76789349-lp-pji

22
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK (PJI) Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Dewasa I DISUSUN OLEH : Dian Minda Andriyani 092090326

Upload: hanry-jp

Post on 21-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 76789349-LP-PJI

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK (PJI)

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Dewasa I

DISUSUN OLEH :

Dian Minda Andriyani

092090326

PRODI S1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG2011

Page 2: 76789349-LP-PJI

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK

I. KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Penyakit Jantung Iskemik (PJI) / Ischemic heart disease (IHD) adalah suatu kelainan

yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang

mengalirkan darah ke otot jantung. Karena sumbatan ini, terjadi ketidakseimbangan

antara masukan dan kebutuhan oksigen otot jantung yang dapat mengakibatkan

kerusakan pada daerah yang terkena sehingga fungsinya terganggu.

Penyakit Jantung Iskemik merupakan penyebab tunggal dan tersering dari kematian

yang disebabkan oleh insufisiensi aliran darah koroner (Guyton & Arthur 1990).

B. Fisiologi Sirkulasi Koroner

Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan

atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit

bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering

diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV

90% diperdarahi oleh arteri koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri

(cabang sirkumfleks). Dengan demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering

menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi arteri

koroner kanan.

C. Patogenesis

Aterosklerosis sebagai penyebab Penyakit Jantung Iskemik. Sebab tersering dari

berkurangnya aliran darah koroner adalah skelerosis, dimana kolesterol dan lemak secara

berangsur-angsur ditumpukkan di bawah lapisan intima pada banyak tempat di dalam

arteri. Kemudian daerah penumpukan ini dimasuki oleh jaringan fibrosa, dan mereka

juga sering mengalami kalsifikasi. Hasil akhirnya adalah timbulnya “daerah-daerah

ateroskelrotik” dan dinding arteri sangat keras, tidakdapat berkonstriksi dan dilatasi.

D. Patofisiologi

Page 3: 76789349-LP-PJI

1. perubahan awal

terjadinya penimbunan plak-plak aterosklerosis

2. Perubahan intermediate

Plak semakin besar dan terjadi obstruksi dari lumen arteri koroner epikardium.  Hal

ini menyebabkan peningkatan sirkulasi darah sebanyak 2-3 kali lipat akibat olahraga

tidak dapat dipenuhi.  Keadaan ini  disebut Iskemia dan manifestasinya dapat berupa

Angina atau nyeri pada dada akibat kerja jantung yang meningkat

3. Perubahan akhir 

Terjadi ruptur pada ‘cap’ atau bagian superficial dari plak sehingga akan terjadi

suatu situasi yang tidak stabil dan bebagai macam manifestasi klinik seperti Angina

at rest atau Infark Miokard.  Dengan terpaparnya isi plak dengan darah, akan 

memicu serangkaian proses platetel agregasi yang pada akhirnya akan menambah

obstruksi dari lumen pembuluh darah tersebut

4. Iskemia miokard

Peristiwa ini akan menimbulkan serangkaian perubahan pada fungsi diastolik, lalu

kemudian pada fungsi sistolik.  Menyusul dengan perubahan impuls listrik

(gelombang ST-T) dan akhirnya timbullah keadaan Infark Miokard.

o Angina stabil  :  Bila obstruksi  pada arteri koroner   ≥ 75%

o Unstable angina :  Bila terjadi ruptur dari plak ateromatosa

o Angina Prinzmetal :  Bila terjadi vasospasme dari arteri koroner utama 

E. Gejala Klinis

Tahap awal biasanya belum ada gejala. Tetapi gejala yang paling serius adalah nyeri

dada, yang dapat menunjukkan serangan jantung (juga dikenal sebagai cardiac arrest).

Nyeri dada mungkin juga menjadi hasil dari berbagai penyebab lain seperti serangan

kecemasan atau panik, atau bahkan sesuatu yang ringan seperti mulas atau angina

pektoris. Terkait dengan gejala nyeri dada adalah perasaan tidak nyaman di bagian tubuh

bagian atas mirip dengan yang dihasilkan dari perut kembung. Ini mungkin atau mungkin

tidak disertai dengan perasaan tersedak atau sesak napas, yang mungkin menunjukkan

tidak cukup darah mengalir ke paru-paru atau suplai darah terbatas dan dari arteri

Page 4: 76789349-LP-PJI

pulmonalis (pembuluh darah yang membawa darah ke paru-paru) menyebabkan cairan

menjadi terakumulasi di paru-paru.

Kardiomegali, atau kondisi pembesaran jantung, juga bisa menjadi konsekuensi

yang mungkin dari penyakit jantung iskemik. Ini adalah tempat dinding otot jantung

pada peningkatan ketebalan yang dihasilkan dalam ukuran normal besar dari jantung.

Aritmia jantung atau terjadinya irama jantung abnormal

F. Diagnosis Banding

1. Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut.

2. Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke perut dan

punggung).

3. Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)

4. Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan tekanan atau

perubahan posisi tubuh)

5. Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf tersebut)

6. Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat menyerupai IMA)

G. Komplikasi

1. Aritmia

2. Bradikardia sinus

3. Irama nodal

4. Gangguan hantaran atrioventrikular

5. Gangguan hantaran intraventrikel

6. Asistolik

7. Takikardia sinus

8. Kontraksi atrium prematur

9. Takikardia supraventrikel

10. Flutter atrium

11. Fibrilasi atrium

12. Takikardia atrium multifokal

13. Kontraksi prematur ventrikel

14. Takikardia ventrikel

15. Takikardia idioventrikel

Page 5: 76789349-LP-PJI

16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel

17. Renjatan kardiogenik

18. Tromboembolisme

19. Perikarditis

20. Aneurisme ventrikel

21. Regurgitasi mitral akut

22. Ruptur jantung dan septum

H. Prognosis

Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3

faktor penting yaitu:

i. Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)

ii. Potensial serangan iskemia lebih lanjut.

iii. Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama

pada luas daerah infark).

II. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji

adalah:

1. Aktivitas/istirahat

Gejala:

- Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur

- Riwayat pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur

Tanda:

- Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja

2. Sirkulasi

Gejala:

- Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, DM.

Tanda:

- TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai

duduk/berdiri.

- Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan

pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.

Page 6: 76789349-LP-PJI

- BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan

kontraktilitas atau komplian ventrikel

- Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.

- Friksi; dicurigai perikarditis

- Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.

- Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal

jantung/ventrikel.

- Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.

3. Integritas ego

Gejala:

- Menyangkal gejala penting.

- Takut mati, perasaan ajal sudah dekat

- Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’

- Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.

Tanda:

- Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata

- Gelisah, marah, perilaku menyerang

- Fokus pada diri sendiri/nyeri.

4. Eliminasi

Tanda:

Bunyi usus normal atau menurun

5. Makanan/cairan

Gejala:

- Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.

Tanda:

- Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat

- Muntah,

- Perubahan berat badan

6. Hygiene

Gejala/tanda:

- Kesulitan melakukan perawatan diri.

7. Neurosensori

Gejala:

- Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)

Page 7: 76789349-LP-PJI

Tanda:

- Perubahan mental

- Kelemahan

8. Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:

- Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas),

tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.

- Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke

tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,

abdomen, punggung, leher.

- Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.

- Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling

buruk yang pernah dialami.

- Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi

dan lansia.

Tanda:

- Wajah meringis, perubahan postur tubuh.

- Menangis, merintih, meregang, menggeliat.

- Menarik diri, kehilangan kontak mata

- Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna

kulit/kelembaban, kesadaran.

9. Pernapasan

Gejala:

- Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal

- Batuk produktif/tidak produktif

- Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis

Tanda:

- Peningkatan frekuensi pernapasan

- Pucat/sianosis

- Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing

- Sputum bersih, merah muda kental

10. Interaksi sosial

Gejala:

- Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)

Page 8: 76789349-LP-PJI

- Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)

Tanda:

- Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat

- Menarik diri dari keluarga

11. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala:

- Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler

Perifer

- Riwayat penggunaan tembakau

B. Tes DiagnostikTes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis Pemeriksaan Intepretasi Hasil

EKG

LaboratoriumEnzim / Isoenzim jantung

Radiologi

Ekokardiografi

Radioisotop

Masa setelah serangan:

Beberapa jam: variasi normal, perubahan tidak khas sampai adanya Q

patologis dan elevasi segmen ST

Sehari/kurang seminggu: inversi gelombang T dan elvasi ST berkurang

Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q menetap

Setahun: pada 10% kasus dapat kembali normal.

Peningkatan kadar enzim (kreatin-fosfokinase atau aspartat amino

transferase/SGOT, laktat dehidrogenase/-HBDH) atau isoenzim (CPK-

MB)merupakan indikator spesifik PJI.

Tidak banyak membantu diagnosis IMA tetapi berguna untuk

mendeteksi adanya bendungan paru (gagal jantung), kadang dapat

ditemukan kardiomegali.

Dapat tampak kontraksi asinergi di daerah yang rusak dan penebalan

sistolik dinding jantung yang menurun. Dapat mendeteksi daerah dan

luasnya kerusakan miokard, adanya penyulit seperti anerisma ventrikel,

trombus, ruptur muskulus papilaris atau korda tendinea, ruptur septum,

tamponade akibat ruptur jantung, pseudoaneurisma jantung.

Berguna bila hasil pemeriksaan lain masih meragukan adanya PJI.

Page 9: 76789349-LP-PJI

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.

2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan

tubuh.

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-

ekonomi; ancaman kematian.

4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi

listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;

infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan

kerusakan septum.

5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah

koroner.

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi,

intensitas, durasi), catat setiap

respon verbal/non verbal,

perubahan hemo-dinamik

2. Berikan lingkungan yang tenang

dan tunjukkan perhatian yang

tulus kepada klien.

3. Bantu melakukan teknik relaksasi

(napas dalam/perlahan, distraksi,

visualisasi, bimbingan imajinasi)

4. Kolaborasi pemberian obat sesuai

Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam

variasi respon verbal non verbal yang juga bersifat

individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk

menetukan intervensi yang tepat.

Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk

keadaan nyeri yang terjadi.

Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan

memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri.

Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner

Page 10: 76789349-LP-PJI

indikasi:

- Antiangina seperti nitogliserin

(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)

- Beta-Bloker seperti atenolol

(Tenormin), pindolol (Visken),

propanolol (Inderal)

- Analgetik seperti morfin,

meperidin (Demerol)

- Penyekat saluran kalsium

seperti verapamil (Calan),

diltiazem (Prokardia).

yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard.

Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan

rangsang simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi miokard

yang buruk)

Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan

nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak

dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.

Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat

meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan

preload dan kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa di

antaranya bekerja sebagai antiaritmia.

2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan

tubuh

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pantau HR, irama, dan

perubahan TD sebelum,

selama dan sesudah

aktivitas sesuai indikasi.

2. Tingkatkan istirahat,

batasi aktivitas

3. Anjurkan klien untuk

menghindari

peningkatan tekanan

Menentukan respon klien terhadap aktivitas.

Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen,

menurunkan risiko komplikasi.

Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk,

batuk keras dan mengedan dapat mengakibatkan

bradikardia, penurunan curah jantung yang kemudian

disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah.

Page 11: 76789349-LP-PJI

abdominal.

4. Batasi pengunjung

sesuai dengan keadaan

klinis klien.

5. Bantu aktivitas sesuai

dengan keadaan klien

dan jelaskan pola

peningkatan aktivitas

bertahap.

6. Kolaborasi pelaksanaan

program rehabilitasi

pasca serangan IMA.

Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan

klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang

bersifat terapeutik.

Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan

kerja jantung.

Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses

penyembuhan klien.

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-

ekonomi; ancaman kematian.

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pantau respon verbal dan non

verbal yang menunjukkan

kecemasan klien.

2. Dorong klien untuk

mengekspresikan perasaan

marah, cemas/takut terhadap

situasi krisis yang

dialaminya.

Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara

langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku

verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya

kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.

Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa

cemas/takut terhadap ancaman kematian, cemas terhadap

ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan

sebagainya.

Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi

klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing

Page 12: 76789349-LP-PJI

3. Orientasikan klien dan orang

terdekat terhadap prosedur

rutin dan aktivitas yang

diharapkan.

4. Kolaborasi pemberian agen

terapeutik anti cemas/sedativa

sesuai indikasi

(Diazepam/Valium,

Flurazepam/Dal-mane,

Lorazepam/Ativan).

terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien

mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.

4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi

listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;

infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan

kerusakan septum

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pantau TD, HR dan DN, periksa

dalam keadaan baring, duduk dan

berdiri (bila memungkinkan)

2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya

Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari

disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan

rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak

terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri,

cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah

vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik

berhubungan dengan komplikasi GJK.

Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh

denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat.

S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral,

Page 13: 76789349-LP-PJI

murmur.

3. Auskultasi bunyi napas.

4. Berikan makanan dalam porsi kecil

dan mudah dikunyah.

5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai

kebutuhan klien

6. Pertahankan patensi

IV-lines/heparin-lok sesuai indikasi.

7. Bantu pemasangan/pertahankan

paten-si pacu jantung bila digunakan.

peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark

yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia

miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur

menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam

jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum

atau vibrasi otot papilar.

Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin

terjadi karena penurunan fungsi miokard.

Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan

kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang

mengakibatkan terjadinya bradikardia.

Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard

dan menurunkan iskemia

Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat

darurat bila terjadi disritmia atau nyeri dada berulang.

Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan

sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan

secara permanen pada infark luas/kerusakan sistem

konduksi.

5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pantau perubahan kesadaran/keadaan

mental yang tiba-tiba seperti bingung,

letargi, gelisah, syok.

2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit

Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah

jantung di samping kadar elektrolit dan variasi

asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.

Penurunan curah jantung menyebabkan

vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh

Page 14: 76789349-LP-PJI

dingin/lembab dan catat kekuatan nadi

perifer.

3. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi,

kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi

napas)

4. Pantau fungsi gastrointestinal

(anorksia, penurunan bising usus,

mual-muntah, distensi abdomen dan

konstipasi)

5. Pantau asupan caiaran dan haluaran

urine, catat berat jenis.

6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium

(gas darah, BUN, kretinin, elektrolit)

7. Kolaborasi pemberian agen terapeutik

yang diperlukan:

- Hepari / Natrium Warfarin (Couma-

din)

- Simetidin (Tagamet), Ranitidin

penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan

denyut nadi.

Kegagalan pompa jantung dapat menimbulkan

distres pernapasan. Di samping itu dispnea tiba-

tiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi

tromboemboli paru.

Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat

menimbulkan disfungsi gastrointestinal

Asupan cairan yang tidak adekuat dapat

menurunkan volume sirkulasi yang berdampak

negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan

organ lainnya. BJ urine merupakan indikator

status hidrsi dan fungsi ginjal.

Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.

Heparin dosis rendah mungkin diberikan

mungkin diberikan secara profilaksis pada klien

yang berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial,

kegemukan, anerisma ventrikel atau riwayat

tromboplebitis. Coumadin merupakan

antikoagulan jangka panjang.

Menurunkan/menetralkan asam lambung,

mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi gaster

khususnya karena adanya penurunan sirkulasi

mukosa.

Pada infark luas atau IM baru, trombolitik

Page 15: 76789349-LP-PJI

(Zantac), Antasida.

- Trombolitik (t-PA, Streptokinase)

merupakan pilihan utama (dalam 6 jam pertama

serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan

memperbaiki perfusi miokard.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Doerge, Robert F. 1989. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Semarang: IKIP Semarang

Press.

Guyton, Arthur C. 1990. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 5 Bagian 1. Jakarta: EGC.

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,

Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.