76789349-lp-pji
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK (PJI)
Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Dewasa I
DISUSUN OLEH :
Dian Minda Andriyani
092090326
PRODI S1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG2011
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK
I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Penyakit Jantung Iskemik (PJI) / Ischemic heart disease (IHD) adalah suatu kelainan
yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang
mengalirkan darah ke otot jantung. Karena sumbatan ini, terjadi ketidakseimbangan
antara masukan dan kebutuhan oksigen otot jantung yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada daerah yang terkena sehingga fungsinya terganggu.
Penyakit Jantung Iskemik merupakan penyebab tunggal dan tersering dari kematian
yang disebabkan oleh insufisiensi aliran darah koroner (Guyton & Arthur 1990).
B. Fisiologi Sirkulasi Koroner
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan
atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit
bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering
diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV
90% diperdarahi oleh arteri koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri
(cabang sirkumfleks). Dengan demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering
menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi arteri
koroner kanan.
C. Patogenesis
Aterosklerosis sebagai penyebab Penyakit Jantung Iskemik. Sebab tersering dari
berkurangnya aliran darah koroner adalah skelerosis, dimana kolesterol dan lemak secara
berangsur-angsur ditumpukkan di bawah lapisan intima pada banyak tempat di dalam
arteri. Kemudian daerah penumpukan ini dimasuki oleh jaringan fibrosa, dan mereka
juga sering mengalami kalsifikasi. Hasil akhirnya adalah timbulnya “daerah-daerah
ateroskelrotik” dan dinding arteri sangat keras, tidakdapat berkonstriksi dan dilatasi.
D. Patofisiologi
1. perubahan awal
terjadinya penimbunan plak-plak aterosklerosis
2. Perubahan intermediate
Plak semakin besar dan terjadi obstruksi dari lumen arteri koroner epikardium. Hal
ini menyebabkan peningkatan sirkulasi darah sebanyak 2-3 kali lipat akibat olahraga
tidak dapat dipenuhi. Keadaan ini disebut Iskemia dan manifestasinya dapat berupa
Angina atau nyeri pada dada akibat kerja jantung yang meningkat
3. Perubahan akhir
Terjadi ruptur pada ‘cap’ atau bagian superficial dari plak sehingga akan terjadi
suatu situasi yang tidak stabil dan bebagai macam manifestasi klinik seperti Angina
at rest atau Infark Miokard. Dengan terpaparnya isi plak dengan darah, akan
memicu serangkaian proses platetel agregasi yang pada akhirnya akan menambah
obstruksi dari lumen pembuluh darah tersebut
4. Iskemia miokard
Peristiwa ini akan menimbulkan serangkaian perubahan pada fungsi diastolik, lalu
kemudian pada fungsi sistolik. Menyusul dengan perubahan impuls listrik
(gelombang ST-T) dan akhirnya timbullah keadaan Infark Miokard.
o Angina stabil : Bila obstruksi pada arteri koroner ≥ 75%
o Unstable angina : Bila terjadi ruptur dari plak ateromatosa
o Angina Prinzmetal : Bila terjadi vasospasme dari arteri koroner utama
E. Gejala Klinis
Tahap awal biasanya belum ada gejala. Tetapi gejala yang paling serius adalah nyeri
dada, yang dapat menunjukkan serangan jantung (juga dikenal sebagai cardiac arrest).
Nyeri dada mungkin juga menjadi hasil dari berbagai penyebab lain seperti serangan
kecemasan atau panik, atau bahkan sesuatu yang ringan seperti mulas atau angina
pektoris. Terkait dengan gejala nyeri dada adalah perasaan tidak nyaman di bagian tubuh
bagian atas mirip dengan yang dihasilkan dari perut kembung. Ini mungkin atau mungkin
tidak disertai dengan perasaan tersedak atau sesak napas, yang mungkin menunjukkan
tidak cukup darah mengalir ke paru-paru atau suplai darah terbatas dan dari arteri
pulmonalis (pembuluh darah yang membawa darah ke paru-paru) menyebabkan cairan
menjadi terakumulasi di paru-paru.
Kardiomegali, atau kondisi pembesaran jantung, juga bisa menjadi konsekuensi
yang mungkin dari penyakit jantung iskemik. Ini adalah tempat dinding otot jantung
pada peningkatan ketebalan yang dihasilkan dalam ukuran normal besar dari jantung.
Aritmia jantung atau terjadinya irama jantung abnormal
F. Diagnosis Banding
1. Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut.
2. Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke perut dan
punggung).
3. Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)
4. Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan tekanan atau
perubahan posisi tubuh)
5. Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf tersebut)
6. Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat menyerupai IMA)
G. Komplikasi
1. Aritmia
2. Bradikardia sinus
3. Irama nodal
4. Gangguan hantaran atrioventrikular
5. Gangguan hantaran intraventrikel
6. Asistolik
7. Takikardia sinus
8. Kontraksi atrium prematur
9. Takikardia supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
12. Takikardia atrium multifokal
13. Kontraksi prematur ventrikel
14. Takikardia ventrikel
15. Takikardia idioventrikel
16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17. Renjatan kardiogenik
18. Tromboembolisme
19. Perikarditis
20. Aneurisme ventrikel
21. Regurgitasi mitral akut
22. Ruptur jantung dan septum
H. Prognosis
Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3
faktor penting yaitu:
i. Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)
ii. Potensial serangan iskemia lebih lanjut.
iii. Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama
pada luas daerah infark).
II. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:
1. Aktivitas/istirahat
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
- Riwayat pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur
Tanda:
- Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja
2. Sirkulasi
Gejala:
- Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, DM.
Tanda:
- TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri.
- Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
- BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan
kontraktilitas atau komplian ventrikel
- Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.
- Friksi; dicurigai perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
- Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal
jantung/ventrikel.
- Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
3. Integritas ego
Gejala:
- Menyangkal gejala penting.
- Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
- Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
- Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
- Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
- Gelisah, marah, perilaku menyerang
- Fokus pada diri sendiri/nyeri.
4. Eliminasi
Tanda:
Bunyi usus normal atau menurun
5. Makanan/cairan
Gejala:
- Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
- Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
- Muntah,
- Perubahan berat badan
6. Hygiene
Gejala/tanda:
- Kesulitan melakukan perawatan diri.
7. Neurosensori
Gejala:
- Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:
- Perubahan mental
- Kelemahan
8. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
- Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
- Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
- Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
- Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi
dan lansia.
Tanda:
- Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
- Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
- Menarik diri, kehilangan kontak mata
- Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.
9. Pernapasan
Gejala:
- Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
- Batuk produktif/tidak produktif
- Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Pucat/sianosis
- Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
- Sputum bersih, merah muda kental
10. Interaksi sosial
Gejala:
- Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)
- Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
- Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat
- Menarik diri dari keluarga
11. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler
Perifer
- Riwayat penggunaan tembakau
B. Tes DiagnostikTes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan Intepretasi Hasil
EKG
LaboratoriumEnzim / Isoenzim jantung
Radiologi
Ekokardiografi
Radioisotop
Masa setelah serangan:
Beberapa jam: variasi normal, perubahan tidak khas sampai adanya Q
patologis dan elevasi segmen ST
Sehari/kurang seminggu: inversi gelombang T dan elvasi ST berkurang
Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q menetap
Setahun: pada 10% kasus dapat kembali normal.
Peningkatan kadar enzim (kreatin-fosfokinase atau aspartat amino
transferase/SGOT, laktat dehidrogenase/-HBDH) atau isoenzim (CPK-
MB)merupakan indikator spesifik PJI.
Tidak banyak membantu diagnosis IMA tetapi berguna untuk
mendeteksi adanya bendungan paru (gagal jantung), kadang dapat
ditemukan kardiomegali.
Dapat tampak kontraksi asinergi di daerah yang rusak dan penebalan
sistolik dinding jantung yang menurun. Dapat mendeteksi daerah dan
luasnya kerusakan miokard, adanya penyulit seperti anerisma ventrikel,
trombus, ruptur muskulus papilaris atau korda tendinea, ruptur septum,
tamponade akibat ruptur jantung, pseudoaneurisma jantung.
Berguna bila hasil pemeriksaan lain masih meragukan adanya PJI.
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan
tubuh.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-
ekonomi; ancaman kematian.
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.
5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi,
intensitas, durasi), catat setiap
respon verbal/non verbal,
perubahan hemo-dinamik
2. Berikan lingkungan yang tenang
dan tunjukkan perhatian yang
tulus kepada klien.
3. Bantu melakukan teknik relaksasi
(napas dalam/perlahan, distraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi)
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai
Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam
variasi respon verbal non verbal yang juga bersifat
individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk
menetukan intervensi yang tepat.
Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk
keadaan nyeri yang terjadi.
Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan
memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri.
Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner
indikasi:
- Antiangina seperti nitogliserin
(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
- Beta-Bloker seperti atenolol
(Tenormin), pindolol (Visken),
propanolol (Inderal)
- Analgetik seperti morfin,
meperidin (Demerol)
- Penyekat saluran kalsium
seperti verapamil (Calan),
diltiazem (Prokardia).
yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan
rangsang simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi miokard
yang buruk)
Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan
nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak
dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.
Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat
meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan
preload dan kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa di
antaranya bekerja sebagai antiaritmia.
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan
tubuh
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pantau HR, irama, dan
perubahan TD sebelum,
selama dan sesudah
aktivitas sesuai indikasi.
2. Tingkatkan istirahat,
batasi aktivitas
3. Anjurkan klien untuk
menghindari
peningkatan tekanan
Menentukan respon klien terhadap aktivitas.
Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen,
menurunkan risiko komplikasi.
Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk,
batuk keras dan mengedan dapat mengakibatkan
bradikardia, penurunan curah jantung yang kemudian
disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah.
abdominal.
4. Batasi pengunjung
sesuai dengan keadaan
klinis klien.
5. Bantu aktivitas sesuai
dengan keadaan klien
dan jelaskan pola
peningkatan aktivitas
bertahap.
6. Kolaborasi pelaksanaan
program rehabilitasi
pasca serangan IMA.
Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan
klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang
bersifat terapeutik.
Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan
kerja jantung.
Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses
penyembuhan klien.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-
ekonomi; ancaman kematian.
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pantau respon verbal dan non
verbal yang menunjukkan
kecemasan klien.
2. Dorong klien untuk
mengekspresikan perasaan
marah, cemas/takut terhadap
situasi krisis yang
dialaminya.
Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara
langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku
verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya
kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa
cemas/takut terhadap ancaman kematian, cemas terhadap
ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan
sebagainya.
Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi
klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing
3. Orientasikan klien dan orang
terdekat terhadap prosedur
rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
4. Kolaborasi pemberian agen
terapeutik anti cemas/sedativa
sesuai indikasi
(Diazepam/Valium,
Flurazepam/Dal-mane,
Lorazepam/Ativan).
terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien
mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pantau TD, HR dan DN, periksa
dalam keadaan baring, duduk dan
berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya
Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari
disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan
rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak
terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri,
cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah
vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik
berhubungan dengan komplikasi GJK.
Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh
denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat.
S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral,
murmur.
3. Auskultasi bunyi napas.
4. Berikan makanan dalam porsi kecil
dan mudah dikunyah.
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai
kebutuhan klien
6. Pertahankan patensi
IV-lines/heparin-lok sesuai indikasi.
7. Bantu pemasangan/pertahankan
paten-si pacu jantung bila digunakan.
peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark
yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia
miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur
menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam
jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum
atau vibrasi otot papilar.
Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin
terjadi karena penurunan fungsi miokard.
Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan
kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang
mengakibatkan terjadinya bradikardia.
Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard
dan menurunkan iskemia
Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat
darurat bila terjadi disritmia atau nyeri dada berulang.
Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan
sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan
secara permanen pada infark luas/kerusakan sistem
konduksi.
5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pantau perubahan kesadaran/keadaan
mental yang tiba-tiba seperti bingung,
letargi, gelisah, syok.
2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit
Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah
jantung di samping kadar elektrolit dan variasi
asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.
Penurunan curah jantung menyebabkan
vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh
dingin/lembab dan catat kekuatan nadi
perifer.
3. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi,
kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi
napas)
4. Pantau fungsi gastrointestinal
(anorksia, penurunan bising usus,
mual-muntah, distensi abdomen dan
konstipasi)
5. Pantau asupan caiaran dan haluaran
urine, catat berat jenis.
6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
(gas darah, BUN, kretinin, elektrolit)
7. Kolaborasi pemberian agen terapeutik
yang diperlukan:
- Hepari / Natrium Warfarin (Couma-
din)
- Simetidin (Tagamet), Ranitidin
penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan
denyut nadi.
Kegagalan pompa jantung dapat menimbulkan
distres pernapasan. Di samping itu dispnea tiba-
tiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi
tromboemboli paru.
Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat
menimbulkan disfungsi gastrointestinal
Asupan cairan yang tidak adekuat dapat
menurunkan volume sirkulasi yang berdampak
negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan
organ lainnya. BJ urine merupakan indikator
status hidrsi dan fungsi ginjal.
Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.
Heparin dosis rendah mungkin diberikan
mungkin diberikan secara profilaksis pada klien
yang berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial,
kegemukan, anerisma ventrikel atau riwayat
tromboplebitis. Coumadin merupakan
antikoagulan jangka panjang.
Menurunkan/menetralkan asam lambung,
mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi gaster
khususnya karena adanya penurunan sirkulasi
mukosa.
Pada infark luas atau IM baru, trombolitik
(Zantac), Antasida.
- Trombolitik (t-PA, Streptokinase)
merupakan pilihan utama (dalam 6 jam pertama
serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan
memperbaiki perfusi miokard.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Doerge, Robert F. 1989. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Guyton, Arthur C. 1990. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 5 Bagian 1. Jakarta: EGC.
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.