13 analisis kelayakan finansial usahatani kakao (theobroma cacao l)
TRANSCRIPT
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KAKAO (Theobroma cacao L)
(Studi Kasus di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng)
OLEH :
NUR AFIAH
G 311 04 044
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2008
ii
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KAKAO (Theobroma cacao L)
(Studi Kasus di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng)
OLEH :
NUR AFIAH G 311 04 044
Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar
2008
Disetujui oleh,
Prof. Dr. Ir. Sofyan Jamal, M.Sc Ir. Tamzil Ibrahim, M.Si Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar
2008
Dr. Ir. Muslim Salam, M.Ec NIP 132 015 001
Tanggal pengesahan : Mei 2008
iii
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
PANITIA UJIAN SARJANA JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
JUDUL : ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KAKAO (Theobroma cacao L)
(Studi Kasus di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng)
NAMA : NUR AFIAH
STAMBUK : G 311 04 044
TIM PENGUJI
Prof. Dr. Ir. Sofyan Jamal, M.Sc Ketua Sidang
Ir. Tamzil Ibrahim, M.Si Anggota
Prof. Dr. Ir. Ny. Melati P. Yoenus, MS Anggota
Dr. Ir. Didi Rukmana, MS Anggota
Ir. Darwis Ali, MS Anggota
Tanggal Ujian : 19 Mei 2008
iv
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
RINGKASAN
NUR AFIAH (G 311 04 044). “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kakao (Theobroma cacao L)”. (Studi Kasus di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng), dibawah bimbingan Bapak Sofyan Jamal dan Bapak Tamzil Ibrahim.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial
usahatani kakao di daerah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di desa
Soga, kecamatan Marioriwawo, kabupaten Soppeng pada bulan April
sampai Mei 2008. Daerah ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan
bahwa di daerah ini populasi petani kakao cukup besar, serta cukup
potensial untuk pengembangan usahatani kakao.
Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang dengan
menggunakan metode acak bertingkat (Stratified Random Sampling)
berdasarkan umur tanaman kakao dengan kriteria umur tanaman kakao
10 tahun dan luas lahan > 1 ha.
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa usahatani kakao di desa
Soga, kecamatan Marioriwawo, kabupaten Soppeng adalah layak untuk
diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil :
1. Nilai Net Present Value (NPV) adalah positif yaitu sebesar Rp
13.238.460,7,- pada Discount Factor 16%. Dengan umur ekonomis
proyek usahatani 17 tahun.
2. Nilai Internal Rate of Return (IRR) adalah 18,78%, yang lebih besar
dari Opportunity Cost of Capital.
3. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) lebih besar 1 yaitu sebesar
1,22.
v
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
RIWAYAT HIDUP PENULIS
NUR AFIAH, Lahir di Takalala pada tanggal 30 Juli 1986,
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Jumardin,
S.Pd dan Nurwadia.
Pendidikan formal yang telah dilalui adalah Taman Kanak-kanak di
TK Dharma Wanita Unit Depdikbud Kabupaten Wajo dan tamat pada
tahun 1992. Selanjutnya meneruskan pendidikan SD Negeri 224 Pallawa
dan tamat pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 4
Maririwawo dan tamat pada tahun 2002. Setelah itu melanjutkan ke SMA
Negeri 1 Watansoppeng dan tamat pada tahun 2004. Pada tahun 2004
penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin melalui jalur SPMB dan
memilih sub program studi Agribisnis.
Selama menempuh pendidikan di Unhas penulis memiliki
pengalaman berorganisasi yaitu sebagai Badan Pengurus Harian (BPH)
MISEKTA periode 2006/2007 dan BAPPER periode 2007/2008, serta aktif
mengikuti kegiatan kepanitiaan MISEKTA dan seminar lokal maupun
nasional.
vi
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan hidayahNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dimana disetiap kesulitan, selalu datang pertolonganNYA. Salawat dan
Salam tak lupa kita kirimkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan
keluarganya.
Skripsi ini berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani
Kakao (Theobroma cacao L)”, dibawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir.
Sofyan Jamal, M.Sc dan Bapak Ir. Tamzil Ibrahim, M.Si. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin.
Laporan penelitian ini berisi uraian mengenai analisis kelayakan
finansial usahatani kakao. Dengan menggunakan kriteria investasi
sebagai analisis data untuk mengukur layak atau tidak layak proyek atau
usaha yang dilakukan. Adapun kriteria investasi yang digunakan adalah
Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C).
vii
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
Disadari sepenuhnya bahwa meskipun tulisan ini telah disusun
dengan usaha semaksimal mungkin, namun bukan mustahil bila di
dalamnya terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan
kerendahan hati akan menerima setiap kritik dan saran untuk perbaikan
dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini dan untuk pembelajaran
dimasa yang akan datang.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua. Akhir kata Semoga Allah SWT memberikan balasan yang
setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
pengembangan diri dikemudian hari dan senantiasa menunjukkan jalan
yang terbaik untuk kita serta dapat menuntun kita untuk terus bekerja
dengan Cinta, Amin.
Makassar, Mei 2008
Penulis,
viii
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak
akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa
pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-
besarnya terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sofyan Jamal, M.Sc dan Bapak Ir. Tamzil
Ibrahim, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia
membimbing, memberikan banyak pelajaran berharga, waktu,
tenaga, dan ilmunya bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Didi Rukmana, MS dan Bapak Ir. Darwis Ali, MS,
sebagai dosen penguji , ibu Prof. Dr. Ir. Ny. Melati P. Yoenus, MS,
sebagai panitia ujian, dan Ibu Ir. Nurbaya Busthanul, M.Si, sebagai
panitia seminar yang telah memberikan kritikan dan saran-saran
yang membangun untuk menyempurnakan isi dari laporan akhir ini.
3. Bapak Dr. Ir. Muslim Salam, M.Ec selaku Ketua Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Ibu Dr. Ir. Rahmawaty A. Nadja, MS selaku
Sekertaris Jurusan, Staf Pegawai, dan seluruh Staf Pengajar di
lingkungan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian yang telah banyak
memberikan pengetahuan dan bimbingan selama penulis
menempuh pendidikan.
4. Bapak Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si, selaku penasehat akademik,
yang memberikan saran, masukan, serta nasehat kepada penulis.
ix
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
5. Penghargaan teristimewa kepada Ayahanda Jumardin, S.Pd,
Ibunda tercinta Nurwadia, atas segala doa, dukungan, kasih
sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
(Semoga tulisan ini dapat menjadi kebanggan bagi Ayah dan Ibu). Dan
Saudara-saudaraku Nasaruddin dan Nawiruddin yang paling
kusayangi, serta keluargaku yang selalu menjadi semangatku.
6. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dari
generasi ke generasi, khususnya teman-teman seperjuanganku
(angkatan 2004) yang telah berbagi suka dan duka sejak penulis
menuntut ilmu di kampus ini. Teristimewa buat Sahabatku (Indra
Pratiwi, A. Selviana, Eka Andriani Astika, Henni Amir, Ayu Nafsirah
Sari, A. Andri Hidayat, Rafli Ahmad, Eka Handayani), rekan-rekan
BAPPER (Muhammad Ridwan, Ibrahim, Reni Fatmasari, Achmad
Syaifuddin, Husain, Yusran), dan seluruh teman-teman lainnya yang
tidak sempat saya sebutkan namanya satu persatu.
7. Teman-teman KKNP V Jeneponto (Posko I Jenetallasa) dan Bapak
Salam sekeluarga serta warga yang telah menerima dan membantu
kami selama KKN.
8. Terspecial untuk Asoka Family
Demikianlah, semoga segala pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu penulis diberikan kebahagiaan dan rahmat
oleh ALLAH SWT, Amin.
Makassar, Mei 2008
Penulis,
x
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
xi
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. ii
RINGKASAN ...................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah......................................................... ...... 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan ............................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kakao ...................................................................... 6
2.2 Prospek Pengembangan Usahatani Kakao ........................... 8
2.3 Analisis Kelayakan Usaha ..................................................... 9
2.2 Kerangka Pikir ........................................................................ 12
2.3 Hipotesis ................................................................................ 13
xii
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu ................................................................. 14
3.2 Penentuan Petani Responden ................................................ 14
3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 14
3.4 Analisis Data .......................................................................... 15
3.5 Konsep Operasional .............................................................. 17
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Batas Wilayah dan Tofografi .................................................. 19
4.2 Jenis Tanah dan Penggunaanya ........................................... 19
4.3 Keadaan Iklim ......................................................................... 20
4.4 Keadaan Penduduk ............................................................... 20
4.4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 21
4.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan. ..... 22
4.4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian ......... 23
4.5 Sarana dan Prasarana ........................................................... 23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Petani Responden ................................................... 25
5.1.1 Umur .............................................................................. 25
5.1.2 Pendidikan ..................................................................... 26
5.1.3 Lama Berusahatani ....................................................... 27
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ....................................... 27
5.1.5 Luas Lahan .................................................................... 29
xiii
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
5.2 Pengelolaan Usahatani Kakao ............................................... 29
5.3 Pemeliharaan Usahatani Kakao ............................................. 31
5.3 Biaya-biaya Usahatani Kakao ................................................. 34
5.3.1 Biaya Investasi .............................................................. 34
5.3.2 Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) ................ 35
5.3.3 Biaya Produksi ............................................................... 36
5.3.4 Penyusutan dan Nilai Sisa .............................................. 42
5.4 Produksi dan Nilai Produksi ................................................... 43
5.5 Pendapatan Usahatani Kakao ............................................... 45
5.6 Analisis Kelayakan Usahatani Kakao ..................................... 46
5.3.1 Net Present Value (NPV) ............................................... 46
5.3.2 Internal Rate of Return (IRR) ......................................... 47
5.3.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ................................... 48
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 50
6.2 Saran ................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. ................ 20
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................ 21
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ....... 22
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ....... 23
5. Sarana dan Prasarana di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ........................................................ 24
6. Kisaran Rata-rata Umur Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................. 25
7. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................. 26
8. Kisaran Rata-rata Lama Berusahatani Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ............................................................................................. 27
9. Kisaran Rata-rata Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ............................................................................ 28
10. Kisaran Rata-rata Luas Lahan Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................. 29
11. Jenis dan Perincian Biaya Investasi yang Dikeluarkan pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 .......................................................... 34
12. Perincian Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) pada Usahatani Kakao, di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 .......................................................... 35
13. Biaya Produksi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................ 37
xv
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
14. Penyusutan dan Nilai Sisa pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ....... 43
15. Produksi dan Nilai Produksi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng, 2008 ........ 44
16. Arus Cash Flow pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................. 46
17. Hasil Analisis Net Present Value (NPV) pada Usahatani Kakao Di Desa soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ............................................................... 47
18. Hasil Analisis Internal Rate of Return (IRR) pada Usahatani Kakao Di Desa soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ............................................................... 48
19. Hasil Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.... ............................................................... 49
xvi
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kakao ... 13
xvii
Kegilaan yang Merubah Dunia LV Underground Pirnaz Community
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Perkembangan Luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Kakao Lima Tahun Terakhir (2003-2007) di Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 .......................................................... 53
2. Perkembangan luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Kakao Lima Tahun Terakhir (2003-2007) di Kabupaten Soppeng, 2008 ......... 54
3. Nama-nama Responden, Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, Umur Tanaman, dan Produksi Kakao di Desa Soga, Kecamatan, Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 .................................... 55
4. Skedul Investasi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................. 56
5. Skedul Penyusutan/Tahun pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ....... 57
6. Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tahun ke-0 sampai dengan Tahun ke-3 pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................. 58
7. Biaya Tanaman Menghasilkan (TM) Tahun ke-4 sampai dengan Tahun ke-3 pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 .................................... 59
8. Cash Flow pada Usahatani Kakao di desa Soga, Kecamatan, Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 .................................... 63
9. Analisis Data Net Present Value (NPV) pada Discount Factor 16% di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ............................................................................ 64
10. Analisis Data Internal Rate of Return (IRR) di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten soppeng, 2008 .................. 65
11. Peta Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Sopeng . 69
12. Surat Keterangan dari Kepala Desa Soga .................................. 70
53
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris artinya pertanian
memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini
dapat ditunjukkan banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada
sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian.
Oleh karena itu pembangunan bangsa dititik beratkan pada sektor
pertanian.
Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan.
Pembangunan sektor pertanian ini sangat penting karena menyangkut
hajat hidup lebih dari setengah penduduk Indonesia yang menguntungkan
perekonomian keluarga pada sektor ini. Sehingga wajar pemerintah
memprioritaskan pembangunan pada sektor pertanian yang didukung oleh
sektor-sektor lainnya.
Salah satu sub sektor pertanian yang perlu terus dikembangkan
adalah sub sektor perkebunan. Potensi yang perlu dikembangkan
berkenaan dengan diversifikasi komoditi khususnya di bidang perkebunan
adalah komoditi kakao baik di pasar domestik maupun di pasar
internasional mempunyai prospek yang cerah antara lain ditandai dengan
terus meningkatnya nilai ekspor komoditi kakao secara nasional, sehingga
memberikan dan menambah devisa bagi negara.
54
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas
andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia,
terutama dalam penyediaan lapangnan kerja, sumber pendapatan petani
dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya
agrobisnis kakao dan agroindustri. Oleh karenanya tidak mengherankan
bahwa sejak awal tahun 1980-an, perkembangan kakao di Indonesia
sangat pesat. Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk
pertumbuhan kakao akan mendorong pengembangan pembangunan
perkebunan kakao Indonesia (PPKKI, 2004 : v).
Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat
sejak awal tahun 1980-an sampai pada tahun 2002. Luas kakao
perkebunan rakyat menempati peringkat paling atas yaitu sekitar 87,4%
dari total luas kakao yaitu 914.051 ha. Sedangkan luas perkebunan milik
negara hanya sekitar 6,0% dan perkebunan swasta sekitar 6,7%
(Geonadi, D, 2005 : 4). Namun, bila dipandang dari segi mutu hasil, kakao
yang dihasilkan terutama kakao perkebunan rakyat masih kurang
memuaskan. Untuk itu perlu peningkatan mutu kakao untuk meningkatkan
citra perkakaoan Indonesia di pasaran luar negeri (Susanto, F, 1994 : 9).
Budidaya kakao di Indonesia diusahakan oleh Perusahaan
Perkebunan Negara, Perusahaan Perkebunan Swasta, dan Perkebunan
Rakyat. Lokasi perkebunan kakao dalam skala besar yang diusahakan
Perusahaan Perkebunan terletak di Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan
55
Jawa Timur. Sedangkan Perkebunan Rakyat terdapat terutama di Maluku,
Irian Jaya, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan
Nusa Tenggara Timur (Sunanto, H, 2001 :102).
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) adalah salah satu komoditas
perkebunan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan di
Sulawesi Selatan, karena memiliki areal yang cukup luas dan menyebar di
seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, serta memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi propinsi Sulawesi Selatan. Disamping
itu, sampai saat ini kakao masih memiliki prospek pasar yang cukup baik
dibanding komoditas perkebunan lainnya (Salahuddin, S, 2007).
Luas perkebunan kakao di Sulawesi Selatan tahun 2007 adalah
247.080,67 ha yang sebagian besar merupakan pertanaman rakyat. Dari
luas pertanaman kakao tersebut diatas melibatkan 278.933 KK petani,
sedangkan jumlah produksi kakao di Sulawesi Selatan tahun 2007 adalah
sebesar 117.371,55 ton biji kakao kering (Dinas Perkebunan Sulawesi
Selatan, 2008).
Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan komoditi
kakao. Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat
besar. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanam
unggul, metode pemangkasan untuk membentuk habitat yang baik,
pengaturan jarak tanam maupun usaha perlindungan terhadap hama dan
56
penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu periode penanaman dan
pemeliharaan kakao yang efisien dengan sasaran produksi baik dari segi
jumlah maupun mutu (Siregar dkk, 1997).
Kabupaten Soppeng adalah salah satu wilayah di Propinsi
Sulawesi Selatan yang memiliki potensi dalam pengembangan sektor
pertanian. Luas wilayah Kabupaten Soppeng adalah 150.000 ha, dan
sekitar 64.139 ha (42%) dari luasan tersebut merupakan lahan pertanian
yang terdiri atas sawah 24.846 ha (16%), kebun 31.405 ha (21%) dan
perkebunan 7.888 ha (5%). Kebun yang dimaksud biasanya ditanami
sayur-sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian. Sedangkan perkebunan
umumnya berisi kakao, kelapa dan cengkeh (Anonim, 2008b). Pada tahun
2004 pertumbuhan ekonomi kabupaten Soppeng meningkat karena
masyarakat telah membudidayakan komoditi ekspor yaitu komoditi kakao
(Pedoman Rakyat, 2005).
Sehubungan dengan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial
Usahatani Kakao (Theobroma cacao L)” Studi Kasus di Desa Soga,
Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka masalah yang
dirumuskan adalah sebagai berikut : “Apakah usahatani kakao layak untuk
diusahakan secara finansial”.
57
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui apakah usahatani kakao layak secara finansial untuk
diusahakan”.
Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi para penentu kebijakan untuk
peningkatan usahatani kakao.
2. Menambah pengetahuan penulis tentang masalah yang sedang dikaji
dan dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti lain.
58
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kakao
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) termasuk tanaman tropis.
Dan mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia sejak tahun 1970.
Tanaman kakao yang paling banyak ditanam ada 3 (tiga) jenis, yaitu jenis
Criollo buahnya berwarna merah, jenis Forastero buahnya berwarna hijau,
dan jenis Trinitario merupakan hibrida dari jenis Criollo dan jenis Forastero
secara alami, buahnya berwarna merah atau hijau. Kakao di Indonesia
yang ditanam sesudah tahun 1970 sebagian besar adalah jenis Trinitario
varietas lindak (Spillane, J, 1995 : 15).
Syarat tumbuh tanaman kakao dipengaruhi oleh beberapa
komponen penting, yakni curah hujan, temperatur, dan keadaan fisik atau
kimia tanah. Dengan memenuhi syarat penanaman, maka tanaman kakao
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (Siregar dkk, 1997).
Kakao umumnya tumbuh subur secara optimal di daerah-daerah
bercurah hujan 1100 – 3000 mm/thn. Hal terpenting dari curah hujan yang
berhubungan dengan pertanaman dan produksi kakao adalah
distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa
pembentukan tunas muda (flushing) dan produksi.
Pengaruh temperatur terhadap kakao erat kaitannya dengan
ketersediaan air, sinar matahari, dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut
dapat dikelolah melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan
59
irigasi. Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush,
pembungaan, serta kerusakan daun. Menurut hasil penelitian, temperatur
ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 30º – 32ºC (maksimum) dan 18º –
21ºC (minimum).
Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan
persyaratan fisik dan kimia yang berperan terhadap pertumbuhan dan
produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik
unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat
kimia yang perlu diperhatikan.
Pohon kakao mencapai tingkat produksi yang matang sesudah
enam atau tujuh tahun, dan mulai berbuah sesudah tiga tahun. Ada
banyak varietas hibrida yang berbuah dan mencapai tingkat kematangan
lebih cepat dibandingkan dengan vareitas tradisonal. Pohon terus
menerus berbuah selama beberapa tahun, kadang mencapai 50 – 60
tahun, tetapi pada umumnya hasil mulai turun sesudah pohon berusia
kira-kira 20 – 25 tahun atau lebih awal kalau pohon tidak dipelihara
dengan baik atau mengalami penyakit yang serius (Spillane, J, 1995 :
192).
Walaupun ada banyak masalah potensial, namun kakao
merupakan komoditi yang ideal untuk dibudidayakan para petani rakyat
karena dapat dibudidayakan dengan produktivitas yang sama pada skala
kecil ataupun skala besar. Kakao secara mudah dibudidayakan dan
60
dipungut hasil panennya serta tidak memerlukan banyak modal untuk alat
mesin berat dalam pengolahannya. Oleh karena itu, kakao mudah terpadu
dengan sistem pertanian tradisional (Spillane, J, 1995 : 163).
2.2 Prospek Pengembangan Usahatani Kakao
Salah satu potensi pertanian yang memiliki prospek cerah adalah
usaha di bidang perkebunan kakao. Usaha tanaman ini memiliki arti
penting dalam aspek sosial ekonomi. Hal ini dimungkinkan, karena selain
merupakan sumber devisa negara, juga merupakan tempat tersedianya
lapangan kerja, terutama di daerah-daerah sentra produksi.
Tanaman kakao merupakan tanaman buah-buahan yang memiliki
potensial untuk dikembangkan. Mengingat biaya produksi yang tidak
terlalu mahal dan perawatan yang tidak terlalu intensif. Sedangkan
pendapatan yang dihasilkan cukup tinggi, maka budidaya tanaman kakao
di masa yang akan datang akan sangat menguntungkan (Anonim, 2008c).
Komoditas kakao dari berbagai macam sudut padang sangat
potensial sebagai tulang punggung ekonomi daerah selain migas, dengan
semakin membaiknya kondisi perdagangan (harga) kakao di tingkat
nasional dan bahkan internasional (Djalaluddin, A, 2007 :4).
Dari segi politik dan ekonomi, kakao merupakan komoditi yang
penting dalam perdagangan internasional karena pada tahun 1987 jumlah
perdagangan tersebut sebesar US$ 4,5 Milyar. Kakao hanya dihasilkan
oleh negara-negara berkembang. Sebagian besar sangat tergantung pada
kakao sebagai sumber devisa. Bahkan, pasar pokok adalah negara maju,
61
khususnya Amerika Serikat, Eropa Barat dan beberapa negara di Asia
(Spillane, 1995 : 27). Hal tersebut didukung oleh pendapat PPKKI (2004 :
7) bahwa konsumsi biji kakao sejak tahun 1990 cenderung meningkat
dengan rata-rata peningkatan 3,9% per tahun. Pada tahun 2000 konsumsi
biji kakao dunia 2.965.000 ton. Seandainya tingkat kesejahteraan
sebagian besar penduduk dunia meningkat, apalagi jika harga produk jadi
(cokelat) lebih murah, konsumsi kakao dunia diprediksikan akan
meningkat.
Pada masa yang akan datang, komoditas kakao di Indonesia
diharapkan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditi perkebunan
lainnya, seperti karet, kopi, dan kelapa sawit, baik dalam luas areal
maupun produksinya. Sumbangan nyata kakao terhadap perekonomian
Indonesia dalam bentuk devisa dari ekspor biji kakao dan hasil industri
kakao (PPKKI, 2004 : 2).
2.3 Analisis Kelayakan Usaha
Studi kelayakan adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara
mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan
dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut
dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2003 : 10).
Kelayakan berarti penelitian yang dilakukan secara mendalam
tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan
akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya
62
yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa
usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non
finansial.
Aspek-aspek yang dikaji dalam studi kelayakan mencakup aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek organisasi dan
manajemen serta aspek ekonomi dan keuangan (Ibrahim, Y, 2003 : 92).
Pada penelitian ini yang dikaji adalah aspek keuangan/finansial.
Analisis kelayakan finansial merupakan salah satu cara untuk
mengevaluasi suatu usaha. Beberapa metode kriteria investasi yang
digunakan yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Berbagai kriteria tersebut
mencerminkan analisis partial yang didasarkan pada asumsi bahwa
proyek yang dianalisa itu kecil dibandingkan dengan perekonomian secara
keseluruhan, sehingga tidak mempengruhi harga-harga (Kadariah, 1988 :
46).
Analisis finansial ini penting dalam memperhitungkan intensif bagi
orang-orang yang turut serta dalam mensukseskan pelaksanaan proyek
atau usaha sebab tidak ada gunanya melaksanankan suatu proyek atau
usaha jika hanya menguntungkan dari sudut ekonominya tetapi para
petani yang menjalankan aktivitas produksi tidak bertambah baik
keadaannya (Kadariah dkk, 1999 :4). Maka dalam mengelolah usahatani
perlu dilakukan analisis finansial selama umur proyek tersebut. Tujuan dari
penggunaan analisis finansial adalah untuk memperkirakan tingkat
kelayakan usahatani tersebut.
63
Suatu proyek usahatani disebut layak apabila manfaat yang
dihasilkan lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan selama proyek
tersebut dilaksanakan. Karenanya berbagai faktor penunjang yang
mendukung proyek tersebut secara pasti harus diketahui sebelum proyek
itu dilaksanakan (Choliq dkk, 1999 : 6).
Ukuran menyeluruh untuk mengetahui baik tidaknya suatu usaha
adalah menggunakan kriteria investasi.Usaha dapat dikatakan layak untuk
dijalankan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : NPV ≥ 0; Net B/C ≥
1; IRR ≥ Opportunity Cost of Capital (Kadariah dkk, 1999 : 51-57).
Menurut Choliq, dkk (1999 : 33, 37), bahwa Net Present Value
(NPV) digunakan untuk menghitung selisih antara present value dari
benefit (manfaat) dan cost (biaya) pada Discount Factor tertentu, dan
menurut Kadariah (1988) NPV digunakan untuk mengukur hasil bersih
yang maksimal yang dapat dicapai dengan investasi modal atau
pengorbanan sumber-sumber lain. Suatu usaha dikatakan layak apabila
dalam perhitungan hasil NPV positif. Sedangkan Internal Rate of Return
(IRR) digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu
proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek
dalam mengembalikan bunga pinjaman. Apabila nilai suatu IRR lebih
besar dari pada/sama dengan Opportunity Cost of Capital, maka proyek
dinyatakan layak.
64
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara
jumlah NPV positif dengan NVP Negatif. Net B/C menunjukkan gambaran
berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan (Choliq
dkk, 1999 : 35).
2.4 Kerangka Pikir
Tanaman kakao merupakan komoditi perkebunan yang memiliki
potensial untuk dikembangkan. Mengingat biaya produksi yang tidak
terlalu mahal dan perawatan yang tidak terlalu intensif. Sedangkan
pendapatan yang dihasilkan cukup tinggi, maka budidaya tanaman kakao
di masa yang akan datang akan sangat menguntungkan.
Untuk mengetahui apakah usahatani kakao menguntungkan bagi
petani perlu dilakukan analisis finansial selama umur proyek tersebut.
Dengan menghitung biaya total dan penerimaan yang diperoleh selama
umur produksi. Biaya yang dihitung adalah biaya tetap dan biaya variabel,
sedangkan penerimaan adalah berupa hasil panen yang diperoleh
dikalikan dengan harga. Tujuan dari penggunaan analisis finansial adalah
untuk memperkirakan tingkat kelayakan usahatani tersebut.
Suatu proyek usahatani disebut layak apabila benefit (penerimaan)
yang dihasilkan lebih besar dari pada cost (biaya) yang dikeluarkan
selama proyek tersebut dilaksanakan. Adapun metode yang digunakan
dalam analisis kelayakan finansial adalah NPV, IRR dan Net B/C. Suatu
proyek dikatakn layak apabila NPV ≥ 0 (positif), IRR ≥ Opportunity Cost of
Capital, dan Net B/C ≥ 1.
65
Untuk melengkapi uraian diatas maka penulis menyajikan kerangka
pikir sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kakao
2.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan tinjauan pustaka, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Usahatani kakao
layak secara finansial untuk diusahakan”.
Usahatani Kakao
Biaya
Analisis Kelayakan Finansial
Layak secara Finansial untuk Diusahakan
Penerimaan
NPV IRR Net B/C
66
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo,
Kabupaten Soppeng, Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian ini
dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini penduduknya
mayoritas matapencahariannya adalah berusahatani kakao serta cukup
potensial untuk pengembangan usahatani kakao. Waktu yang digunakan
untuk mengumpulkan data dan informasi dalam melakukan penelitian ini
adalah kurang lebih satu bulan, yaitu dari bulan April hingga bulan Mei
2008.
3.2 Penentuan Petani Responden
Pemilihan petani responden dilakukan secara acak bertingkat
(Stratified random sampling) karena populasi di lokasi penelitian tidak
homogen dilihat dari umur tanaman kakao yang bervariasi. Metode ini
digunakan dengan kriteria umur tanaman 10 tahun dan luas lahan > 1 ha.
Jumlah sampel yang dijadikan responden pada penelitian adalah 30 orang
dari 422 KK petani kakao di desa Soga. Karena jumlah sampel sebanyak
30 dapat membentuk kurva yang normal.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini ada dua jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan
petani responden dengan kuisioner yang berhubungan dengan tujuan
67
penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait
yang dapat memberikan gambaran kondisi umum wilayah penelitian yaitu
Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan, Dinas Perkebunan kabupaten
Soppeng, BPS Kabupaten Soppeng, dan Kantor desa Soga.
3.4 Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya
ditabulasi dan dianalisa. Adapun analisa yang digunakan adalah analisa
“kelayakan usaha” dengan menggunakan metode Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C).
a. Net Present Value (NPV)
Metode ini digunakan untuk menghitung selisih antara present
value dari benefit (manfaat) dan cost (biaya) pada Discount Factor
tertentu. NPV menunjukkan kelebihan benefit dibandingkan dengan cost
(Choliq dkk 1999 : 33). Secara matematis Net Present Value (NPV)
dirumuskan sebagai berikut :
NPV =
nt
tt
tt
i
CB
0 )1(
Di mana:
tB = Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
tC = Cost (biaya) pada tahun ke-t
i = Tingkat bunga yang berlaku
n = Lamanya periode waktu
68
Dengan kriteria sebagai berikut:
Apabila NPV yang diperoleh positif (NPV > 0), berarti proyek layak
untuk diusahakan.
Apabila NPV yang diperoleh sama dengan nol (NPV = 0), berarti
proyek masih layak untuk diusahakan.
Apabila NPV yang diperoleh negatif (NPV < 0), berarti proyek tidak
layak untuk diusahakan.
b. Internal Rate Of Return (IRR)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan
dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur
kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Apabila nilai
suatu IRR lebih besar dari pada/sama dengan Discount Factor yang
berlaku, maka proyek dinyatakan layak (Choliq dkk, 1999 : 37-38). IRR
secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
IRR = )( 121 iiNPVNPV
NPVi
Di mana:
i1 = Discount Factor pertama dimana diperoleh NPV positif
i2 = Discount Factor kedua dimana diperoleh NPV negatif
Dengan kriteria sebagai berikut:
Jika IRR ≥ Opportunity Cost of Capital, maka proyek dianggap
layak untuk diusahakan.
Jika IRR < Opportunity Cost of Capital, maka proyek dianggap tidak
layak untuk diusahakan.
69
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara
jumlah NPV positif dengan NPV Negatif. Net B/C menunjukkan gambaran
berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan (Choliq
dkk, 1999 : 35). Secara matematis nilai Net B/C dirumuskan sebagai
berikut :
Net B/C =
nt
t
nt
t
NegatifNVP
PositifNVP
0
0
Dengan kriteria:
Jika Net B/C ≥ 1, maka proyek dianggap layak untuk diusahakan.
Jika Net B/C < 1, maka proyek dianggap tidak layak untuk
diusahakan.
3.5 Konsep Operasional
Untuk memudahkan pengambilan data dan menyamakan persepsi
dalam penelitian ini, maka konsep operasional sebagai berikut:
1. Analisis kelayakan finasial merupakan suatu ukuran untuk mengetahui
apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan dalam arti
apakah menghasilkan suatu manfaat (benefit) yang baik atau tidak.
2. NPV adalah selisih antara benefit dengan cost yang telah dikalikan
dengan Discount Factor.
3. IRR adalah selisih tingkat bunga yang menunjukkan bahwa jumlah nilai
sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah selisih biaya investasi
proyek, dan dinyatakan dalam persen (%).
70
4. Net B/C adalah perbandingan antara seluruh manfaat dan biaya dalam
usahatani kakao.
5. Usahatani kakao adalah kegiatan pertanian dalam mengusahakan
produk kakao dengan memanfaatkan faktor produksi dan sarana
produksi.
6. Produksi kakao adalah jumlah fisik yang diperoleh dalam bentuk buah
kakao yang selanjutnya diolah menjadi biji kakao kering dan
dinyatakan dalam bentuk kg, dalam satu kali panen.
7. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
barang-barang investasi yang dapat digunakan berulang kali dalam
proses produksi usahatani kakao, dengan asumsi bahwa nilainya
didasarkan pada harga barang investasi pada saat tahun pembelian,
yang dinilai dalam rupiah (Rp).
8. Biaya tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah biaya yang
dikeluarkan selama tanaman belum berproduksi, yang dihitung dengan
nilai rupiah (Rp).
9. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan setelah tanaman mulai
berproduksi dan dihitung dalam nilai rupiah (Rp).
10. Penerimaan adalah nilai produksi dari hasil penjualan yang dinilai
dengan rupiah (Rp).
11. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi kakao yang dinilai dengan rupiah
(Rp).
71
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Batas Wilayah dan Topografi
Desa Soga merupakan salah satu dari 13 desa yang ada di wilayah
kecamatan Marioriwawo dengan luas wilayah 2.200 ha. Desa Soga
terbagi dalam 3 (tiga) dusun, yaitu dusun Bellalao, dan dusun Pallawa,
dusun Tonronge.
Desa Soga terletak 37 km dari ibukota kabupaten Soppeng dan
berjarak 15 km dari ibukota kecamatan Marioriwawo. Adapun batas-batas
wilayah desa Soga sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan desa Mariorilau
Sebelah timur berbatasan dengan desa Barae
Sebelah selatan berbatasan dengan desa Goarie
Sebelah barat berbatasan dengan desa Goarie
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta desa Soga pada Lampiran 11.
Desa Soga berada pada ketinggian 150 m diatas permukaan laut
(dpl), dengan keadaan tofografi adalah berbukit.
4.2 Jenis Tanah dan Penggunaanya
Jenis tanah di desa Soga adalah lempung dan berwarna kuning.
Penggunaan tanah di desa Soga yang luasnya 1.605 ha disajikan pada
Tabel 1.
72
Tabel 1. Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No. Penggunaan Tanah Luas Lahan (ha) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ladang Pemukiman Perkebunan Lapangan Perkantoran Pemerintah Hutan Perkuburan
52 12
1.260 1 3
275 2
3,24 0,75
78,51 0,06 0,19
17,13 0,12
Jumlah 1.605 100,00
Sumber : Kantor Desa Soga, 2008.
Pada Tabel 1. terlihat bahwa penggunaan lahan yang terbesar
adalah lahan tanah perkebunan yang luasnya 1.260 ha (78,51%) dan
penggunaan lahan terkecil adalah lahan untuk lapangan olahraga seluas 1
ha (0,06%).
4.3 Keadaan Iklim
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani
adalah keadaan iklim dan curah hujan yang berlaku di daerah tersebut.
Desa Soga mempunyai temperatur minimum 240C dan temperatur
maksimun 300C, dan curah hujan rata-rata 102 mm/tahun. Desa Soga
merupakan daerah yang beriklim C (agak basah).
4.4 Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan modal dasar (aset) bagi suksesnya
pembangunan, karena itu peranannya akan menentukan bagi
perkembangan satu wilayah baik dalam skala regional maupun nasional.
Untuk mengetahui keadaan penduduk di desa Soga, dapat dilihat dari segi
umur, jenis kelamin, pendidikan dan jenis matapencaharian.
73
4.4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di desa Soga sebanyak 1.746 jiwa yang terdiri
dari pria 815 jiwa dan wanita 931 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai
jumlah penduduk di desa Soga, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Kelompok Umur
(tahun)
Jenis Kelamin Total
Persentase (%) Pria(jiwa) Wanita (jiwa)
0-6 7-14
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 >65
86 89 54 60 55 51 64 64 70 67 71 54 30
91 93 62 65 70 60 70 72 76 79 86 60 47
177 182 116 125 125 111 134 136 146 146 157 114 77
10,14 10,42 6,64 7,16 7,16 6,36 7,68 7,79 8,36 8,36 8,99 6,53 4,41
Jumlah 815 931 1.746 100,00
Sumber : Kantor Desa Soga, 2008
Pada Tabel 2. terlihat bahwa jumlah penduduk desa Soga pada
umumnya didominasi oleh kelompok umur usia produktif yaitu 15-64 tahun
sebanyak 1.310 jiwa. Dan usia non produktif adalah mereka yang berada
pada usia 14 tahun ke bawah dan usia lanjut yaitu 65 tahun ke atas
sebanyak 436 jiwa.
74
4.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan tolok ukur dalam melihat
kemampuan masyarakat untuk dapat menerima suatu inovasi baru. Selain
itu dengan adanya pendidikan yang cukup memadai akan mempengaruhi
pola pikir seseorang sehingga mereka mampu untuk melaksanakan/
melakukan suatu pekerjaan yang lebih produktif. Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai jumlah penduduk berdasarkan dari tingkat pendidikan
masyarakat desa Soga dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tidak Pernah Sekolah Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Perguruan Tinggi
177 23
754 474 200
73 45
10,14 1,32
43,18 27,15 11,45 4,18 2,58
Jumlah 1.746 100,00
Sumber : Kantor Desa Soga, 2008.
Pada Tabel 3. terlihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat di desa
Soga, cukup memadai hal ini dilihat dari jumlah penduduk yang pernah
memperoleh pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai Perguruan
Tinggi. Meskipun jumlah penduduk yang sempat melanjutkan
pendidikannya hingga ke Perguruan Tinggi adalah jumlah yang paling
sedikit yaitu 45 jiwa (2,58%) dari total jumlah penduduk yang umumnya
telah memperoleh pendidikan formal dimulai dari tingkat SD.
75
4.4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk di desa Soga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
senantiasa melaksanakan berbagai jenis kegiatan, baik di sektor pertanian
maupun pemerintahan selengkapnya mengenai matapencaharian
penduduk desa Soga disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No. Jenis Matapencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11.
Petani Buruh Tani Buruh/Swasta Pegawai Negeri Guru Pedagang Montir Penjahit Supir Tukang Kayu Tukang Batu
1.059 56 5
16 2
31 4 3
22 18 7
86,59 4,58 0,40 1,31 0,16 2,54 0,33 0,25 1,80 1,47 0,57
Jumlah 1.223 100,00
Sumber : Kantor Desa Soga, 2008.
Pada Tabel 4. terlihat bahwa penduduk di desa Soga pada
umumnya memiliki matapencaharian sebagai petani yaitu 1.059 jiwa
(86,59%), sedangkan jumlah penduduk yang bermatapencaharian
sebagai guru merupakan yang paling sedikit yaitu sebesar 2 jiwa (0,16%).
Hal tersebut didukung oleh pola penggunaan lahan di Desa Soga, dimana
penggunaan lahan untuk perkebunan adalah yang paling luas (1.260 ha).
4.5 Sarana dan Prasarana
Adanya sarana dan prasarana yang memadai mendukung kegiatan
masyarakat suatu daerah dalam melaksanakan kegiatan sosial ekonomi.
Lebih lanjut mengenai sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 5.
76
Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No. Uraian Jumlah Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6. 7.
Sarana Pendidikan TK SD SLTP TPA
Sarana Peribadatan Mesjid Mushollah
Sarana Kesehatan Polindes Posyandu
Sarana Perekonomian Kios/Toko Pasar
Sarana Pengangkutan Mobil Motor Mini Bus
Kantor Desa Prasarana Perhubungan Jalan (km)
1 2 1 3
3 3
2 3
24 1
31 91 19 1 8
0,52 1,04 0,52 1,55
1,55 1,55
1,04 1,55
12,44 0,52
16,06 47,15 9,84 0,52 4,15
Jumlah 193 100,00
Sumber : Kantor Desa Soga, 2008.
Pada Tabel 5. terlihat bahwa sarana dan prasarana yang ada di
desa Soga cukup memadai sehingga masyarakat dapat melaksanakan
kegiatannya sehari-hari baik kegiatan sosial budaya, maupun ekonomi.
Hal ini dapat dilihat dengan tersedianya fasilitas seperti sarana
pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan, sarana perekonomian,
sarana pengangkutan, Prasarana Perhubungan (Jalan) dan Kantor Desa.
Dengan demikian sarana dan prasarana tersebut cukup menunjang
kegiatan masyarakat desa Soga.
77
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Petani Responden
Identitas petani responden menggambarkan keadaan dan kondisi
status petani responden dalam usahataninya. Dengan adanya identitas
petani responden maka akan memudahkan dalam menganalisis
usahataninya. Identitas responden meliputi nama responden, umur,
tingkat pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan keluarga dan
luas lahan, dapat dilihat pada Lampiran 3. Identitas petani responden
akan dibahas berikut ini.
5.1.1 Umur
Umur akan sangat mempengaruhi dalam kegiatan berusahatani.
Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan bekerja dan cara berpikir
petani dalam menerima inovasi baru. Pada umumnya petani yang
berumur muda mempunyai kemampuan fisik lebih kuat dan responsif
terhadap penerapan inovasi baru dibandingkan petani yang berumur tua.
Adapun tingkat umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 6. berikut
ini :
Tabel 6. Kisaran Rata-rata Umur Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No Kisaran Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. ≤ 50 15 50,00
2. > 50 15 50,00
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008
78
Dari Tabel 6. terlihat bahwa umur petani responden berkisar x ≤ 50
dan x > 50 dengan presentase yang sama yaitu 50,00%. Hal ini
menunjukkan bahwa yang bekerja sebagai petani masih tergolong
produktif, usia produktif yakni antara 15 – 64 tahun.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani dan
turut mempengaruhi keberhasilan dalam mengelolah usahataninya.
Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih
dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Tingkat pendidikan petani
responden di lapangan dapat dilihat pada Tabel 7. berikut ini :
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 3 10,00
2. SD-Tamat 17 56,67
3. SLTP-Tamat 3 10,00
4. SLTA-Tamat 6 20,00
5. S1 1 3,33
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008
Berdasarkan Tabel 7. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
petani responden yang tertinggi pada tingkat S1, itupun hanya sekitar
3,33%. Sedangkan selebihnya tamat-SLTA sekitar 20,00%, tamat-SLTP
sekitar 10,00%, tamat-SD sekitar 56,67% dan tidak sekolah sekitar 10%.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penerimaan inovasi petani responden
rendah sehingga mempengaruhi hasil produksi dan pendapatan yang
diperoleh.
79
5.1.3 Lama Berusahatani
Pengalaman berusahatani yang dimaksud adalah terhitung sejak
melepaskan diri dari keluarga dan mengusahkan sendiri usahataninya.
Pengalaman hidup petani merupakan pelajaran besar untuk menuju ke
tingkat pengembangan usahanya. Tabel 8. berikut ini akan menunjukkan
pengalaman berusahatani dari petani responden sebagai berikut :
Tabel 8. Kisaran Rata-rata Lama Berusahatani Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No Kisaran Lama
Berusahatani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. ≤ 27 17 56,67
2. > 27 13 43,33
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008
Tabel 8. menunjukkan bahwa petani responden telah berusahatani
x ≤ 27 dan x > 27 dengan presentase 56,67% dan 43,33%. Melihat waktu
yang begitu lama dalam berusahatani, menandakan bahwa pengalaman
dan keterampilan yang dimiliki cukup matang. Sehingga dalam bertindak
ia akan selalu berhati-hati mengingat banyaknya pengalaman yang telah
ia dapatkan, apabila itu berhubungan dengan usahataninya.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga merupakan semua orang yang tinggal dalam
satu rumahtangga atau berada di luar rumah tetapi menjadi menjadi
tanggungan kepala keluarga. Pada dasarnya tanggungan keluarga dapat
80
mempengaruhi besar kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga
petani dapat membantu kelancaran usahataninya terutama dalam hal
penggunaan tenaga kerja, tetapi dilain pihak menyebabkan beban biaya
hidup yang ditanggung oleh petani. Jumlah tanggungan keluarga petani
responden dapat dilihat pada Tabel 9. berikut ini :
Tabel 9. Kisaran Rata-rata Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No Kisaran Jumlah Tanggungan
Keluarga (orang) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. ≤ 3 23 76,67
2. > 3 7 23,33
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008
Dari Tabel 9. menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga dari
petani responden berkisar 3 orang. Jumlah tanggungan keluarga yang
terbanyak berada pada kisaran ≤ 3 orang sebanyak 23 orang dengan
persentase 76,67%. Sedangkan responden yang memiliki tanggungan
keluarga rendah berada pada kisaran > 3 orang sebanyak 7 orang dengan
persentase 23,33%. Besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga akan
menentukan perilaku petani dalam usahataninya. Makin besar jumlah
tanggungan keluarganya maka makin dinamis pula dalam usahataninya,
karena ia terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya.
81
5.1.5 Luas Lahan
Pada dasarnya luas lahan yang dikelola oleh petani responden
sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahataninya baik terhadap jenis
komoditi maupun pada pola usahatani itu sendiri. Luas lahan yang dimiliki
petani responden dapat dilihat pada Tabel 10. berikut ini
Tabel 10. Rata-rata Luas Lahan Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No Luas Lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. ≤ 1,34 16 53,33
2. > 1,34 14 46,67
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008
Dari Tabel 10. terlihat bahwa luas lahan yang dimiliki petani
responden berkisar 46,67% luas lahannya di atas 1,34 ha dan 53,33%
petani yang luas lahannya di bawah 1,34 ha. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat penguasaan lahan petani sudah tergolong tinggi.
5.2 Pengelolaan Usahatani Kakao
Bertanam buah secara benar penting untuk diketahui dalam
usahatani buah. Dengan pengetahuan tentang budidaya diharapkan
jumlah dan mutu petani buah dapat dipacu. Seperti pada tanaman
perkebunan lainnya, penanaman kakao diawali dengan persiapan areal
penanaman. Kemudian disusul dengan penanaman pohon pelindung.
Setelah pohon pelindung cukup besar, barulah bibit kakao ditanam.
82
Untuk keperluan menutup tanah yang telah terbuka dengan segera
dan juga sebagai pelindung sementara tanaman kakao muda dari
serangan terik matahari maupun kencangnya angin, maka penaungan
sementara sangat diperlukan. Jenis pohon pelindung sementara yang
digunakan dapat berupa pohon pisang, dan jenis pohon pelindung tetap
dapat berupa pohon kelapa.
Jarak tanam yang ideal adalah jarak yang sesuai dengan
perkembangan bagian atas tanaman serta cukup tersedianya ruang bagi
perkembangan perakaran di dalam tanah. Pada umumnya jarak tanam
tanaman kakao yang digunakan adalah jarak 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m.
Ukuran lubang tanam yang dipersiapkan bervariasi menurut berat
ringannya tanah. Pada tanah berat, lubang tanaman dibuat dalam ukuran
yang lebih besar, yaitu 60 x 60 x 60 cm. Pada tanah sedang atau ringan
lubang tanam dibuat ukuran 50 x 50 x 50 cm atau 40 x 40 x 40 cm.
Lubang yang akan ditanam dibiarkan sampai sebulan agar gas-gas
beracun hilang dan bibit penyakit mati. Lubang tanam sebaiknya dibuat
saat musim kemarau.
Pengisian lubang tanam menggunakan tanah yang dicampur
dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 3. Penanaman
dilakukan pada saat permulaan musim hujan. Penanaman sebaiknya
dilakukan pada sore hari untuk menghindari kelayuan.
83
5.3 Pemeliharaan Tanaman Kakao
Pemeliharaan tanaman kakao meliputi beberapa tindakan sejak
tanaman mulai ditanam sampai siap panen. Pemeliharaan tanaman kakao
meliputi pemupukan, pemangkasan dan pengendalian hama dan penyakit.
Pemupukan berarti menambah unsur-unsur hara tertentu dalam
tanah yang berada dalam keadaan kekurangan. Pada umumnya pupuk
yang digunakan oleh petani adalah pupuk urea dan ZA. Teknik
pemupukan pada tanaman kakao adalah membuat parit melingkar di
sekeliling batang utama. Sebelum pupuk ditaburkan, lingkaran di sekitar
batang utama dibersihkan terlebih dahulu. Umumnya pemupukan
dilakukan setahun 2 kali, yaitu pada permulaan dan akhir musim
penghujan, biasanya pada bulan Maret/April dan Oktober/Nopember. Hal
ini dimaksudkan agar pemanfaatan pupuk benar-benar efisien dan tidak
tercuci air hujan.
Selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM) pemeliharaan
ditujukan kepada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan
vegetatif yang baik. Bagi tanaman kakao, pemangkasan berarti untuk
meningkatkan produksi dan mempertahankan umur ekonomis tanaman.
Secara umum pemangkasan bertujuan untuk :
1. Mendapatkan pertambahan tajuk yang seimbang dan kukuh
2. Mengurangi kelembapan sehingga aman dari serangan hama dan
penyakit
84
3. Memudahkan pelaksanaan panen dan pemeliharaan penyemprotan
insektisida atau pemupukan
4. Mendapatkan produksi yang tinggi, karena pemangkasan akan
merangsang pembungaan/pembuahan yang disebabkan oleh adanya
keseimbangan vegetatif dan generatif.
Pada tanaman kakao yang belum menghasilkan (TBM), setelah
berumur 8 bulan perlu dilakukan pemangkasan. Pemangkasan demikian
disebut pemangkasan bentuk. Sekali dua minggu tunas-tunas air
(chuppon) dipangkas dengan cara memotongnya tepat dipangkal batang
utama atau cabang primer yang tumbuh. Sebanyak 5-6 cabang dikurangi
sehingga hanya tinggal 3-4 cabang saja. Cabang yang dibutuhkan adalah
cabang yang simestris terhadap cabang utama, kukuh dan sehat.
Bentuk pemangkasan yang lain adalah pemangkasan produksi.
Pada pemangkasan ini cabang-cabang yang tidak produktif, tumbuh ke
arah dalam, menggantung atau cabang kering serta cabang yang
terserang hama dan penyakit maupun yang terhimpit. Dengan
pemangkasan produksi, diharapkan produksipun meningkat karena
pemangkasan tersebut akan mengurangi cabang-cabang yang hanya
memanfaatkan hara saja, menambah kelembapan dan dapat mengurangi
intensitas sinar matahari bagi daun.
Disamping pemangkasan bentuk, dikenal juga pemangkasan
pemeliharaaan yang lebih mengutamakan keseimbangan cabang primer.
Tunas-tunas air (chuppon) harus dipangkas, karena jika dibiarkan tumbuh
akan menyerap hara semata-mata dan menjadi inang beberapa hama.
85
Pemeliharaan pada tanaman kakao meliputi pula pengendalian
hama dan penyakit tanaman. Berbagai hama dan penyakit menyerang
tanaman ini, antara lain Helopeltis sp, yang menyerang buah dan pucuk-
pucuk muda. Conopomorpha cramerella yang dikenal dengan penggerek
buah sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman kakao itu
adalah busuk buah dan kaker batang.
Apabila syarat-syarat penanaman telah dilakukan dengan baik,
buah kakao dapat dipanen pada tahun keempat. Buah yang siap untuk
dipanen atau dipetik adalah buah-buah yang masak optimal. Kriteria buah
masak umumnya berdasarkan warna luarnya. Warna itu sangat
dipengaruhi oleh jenis atau varietas tanaman kakao itu sendiri. Buah-buah
yang semula berwarna merah jika masak akan berwarna orange dan buah
yang semula berwarna hijau jika masak akan berwarna kuning. Waktu
yang dibutuhkan oleh buah mulai terbentuk sampai masak adalah 6 bulan
(Muljana, W, 1982 : 55).
Pemetikan buah haruslah dilakukan dengan mempergunakan pisau
yang tajam dan hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai
buah tepat dibatangnya atau cabang yang ditumbuhi buah. Dengan
demikian tangkai buah pun tidak tersisa di batang atau cabang sehingga
tidak menghalangi pembungaan pada periode berikutnya (Muljana, W,
1982 : 55).
86
5.4 Biaya-biaya Usahatani Kakao
Secara umum biaya yang terjadi pada usahatani kakao terdiri dari
biaya investasi, biaya Tanaman Belum Manghasilkan (TBM) dan biaya
produksi yang meliputi biaya pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM),
biaya panen dan biaya penjemuran.
5.3.1 Biaya Investasi
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya investasi pada usahatani
kakao ini meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian lahan,
sertifikasi lahan, upah tenaga kerja (pengolahan lahan, penanaman pohon
pelindung, pembuatan lubang tanam dan penanaman bibit kakao), serta
biaya pembelian peralatan. Untuk lebih jelasnya mengenai perincian biaya
investasi, dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perincian Biaya Investasi yang Dikeluarkan pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No. Uraian Jumlah Satuan Nilai (Rp)
1 2 3 4 5
Pra Investasi - Sertifikasi Lahan Lahan/Tanah Upah Tenaga Kerja - Pengolahan Lahan - Penanaman Pohon Pelindung - Pembuatan Lubang - Penanaman Kakao Peralatan Bibit
-
1 ha - - - - -
1.000 pohon
1.000.000
54.400.000
375.000 45.000
1.500.000 150.000 810.000
1.000.000
Total 59.280.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
87
Pada Tabel 11. terihat bahwa total investasi yang digunakan untuk
usahatani kakao adalah sebesar Rp 59.280.000,- dengan alokasi dana
terbesar pada lahan yaitu dengan nilai Rp 54.400.000,- Adapun bibit untuk
tanaman pohon pelindung, petani responden tidak mengeluarkan biaya
sebab sudah tersedia di sekitar lokasi.
5.3.2 Biaya Tanaman Belum Menghasilkan
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya TBM meliputi pembelian
pupuk, pestisida, pemeliharaan tanaman selama tanaman kakao belum
berproduksi, yaitu dari umur tanaman 0 tahun sampai umur tanaman 3
tahun. Total biaya TBM yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.563.700,-.
Untuk lebih jelasnya, perincian biaya Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Perincian Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) pada Usahatani Kakao, di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Umur Tanaman (tahun)
Uraian Nilai (Rp) Total (Rp)
0 1 2 3
- Pembelian Pupuk - Pembelian Pestisida - Pemeliharaan - Pajak Lahan - Pembelian Pupuk - Pembelian Pestisida - Pemeliharaan - Pajak Lahan - Pembelian Pupuk - Pembelian Pestisida - Pemeliharaan - Pajak Lahan - Pembelian Pupuk - Pembelian Pestisida - Pemeliharaan - Pajak Lahan
200.000 105.000 180.000 12.000
127.000 40.000 67.500 12.000
227.200 40.000 60.000 12.000
374.000 95.000 45.000 12.000
497.000
246.500
339.200
481.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
88
Berdasarkan Tabel 12. dapat diketahui bahwa biaya terbesar terjadi
pada awal kegiatan pengusahaan tanaman (Tahun 0), yaitu sebesar Rp
497.000,- Total kebutuhan pupuk selama masa tanaman belum
menghasilkan (TBM) adalah sebesar 780 kg/ha/tahun dengan total nilai
Rp 497.000,- sedangkan total kebutuhan pestisida, pemeliharaan
tanaman dan pajak tanah adalah berturut-turut sebesar Rp 280.000,-, Rp
352.000,-, Rp 48.000,-.
Penanganan yang intensif pada masa TBM memegang peranan
penting dalam silkus produksi tanaman kakao, karena pada tahun-tahun
pertama penanaman, sistem perakaran masih lemah dan masih rendah
daya adaptasinya sehingga apabila kurang mendapat perhatian dalam hal
pemeliharaan akan mempengaruhi produksi pada tahun-tahun berikutnya.
Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) pada umur 1, 2 dan 3
tahun tidak sebesar pada saat awal penanaman (tahun 0). Adapun biaya
investasi pada umur tanaman 1, 2 dan 3 tahun masing-masing sebesar Rp
246.500,-, Rp 339.200,-, dan Rp 481.000,-
5.3.3 Biaya Produksi
Biaya produksi pada usahatani kakao ini adalah biaya yang
dikeluarkan setelah tanaman mulai berproduksi yaitu pembelian pupuk,
pestisida, peralatan, serta upah tenaga kerja untuk pemeliharaan
tanaman.
89
Sesuai dengan pertambahan umur tanaman terdapat perbedaan
biaya produksi untuk masing-masing umur tanaman. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh alokasi biaya yang berbeda-beda untuk tiap periode
umur tanaman. Total biaya produksi usahatani kakao di desa Soga
sebesar Rp 20.076.000,-. Untuk lebih jelasnya alokasi biaya produksi per
umur tanaman dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Biaya Produksi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Umur Tanaman (tahun)
Uraian
Total (Rp)
Biaya Pupuk (Rp)
Biaya Pestisida
(Rp)
Biaya Peralatan
(Rp)
Upah Tenaga
Kerja (Rp)
Pajak Lahan (Rp)
4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17
614.000 810.000
1.136.000 1.306.000 1.069.000 1.239.000 1.154.000 1.069.000 1.069.000
702.000 787.000 787.000 787.000 753.500
50.000 115.000 150.000 210.000 60.000
150.000 135.000 110.000 150.000 75.000
110.000 210.000 50.000
150.000
134.000 -
264.000 20.000 4.000
60.000 524.000 50.000
264.000 20.000 64.000
- 24.000
-
67.000 127.000 217.000 209.500 269.500 269.500 397.000 397.000 397.000 397.000 292.000 292.000 209.500 209.500
12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000
877.000 1.064.000 1.779.000 1.757.500 1.414.500 1.730.500 2.222.000 1.638.000 1.892.000 1.206.000 1.265.000 1.301.000 1.082.500 1.125.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
Dari Tabel 13. diatas terlihat bahwa biaya produksi bebeda-beda
sejak umur tanaman 4 tahun dan biaya produksi tertinggi dikeluarkan
pada umur tanaman 10 tahun yaitu sebesar Rp 2.222.000,-. Biaya
produksi yang cenderung meningkat disebabkan oleh adanya biaya
tenaga kerja untuk pemeliharaan tanaman, pemanenan dan penjemuran.
Dan fluktuatif disebabkan adanya perbedaan biaya peralatan setiap
tahunnya dan biaya pupuk yang digunakan tidak konstan dari setiap
tahunnya.
90
Selanjutnya biaya produksi semakin berkurang seiring dengan
semakin tuanya umur tanaman. Dalam menganalisis biaya ini digunakan
harga konstan yang disesuaikan dengan nilai riil pada umur 10 tahun
pengusahaan yaitu tahun 2008. Tahun nilai penilaian (t=0) adalah tahun
1998, dimana semua nilai yang berupa uang dikembalikan ke nilai di
tahun 2008.
Secara umum biaya yang dikeluarkan petani dalam menunjang
keberhasilan pengelolaan usahatani dibedakan atas biaya variabel dan
biaya tetap. Perbedaan dari kedua jenis biaya ini terletak pada
penanganannya dalam kegiatan pengelolaan usahatani. Dalam hal ini
biaya variabel diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh petani
selama berlangsungnya kegiatan proses produksi dan secara langsung
berpengaruh terhadap volume produksi. Adapun biaya tetap diartikan
sebagai biaya yang tetap dikeluarkan oleh petani meskipun kegiatan
produksi tidak berlangsung dan besarnya biaya ini tidak dipengaruhi oleh
volume produksi.
Biaya variabel yang dikeluarkan dalam usahatani kakao ini meliputi
biaya pembelian bibit, pupuk, pestisida dan biaya upah tenaga kerja.
Penetapan biaya didasarkan pada keadaan yang sebenarnya dengan
menggunakan harga yang ditemukan di lapangan (harga riil).
91
a. Bibit
Bibit merupakan bahan yang ditumbuhkan dalam suatu proses
produksi usahatani. Jumlah dan kualitas bibit yang digunakan akan
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao. Bibit yang digunakan
dalam usahatani kakao ini diperoleh dari penangkaran bibit dengan harga
1000 rupiah per pohon.
Untuk lahan seluas satu hektar ditanam bibit kakao sebanyak 1000
pohon dengan jarak tanam 3 x 3 meter. Total biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian bibit adalah sebesar Rp 1.000.000,-
b. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa-
sisa kotoran ternak yang diberikan pada tanaman untuk meningkatkan
kesuburan tanah. Pupuk kandang berguna untuk menyuburkan tanah,
membuat tanah menjadi remah dan tidak padat, mendorong
mikroorganisme yang berguna dalam tanah untuk bekerja lebih aktif dan
mengikat air.
Pupuk kandang yang digunakan dalam usahatani kakao ini adalah
kotoran kuda. Pemberian pupuk kandang hanya diberikan pada saat
pengolahan tanah, sebanyak 200 kilogram untuk lahan satu hektar.
c. Pupuk Urea
Pupuk urea merupakan pupuk buatan atau organik yang
mengandung unsur nitrogen (N) yang berguna untuk pertumbuhan pucuk
daun. Penggunaan pupuk urea secara tepat akan mempengaruhi
92
peningkatan hasil produksi kakao. Pada usahatani kakao ini penggunaan
pupuk urea semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan unsur
tanaman. Total kebutuhan pupuk urea selama umur pengusahaan
tanaman kakao (17 tahun) di desa Soga adalah 4.505 kg, dengan total
biaya sebesar Rp 5.737.500,-.
d. Pupuk ZA
Pupuk ZA (Amonium Sulfat) adalah salah satu pupuk sumber N.
Pupuk ZA selain mengandung unsur N sebesar 20%-21% juga
merupakan sumber belerang (S) sebesar 24%. Total kebutuhan pupuk ZA
yang digunakan selama pengusahaan tanaman kakao (17 tahun) adalah
6000 kg, dengan total biaya sebesar Rp 6.780.000,-.
e. Pupuk TSP
Pupuk TSP termasuk salah satu pupuk buatan atau anorganik yang
mengandung unsur kalium (P) yang penting untuk pertumbuhan yang
masih muda sebagai perangsang akar, bagi yang sudah menghasilkan,
mempercepat masaknya buah dan menyusun buah yang sehat. Besarnya
pupuk TSP yang digunakan oleh responden pada usahatani ini adalah
sebesar 450 kg, dengan biaya sebesar Rp 765.000,-.
f. Pestisida
Pestisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
mengendalikan semua jenis jasad penggunaaan berupa hama, gulma
atau penyebab penyakit (jamur, virus dan bakteri). Serangan hama dan
penyakit dapat menurunkan produksi, oleh karena itu untuk
93
mempertahankan produksi maka petani harus dapat mengendalikan
serangan hama dan penyakit tersebut dengan menggunakan pestisida.
Jenis pestisida yang digunakan adalah sevin, furadan, tiodan, 505 50c
dan asdarin.
Total kebutuhan pestisida yang digunakan selama 17 tahun
pengusahaan tanaman adalah sebesar 11 kg pestisida bentuk padat
dengan biaya sebesar Rp 465.000,- dan 17,25 liter pestisida bentuk cair
dengan biaya sebesar Rp 1.495.000,- Untuk lebih jelasnya mengenai
penggunaan bibit, pupuk dan pestisida setiap tahun umur tanaman dapat
dilihat pada Lampiran 6 dan 7.
g. Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh petani turut mempengaruhi
pengolahan usahatani. Peralatan usahatani yang dimaksud adalah semua
jenis peralatan yang digunakan petani dalam mengelolah usahataninya.
Jenis peralatan usahatani yang digunakan adalah hand sprayer, linggis,
pacul, parang, pisau panen, ember, karung dan tikar jemur.
Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian peralatan pada
tahun nol adalah sebesar Rp 810.000,-, dan pada tahun keempat setelah
tanaman mulai berproduksi ada penambahan peralatan setiap tahunnya.
Pada tahun ke-5 dan tahun ke-15 tidak dikeluarkan biaya untuk paralatan.
Total keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk peralatan sebesar Rp
2.238.000,-.
94
h. Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan pada usahatani kakako ini adalah
tenaga kerja manusia. Tenaga kerja dihitung berdasarkan jumlah jam, hari
dan banyaknya tenaga kerja yang dikorbankan sejak pengolahan lahan,
pembuatan lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, pemanenan
sampai kepada penjemuran. Besarnya biaya untuk pengolahan lahan
pada tahun awal pengusahaan adalah sebesar Rp 375.000,-. Biaya
penanaman pohon pelindung sebesar Rp 45.000,-, biaya tenaga kerja
untuk pembuatan lubang tanam sebesar Rp 1.500.000,- dan biaya
penanaman bibit kakao untuk lahan satu hektar adalah Rp 150.000,-.
5.3.4 Penyusutan dan Nilai Sisa
Penyusutan adalah pengurangan nilai suatu barang karena adanya
pemakaian selama dalam suatu kurung waktu. Sedangkan nilai sisa
(salvage value) adalah sisa dari pada capital assets yang “tidak terpakai
lagi” selama umur proyek usahatani. Nilai sisa ini selanjutnya ditambahkan
dengan penyusutan pada tahun terakhir umur proyek usahatani yaitu pada
tahun ke-17. Selengkapnya mengenai penyusutan dan nilai sisa dapat
dilihat pada Tabel 14.
95
Tabel 14. Penyusutan dan Nilai Sisa pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No. Investasi Jumlah (unit)
Nilai (Rp) Umur
Ekonomis (tahun)
Penyusutan/ tahun (Rp)
Penyusutan/ 17 tahun
(Rp)
Nilai Sisa (Rp)
1
2
Tanah
Peralatan
- H.Sprayer
- Linggis
- Pacul
- Parang
- P.Panen
- Ember
- Karung
- T.Jemur
1 ha
2
1
6
6
6
10
14
20 m
54.400.000
1.000.000
50.000
180.000
600.000
180.000
100.000
28.000
100.000
-
10
17
6
6
5
3
2
7
-
50.000
2.941,17
10.000
33.333,32
12.000
6.666,66
2.000
7.142,85
-
850.000
50.000
170.000
566.666,44
156.000
86.666,58
26.000
92.857,05
54.400.000
250.000
0
10.000
33.333,56
24.000
13.333,42
2.000
7.142,95
Total 56.638.000 124.084 1.998.190,07 54.639.809,93
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
Dari Tabel 14. diatas terlihat bahwa total nilai penyusutan selama
umur proyek usahatani (17 tahun) adalah sebesar Rp 1.998.190,07,-,
sedangkan total nilai sisa diperoleh selama umur proyek/peneltian
usahatani adalah sebesar Rp 54.639.809,93,-. Nilai sisa tersebut
selanjutnya ditambahkan dengan penerimaan ditahun terakhir umur
proyek usahatani yaitu pada tahun ke-17.
5.5 Produksi dan Nilai Produksi
Manfaat (benefit) yang dihasilkan dari usahatani kakao berupa nilai
panen buah kakao yang selanjutnya diolah menjadi biji kakao kering dan
dinyatakan dalam kilogram (kg).
Produksi kakao adalah banyaknya hasil yang diperoleh dari
tanaman yang dikelolah setiap tahunnya. Tanaman kakao di desa Soga
mulai berproduksi pada umur 4 tahun sampai umur tahun 17 tahun.
Setelah itu produksi tanaman sudah tidak produktif lagi sehingga tanaman
kakao harus diremajakan kembali.
96
Produksi kakao di desa Soga berkisar antara 535 kg/ha/tahun
sampai 1828 kg/ha/tahun dengan produksi keseluruhan selama 17 tahun
adalah sebesar 19.723 kg.
Nilai produksi yang diperoleh oleh petani di desa Soga berkisar
antara Rp 9.095.000,- sampai dengan Rp 31.076.000,-. dengan total nilai
produksi selama 17 tahun adalah sebesar Rp 335.291.000. Nilai produksi
tersebut diperoleh dari hasil penjualan kakao kering dengan harga Rp
17.000/kg.
Jumlah produksi dan nilai produksi kakao yang diperoleh petani
responden di desa Soga dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Produksi dan Nilai Produksi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng, 2008.
Umur Tanaman (tahun)
Produksi (kg/ha/tahun)
Nilai Produksi (Rp/ha/tahun)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17
- - - -
535 875
1.050 1.273 1.508 1.625 1.828 1.785 1.760 1.644 1.595 1.485 1.385 1.375
- - - -
9.095.000 14.875.000 17.850.000 21.641.000 25.636.000 27.625.000 31.076.000 30.345.000 29.920.000 27.948.000 27.115.000 25.245.000 23.545.000 23.375.000
Total 19.723 335.291.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008
97
Berdasarkan Tabel 15. dapat diketahui bahwa pada umur tanaman
4 tahun, tanaman mulai berproduksi dengan jumlah produksi maksimum
dicapai pada umur tanaman 10 tahun dengan jumlah produksi sebesar
1.828 kg/ha/tahun. Pada umur 11 tahun produksi mulai menurun seiring
dengan semakin menuanya umur tanaman sehingga pada umur tanaman
17 tahun hanya diperoleh produksi sebesar 1.375 kg/ha/tahun kakao
kering.
Nilai produksi yang dimaksud pada usahatani kakao ini adalah
banyaknya penerimaan yang diterima setelah menjual hasil panen. Pada
umur tanaman 4 tahun (tahun awal produksi) diperoleh nilai produksi
sebesar Rp 9.095.000,- dan selanjutnya semakin meningkat seiring
dengan pertambahan jumlah produksi. Nilai produksi maksimum yang
dicapai pada umur tanaman 10 tahun dengan nilai produksi sebesar Rp
31.076.000,-.
5.6 Pendapatan Usahatani Kakao
Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan bersih yang
diperoleh dan merupakan selisih antara nilai produksi dengan total biaya
yang dikeluarkan. Pendapatan yang diperoleh selama tanaman kakao
berproduksi dari umur tanaman 4 tahun sampai 17 tahun berkisar antara
Rp 8.218.000,- sampai dengan Rp 28.866.000,- total seluruh pendapatan
adalah sebesar Rp 30.9073.110,- Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 16.
98
Tabel 16. Arus Cash Flow pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Umur Tanaman (tahun)
Cash In Flow (Rp)
Cash Out Flow (Rp)
Net Cash Flow (Rp)
0 0 59.777.000 -59.777.000 1 0 246.500 -246.500 2 0 339.200 -339.200 3 0 481.000 -481.000 4 9.095.000 877.000 8.218.000 5 14.875.000 1.064.000 13.811.000 6 17.850.000 1.779.000 16.071.000 7 21.641.000 1.757.500 19.883.500 8 25.636.000 1.402.500 24.233.500 9 27.625.000 1.730.500 25.894.500 10 31.076.000 2.210.000 28.866.000 11 30.345.000 1.588.000 28.757.000 12 29.920.000 1.626.000 28.294.000 13 27.948.000 1.206.000 26.742.000 14 27.115.000 1.265.000 25.850.000 15 25.245.000 1.301.000 23.944.000 16 23.545.000 1.082.500 22.462.500 17 78.014.810 1.125.000 76.889.810
Total 38.9930.810 80.857.700 309.073.110
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
Pada Tabel 16. terlihat bahwa pada umur tanaman 0 tahun sampai
umur tanaman belum berproduksi. Selanjutnya pada tahun keempat
tananaman sudah mulai berprodusi dan diperoleh pendapatan sebesar Rp
8.218.000,- dan semakin meningkat seiring dengan peningkatan produksi
kakao.
5.7 Analisis Kelayakan Usahatani Kakao
5.6.1 Net Present Value (NPV)
Untuk mengukur sejauh mana kelayakan usulan investasi, terdapat
beberapa kriteria yang lasim disebut Invesment Criteria (Kriteria investasi).
Setiap kriteria dapat dipakai untuk menentukan diterima tidaknya suatu
usulan kelayakan usaha.
99
Net Present Value (NPV) merupakan arus kas bersih (net cash)
pada tiap tahun yang dikalikan dengan Discount Factor. Dalam analisis ini
digunakan Discount Factor 16 %. Penggunaan Discount Factor 16% ini
didasarkan pada tingkat suku bunga deposito bank pemerintah dan
swasta pada saat analisis dilakukan. Hasil analisis Net Present Value
(NPV) dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Analisis Net Present Value (NPV) pada Usahatani Kakao Di Desa soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Net Cash Flow NPV (DF 16%)
Rp 309.073.110 Rp 13.238.460,7
Sumber : Dapat Primer Setelah Diolah, 2008.
Dari Tabel 17. terlihat bahwa nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp
Rp 13.238.460,7,-. Dengan melihat pada kriteria penilaian NPV yaitu
suatu usaha dinyatakan layak apabila nilai NPV positif maka dapat
dikatakan bahwa usahatani kakao yang dikelolah oleh petani responden di
desa Soga adalah layak dan menguntungkan untuk diusahakan.
5.6.2 Internal Rate of Return (IRR)
Metode atau cara lain yang digunakan untuk mengevaluasi
kelayakan suatu proyek atau usaha adalah dengan menggunakan metode
analisis Internal Rate of Return (IRR). Yaitu metode yang digunakan untuk
menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. Nilai IRR ini dinyatakan
dengan angka persentase. Pada analisis IRR terlebih dahulu dicari nilai
NPV positif dan NPV negatif pada Discount Factor tertentu. Analisis IRR
dapat dilihat pada Tabel 18.
100
Tabel 18. Hasil Analisis Internal Rate of Return (IRR) pada Usahatani Kakao Di Desa soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
NPV Positif pada DF 18% NPV Negatif pada DF 19% IRR
Rp 901.769,5 Rp -2.568.900,08 18,78%
Sumber : Dapat Primer Setelah Diolah, 2008.
Dari hasil analisisi diperoleh nilai NPV positif sebesar Rp
901.769,5,- pada Discount Factor 18% dan nilai NPV negatif sebesar Rp -
2.568.900,08,- pada Discount Factor 19%. Hasil analisis pada kedua nilai
NPV dan Discount Factor ini diperoleh nilai IRR sebesar 18,78%. Nilai
yang diperoleh ini lebih besar dari Opportunity Cost of Capital. Nilai
18,78% ini juga menunjukkan usahatani kakao di desa Soga akan
memberikan keuntungan sampai pada tingkat suku bunga 18,78%.
Dengan melihat pada kriteria penilaian bahwa suatu usaha
menguntungkan apabila nilai IRR lebih besar dari Opportunity Cost of
Capital maka dapat dikatakan usahatani kakao di desa Soga adalah
menguntungkan dan layak diusahakan.
5.6.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Metode ini digunakan untuk melihat perbandingan antara
keuntungan dan biaya yang digunakan dalam suatu usaha (Choliq, 1999 :
33). Hasil analisis Net B/C dapat dilihat pada Tabel 19.
101
Tabel 19. Hasil Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Present Value Net Benefit Positif
Presen Value Net Benefit Negatif
Net Benefit Cost Ratio
Rp 73.788.290,3 Rp 60.549.829,6 1,22
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
Berdasarkan Tabel 19. terlihat bahwa Net Benefit pada tahun-tahun
dimana Net Benefit negatif adalah Rp 60.549.829,6,-. Sedangkan Net
Benefit pada tahun-tahun dimana Net Benetif positif adalah Rp
73.788.290,3,-. Berdasarkan kedua nilai ini maka diperoleh nilai Net B/C
sebesar 1,22. Net B/C 1,22 ini menunjukkan bahwa usahatani kakao yang
dikelolah petani di desa Soga memberikan kentungan sampai 1,22 kali
dari biaya yang dikeluarkan.
Dengan melihat pada krieria penilaian Net B/C maka dapat
dikatakan bahwa usahatani kakao ini memberikan keuntungan dan layak
untuk diusahakan oleh petani di desa Soga.
102
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.2 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada dari hasil penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa usahatani kakao yang dikelolah petani di desa Soga adalah
layak diusahakan dan menguntungkan secara finansial, dengan
berdasarkan pada hasil analisis yaitu :
Nilai Net Present Value (NPV) adalah positif yaitu sebesar Rp
13.238.460,7,- pada Discount Factor 16%
Nilai Internal Rate of Return (IRR) adalah 18,78%, yang lebih besar
dari Opportunity Cost of Capital.
Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) > 1, yaitu sebesar 1,22.
2. Petani dalam berusahatani tidak menggunakan saprodi (misalnya :
pupuk, pestisida) sesuai anjuran.
6.3 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dengan berdasarkan pada hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Usahatani kakao di desa Soga layak dan menguntungkan untuk
diusahakan. Oleh karena itu diharapkan masyarakat desa Soga terus
mengusahakan dan mengupayakan peningkatan produksi dengan
lebih memperhatikan teknik-teknik budidaya yang baik.
2. Peningkatan produksi sebaiknya disertai perbaikan kualitas/mutu biji
kering kakao dengan memperhatikan proses fermentasi dan
penjemuran yang optimal (4 – 7 hari).
103
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008a. Data dan Informasi. Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan.
. 2008b. Potensi Pengembangan Pertanian di Kabupaten Soppeng http://www.damandiri.or.id. Diakses tanggal 14 Maret 2008.
. 2008c. Potensi Tanaman Kakao untuk Dikembangkan http://www.unila.ac.id/~fp. Diakses tanggal 14 Maret 2008.
Choliq, Abdul., Rivai Wirasasmita, dan Sumarna Hasan. 1999. Evaluasi Proyek (Suatu Pengantar). Edisi Revisi. Pionir Jaya. Bandung.
Djalaluddin, Akhsan. 2007. Makalah : Gerakan Pembarahuan Kakao pada Seminar Nasional Strategi dan Peranan Pemerintah Daerah dalam Revitalisasi Pembangunan Pertanian untuk Mewujudkan Millennium Development Goals (MDGs). Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Goenadi, Didiek H. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. http://www.ipard.com/art-perkebunan. Diakses tanggal 14 Maret 2008.
Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Cet.2. Rineka Cipta. Jakarta.
Kadariah.1988. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kadariah, Lien Karlina, dan Clive Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta Timur.
Muljana, Wahju. 1982. Bercocok Tanam Coklat. CV. Aneka. Semarang.
104
Pedoman Rakyat. Senin, 17 Oktober 2005. http://www.bppmd-sulsel.go.id. Diakses tanggal 14 Maret 2008.
PPKKI (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia). 2004. Panduan
Lengkap Budidaya Kakao. Cet.1. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Salahuddin, Syahrul. 2007. Melongok Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dari H. Achmad Lamo s/d HM. Amin Syam. http://www.fajar.co.id. Diakses tanggal 14 Maret 2008.
Siregar, Tumpal., Slamet Riyadi, dan Laeli Nuraeni, 1997. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya. Jakarta
Spillane, James J. 1995. Komoditi Kakao Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Cet.1. Kanisus. Yogyakarta.
Sunanto, Hatta. 2001. Coklat Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Cet.10. Kanisus. Yogyakarta.
Susanto, F. 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Cet.1. Kanisus. Yogyakarta.
105
Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Kakao Lima Tahun Terakhir (2003-2007) di Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton)
2003
2004
2005
2006
2007
2.636
2.641
2.641
2.641
2.641
2.970
2.784
1.345
1.347
1.346
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Soppeng, 2008. Lampiran 2. Perkembangan luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Kakao
Lima Tahun Terakhir (2003-2007) di Kabupaten Soppeng, 2008.
Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton)
2003
2004
2005
2006
2007
11.148
12.861
12.861
12.962
12.692
12.261
14.106
11.152
6.820
6.877
Sumber : Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan, 2008. Catatan :
Produktivitas tanaman belum mencapai maksimal/rendah karena kondisi tanaman sebagaian sudah tua/tanaman tidak dipelihara.
Serangan hama.
106
Lampiran 3. Nama-nama Responden, Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Luas Lahan, Umur Tanaman, dan Produksi Kakao di Desa Soga, Kecamatan, Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No. Nama
Responden Umur
(tahun) Pendidikan
Lama Berusahatani
(tahun)
Jumlah Tanggungan
(jiwa)
Luas Lahan (ha)
Umur Tanaman (tahun)
Produksi (kg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Tahirman
Mastang
Rustang
Syamsu
Gusrianto
Mustari
H. Sudarman
Naharuddin
Hj. Hadrah
Alimin
H. Hasanuddin
Salama
M. Nur Buhali
Mustafa
Suparman
Nure
Muh. Jamil
Nasire
Nadi
Beccetang
Dagong
Hj. Nursia
Dising
Zainuddin
Saing
Marsuke
H. Haddade
Masa
H. Madeing
H. Kasau
34
37
37
38
38
38
39
41
42
45
48
48
49
50
50
52
53
53
53
56
57
58
58
58
60
63
63
63
63
63
SLTP
SLTP
SLTA
S1
SD
SD
SLTA
SD
SD
SD
SLTA
SD
SD
SD
SLTA
-
SLTA
-
SD
SD
SD
SD
SD
SLTA
SD
SD
SLTP
SD
-
SD
12
17
16
13
13
13
15
21
12
25
25
18
24
26
26
30
30
30
31
36
35
28
26
27
35
42
42
42
43
43
2
3
4
3
2
3
4
6
1
3
3
2
4
4
1
2
2
2
3
5
2
1
3
1
3
5
2
1
3
1
1,2
1,2
1,2
1,2
1
1
1,5
1,4
1,2
1
1,2
1,4
1,5
1,5
2
1,2
1,4
1,2
1,4
1,4
1,5
2
1,4
1
1
1,5
1,5
1,2
1,5
1,5
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
2.191
2.192
2.190
2.193
1.825
1.825
2.743
2.554
2.190
1.827
2.193
2.558
2.744
2.746
3.650
2.195
2.555
2.192
2.553
2.554
2.745
3.653
2.553
1.826
1.826
2.746
2.741
2.193
2.745
2.746
Sumber : Data Primer, 2008
107
Lampiran 4. Skedul Investasi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No. Jenis
Investasi Jumlah (unit)
Tahun Total
Investasi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 (Rp)
1 Tanah 1 ha 54400000 - - - - - - - - - - - - - - - - - 54400000
2 Peralatan
- H.Sprayer 2 500000 - - - - - - - - - 500000 - - - - - - - 1000000
- Linggis 1 50000 - - - - - - - - - - - - - - - - - 50000
- Pacul 6 60000 - - - - - 60000 - - - - - 60000 - - - - - 180000
- Parang 6 200000 - - - - - 200000 - - - - - 200000 - - - - - 600000
- P.Panen 6 - - - - 60000 - - - 60000 - - - - 60000 - - - 180000
- Ember 10 - - - - 20000 - - 20000 - - 20000 - - 20000 - - 20000 - 100000
- Karung 14 - - - - 4000 - 4000 - 4000 - 4000 - 4000 - 4000 - 4000 - 28000
- T.Jemur 20 m - - - - 50000 - - - - - - 50000 - - - - - - 100000
Total 55210000 - - - 134000 - 264000 20000 4000 60000 524000 50000 264000 20000 64000 - 24000 - 56638000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
108
Lampiran 5. Skedul Penyusutan/Tahun pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008
No. Jenis
Investasi Jumlah
Nilai (Rp)
Tahun Total Investasi
(Rp)
Nilai Sisa (Rp)
Umur Ekonomis
(tahun) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Tanah 1 ha 54400000 68000000 - - - - - - - - - - - - - - - - - 0 54400000 0
2 Peralatan
- H.Sprayer 2 1000000 500000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 - 850000 250000 10
- Linggis 1 50000 50000 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 2941.17 - 50000 0 17
- Pacul 6 180000 60000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 - 170000 10000 6
- Parang 6 600000 200000 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 33333.32 - 566666.4 33333.56 6
- P.Panen 6 180000 0 0 0 0 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 - 156000 24000 5
- Ember 10 100000 0 0 0 0 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 6666.67 - 86666.58 13333.42 3
- Karung 14 28000 0 0 0 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 - 26000 2000 2
- T.Jemur 20 m 100000 0 0 0 0 714585 714585 714585 714585 714585 714585 714585 714585 714585 714585 714585 714585 714585 - 92857.05 7142.95 7
Total 566238000
1998190 68339810
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
109
Lampiran 6. Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tahun ke-0 sampai dengan Tahun ke-3 pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No Uraian 0 1 2 3
Total Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai
1 Biaya Variabel
a. Bibit 1000 1000000 1067000
b. Pupuk
Pupuk Kandang 200 200000 100000
Pupuk Urea 50 67000 80 107200 100 134000 308200
Pupuk ZA 50 60000 100 120000 200 240000 420000
c. Pestisida
Sevin 2 80000 1 40000 1 40000 160000
Furadan 1 25000 2 50000 75000
d. Tenaga Kerja
Pemeliharaan 180000 67500 60000 45000 352500
2 Biaya Tetap
Pajak 12000 12000 12000 12000 48000
Total 1497000 246500 339200 481000 2563700
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
110
Lampiran 7. Biaya Tanaman Menghasilkan (TM) Tahun ke-4 sampai dengan Tahun ke-3 pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No Uraian 4 5 6 7 8
Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai
1 Biaya Variabel
a. Pupuk
Pupuk Urea 100 134000 150 210000 400 536000 400 536000 350 469000
Pupuk ZA 400 480000 500 600000 500 600000 500 600000 500 600000
Pupuk TSP 100 170000
b. Pestisida
Sevin 1 40000
Furadan 2 50000
Tiodan 1 60000 1 60000
505 50c 0.5 75000 1 150000 1 150000
Asdarin
c. Tenaga Kerja
Pemeliharaan 30000 30000 30000 22500 22500
Panen 30000 90000 180000 180000 240000
Penjemuran 7000 7000 7000 7000 7000
2 Biaya Tetap
a. Pajak 12000 12000 12000 12000 12000
b. Peralatan 134000 264000 20000 4000
Total 877000 1064000 1779000 1757500 1414500
111
Lanjutan Lampiran 5……….
No Uraian 9 10 11 12 13
Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai
1 Biaya Variabel
a. Pupuk
Pupuk Urea 350 469000 350 469000 350 469000 350 469000 300 402000
Pupuk ZA 500 600000 500 600000 500 600000 500 600000 250 300000
Pupuk TSP 100 170000 50 85000
b. Pestisida
Sevin 1 40000
Furadan 1 25000 1 25000
Tiodan 1 60000 1 60000 1 60000
505 50c 1 150000
Asdarin 1 50000 1 50000 1 50000 1 50000
c. Tenaga Kerja
Pemeliharaan 22500 30000 30000 30000 30000
Panen 240000 360000 360000 360000 360000
Penjemuran 7000 7000 7000 7000 7000
2 Biaya Tetap
a. Pajak 12000 12000 12000 12000 12000
b. Peralatan 60000 524000 50000 264000 20000
Total 1730500 2222000 1638000 1892000 1206000
112
Lanjutan Lampiran 5……….
No Uraian 14 15 16 17
Total Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai
1 Biaya Variabel
a. Pupuk
Pupuk Urea 300 402000 300 402000 300 402000 275 368500 5737500
Pupuk ZA 250 300000 250 300000 250 300000 250 300000 6780000
Pupuk TSP 50 85000 50 85000 50 85000 50 85000 765000
b. Pestisida
Sevin 80000
Furadan 2 50000 150000
Tiodan 1 60000 1 60000 420000
505 50c 1 150000 1 150000 825000
Asdarin 1 50000 250000
c. Tenaga Kerja
Pemeliharaan 45000 45000 22500 22500 412500
Panen 240000 240000 180000 180000 3240000
Penjemuran 7000 7000 7000 7000 98000
2 Biaya Tetap
a. Pajak 12000 12000 12000 12000 168000
b. Peralatan 64000 24000 1428000
Total 1265000 1301000 1082500 1125000 20354000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
113
Keterangan :
Harga Bibit = Rp 1.000/pohon
Harga Pupuk:
- Pupuk Kandang = Rp 1.000/kg
- Pupuk Urea = Rp 1.340/kg
- Pupuk ZA = Rp 1.200/kg
- Pupuk TSP = Rp 1.700/kg
Harga Pestisida:
- Sevin = Rp 40.000/kg
- Furadan = Rp 25.000/kg
- Tiodan = Rp 60.000/liter
- 505 50c = Rp 150.000/liter
- Asdarin = Rp 50.000/liter
114
Lampiran 8. Cash Flow pada Usahatani Kakao di desa Soga, Kecamatan, Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No Cash Flow Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
I Cash Flow
1. Penerimaan 0 0 0 0 9095000 14875000 17850000 21641000 25636000 27625000 31076000 30345000 29920000 27948000 27115000 25245000 23545000 23375000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 54639810
Total 0 0 0 0 9095000 14875000 17850000 21641000 25636000 27625000 31076000 30345000 29920000 27948000 27115000 25245000 23545000 78014810
II Cash Out Flow
1. Investasi 58280000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Pra Investasi 1000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Operasi 485000 234500 327200 469000 865000 1052000 1767000 1745500 1402500 1718500 2210000 1626000 1628000 1194000 1253000 1289000 1070500 1113000
4. Modal Kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5. Pajak 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000
Total 59777000 246500 339200 481000 877000 1064000 1779000 1757500 1414500 1730500 2222000 1638000 1640000 1206000 1265000 1301000 1082500 1125000
III Net Cash Flow -59777000 -246500 -339200 -481000 8218000 13811000 16071000 19883500 24221500 25894500 28854000 29438000 28705000 28714000 26683000 25814000 22462500 76889810
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
115
Lampiran 9. Analisis Data Net Present Value (NPV) pada Discount Factor 16%
Umur Tanaman (tahun)
Cash In Flow (Rp)
Cash Out Flow (Rp)
Net Cash Flow (Rp)
Discount Factor 16%
NPV pada DF 16%
0 0 59777000 -59777000 1 -59777000
1 0 246500 -246500 0.862 -212483
2 0 339200 -339200 0.743 -252025.6
3 0 481000 -481000 0.641 -308321
4 9095000 877000 8218000 0.552 4536336
5 14875000 1064000 13811000 0.476 6574036
6 17850000 1779000 16071000 0.410 6589110
7 21641000 1757500 19883500 0.354 7038759
8 25636000 1402500 24233500 0.305 7391217.5
9 27625000 1730500 25894500 0.263 6810253.5
10 31076000 2210000 28866000 0.227 6552582
11 30345000 1588000 28757000 0.195 5607615
12 29920000 1626000 28294000 0.168 4753392
13 27948000 1206000 26742000 0.145 3877590
14 27115000 1265000 25850000 0.125 3231250
15 25245000 1301000 23944000 0.108 2585952
16 23545000 1082500 22462500 0.093 2089012.5
17 78014810 1125000 76889810 0.080 6151184.8
Total 389930810 80857700 309073110 13238460.7
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
NPV =
nt
tt
tt
i
CB
0 )1(
NPV = Rp 13.238.460,7,-
Net B/C =
nt
t
nt
t
NegatifNVP
PositifNVP
0
0
= 6,829.549.60
3,290.788.73
Rp
Rp
Net B/C = 1,22
1
Lampiran 10. Analisis Data Internal Rate of Return (IRR)
Umur Tanaman (Tahun)
Cash In Flow (Rp)
Cash Out Flow (Rp)
Net Cash Flow (Rp)
Discount Factor (DF) = 18%
Discount Factor (DF) = 19%
NPV pada DF 18%
NPV pada DF 19%
0 0 59777000 -59777000 1 1 -59777000 -59777000
1 0 246500 -246500 0.847 0.840 -208785.5 -207060
2 0 339200 -339200 0.718 0.706 -243545.6 -239475.2
3 0 481000 -481000 0.609 0.593 -292929 -285233
4 9095000 877000 8218000 0.516 0.499 4240488 4100782
5 14875000 1064000 13811000 0.347 0.419 4792417 5786809
6 17850000 1779000 16071000 0.370 0.352 5946270 5656992
7 21641000 1757500 19883500 0.314 0.296 6243419 5885516
8 25636000 1402500 24233500 0.266 0.249 6446111 6034141.5
9 27625000 1730500 25894500 0.225 0.209 5826262.5 5411950.5
10 31076000 2210000 28866000 0.191 0.176 5513406 5080416
11 30345000 1588000 28757000 0.162 0.148 4658634 4256036
12 29920000 1626000 28294000 0.137 0.124 3876278 3508456
13 27948000 1206000 26742000 0.116 0.104 3102072 2781168
14 27115000 1265000 25850000 0.099 0.088 2559150 2274800
15 25245000 1301000 23944000 0.084 0.074 2011296 1771856
16 23545000 1082500 22462500 0.071 0.062 1594837.5 1392675
17 78014810 1125000 76889810 0.060 0.052 4613388.6 3998270.12
Total 389930810 80857700 309073110 901769.5 -2568900.08
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
IRR = )( 121 iiNPVNPV
NPVi
= %)18%19()08,900.568.2(5,769.901
5,769.901%18
IRR = 18,78