi di waduk dataran

rendah. Umbalan dapat mengakibatkan arus balik dari dasar waduk yang dapat

mempengaruhi pengaturan pola tanam dan kelayakan finansial usahanya.

Page 32: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

65

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek

Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-

sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang

mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu

yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan

sebagai satu unit. Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu

tujuan (objektive) dan mempunyai suatu titik tolak (starting poin) dan suatu titik

akhir (ending poin). Biaya-biayanya maupun hasilnya yang pokok dapat diukur

(Kadariah, Karlina dan Gray, 1999).

Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan elemen operasional yang

paling kecil yang disiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan yang

terpisah dalam suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian.

Proyek merupakan kegiatan tertentu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-

tujuan tertentu. Biasanya proyek merupakan kegiatan yang khas yang secara

nyata berbeda dari kegiatan investasi yang diterangkan terdahulu dan kelihatannya

berbeda pula dari kegiatan penggantinya, bukan merupakan bagian rutin dari suatu

program yang sedang dilaksanakan. Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang

rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan

atau manfaat.

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu

proyek (biasanya merupakan investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Aktiva

yang lebih terbatas terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat

tentang manfaat ekonomis suatu investasi, sedangkan dari pihak pemerintah atau

lembaga non profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif.

Pertimbangannya berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa

berwujud penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan sumber daya yang melimpah.

Hal ini dikaitkan dengan penghematan devisa ataupun penambahan devisa yang

diperlukan oleh pemerintah. Dampak proyek bisa berupa dampak ekonomis, bisa

juga yang bersifat sosial. Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan

Page 33: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

66

menyangkut tiga aspek, yaitu : 1). Manfaat ekonomis proyek bagi proyek itu

sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial), 2). Manfaat ekonomis proyek

tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering disebut manfaat

ekonomi nasional), 3). Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar

proyek tersebut. Tujuan studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari

keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata

tidak menguntungkan. Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya

tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek

yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhamad, 2000).

3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat

Secara sederhana suatu biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu

tujuan atau segala sesuatu yang mengurangi pendapatan nasional dan secara

langsung mengurangi jumlah barang dan jasa akhir. Suatu manfaat adalah segala

sesuatu yang membantu suatu tujuan atau segala sesuatu yang langsung

menambah jumlah dan jasa akhir (Gittinger, 1986).

Menurut Choliq, Wirasasmita dan Hasan (1999), biaya proyek adalah

seluruh biaya yang dikeluarkan guna mendatangkan penghasilan (return) pada

masa yang akan datang. Benefit adalah suatu manfaat yang diperoleh dari suatu

proyek baik yang dapat dihitung atau dinilai dengan uang (tangible benefit)

ataupun yang tidak dapat dinilai dengan uang (intangible benefit), baik secara

langsung (direct benefit) maupun yang tidak langsung (indirect benefit).

Menurut Choliq, Wirasasmita dan Hasan (1999), biaya proyek pada

dasarnya diklasifikasikan atas biaya investasi dan biaya operasional.

1. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai proyek tersebut

dilaksanakan sampai proyek tersebut mulai berjalan (beroperasi). Biaya

investasi misalnya pendirian bangunan pabrik, pembelian mesin dan

peralatannya, tenaga kerja yang berhubungan dengan investasi dan

sebagainya.

2. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan karena proses

produksi berlangsung dan secara rutin biaya ini harus dilakukan. Biaya

Page 34: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

67

operasional misalnya pembelian bahan baku, biaya listrik dan air, bahan bakar

dan sebagainya.

3.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek

Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-

aspek apa yang akan dipelajari. Walaupun belum ada kesepakatan tentang aspek

apa saja yang perlu diteliti, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap

aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara. Tergantung

pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka terkadang

juga ditambahkan studi tentang dampak sosial (Husnan dan Muhamad, 2000).

3.1.3.1 Aspek Pasar

Menurut Husnan dan Muhamad (2000), aspek pasar dan pemasaran terdiri

dari permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan.

1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis

konsumen, perusahaan besar pemakai dan proyeksi permintaan tersebut.

2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang berasal

dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana

perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi

penawaran, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari

pemerintah dan sebagainya.

3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam

negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana

polanya.

4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan

dan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk

dan pada tahap apa produk akan dibuat.

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan dan market share yang bisa

dikuasai perusahaan.

6. Struktur Pasar terdiri dari pasar persaingan sempurna, monopoli, oligopoli dan

monopolistik. Pasar persaingan sempurna adalah pasar yang harga-harganya

tidak mungkin dipengaruhi oleh pembeli atau penjual secara perorangan

Page 35: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

68

dengan pembelian atau penjualannya. Pasar persaingan sempurna mempunyai

syarat yaitu produk yang serba sama (homogen), Mobilitas sumber tidak ada

pembatasnya dan terdapat banyak pembeli dan penjual. Pasar monopoli yaitu

suatu pasar atau sektor industri yang hanya memiliki satu perusahaan

(produsen) tunggal yang bertindak sebagai satu-satunya penjual atau pemasok

atas suatu barang yang tidak ada substitutan atau barang penggantinya. Pasar

oligopoli yaitu jumlah perusahaan yang kuat lebih dari dua tapi tetap sedikit,

dalam struktur oligopoli iklim kompetitif masih terjaga. Pasar monopolistik

adalah suatu pasar yang memiliki banyak perusahaan yang menjual produk-

produk yang terdiferensiasi (product differentiation), terdapat banyak produk

yang mirip namun berbeda, yang semuanya menyajikan pilihan-pilihan (Miller

dan Meiners, 2000).

7. Faktor persaingan perlu diperhatikan dari perusahaan sejenis terutama

terhadap usaha yang telah ada dan kemungkinan tentang berdirinya usaha

sejenis lainnya di masa yang akan datang (Ibrahim, 2003).

3.1.3.2 Aspek Teknis

Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input

proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-

jasa. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut

selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal

penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Aspek teknis

membahas tentang lokasi proyek, luas produksi, lay out pabrik dan pemilahan

jenis teknologi dan equipment (Husnan dan Muhamad, 2000).

1. Lokasi proyek

Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian yakni

lokasi dan lahan pabrik serta lokasi untuk bukan pabrik. Pengertian kedua

menunjuk pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan

dengan proses produksi, yakni meliputi bangunan administrasi perkantoran

dan pemasaran. Pemilihan lokasi pabrik harus memperhatikan variabel-

variabel utama dan bukan utama. Variabel utama terdiri dari ketersediaan

Page 36: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

69

bahan mentah untuk proses operasi perusahaan, letak bahan mentah yang

dituju, ketersediaan tenaga listrik dan air terutama untuk jenis industri hulu,

tersedianya tenaga kerja terdidik maupun terlatih akan berpengaruh terhadap

biaya produksi yang ditanggung perusahaan dan fasilitas transportasi.

Variabel sekunder yang perlu diperhatikan antara lain : hukum dan peraturan,

iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, rencana masa depan

perusahaan.

2. Luas produksi dan rencana produksi

Luas produksi produksi merupakan jumlah produk yang akan diproduksi

untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dalam penentuan luas produksi adalah batasan permintaan,

tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja

pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen,

kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan

datang. Perencanaan produksi tergantung pada pangsa pasar dari produk yang

dihasilkan.

3. Lay out

Lay out merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian lay out mencakup lay out

site (lay out lahan lokasi proyek), lay out pabrik, lay out bangunan bukan

pabrik dan fasilitasnya. Lay out pabrik terdiri dari dua tipe utama yaitu lay

out fungsional (lay out process) dan lay out produk (lay out garis). Dalam lay

out fungsional mesin-mesin dan peralatan yang mempunyai fungsi yang sama

dikelompokkan dan ditempatkan dalam suatu ruang/tempat tertentu. Pada lay

out produk, mesin dan peralatan disusun berdasarkan urutan dari opersi

pembuatan produk.

4. Pemilihan jenis teknologi dan equipment

Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah

seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang

diharapkan. Pemilihan equipment dipengaruhi oleh proses produksi yang

dipilih, derajat mekanisasi dan luas produksi yang ditetapkan.

Page 37: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

70

5. Penggunaan input

Input dibutuhkan bagi produksi suatu komoditi. Input atau faktor produksi

atau sumber-sumber daya produktif secara sederhana dapat dikelompokkan

menjadi dua kategori, yakni modal (capital) dan tenaga kerja (labor).

Klasifikasi lebih jauh terbagi menjadi dua golongan input, yakni input tetap

(fixed input) dan input yang berubah-ubah atau input variabel (variable input).

Berdasarkan klasifikasi ini, maka modal dianggap sebagai biaya tetap,

sedangkan tenaga kerja dianggap sebagai biaya variabel (Miller dan Meiners,

2000).

3.1.3.3 Aspek Manajemen

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa

pembangunan proyek yang meliputi pelaksana proyek, jadwal penyelesaian

proyek, siapa yang melakukan studi masing-masing aspek pemasaran, teknis dan

sebagainya. Manajemen dalam operasi meliputi bentuk organisasi/badan usaha

yang dipilih, struktur organisasi (deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan),

anggota direksi dan tenaga-tenaga kunci. Jumlah tenaga kerja yang akan

digunakan (Husnan dan Muhamad, 2000).

1. Manajemen pembangunan proyek

Tahap rencana pembangunan proyek dapat menerangkan bagaimana

menyusun rencana penyelesaian proyek tepat pada waktunya.

Mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya agar sarana fisik

proyek tersebut bisa disiapkan tepat pada waktunya. Fasilitas penunjang

yang harus disiapkan seperti tenaga kerja, transportasi, komunikasi dan

berbagai perangkat lunak.

2. Manajemen dalam operasi

Manajemen dalam operasi menjelaskan tentang bagaimana merencanakan

pengelolaan proyek tersebut dalam opersinya nanti. Beberapa hal yang harus

diperhatikan adalah bentuk badan usaha yang sebaiknya digunakan, jenis-jenis

pekerjaan yang diperlukan agar usaha tersebut bisa berjalan dengan lancar,

persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan-

Page 38: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

71

pekerjaan tersebut dengan baik, struktur organisasi yang akan dipergunakan,

mencari tenaga untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3.1.3.4 Aspek Hukum

Aspek hukum mempelajari tentang badan usaha yang dipergunakan.,

jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana

yang berupa pinjaman. Berbagai izin, akta, sertifikat yang diperlukan untuk

kegiatan usaha (Husnan dan Muhamad, 2000).

3.1.3.5 Aspek Lingkungan

Pembangunan mempunyai dampak terhadap kualitas lingkungan secara

global baik dampak positif maupun negatif. Pembangunan yang

berkesinambungan merupakan tuntutan yang realistis dan bersifat jangka panjang.

Faktor pokok yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan adalah

pembangunan dengan menggunakan teknologi yang mencemari (polluting

technology) (Choliq, Wirasasmita dan Hasan, 1999).

3.1.3.6 Aspek Keuangan

Aspek keuangan/finansial menyangkut masalah pengeluaran dan

penerimaan dari pelaksanaan proyek, menyangkut masalah-masalah kemampuan

proyek dalam pengembalian dana-dana proyek, lebih jauh lagi apakah proyek itu

akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Analisis

finansial menitik beratkan kepada pendekatan individu yaitu analisis yang melihat

suatu hasil kegiatan proyek dilihat dari segi individu dalam hal ini bisa

perorangan, perseroan, CV ataupun kelompok usaha lainnya yang berhubungan

langsung dengan proyek. Proyek-proyek yang akan dilakukan swasta pada

umumnya cukup hanya dianalisis secara analisis finansial saja, sedangkan proyek-

proyek pemerintah pada umumnya dianalisis secara analisis finansial dan ekonomi

(Choliq, Wirasasmita dan Hasan, 1999).

Menurut Choliq, Wirasasmita dan Hasan (1999), unsur-unsur yang perlu

diperhatikan dalam perhitungan kelayakan suatu proyek yaitu :

Page 39: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

72

1. Harga, analisis finansial menggunakan harga yang berlaku setempat atau

market price atau harga yang diterima oleh pengusaha.

2. Subsidi, besarnya subsidi dalam analisis finansial merupakan keringanan

karena mengurangi biaya Adanya subsidi akan menambah benefit, dengan

perkataan lain subsidi tidak diperhitungkan dalam biaya proyek

3. Pajak, besarnya pajak dalam analisis finansial diperhitungkan dalam biaya

proyek.

4. Upah, upah yang digunakan dalam analisis finansial baik untuk tenaga kerja

ahli, menengah maupun kasar adalah upah yang berlaku setempat.

5. Bunga modal, besarnya bunga modal dalam analisis finansial dibedakan atas

bunga yang dibayarkan kreditur, dianggap biaya dan untuk bunga atas modal

proyek tidak dianggap biaya.

Menurut Kadariah, Karlina dan Gray (1999), beberapa kriteria investasi

yang digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek, antara lain : 1). Net

Present Value dari Arus-arus Benefit dan Biaya (NPV), 2). Internal Rate of

Return (IRR), 3). Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), 4). Gross Benefit-Cost Ratio

(Gross B/C), 5). Profitability Ratio. Untuk melihat posisi keuangan unit usaha

ditambahkan analisis proyeksi laba/rugi dan Net Profit Marjin (Ibrahim, 2003).

3.1.4 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) adalah meneliti suatu analisa

untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang

berubah-ubah. Bagaimana sensitivitasnya manfaat sekarang neto suatu proyek

pada tingkat nilai ekonomi atau pada harga finansial, atau terhadap rasio

perbandingan manfaat dan investasi neto atau terhadap biaya-biaya pelaksanaan

yang terus meningkat, terhadap penurunan harga-harga, terhadap perpanjangan

periode waktu pelaksanaan). Pada bidang pertanian, proyek-proyek sensitif

berubah-ubah akibat beberapa masalah utama yaitu harga, keterlambatan

pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1986).

Page 40: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

73

3.1.4.1 Harga

Pada setiap proyek pertanian barangkali diteliti apa yang akan terjadi bila

asumsi mengenai harga jual produk proyek pertanian tersebut ternyata keliru.

Analis boleh saja membuat asumsi alternatif lain mengenai harga jual pada masa

yang akan datang dan meneliti pengaruhnya terhadap manfaat sekarang neto yang

akan diterima oleh proyek, terhadap tingkat pengembalian secara nilai finansial

maupun ekonomi atau terhadap rasio perbandingan manfaat dan investasi neto

(net benefit-investmen ratio).

3.1.4.2 Keterlambatan Pelaksanaan

Keterlambatan pelaksanaan mempengaruhi hampir semua proyek-proyek

pertanian. Meneliti pengaruh-pengaruh keterlambatan dalam proyek terhadap

manfaat sekarang neto, tingkat pengembalian secara finansial dan secara ekonomi,

dan ratio manfaat-investasi neto dari suatu investasi dalam bidang pertanian

merupakan salah satu bagian yang penting dari analisis sensitivitas.

3.1.4.3 Kenaikan Biaya

Proyek-proyek cenderung sangat sensitif terhadap kenaikan biaya terutama

untuk konstruksi, karena biaya-biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek

dilaksanakan yang mungkin faktor diskonto yang digunakan terlalu besar atau

karena semua fasilitas harus sudah tersedia padahal manfaat proyek belum dapat

direlisasikan. Salah satu alasan mengapa proyek harus diuji kembali bila terjadi

kenaikan biaya adalah terdapat ketidakpastian mengenai harga yang sebenarnya

dan jumlah yang harus dibayar untuk peralatan dan perlengkapan, terdapat

kecenderungan bagi teknisi dan analis proyek dalam mengestimasi biaya

didasarakan kepada asumsi-asumsi dan kerangka pelaksanaan proyek yang terlalu

optimis mengenai harga input proyek.

3.1.4.4 Hasil

Analis harus menguji kembali mengenai suatu usaha proyek mengenai

sensitivitasnya terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam

memperkirakan hasil yang akan diperoleh. Proyek-proyek pertanian terdapat

Page 41: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

74

kecenderungan untuk bersikap optimis dalam memperkirakan hasil yang akan

diperoleh, terutama bila suatu cara panenan baru diusulkan dan bila informasi

agronominya terutama didasarkan atas percobaan-percobaan eksperimental.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Sistem Jaring Kolor

Layak

Tidak Layak

Analisis Sensitivitas

Aspek Pasar : - Permintaan - Penawaran - Harga - Perkiraan

Penjualan - Struktur Pasar

Aspek Manajemen : - Struktur Organisasi - Spesifikasi Tenaga Kerja - Wewenang dan

Tanggung Jawab - Kebutuhan Upah - Pelaksana Kegiatan

Usaha dan Jadwal Kegiatan Usaha

Aspek Teknis : - Lokasi Proyek - Penggunaan Input - Luas Produksi dan

Rencana Produksi - Lay Out lahan lokasi - Pemilihan Jenis

Teknologi dan

Aspek Hukum : - Bentuk Badan

Usaha - Izin Usaha

Aspek Finansial

Aspek Lingkungan : - Dampak positif - Dampak negatif

Page 42: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

75

3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Usaha pembesaran ikan mas dan nila di waduk Cikoncang menggunakan

teknologi KJA sistem jaring kolor. Usaha pembesaran ikan ini merupakan suatu

unit bisnis perorangan yang tidak berbadan hukum dianalisis berdasarkan

kelayakan finansial usaha. Untuk menentukan kelayakan finansial usaha harus

ditentukan terlebih dahulu kelayakan dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum

dan lingkungan.

.Hasil kelayakan analisis finansial usaha dapat menghasilkan dua

rekomendasi yaitu layak atau tidak layak. Analisis sensitivitas dapat menguji

kembali pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah,

sehingga dapat diperoleh hasil analisis kelayakan finansial usaha yang lebih

lengkap dan bermanfaat. Berdasarkan uraian tersebut, dibuatlah bagan kerangka

pemikiran pada Gambar 3.

Page 43: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

76

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Waduk Cikoncang, Desa Ketapang, Kecamatan

Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian

ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena waduk ini

diarahkan untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya pembesaran ikan pada

KJA di Kabupaten Lebak. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai

dari bulan September sampai dengan Nopember 2007.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer

dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengamatan di

lapangan dan melalui wawancara langsung dengan petani ikan pemilik, buruh tani

dan informan lainnya yang ditetapkan secara purposive sampling. Informan

terdiri dari pedagang input dan output maupun petugas pengawas perikanan. Data

primer seperti harga input dan output, biaya dan jumlah produksi, jumlah

penjualan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, antara lain : internet,

Badan Pusat Statistik, Buletin, Departemen Kelautan dan Perikanan, Dinas

Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten dan Kabupaten Lebak, hasil-hasil

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya serta literur-literatur yang

mendukung penelitian ini. Data sekunder berupa data permintaan dan penawaran

pasar, data potensi perikanan, data produksi perikanan Indonesia, luas usaha

budidaya ikan, konsumsi ikan perkapita serta data lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

4.3 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis aspek

pasar, teknis, manajemen, hukum, lingkungan, finansial dan analisis sensitivitas.

Analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum dan lingkungan dilakukan

terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis finansial sehingga memberikan

Page 44: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

77

informasi yang lengkap mengenai kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan nila

dengan sistem jaring kolor. Analisis yang terakhir yaitu analisis sensitivitas

digunakan untuk menguji kelayakan usaha bila terjadi perubahan harga produk,

biaya dan jumlah produksi. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan

pemasukan data, transfer data dan editing data, pengolahan data dengan

menggunakan mesin hitung kalkulator dan komputer dengan program Excel.

Jumlah KJA yang di analisis sebanyak lima unit KJA sistem jaring kolor,

terdiri dari 20 kolam jaring atas dan lima kolam jaring bawah atau jaring kolor.

Benih ikan mas yang dipelihara pada kolam jaring atas mempunyai ukuran 5-8 cm

berumur sekitar dua bulan, sedangkan benih ikan nila yang dipelihara pada kolam

jaring kolor mempunyai ukuran 8-12 cm berumur sekitar tiga bulan.

4.3.1 Analisis Aspek Pasar

Aspek pasar dianalisis secara deskriptif atau kualitatif. Analisis aspek

pasar dilakukan untuk mengetahui permintaan, penawaran, harga, perkiraan

penjualan, struktur pasar dan persaingan. Usaha pembesaran ikan mas dan nila

dengan sistem jaring kolor dikatakan layak ditinjau dari aspek pasar bila terdapat

suatu permintaan dengan harga yang menguntungkan.

4.3.2 Analisis Aspek Teknis

Analisis aspek teknis dilakukan secara deskriptif. Analisis ini meliputi

lokasi proyek, penggunaan input, luas produksi dan rencana produksi, lay out

lahan lokasi serta pemilihan jenis teknologi dan equipment.

4.3.3 Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen dilakukan secara deskriptif. Analisis ini

menjelaskan mengenai pengelolaan usaha pembesaran ikan mas dan nila dengan

sistem jaring kolor, meliputi struktur organisasi, spesifikasi tenaga kerja,

wewenang dan tanggung jawab, kebutuhan biaya upah, pelaksana kegiatan dan

jadwal kegiatan usaha.

Page 45: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

78

4.3.4 Analisis Aspek Hukum

Analisis aspek hukum dilakukan secara deskriptif. Aspek hukum yang

dianalisis meliputi bentuk badan dan izin usaha budidaya ikan pada KJA sistem

jaring kolor di waduk Cikoncang.

4.3.5 Analisis Aspek Lingkungan

Analisis aspek lingkungan dilakukan secara deskriptif. Aspek lingkungan

yang dianalisis mengenai pengaruhnya terhadap lingkungan sosial maupun

lingkungan hidup sekitar baik berupa dampak positif maupun negatif adanya

usaha budidaya ikan di waduk.

4.3.6 Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dilakukan terhadap lima unit KJA sistem jaring

kolor. Setiap unit KJA terdiri dari jaring atas empat petak (196 m2) dan satu

jaring bawah/jaring kolor (289 m2). Jaring atas ditebar ikan mas sebagai

komoditas utama dan jaring bawah ditebar ikan nila sebagai komoditas tambahan.

Menurut Ibrahim (2003), format aliran kas (cash flow) disusun untuk

menganalisis finansial. Cash flow terdiri dari cash inflow (arus penerimaan kas)

dan cash outflow (arus pengeluaran kas). Cash inflow meliputi nilai produksi total,

penerimaan pinjaman, dana bantuan, nilai sewa, nilai sisa dan lain-lain. Cash

outflow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, pembayaran pinjaman dan

bunga, pajak dan lain-lain. Pengurangan cash inflow dengan cash outflow

diperoleh net benefit (manfaat bersih). Analisis kriteria investasi yang digunakan

untuk menilai kelayakan usaha dapat dihitung setelah cash flow diketahui.

Kriteria investasi yang digunakan adalah NPV, IRR dan Net B/C (Kadariah,

Karlina dan Gray, 1999).

4.3.6.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Valu (NPV) atau nilai bersih sekarang adalah nilai sekarang

(present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada

discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan manfaat dibandingkan biaya.

Jika present value manfaat lebih besar daripada present value biaya, berarti

proyek tersebut menguntungkan. Dengan perkataan lain, apabila NPV>0 berarti

Page 46: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

79

∑= +

−=

n

tti

CtBtNPV0 )1(

)(

=

=

+−+−

= n

tt

n

tt

iCtBtiCtBt

CBNet

0

0

)1()(

)1()(

/0)( >−CtBt

0)( >−CtBt

proyek tersebut menguntungkan. Sebaliknya jika NPV<0 berarti proyek tersebut

tidak layak diusahakan (Choliq, Wirasasmita dan Hasan, 1999).

Cara perhitungan NPV menurut Kadariah, Karlina dan Gray (1999),

adalah sebagai berikut :

Keterangan : Bt = Benefit pada tahun ke t Ct = Biaya pada tahun ke t n = Umur ekonomis dari proyek t = Tahun

4.3.6.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Menurut Ibrahim (2003), Net B/C merupakan perbandingan net benefit

yang telah didiskonto yang bernilai positif dengan net benefit yang telah di

discount yang bernilai negatif. Jika nilai Net B/C lebih besar dari satu berarti

gagasan suatu usaha layak untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari satu berarti

tidak layak untuk dikerjakan. Net B/C sama dengan satu berarti cash in flow sama

dengan cash outflow. Perhitungan Net B/C (Kadariah, Karlina dan Gray, 1999),

adalah sebagai berikut :

4.3.6.3 Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Choliq, Wirasasmita dan Hasan (1999), IRR adalah suatu kriteria

investasi untuk mengetahui presentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap

tahun dan merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga

pinjaman. IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan Net Present

Value sama dengan nol. Jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari discount rate

dikatakan proyek tersebut layak, sedangkan IRR yang sama dengan discount rate

Page 47: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

80

tiIvPBP

)1( +=

berarti pulang pokok dan di bawah discount rate berarti proyek tersebut tidak

layak (Ibarahim, 2003).

Nilai IRR ditentukan dengan menghitung nilai NPV1 dan nilai NPV2

dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV1 telah menunjukkan angka positif

maka discount factor yang kedua harus lebih besar dari discount rate, sebaliknya

apabila NPV2 menunjukkan angka negatif maka discount factor yang kedua

berada di bawah discount rate. Berdasarkan hasil percobaan ini, nilai IRR berada

antara nilai NPV positif dan nilai NPV negatif yaitu NPV nol. Formula untuk

IRR (Ibrahim, 2003), adalah sebagai berikut :

Keterangan : i1 = Discount Rate yang menghasilkan NPV1 i2 = Discount Rate yang menghasilkan NPV2

4.3.6.4 Payback Period

Menurut Ibrahim (2003), payback period adalah waktu tertentu yang

menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif sama

dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis Payback Period

diperlukan untuk mengetahui berapa lama usaha yang dikerjakan dapat

mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi

sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar

perputaran modal. Perhitungan payback period menggunakan data yang telah

didiskontokan (discounted payback period) sebagai berikut :

Keterangan : v = Nilai Investasi I = Net Benefit

4.3.7 Analisis Sensitivitas

Menurut Kadariah, Karlina dan Gray (1999), analisis sensitivitas bertujuan

untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu

kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat.

)( 1221

11 ii

NPVNPVNPViIRR −−

+=

Page 48: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

81

Variasi yang digunakan pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti

(switching value). Analisis sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai

yang dengan nilai tersebut dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap

penting pada analisa proyek dan kemudian dapat ditentukan pengaruh perubahan

terhadap daya tarik proyek. Sebaliknya, bila ingin dihitung suatu nilai pengganti

maka harus ditanyakan berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa

yang akan diganti agar supaya proyek dapat memenuhi tingkat minimum

diterimanya proyek sebagaimana ditunjukkan oleh salah satu ukuran-ukuran

kemanfaatan proyek (Gittinger, 1986).

Variabel-variabel yang akan dirubah dalam skenario analisis switching

value yaitu harga output, biaya input dan hasil produksi atau kuantitas output.

Perubahan variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar pada

perhitungan biaya total, jumlah produksi, jumlah penerimaan dan manfaat bersih

dari usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor.

Page 49: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

82

BAB V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Wanasalam

5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kecamatan Wanasalam merupakan salah satu kecamatan yang terletak di

Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Jarak dari Rangkasbitung sebagai ibukota

Kabupaten Lebak sekitar 120 km yang dihubungkan oleh jalan negara, propinsi

dan kabupaten. Secara administrasi wilayah Kecamatan Wanasalam dibatasi :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Banjarsari

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Malingping

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Indonesia

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Cikeusik Kabupaten

Pandeglang

Luas Kecamatan Wanasalam berdasarkan data pokok kecamatan tahun

2003/2004 adalah 12.922 ha yang terbagi pada 12 desa. Jumlah penduduk

Kecamatan Wanasalam sampai dengan tahun 2004 sebanyak 44.157 jiwa, terdiri

dari laki-laki sebanyak 22.691 jiwa dan wanita sebanyak 21.466 jiwa (Bappeda

Kab. Lebak, 2005).

Bentuk fisiografi Kecamatan Wanasalam mempunyai bentang lahan

berada pada lereng datar sampai berbukit dengan kemiringan tanah 0-15 persen.

Ketinggian tempat mencapai 0-200 m di atas permukaan laut (dpl). Sebagian

besar lahan mencapai 98,8 persen merupakan dataran rendah (kurang dari 100 m

dpl) meliputi dataran 80,53 persen dan pantai 18,27 persen. Dataran tinggi (lebih

dari 100 m dpl) hanya mencapai 1,2 persen (Bappeda Kab. Lebak, 2005).

Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Wanasalam adalah podsolik,

latosol, alluvial dan regosol yang mempunyai pH 4-7,5. Tingkat kesuburan tanah

secara umum dari tidak subur sampai agak subur dengan tingkat kepekaan

terhadap erosi dari tidak peka sampai sangat peka. Morfologi lahan

bergelombang hingga landai karena berbatasan dengan lautan. Keadaan curah

hujan menurut Schmidt-Ferguson termasuk pada iklim basah yaitu tipe A dan B.

Jumlah curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 2.000-3.000 mm dengan

jumlah hari hujan 122-130 hari hujan per tahun (Bappeda Kab. Lebak, 2005).

Page 50: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

83

Bencana yang perlu mendapat perhatian adalah bencana letusan gunung

api, gempa bumi dan bencana longsor akibat berkembangnya kegiatan pertanian

yang tidak berwawasan konservasi. Berdasarkan kondisi geologi (litologi,

stratigrafi dan struktur geologi), bentuk medan (sudut lereng dan bentuk muka

tanah), curah hujan, tata guna lahan dan kondisi kegempaan, Kecamatan

Wanasalam termasuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah rendah.

Pusat gempa dangkal yang terdekat yang pernah terjadi di sekitar Selat Sunda

dengan magnitude 6-6,9 dan 7-7,9 dengan kedalaman pusat gempa antara 0-65 km

(Bappeda Kab. Lebak, 2005).

Pemanfaatan lahan di Kecamatan Wanasalam didominasi oleh kawasan

budidaya dataran rendah (pertanian lahan basah dan lahan kering) dan kawasan

non budidaya (kawasan pariwisata, pengembangan pelabuhan laut, pemukiman

dan fasilitas umum).

5.1.2 Kependudukan

Kecamatan Wanasalam merupakan daerah pemekaran dari Kecamatan

Malingping pada tahun 2004 yang terdiri dari 12 Desa. Jumlah penduduk tercatat

sebanyak 45.990 jiwa pada tahun 2004 dan 47.823 jiwa pada tahun 2005 dengan

jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Muara dan Wanasalam dengan

kepadatan penduduk masing-masing sebesar 6 jiwa/ha dan 5 jiwa/ha. Rata-rata

kepadatan penduduk di Kecamatan Wanasalam sebesar 3 jiwa/ha. Laju

pertambahan penduduk rata-rata di Kecamatan Wanasalam termasuk kategori

tinggi yaitu sebesar 1,87 persen per tahun (Bappeda Kab. Lebak, 2005).

5.1.3 Komposisi Pendidikan dan Tenaga Kerja

Komposisi penduduk Kecamatan Wanasalam pada tahun 2004

berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang

berpendidikan rendah (Sekolah Dasar) masih dominan mencapai 62,58 persen,

36,53 persen berpendidikan menengah (SMP dan SMU), sedangkan penduduk

yang berpendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) hanya mencapai 0,41 persen.

Berkaitan dengan pengembangan usaha budidaya ikan di KJA, maka salah satu

aspek yang perlu diperhatikan adalah sumber daya manusia petani. Sumber daya

Page 51: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

84

manusia petani yang rendah akan menjadi faktor penghambat. Kegiatan yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan SDM petani dapat dilakukan melalui

kegiatan alih teknologi (Bappeda Kab. Lebak, 2005).

Komposisi penduduk berdasarkan matapencaharian pada tahun 2004

menunjukkan bahwa sektor pertanian (arti luas) merupakan sektor yang paling

banyak menyerap tenaga kerja, dimana sebesar 50,25 persen penduduk adalah

petani. Posisi kedua terbanyak matapencaharian penduduk sebagai buruh

tani/kebun mencapai 19,62 persen. Komposisi penduduk Kecamatan Wanasalam

berdasarkan matapencaharian pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Penduduk Kecamatan Wanasalam berdasarkan Matapencaharian pada Tahun 2004 No Matapencaharian Persentase (%)

1. Petani 50,25

2. Buruh tani/kebun 19,62

3. Buruh bangunan 15,21

4. Pedagang/pengusaha 8,18

5. Nelayan 3,61

6. Industri 1,31

7. PNS/TNI/Polri 1,25

8. Buruh industri 1,31

Jumlah 100,00

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, 2005.

5.2 Gambaran Umum Waduk Cikoncang

Waduk Cikoncang berlokasi di Desa Cipedang Kecamatan Wanasalam.

Waduk ini selesai dibangun pada tahun 1993 dengan luas area 2.252 ha dan

kedalaman mencapai 10-15 m. Waduk Cikoncang termasuk dalam kategori

waduk dataran rendah dengan ketinggian lebih kurang 170 m dpl. Sumber utama

air waduk berasal dari sungai Cikoncang, Cibeureum, Sangiang dan anak sungai

Cipaas, Cikarang, Cikaludan dan Cihaer. Areal waduk mempunyai topografi alam

yang relatif datar dan tidak berbukit-bukit. Sarana penunjang di daerah ini kurang

Page 52: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

85

memadai seperti fasilitas jalan yang rusak, jarak yang cukup jauh dari pasar dan

terminal. Kecamatan Wanasalam dapat ditempuh melalui jalan darat dari

Rangkasbitung dengan menggunakan angkutan umum bus dan mini bus, dari ibu

kota Kecamatan Wanasalam menuju Desa Cipedang dapat ditempuh dengan

kendaraan ojeg atau dengan cara menyewa kendaraan.

Fungsi awal pembangunan waduk Cikoncang adalah sebagai irigasi

pertanian, sediaan air dan pengendali banjir. Pemanfaatan Waduk dalam bidang

perikanan pada awalnya hanya terbatas pada penangkapan ikan, kemudian

berkembang dengan adanya kegiatan pemeliharaan ikan pada keramba jaring

apung pada tahun 2000. Perkembangan jumlah petani ikan jaring apung sampai

dengan tahun 2004 sebanyak empat orang, namun pada tahun 2006 petani ikan

berkurang menjadi satu orang.

Kondisi lingkungan yang ada disekitar waduk Cikoncang adanya pertanian

lahan surut untuk kegiatan bercocok tanam di beberapa daerah hulu sungai.

Selain usaha budidaya pembesaran ikan pada KJA juga hadir usaha penangkapan

ikan dengan bagan terapung dan alat pancing. Bagian hilir bendungan/sungai

banyak dimanfaatkan untuk pertanian sawah. Daya dukung waduk adalah areal

kehutanan dan perkebunan yang masih dominan.

Page 53: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

86

BAB VI. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA

6.1 Analisis Aspek-aspek Studi Kelayakan

Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk menganalisis kelayakan

suatu unit bisnis baik yang berbadan hukum maupun tidak. Hasil analisis

finansial akan lebih bermanfaat dengan dilengkapi dengan analisis aspek-aspek

studi kelayakan yang lain seperti aspek pasar, teknis, manjemen, hukum dan

lingkungan.

6.1.1 Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dilakukan untuk mengamati permintaan, penawaran,

harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan ikan mas dan nila, struktur

pasar dan faktor persaingan usaha. Pangsa pasar ikan mas dan nila di Kabupaten

Lebak cukup prospektif dengan jumlah penduduk sampai dengan tahun 2006

sebanyak 1.202.909 jiwa.

6.1.1.1 Permintaan

Ikan mas dan nila merupakan ikan air tawar yang sudah dikenal oleh

masyarakat. Ikan ini banyak diusahakan melalui budidaya ikan di sawah, kolam

air tenang, kolam air deras maupun di keramba jaring apung. Tingkat permintaan

ikan mas dan nila dapat diketahui dengan cara menganalisis tingkat konsumsi ikan

secara keseluruhan.

Tabel 9. Konsumsi Ikan Per Kapita dan Jumlah Konsumsi Ikan di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2006

Tahun Konsumsi Ikan Per Kapita (kg)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Jumlah Konsumsi Ikan (kg)

2003 13,00 1.122.368 14.590.784,00

2004 13,50 1.125.475 15.193.912,50

2005 14,30 1.176.350 16.821.805,00

2006 16,94 1.202.909 20.377.278,46

Laju (%/tahun) 9,41 2,35 11,99 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007 (diolah)

Berdasarkan data Tabel 9, menunjukkan bahwa jumlah konsumsi ikan di

Kabupaten Lebak setiap tahunnya meningkat dengan laju kenaikan sebesar 11,99

Page 54: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

87

persen per tahun seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi ikan per kapita

dan jumlah penduduk. Kebutuhan konsumsi ikan bagi masyarakat sebagian dapat

dipenuhi melalui peningkatan produksi ikan mas dan nila pada kegiatan usaha

budidaya di KJA.

6.1.1.2 Penawaran

Jumlah penawaran ikan mas dan nila di Kabupaten Lebak diperoleh

berdasarkan data produksi dan jumlah ikan yang masuk dari luar daerah yang

mengalami kenaikan setiap tahunnya. Ikan mas dan nila diproduksi dari berbagai

kegiatan usaha budidaya seperti budidaya kolam air deras, kolam air tenang,

sawah dan jaring apung. Jumlah penawaran ikan mas di Kabupaten Lebak pada

tahun 2006 sebesar 3.613,12 ton, dimana sebanyak 2.372,32 ton masih dipenuhi

dari luar daerah dan sebanyak 1.240,80 ton diproduksi di dalam daerah. Jumlah

penawaran ikan nila pada tahun 2006 sebesar 623,90 ton dapat dipenuhi dari

produksi di dalam daerah (Tabel 10). Berdasarkan data tersebut menunjukkan

bahwa terdapat peluang usaha bagi peningkatan produksi ikan mas dan nila untuk

memenuhi kebutuhan ikan di Kabupaten Lebak.

Tabel 10. Produksi dan Jumlah Ikan Mas dan Nila dari Luar Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006

No Jenis Ikan

Produksi (ton)

Jumlah Ikan yang Masuk ke Kabupaten

Lebak (ton) Jumlah (ton)

1. Mas 1.240,80 2.372,32 3.613,12

2. Nila 623,90 - 632,90

Jumlah 1.864,70 2.372,32 4.246,02

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007.

6.1.1.3 Harga

Harga ikan mas dan nila di tingkat petani cukup beragam per musim

tanamnya. Harga rata-rata ikan mas pada musim tanam pertama dijual dengan

harga Rp. 9.500/kg, musim tanam kedua senilai Rp. 10.000/kg, musim tanam

ketiga senilai Rp. 10.500/kg dan musim tanam keempat senilai Rp.9.500/kg.

Harga ikan mas tertinggi dicapai pada musim tanam (MT) kedua dan ketiga

Page 55: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

88

sekitar bulan April-Juni dan Juli-September, dimana terjadi kenaikan harga ikan

akibat berkurangnya pasokan ikan karena musim kemarau. Harga ikan mas hasil

produksi KJA cukup bersaing dengan harga produk yang sama dari luar daerah,

dimana harga ikan mas dari luar daerah lebih tinggi dengan selisih antara Rp.500-

Rp. 1.000. Harga rata-rata ikan nila pada musim tanam kedua dan keempat

masing-masing dijual dengan harga Rp. 7.500 dan Rp. 7.000 per kilogramnya.

6.1.1.4 Strategi Pemasaran

Menurut Husnan dan Muhamad (2000), bauran pemasaran (marketing mix)

merupakan salah satu strategi pemasaran yang bertujuan agar produk dapat

dipasarkan dan dapat mencapai market share. Komponen-komponen bauran

pemasaran lazim disebut dengan 4p yaitu produk (product), harga (price), saluran

distribusi (place) dan promosi (promotion).

1) Produk

Produk ikan mas dan nila yang dijual disesuaikan dengan kebutuhan pasar

baik dalam ukuran, berkesinambungan, bentuk dan kualitas atau mutu. Ukuran

ikan mas yang dijual berkisar antara 125-250 gram per ekor, sedangkan untuk

ikan nila sekitar 320-500 gram per ekor. Kesinambungan penjualan ikan mas dan

nila perlu ditingkatkan untuk memenuhi permintaaan pasar dengan cara mengatur

pola tanam. Bentuk ikan mas dan nila yang dijual berupa ikan hidup atau ikan

segar sesuai dengan permintaan pasar, sehingga mutu ikan dapat dipertahankan.

2) Harga

Harga produk merupakan salah satu komponen yang perlu diperhatikan

dalam pemasaran agar dapat bersaing dengan produk yang sama. Harga ikan mas

pada tingkat petani yang berasal dari daerah penelitian dijual lebih rendah dari

harga ikan yang berasal dari luar daerah, sehingga memiliki daya saing yang

cukup tinggi.

3) Saluran Distribusi

Distribusi ikan mas dan nila dilakukan dengan cara transportasi ikan

hidup. Ikan yang didistribusikan ke pedagang pengumpul dilengkapi dengan

oksigen, bertujuan untuk menjaga mutu produk. Saluran distribusi penjualan

ikan mas dan nila di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Penjualan

ikan mas dan nila ada yang langsung ke konsumen akhir atau melalui pedagang

Page 56: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

89

pengumpul dan akhirnya ke konsumen akhir. Saluran yang ke tiga yaitu dari

petani ditampung oleh pedagang pengumpul kemudian disalurkan ke pedagang

pengecer dan akhirnya ke konsumen akhir.

Gambar 4. Saluran Distribusi Penjualan Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang.

4) Promosi

Pemerintah Daerah telah berupaya membantu promosi produk perikanan

dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat yaitu melalui

program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) dan pameran pembangunan.

Beberapa kegiatan promosi yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan poster

dan leaflet berisi tentang manfaat ikan dan cara memilih ikan yang aman (food

safety).

6.1.1.5 Perkiraan Penjualan

Perkiraan penjualan ikan mas yang bisa dicapai dari hasil budidaya KJA di

daerah penelitian rata-rata sebanyak 13,43 ton/musim tanam dan ikan nila

sebanyak 1,7 ton/musim tanam, perkiraan penjualan disesuaikan dengan

kemampuan produksi. Produksi ikan mas dan nila baru mampu mengisi

penawaran sebesar 1,33 persen dari total keseluruhan penawaran ikan mas dan

nila sebesar 4.246,02 ton pada tahun 2006.

6.1.1.6 Struktur Pasar

Harga ikan mas dan nila ditentukan oleh skema pasar yaitu permintaan dan

penawaran. Terdapat banyak penjual ikan baik dari dalam daerah dan luar daerah.

Penawaran ikan mas dan nila dari dalam daerah berasal dari budidaya kolam,

sawah dan KJA. Pembeli ikan mas dan nila terdiri dari berbagai kegiatan baik

Petani ikan

Konsumen akhir

Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul

Pedagang pengecer

Page 57: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

90

komersial maupun non komersial seperti rumah makan, pemancingan dan

konsumsi rumah tangga.

6.1.1.7 Persaingan Usaha

Faktor persaingan yang perlu diperhatikan di daerah penelitian yaitu

kegiatan usaha budidaya ikan di kolam dan sawah. Persaingan usaha tersebut

tidak ada permasalahan karena pasar mampu menyerap komoditas ikan mas dan

nila.

6.1.2 Analisis Aspek Teknis

Analisis aspek teknis membahas tentang lokasi kegiatan usaha, luas

produksi, lay out KJA dan pemilihan jenis teknologi dan peralatan serta kegiatan

budidaya. Aspek teknis dapat menguji kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan

nila pada KJA secara teknis dan pengoperasiannya.

6.1.2.1 Lokasi Usaha

Lokasi kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA

di daerah penelitian dipilih berdasarkan pada ketersediaan lahan waduk yang

memadai, yaitu :

1) Sumber air waduk Cikoncang berasal dari aliran sungai sehingga sirkulasi air

dalam kondisi baik.

2) Waduk Cikoncang memiliki kedalaman lebih dari lima meter sesuai dengan

persyaratan minimal kedalaman untuk kegiatan budidaya pada KJA.

3) Waduk Cikoncang terletak di dataran rendah sehingga peluang terjadinya up

welling (umbalan) sangat kecil dibanding dengan waduk yang terletak di

dataran tinggi. Up welling merupakan gejala alam yang mengakibatkan arus

balik dari dasar waduk yang dapat mengapungkan lumpur ke permukaan

perairan, biasanya terjadi pada pergantian musim dari musim kemarau ke

hujan.

4) Pemanfaatan waduk baru mencapai 0,006 persen (1.280 m2) masih di bawah

batas maksimum yang ditetapkan sebesar 10 persen dari luas total areal waduk

seluas 2.252 ha. Penetapan batas maksimum pemanfaatan waduk untuk

kegiatan budidaya ikan bertujuan agar ekosistem perairan tetap lestari dalam

jangka panjang.

Page 58: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

91

5) Waduk Cikoncang merupakan salah satu perairan umum yang dapat

dimanfaatkan oleh setiap orang.

6.1.2.2 Luas Produksi, Produktifitas dan Rencana Produksi

Produksi lima unit KJA di daerah penelitian rata-rata menghasilkan ikan

mas sebanyak 13,43 ton/musim tanam dan ikan nila sebanyak 1,70 ton/musim

tanam. Produksi ikan mas dan nila tertinggi dapat dicapai pada musim tanam ke-4

antara bulan Oktober-Desember yang didukung oleh kualitas dan suplay air yang

baik. Jumlah produksi ikan mas dan nila per musim tanam selama umur

ekonomis KJA sistem jaring kolor dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Produksi Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang per Musim Tanam

No. Jenis Ikan

Produksi (kg)

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Jumlah MT 1 MT2 MT3 MT4 MT 1 MT2 MT3 MT4

1. Mas

13.450

13.420

13.415

13.440

13.455

13.423

13.416

13.442

107.461

2. Nila -

1.740 -

1.750 -

1.741 -

1.753

6.984

Jumlah

13.450

15.160

13.415

15.190

13.455

15.164

13.416

15.195

114.445

Hasil produksi ikan mas dan nila diperoleh pada tiap akhir periode Musim

Tanam (MT). Musim tanam ikan mas dalam satu tahun terdiri dari empat kali,

Periode MT pertama ikan mas antara bulan Januari-Maret, periode MT kedua

antara bulan April-Juni, periode MT ketiga antara bulan Juli-September dan

periode MT keempat antara bulan Oktober-Desember. Siklus produksi ikan mas

di KJA sistem jaring kolor berfluktuasi bergantung pada MT. Akhir periode MT

kedua dan ketiga bertepatan dengan musim kemarau dimana kualitas air menjadi

menurun. Pengaruh negatif penurunan kualitas air menyebabkan produksi ikan

mas rendah. Siklus produksi ikan mas di KJA sistem jaring kolor disajikan pada

Gambar 5.

Page 59: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

92

Siklus Produksi Ikan Nila Per Musim Tanam Selama 2 Tahun

1.740

1.750

1.741

1.753

1.730

1.735

1.740

1.745

1.750

1.755

MT 1 MT 2 MT 1 MT 2

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Prod

uksi

(kg)

Siklus Produksi Ikan Mas Per Musim Tanam Selama 2 Tahun

13.450

13.42013.415

13.440

13.455

13.42313.416

13.442

13.390

13.400

13.410

13.420

13.430

13.440

13.450

13.460

MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 MT 1 MT 2 MT 3 MT 4

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Prod

uksi

(kg)

Gambar 5. Siklus Produksi Ikan Mas Per Musim Tanam Selama 2 Tahun

Musim tanam ikan nila hanya dua kali per tahun, hal ini dikarenakan

pemeliharaan ikan nila tidak intensif pakan sehingga diperlukan waktu yang lebih

lama untuk pemeliharaannya yaitu enam bulan. Periode MT pertama ikan nila

antara bulan Januari-Juni, periode MT kedua antara bulan Juli-Desember. Siklus

produksi ikan nila hampir sama dengan ikan mas berfluktuasi bergantung pada

MT. Akhir periode MT pertama sebagai waktu panen ikan nila bertepatan dengan

musim kemarau dimana kualitas air menjadi menurun. Pengaruh negatif

penurunan kualitas air menyebabkan produksi ikan nila rendah. Siklus produksi

ikan nila di KJA sistem jaring kolor disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Siklus Produksi Ikan Nila Per Musim Tanam Selama 2 Tahun

Page 60: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

93

Produktifitas usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring

kolor dapat diketahui dari perbandingan produksi dengan luas lahan usaha.

Jumlah produksi rata-rata ikan mas dan nila (polikultur) sebesar 14.305,63

kg/tahun dengan luas usaha 1.280 m2. Produktifitas usaha pembesaran ikan mas

dan nila pada KJA sistem jaring kolor di daerah penelitian sebesar 11,18 kg/m2,

namun dibandingkan dengan produktifitas usaha yang sama di waduk Cirata

masih tertinggal jauh. Produktifitas budidaya ikan mas dan nila di waduk Cirata

mencapai 32,14 kg/m2 (Maulana, 2003).

Rencana produksi mengacu pada target maksimum luas usaha yang boleh

digarap sebesar 10 persen dari total areal waduk seluas 2.252 ha yaitu 225,2 ha

(2.252.000 m2). Diperkirakan jumlah produksi ikan mas dengan luasan usaha

2.252.000 m2 mencapai 94.532.367,09 kg/tahun dan ikan nila mencapai

6.144.634,65 kg/tahun dengan asumsi produksi rata-rata ikan mas sebesar

53.730,50 kg/tahun dan ikan nila sebesar 3.492,50 kg/tahun untuk setiap luasan

1.280 m2 (lima unit KJA sistem jaring kolor). Berdasarkan data tersebut serta

mengacu pada data produksi ikan mas dan nila yang masuk dari luar daerah,

menunjukkan bahwa produksi ikan KJA sistem jaring kolor dapat memenuhi

kebutuhan ikan di daerah Kabupaten Lebak bahkan mampu untuk memasok ikan

ke luar daerah. Untuk mencapai produksi sesuai dengan rencana diperlukan

benih ikan mas sebanyak 7.037.520 kg/tahun dan benih ikan nila sebanyak

5.278.140 kg/tahun (asumsi luasan usaha 1.280 m2 dibutuhkan benih rata-rata

ikan mas sebesar 4.000 kg/tahun dan ikan nila sebesar 3.000 kg/tahun). Besarnya

kebutuhan ikan mas dan nila menjadi peluang besar untuk pengembangan unit-

unit usaha pembenihan ikan oleh masyarakat sekitar. Semakin dekatnya sumber-

sumber input dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi.

6.1.2.3 Lay Out Keramba Jaring Apung

Konstruksi keramba jaring apung terdiri dari kerangka jaring, pelampung

dan kantong atau jaring pemeliharaan ikan.

1) Kerangka jaring apung menggunakan bambu dan kayu kaso yang memiliki

daya tahan selama dua tahun. Kerangka bambu berfungsi untuk

menggantungkan kantong jaring dan sebagai tempat pijakan di atas keramba

Page 61: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

94

jaring apung. Kerangka kayu digunakan untuk menjepit pelampung agar tidak

terlepas. Jumlah bambu yang digunakan sebanyak 600 batang per lima unit

KJA dan menggunakan kayu kaso sebanyak 500 batang per lima unit KJA.

2) Pelampung yang digunakan terdiri dari drum plastik. Penggunaan pelampung

bertujuan agar kantong jaring dapat terapung dipermukaan air. Drum plastik

yang digunakan sebanyak 240 buah.

3) Kantong atau jaring digunakan untuk wadah pemeliharaan ikan. Bahan jaring

yang digunakan harus memenuhi syarat kuat dan tahan lama. Bahan jaring

yang digunakan biasanya terbuat dari net nylon atau polyethylene. Jaring yang

digunakan terdiri dari jaring lapisan atas (kolam jaring atas) berukuran

7x7x2,5 m dengan lebar mata jaring 1,27 cm dan jaring lapisan bawah (kolam

jaring bawah/jaring kolor) berukuran 16x16x3 m dengan lebar mata jaring

3,81 cm. Jaring lapisan atas digunakan untuk pemeliharaan ikan mas dan

jaring lapisan bawah digunakan untuk pemeliharaan ikan nila. Setiap unit

KJA terdiri dari empat kolam jaring lapisan atas dan satu kolam jaring lapisan

bawah. Jumlah KJA yang diusahakan sebanyak lima unit terdiri dari 20

kolam jaring atas (980 m2) dan lima kolam jaring bawah/jaring kolor

(1.280 m2).

6.1.2.4 Teknologi dan peralatan

Kegiatan budidaya ikan mas dan nila di daerah penelitian termasuk dalam

kategori budidaya pembesaran ikan. Teknologi pembesaran ikan mas dan nila

yang digunakan di area waduk adalah teknologi keramba jaring apung dilengkapi

kolam jaring atas dan kolam jaring bawah (jaring kolor). Ikan mas dipelihara

pada kolam jaring atas dan ikan nila dipelihara pada kolam jaring bawah.

Perlengkapan yang dipergunakan untuk menunjang kegiatan usaha budidaya ikan

pada KJA yaitu tabung oksigen, plastik bag, serok, ember plastik, baskom plastik

dan perahu.

6.1.2.5 Penggunaan Input

Input yang digunakan pada kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila

di KJA sistem jaring kolor terdiri dari input tetap dan variabel. Input tetap yang

digunakan terdiri dari konstruksi KJA dan perlengkapannya. Jenis input tetap dan

variabel dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 62: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

95

Tabel 12. Jenis Input Tetap dan Variabel yang Digunakan pada Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang

No. Jenis Input I. Input Tetap :

− Bahan jaring − Drum plastik − Bambu − Kayu Kaso − Paku − Tambang − Bandul/pemberat − Jangkar − Rumah jaga − Tabung oksigen − Plastik bag − Serok − Ember dan Baskom plastik − Perahu

II. Input Variabel : − Benih ikan mas dan nila − Pakan − Tenaga kerja − Obat-obatan − Isi ulang oksigen

6.1.2.6 Kegiatan Budidaya

Kegiatan budidaya ikan di daerah penelitian merupakan teknik

pembesaran ikan mas dan nila dengan menggunakan teknik KJA jaring kolor.

KJA tersebut terdiri dari kolam jaring atas dan kolam jaring bawah/jaring kolor.

Kegiatan budidaya pembesaran ikan pada KJA jaring kolor di waduk Cikoncang

dapat dilihat pada Lampiran 1. Tahapan kegiatan pembesaran ikan yaitu tahap

persiapan, penebaran benih, pemberian pakan, pengendalian penyakit, panen dan

penanganan paska panen.

1) Persiapan

Tahap persiapan pembesaran ikan mas dan nila yaitu pengadaan sarana

dan prasarana atau input, penyusunan konstruksi KJA. Penentuan lokasi

tempet peletakan KJA dipilih perairan yang memiliki kedalaman lebih dari

lima meter dan tidak ditempatkan dekat dengan pintu air.

Page 63: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

96

2) Penebaran Benih

Benih ikan mas yang ditebarkan berukuran 5-8 cm atau berumur sekitar

1,5-2 bulan dengan jumlah benih sekitar 50 kg/kolam jaring atas atau sekitar

5.000 ekor/kolam jaring atas (jumlah ikan per kilogram sekitar 100 ekor).

Jumlah benih ikan mas dalam lima unit KJA sebanyak 1.000 kg atau sekitar

100.000 ekor. Benih ikan mas dipelihara selama tiga bulan sampai ikan siap

dipanen. Benih ikan nila yang ditebar mempunyai ukuran 8-12 cm atau

berumur sekitar 2-4 bulan dengan jumlah ikan sekitar 300 kg/kolam jaring

bawah atau sekitar 15.000 ekor/kolam jaring bawah (jumlah ikan per kilogram

sekitar 50 ekor). Jumlah ikan nila dalam lima unit KJA sebanyak 1.500 kg

atau sekitar 75.000 ekor. Lama pemeliharaan benih ikan nila selama enam

bulan sampai ikan siap dipanen. Ikan nila yang dipelihara pada kolam jaring

bawah/kolam jaring kolor tidak diberikan pakan secara langsung, akan tetapi

memanfaatkan sisa pakan ikan mas yang dipelihara pada kolam jaring atas.

Benih ikan mas diperoleh dari luar daerah dengan kisaran harga pada tingkat

petani antara Rp. 22.000 – Rp. 25.000/kg, sedangkan benih ikan nila diperoleh

dari Balai Benih Ikan dan pembenihan masyarakat sekitar dengan harga pada

tingkat petani senilai Rp. 12.500/kg.

3) Pemberian Pakan

Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

kegiatan budidaya ikan, karena pembesaran ikan pada KJA bergantung pada

pemberian pakan tambahan. Pakan yang digunakan berupa pakan

buatan/pellet memiliki sifat terapung sehingga memudahkan dalam melakukan

pengawasan terhadap perkembangan ikan. Pakan yang diberikan memiliki

ukuran sekitar 2 mm. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga

kali dalam sehari yaitu pada waktu pagi, siang dan sore hari. Pakan diberikan

secara langsung pada ikan mas di kolam jaring atas, sedangkan ikan nila hanya

menerima sisa-sisa pakan dari ikan mas. Harga pakan ikan pada tingkat petani

berkisar Rp. 4.200 – Rp. 4.500/kg.

4) Pengendalian Penyakit

Serangan penyakit pada ikan di daerah penelitian jarang terjadi, hal ini

disebabkan kondisi kualitas air waduk masih cukup baik. Penyakit yang

Page 64: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

97

pernah terjadi pada ikan ditandai kulit luka memerah dan sisik pada luka

terlepas diakibatkan oleh bakteri Aeromonas hydrophiladan. Pengobatan

dapat dilakukan dengan cara penyuntikan dengan Terramycine 25-30 mg/kg

ikan, diulang tiga hari sekali sebanyak tiga kali ulangan atau dengan cara

mencampur pakan dengan Terramycine 50 mg/kg ikan/hari selama 7-10 hari.

5) Panen dan Penanganan Pasca Panen

Panen ikan mas dilakukan sampai usia pemeliharaan selama tiga bulan

dan ikan nila selama enam bulan. Panen ikan dilakukan pada pagi hari untuk

menjaga kondisi ikan tetap segar. Ikan yang akan dipanen dipuasakan selama

satu hari dengan tujuan agar pada saat pendistribusian ikan tidak banyak

mengeluarkan kotoran yang dapat menyebabkan racun. Panen ikan dilakukan

dengan cara mengangkat jaring sehingga dapat mempermudah penangkapan

ikan, kemudian dilakukan penimbangan. Ikan mas didistribusikan dengan

cara memasukan ikan kedalam plastik yang diberi air bersih dan oksigen,

sedangkan ikan nila memiliki kondisi fisik lebih kuat dimasukan ke dalam

drum plastik yang diberi air tanpa oksigen.

6.1.3 Analisis Aspek Manajemen

Aspek manajemen yang dianalisis meliputi struktur organisasi, spesifikasi

tenaga kerja, wewenang dan tanggung jawab, kebutuhan upah dan pelaksana

kegiatan usaha dan jadwal kegiatan usaha. Struktur organisasi petani pengelola

kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA hanya terdiri atas ketua

dan anggota. Petani pemilik merangkap sebagai ketua, pemilik modal dan

pengelola keuangan, sedangkan tenaga kerja yang berjumlah tiga orang sebagai

anggota. Ketua memiliki wewenang dan bertanggung jawab atas kelancaran

kegiatan budidaya baik secara teknis dan keuangan secara keseluruhan. Tenaga

kerja memiliki pengalaman dalam kegiatan budidaya di kolam dan sawah.

Tenaga kerja memiliki tanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan pembesaran

ikan pada KJA secara teknis. Pelaksanaan kegiatan usaha pembesaran ikan mas

dilaksanakan selama tiga bulan dan ikan nila selama enam bulan. Jadwal kegiatan

usaha pembesaran ikan meliputi jadwal pemberian pakan dan memeriksa

Page 65: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

98

persediaan pakan, pengawasan adanya gangguan atau kerusakan pada jaring

dengan cara membagi jadwal penjagaan.

6.1.4 Analisis Aspek Hukum

Aspek hukum yang dianalisis terdiri dari bentuk badan usaha dan izin

usaha. Bentuk badan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di daerah

penelitian merupakan badan usaha perorangan. Sesuai dengan Peraturan Daerah

Propinsi Banten Nomor 6 Tahun 2004 tentang Izin Usaha Perikanan dinyatakan

bahwa setiap usaha perikanan yang berdomisili di Propinsi Banten wajib memiliki

izin. Usaha pembudidayaan ikan pada Keramba Jaring Apung yang memiliki

lebih dari empat unit diwajibkan memiliki izin dan dikenakan retribusi sebesar

Rp. 14.000/unit/tahun, dengan asumsi satu unit = 4x(7x7x2,5m3). Usaha KJA

yang luasnya 2,5 ha atau lebih, atau jumlahnya 500 unit atau lebih wajib

dilengkapi dengan analisis Dampak Lingkungan.

6.1.5 Analisis Aspek Lingkungan

Pemeliharaan ikan mas dan nila pada KJA di waduk memiliki dampak

positif dan negatif terhadap lingkungan perairan dan masyarakat sekitar waduk.

Dampak positif terhadap masyarakat yaitu dapat terserapnya tenaga kerja baru dan

ekonomi masyarakat dapat diberdayakan mulai dari tingkat petani pembenih,

pembesaran dan penjual serta pemilik sarana transportasi. Dampak positif

terhadap lingkungan yaitu terpeliharanya kelestarian sumber daya ikan di perairan

waduk karena kegiatan perikanan tidak bergantung pada penangkapan ikan. Sisa-

sisa pakan dari KJA dapat dimanfaatkan sebagai makanan bagi ikan-ikan yang

hidup bebas di luar area KJA.

Dampak negatif dari adanya kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila

pada KJA di waduk masih dalam batas kewajaran. Populasi unit KJA masih

sedikit sehingga tidak berpengaruh buruk terhadap kualitas air.

6.1.6 Analisis Aspek Finansial/Keuangan

Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantitatif

usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor. Analisis

Page 66: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

99

finansial dilakukan pada ikan mas sebagai komoditas utama yang dipelihara pada

kolam jaring atas dan ikan nila sebagai komoditas tambahan yang dipelihara pada

kolam jaring kolor/jaring bawah. Untuk menganalisis aspek finansial diperlukan

analisis biaya dan manfaat, nilai arus tunai (cash flow), kemudian dapat dihitung

beberapa kriteria investasi yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Analisis kriteria

investasi sebagai ukuran tentang layak tidaknya kegiatan usaha dilihat dari segi

keuangan (Ibrahim, 2003). Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis

finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor,

yaitu :

1) Umur ekonomis sekitar dua tahun berdasarkan kegunaan konstruksi KJA

secara ekonomis

2) Pola tanam usaha pembesaran ikan mas sebanyak empat kali musim tanam per

tahun dan ikan nila sebanyak dua kali musim tanam per tahun. Masa

pemeliharaan ikan mas selama tiga bulan dan ikan nila selama enam bulan.

3) Biaya investasi dikeluarkan dalam satu tahun yaitu pada tahun ke nol

4) Tingkat suku bunga ditetapkan sebesar 13 persen sesuai dengan rata-rata

tingkat suku bunga kredit yang berlaku saat ini di Bank Umum

5) Modal investasi yang digunakan berasal dari modal pribadi pemilik

6.1.6.1 Analisis Biaya

Biaya kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila meliputi biaya

investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi yang diperhitungkan

dalam arus tunai (cash flow) terdiri dari :

1) Biaya investasi awal yang dikeluarkan pada tahun ke nol

2) Biaya reinvestasi yang muncul pada saat proyek berjalan.

Biaya investasi awal terdiri atas biaya investasi kolam jaring atas dan

bawah serta biaya investasi perlengkapan. Perhitungan biaya investasi awal untuk

lima unit KJA sistem jaring kolor dapat dilihat pada Tabel 13. Biaya investasi

awal terbesar berasal dari biaya pembangunan konstruksi kolam jaring atas senilai

Rp. 38.252.500. Total biaya investasi awal untuk lima unit KJA sistem jaring

kolor sebesar Rp. 60.437.500.

Page 67: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

100

Tabel 13. Perhitungan Biaya Investasi 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor

No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Unit

Harga Satuan (Rp.)

Jumlah Biaya (Rp.)

1 2 3 4 5 6=4x5 I. Biaya Investasi Kolam

Jaring Atas

1 Drum plastic buah 240 13.000 3.120.000 2 Bambu batang 600 3.000 1.800.000 3 Kayu kaso batang 500 3.500 1.750.000 4 Bahan jarring atas kg 500 45.000 22.500.0005 Paku kg 175 7.500 1.312.5006 Tambang kg 90 25.000 2.250.000 7 Bandul/pemberat buah 80 17.500 1.400.000 8 Jangkar buah 8 65.000 520.000 9 Biaya pengerjaan (5 hari) orang 4 30.000 600.000 10 Rumah Jaga unit 1 3.000.000 3.000.000

Jumlah I 38.252.500 II. Biaya Investasi Kolam

Jaring Bawah/Kolor 1 Bahan jarring kolor kg 250 45.000 11.250.0002 Tambang kg 60 25.000 1.500.000 3 Bandul/pemberat buah 40 17.500 700.000 4 Biaya pengerjaan (2 hari) orang 4 30.000 240.000

Jumlah II 13.690.000 III. Biaya Investasi

Perlengkapan 1 Tabung oksigen berat kotor

75kg buah 4 950.000 3.800.000

2 Plastik bag kg 5 22.500 112.500 3 Serok buah 5 12.500 62.500 4 Ember plastik buah 2 5.000 10.000 5 Baskom plastik buah 2 5.000 10.000 6 Perahu unit 1 4.500.000 4.500.000

Jumlah III 8.495.000 Jumlah Total 60.437.500

Biaya pengadaan bahan jaring merupakan komponen biaya investasi awal

terbesar. Tingginya biaya investasi dikarenakan komponen utama konstruksi KJA

seperti bahan jaring dan jangkar berasal dari luar daerah.

Tabel 14. Perhitungan Biaya Reinvestasi Perlengkapan

No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Unit

Harga Satuan (Rp.)

Jumlah Biaya (Rp.)

1 2 3 4 5 6=4x5 1 Plastik bag kg 5 22.500 112.500 2 Serok buah 5 12.500 62.500 3 Ember plastik buah 2 5.000 10.0004 Baskom plastik buah 2 5.000 10.000

Jumlah 195.000

Page 68: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

101

Total biaya reinvestasi yang diperhitungkan dalam arus tunai pada tahun

ke dua sebesar Rp. 195.000. Perhitungan biaya reinvestasi usaha pembesaran ikan

mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor ditampilkan pada Tabel 14.

Tabel 15. Perhitungan Biaya Variabel Tahun Ke-1 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor

No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Unit

Harga Satuan (Rp.)

Jumlah Biaya (Rp.)

1 2 3 4 5 6=4x5 I. Musim Tanam 1 : 1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 22.000 22.000.000 3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.300 18.450.000 5 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000 Jumlah I 132.695.000

II. Musim Tanam 2 : 1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 23.000 23.000.000 3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila - - - - 5 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000

8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000 Jumlah II 115.145.000

III. Musim Tanam 3 : 1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 25.000 25.000.000 3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.500 18.750.000 5 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000 Jumlah 3 135.995.000

IV. Musim Tanam 4 : 1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 24.000 24.000.000 3 Upah TK (3 orang) org/bulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila - - - -5 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000 Jumlah 4 116.145.000

Total Biaya Variabel Tahun ke-1 499.980.000

Page 69: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

102

Komponen biaya yang diperhitungkan dalam biaya reinvestasi merupakan

komponen-komponen yang memiliki umur kegunaannya kurang dari dua tahun.

Biaya reinvestasi muncul pada awal tahun ke dua yaitu untuk mengganti biaya

perlengkapan yang mengalami kerusakan.

Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pembelian benih ikan mas dan

nila, pakan dan upah tenaga kerja, biaya angkut benih, obat-obatan, upah panen

dan isi ulang oksigen. Rincian perhitungan biaya variabel tahun pertama usaha

pembesaran ikan mas dan nila pada 5 unit KJA Sistem Jaring Kolor disajikan

pada Tabel 15.

Berdasarkan perhitungan biaya variabel pada tahun pertama menunjukkan

bahwa komponen terbesar biaya variabel berasal dari pembelian pakan mencapai

Rp. 84.000.000/musim tanam. Biaya pakan menyumbang 74,67 persen atau Rp.

336.000.000 terhadap total biaya variabel pada tahun pertama. Besarnya biaya

pakan dikarenakan pemeliharaan ikan mas di KJA memerlukan intensifikasi

pemberian pakan buatan dan adanya keterbatasan ruang gerak ikan mas untuk

mencari makanan tambahan alami. Komponen kedua terbesar biaya variabel yaitu

biaya benih ikan mas dan nila mencapai 26,24 persen atau Rp.131.200.000 dari

total biaya variabel pada tahun pertama.

Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa biaya variabel pada tahun

kedua mengalami peningkatan sebesar 4,8 persen atau meningkat menjadi Rp.

523.980.000. Peningkatan biaya variabel tahun kedua dipengaruhi oleh kenaikan

harga pakan sebesar 7,14 persen dari Rp. 4.200/kg menjadi Rp. 4.500/kg. Harga

benih ikan mas tertinggi dicapai pada musim tanam ketiga dan keempat karena

awal musim tanam sekitar bulan Juli dan Oktober sudah memasuki musim

kemarau, dimana pasokan benih berkurang yang menyebabkan harga benih

menjadi naik. Kenaikan harga benih ikan mas tertinggi pada MT ketiga yaitu dari

harga Rp.23.000/kg menjadi Rp. 25.000/kg atau mengalami kenaikan sebesar 8,69

persen. Sedangkan benih ikan nila mengalami kenaikan sebesar 1,63 persen dari

harga Rp. 12.300/kg menjadi Rp. 12.500/kg.

Page 70: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

103

Tabel 16. Perhitungan Biaya Variabel Tahun ke-2 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor

No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Unit

Harga Satuan (Rp.)

Jumlah Biaya (Rp.)

1 2 3 4 5 6=4x5 I. Musim Tanam 1 : 1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 22.000 22.000.000 3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.300 18.450.000 5 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000 Jumlah I 138.695.000

II. Musim Tanam 2 : 1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 23.000 23.000.000 3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000 4 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000 5 Benih Ikan Nila - - - 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000 Jumlah II 121.145.000

III. Musim Tanam 3 : 1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 25.000 25.000.000 3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000 4 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000 5 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.500 18.750.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000 Jumlah 3 141.995.000

IV. Musim Tanam 4 : 1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 24.000 24.000.000 3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila - - - - 5 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000 Jumlah 4 122.145.000

Total Biaya Variabel Tahun ke-2 523.980.000

Menurut Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo (1996), tujuan

utama perhitungan penyusutan adalah untuk memperhitungkan penurunan

kegunaan aktiva tetap karena pemakaian dan untuk menentukan jumlah

Page 71: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

104

keuntungan yang diperoleh perusahaan. Semua aktiva tetap kecuali tanah hanya

akan memberikan manfaat dalam suatu jangka waktu tertentu. Pemakaian aktiva

tetap yang terus menerus merupakan elemen yang menyebabkan terjadinya

penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus

yaitu menghitung selisih antara nilai perolehan dengan jumlah perkiraan nilai sisa

dibagi umur kegunaanya. Perkiraan biaya penyusutan KJA sistem jaring kolor

dan perlengkapannya sebesar Rp. 11.951.250/tahun. Nilai sisa yang diharapkan

pada akhir masa kegunaan KJA sebesar Rp.10.715.000. Bahan jaring merupakan

komponen terbesar penyumbang biaya penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan

dan perkiraan nilai sisa per tahun dari lima unit KJA sistem jaring kolor

ditampilkan pada Tabel 17.

Tabel 17. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa per Tahun dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor

No. Komponen Biaya Penyusutan

Umur Kegunaan (Tahun)

Nilai Perolehan

(Rp.)

Jumlah Perkiraan

Nilai Sisa(Rp.)

Perkiraan Penyusutan

(Rp./th)

1 2 3 4 5 6=(4-5)/3 I. Kolam Jaring Atas 1 Drum plastic 5 3.120.000 960.000 432.000 2 Bambu 2 1.800.000 - 900.000 3 Kayu kaso 2 1.750.000 - 875.000 4 Bahan jarring atas 5 22.500.000 5.000.000 3.500.000 5 Paku 2 1.312.500 - 656.250 6 Tambang 2 2.250.000 450.000 900.000 7 Bandul/pemberat 5 1.400.000 400.000 200.000 8 Jangkar 5 520.000 80.000 88.000 9 Rumah Jaga 5 3.000.000 300.000 540.000

Jumlah I 7.190.000 8.091.250 II. Kolam Jaring Bawah 1 Bahan jarring kolor 5 11.250.000 2.500.000 1.750.000 2 Tambang 2 1.500.000 300.000 600.000 3 Bandul/pemberat 5 700.000 200.000 100.000

Jumlah II 3.000.000 2.450.000 III. Perlengkapan

1 Tabung oksigen berat kotor 75kg 10

3.800.000

400.000 340.000

2 Plastik bag 1 112.500 - 112.500 3 Serok 1 62.500 - 62.500 4 Ember plastik 1 10.000 - 10.000 5 Baskom plastik 1 10.000 - 10.000 6 Perahu 5 4.500.000 125.000 875.000

Jumlah III 525.000 1.410.000 Jumlah Total 10.715.000 11.951.250

Page 72: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

105

Komponen biaya tetap yang masuk ke dalam perhitungan arus tunai usaha

pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor terdiri dari retribusi

izin usaha perikanan dan biaya perawatan jaring. Retribusi dibebankan sebesar

Rp. 14.000/jaring/tahun. Biaya perawatan jaring dikeluarkan setiap kali selesai

panen ikan yaitu sebayak empat kali per tahunnya.

Perawatan jaring dikerjakan oleh tiga orang pekerja selama dua hari yang

dibayar berdasarkan upah harian. Besaran biaya perawatan jaring sebanyak empat

kali yaitu Rp. 840.000. Total biaya tetap yang diperhitungakan dalam arus tunai

sebesar Rp. 910.000/tahun. Rincian biaya tetap yang dapat diperhitungkan per

tahunnya ditampilkan pada Tabel 18.

Tabel 18. Perhitungan Biaya Tetap per Tahun

No. Komponen Biaya Jumlah (Rp./th)

1 Retribusi Izin Usaha Perikanan (5 unit x @ Rp. 14.000) 70.000 2 Biaya Perawatan Jaring (3 org x 2 hr x @ Rp. 35.000) x 4 MT 840.000 Jumlah Biaya Tetap 910.000

Keterangan : MT = Musim Tanam

6.1.6.2 Analisis Manfaat

Analisis finansial usaha lebih menitik beratkan pada financial benefit atau

manfaat yang dapat di nilai dengan uang (tangible benefit). Manfaat yang dapat

diperoleh dari kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem

jaring kolor di peroleh dari penerimaan hasil penjualan ikan mas dan nila dari lima

unit KJA. Penerimaan penjualan ikan mas sebanyak dua kali dan penerimaan

penjualan ikan nila sebanyak satu kali untuk dua kali musim tanam.

Penerimaan hasil usaha penjualan ikan mas sebanyak empat kali per tahun

dan ikan nila sebanyak dua kali pertahun. Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan

bahwa penerimaan total usaha pada tahun pertama sebesar Rp. 555.812.000.

Penerimaan usaha terbesar diperolah dari penjualan ikan mas pada musim tanam

ketiga yaitu sebesar Rp. 140.857.500 yang dipengaruhi oleh harga jual ikan yang

tinggi di tingkat petani mencapai Rp. 10.500/kg. Kegiatan panen ikan mas pada

musim tanam ketiga sekitar bulan September bertepatan dengan musim kemarau

Page 73: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

106

dimana harga ikan menjadi meningkat karena persediaan ikan mas di pasar

semakin sedikit. Penerimaan hasil penjualan ikan nila pada musim tanam ikan

kedua sekitar bulan Juni cukup tinggi sebesar Rp. 13.050.000, hal ini dipengaruhi

oleh harga ikan nila yang cukup tinggi ditingkat petani yaitu Rp. 7.500/kg.

Tabel 19. Perhitungan Penerimaan Tahun Ke-1 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor

No. Komponen Penerimaan

Harga Satuan (Rp./kg)

Produksi (kg) Jumlah (Rp.)

1 2 3 4 5=3x4 I. Musim Tanam 1 : 1 Ikan Mas 9.500 13.450 127.775.000 2 Ikan Nila - - -

Jumlah 1 13.450 127.775.000 II. Musim Tanam 2 : 1 Ikan Mas 10.000 13.420 134.200.000 2 Ikan Nila 7.500 1.740 13.050.000

Jumlah 2 15.160 147.250.000 III. Musim Tanam 3 : 1 Ikan Mas 10.500 13.415 140.857.500 2 Ikan Nila - - -

Jumlah 3 13.415 140.857.500 IV. Musim Tanam 4 :

1 Ikan Mas 9.500 13.440 127.680.000 2 Ikan Nila 7.000 1.750 12.250.000

Jumlah 4 15.190 139.930.000 Jumlah Total 57.215 555.812.500

Perhitungan penerimaan usaha pada tahun kedua dari lima unit KJA dapat

ditampilkan pada Tabel 20. Berdasarkan perhitungan penerimaan pada tahun

kedua menunjukkan bahwa total penerimaan usaha pada tahun kedua sebesar Rp.

557.695.000 atau mengalami peningkatan dibandingkan hasil penerimaan pada

tahun pertama sebesar 0,34 persen. Peningkatan hasil penerimaan dipengaruhi

oleh meningkatnya hasil produksi ikan mas dan nila pada tahun kedua sebanyak

57.230 kg.

Page 74: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

107

Tabel 20. Perhitungan Penerimaan Tahun Ke-2 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor

No. Komponen Penerimaan

Harga Satuan (Rp./kg) Produksi (kg) Jumlah

(Rp.) 1 2 3 4 5=3x4 I. Musim Tanam 1 : 1 Ikan Mas 9.500 13.455 127.822.500 2 Ikan Nila - - -

Jumlah 1 13.455 127.822.500 II. Musim Tanam 2 : 1 Ikan Mas 10.000 13.423 134.230.000 2 Ikan Nila 8.000 1.741 13.928.000

Jumlah 2 15.164 148.158.000 III. Musim Tanam 3 : 1 Ikan Mas 10.500 13.416 140.868.000 2 Ikan Nila - - -

Jumlah 3 13.416 140.868.000 IV. Musim Tanam 4 :

1 Ikan Mas 9.500 13.442 127.699.000 2 Ikan Nila 7.500 1.753 13.147.500

Jumlah 4 15.195 140.846.500 Jumlah Total 57.230 557.695.000

Harga jual ikan mas mengalami penurunan tertinggi terjadi pada MT

keempat yaitu 9,52 persen dari harga awal Rp. 10.500/kg menjadi Rp. 9.500/kg,

sedangkan harga ikan nila mengalami penurunan tertinggi pada tahun pertama

sebesar Rp. 500/kg atau 7,14 persen. Penurunan produksi ikan mas tertinggi

terjadi pada MT kedua tahun pertama sebesar 0,24 persen dari produksi awal

sebanyak 13.455 kg menjadi 13.423 kg, sedangkan produksi ikan nila mengalami

penurunan produksi mencapai 0,68 persen dari produksi awal 1.753 kg menjadi

1.741 kg.

6.1.6.3 Nilai Arus Tunai (Cash Flow)

Menurut Ibrahim (2003), perkiraan nilai arus penerimaan dan pengeluaran

kas perlu dilakukan untuk menghitung suatu kriteria investasi. Nilai arus tunai

atau cash flow terdiri dari arus penerimaan kas (cash inflow) dan arus pengeluaran

kas (cash aut flow). Perhitungan nilai arus tunai dilakukan terhadap usaha

pembesaran ikan mas sebagai komoditas utama dan ikan nila sebagai komoditas

tambahan pada KJA sistem jaring kolor. Arus penerimaan kas meliputi nilai

produksi total dan nilai sisa, sedangkan arus pengeluaran kas terdiri dari biaya

Page 75: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

108

investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Nilai produksi ikan mas dan nila

diperoleh dari hasil penjualan ikan mas dan nila pada harga tingkat petani. Nilai

sisa diperoleh dari nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap konstruksi KJA

sistem jaring kolor pada akhir masa kegunaannya.

Biaya investasi usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem

jaring kolor yaitu biaya pembuatan konstruksi KJA serta biaya pengadaan sarana

dan prasarana pendukung. Biaya tetap merupakan biaya retribusi izin usaha

perikanan dan biaya perawatan jaring per tahun. Biaya variabel terdiri dari biaya

pembelian pakan, benih ikan mas dan nila, upah tenaga kerja, biaya angkut benih,

obat-obatan, upah panen dan isi ulang oksigen yang dihitung per musim tanam.

Arus penerimaan kas diperoleh dari komponen penjualan hasil produksi

ikan mas dan nila serta perkiraan nilai sisa aktiva tetap KJA sistem jaring kolor

pada akhir umur ekonomisnya. Biaya-biaya yang dapat diperhitungkan dalam

pengeluaran kas teridiri dari biaya investasi dan reinvestasi, biaya tetap dan biaya

variabel.

Tabel 21. Nilai Arus Tunai Tahun ke 1 Usaha Pembesaran Ikan Mas pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen

No Uraian Tahun Nol

(Rp.) Tahun ke 1 (Rp.)

MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 1 Arus Penerimaan

Kas (Cash Inflow) a. Nilai Produksi - 127.775.000 147.250.000 140.857.500 139.930.000 b. Nilai Sisa Aktiva

Tetap - - - - -

Jumlah Cash Inflow

- 127.775.000 147.250.000 140.857.500 139.930.000

2 Arus Pengeluaran Kas (Cash Outflow)

a. Biaya Investasi -60.437.500 - - - - b. Biaya Tetap - - - - 910.000 c. Biaya Variabel

per Musim Tanam - 132.695.000 115.145.000 135.995.000 116.145.000

Jumlah Cash Outflow

- 60.437.500 132.995.000 115.145.000 135.995.000 117.055.000

3 Net Benefit Sebelum Pajak -60.437.500 -4.920.000 32.105.000 4.862.500 22.875.000

4 Pajak 10% - - 2.718.500 486.250 2.287.500 5 Net Benefit Setelah

Pajak -60.437.500 -4.920.000 29.386.500 4.376.250 20.587.500

Berdasarkan Tabel 21 mengenai perhitungan arus tunai di tahun pertama,

menunjukkan bahwa penerimaan musim tanam pertama dan ketiga diperoleh dari

hasil penjualan ikan mas, sedangkan penerimaan pada musim tanam kedua dan

Page 76: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

109

keempat diperoleh dari hasil penjualan dua komoditas yaitu ikan mas dan nila

sehingga akan menghasilkan penerimaan yang lebih tinggi. Penerimaan pada

musim tanam kedua dan keempat masing-masing sebesar Rp. 147.250.000 dan

Rp. 139.930.000. Namun penerimaan dari hasil penjualan ikan mas dan nila pada

musim tanam keempat lebih rendah dibandingkan penerimaan pada musim tanam

ketiga yang mencapai Rp. 140.857.500. Rendahnya penerimaan di musim tanam

keempat disebabkan oleh rendahnya harga ikan di pasaran yaitu masing-masing

senilai Rp. 9.500/kg untuk ikan mas dan Rp. 7.000/kg untuk ikan nila. Arus

pengeluaran kas terbesar terjadi pada musim tanam kesatu dan ketiga masing-

masing sebanyak Rp. 132.995.000 dan Rp. 135.995.000. Hal ini terjadi karena

ada tambahan biaya benih ikan nila. Manfaat bersih setelah pajak tahun kesatu

musim tanam pertama masih bernilai negatif, kemudian musim tanam kedua

sampai dengan musim tanam keempat manfaat bersih atau keuntungan bernilai

positif. Perhitungan nilai arus tunai usaha di tahun kedua ditampilkan pada Tabel

22.

Tabel 22. Nilai Arus Tunai Tahun ke 2 Usaha Pembesaran Ikan Mas pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen

No Uraian Tahun ke 2 (Rp.) MT 1 MT 2 MT 3 MT 4

1 Arus Penerimaan Kas (Cash Inflow)

a. Nilai Produksi 127.822.500 148.158.000 140.868.000 140.846.500 b. Nilai Sisa Aktiva

Tetap - - - 10.715.000 Jumlah Cash Inflow 127.822.500 148.158.000 140.868.000 151.561.500

2 Arus Pengeluaran Kas (Cash outflow)

a. Biaya Investasi 195.000 - - - b. Biaya Tetap - - - 910.000 c. Biaya Variabel per

Musim Tanam 138.695.000

121.145.000

141.995.000

122.145.000 Jumlah Cash Outflow 139.190.000 121.145.000 141.995.000 123.055.000

3 Net Benefit Sebelum Pajak -11.067.500

27.013.000 -1.127.000

28.506.500

4 Pajak 10% - 1.594.550 - 2.737.950 5 Net Benefit Setelah

Pajak -11.067.500 25.418.450 -1.127.000 25.768.550

Berdasarkan Tabel 22 mengenai perhitungan arus tunai di tahun kedua,

menunjukkan bahwa penerimaan terbesar dicapai pada musim tanam kedua dan

keempat masing-masing sebesar Rp. 148.158.000 dan Rp. 151.561.500. Besarnya

Page 77: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

110

penerimaan ini merupakan hasil penjualan ikan mas dan nila serta ada

peningkatan produksi ikan. Pengeluaran kas terbanyak terjadi pada musim tanam

kesatu sebesar Rp. 139.190.000 dan musim tanam ketiga sebesar Rp. 141.995.000

karena adanya tambahan biaya benih ikan nila. Manfaat bersih pada musim tanam

kesatu dan ketiga masih bernilai negatif yang berarti bahwa biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk usaha pembesaran ikan mas dan nila di KJA masih lebih besar

dari penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan ikan. Penerimaan pada

musim tanam kedua dan keempat menghasilkan manfaat bersih yang bernilai

positif.

6.1.6.4 Proyeksi Laba/Rugi

Menurut Ibrahim (2003), analisis finansial membahas proyeksi laba/rugi

yang bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan dari suatu proyek atau usaha

yang akan dilaksanakan. Berdasarkan perhitungan proyeksi laba/rugi pada Tabel

23 menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan di KJA sistem jaring kolor

memperoleh laba. Laba terbesar diperoleh pada tahun kesatu sebesar Rp.

39.493.125 setelah dipotong pajak. Rendahnya perolehan laba pada tahun kedua

disebabkan oleh adanya peningkatan yang cukup besar terhadap biaya pakan dan

benih yang merupakan komponen utama dalam struktur biaya variabel,

peningkatan biaya variabel tidak diimbangi dengan penerimaan usaha yang besar.

Proyeksi laba/rugi untuk usaha pembesaran ikan pada KJA sistem jaring kolor

dilakukan per tahun selama umur ekonomisnya disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23. Proyeksi Laba/Rugi Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Sistem Jaring Kolor

No. Uraian Tahun ke 1 Tahun ke 2

1. Penerimaan Usaha 555.812.500 557.695.0002. Biaya-biaya :

- Biaya Reinvestasi - Biaya Penyusutan per Tahun - Biaya Variabel

11.951.250499.980.000

195.00011.951.250

523.980.0003. Laba/Rugi Sebelum Pajak 10 % 43.881.250 21.568.7504. Laba/Rugi Setelah Pajak 10 % 39.493.125 19.411.875

Page 78: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

111

6.1.6.5 Net Profit Margin (NPM)

Berdasarkan laba bersih yang diperoleh usaha KJA sistem jaring kolor ini

dapat diketahui Net Profit Margin yaitu rasio yang menggambarkan tingkat

keuntungan yang diperoleh unit usaha dibandingkan dengan pendapatan yang

diterima dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi nilai NPM maka semakin

tinggi pula profitabilitas suatu usaha (Dendawijaya, 2000). Nilai NPM usaha

pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor selama dua tahun

sebesar 5,3 persen. Kemampuan usaha pembesaran ikan ini dalam menghasilkan

laba dari kegiatan usaha pokok sebesar 5,3 persen.

6.1.6.6 Net Present Value (NPV)

Menurut Ibrahim (2003), apabila hasil NPV lebih besar dari nol

menunjukkan bahwa suatu usaha/proyek feasible (layak) untuk dilaksanakan.

Berdasarkan kriteria NPV menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan mas dan

nila layak untuk dilaksanakan karena mempunyai prospek yang menguntungkan.

Tabel 24, menampilkan data mengenai usaha pembesaran ikan mas dan nila yang

dipelihara di KJA sistem jaring kolor dengan luas usaha 1.280 m2 pada tingkat

suku bunga (discount rate) 13 persen yang memberikan manfaat bersih (Net

Present Value) setelah pajak yaitu sebesar Rp. 15.578.956.

Tabel 24. Nilai Present Value (NPV) dan Net B/C dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen

No Uraian Net Benefit

Setelah Pajak (Rp.)

Diskon Faktor 13 %

PV DF 13 % (Rp.)

Net B/C

1 Tahun Nol -60.437.500 1 -60.437.500 2 Tahun Ke-1 :

MT 1 MT 2 MT 3 MT 4

-4.920.00029.386.5004.376.250

20.587.500

0,969900,940720,912420,88496

-4.771.908

27.644.468 3.992.978

18.219.114

3 Tahun Ke-2 : MT 1 MT 2 MT 3 MT 4

-11.067.50025.418.450-1.127.00025.768.550

0,858320,832490,807440,78315

-9.499.457 21.160.605

-909.985 20.180.640

Jumlah NPV = 15.578.956 1,206

Page 79: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

112

Nilai NPV usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring

kolor di daerah penelitian masih tergolong kecil dibandingkan dengan usaha

pembesaran ikan dengan teknologi yang sama di daerah Kabupaten Cianjur yang

mencapai Rp. 193.073.372,67 (Maulana, 2003). Rendahnya nilai NPV di daerah

penelitian diantaranya disebabkan tingginya biaya pengadaan sarana dan

prasarana konstruksi KJA, biaya pakan serta biaya benih ikan mas.

6.1.6.7 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Menurut Ibrahim (2003), Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan

antara manfaat bersih yang telah didiskontokan yang bernilai positif dengan

manfaat bersih yang telah didiskontokan yang bernilai negatif. Berdasarkan Tabel

24 menunjukkan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring

kolor dengan tingkat suku bunga 13 persen adalah sebesar 1,204. Makna angka

ini menjelaskan bahwa setiap tambahan pengeluaran satu rupiah dalam biaya

produksi variabel akan menghasilkan tambahan keuntungan bersih sebesar Rp.

1,204 yang akan diperoleh setiap musim tanam. Berdasarkan kriteria Net B/C,

usaha pembesaran ikan mas dan nila layak untuk dilaksanakan pada KJA sistem

jaring kolor karena memiliki Nilai Net B/C lebih besar dari satu. Penambahan

biaya produksi variabel di daerah penelitian hanya memberikan keuntungan bersih

yang kecil dibandingkan dengan usaha pembesaran ikan yang sama di Waduk

Cirata dengan nilai Net B/C sebesar 5,63 (Maulana, 2003).

6.1.6.8 Internal Rate of Return (IRR)

Nilai IRR menggambarkan persentase pendapatan rata-rata yang dapat

diperoleh dari modal yang diinvestasikan setiap tahun selama umur kegunaan

suatu kegiatan usaha (Ibrahim, 2003). Perkiraan nilai IRR diperoleh dengan cara

mencoba menghitung terhadap nilai suku bunga (i) terdiskonto untuk

mendapatkan nilai NPV yang bernilai positif dan negatif mendekati nol. Nilai

IRR usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor

berdasarkan eksplorasi data untuk diskon faktor 13, 37 dan 38 persen.

NPV bernilai positif terkecil berada pada tingkat diskon faktor 37 persen

dan NPV bernilai negatif terkecil berada pada diskon faktor 38 persen.

Perhitungan IRR usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring

Page 80: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

113

kolor menghasilkan nilai sebesar 37,14 persen. Dengan demikian usaha ini akan

memberikan kelebihan pendapatan rata-rata setiap tahun dari modal yang telah

ditanamkan sebesar 37,14 persen. Nilai ini lebih besar atau berada jauh di atas

suku bunga 13 persen sebagai biaya opportunity of capital. Artinya dengan biaya

opportunity of capital sebesar 13 persen, usaha ini masih layak dilaksanakan

karena memberikan pendapatan rata-rata sebesar 37 persen per tahun dari modal

yang ditanamkan.

6.1.6.9 Payback Period

Menurut Ibrahim (2003), analisis payback period perlu ditampilkan dalam

studi kelayakan untuk mengetahui berapa lama suatu usaha atau proyek yang baru

dikerjakan dapat mengembalikan investasi. Nilai payback period usaha

pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor diperoleh dari

perbandingan nilai investasi dengan net benefit yang terdiskonto.

Semakin cepat pengembalian biaya investasi sebuah proyek/usaha,

semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal (Ibrahim,

2003). Jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi usaha

pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor selama satu tahun

tujuh bulan. Selama umur ekonomisnya dua tahun, usaha pembesaran ikan mas

dan nila sudah mampu mengembalikan biaya investasi dari nilai net benefit yang

diperoleh. Semakin besar nilai net benefit yang diperoleh semakin singkat waktu

pengembalian yang dapat ditentukan.

6.2 Analisis Sensitivitas

Menurut Kadriah, Karlina dan Gray (1999), analisis sensitivitas bertujuan

untuk menganalisis pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang

berubah-ubah. Proyek/usaha pertanian sensitiv terhadap perubahan harga output,

keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya-biaya dan kesalahan dalam perkiraan

hasil. Berdasarkan perubahan-perubahan yang pernah terjadi di daerah penelitian

menunjukkan bahwa harga benih ikan, pakan dan harga jual ikan serta hasil

produksi sering berubah. Biaya benih dan pakan merupakan komponen biaya

terbesar serta harga jual ikan dan produksi merupakan komponen yang paling

Page 81: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

114

menentukan dari penerimaan. Dalam analisis usaha pembesaran ikan mas dan

nila pada KJA sistem jaring kolor menggunakan skenario (dengan asumsi variabel

yang lain tetap konstan) 1). Terjadi peningkatan harga benih ikan, 2). Peningkatan

harga pakan, 3). Penurunan harga jual ikan dan 4). Penurunan hasil produksi

Variasi yang digunakan pada analisis sensitivitas yaitu switching value

(nilai pengganti), dalam analisis switching value dapat diketahui batas maksimum

perubahan yang dapat ditolerir oleh kegiatan usaha agar dapat layak untuk

dilaksanakan. Nilai perubahan maksimum diperoleh dengan cara mencoba-coba

tingkat perubahan sampai menghasilkan nilai NPV sama dengan nol. IRR sama

dengan tingkat suku bunga 13 persen dan nilai Net B/C Rasio sama dengan satu.

Hasil analisis swithing value ditampilkan pada Tabel 25.

Tabel 25. Hasil Analisis Switching Value yang Menghasilkan Nilai NPV=0, Nilai Net B/C Rasio=1 dan Nilai IRR=13 Persen

No Komponen Perubahan Maksimum Perubahan (%)

1 Kenaikan harga benih ikan mas dan nila 7,43 2 Kenaikan harga pakan 2,82 3 Penurunan harga jual ikan mas dan nila 1,77 4 Penurunan hasil produksi 1,77

1. Peningkatan harga benih ikan

Biaya benih ikan merupakan komponen kedua terbesar dalam struktur

biaya variabel dan dapat berfluktuasi setiap waktu sesuai dengan keadaan yang

berubah. Berdasarkan hasil analisis switching value menunjukkan bahwa

peningkatan maksimum harga benih ikan yang dapat ditolerir oleh usaha

pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor adalah sebesar 7,43

persen (dengan asumsi variabel yang lain tetap konstan). Kenaikan harga benih

ikan sebesar 7,43 persen menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net B/C

Rasio sama dengan satu dan nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga 13 persen

(Tabel 26). Peningkatan biaya benih dapat meningkatkan pula biaya variabel

sebesar 7,43 persen. Peningkatan yang lebih besar dari 7,43 persen terhadap biaya

benih ikan pada tingkat suku bunga 13 persen akan menyebabkan usaha

pembesaran ikan ikan mas dan nila tidak layak dilanjutkan karena menghasilkan

Page 82: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

115

nilai NPV kurang dari nol, nilai Net B/C rasio menjadi kurang dari 1 serta nilai

IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga 13 persen.

Kenaikan harga benih ikan mas yang mencapai 8,93 persen pada MT

ketiga perlu diperhatikan karena sudah melampaui batas maksimum kenaikan

yang diperbolehkan berdasarkan perhitungan analisis switching value. Tingginya

kenaikan harga benih ikan mas yang mencapai 8,93 persen akan mengakibatkan

usaha ini tidak layak dilaksanakan karena akan mengalami kerugian (asumsi

variabel lain tetap konstan). Kenaikan harga benih ikan nila masih wajar karena

baru mencapai 1,63 persen.

2. Peningkatan harga pakan

Biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam struktur biaya.

Berdasarkan hasil analisis switching value menunjukkan bahwa peningkatan

maksimum harga pakan ikan yang masih layak sebesar sebesar 2,82 persen.

Kenaikan harga pakan yang lebih tinggi dari 2,82 persen (dengan asumsi variabel

lain tetap konstan) pada tingkat suku bunga 13 persen akan menyebabkan usaha

pembesaran ikan mas dan nila tidak layak dilanjutkan karena menghasilkan nilai

NPV kurang dari nol, nilai Net B/C rasio menjadi kurang dari 1 serta nilai IRR

yang lebih kecil dari tingkat suku bunga 13 persen. Tabel 26 menunjukkan

peningkatan harga pakan maksimum sebesar 2,82 persen menghasilkan nilai NPV

sama dengan nol, nilai Net B/C Rasio sama dengan satu dan nilai IRR sebesar

sama dengan tingkat suku bunga 13 persen.

Kenaikan harga pakan ikan mas yang mencapai 7,14 persen perlu

diperhatikan karena sudah melampaui batas maksimum kenaikan yang

diperbolehkan berdasarkan perhitungan analisis switching value. Tingginya

kenaikan harga pakan sebesar 7,14 persen akan mengakibatkan usaha ini tidak

layak dilaksanakan karena akan mengalami kerugian (asumsi variabel lain tetap

konstan).

3. Penurunan harga jual ikan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value pada Tabel 26,

menunjukkan bahwa penurunan maksimum harga jual ikan sebesar 1,77 persen

masih memberikan kelayakan usaha karena menghasilkan nilai NPV sama dengan

nol, nilai Net B/C Rasio sama dengan satu dan nilai IRR sama dengan tingkat

Page 83: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

116

suku bunga 13 persen. Penurunan harga jual ikan yang lebih besar dari 1,77

persen (dengan asumsi variabel lain tetap konstan) pada tingkat suku bunga 13

persen akan menyebabkan usaha pembesaran ikan ikan mas dan nila tidak layak

dilanjutkan karena menghasilkan nilai NPV kurang dari nol, nilai Net B/C rasio

menjadi kurang dari satu serta nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga

13 persen.

Penurunan harga jual ikan mas yang mencapai 9,42 persen pada MT

keempat dan ikan nila mencapai 7,14 persen perlu diperhatikan karena sudah

melampaui batas maksimum penurunan yang diperbolehkan berdasarkan

perhitungan analisis switching value. Tingginya penurunan harga jual ikan mas

dan nila mengakibatkan usaha ini tidak layak dilaksanakan karena akan

mengalami kerugian (asumsi variabel lain tetap konstan).

4. Penurunan hasil produksi

Berdasarkan hasil analisis switching value yang ditampilkan pada Tabel 26

menunjukkan bahwa penurunan maksimum hasil produksi ikan mas dan nila yang

masih masih dikatakan layak sebesar 1,77 persen (dengan asumsi variabel lain

tetap konstan), penurunan produksi sebesar 1,77 persen menghasilkan nilai NPV

sama dengan nol, nilai Net B/C rasio sama dengan satu dan nilai IRR sama

dengan tingkat suku bunga 13 persen. Penurunan harga jual ikan yang lebih besar

dari 1,77 persen pada tingkat suku bunga 13 persen akan menyebabkan usaha

pembesaran ikan ikan mas dan nila tidak layak dilanjutkan karena menghasilkan

nilai NPV kurang dari nol, nilai Net B/C rasio menjadi kurang dari satu serta nilai

IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga 13 persen. Penurunan hasil produksi

ikan mas di KJA sistem jaring kolor sebesar 0,24 persen dan ikan nila sebesar

0,68 persen masih berada di bawah batas maksimum penurunannya yaitu 1,77

persen, sehinggga usaha ini masih layak dilaksanakan (asumsi variable lain tetap

konstan).

Berdasarkan Tabel 26 dapat diambil kesimpulan bahwa usaha pembesaran

ikan pada KJA sistem jaring kolor lebih sensitif terhadap perubahan harga jual

ikan dan hasil produksi dibanding dengan biaya pakan dan benih ikan. Penurunan

yang kecil saja terhadap harga jual dan hasil produksi ikan akan menyebabkan

usaha menjadi tidak menguntungkan.

Page 84: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

117

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

Waduk Cikoncang yang berlokasi di Kabupaten Lebak, Banten, selain

mempunyai fungsi utama sebagai irigasi pertanian dan sediaan air, juga

dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan. Pemanfaatan Waduk dalam bidang

perikanan pada awalnya hanya terbatas pada penangkapan ikan dengan

menggunakan alat pancing dan jala, kemudian berkembang dengan adanya

kegiatan pemeliharaan ikan mas dan pada keramba jaring apung sistem jaring

kolor.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai analisis

kelayakan finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring

kolor, diantaranya :

1) Beberapa elemen yang dianggap penting dari aspek pasar yaitu peluang

permintaan dan penawaran. Permintaan konsumsi ikan di Kabupaten Lebak

cukup besar, hal ini terlihat dari semakin meningkatnya konsumsi ikan

masyarakat setiap tahunnya dengan laju kenaikan sebesar 9,41 persen per

tahun. Penawaran ikan mas di Kabupaten Lebak sebagian besar dipenuhi dari

luar daerah, sehingga terdapat peluang usaha untuk meningkatkan produksi

budidaya perikanan di dalam daerah.

2) Aspek teknis, air waduk Cikoncang berasal dari aliran sungai sehingga

sirkulasi air cukup baik dan cocok untuk pembesaran ikan mas dan nila.

Kedalaman waduk telah memenuhi syarat minimal kedalaman yaitu 5 meter.

Waduk Cikoncang terletak di dataran rendah sehingga kemungkinan

terjadinya up welling (umbalan) sangat kecil. Pemanfaatan lahan waduk

masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan yaitu sebesar 10 persen dari

luas total area waduk seluas 2.252 ha, sehingga ekosistem perairan masih tetap

lestari dalam jangka panjang.

3) Aspek manajemen kegiatan usaha masih sederhana. Struktur organisasi hanya

terdiri dari ketua dan anggota. Petani pemilik merangkap sebagai ketua,

pemilik modal dan pengelola keuangan, sedangkan tenaga kerja yang

berjumlah tiga orang sebagai anggota.

Page 85: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

118

4) Aspek hukum, bentuk badan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA

sistem jaring kolor merupakan badan usaha perseorangan.

5) Usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor

mempunyai dampak positif terhadap masyarakat yaitu dapat terserapnya

tenaga kerja baru dan ekonomi masyarakat dapat diberdayakan mulai dari

tingkat petani pembenih, pembesaran dan penjual serta pemilik sarana

transportasi. Dampak positif terhadap lingkungan yaitu terpeliharanya

kelestarian sumber daya ikan di perairan waduk karena kegiatan perikanan

tidak bergantung pada penangkapan ikan.

6) Berdasarkan analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha pembesaran

ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor masih layak dilaksanakan

karena menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp. 15.578.956,

nilai Net B/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,206, persentase nilai IRR

sebesar 37,14 persen lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan.

Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan biaya investasi selama satu

tahun tujuh bulan.

7) Berdasarkan analisis switching value menunjukkan bahwa usaha pembesaran

ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor lebih sensitiv terhadap

penurunan harga jual ikan dan penurunan hasil produksi ikan, dengan

maksimum penurunan masing-masing sebesar 1,77 persen. Penurunan harga

jual dan hasil produksi ikan yang lebih besar dari 1,77 persen akan

menyebabkan usaha tidak layak.

7.2 Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :

1) Perlu adanya peningkatan produksi ikan mas dan nila dari budidaya KJA

melalui perluasan lahan usaha budidaya KJA sampai batas maksimum luas

lahan yang ditetapkan yaitu 10 persen untuk mencapai produksi yang

maksimum. Usaha pembesaran ikan nila bersama ikan mas perlu ditingkatkan

karena terjadi efisiensi dalam penggunaan pakan.

2) Pemerintah Daerah dapat membantu dalam penyediaan modal untuk para

petani kecil yang ingin mengembangkan usaha perikanan karena usaha ini

Page 86: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

119

membutuhkan biaya investasi yang cukup besar serta berperan sebagai

fasilitator antara pihak petani ikan dengan pihak perbankan. Usaha

pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor mempunyai

kemampuan menghasilkan laba sebesar 5,3 persen dari kegiatan usaha

pokoknya.

3) Mengantisipasi perubahan-perubahan dalam biaya produksi dan harga jual,

disarankan agar petani ikan bergabung dengan petani lainnya untuk

membentuk organisasi atau koperasi yang bertujuan agar para petani

mempunyai posisi tawar menawar yang tinggi.

Page 87: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

120

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2006. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kab. Lebak. 2005. Master

Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Lebak. Rangkasbitung.

Cahyono. 2005. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta. Charles T. Horngren, Walter T. Horrison, Jr. Michael A. Robinson dan

Secokusumo. 1996. Akuntansi di Indonesia. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Choliq, A, H.R.A.R. Wirasasmita, S. Hasan. 1999. Evaluasi Proyek (Suatu

Pengantar). Pionir Jaya. Bandung. Dendawijaya, L. 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan,. 2006. Statistik Perikanan Budidaya.

Departemen Kelautan dan Perikanan. http://www.dkp.go.id/ . 25 Juli 2006.

Departemen Kelautan dan Perikanan,. 2007. Rapat Koordinasi Nasional

Departemen Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. http://www.dkp.go.id/ . 25 Januari 2007.

Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten. 2005. Statistik Perikanan

Budidaya Banten 2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten. Serang.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak. 2007. Laporan Tahunan 2006.

Rangkasbitung. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten. 2007. Perencanaan

Pembangunan Kelautan dan Perikanan Berbasiskan Kawasan disampaikan pada Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah Bidang Kelautan dan Perikanan Tingkat Propinsi Banten. April 2007. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten. Serang.

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. 2005. Teknologi

untuk Masyarakat Pesisir : Seri Budidaya Perikanan. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Page 88: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

121

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2005. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia Tahun 2004. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2005. Statistik Perikanan Tangkap

Indonesia Tahun 1999-2004. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Fahrur, M dan Tamsil. 2005. Buletin Litkayasa Akuakultur. Pusat Riset

Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Vol. 4 No. 1, Hal 33.

Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Gultom, 2002. Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Mas Dalam Jaring

Apung di Danau Toba, Desa Pasar Pangururan, Kabupaten Toba Samosir. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB (tidak dipublikasikan). Bogor.

Husnan, S dan S. Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan

Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta. Ibrahim, M. Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. Jangkara, J. 2000. Pembesaran Ikan Air Tawar Di Berbagai Lingkungan

Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Maulana, A. B. 2003. Analisis Kelayakan Usahatani Pembesaran dan Pemasaran

Ikan Nila Gift Budidaya Keramba Jaring Apung, Desa Cikidang Bayabang, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skirpsi. Fakultas Pertanian IPB (tidak dipublikasikan). Bogor.

Miller, Roger LeRoy dan Roger E. Meiners. 2000. Teori Ekonomi Intermediat.

PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mungky, HGPL. 2001. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan

pada Kolam Jaring Apung, KJA Batuhapur, Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB (tidak dipublikasikan). Bogor.

Rochdianto, A. 2000. Budidaya Ikan di Jaring Apung. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Page 89: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

122

Sukamto dan S. Maryam. 2005. Buletin Litkayasa Akuakultur. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Vol. 4 No. 1, Hal 5.

Page 90: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

123

LAMPIRAN

Page 91: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

124

Lampiran 1. Kondisi Kegiatan Budidaya Pembesaran Ikan pada KJA Sistem

Jaring Kolor di Waduk Cikoncang.

Page 92: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

Lampiran 2. Perhitungan Nilai NPV, B/C Rasio dan IRR Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen

No. Uraian Tahun Nol (Rp.)

Tahun ke 1 (Rp.) Tahun ke 2 (Rp.) MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 MT 1 MT 2 MT 3 MT 4

1 Arus Penerimaan Kas (Cash Inflow)

a. Nilai Produksi -

127,775,000

147,250,000 140,857,500 139,930,000

127,822,500 148,158,000

140,868,000

140,846,500

b. Nilai Sisa Aktiva Tetap -

-

- - - - - -

10,715,000

Jumlah Cash Inflow -

127,775,000

147,250,000 140,857,500 139,930,000

127,822,500 148,158,000 140,868,000

151,561,500

2 Arus Pengeluaran Kas (Cash Outflow)

a. Biaya Investasi 60,437,500

-

- - -

195,000 - - -

b. Biaya Tetap -

-

- - 910,000 - - -

910,000

c. Biaya Variabel per Musim Tanam -

132,695,000

115,145,000 135,995,000 116,145,000

138,695,000 121,145,000

141,995,000

122,145,000

Jumlah Cash Outflow 60,437,500

132,695,000

115,145,000 135,995,000 117,055,000

138,890,000 121,145,000

141,995,000

123,055,000

3 Net Benefit Sebelum Pajak -60,437,500 -4,920,000

32,105,000 4,862,500 22,875,000 -

11,067,500 27,013,000 -

1,127,000

28,506,500

4 Pajak 10% -

-

2,718,500 486,250 2,287,500 - 1,594,550 -

2,737,950 5 Net Benefit Setelah Pajak -60,437,500 -4,920,000 29,386,500 4,376,250 20,587,500 -11,067,500 25,418,450 -1,127,000 25,768,550

6 Discount Factor 13% 1

0.96990

0.94072 0.91242 0.88496

0.85832 0.83249 0.80744

0.78315

7 PV 13 % -60,437,500 -

4,771,908

27,644,468 3,992,978 18,219,114 -

9,499,457 21,160,605 -

909,985

20,180,640 8 NPV 13 % 15,578,956 9 Net B/C Rasio 1.206

12 IRR 37,14 % 13 PBP 1.6

Page 93: Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di Wdk Cikoncang

35