overview sdh lucent

109
Training Center Committed 2 U 1 Produced by : Eka Pujapriyanta and Team SCPP Area-1 Jakarta [email protected]

Upload: junrevol-wicaksana-putra

Post on 18-Nov-2015

255 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Overview Sdh Lucent

TRANSCRIPT

  • Produced by :Eka Pujapriyanta and TeamSCPP Area-1 [email protected]

  • Peserta mampu memahami perbedaan hirarki sinyal plesiokron (PDH) dan sinyal sinkron (SDH),Peserta mampu memahami pembentukan sinyal STM-N,Peserta mampu memahami fungsi byte-byte overhead di dalam sinyal sinkron,Peserta mampu memahami konfigurasi jaringan SDH secara umum.

  • SDH merupakan sistem multiplex yang merupakan generasi setelah multiplex PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy).Sinyal dasar SDH disebut sinyal STM-1 (Synchronous Transport Module Level-1) sebesar 155,52 Mbps.Sinyal STM-N merupakan N x STM-1.Wavestar ADM-16/1 adalah STM-16 dengan tributary STM-1.Wavestar TDM-10G adalah STM-64 dengan berbagai input tributary.Standar ITU yang digunakan :G.707 : Bit RATE pada Sinyal Sinkron.G.708 : Network Node Interface (NNI).G.709 : Struktur Multipleks.

  • Karakteristik Sinyal PDHJenis sinyal plesiokron.Bit rate dasar sebesar 1.544 kbps (T-1, ANSI standard) dan 2.048 kbps (E1, ETSI standard).Teknik multiplexing bit per bit.Sinkronisasi menggunakan metode Jastifikasi Positif. Penyelarasan phase menggunakan Buffer Memory.Setiap tahapan (orde) multipleks memiliki struktur frame yang berbeda.Pengaksesan sinyal selalu melalui prosedur bertingkat.Setiap vendor dapat memilih penggunaan kode saluran optik.

  • Hirarki Sinyal PDHGambar-1 : Hirarki Sinyal Plesiokron

  • Sistem Cukup sederhana.Tidak memerlukan Sinyal Reference Clock.Keperluan byte Over Head sedikit.Dengan multiplexing bit per bit maka gangguan Jitter yang ditimbulkan lebih rendah.

    Kelebihan PDHHirarki teknik multipleks-demutipleks selalu bertingkat. Akses kanal individu dari sinyal orde tinggi harus dilakukan secara bertingkat dengan lengkap.Kapasitas kanal yang dibawa terbatas.Karena kurangnya byte overhead maka kemampuan operasi, administrasi dan pemeliharaan (OAM) kurang.Tidak ada standar untuk penggunaan kode saluran optik, maka intergrasi perangkat antar vendor tidak bisa dilakukan.

    Kelemahan PDH

  • Karakteristik Sinyal SDHJenis sinyal sinkron.Dapat menampung seluruh sinyal PDHSinyal dasar mempunyai kecepatan bit sebesar 155,52 Mb/sTeknik multipleks byte per byte.Sinkronisasi menggunakan metode Jastifikasi Positif, Negatif, dan Nol.Penyelarasan phase menggunakan Teknik Pointer.Tiap tahapan multipleks memiliki struktur frame yang sama.Pengaksesan sinyal dapat langsung tanpa melalui prosedur bertingkat.

  • Hirarki Sinyal SDHGambar-2 : Hirarki Sinyal Sinkron

  • Dengan menggunakan teknik pointer maka proses multipleks-demultipleks mudah.Sinyal masukan dengan kecepatan bit rendah dapat langsung dirubah menjadi kecepatan bit tinggi. Karena banyaknya byte overhead maka kemampuan operasi, administrasi, dan pemeliharaan (OAM) cukup memadai, bahkan untuk keperluan yang akan datang. Kapasitas kanal yang dibawa sangat besar.Dapat mentransmisikan semua sinyal PDH.

    Kelebihan SDH

  • Karena semua perintah dilakukan dengan software maka perlu keahlian/ pengetahuan khusus.Dalam 1 sistem STM-1 hanya dapat menampung 63 x 2,048 Mbps atau 3 x 34,368 Mbps.Teknik multpleks byte per byte akan menimbulkan jitter yang lebih tinggi dibandingkan sistem PDH.Memerlukan Sinyal Referensi Clock.Banyaknya Byte Over Head yang belum dimanfaatkan.

    Kelemahan SDH

  • Gambar-3 : Hirarki PDH, SONET, dan SDHCatatan :Untuk sinyal 8 Mbps tidak bisa diintegrasikan secara langsung.

  • Fungsi dan Jenis Container

    Container adalah ukuran sebuah frame di dalam sistem SDH, berfungsi untuk menampung byte-byte informasi sinyal digital baik sinkron maupun asinkron, dalam jumlah yang telah ditetapkan.Durasi waktu sebesar 125 ms.Container berisi bit-bit : informasi, stuffing, overhead, justification opportunity, dan justification control.

  • Penambahan POH dan PointerGambar-6 : Pembentukan sinyal Tributary Unit (TU)

  • Fungsi dan Jenis VCVirtual Container (Payload) yaitu suatu struktur informasi berupa container yang telah deberi byte-byte Path Overhead (POH).POH berfungsi sebagai penjaga kualitas sinyal informasi untuk penyambungan di tingkat Path, dengan durasi waktu tetap sebesar 125 ms.Virtual Container berisi byte-byte : POH, bit-bit informasi, stuffing, overhead, justification opportunity, dan justification control.Jenis Virtual Container :

    Low Order Virtual ContainerHigh Order Virtual Container.

  • Pembentukan Tributary Unit (TU)

    Catatan :Pada low order, dalam pengirimannya dibutuhkan multiframe (4 frame).TU-11 dibentuk dari C-11 + 1 byte POH + 1 byte pointer = 27 byte.

    TU-12 dibentuk dari C-12 + 1 byte POH + 1 byte pointer = 36 byte.

    TU-2 dibentuk dari C-2 + 1 byte POH + 1 byte pointer = 108 byte.

    TU-3 dibentuk dari C-3 + 9 byte POH + 3 byte pointer = 768 byte.

  • Mode Mapping, terbagi menjadi :

    Mode Floating : Pointer digunakan untuk menunjukkan titik awal mulainya payload (Virtual Container) dalam Tributary Unit atau Administrasi Unit.

    Keuntungan :Meminimalkan Buffer Payload dan kelambatan waktu.Dapat digunakan untuk sinyal Plesiokron dan Sinkron.

    Mode Locked : Pointer tidak digunakan, akan tetapi posisi Payload (Virtual Container) secara langsung ditetapkan/ dikunci pada Tributary atau Administrasi Unit.

    Keuntungan :Mudah untuk operasi Cross-Connect.Time Slot informasi ditempatkan secara pasti pada posisinya dalam Payload (Virtual Container ).

  • Gambar-8 : Mapping Sinyal

  • Contoh, Multi frame TU-12Gambar-10 : Multi frame sinyal TU-12

  • Pembentukan sinyal Tributary Unit Group (TUG)

    TUG-2 bisa dibentuk dari :

    ~ 4 kali TU-11 ~ 3 kali TU-12 ~ 1 kali TU-2

    TUG-3 bisa dibentuk dari :

    ~ 7 kali TUG-2 ~ 1 kali TU-3

  • Gambar-11 : Pembentukan sinyal TUG-2 dari TU-12

  • Pembentukan VC-3 dan VC-4

    VC-3 bisa dibentuk dari :

    ~ 1 kali C-3 + 9 byte POH (untuk sinyal 34 Mbp) ~ 1 kali C-3 + 9 byte POH (untuk sinyal 45 Mbps) ~ 7 kali TUG-2.

    VC-4 bisa dibentuk dari :

    ~ 1 kali C-4 + 9 byte POH ~ 3 kali TUG-3.Pembentukan Administrasi Unit (AU)

    AU-3 bisa dibentuk dari : ~ VC-3 + 3 byte pointer (untu sinyal 45 Mbps).

    AU-4 bisa dibentuk dari : ~ VC-4 + 9 byte pointer.

    Pembentukan Administrasi Unit Group (AUG)

    ~ AUG dibentuk dari AU-4 yang prosesnya identik.

  • Level pertama sinyal SDH disebut STM-1 (Synchronous Transport Modul Level-1) dengan bit rate 155,52 Mbps, identik dengan 3 kali STS-1 (51,84 Mbps).Bit rate sinyal STM-N adalah N kali STM-1, di mana N= 4, 16, 64 dan seterusnya dengan kelipatan 4.Bit rate STM-1 = 155,52 Mbps,

    Bit rate STM-4 = 4 x 155,52 Mbps = 622,08 Mbps,Bit rate STM-16 = 16 x 155,52 Mbps = 2.488,32 Mbps.

  • Ukuran satu frame sinyal STM-1 adalah : 2.430 byte, yang digambarkan secara dua dimensi dengan ukuran :

    9 baris x 270 kolom, di mana 1 baris x 1 kolom = 1 byte.Interval waktu setiap frame adalah 125 ms atau dengan frekuensi pengulangan sebesar 8.000 Hz.Jadi, dengan panjang frame = 2.430 byte atau 19.440 bit dan time frame (tf) = 125 ms, maka diperoleh BR STM-1 sebesar 155,52 Mbps.Untuk sinyal STM-N, time frame adalah tetap 125 ms meskipun mempunyai panjang frame yang lebih besar.

  • Section Over Head ( SOH ), berukuran 72 byte, terdiri dari :

    -RSOH, Baris ke 1 - 3 x kolom 1 - 9 = 27 byte.-MSOH, Baris ke 5 - 9 x kolom 1 - 9 = 45 byte.

    Pointer

    Berukuran 9 Byte, terletak pada baris ke 4 kolom ke 1 - 9.

    Payload (Virtual Container-4), berukuran 2.349 byte, terdiri dari :

    ~Container-4 (C-4), baris ke 1 - 9 x kolom 11 ~ 270 = 2.340 byte.~POH (Path Over Head ), baris ke 1 - 9 x kolom ke-10 = 9 byte.

  • Penggambaran secara dua dimensi, berukuran : 9 baris x 1.080 kolomJadi, ukuran Frame STM-4 (Synchronous Transport Module Level-4) sebesar 9.720 byte.1 baris x 1 kolom = 1 byte, dengan kecepatan 64 kbps.Interval waktu setiap frame sebesar 125 ms atau frekuensi pengulangan sebesar 8.000 Hz.

  • Gambar-13 : Ukuran frame STM-4

  • Gambar-14 : Struktur frame STM-4

  • Gambar-14 : Struktur frame STM-16Berapa ukuran frame STM-16 ?

  • Gambar-14 : Struktur frame STM-64Berapa ukuran frame STM-64 ?RSOHPOINTERMSOHPAYLOADt = ms .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..bariskolom

  • Gambar-15 : Multiplexing STM-N

  • Untuk mendapatkan clock recovery yang bagus di sisi penerima, maka dilakukan scrambling sinyal STM-N. Pada sistem PDH hal ini dilakukan dengan menggunakan line coding.Scrambling hanya dilakukan bila sinyal STM-N ditransmisikan dengan menggunakan media optik.Seluruh byte dalam STM-N kecuali FAW/FAS di-scrambling (diacak) dengan menggunakan rangkaian scrambler.Setelah diacak sinyal masuk ke dalam interface optik yang berupa E/O converter, yaitu perubah sinyal elektrik menjadi optik.Selanjutnya dengan menggunakan coupling, sinyal cahaya dipandu masuk ke dalam core serat optik untuk ditransmisikan.

  • Rangkaian scrambler yang dipakai adalah frame-synchronization scrambler dengan bit sequence sebesar 127 atau dengan 7 buah shift register. Generator polimonialnya adalah : 1 + x6 + x7.Pada saat awal, scrambler diset ke harga 1 1 1 1 1 1 1 untuk scrambling sinyal data pertama setelah FAW. Proses scrambling selanjutnya dilakukan melalui penjumlahan modulo 2 (exor gate) seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

    Gambar-17 : Rangkaian logika Exor

  • Ada pertanyaan ?

  • Melakukan sinkronisasi blok informasi di dalam suatu frame.Melakukan sinkronisasi dari frame yang kecil ke yang besar.

    Posisi VC di dalam frame yang lebih besar ditunjukkan dengan pointer. Letak byte-byte di PTR di dalam suatu frame adalah tetap dan berisikan address dari byte pertama VC (byte POH yang pertama).

  • Low Order Pointer

    ~ Pointer TU-11, TU-12, TU-2.High Order Pointer

    ~ Pointer TU-3, AU-3, dan AU-4.

    Catatan :Low order VC ditambah pointer -------> Tributary Unit.High order VC ditambah pointer -------> Administration Unit.

  • TU-11, TU-12, dan TU-2 PointerLOW ORDER POINTER

  • TU-3 pointerHIGH ORDER POINTERGambar-20 : TU-3 pointer

  • Gambar-21 : Struktur TU-3 pointer

  • AU-4 pointerSTM-1SOHSOH

  • Gambar-22 : Struktur High Order pointer

  • Turut serta dalam proses pembentukan frame.Mengawasi proses transmisi sinyal informasi dari pengirim sampai dengan penerima (general monitoring).Memonitor jika terjadi kesalahan (error monitoring).Melokalisasi terjadinya error (section dan path).Melakukan fungsi maintenance.Melakukan controlling.

  • Path Overhead (POH)Low order POHHigh order POH

    Section Overhead (POH)Multiplexer section overhead (MSOH)Regenerator section overhead (RSOH)

  • Low Order Path Over HeadKapasitas satu byte (V5).Jika transmisi VC-1x dan VC-2 ditransmisikan menggunakan metode floating mode, maka diperlukan satu byte V5 POH untuk setiap multi frame (500 ms). Pada teknik locked mode tidak diperlukan byte V5 ini.Container yang mendapatkan byte V5 ini adalah : VC-11, VC-12, dan VC-2. Gambar-31 di bawah ini menunjukkan struktur byte V5.

    Gambar-24 : Struktur byte V5Keterangan :BIP-2 : Bit Interleaved Parity 2 bitFEBE: Far End Block ErrorFERF: Far End Received Failure

  • Keterangan :Bit ke 1 dan 2 digunakan untuk BIP-2 dengan parity genap. Dua bit ini digunakan untuk menunjukkan bit-error yang terjadi pada VC-1x atau VC-2.

  • Bit ke 3 adalah untuk FEBE, yang dikirimkan ke awal path VC-1x/ VC-2. Jika BIP-2 mendeteksi error (10-6 < BER < 10-3), bit ke-3 dari POH di stasiun lawan akan diset ke nilai 1, sedangkan jika tidak ada error akan diset ke nilai 0.Bit ke 4 adalah bit Path Trace, digunakan untuk mengontrol sinyal terakhir di tingkat Path.Bit ke 5 ~ 7 sebagai Signal Label, digunakan untuk memilih tipe mapping, seperti yang terlihat pada Tabel 6-1. Untuk sinyal 2 Mbps plesiokron nilai signal label adalah 0 1 0.Bit ke 8 sebagai FERF atau remote alarm. Jika penerima tidak menerima sinyal (atau BER > 10-3), atau menerima sinyal AIS, bit ke delapan ini akan diset ke nilai 1 dan dikirimkan ke stasiun lawan pada tingkat path awal. Jika keadaan normal bit ke delapan ini diset ke nilai 0.

    Untuk monitoring alarm dan error selalu dilakukan pada tingkat yang sama antara stasiun pengirim dan penerima. Hal ini untuk menghindari deteksi error (munculnya alarm) pada tingkat yang tidak berkepentingan.

  • High Order Path OverheadGambar-25 : Struktur High order POHHigh order POH terdiri dari 9 byte, seperti terlihat pada Gambar 6-2.Container yang mendapatkan 9 byte POH ini adalah : VC-3 dan VC-4.

    Byte J1 disebut Path Trace, digunakan untuk mentransmisikan tanda pengenal path dengan kecepatan 64 kbps. Setiap frame memiliki 1 byte J1 ini. Byte ini juga berfungsi untuk memonitor pergantian path. J1 merupakan awal sinyal VC-3 atau VC-4. Pointer AU-4, AU-3, atau TU-3 menunjuk byte J1 ini.

    Keterangan :J1B3C2G1F2H4Z3Z4Z5Path tracePath BIP-8Signal LabelPath StatusPath user channelMulti frame indicatorSpareSpareSpare9 baris1

  • Byte B3 merupakan BIP-8 (Bit Interleaved Parity-8) dengan parity genap, digunakan untukbit error monitoring dari VC yang bersangkutan. Kode BIP-8 dihasilkan dari perhitungan parity genap dari semua bit di dalam VC. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam byte B3 pada frame berikutnya.Byte C2 adalah Signal Label, yang memberi informasi tentang komposisi VC-3 atau VC-4. Tabel-3, berdasarkan kode heksadecimal, menunjukkan mapping code untuk byte C-2. Masih ada 247 spare code yang belum digunakan.

    Tabel-3 : Signal Label (C2)

  • Byte G1 adalah Status Path, digunakan untuk menginformasikan kualitas sinyal pada VC3 dan atau VC4 pada harga 10-6 < BER < 10-3 ke terminal lawan.

    Byte G1 ini berfungsi sebagai error-report dari akhir path ke awal path dan selalu diset di stasiun lawan. Fungsi-fungsi setiap bit yang ada di dalam byte G1 ini adalah sebagai berikut :

  • Tabel- 4 : FEBE Code pada byte G1 Bit ke 1- 4 untuk FEBE, berisi jumlah error yang dideteksi oleh BIP-8 (byte B3). Nilai yang dikenal adalah mulai dari 0 sampai dengan 8 (decimal) dengan pernyataan seperti pada Tabel-4.

  • Byte F2 sebagai User Channel, digunakan untuk keperluan komunikasi atau supervisi bagi petugas pengelola jaringan. Penggunaannya terserah kepada pengelola jaringan.Byte H4 sebagai Indikator Multiframe, digunakan untuk menunjukkan komposisi payloadjika mentransmisikan sinyal low order ke dalam frame yang lebih besar.Byte Z3 ~ Z5 sebagai byte cadangan, digunakan untuk keperluan mendatang.

    Bit ke 5 untuk Remote Alarm atau Alarm Indicator. Alarm ini dikirim dari VC-3 atau VC-4 assembler di stasiun lawan jika stasiun ini tidak menerima sinyal. Dalam keadaan normal, bit ke-5 ini berisi 0. Dalam keadaan alarm, misalnya menerima AIS, tidak menerima sinyal (LOS), atau trace mismatch, bit ke-5 ini akan diset ke nilai 1.

  • Untuk STM-1, SOH terdiri dari 72 byte.RSOH terdiri 27 byte, MSOH terdiri 45 byte.

  • Gambar-28 : Byte-byte SOH untuk STM-1

  • Byte A1 - A2Sebagai tanda pengenal frame.Susunan bit sudah tetap (fixed), sehingga tidak mengalami scrambling.Juga disebut sebagai Frame Alignment Word (FAW) atau Frame Alignment Signal (FAS).Tanda pengenal tersebut terdiri dari 3 byte A1 dan 3 byte A2, di mana isi byte A1 = 11110110 dan A2 = 00101000.Setiap sinyal STM-1 di dalam frame STM-N memiliki susunan byte ini. Sinyal STM-4 memiliki 12 byte A1 dan 12 byte A2, sedangkan STM-16 mempunyai 48 byte A1 dan 48 byte A2.

  • Sebagai Identifikasi STM-1 pada susunan sinyal STM-N.Identifier ini akan berfungsi saat proses pembongkaran sinyal STM-N.

    Byte C1Digunakan untuk Bit Interleaved Parity-8, dengan parity genap. Sebagai error checking sinyal STM-N untuk setiap regenerator. Setiap satu sinyal STM-1 mempunyai satu byte B1. Pada sinyal STM-N, B1 hanya terdapat (aktif) pada STM-1 yang pertama (STM-1 #1).BIP-8 dihitung untuk keseluruhan frame STM-N. Hasil hitungan ini, yang berupa 8 bit, diletakkan pada byte B1 frame yang berikutnya. Sistem akan menganalisa dan membentuk lagi B1 yang baru di setiap regenerator dan multiplexer sebelum proses scrambling.

    Byte B1

  • Sebagai Data Communication Channel (DCC)R, dengan BR 192 kbps. DCC ini terhubung ke suatu management system untuk keperluan monitoring atau pengendalian jaringan.Pada frame STM-N, DCC hanya terdapat pada STM-1 #1.

    Sebagai user channel. Pada sinyal STM-N, byte F1 hanya terdapat pada STM-1 yang pertama.

    Byte F1Sebagai transmisi kanal pembicaraan antara petugas untuk keperluan monitoring. Pada sinyal STM-N, E1 hanya ada pada STM-1 yang pertama.

    Byte E1Byte D1 D3

  • Byte B2Digunakan untuk membentuk BIP-24.Setiap multiplexer akan dilakukan error checking dengan menggunakan BIP-24 ini. BIP-24 dihitung untuk keseluruhan frame sebelum proses scrambling kecuali blok RSOH. Hasilnya yang berupa 24 bit, diletakkan di byte B2 pada frame berikutnya. Perubahan harga B1 pada regenerator tidak berpengaruh pada perhitungan B2.

  • Byte K1 K2Digunakan untuk APS (Automatic Protection Switch) channel. Automatic stanby 1 : n, di mana 1 < n < 14. Jika saluran yang aktif mengalami gangguan, secara otomatis bisa dialihkan ke saluran standby. Informasi ini disimpan pada byte K. Protokol selengkapnya ada di rekomendasi ITU-T G.783 annex A. Pada kondisi AIS (Alarm Indication Signal), bit ke 6, 7, dan 8 dari byte K2 diset ke nilai 1 1 1. Jika multiplexer menerima sinyal AIS atau tidak menerima sinyal sama sekali (Loss of Signal), ia akan mengirimkan kode FERF (Fare End Receive Failure) ke stasiun lawan. Di stasiun lawan bit ke 6, 7, dan 8 dari K2 diset ke nilai 1 1 0.Pada sinyal STM-N, byte K1 dan K2 hanya terdapat pada STM-1 #1.

  • Sebagai DCCM, dengan bit rate 576 kbps.DCC ini terhubung ke suatu management system untuk keperluan monitoring atau pengendalian jaringan.

    Byte D4 D12Sebagai Synchronization Status Message (SSM), berfungsi untuk memeriksa atau menganalisa kualitas sinyal sinkronisasi.Menggunakan rekomendasi ITU-T G. 811 dan G.812.

    Byte S1Sebagai Section Status (SS), berfungsi untuk menginformasikan kualitas sinyal STM-1 ditingkat Multiplex Section pada nilai BER :

    10-6 < BER < 10-3 ke terminal lawan.Byte M1

  • Byte E2 Order Wire channel, digunakan untuk kanal pembicaraan antara petugas di tingkat terminal (express communication). Pada STM-N hanya E2 pertama yang aktif.

    Byte E2Merupakan byte-byte cadangan.Digunakan untuk keperluan mendatang.

    Byte Z1 - Z2

  • Ada pertanyaan ?

  • Kualitas sinyal yang dikirimkan harus diterima dengan baik.Untuk memonitor kualitas sinyal dan untuk mengetahui indikasi alarm dan status yang ada pada sinyal tersebut, maka diperlukan metode monitoring dan sinyal-sinyal pemeliharaan. Pemanfaatan byte-byte overhead yang ada dalam sistem.

  • Bit Error Rate (BER) monitoring

  • Section LevelMS-AISMultiplex Section-Alarm Indication Signal yaitu suatu sinyal yang menggantikan sinyal utama yang terganggu yang mempunyai harga bit 1 terus menerus di tingkat Multipleks disebabkan oleh Loss of Signal ( LOS ), Loss of Frame ( LOF ) atau Loss of Pointer ( LOP )MS-FERFMultiplex Section-Far End Receive Failure yaitu hilang atau terganggunya sinyal utama disebabkan oleh Loss of Signal ( LOS ) atau pada harga BER > 10-3.MS-FEBEMultiplex Section-Far End Block Error yaitu terganggunya sinyal utama sehingga menurunnya kualitas sinyal pada harga 10-6 < BER < 10-3 disebabkan oleh Degradasi Diode LASER atau Jitter.

  • Path LevelHP-AISHigh order Path-Alarm Indication Signal yaitu suatu sinyal yang menggantikan sinyal utama yang terganggu yang mempunyai harga bit 1 terus menerus di tingkat Path disebabkan oleh Loss of Signal (LOS), Loss of Frame (LOF) atau Loss of Pointer (LOP).LP-AISLow order Path-Alarm Indication Signal yaitu suatu sinyal yang menggantikan sinyal utama yang terganggu yang mempunyai harga bit 1 terus menerus di tingkat Path disebabkan oleh Loss of Signal (LOS), Loss of Frame (LOF) atau Loss of Pointer (LOP).HP-FERFHigh order Path-Far End Receive Failure yaitu hilang atau terganggunya sinyal utama ditingkat Path disebabkan oleh Loss of Signal ( LOS ) atau pada harga BER > 10-3.

  • LP-FERFLow order Path-Far End Receive Failure yaitu hilang atau terganggunya sinyal utama ditingkat Path disebabkan oleh Loss of Signal ( LOS ) atau pada harga BER > 10-3.HP-FEBEHigh order Path-Far End Block Error yaitu terganggunya sinyal utama sehingga menurunnya kualitas sinyal pada harga 10-6 < BER < 10-3 disebabkan oleh Degradasi Diode LASER atau Jitter.LP-FEBELow order Path-Far End Block Error yaitu terganggunya sinyal utama sehingga menurunnya kualitas sinyal pada harga 10-6 < BER < 10-3 disebabkan oleh Degradasi Diode LASER atau Jitter.

  • Fungsi-fungsi yang terdapat dalam konfigurasi TMN adalah :Network Element (NE)Mediation Device (MD)Operation System (OS)Workstation (WS)

  • Spesifikasi dari struktur multiplex SDH mempunyai pengaruh mendasar terhadap spesifikasi dari elemen-elemen jaringan baru beserta aplikasinya.Dilihat dari fungsinya, elemen-elemen jaringan SDH dibedakan menjadi : Terminal Multiplexer, Add-Drop Multiplexer, SDH Repeater (Regenerator), Digital Coss Connect (DXC).

  • Gambar-34 : Terminal MultiplexerTerminal Multiplexer

    Multiplexer ini berfungsi sebagai interface antara sinyal PDH dan sinyal SDH, dan menggabungkan sinyal-sinyal PDH ordo rendah menjadi sinyal-sinyal SDH ordo tinggi. Suatu multiplex akan menjadi bagian dari SDXC (Synchronous Digital Cross Connect) dan ADM (Add-Drop Multiplexer).

  • Gambar-35 : Add/drop MultiplexerAdd-Drop Multiplexer

    Sesuai dengan definisi ITU-T, setiap sinyal tributary (VC) dalam suatu ADM dapat di-drop (diturunkan) dari jalur sinyal utama, dan dikeluarkan ke setiap output (tributary interface).Pada arah lain, sinyal tributari dari setiap input dapat ditambahkan/ disisipkan ke setiap time slot dari frame STM-N pada sinyal outgoing. Ini berarti bahwa terdapat koneksi penuh antara jalur utama dan jalur cabang. Secara umum, Interface STM-N pada jalur utama disebut dengan istilah EAST Aggregate atau West Aggregate. (beberapa vendor menggunakan istilah lain).

  • Gambar-36 : SDH Regenerator/ RepeaterSDH Regenerator/ Repeater

    Regenerator (repeater) di dalam jaringan SDH berfungsi untuk meregenerasi sinyal SDH yang datang. Regenerator sinkron juga melakukan supervisi terhadap kualitas transmisi.

  • Gambar-37 : Digital Cross Connect (DXC)Digital Cross Connect (DXC)

    Digital cross-connect memungkinkan switching saluran-saluran transmisi dengan bit rate yang berbeda-beda. Suatu DXC juga dapat melakukan drop-insert sinyal-sinyal ordo rendah. Aplikasi : routing, broadcasting, and add-drop network.

  • Jaringan Akses (Access Network)

    Pada masa lalu, jaringan akses ini berfungsi untuk mendistribusikan layanan-layanan yang menggunakan bit rate rendah, seperti : 64 kbps sampai dengan sinyal 2 Mbps (E1) atau setingkat VC-12, maupun 34 Mbps (E3). Namun dengan perkembangan jaman dan tuntutan kebutuhan, bit rate tinggi yang biasa digunakan pada jaringan transport mulai diaplikasikan pada jaringan akses, seperti : STM-4, bahkan STM-16, dengan tributary VC-12, VC-3, atau STM-1.

  • Fleksibilitas disediakan oleh Terminal Multiplexer dan Add-Drop Multiplexer, yang melengkapi setiap sistem secara individu dan/ atau terhubung, dengan fungsi cross-connect maupun fungsi pemeliharaan (grooming functtion).Berkaitan dengan flesibilitas ini, beberapa vendor telah membuat sebuah perangkat Add Drop Multiplexer (ADM) dengan transmisi sinyal STM-16 yang mempunyai input sinyal 2 Mbps atau 34 Mbps.

    Jaringan Transport

    Jaringan transport biasanya menggunakan bit rate tinggi, seperti STM-4, STM-16, atau STM-64, dengan media transmisi serat optik. Pemakaian kabel tembaga (elektrik) atau gelombang mikro digital (GMD), sampai saat ini masih terbatas pada STM-1.Fleksibilitas diperoleh dengan menggunakan sistem cross-connect di dalam node-node jaringan.

  • Distribusi Sinkronisasi

    Distribusi inter-station

    Distribusi ini mempunyai topologi diagram pohon.

  • Distribusi intra-station

    Distribusi ini mempunyai topologi star. Hanya clock pada tingkat hirarki tertinggi yang akan disinkronkan dengan sumbner clock yang berasal dari luar stasiun.

  • Sinkronisasi pada clock slave didasarkan pada satu atau lebih sinyal sinkronisasi dari tingkat hirarki yang lebih tinggi (atau tingkat hirarki yang sama untuk distribusi inter-station).Clock slave menentukan sinyal mana yang akan digunakan sebagai referensinya. Metode ini dinamakan synchronization trail. Apabila sinyal yang digunakan sebagai referensi jatuh, maka clock slave akan berpindah ke sinyal alternatif yang lain.Uumnya, sinkronisasi jaringan SDH diintegrasikan dengan arsitektur sinkronisasi PDH yang ada. Clock-clock tersebut bisa merupakan unit yang terpisah atau terintegrasi di dalam satu sentral (exchange). Clock-clock ini juga bisa diintegrasikan di dalam beberapa jenis perangkat SDH, seperti sistim Digital Cross Connect.

  • Mode Sinkronisasi

  • Clock dari suatu elemen jaringan SDH dapat disinkronkan dengan dua cara, yaitu : Sinkronisasi clock elemen dengan sinyal STM-n incoming.

    Sinkronisasi clock elemen dengan sinyal sinkronisasi external.

    Gambar-41 : Sinkronisasi dengan sinyal STM-nSinyal sinkronisasi external yang biasa di gunakan, yaitu :Sinyal STM-n.Sinyal 2.048 Mbps.Sinyal 2.048 KHz (biasanya untuk jaringan SDH).

  • Clock node akan menggunakan salah satu sinyal sinkronisasi external sebagai sinyal referensi primernya. Apabila sinyal referensi jatuh, maka clock akan disinkronkan dengan sinyal alternatif yang lain. Distribusi clock di dalam node SDH dapat menggunakan sinyal STM-n atau sinyal clock yang terpisah.Timing QualityPRC (Primary Reference Clock)SSU-T (Synchronization Supply Unit Transmit)SSU-L (Synchronization Supply Unit Local)SEC (SDH Equipment clock/ internal timing in the Equipment)

  • EQUIPMENT PROTECTION (HARDWARE PROTECTION)1 + 11 : N

    TRANSMISION PROTECTION MSP (MULTIPLEX SECTION PROTECTION)MS-SPRING (MULTIPLEX SECTION SHARED PROTECTION RING)SNCP (SUB NETWORK CONNECTION PROTECTION)

    MSP 1+1UNIDIRECTIONALBIDIRECTIONALOPTIMIZED

  • KODE SALURAN OPTIK

  • Point-to-Point (End) Terminal AplicationTopologi point-to-point hanya cocok untuk trafik rendah dan pelanggan yang terkonsentrasi atau tidak menyebar.Kelemahan dari topologi ini adalah tidak adanya proteksi yang cukup. Untuk meningkatkan keamanan jaringan bisa dilakukan peningkatan kehandalan system yaitu dengan menggunakan : 1 + 1 MSP Protected point-to-point.Jika jarak antar terminal cukup jauh sehingga daya optik turun sampai di bawah sensistifitas detektor optik, maka perlu ditambahkan Optical Amplifier (atau regenerator optik).

  • Gambar-43 : Topologi Point-to-point tanpa proteksiContoh aplikasi :

  • Gambar-44 : Konfigurasi Jaringan 1+1 MSP Protected Point-to-Point

  • Linier Add/Drop ApplicationLinear Add/ drop ini digunakan apabila sebuah jaringan terdapat lebih dari 2 terminal. Sinyal dari perangkat terminal asal selain diturunkan di terminal berikutnya oleh terminal ini pula diteruskan ke termnal selanjutnya.Gambar-45: Konfigurasi Jaringan Linear Add/Drop

  • Folded Ring ApplicationApabila terminal akhir dalam suatu jaringan dihubungkan kembali dengan serat optik (pada kabel yang sama) ke stasiun awal, maka seolah-olah membentuk jaringan Ring atau Ring tipu-tipuan (Folded Ring). Gambar-46 : Konfigurasi Jaringan Folded Ring

  • Perangkat ADM 16/1 ini mampu memberikan Jaringan Ring dengan jumlah nodes 2 sampai dengan 16.Ring AplicationGambar-47 : Konfigurasi Jaringan Ring

  • 2-Fiber MS-SPRingTopologi jaringan dengan menggunakan sistem proteksi 2-fiber MS-SPRing (Multiplex Section-Shared Protection Ring) mempunyai pengertian bahwa setiap saluran akan diproteksi dengan satu saluran yang lain pada arah yang berlawanan. Dalam hal ini, bandwidth akan berkurang menjadi setengahnya.Pada Gambar 2-1 dilukiskan kapasitas trafik yang tersedia pada satu sistem STM-64 dengan menggunakan Topologi MS-SPRing.

  • SEKIAN