bab i bbl.normal
Post on 13-Jul-2015
7.885 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
KONSEP DASAR
BAYI BARU LAHIR NORMAL
A. Definisi
Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4
minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).
Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan
berat badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir
akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan (prawiroharjo, S, 2002).
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan
yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga
mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
http://durarida.blogspot.com/2012/06/askeb-bayi-baru-lahir-normal.html
2. Fisiologi Neonatus.
Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital
neonatus, yaitu satu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami
proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan ekstra uteri,
tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi yaitu maturasi, adaptasi
dan toleransi.
a. Respirasi Neonatus.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran
gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus
dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama
karena ada kelanjutan metabolisme anaerob. Rangsangan untuk
gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks sewaktu
melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2merangsang
kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah
muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks
deflasi, hering breus, selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan
tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp. Respirasi pada masa
demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan biasanya masih
tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan, setelah
paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang
dewasa, tetapi oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air
tropping.
b. Jantung Dan Sirkulasi.
Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian
ke bilik kiri jangtung, dari bilik darah dipompa melalui aorta ke
seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan
sebagian melalui duktus arteriosus aorta. Setelah bayi lahir paru akan
berkembang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara
fungsional, hal ini terjadi pada jam-jam pertama, setelah kelahiran.
Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh sejumlah darah yang
melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun,
untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
c. Traktus Digestivus.
Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan panjang
dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus
mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium
biasanya dalam 10 jam pertama. Dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah
berbentuk dan berwarna biasa. Enzim traktus digestivus biasanya
sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase
telah ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan.
d. Hati dan Metabolisme.
Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia dan
morfologis, yaitu kenalkan kadar protein dan penurunan kadar lemak
dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun
memakan waktu agak lama. Luas permukaan neonatus terlahir lebih
besar daripada orang dewasa, sehingg metabolisme basal per kg BB
lebih besar, pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran
karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak,
setelah mendapatkan susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60 %
didapatkan dari lemak dan 40 % dari karbohidrat.
e. Produksi Panas.
Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan
suhu, yaitu: aktifitas otot, shivering, non shivering thermogenesis
(NST). Pada neonatus cara untuk meninggikan suhu terutama dengan
NST, yaitu dengan pembakaran „ Brown Fat „ yang memberikan lebih
banyak energi per gram dari pada lemak biasa.
f. Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal.
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa
ruangan ekstraselular luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena
jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, ada
ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerolus dan volume
tubulus proksimal „ Renal Blood Flow „ pada neonatus relatif kurang
bila dibandingkan dengan orang dewasa.
g. Kelenjar Endokrin.
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada
waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi.
Misalnya dapat dilihat pembesaran kelenjaran air susu pada bayi laki-
laki ataupun perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat „ With Drawal
„ misalnya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada
bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna terbentuk sewaktu
lahir dan sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum lahir.
h. Susunan Saraf Pusat.
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol.
Setelah lahir jumlah cairan otak berkurang sedangkan lemak dan
protein bertambah.
i. Imunoglobulin.
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang
dan lamina proprianeum dan apendiks plasenta merupakan sawar
sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada bayi
baru lahir hanya terdapat globulin gamma G, yaitu imunologi dari ibu
yang dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil, tetapi bila
ada infeksi yang dapat melalui plasenta seperti illeus,taksoplasma,
herpes simpleks dan penyakit virus lainnya, reaksi imunologi dapat
terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A,
gamma G, gamma M, imunologi dalam kolostrum berguna sebagai
proteksi lokal dalam traktus digestivus, misalnya terhadap beberapa
strain E. Colli.( Ivan. 2012 dalam http://ivan-
vla.blogspot.com/2012/02/askep-bbl-normal_08.html).
Reflex-refleks fisiologis :
1. Mata
a. Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau
pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan
sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya
kerusakan pada saraf cranial.
b. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus
sepanjang hidup.
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata)
menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral
sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada
selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada
saat tidur.
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau
masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek
muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan
mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan
d. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan
jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
e. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan
mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan
f. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini
harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama
lahir
3. Ekstrimitas
a. Menggenggam
b. Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki
menyebabkan fleksi tangan dan jari
c. Babinski
d. Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan
menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan
haluks dorso fleksi
e. Masa tubuh
1) Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang
menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba
serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk
“C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat
fleksi dengan lemah.
2) Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
3) Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan
dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan
yang berlawanan dan kaki fleksi.
4) Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu
dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan
pelvis
5) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang
menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
(Sennysusilo. 2012 dalam http://sennysusilo.blogspot.com)
C. Patofisiologi & Patoflow
1. Patofisiologi
2. Patoflow
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat
sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila
ada sepsis).
b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragi prenatal/perinatal).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar
8mg/dl 1-2 hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Golongan darah RH.
(Marllyn. E, Doenges, 2001).
2. Terapi
a. Non Farmakologi
1) Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit
kelima setelah dilahirkan)
2) Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
3) Penimbangan BB setiap hari
4) Jadwal menyusui
5) Higiene dan perawatan tali pusat
b. Farmakologi
1) Suction dan oksigen
2) Vitamin K
3) Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%,
perak nitral atau neosporin).
4) Vaksinasi hepatitis B
5) Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat
yang biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru
lahir adalah muskulus vastus lateralis.
(Bobak, M Irene, 2005)
E. Penatalaksanaan
Manajemen BBL normal
1. Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi
pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan
a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan
jalan membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering
dan hangat, memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau
puting susu ibu, tidak memandikan sebelum berumur 6 jam.
b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama
2. Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi
3. Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg
sekali pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali
pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
4. Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau
klorampenikol.
5. Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering
tidak lembab.
6. Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.
(Rizki. 2012 dalam http:// asuhan-keperawatan-bayi-normal)
F. Konsep Pertumbuhan
1. Pengertian
Pertumbuhan adalah Bertambahnya jumlah sel diseluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur (Hidayat,2005).
Pertumbuhan adalah perubahan dalam ukuran atau nilai yang memberikan
ukuran tertentu dalam kedewasaan.(Nelson,2000).
Pertumbuhan adalah adalah suatu yang berhubungan dengan masalah
perubahan dalam besar,jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu.(Markum,2002)
2. Iii
3.
G. Konsep Perkembangan
1. Pengertian
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan,
dan diramalkan sebagai hasil dari proses dirensiasi sel, jaringan tubuh,
organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, 2001).
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan, dan belajar (Whelly and
Wong, 1999)
2. Ojoj
3.
H. Konsep Hospitalisasi
1. Pengertian
Hospitalisasi merupakan pengalaman penuh strees baik bagi anak
maupun keluarganya. Stressor utama yang dialami dapat berupa
perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh, dan rasa
nyeri. Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh perkembangan usia anak,
pengalaman terhadap sakit dan perpisahan, diagnosis penyakit, system
dukungan, koping terhadap strees, sedangkan stressor keluarga dapat
berupa rasa takut, cemas, bersalah, tidak percaya bila anak sakit dan
frustasi (Nursalam, dkk, 2001).
2. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi Berdasarkan Tahap Perkembangan
Reaksi anak terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit dipengaruhi oleh
perkembangan dan usia, pengalaman sebelumnyatehadapsakit dan dirawat
dirumah sakit, support system yang tersedia serta keterampilan koping
dalam menangani strees.
a. Reaksi anak berdasarkan tahap perkembangan
1) Bayi (0-1 tahun)
Bila bayi berpisah dengan orangtua, maka pembentukan rasa
percaya dan pembinaan kasih sanyangnya dapat terganggu. Pada
bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal
bagaimana reaksi bayi bila dirawat. Pada bayi usia 8 bulan atau
lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang berbeda dengan
dirinya.
2) Todler (1-3 tahun)
Todler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
yang memadai dan pengertian tehadap realitas terhadap, hubungan
anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan
menmbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi diri anak
dan lingkungan yang dikenal serta akan mengakibatkan perasaan
tidak aman dan rasa cemas.
3) Usia Sekolah (6-12 tahun)
Anak usia sekolah yang dirawat dirumah sakit akan mrasa khwatir
tehadap perpisahan terhadap sekolah dan teman sebayanya, takut
akan kehilangan keterampilan, merasa kesepian dan sendiri.
4) Usia Remaja
Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat dirumah
sakit adalah akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya atau
kelompok, anak tidak merasa takut berpisah dengan orangtua tetapi
takut kehilangan status dan hubungan dengan teman sekelompok.
b. Respon prilaku anak akibat perpisahan dibagi 3 tahap yaitu :
1) Tahap protes (protest)
Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit
dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif
agar orang tahu bahwa iya tidak ingin ditinggalkan orangtuanya
serta menolak perhatian orang lain
2) Tahap putus asa (despair)
Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang tidak
aktif, kurang minat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik
diri, sedih dan apatis.
3) Tahap menolak/ denial (Detachment)
Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan
menerima hubungan dangkal dengan orang lain serta menyukai
lingkungan.
3. Reaksi Keluarga Terhadap Anak dengan Hospitalisasi
Reaksi keluara terhadap anak dipengaruhi oleh banyak factor keseriusan
penyakit, pengalaman sakit, serta support system yang ada, reaksi dapat
muncul pada orang maupun saudaranya.
a) Reaksi orang tua
Orang tua akan mengalami strees jika anaknya sakit dan harus dibawa
kerumah sakit kecemasan akan meningkat jika mereka kurang
informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya
terhadap masa depan anak.
b) Reaksi sibling
Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit
adalah marah, cemburu, benci dan bersalah orang tua sering kali
mencurahkan perhatiannya lebeh besar terhadap anak yang sakit, hal
ini akan menimbulkan rasa cemburu pada anak yang sehat dan anak
merasa sakit.
4. Peran perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi
Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk
meminimalkan efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi
keperawatan adalah meminimalkanstessor perpisahan, kehilangan kontrol
dan perlukaan tubuh atau rasa nyeri pada anak serta memberi support
kepada keluarga seperti membantu perkembangan hubungan dalam
keluarga dan memberikan informasi.
5. Bermain untuk mengurangi stress akibat hospitalisasi
Bermain penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Oleh
karena itu sangat penting adanya ruang bermain bagi anak untuk
memberikan rasa aman dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan aktifitas
bermain di rumah sakit dan permainan yang sesuai dengan usia atau
tingkatan tubuh kembang anak. Sehingga tujuan bermain yaitu untuk
mempertahankan peroses tubuh kembang dapat dicapai secara optimal
I. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur
dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan
peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun
secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam
pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit
(tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan
darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,
tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama
kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15
mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak
biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-37
0C.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat
dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih
kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks
kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan
jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung
rambut sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan
tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di
sekitarnya.
g. Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang
datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam
mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
h. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.
Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan
lahir. Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
i. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap
hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24
jam pertama.
j. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar
kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento
occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas
normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
k. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum
tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya
air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
K. Rencana Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
a) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
b) Intake dan output makanan seimbang.
c) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan:
a) Timbang BB setiap hari.
b) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
c) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10
menit.
d) Lakukan pemberian makanan tambahan.
e) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian
makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa meningkat).
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.
Kriteria:
a) Suhu tubuh normal 36-370 C.
b) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat.
Rencana tindakan:
a) Pertahankan suhu lingkungan.
b) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.
c) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga
air bayi tidak kedinginan.
d) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor,
pucat, kulit dingin).
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
a) Bebas dari tanda-tanda infeksi.
b) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
c) Tali pusat mengering
Rencana tindakan :
a) Pertahankan teknik septic dan aseptic.
b) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali
perhari.
c) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
d) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.
e) Ukur TTV setiap 4 jam.
f) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya
air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil:
a) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan
output kurang dari 1-3ml/kg/jam.
b) Membran mukosa normal.
c) Ubun-ubun tidak cekung.
d) Temperature dalam batas normal.
Rencana tindakan :
a) Pertahankan intake sesuai jadwal
b) Berikan minum sesuai jadwal
c) Monitor intake dan output
d) Berikan infuse sesuai program
e) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit,
mata
f) Monitor temperatur setiap 2 jam
5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan
bayi
Kriteria hasil:
a) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.
b) Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.
Rencana tindakan:
a) Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan
perawatan dan pengobatan.
b) Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.
c) Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.
d) Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.
e) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.
f) Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin
b. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi
keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan
yaitu:
c. a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
d. b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga
sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu
yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau
tercapai sebagian.
e. 1) Tujuan Tercapai
f. Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
g. 2) Tujuan tercapai sebagian
h. Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai
secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah
atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih
merasa mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.
i. 3) Tujuan tidak tercapai
j. Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.
k. Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori
adalah :
l. a. Resiko tinggi perubahan nutrisi tidak terjadi.
m. b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
n. c. Resiko tinggi infeksi tidak terjadi.
o. d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi.
p. e. Kurangnya pengetahuan orang tua teratasi.
BAB II
TINJAUAN KASUS
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Duraida. 2012. Askeb Bayi Baru Lahir
.http://durarida.blogspot.com/2012/06/askeb-bayi-baru-lahir-normal.html di akses
sabtu, 26 Januari 2012 Pukul 22.56 WIB
DAFTAR PUSTAKA
_________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby
IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby
Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta
Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
Philadelphia USA
Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta
Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I.,
Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
LAMPIRAN
Rabu, 08 Februari 2012 , http://ivan-vla.blogspot.com/2012/02/askep-bbl-normal_08.html
ASKEP BBL NORMAL
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BARU LAHIR NORMAL
1. Fisiologi Neonatus. Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus,
yaitu satu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan ekstra uteri, tiga faktor yang
mempengaruhi perubahan fungsi yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi.
1) Respirasi Neonatus.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas harus melalui
paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya
dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerob.
Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks
sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2merangsang
kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah muka dapat
merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks deflasi, hering breus, selama
ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp.
Respirasi pada masa demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan
biasanya masih tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan, setelah
paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang dewasa, tetapi
oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air tropping.
2) Jantung Dan Sirkulasi.
Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati,
sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri jangtung, dari
bilik darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah
dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus aorta. Setelah
bayi lahir paru akan berkembang mengakibatkan menutupnya foramen ovale
secara fungsional, hal ini terjadi pada jam-jam pertama, setelah kelahiran.
Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh sejumlah darah yang melalui
transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian
naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
3) Traktus Digestivus.
Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan panjang dibandingkan
orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna
hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium.
Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama. Dan dalam 4 hari
biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim traktus digestivus
biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase
telah ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan.
4) Hati Dan Metabolisme.
Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia dan morfologis, yaitu
kenalkan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik
juga mulai berkurang walaupun memakan waktu agak lama. Luas permukaan
neonatus terlahir lebih besar daripada orang dewasa, sehingg metabolisme basal
per kg BB lebih besar, pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran
karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak, setelah
mendapatkan susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60 % didapatkan dari
lemak dan 40 % dari karbohidrat.
5) Produksi Panas.
Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu: aktifitas
otot, shivering, non shivering thermogenesis (NST). Pada neonatus cara untuk
meninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran „ Brown Fat „
yang memberikan lebih banyak energi per gram dari pada lemak biasa.
6) Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal.
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraselular
luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak
orang dewasa, ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerolus dan
volume tubulus proksimal „ Renal Blood Flow „ pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
7) Kelenjar Endokrin.
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru
lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi. Misalnya dapat dilihat
pembesaran kelenjaran air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan. Kadang-
kadang dapat dilihat „ With Drawal „ misalnya pengeluaran darah dari vagina
yang menyerupai haid pada bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna
terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum
lahir.
8) Susunan Saraf Pusat.
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol. Setelah lahir jumlah
cairan otak berkurang sedangkan lemak dan protein bertambah.
9) Imunoglobulin.
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan lamina
proprianeum dan apendiks plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat globulin
gamma G, yaitu imunologi dari ibu yang dapat melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil, tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta seperti
illeus,taksoplasma, herpes simpleks dan penyakit virus lainnya, reaksi imunologi
dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A, gamma G,
gamma M, imunologi dalam kolostrum berguna sebagai proteksi lokal dalam
traktus digestivus, misalnya terhadap beberapa strain E. Colli.
2. Pemeriksaan Fisik Neonatus. Tujuan pemeriksaan fisik neonatus segera setelah lahir ialah untuk
menemukan kelainan yang segera memerlukan pertolongan dan sehingga dasar
untuk pemeriksaan selanjutnya. Sebelum memeriksa neonatus sebaiknya
pemeriksaan mengetahui riwayat kehamilan dan persalinan.
1) Keadaan Umum.
a) Keaktifan.
Bila bayi diam, mungkin bayi sedang tidur nyeyak atau mungkin pula ada defresi
susunan saraf pusat karena obat atau karena sesuatu penyakit. Bila bayi bergerak
aktif dipertahankan apakah pergerakan itu simetris atau tidak. Keadaan yang
asimetris dapat dilihat misalnya pada keadaan patah tulang, kerusakan
saraf,leukosia dsb.
b) Keadaan Gizi
Dapat dinilai dari berat badan, panjang badan, dan kerut pada kulit, ketegangan
kulit hati-hati terhadap edema, karena dapat disangka gizi baik.
c) Rupa.
Kelainan kongenital tertentu sering sudah dapat dilihat pada rupa neonatus. Misal
sindrom down, kretinisme, agenesis ginjal bilateral dsb.
d) Posisi.
Sering bergantung pada letak presentase janin intravena. Posisi yang biasa ialah
dalam keadaan fleksi tungkai dan lengan.
e) Kulit.
Normal warna kulit ialah kemerah-merahan, dilapis oleh verniks caseosa yang
melindungi kulit bayi dan terdiri dari campuran air dan mineral dan mengandung
sebum lainnya. Sel peridermal dan debis lain. Warna kulit menggambarkan
beberapa keadaan misalnya warna pucat terdapat anemia, renjatan, warna kuning
terdapat pada inkompatibilitas antara darah ibu dan bayi, sepsis. Warna biru
ditemukan pada aspiksia livida. Kelainan jantung kongenital dengan pirau dari
kanan dan kiri.
2) Kepala Dan Leher.
Tulang kepala sering menunjukan “moulage” yaitu tulang parietal biasanya
berhimpitan dengan tulang oksipitas dan frontal, sehingga mengukur lingkaran
kepala sebaiknya ditunggu setelah “moulage” itu hilang, lingkaran kepala besar
ialah melalui glabela dan oksipitalis biasanya antara 33 – 38 cm. Perhatikan juga
kaput suksdanium,perdarahan, subaponeurotik, hematoma cepal.
BAYI BARU LAHIR NORMAL
1. Pengertian.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada umur 36 minggu sampai 42
minggu dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram.
2. Spesifikasi Bayi Baru Lahir Normal. 1) Initial ukuran dan vital sign.
Panjang : Ukuran bokong 31 – 55, kepala sampai tumit 48 – 53 cm.
Berat : 2500 – 4000gram.
Suhu : Ketiak = 36,5 – 37 „C.
Rektum = 35,5 – 37,5 „C.
Denyut Jantung : 110 – 160 x/m.
Respirasi : 40 – 60 x/m.
2) Kulit.
Kelihatan lembut, halus, hampir transparan, elastis, bermukan merah, vernik
caseosa dan lanuno sedikit.
3) Kepala.
Kepala fleksi ke dada, tengkorak bertingkat, lembut, fontanella mayor 3 – 6 cm,
fontanella minor 1 – 2 cm.
4) Leher.
Pendek dan lurus, bayi yang tiarap dapat menahan leher, dengan memutar kepala
dengan satu sisi lainnya, bayi yang dalam posisi duduk memperlihatkan
kemampuan sementara waktu untuk menegakkan kepala. Lingkar
kepala OB = 35 cm, OS = 34 cm, OK = 32 cm.
5) Mata.
Pupil berbentuk bulat, respon terhadap cahaya langsung bereaksi.
6) Telinga.
Respon terhadap suara nyaring dengan terkejut, membran timpani terlihat suram.
7) Hidung, tenggorokan, dan mulut.
Bayi bernafas dengan hidung, dapat bersin dan menangis dengan kuat, lidah
terletak digaris tengah mulut, palatum lengkap, refleks isap baik.
8) Dada dan paru.
Lingkar dada 30,5 – 33 cm, diameter anterior posterior dan lateral adalah sama,
ujung xipoie anterior menonjol pada puncak dari sudut iga, pernafasan
perut 40 – 60 x/m. sebentar lambat dangkal atau dalam dan cepat dengan
periode apneu 6 – 15 detik, suara nafas jelas, nyaring, bronchovesikuler dan
hipersonan, terkadang payudara mengeluarkan sekret.
9) Punggung dan ekstrimitas.
Tangan dan kaki mempunyai ukuran, bentuk dan letak yang simetris, tubuh fleksi
dan kedua tangan menggenggam, tulang belakang lurus saat berbaring dan
menapak pada posisi berbaring telungkup “seperti huruf C” punggung stabil dan
tidak terjadi dislokasi, tonus otot baik terutama ketahanan terhadap posisi fleksi
yang berlawanan dan rentang penuh sendi utama.
10) Jantung.
Mengikuti kecendrungan pernafasan, denyut jantung 110 – 160 x/m, bunyi
jantung jelas dan teratur, frekuensi tidak teratur, PMI mungkin terlihat dari
interkosta ke 4 kiri dan garis midklavikula, S1 lebih nyaring, S2 pada puncak dan
S2 lebih nyaring dari S1 di daerah pulmonal.
11) Perut.
Lunak dengan bentuk silinder, menonjol, pada permukaan perut terlihat
permukaan vena, ujung umbilikal kering dan agak gelap, liver teraba kenyal,
ujung tajam / halus, 1 – 2 cm dibawah kosta iga kanan, ujung lien sepanjang
pinggir dari sudut kuadran kiri atas, ginjal bisa dipalpasi dalam dengan menekan
sekitar 1 – 2 cm diatas umbilikal.
12) Genetalia wanita dan pria.
Labia mayora menutup labia minora, klitoris sudah agak tetutup. Pada pria glans
plenis ditutupi oleh kulit dimana terdapat saluran uretra, tertis sudah dalam
skrotum, urin terlihat jernih.
13) Rektum.
Anus ada, mekonium ada, refleks anus jelas.
3. Perawatan Bayi Baru Lahir. 1) Pencegahan hipotermia.
♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu bayi.
2) Pemenuhan nutrisi.
♦ Rawat gabung dan ASI ekslusif yang adekuat.
3) Pencegahan aspirasi.
♦ Tehnik menyusui yang baik.
♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan.
♦ Ebservasi vital sign dan keadaan umum.
4) Pencegahan infeksi.
♦ Perawatan yang steril.
♦ Personal hygent.
ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI BARU LAHIR
1. Biodata.
1) Identitas bayi.
2) Identitas orang tua.
2. Riwayat Kesehatan. 1) Riwayat penyakit sekarang.
Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.
2) Riwayat perinatal.
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.
3) Riwayat persalinan.
Cara persalinan, trauma persalinan.
3. Pemeriksaan Fisik. 1) Keadaan umum.
♦ Kesadaran.
♦ Vital sign.
♦ Antropometri.
2) Kepala.
Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom, tanda forcep.
3) Mata.
Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.
4) Sistem gastrointestinal.
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah /
distensi abdomen, stomatitis, BAB.
5) Sistem pernafasan.
Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak, bunyi nafas
6) Tali pusat.
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh
darah ( 2 arteri, 1 vena ).
7) Sistem genitourinaria.
Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,
8) Ekstrimitas.
Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal /
abnormal.
9) Sistem muskuluskletal.
Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris.
10) Kulit
Pustula, abrasi, ruam ptekie.
4. Pemeriksaan Fisik. 1) Apgar Score.
2) Frekuensi kardiovaskuler.
Apakah takikardi, bradikardi / normal.
3) Sistem neurologis.
Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.
4) Refleks mengisap = kuat / lemah.
Refleks menjejak = baik / buruk.
Koordinasi refleks menghisap dan menelan.
5. Pemeriksaan Laboratorium. 1) Sampel darah tali pusat.
2) Jenis ketonuria.
3) Hematokrit.
6. Diagnosa Keperawatan. 1) Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.
2) Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan
bayi.
3) Resiko terhadap aspirasi.
7. Tujuan Dan Kriteria. 1) Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Suhu 36,5 „C – 37,2 „C.
♦ Tubuh kemerahan, tidak pucat.
2) Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.
♦ Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial
3) Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Pernafasan normal.
♦ Sianosis (-).
8. Intervensi Keperawatan. 1) Diagnosa I.
♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu bayi tiap hari.
♦ Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.
2) Diagnosa II.
♦ Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.
♦ Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.
♦ Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.
♦ Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan.
♦ Jaga personal hygent bayi.
♦ Minimalkan perawatan tinggal di RS.
♦ Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan, infeksi.
3) Diagnosa III.
♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara
perlahan.
♦ Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
♦ Observasi vital sign dan keadaan umum.
9. Daftar Pustaka. Pusdiknakes.1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga.DepKesRI;
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI NORMAL APLIKASI NANDA, NOC, NIC Diposkan oleh Rizki Kurniadi,
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-bayi-
normal-aplikasi.html
A. Pendahuluan
Bayi baru lahir (BBL) dengan kondisi normal merupakan dambaan setiap
pasangan orang tua. Sebagian besar BBL (< 80%) akan lahir dengan kondisi
normal. Hal ini sebagian besar merupakan kelanjutan keberhasilan hasil
konsepsi dan indikator pelayanan kesehatan maternal-neonatal yang baik dan
berkualitas. Namun ada kalanya bayi yang lahir dalam keadaan normal dalam
perjalanan hidupnya kemudian menjadi bermasalah. Untuk itu diperlukan
kecermatan dan perhatian dalam perawatan BBL, meskipun terlahir normal.
Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea (SC) banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC. Menurut
statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang
baik, kematian perinatal pasca SC berkisar 4-7%.
B. Kriteria Bayi Normal
a. Masa gestasi cukup bulan: 37-40 minggu
b. Berat lahir 2500-4000 gram
c. Lahir tidak dalam keadaan asfiksia: (lahir menangis keras, nafas spontan dan
teratur, skor Apgar >7.
d. Tidak terdapat kelainan kongenital berat
C. Langkah Promotif/Preventif
a. Mempersiapkan kehamilan ibu dengan baik dengan memperhatikan status
nutrisi, kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil
b. Melaksanakan perawatan antenatal yang teratur
c. Melakukan perawatan perinatal esensial
d. Mencegah persalinan prematur
e. Melakukan resusitasi dengan baik dan benar.
D. Langkah Diagnosis
1. Anamnesis
a. Riwayat perawatan antenatal yang teratur
b. Riwayat HPMT 9 hari pertama haid terakhir)
c. Riwayat kehamilan ibu baik; tidak ada DM, preeklamsia / eklamsia, hipertensi,
perdarahan antepartum
d. Riwayat persalinan normal
e. Riwayat bayi lahir langsung menagis
2. Pemeriksaan fisik :
a. Berat lahir 2500-4000 gram
b. Tidak dijumpai tanda-tanda prematuritas
c. Bayi bugar, menangis keras, tonus otot baik, kulit kemerahan dan denyut jantung
>100 kali/menit
d. Tidak dijumpai kelainan kongenital
3. Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali dalam keadaan ragu
dan atau untuk menghitung masa gestasi, maka dapat dilakukan pemeriksaan
skor ballard atau dubowitz
E. Penatalaksanaan
Manajemen BBL normal
1 Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi
pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan
a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan jalan
membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering dan hangat,
memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau puting susu ibu, tidak
memandikan sebelum berumur 6 jam.
b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama
2 Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi
3 Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg sekali
pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
4 Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau
klorampenikol.
5 Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak
lembab.
6 Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.
F. Pemantauan
Terapi
1. Bayi normal biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut
Pemantauan lain:
2. Meskipun bayi normal, tetap harus dipantau selama minimal 6 jam
untuk melihat kemungkinan timbulnya bahaya,
terutama hipotermi dan hipoglikemia sertagangguan nafas.
Pemantauan tumbuh kembang:
3. Perlu kunjungan tindak lanjut pada bidan atau dokter
4. Pemeriksaan imunisasi BCG pada usia 1 bulan
5. Periksa teratur di klinik tumbuh kembang, pos yandu, puskesmas,
bidan atau dokter praktek untuk memantau tumbuh kembangnya.
G. Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal
Pengkajian
1. Pengkajian fisik
a. Pengukuran umum :
Lingkar kepala 33-35 cm,
Lingkar dada 30,5-33 cm,
Lingkat kepala 2-3 cm > dari linkar dada,
Panjang kepala ke tumit 48-53 cm,
BBL 2700-4000 gram
b. Tanda vital :
Suhu 36,50C-370C (aksila),
Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),
Pernafasan 30-60x/m
Tekanan darah
c. Kulit :
Saat lahir: merah terang, menggembung, halus
Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering
Vernik kaseosa
Lanugo
Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan skrotum atau
labia.
d. Kepala
Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm
Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm
Fontanel harus datar, lunak danpadat
Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari sututa ke
sutura.
e. Mata :
Kelopak biasanya edema, mata tertutup
Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat
Tida ada air mata
Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip (respon cahaya
atau sentuhan)
Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis tengah.
f. Telinga :
Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar kantus
mata
Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiab-tiba
Pina lentur adanya kartilago.
g. Hidung :
patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
h. Mulut dan tenggorok :
Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah, frenulum bibir
atas
Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting
Refleks gag, refleks ekstrusi
Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras.
i. Leher :
Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik, refleks
neck-righting, refleks otolith righting
j. Dada :
Diameter anterior posteriordan lateral sama
Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi
Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.
k. Paru-paru :
Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal
Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.
Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
l. Jantung :
Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum
Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1
m. Abdomen :
Bentuk silindris
Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan
Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama
Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus
Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1 vena
Nadi femoral bilateral sama
n. Genetalia wanita :
Labia dan klitoris biasanya edema
Labia minora lebih besar dari labia mayora
Meatus uretral di belakang klitoris
Verniks kaseosa di antara labia
Berkemih dalam 24 jam
o. Genetalia pria :
p. Punggung dan rektum :
Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjol
Refleks melengkung, batang tubuh
Wink anal
Lubang anal paten
Lintasa mekonium dalam 36 jam
q. Ekstrimitas :
10 jari kaki dan tangan
rentang gerak penuh
punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah lahir
fleksi ekstremitas atas dan bawah
telapak biasanya datar
ekstrimitas simetris
tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlawanan
nadi brakialis bilateral sama.
r. Sistem neuromuskuler:
Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksi
Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.
Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar tetap tegak
walaupun sementara
Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkuran
Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung bila tengkurap.
2. Pengkajian usia gestasi
3. Observasi status tidur dan aktivitas
Tidur regular: 4-5 jam/hari, 10-20 menit/siklus mata tertutup, pernafasan regular,
Tak ada gerakan kecuali sentakan tubuh yang tiba-tiba.
Tidur ireguler: 12-15 jam/hari, 20-45 menit/siklus tidur, mata tertutup, pernafasan
tidak teratur, sedikit kedutan pada otot.
Mengantuk: bervariasi, mata mungkin terbuka, pernafasan ireguler, gerakan tubuh
aktif.
Inaktivitas sadar: 2-3 jam/hari. Berespon terhadap lingkungan dengan gerakan
aktif dan mencari obyek pada rentang dekat.
Terbangun dan menangis: 1-4 jam/hari. Mungkin dengan merengek dan sedikit
gerakan tubuh, berlanjut pada menangis keras dan marah serta gerakan
ekstrimitas yang tidak terkoordinasi.
4. Observasi perilaku kedekatan orang tua
Bila bayi dibawa ke orang tua, apakah mereka meraih anak dan memanggil
namanya?
Apakah orang tua membicarakan tentang anaknya dalam hal identifikasi/
Kapan orang tua menggendong bayi, kontak tubuh seperti apa yang terjadi?
Ketika bayi bangun, stimulasi apa yang dilakukan?
Seberapa nyaman keleihatan orang tua dalam merawat bayi?
Tipe afeksi apa yang ditunjuukan pada bayi baru lahir, seperti tersenyum,
membelai, mencium atau menimang?
Bila bayi rewel, tehnik kenyamanan apa yang dilakukan orang tua?
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. mucus berlebihan, posisi tidak tepat
2. Risiko infeksi b.d. kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit
ibu.
3. Hipotermi b.d berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang tidak
memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin.
4. Risiko trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d. imaturitas,
kurang pengetahuan orang tua.
6. Perubahan oroses keluarga b.d krisis maturasi, kelahiran cukup bulan,
perubahan dalam unit keluarga
7. PK Hipoglikemi
Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1. bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan nafas
banyaknya mukus.
2. resiko infeksi
3. resiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor resiko paparan
dingin/sejuk: perubahan suhu infra uteri ke extra uteri.
Rencana Keperawatan
No Dianogsa
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tak
efektif b.d obstruksi
jalan nafas : banyaknya
mucus.
Batasan karakteristik :
- Dyspuea
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas
(kracles)
- Mata melebar
- Produksi sputan
- Gelisah
- Perubahan frekwensi
dan irama nafas
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … X
24 jam, klien diharapkan
mampu menunjukan jalan
nafas yang paten dengan
indicator :
Status Respirasi : Patensi
Jalan Nafas (0410) :
- Pasien tampak tenang
(tidak cemas)
- RR: 30-60X/menit
- Irama nafas teratur
- Pengeluaran sputum pada
jalan nafas
- Tidak ada suara nafas
tambahan
- Warna kulit kemerahan
Manajemen Jalan Nafas (3140) :
1. Buka jalan nafas
2. Posisikan klien untuk memak-simalkan
ventilasi
3. Identifikasi klien perlunya pema-sangan alat
jalan nafas buatan
4. Keluarkan sekret dengan suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
6. Monitor respirasi dan ststus O2
Suction Jalan Nafas (3160) :
1. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning
2. Informasikan pada keluarga tentang
suctioning
3. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
untuk memfasilitasi suction nasotracheal
4. Gunakan alat yang steril setiap melakukan
tindakan
5. Berikan waktu istirahat pada klien setelah
kateter dikeluarkan dari naso trakeal
6. Hentikan suction dan berikan O2 jika
klien menunjukan bradikadi,
peningkatan saturasi O2, dll.
2. Resiko infeksi
Batasan karakteristik:
- Prosedur invasif
- Malnutrisi
- Ketidakadekuatan imun
buatan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…X
24 jam, pasien diharapkan
terhindar dari tanda dan
gejala infeksi dengan
indicator :
Status Imun (0702) :
- RR : 30-60X/menit
- Irama napas teratur
- Suhu 36-37˚ C
- Integritas kulit baik
- Integritas nukosa baik
- Leukosit dalam batas
normal
Mengontrol Infeksi (6540) :
1. Bersihkan box / incubator setelah dipakai
bayi lain
2. Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-
penyakit menular
3. Batasi pengunjung
4. Instruksikan pada pengunjung untuk cuci
tangan sebelum dan sesudah berkunjung
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-
kukan tindakan keperawatan
7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai
pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan
dressing sesuai ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Beri antibiotik bila perlu.
Mencegah Infeksi (6550)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining pengunjung terhadap penyakit
menular
4. Pertahankan teknik aseptik pada bayi
beresiko
5. Bila perlu pertahankan teknik isolasi
6. Beri perawatan kulit pada area eritema
7. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, dan drainase
8. Dorong masukan nutrisi yang cukup
9. Berikan antibiotik sesuai program
3. Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh b.d faktor
resiko paparan dingin /
sejuk : perubahan suhu
intrauteri ke extrauteri.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…X 24
jam diharapkan klien
terhindar dari ketidak-
seimbangan suhu tubuh
dengan indicator :
Termoregulasi Neonatus
(0801) :
- Suhu axila 36-37˚ C
- RR : 30-60 X/menit
- HR 120-140 X/menit
- Warna kulit merah muda
- Tidak ada distress respirasi
- Hidrasi adekuat
- Tidak menggigil
- Bayi tidak gelisah
- Bayi tidak letargi
Mengatur temperature (3900) :
1. Monitor temperatur klien sampai stabil
2. Monitor nadi, pernafasan
3. Monitor warna kult
4. Monitor tanda dan gejala hipotermi /
hipertermi
5. Perhatikan keadekuatan intake cairan
6. Pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal
: segera ganti pakaian jika basah)
7. Bungkus bayi dengan segera setelah lahir
untuk mencegah kehilangan panas
8. Jelaskan kepada keluarga tanda dan gejala
hipotermi / hipertermi
9. Letakkan bayi setelah lahir di bawah lampu
sorot / sumber panas
10. Jelaskan kepada keluarga cara untuk
mencegah kehilangan panas / mencegah
panas bayi berlebih
11. Tempatkan bayi di atas kasur dan berikan
selimut.
DAFTAR PUSTAKA
_________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby
IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby
Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta
Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
Philadelphia USA
Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta
Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I.,
Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
askep bayi lahir normal, http://sennysusilo.blogspot.com/2012/04/askep-bayi-lahir-normal.html
BAB I
KONSEP MEDIS
Bayi Baru Lahir (BBL) Normal
A. Pengertian
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu
jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai
usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir
antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
B. Adaptasi Fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
1. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta.
Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat
dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya
tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan
oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus
karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya
surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen
tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli.
Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya
pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi setelah beberapa saat
kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.
2. Jantung dan Sirkulasi Darah
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta
masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar masuk ke
vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang
miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan
dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan
demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah
mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi,
foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan
tali pusat.
3. Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah dapat
menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air ketuban
terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat
dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan).
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam
pertama.
4. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme
hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir
simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam
hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur
(belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum
aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide
Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi
dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
5. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada hari
kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme
lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
6. Produksi Panas
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu
terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran
“Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada
lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas
mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin. Radiasi
yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih
dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi
uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan
konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang
lebih dingin dengan kontak secara langsung.
7. Kelenjar Endoktrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru
lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran
darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah
terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan
sebelum lahir.
8. Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler
luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak
orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan
volume tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus
relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
9. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat
bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada
janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan menghisap
baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih
sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar
kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.
10. Imunologi
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan
dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada
traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan,
imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig
A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak
dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat
kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
11. Sistem Integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur kulit
ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan
erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak
sebagai tutup pelindung dan warna kulit bayi berwarna merah muda.
12. Sistem Hematopoiesis.
Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai
normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 –
7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm
3. Darah bayi baru lahir mengandung
sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu
kelima dan 5% pada minggu ke 20.
13. Sistem Skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap
ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan
bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak
terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku
jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup
bulan.
C. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan
D. Penilaian Pada Bbl Dapt Ditentukan Dengan Apgar Score
TANDA 0 1 2
1. Appearance/
warna kulit
2. Pulse/ bunyi
jantung
3. Grimace/ Reflek
4. Activity/
aktivitas
5. Respiratory/
pernapasan
Seluruh tubuh
biru atau putih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Badan merah,
tangan dan kaki
biru
< 100
Perubahan mimic
Ekstremitas
sedikit flexi
Lambat, tidak
teratur
Seluruh tubuh
kemerahan
> 100
Bersin, batuk,
menangis kuat
Gerakan aktif,
ekstremitas flexi
Menangis keras
atau kuat
E. Reflek – Reflek Fisiologis
1. Mata
a. Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel
atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka
menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang
hidup.
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata
menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon
terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa
rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang
harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap
sepanjang hidup.
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi
membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada
usia kira – kira 3 -4 bulan
d. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara
inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
e.Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar
harus menghilang pada usia 4 bulan
f.Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada
sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3. Ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan
fleksi tangan dan jari
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan
kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c. Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi
dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk
dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki
dapat fleksi dengan lemah.
(2). Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku
tangan tetap tergenggam
(3). Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan
berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
(3). Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh
membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
(4) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul
bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
F. Penanganan Segera Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk
bayi baru lahir ialah :
1. Pencegahan Infeksi
Ø Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
Ø Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
Ø Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,
sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,
termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
Ø Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
Ø Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
3. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan
di atas benda – benda tersebut
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin,
co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara
melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda –
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung)
Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
a. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau
kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
c. Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1)
jam pertama kelahiran
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
(1). Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika
bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
(2). Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara
36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali
tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di
tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya.
Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling
sedikit) satu (1) jam.
(3). Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan
(4). Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan
angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan
siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti
tubuh bayi setelah dimandikan.
(5). Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
(6). Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
(7). Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti
tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik
(8). Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik
(9). Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
g. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya,
untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan
ASI
4. Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera
setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
Ø Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
Ø Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
belakang.
Ø Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
Ø Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar.
Ø Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril,
tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
Ø Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
Ø Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
Ø Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
5. Merawat tali pusat
Ø Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan
klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
Ø Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan
klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
Ø Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
Ø Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih
dan kering.
Ø Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau
steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat
tertentu.
Ø Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat
pada sisi yang berlawanan.
Ø Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
Ø Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru
lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan
akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi
harus dicatat (Prawiroharjo, 2002).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi
yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit
atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin
akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat.
Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia.
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
Ø Keringkan bayi secara seksama
Ø Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
Ø Tutup bagian kepala bayi
Ø Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
Ø Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
Ø Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)
7. Pencegahan infeksi
Ø Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari
selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis
0,5 – 1 mg IM.
Ø Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)
perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat
mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya
diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah
bayi selesai dengan perawatan tali pusat
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi berikut ini :
Ø Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan
bayi.
Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
Ø Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat
telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap,
pakai yang bersih dan baru.
Ø Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan
untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
Ø Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-
benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih
(dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2002)
8. Identifikasi bayi
Ø Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca
persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi
baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
Ø Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan
pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
Ø Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
Ø Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal
lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
Ø Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal
lahir, nomor identifikasi. (Saifudin,, 2002)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Biodata.
a. Identitas bayi.
b. Identitas orang tua.
2. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang.
Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.
b. Riwayat perinatal.
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.
c. Riwayat persalinan.
Cara persalinan, trauma persalinan.
3. Pemeriksaan Fisik.
a) Keadaan umum.
♦ Kesadaran.
♦ Vital sign.
♦ Antropometri.
b) Kepala.
Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom,
tanda forcep.
c) Mata.
Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.
d) Sistem gastrointestinal.
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk
disusui, muntah / distensi abdomen, stomatitis, BAB.
e) Sistem pernafasan.
Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak,
bunyi nafas
f) Tali pusat.
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan
jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena ).
g) Sistem genitourinaria.
Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,
h) Ekstrimitas.
Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal
/ abnormal.
i) Sistem muskuluskletal.
Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris.
j) Kulit
Pustula, abrasi, ruam ptekie.
4. Pemeriksaan Fisik.
Apgar Score.
Frekuensi kardiovaskuler.
Apakah takikardi, bradikardi / normal.
Sistem neurologis.
Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.
Refleks mengisap = kuat / lemah.
Refleks menjejak = baik / buruk.
Koordinasi refleks menghisap dan menelan.
5. Pemeriksaan Laboratorium.
Sampel darah tali pusat.
Jenis ketonuria.
Hematokrit.
6. Diagnosa Keperawatan.
Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.
Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan bayi.
Resiko terhadap aspirasi.
7. Tujuan Dan Kriteria.
1) Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Suhu 36,5 „C – 37,2 „C.
♦ Tubuh kemerahan, tidak pucat.
2) Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.
♦ Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial
3) Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Pernafasan normal.
♦ Sianosis (-).
8. Intervensi Keperawatan.
1) Diagnosa I.
♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu bayi tiap hari.
♦ Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.
2) Diagnosa II.
♦ Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.
♦ Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.
♦ Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.
♦ Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan.
♦ Jaga personal hygent bayi.
♦ Minimalkan perawatan tinggal di RS.
♦ Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan,
infeksi.
3) Diagnosa III.
♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara
perlahan.
♦ Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
♦ Observasi vital sign dan keadaan umum.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC
DepKes RI, 1992 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga
JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III
kebidanan. Buku 5 asuhan bayi baru lahir,
Pusdiknakes.Jakarta Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks
Keluarga. DepKes RI; Jakarta.
Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal.YBP_SP.Jakarta
amis, 14 Juli 2011
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR
NORMAL
Pengertian
Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu
lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).
Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat
badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan
menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau
gangguan (prawiroharjo, S, 2002).
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang
diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga
mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.
B. Adaptasi Fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
1. Sistem pernapasan
5
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli.
Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus
biasanya pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi
setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.
2. Jantung dan Sirkulasi Darah
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta
masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar
masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari
sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa
pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis,
demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan
demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan
darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak
berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale
terjadi karena pemotongan tali pusat.
3. Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah
dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air
ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum
air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna
hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya
dikeluarkan dalam 24 jam pertama.
4. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,
setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
sudah disimpan dalam hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan
imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan
hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah.
Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT
(Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6
Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering
kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
5. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada
hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100
ml.
6. Produksi Panas
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak
energi daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui
konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling
yang lebih dingin. Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh
ke permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara langsung.
Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti yang terjadi jika air
keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu kehilangan
panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin
dengan kontak secara langsung.
7. Kelenjar Endoktrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi
baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan
pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar
tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak
beberapa bulan sebelum lahir.
8. Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan
ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron
matur belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara
luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood
flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan
dengan orang dewasa.
9. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat
bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan
menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan
gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi
lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat
hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif
terhadap cahaya.
10. Imunologi
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan.
Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri
dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan
kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih
bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-
kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum
dan ASI.
11. Sistem Integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur
kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak
terikat dengan erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan
epidermis dan bertindak sebagai tutup pelindung dan warna kulit bayi
berwarna merah muda.
12. Sistem Hematopoiesis.
Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai
normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%,
SDM 5 – 7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm
3. Darah bayi baru
lahir mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun
sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20.
13. Sistem Skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang
tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil
terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat.
Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru
lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys
simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan
sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
C. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2
hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Golongan darah RH.
(Marllyn. E, Doenges, 2001).
2. Terapi
a. Non Farmakologi
1) Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima setelah
dilahirkan)
2) Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
3) Penimbangan BB setiap hari
4) Jadwal menyusui
5) Higiene dan perawatan tali pusat
b. Farmakologi
1) Suction dan oksigen
2) Vitamin K
3) Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak nitral
atau neosporin).
4) Vaksinasi hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang biasa
dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah
muskulus vastus lateralis.
(Bobak, M Irene, 2005)
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma saat
tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata
cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status kesehatan
bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah dapat
digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat
dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas
dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar
antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat
berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit
(menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan
darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,
tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama
kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15
mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak
biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-37
0C. Pengukuran suhu
tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan sedikit
pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan.
Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih kekuningan
terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah atau
tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai
ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali pusat
harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
g. Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan akan
terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan
memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak
kaki dirangsang akan memberi reaksi.
3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang atau
diangkat akan bergerak seperti berjalan.
4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke
sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut bayi
akan membuat gerakan menghisap.
h. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun harus
waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat
badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
i. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam
kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam
pertama.
j. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan
panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala
fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento
occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas
normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
k. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina/himen
dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah
sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup
dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya
air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
1) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
2) Intake dan output makanan seimbang.
3) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan:
1) Timbang BB setiap hari.
2) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
3) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10
menit.
4) Lakukan pemberian makanan tambahan.
5) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian
makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa
meningkat).
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.
Kriteria:
1) Suhu tubuh normal 36-370 C.
2) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat.
Rencana tindakan:
1) Pertahankan suhu lingkungan.
2) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.
3) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk
menjaga air bayi tidak kedinginan.
4) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan(
tremor, pucat, kulit dingin).
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1) Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
3) Tali pusat mengering
Rencana tindakan :
1) Pertahankan teknik septic dan aseptic.
2) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali
perhari.
3) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
4) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas
kulit.
5) Ukur TTV setiap 4 jam.
6) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya
air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil:
1) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan
output kurang dari 1-3ml/kg/jam.
2) Membran mukosa normal.
3) Ubun-ubun tidak cekung.
4) Temperature dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1) Pertahankan intake sesuai jadwal
2) Berikan minum sesuai jadwal
3) Monitor intake dan output
4) Berikan infuse sesuai program
5) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor
kulit, mata
6) Monitor temperatur setiap 2 jam
e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan
perkembangan bayi
Kriteria hasil:
1) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.
2) Oaring tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.
Rencana tindakan:
1) Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan
perawatan dan pengobatan.
2) Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.
3) Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.
4) Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.
5) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.
6) Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin
4. Pelaksanaan Keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan (Hidayat 2004). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien. Teknik
komunikasi kemampuan dalam prosedur klien. Dalam pelaksanaan rencana
tindakan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan jenis mandiri dan kolaborasi.
Sebagai profesi perawat mempunyai kewenangan dalam tanggung jawab dalam
menentukan komponan pada tahap asuhan keperawatan.
Komponen pada tahap implementasi adalah :
a. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.
Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek
American Nurses Associatioin (1973) dan kebijakan institusi
perawatan kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaborasi diimpelementasikan bila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam
membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah
klien.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan
keperawatan
Dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian/identitas yang
otentik dengan mempertahankan catatan-catatan yang tertulis.
Dokumentasi merupakan wahana untuk komunikasi dan suatu
profesional ke profesional lainnya tentang kasus klien. Dokumen klien
merupakan bukti tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi yang
diimplementasikan oleh perawat dan perubahan-perubahan pada
kondisi klien. Frekuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien
dan terapi yang diberikan idealnya therapi dilakukan setiap shift.
Rekam medis klien merupakan dokumentasi yang legal, rekam medis
tersebut diterima di pengadilan. Pada tuntutan mal praktik, catatan
perawatan memberikan bukti tindakan perawat. Perawat harus
melindungi catatan tersebut dari pembaca yang tidak berhak seperti
pengunjung. Tanda tangan perawat di akhiri catatan perawat
merupakan akuntabilitas terhadap isi catatan. Mengubah dokumen
legal tersebut merupakan suatu kejahatan adalah tidak bisa di teruma
untuk menghapus tulisan pada catatan menggunakan tipe x,
penghapusan tinta atau lainnya.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat
pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi keperawatan.
Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan keperawatan pada kriteria
hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga
sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu yang
membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai
sebagian.
1) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai
secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah
atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih
merasa mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.
3) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.
Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori adalah :
a. Resiko tinggi perubahan nutrisi tidak terjadi.
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
c. Resiko tinggi infeksi tidak terjadi.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua teratasi. Diposkan oleh ann.v3 di 07.47 http://aniksafitri.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-bayi-baru-lahir.html
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.1 Pengertian
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah Bertambahnya jumlah sel diseluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat diukur (Hidayat,2005)
Pertumbuhan adalah bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiflikasi sel dan
bertambahnya jumlah zat interseluler (Staf Pengajar Kesehatan anak FKUI,1985 )
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang biasa diukur dengan
ukuran berat (gram,pound,kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolic ( retensi kalsium dan nitrogen tubuh).(Soetjiningsih,1995)
Pertumbuhan adalah perubahan dalam ukuran atau nilai yang memberikan ukuran
tertentu dalam kedewasaan.(Nelson,2000)
Pertumbuhan adalah adalah suatu yang berhubungan dengan masalah perubahan
dalam besar,jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu.(Markum,2002)
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah sel diseluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur (Whelly and Wong, 1999)
b. Perkembangan
Perkembangan adalah meningkatnya kompleksitas tubuh, baik struktur
maupun fungsinya (Short, 1994)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan
sebagai hasil dari proses dirensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya
yang terorganisasi (Nursalam, 2001)
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1998)
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh, kematangan, dan belajar (Whelly and Wong, 1999)
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan menurut soetjiningsih 1998.
a. Genetik
1) Perbedaan ras,etnis, atau bangsa
Tinggi badan orang eropa akan berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa
lainnya, dengan demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan.
2) Keluarga
Ada keluarga yang cendrung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek.
3) Umur
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami
pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.
4) Jenis Kelamin
Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu dibandingkan dengan laki-
laki.
5) Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindroma Dwon.
b. Pengaruh hormone
Pengaruh hormone sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur 4
bulan. Pada saat itu, terjadi petumbuhan yang cepat. Hormone yang berpengaruh
terutama adalah hormone pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh
kelenjar pituitari. Selain itu, kelenjar tyroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin
yang beruna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Lingkunan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan
ini merupakan lingkungan “bio-fisiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap
hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
1) Faktor lingkungan yang mempengruhi anak pada waktu masih didalam
kandungan (Faktor pranatl).
2) Faktor lingkungan yang mempengruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
(Faktor postnatal).
2.1.3 Tahap Pertumbuhan Anak
Menurut soetjiningsih (1998), ada beberapa tahap pertumbuhan anak yaitu :
a. Berat Badan
Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali, pada
hari ke 10 berat badan menjadi 2 kali berat badan pada waktu lahir. Pada bayi
umur 5 bulan menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur 1 tahun.
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan kalau anak
mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara 700-100 gram/bulan pada
triwulam 1, 500-600 gram/bulan pada triwulan II, 350-450 gram/bulan pada
triwulan III, dan 250-350 gram/bulan pada triwulan ke IV. Berat badan dalam
rumus
1) Lahir = 3,2 kg
2-12 bulan = umur (bulan)+9
2
2) 1-6 tahun = umur (tahun) x 2+8
3) 6-12 tahun = umur (tahun) x 7-5
b. Tinggi badan
Tinggi badan rata-rata waktu lahir 50-80 cm secara garis besar tinggi badan
anak dapat diperkirakan
1) 1 tahun 1,5 x TB lahir
2) 4 tahun 2 x TB lahir
3) 6 tahun 2,5 x TB setahun
4) 13 tahun 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
c. Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan besarnya lingkar kepala
ini lebih besar dari lingkar dada pada anak umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata
34 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. jadi pertambahan
lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm. 50% dari penambahan lingkar
kepala dari lahir sampai dewasa terjadi pada 6 bulan pertama kedepan.
d. Gigi
Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan, pada umur 1 tahun sebagian
besar anak mempunyai 6-8 gigi susu, selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 gigi,
sehingga jumlah seluruhnya sekitar 14-16 gigi, dan pada umur 2 ½ tahun sudah
terdapat 20 gigi susu.
e. Jaringan lemak
Selain otot-otot jaringan tempat juga menentukan ukuran dan bentuk tubuh
seseorang. Pertumbuhan jumlah sel lemak meningkat pada trimester III kehamilan
sampai pertengahan masa bayi pertumbuhan lemak melambat sampai anak
berumur 6 tahun, anak kelihatan kurus/langsing, jaringan lemak akan bertambah
lagi pada anak perempuan umur 8 tahun dengan anak laki-laki umur 10 tahun
sampai menjelang awal pubertas.
f. Organ-organ tubuh
Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti potongan sendiri secara umum
terdapat 4 pola pertumbuhan organ.
1) Pola umum (general pattern) yang meliputi tulang panjang, otot sklet, system
pencernaan,pernapasan, perdarahan, dan volume darah.
2) Pola Neural (Brain dan bend pattern)
Perkembangan otot bersama-sama tulang tengkorak yang melindunginya, mata
dan telinga berlangsung lebih dini.
3) Pola limpoid (Limpoid pattern)
Agak berbeda dengan bagian tubuh lainnya. Pertumbuhan mencapai maksimum
sebelum adolesensi kemudian menurun hingga mencapai ukuran dewasa.
4) Pola genital (reproductive pattern)
Pada anak laki-laki, pada tinggi badan dimulai dari kira-kira setahun setelah
pembesaran testis dan mencapai puncak pada tahun berikutnya. Bila pertumbuhan
penis mencapai maksimum dan rambut pubis pada stadium 3-4 pada anak
perempuan tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhan payudara
stadium 2 atau disebut “breast bed” yaitu terdiri dari penonjolan putting disertai
pembesaran areola mamae sekitar umur berupa masing-masing individu
mengalaminya rata-rata pada umur 10,5-15,5 takut.
2.1.4 Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
a Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas atau dewasa, yang dipengruhi oleh factor bawaan dan lingkungan.
b Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan,
serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ
c Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antar anak satu dengan lainnya.
d Perkembang erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf.
e Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.
f Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
g Refleks primitive seperti reflex memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerekan volunier tercapai.
2.1.5 Perkembangan psikososial.
Menurut Sigmun Freud dalam Suryanah 1996 yaitu
a. Pengertian
Perkembangan psikososial adalah suatu proses pertambahan pematangan
fungsi struktur tubuh serta kejiwaanyang menimbulkan dorongan untuk mencari
stimulus dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk
menjadi dewasa.
b. Pembagian tahap perkembangan psikososial
1) Fase oral (lahir -1 tahun)
a) Fokus primer dari ekstensi bayi adalah pada mulutnya.
b) Bayi memperoleh kesenangan, kepuasan, kenikmatan dan kebahagiaan ada pada
mulut, misalnya menghisap, menelan, memainkan bibir, makan kenyang, tidur
mengunyah serta bersuara.
c) Menggit, mengeluarkan air liur, marah dan menangis bila tidak terpenuhi
d) Bayi sangat terganggu dan tidak berdaya.
e) Dasar perkembangan mental yang sehat sangat bergantung dari hubungan ibu dan
bayi.
Pada pase ini terjadi oral, artinya suatu pengalaman buruk tentang masalah
makan dan menyepih yang akan menyebabkan bayi terfiksasi sehingga kelak
diperilakunya hanya terarah untuk mencari kepuasan yang tidak diperoleh pada
fase oral
2) Usia bermain (anal) (1-3 tahun)
a) Kepuasan ada pada ekitar anus.
b) Daerah anal aktifitas yang meliputi pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan
libido yang penting selama tahun kedua kehidupan.
c) Anak mulai menunjukan keakuaannya.
d) Sikapnya sangat nursistik (cinta terhadap dirinya sendiri)
e) Mulai belajar kenal dengan tubuhnya sendiri dan mendapatkan pengalaman
autoerotiknya (merasa lega atau nikmat dari dirinya)
f) Senang dapat melakukan BAB + BAK sendiri dan melakukannya dengan
mempermainkannya untuk mengontrol pengeluaran.
3) Fase Falic/Oedipal (3-5 tahun)
a) Kepuasan bila memegang alat genetal
b) Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda
c) Usia 3 tahun anak mulai melakukan ransangan autoerotic (meraba-raba dan
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya).
d) Dekat dengan orang tua yang lawan jenis
(1) Oedifus kompleks (anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya oleh karena perasaan
cinta/tertarik dan menjauhi ayahnya.
(2) Elektra kompleks (anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya karena rasa
cinta).
(3) Egosentris
(4) Bersaing dengan orang tua sejenisnya
(5) Mempertahankan keinginan
e) Fase laten (6-12)
(1) Fase tenang
(2) Priode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntunan social
(pertumbuhan intelektual dan social) hubungan kelompok
(3) Anak tertarik dengan teman segroup (kelompok sebayi).
(4) Dorongan libido mereda sementara.
(5) Erotik zora berkurang.
f) Fase genetal (lebih dari 12 tahun)
(1) Pemusatan seksual pada genetal
(2) Bertanggung jawab pada dirinya sendiri
(3) Anak harus menghadapi berbagai perkembangan yang kompleks
(4) Anak diharapkan bisa beriaksi sebagai orang dewasa, sedangkan sebenarnya ia
masih dalam masa transisi
(5) Kebutuhan seksual dibangkitkan kembali yang mengarah pada perasaan cinta
yang matang terhadap lawan jenis
g) Struktur Keperibadian
ID : sejak lahir, menurut prinsip kesenangan atau pokoknya senang
Ego : umur 1 tahun sejak kenal ibu, hasil kompromi ID dan super ego, penampilan
keluar
Euper ego : umur 5,5 tahun, menganut aturan atau laranga
2.1.6 Perkembangan Mental
Perubahan pada bayi baru lahir sampai berdiri sendiri pada masa dewasa
terjadi dalam beberapa tingkat yaitu :
a. Bayi yang masih menyusui sampai usia 1 tahun
b. Umur 1- 4 tahun
Disini sifat ketergantungan pada orang dewasa sudah berkurang, sudah bisa
menguyarakan keinginannya dengan bahasa.Tinggal bisa dimengerti sama orang
lain sehingga kebutuhannya mudah terpenuhi. Anak akan mengalami pertentangan
dengan orang tua terutama ibunya karena anak mengetahui kepentingannya
sendiri, dan tidak mengenal kepentingan orang lain.
c. Umur 5-7 tahun ini adalah masa anak di TK
Disini anak mendapatkan pendidikan lebih banyak lagi sehingga dunia
luarnya lebih luas lagi, ia akan selalu bertanya karena ingin tahu kemampuan
melihat, menerima. Pengertian masih terbatas. Cara berfikir mulai meningkat pada
hal yang tampak nyata dan yang dialami sendiri. Pada masa ini keterampilan
mempunyai peran yang penting karena sebagian dari permainan dan aktifitas di
taman kanak-kanak memerlukan keterampilan.
d. Umur 7-11 tahun Sudah mului berfikir, harus bisa berdiri sendiri, sudah mulai
memperhatikan corak kelakuan lainnya yaitu ayah harus bekerja dan berhubungan
dengan dunia luar dilingkungan keluarga, hal ini berarti bahwa laki-laki harus
dapat berdiri sendiri dan hanya kadang-kadang saja bergantung pada orang lain.
e. Pubertas dan Remaja (11-19 tahun)
Disini terjadi proses pematangan seksusl. Istilah pubertas berasal dari kata
“pubercere” yang artinya menjadi matang, sedangkan adolescence yang berasal
dari kata “adolescare” yang berarti menjadi dewas
2.2. Hospitalisasi
2.2.1 Pengertian
Hospitalisasi merupakan pengalaman penuh strees baik bagi anak maupun
keluarganya. Stressor utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan
keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Reaksi anak dapat
dipengaruhi oleh perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit dan
perpisahan, diagnosis penyakit, system dukungan, koping terhadap strees,
sedangkan stressor keluarga dapat berupa rasa takut, cemas, bersalah, tidak
percaya bila anak sakit dan frustasi (Nursalam, dkk, 2001).
2.2.2 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi Berdasarkan Tahap Perkembangan
Reaksi anak terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit dipengaruhi oleh
perkembangan dan usia, pengalaman sebelumnyatehadapsakit dan dirawat
dirumah sakit, support system yang tersedia serta keterampilan koping dalam
menangani strees.
a. Reaksi anak berdasarkan tahap perkembangan
1) Bayi (0-1 tahun)
Bila bayi berpisah dengan orangtua, maka pembentukan rasa percaya dan
pembinaan kasih sanyangnya dapat terganggu. Pada bayi usia 6 bulan sulit untuk
memahami secara maksimal bagaimana reaksi bayi bila dirawat. Pada bayi usia 8
bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang berbeda dengan
dirinya.
2) Todler (1-3 tahun)
Todler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang
memadai dan pengertian tehadap realitas terhadap, hubungan anak dengan ibu
sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menmbulkan rasa kehilangan
orang yang terdekat bagi diri anak dan lingkungan yang dikenal serta akan
mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.
3) Usia Sekolah (6-12 tahun)
Anak usia sekolah yang dirawat dirumah sakit akan mrasa khwatir tehadap
perpisahan terhadap sekolah dan teman sebayanya, takut akan kehilangan
keterampilan, merasa kesepian dan sendiri.
4) Usia Remaja
Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat dirumah sakit adalah
akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya atau kelompok, anak tidak merasa
takut berpisah dengan orangtua tetapi takut kehilangan status dan hubungan
dengan teman sekelompok.
b. Respon prilaku anak akibat perpisahan dibagi 3 tahap yaitu :
1) Tahap protes (protest)
Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan
memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang tahu bahwa
iya tidak ingin ditinggalkan orangtuanya serta menolak perhatian orang lain
2) Tahap putus asa (despair)
Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang tidak aktif, kurang
minat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, sedih dan apatis.
3) Tahap menolak/ denial (Detachment)
Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan menerima
hubungan dangkal dengan orang lain serta menyukai lingkungan.
2.2.3 Reaksi Keluarga Terhadap Anak dengan Hospitalisasi
Reaksi keluara terhadap anak dipengaruhi oleh banyak factor keseriusan
penyakit, pengalaman sakit, serta support system yang ada, reaksi dapat muncul
pada orang maupun saudaranya.
a. Reaksi orang tua
Orang tua akan mengalami strees jika anaknya sakit dan harus dibawa
kerumah sakit kecemasan akan meningkat jika mereka kurang informasi tentang
prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya terhadap masa depan anak.
b. Reaksi sibling
Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit adalah
marah, cemburu, benci dan bersalah orang tua sering kali mencurahkan
perhatiannya lebeh besar terhadap anak yang sakit, hal ini akan menimbulkan rasa
cemburu pada anak yang sehat dan anak merasa sakit.
2.2.4. Peran perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi
Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk meminimalkan
efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi keperawatan adalah
meminimalkanstessor perpisahan, kehilangan kontrol dan perlukaan tubuh atau rasa
nyeri pada anak serta memberi support kepada keluarga seperti membantu
perkembangan hubungan dalam keluarga dan memberikan informasi.
2.2.5. Bermain untuk mengurangi stress akibat hospitalisasi
Bermain penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Oleh karena itu
sangat penting adanya ruang bermain bagi anak untuk memberikan rasa aman dan
menyenangkan. Dalam pelaksanaan aktifitas bermain di rumah sakit dan permainan
yang sesuai dengan usia atau tingkatan tubuh kembang anak. Sehingga tujuan bermain
yaitu untuk mempertahankan peroses tubuh kembang dapat dicapai secara optimal
2.3. Konsep Dasar Penyakit Asfiksia Neonatorum
2.3.1 Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (
Subianto,2009).
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir ( idaanggrek.2005).
Asfiksia adalah perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam
udara pernapasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia (Dorland, 2002).
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas
brnapas secara spontan dan teratur setelah lahir (Wikenjosastro, Hanifa,2002 ).
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan dalam paru-paru yang mengakibatkan hipoksia dan
hiperkapnia (Mansjoer A,2000).
2.3.2 Anatomi Fisiologi
a.
Anatomi
Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pernafasan
Dikutip dari : Putz Pabst, 2000, Atlas Anatomi Manusia Sobotta
Keterangan Gambar :
1. Hidung
2. Naso laring
3. Palatum
4. Orofaring
5. Lidah
8. Trakea
9. Paru - paru
10. Bronkus
11. Pleura
12. Ruang Jantung
6. Tulang Hyoid
7. Laring
13. Diafragma
b. Fisiologi
1) Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama,mempunyai dua lubang(kavum nasi)
,dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu dan kotor-kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
a) Bagian luar terdiri dari kulit
b) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang-tulang rawan
c) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung ( konka nasalis), yang berjumlah 3 :
(1) Konka nasalis imferior ( karang hidung bawah )
(2) Konka nasalis media ( karang hidung bagian bawah )
(3) Konka nasalis superior ( karang hidung bagian atas )
Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis ( lekukan bagian tengah), dan meatus imperior (
lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernapasan,
sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut
koana.
Fungsi Hidung
a). sebagai saluran udara pernapasan
b). sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
c). dapat menghangatkan udara pernapasn oleh mukosa
d). membunuh kuman-kuman yang masuk
Rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, dilapisi oleh selaput lendir yang sangat
kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput
lender semua sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung.Daerah
pernapasan dilapisi epitelium selinder dan sel epitel berambut antaramengandung sel
lender.
2). Faring = Tekak
Adalah pipa berotot yang berjalan dan dasar tengkorak sampai persambungan
dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang
hidung (naso-farinx), dibelakang mulut (oro-farinx), dan dibelakang larinx (farinx-
laringeal). Farinx merupakan tempat persimpangan anatra jalan pernapasan dengan
jalan makanan.Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang ruas tulang leher
Hubungan farinx dengan organ-organ lain : ke atas berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmis Fausium.Ke bawah terdapat
2 buah tonsil kiri dan kanan dan tekak. Disebelah belakang terdapat epiglottis (empang
tenggorok) yang berpungsi menutup laringpada waktu menelan makanan.(Pearce,1971)
3). Laring (pangkal tenggorok)
Gambar 2.2 laring
Dikutip dari : Teguh subianto.blogspot.com
Merupakan saluran udara yang bertindak sebagai pembentukan suara terletak dibagian
depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam terkea
dibawahnya.Pangkal tenggorok ini ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut
efiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan
makanan menutup laring.
Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain ;
a)Kartilago tiroid (1 buah) depan jakum (adam’s aple),sangat jelas terlihat pada pria
b) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
c)Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
d) Kartilago efiglotis(1 buah)
Laring dilapisi oleh selaput lender, kecuali pita suara dan bagian efihglotisyang dilapisi
oleh sel epithelium berlapis.Pita suara suara ini berjumlah 2 buah ; dibagian atas
adalah pita suara palsu dan tidak mengelurkan suara yang disebut dengan
ventrikularis.Dibagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk suara yang
disebut vokalis, terdapat 2 buah otot.oleh 2 buah otot ini maka pita suara dapat
bergetar dengan demikian pita suara (rima glotidis) dapat melebar dan mengecil,
sehingga disini terbentuklah suara.Terbentuknya suara merupakan hasil dari kerja sama
antara rongga mulut , laring, lidah, dan mulut.
4) Batang tenggorok ( Trakea )
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti kuku kuda ( huruf c ). Sebelah
dalam diliputi aleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergeerak kearah luar. Panjang trakea9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat
yang dilapisi oleh otot polos. Trakea berjalan dari larynx samapi kira-kira ketinggian
vertebra torakalis kelima ditempat ini bercabang menjadi dua bronchus (bronchi) sel-
sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sana
dengan udara pernapasan,yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan
disebut karina
5). Bronkus
Terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis
ke-IV dan ke-V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilpisi dengan jenis sel
yang sama. Bronkus berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tumpuk paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas,
cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat bawah arteri disebut bronkus lobus
bawah. Bronkus kiri lebih panjang dari yang kanan dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan
bawah
7). Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah paru-paru kiri dan kanan. Pertukaran
O2 dan CO2 terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
externa; oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana
O2 masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmoner, alveoli memisahkan O2 dari darah, O2 menembus membran diambil oleh sel
darah merah dibawa ke jantung, dari jantung dipompakan ke arah tubuh.
2.3.3 Etiologi
Etiologi asfiksia neonatorum Menurut hanifa wiknjosastro (2002) yaitu :
Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir
selalu mengakibatkan anoksia dan hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia
bayi.faktor-faktor yang mendadak ini terdiri atas
a. Faktor-faktor dari pihak janin seperti :
1) Ganguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
2) Defresi pernapasan karena obat-obat anastesi analgetik yang diberikan kepada ibu,
pendarahan intra kranial, dan kelainan bawaan ( hernia diafragmatika, atresia saluran
pernapasan , hipoplasia paru-paru dll.
b. Faktor-faktor dari pihak ibu
1) Gangguan HIS
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya pada plasenta previa
3) Hipertensi pada eklanpsia
4) Gangguan mendadak pada plasenta
c. Faktor Neonatus
1) Trauma persalinan, perdarahan rongga tengkorak.
2) Kelainan bawaan, hernia diafragmatik atresia atau stenosis jalan nafas
2.3.4 Pathofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa
hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkanAsfiksia ringan yang
bersifat sementara. Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan akan terjadi usaha bernafas pertama (primary gasping) yang
kemudian akan berlanjut pernafasan teratur. Sifat Asfiksia yang ringan ini tidak
berpengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau transportasi O2 selama kelahiran
atau persalinan, maka terjadilah Asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh, kerusakan dan gangguan ini dapat membaik atau tidak,
tergantung pada berat dan dalamnya Asfiksia. Asfiksiayang terjadi dimulai dengan
suatu periode apnea (berhenti bernafas), disertai dengan penurunan frekuensi jantung.
Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderitaAsfiksia berat usaha bernafas ini tidak tampak dan
bayi selanjutnya ada dalam periode apnea.
Pada tingkat ini di samping perlahannya frekuensi jantung ditemukan pula
penurunan tekanan darah. Disamping itu ada perubahan klinis yang akan terjadi berupa
gangguan metabolisme dan perubahan pertukaran gas oksigen (O2) mungkin hanya
menimbulkan asidosis resfiratorik meningginya tekanan oksigen (O2) dalam darah dan
bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobic
yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya asidosis metabolic, selanjutnya terjadi
perubahan kardiovaskuler. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan yang terjadi dapat menimbulkan kematian atau
kehidupan dengan gejala sisa (squele).
Mengenal dengan tepat perubahan-perubahan di atas sangat penting, karena
hal itu merupakan manifestasi daripada tingkat Asfiksia. Tindakan yang dilakukan hanya
akan dapat berhasil dengan baik bila perubahan yang terjadi dikoreksi secara adekuat.
Dalam praktek, menentukan tingkat Asfiksiabayi dengan tepat membutuhkan
pengalaman dan observasi klinik yang cukup. Menentukan beberapa kriteria klinik untuk
menilai keadaan bayi baru lahir (nadasuster, 2003).
2.3.5 Penilaian Apgar Score
Penilaian secara apgar ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan
mortalitas bayi baru lahir. Patokan klinik yang dinilai adalah: (a) menghitung frekuensi
jantung, (b) melihat usaha bernafas, (c) melihat tonus otot, (d) menilai refleks
terhadap rangsangan, (e) memperhatikan warna kulit. Untuk lebih jelasnya mengenai
penilaian secara apgar terdapat pada tabel di bawah ini (Sofyan, 2001).
Tabel. 2.1. Daftar penilaian keadaan bayi secara penilaian apgar
Tanda 0 1 2 Jumlah
Nilai
Frekuensi
jantung Tidak ada < 100 x/mnt > 100 x/mnt
Usaha
bernafas Tidak ada
Lambat, tidak
teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Extremitas
fleksi sedikit Gerakan aktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
Warna Biru pucat
Tubuh
kemerahan,
extremitas biru
Tubuh
kemerahan
Sofyan (2001).
Nilai apgar ini biasanya dimulai satu menit setelah bayi lahir lengkap dan bayi telah
diberi lingkungan yang baik serta pengisapan lendir telah dilakukan dengan sempurna.
Nilai apgar semenit pertama ini baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara
resusitasi. Mulai apgar berikutnya dimulai lima menit setelah bayi lahir dan ini
berkorelasi erat dengan kematian dan kesakitan neonatus. Dalam menghadapi bayi
dalam Asfiksia berat, dianjurkan untuk menilai secara tepat, yaitu: (1) menghitung
frekuensi jantung dengan cara meraba hipisternum atau arteri tali pusat dan
menentukan apakah jumlah lebih atau kurang dari 100 x/mnt, (2) menilai tonus otot
baik/buruk, (3) melihat warna kulit.
Atas dasar penilaian klinis di atas, Asfiksia pada bayi baru lahir dapat dibagi dalam:
a. Nilai apgar 7 – 10 disebut Asfiksia ringan
Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b. Nilai apgar 4 – 6 disebut Asfiksia sedang
Biasanya didapatkan frekuensi jantung > 100 x/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
biru, refleksi masih ada.
c. Nilai apgar 0 – 3 disebut Asfiksia berat
Didapatkan frekuensi jantung < 100 x/menit, tonus otot buruk, biru dan kadang-kadang
pucat, refleks tidak ada. Pada Asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum. Pemeriksaan fisik sama pada Asfiksia berat.
2.3.6 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala menurut Nadasuster (2003) :
a. Hipoksia
b. RR > 60x /menit atau < 30 x/menit
c. Nafas megap-megap/gasping sampai terjadi henti nafas
d. Bradikardia
e. Tonus otot berkurang
f. Warna kulit sianotik/pucat
2.3.7. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan Keperawatan menurut Setiadi Sofyan (2001)
a. Tindakan Umum
1. Bersihkan jalan nafas
a)Kepala bayi diletakkan lebih rendaha gar lendir lebih mudah mengalir.
b) Bersihkan lendir dan cairan ketuban dari rongga mulut dan farings.
c) Bila perlu gunakan laringoskop untuk membantu pengisapan lendir dan saluran nafas
lebih dalam.
2. Rangsangan refleks pernafasan
a) Melakukan bila setelah 20 detik bayi tidak memberi usaha bernafas.
b) Jangan memukul di daerah punggung atau bokong.
c) Bila gagal, anggap bayi tersebut menderita Asfiksia ringan-sedang
3. Pertahankan suhu tubuh
a) Tubuh bayi dibaringkan.
b) Pemanasan menggunakan lampu pijar lebih dari pada penggunaan selimut yang
menutupi bayi.
b. Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan menurut Nada, Suster (2003):
Dapat dilakukan pengisapan (cairan lambung untuk mencegah regurgitasi).
1) Teknik terapi sinar
Persiapan unit terapi sinar:
a) Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu sehingga suhu di
bawah lampu antara 38°C sampai 30°C.
b) Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)
(1) Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.
(2) Ganti tabung setelah 2000 jam penggunana atau setelah 3 bulan, walaupun tabung
masih bisa berfungsi.
(3) Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di sekitar
daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin
kepada bayi.
2.3.7 Komplikasi
Komplikasi menurut Nadasuster (2003)
a. Hipoksia
b. Hipotermi
c. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
d. Prematuritas
e. Gangguan perdarahan otak
2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kasus AsfiksiaNeonatorum
Proses keperawatan adalah salah satu alat bagi perawat untuk memecahkan suatu
masalah yang terjadi pada pasien ( Aziz Alimul,2002 ).
Asuhan keperawataan adalah faktor penting dalam survivat pasien dalam aspek-
aspek pemeliharaan rehabilitatif dan prevventif perawat kesehatan ( Dongoes,2000 )
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001)
Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dan merpakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengepaluasidan mengidentifikasi status kesehatan klien.(lyer et all.1996).
Dalam mengkaji harusmemperhatikan data dasar.
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi:
a. Identitas bayi dan orang tua (Donna L.Wong, 2003)
Umur (mulai 0 – 28 hari), jenis kelamin Perempuan,
b. Riwayat kesehatan bayi dan orang tua (Donna L. Wong, 2003)
Keluhan utama: Hipoksia, RR > 60 x/mnt, nafas megap-megap/gasping sampai terjadi
henti nafas, bradikardi, tonus otot berkurang, warna kulit sianotik/pucat.
c. Riwayat kesehatan ibu dan bayi (Nadasuster, 2003)
1) Riwayat prenatal: DM, penggunaan obat-obatan dan anastesi, hipertensi.
2) Riwayat intranatal: Trauma persalinan, perdarahan rongga tengkorak, kelainan
bawaan, hernia diafragmatik atresia atau stenosis jalan nafas.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik (Nadasuster, 2003)
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksana Head to toe adalah, meliputi
pengkajian keadaan umum dan status generalis.
1) Keadaan umum
Pada asfiksia neonatorum , keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan
membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus
dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan
kondisi neonatus yang baik.
2) Tanda-tanda Vital
Neonatus asfiksia neonatorum kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar,
tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh <
36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal
tubuh antara 36,5 C – 37,5 C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi
normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan
belum teratur (Patricia , 1996).
3) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm
terdapat lanogo dan verniks.
4) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
5) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
6) Mulut
Bibir berwarna pucat sianosis ataupun merah, ada lendir atau tidak.
7) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi,
frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
8) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi
pada tali pusat.
9) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan.
10) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro
dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah
tulang (Wahidiyat, 1991)
e. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang mengarah pada pada diagnosa Asfiksia
Neonatorum antara lain :
1) Analisa gas darah
pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi Asfiksia Neonatorum cenderung naik
sering terjadi hiperapnea.
PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi Asfiksia Neonatorum cenderung turun
karena terjadi hipoksia progresif.
HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
2) Elektrolit darah
Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi
preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
Distrosfiks pada bayi preterm dengan Asfiksi Neonatorum cenderung turun karena
sering terjadi hipoglikemi.
3) Gula darah
4) Baby gram (Rontgen dada)
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
5) USG (kepala)
2.4.2 Diangosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (NANDA,
1990).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia
(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
kasus AsfiksiaNeonatorum diantaranya adalah :
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen.
Batasan karakteristik
1) Mayor (harus terdapat)
Dispnea saat melakukan latihan
2) Minor (mungkin terdapat terdapat)
a) Konfusi/agitasi
b) Kecendrungan untuk mengambil 3 titik (duduk, 1 tangan pada setiap lutut, condong ke
depan)
c) Bernapas dengan bibir dengan bibir dimoyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
d) Letargi dan keletihan
e) Peningkatan tahanan vascular pulmonal
f) Penurunan motilitas lambung, pengosongan lambung lama
g) Penurunan isi oksigen, penurunan saturasi oksigen, peningkatan PCO2, seperti yang di
perlihatkan oleh hasil analisa gas darah
h) sianosis
b.Risiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi.
Batasan karakteristik
1) Mayor (80%-100%)
a)Penurunan suhu tubuh dibawah 35,5’C per rectal
b) Kulit dingin
c)Pucat (sedang)
d) Menggigil (ringan)
2) Minor (50%-79%)
a)Kekacauan mental, mengantuk,kegelisahan
b) Penurunan nadi dan pernapasan
c)Kakeksia, malnutrisi
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan
pathogen.
d. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan.
e. Inefektif pola nafas berhubungan dengan hipoksia.
Batasan karakteristik
1) Mayor (Harus terdapat satu atau lebih)
a) Perubahan dalam frekuensi atau pola pernapasan (dari nilai dasar)
b) Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, dan kualitas)
2) Minor (mungkin terdapat)
a) Ortopnea
b) Takipnea, hiperpnea,Hiperventilasi
c) Pernapasan disritmik
d) Pernapasan sukar/berhati-hati
2.4.3 Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
yang meliputi tujuan perawatan, menetapkan pemecahan masalah , dan menentukan
tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah .(Hidayat, A.2001)
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi
atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam
menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi sebagaimana disebutkan sebelumnya
rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan pada
klien (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan memuat tujuan sebagai berikut :
a. Konsolidasi dan organisasi imformasi sebagai sumber dokumentasi .
b. Sebagai alat komunikasi antara perawat dengan klien
c. Sebagai alat komunikasi antara anggota tim kesehatan.
d. Langkah dari proses keperawatan (pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,dan
evaluasi)yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Menurut Nursalam, 2001, pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan ” SMART ”
S = Spesifik ( harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda ).
M = Measurable ( keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang prilaku klien: dapat
dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau ).
A = Achievable ( harus dapat diukur ).
R = Rasional ( harus dapat dicapai ).
T = Time ( tujuan keperawatan )
Tabel 2.2. Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan
obstruksi jalan
nafas
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan,
diharapkan: 1.Mempertahan-kan
jalan nafas paten
dengan frekuensi
pernafasan dan
jantung dalam
batas normal
secara umum tidak
ada sianosis. 2.Bebas tanda
distress
pernafasan.
1. Ukur skor apgar
pada menit I dan ke
V setelah kelahiran.
2. Tinjau ulang status
janin intra partum
termasuk denyut
jantung janin.
3. Kaji durasi
persalinan dan tipe
kelahiran.
4. Kaji waktu dimana
obat-obatan
diberikan pada ibu
5. Kaji frekuensi dan
upaya pernafasan
awal bayi. 6. Kaji adanya
pernafasan cuping
hidung dan retraksi
dinding dada. 7. Lakukan suction
sesuai kebutuhan.
1. Membantu menentukan
kebutuhan terhadap
impelemntasi segera
(misal: pengisapan
lendir, pemberian O2) 2. Kejadian pada intra
partum dapat membuat
distress janin dan
hipoksia menetap
sampai pada periode
segera pasca
melahirkan,
mengakibatkan upaya
pernafasan tertekan atau
tidak efektif. 3. Kelahiran dengan risiko
caesaria mempunyai
mukus yang berlebihan
karena ketidak
adekuatan defresi
torakal. 4. Obat-obatan dapat
menekan upaya
pernafasan bayi dan
mengurangi oksigen ke
jaringan. 5. Untuk memantau
perkembangan bayi.
6. Untuk memantau
kerusakan pertukaran
gas pada bayi.
7. Menjamin keber-sihan
jalan nafas yang
penting untuk Neonatus
yang baru bernafas
melalui hidung
(1) (2) (3) (4) (5)
8. Posisikan bayi
miring dengan
gulungan handuk
untuk menyokong
punggung. 9. Auskultasi jalan
8. Memudahkan drainage
mucus.
9. Bunyi nafas harus sama
2
Risiko tinggi
terhadap
perubahan suhu
tubuh
berhubungan
dengan infeksi.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan,
diharapkan: Mempertahankan
suhu dalam batas
normal bebas dari
tanda-tandadingin
atau hipotermia.
nafas dan catat
kesamaan dan
kejelasannya. 10. Kaji bayi terhadap
adanya lokasi dan
derajat sianosis dan
hubungan dengan
aktivitas. 11. Kaji hubungan antara
suhu bayi dan suhu
udara di sekitar.
12. Berikan suplemen O2
sesuai indikasi
kondisi BBL 13. Kaji kadar Hb dan Ht
1. Pertahankan suhu
lingkungan dalam
batas normal.
2. Pantau temperatur
axila bayi
3. Tunda mandi
pertama sampai suhu
tubuh stabil dan
mencapai 36,5°C
(91,7°F)
seperti biparietal.
10. Sianosis periver
(Akrosianosis) dihubungk
an dengan ketidakstabilan
vasomotor.
11. Konsumsi O2 minimal
bila perbedaan antara
suhu kulit dan suhu udara
di sekitar < 1,5°C (2,7°F) 12. Penurunan O2 yang tidak
dapat dihentikan
meningkatkan hipoksia. 13. Hb yang tidak normal
kemungkinan hipoksia
berat.
1. Kegagalan untuk
mempertahankan suhu
lingkungan di atas batas
normal, dapat
mengakibatkan
peningkatan konsumsi O2
2. Stabilitas suhu mungkin
tidak terjadi sampai 8-12
jam setelah lahir. 3. Membantu mencegah
kehilangan panas lanjut
karena evaporasi.
(1) (2) (3) (4) (5)
4. Perhatikan
tanda- tanda
distress
5. pertahankan
termonetral
lingkungan
melalui
4. 4. Hipotermi (suhu badan
rendah) yang Meningkatkan
laju penggunaan oksigen +
glukosa sering disertai
dengan hipoglikemia dengan
dan stess pernafasan 5. Mencegah ketidakseimbangan
panas atau kehilangan panas
3
Risiko tinggi
terhadap
infeksi
berhubungan
dengan
peningkatan
paparan
lingkungan
pathogen.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan,
diharapkan: 1. Bebas dari
tanda-tanda
infeksi. 2. Menunjukkan
pemulihan tepat
waktu pada
puntung tali
pusat dan sisi
sirkumsisi bebas
dari drainase
eritema.
penggunaan
pengontrol
automatic/ alat
pemanas
1. Tinjau ulang
faktor-faktor
risiko pada ibu
yang cenderung
terkena infeksi
yang mungkin
didapatkan saat
kelahiran.
2. Tentukan usa
gestasi BBL.
3. Lakukan teknik
pencucian
tangan yang
tepat sebelum
memegang bayi
pada orang tua
dan kelaurga. 4. Batasi kontak
bayi dengan
tempat. 5. Pelihara
peralatan
individual dan
bahan-bahan
persediaan
untuk
1. Demam maternal selama
seminggu sebelum kelahiran,
ketuban pecah yang lama
(<24 jam) cairan amniotic
berbau busuk membuat bayi
cenderung terkena infeksi.
2. Pemindahan imunoglobin
antibody E dan G (IgE dan
IgG) melalui BBL dan
infeksi.
3. Mencuci tangan yang benar
adalah faktor tunggal yang
paling penting dalam
melindungi BBL dari infeksi.
4. Membantu mencegah
penyebaran infeksi ke bayi
baru lahir. 5. Mencegah kontaminasi silang
(1) (2) (3) (4) (5)
4
Perubahan
ikatan proses
keluarga
berhubungan
dengan
kurang
pengetahuan.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan,
diharapkan: 1. Memulai proses
keadekuatan
dengan cara yang
bermakna untuk
anggota
keluarga. 2. Dengan tepat
setiap bayi 1. Informasikan
kepada orang
tua tentang
kebutuh-an-
kebutuhan bayi
yang baru lahir
segera dan
perawatan yang
diberikan. 2. Tempatkan bayi
dalam lengan
ibu/ ayah segera
1. Menghilangkan ansietas
orang tua dan membantu
orang tua untuk memahami
rasional intervensi pada
periode awal BBL.
2. Jam pertama kehidupan bayi
adalah masa yang paling
khusus bermakna untuk
interaksi keluarga (orang tua)
5
Inefektif
pola nafas
berhubungan
dengan
hipoksia.
mengidentifikasi
bayi untuk
meyakinkan
hubungan
keluarga yang
benar.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan,
diharapkan: Mempertahankan
pola pernafasan
setelah kondisi
neonatus
memungkinkan.
3. Anjurkan orang
tua untuk
mengelus dan
bicara pada
BBL, anjurkan
ibu untuk
menyusui bayi
bila diinginkan. 4. Diskusikan
kemampuan
bayi untuk
berinteraksi. 5. Berikan
informasi yang
tepat dalam
kejadian
komplikasi yang
tidak
diperkirakan.
1. Kaji frekuensi
pernafasan dan
pola nafas
3. Memberikan kesempatan
pada orang tua dan BBL
melakukan pengenalan dan
proses pendekatan.
4. Membantu me-mudahkan
interaksi orang tua bayi. 5. Mempertahankan orang tua
tetapi mendapat informasi
tentang perubahan status bayi
dan tindakan aktual.
1. Membantu membedakan
periode perputaran
pernafasan normal serangan
apnu sejati
(1) (2) (3) (4) (5)
periodik
(periode apnae
berakhir 5-10
detik diikuti
dengan periode
pendek ventilasi
cepat) dengan
membran
mukosa merah
muda dan
frekuensi
jantung dalam
batas nomal.
2. Tinjau ulang riwayat
ibu terhadap obat-
obatan yang dapat
memperberat defresi
pernafasan pada
bayi. 3. Posisikan bayi pada
posisi terlentang
dengan gulungan
pokok di bawah
bahu menghasilkan 4. Pertahankan suhu
tubuh optimal.
5. Berikan rangsangan
2. Magnesium sulfat
(MgSO4) dan narkotik
menekan pusat
pernafasan dan aktivitas
sistem saraf pusat (SSP)
3. Posisi ini dapat
memudahkan
pernafasan dan
menurunnya episode
apnea.
4. Hanya sedikit
peningkatan atau
penurunan suhu dapat
menimbulkan apnea.
faktil yang segera,
misal: gosokkan
punggung bayi. 6. Tempatkan bayi
pada matras
bergelombang.
7. Pantau pemeriksaan
lab (GDA, glukosa
serum, elektrolit,
kultur dan kadar
obat) 8. Berikan oksigen
sesuai dengan
indikasi.
5. Merangsang SSP untuk
meningkatkan gerak
tubuh dan sebaliknya
pernafasan spontan. 6. Gerakan menimbulkan
rangsangan yang dapat
menurunkan kejadian
apnea.
7. Hipoksia, asidosis
metabolik,
hipoglikemia,
hipokalsemia, sepsis
dapat memperberat
serangan apnea 8. Perbaikan kadar oksigen
dan CO2 dapat
meningkatkan fungsi
pernafasan.
Sumber : ( Carpenito, 2000 )
2.4.4 Tindakan Keperawatan
Yang dimaksud dengan tindakan keperawatan adalah suatu tahap dimana rencana
keperawatan yang telah disusun diberikan kepada bayi sesuai dengan kebutuhan dan
masalah yang dihadapi bayi (Dongoes, Marillyn, 2001).
Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan yaitu: persiapan, perencanaan, dan
dokumentasi (Nursalam, 2001).
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, pada tahap implementasi,
seorang perawat harus benar-benar memahami dan memiliki pengetahuan serta skill
keperawatan mengenai tindakan yang dilakukan terhadap kasus yang sedang ditangani.
Sehingga semua intervensi yang telah dirumuskan bisa dilakukan dengan baik dan bisa
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi klien.
Setelah implementasi dilakukan oleh perawat, perawat harus mengawasi dan
mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan sehingga nanti bisa dipertanggung
jawabkan.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetetapkan ntk melihat
keberhasilannya.(suprajitno,2004).
Tahap evaluasi merupakan tahapan akhir pada proses keperawatan. Evaluasi adalah
perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria yang dibuat pada tahap intervensi
(Dongoes, Marillyn, 2001). Bayi akan kembali ke dalam sistem atau proses keperawatan
jika masalah keperawatan belum selesai atau akan keluar dari proses keperawatan jika
masalah keperawatan bayi telah berakhir.
Tahapan evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen, yaitu kriteria hasil,
keefektifan tahap-tahap proses keperawatan dan perbaikan rencana asuhan
keperawatan. Kerangka pembuatan kriteria hasil dibuat dalam bentuk SOAP (Subyektif,
Obyektif, Assessment, Planning).
Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :
a. S (subyektif), yaitu keluhan-keluhan klien (apa saja yang dikatakan klien, keluarga
klien dan orang terdekat klien).
b. O (obyektif), yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat, dicium, diraba, dan diukur oleh
perawat.
c. A (analisis), yaitu suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh perawat tentang kondisi
klien.
d. P (planning), yaitu rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alen. C.V. (1998). Memahami Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. EGC.
Jakarta
Arif. M. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. FKUI. Jakarta
Brunner and Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC. Jakarta
Carpenito. J.L. (2001). Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Doengoes. M.E. (2001). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. EGC.
Jakarta
Dorland. (2002). Kamus Saku Kedokteran. Edisi 25. EGC. Jakarta
Hidayat. A.A.A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Media. Jakarta
Markum. A.H. (2002). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI. Jakarta
Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta
Nursalam. dkk. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat
dan bidan). Salemba Medika: Jakarta
Pearce. E.C. (1979). Iktisar Penyakit Anak. Binarupa Aksara. Jakarta
Rusepno. H. dkk. (1985). Ilmu kesehatan anak. FKUI. Jakarta
Setiadi. S.F.A. (2001). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta
Soetjiningsih (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suprajitno. (2004). Askep Keluarga. EGC. Jakarta
Syaifudin. (1997). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi 2. EGC. Jakarta
Wiknjosastro. H. (2006). Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
(2009). Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Praya Lombok Tengah
top related