161 upaya peningkatan mutu guru kimia di sekolah

77
161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) KHUSUSNYA DI JURUSAN KIMIA Alifa, Wahyuningsih 1. PENDAHULUAN Untuk menghadapi perubahan yang serba cepat kita perlukan usaha pengembangan Sumber Daya Manusia yang dilakukan melalui proses pendidikan dan pelatihan. Yang melatarbelakangi Pemakalah untuk menyampaikan / mengangkat “ Upaya Peningkatan Mutu Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Khususnya di Kejuruan Kimia”, dimana dasar pemikirannya adalah secara: a. Kuantitas - Telah bermunculannya Jurusan Kimia pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang selama ini belum ada, dalam kurun waktu dua sampai dengan tiga tahun Terakhir , khususnya di Jawa Timur telah tercatat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang Negeri telah bertambah menjadi sepuluh sekolah yang telah membuka Jurusan Kimia. - Berkembangnya Industri-industri Kimia baik skala kecil maupun skala besar b. Kualitas - Banyak dibutuhkan tenaga kerja level menengah oleh Perusahaan untuk Jurusan Kimia Industri maupun Analis Kimia. - Masih perlunya peningkatan kemampuan Guru-guru Kimia yang benar- benar kompeten di bidangnya sesuai dengan kompetensi yang ada di Kejuruan kimia baik secara Metodik maupun Dedaktik serta kemampuan Skill (aplikasi praktikumnya) Sedangkan tujuan utama Pemakalah adalah mengharapkan adanya Guru- guru yang professional nantinya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya untuk jurusan Kimia. Sesuai dengan yang melatar belakangi dan tujuan utama dalam upaya peningkatan mutu Guru Kimia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya untuk Jurusan Kimia. Pemakalah mencoba memberikan dasar-dasar pijakan untuk lebih jelasnya, yaitu: - Profesi Guru - Guru yang profesional - Dasar-dasar filosofi pengembangan profesi - Langkah atau upaya nyata 2. Profesi Guru Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (To Profess yang artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.

Upload: lamhanh

Post on 30-Dec-2016

243 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

161

UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN (SMK) KHUSUSNYA DI JURUSAN KIMIA

Alifa, Wahyuningsih

1. PENDAHULUAN

Untuk menghadapi perubahan yang serba cepat kita perlukan usahapengembangan Sumber Daya Manusia yang dilakukan melalui proses pendidikandan pelatihan.Yang melatarbelakangi Pemakalah untuk menyampaikan / mengangkat “UpayaPeningkatan Mutu Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Khususnya diKejuruan Kimia”, dimana dasar pemikirannya adalah secara:a. Kuantitas

- Telah bermunculannya Jurusan Kimia pada Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) yang selama ini belum ada, dalam kurun waktu dua sampai dengantiga tahun Terakhir, khususnya di Jawa Timur telah tercatat SekolahMenengah Kejuruan (SMK) yang Negeri telah bertambah menjadi sepuluhsekolah yang telah membuka Jurusan Kimia.

- Berkembangnya Industri-industri Kimia baik skala kecil maupun skalabesar

b. Kualitas- Banyak dibutuhkan tenaga kerja level menengah oleh Perusahaan untuk

Jurusan Kimia Industri maupun Analis Kimia.- Masih perlunya peningkatan kemampuan Guru-guru Kimia yang benar-

benar kompeten di bidangnya sesuai dengan kompetensi yang ada diKejuruan kimia baik secara Metodik maupun Dedaktik serta kemampuanSkill (aplikasi praktikumnya)

Sedangkan tujuan utama Pemakalah adalah mengharapkan adanya Guru-guru yang professional nantinya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)khususnya untuk jurusan Kimia.Sesuai dengan yang melatar belakangi dan tujuan utama dalam upayapeningkatan mutu Guru Kimia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)khususnya untuk Jurusan Kimia.Pemakalah mencoba memberikan dasar-dasar pijakan untuk lebih jelasnya,yaitu:- Profesi Guru- Guru yang profesional- Dasar-dasar filosofi pengembangan profesi- Langkah atau upaya nyata

2. Profesi GuruProfesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka

(To Profess yang artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itumengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan, karena orang tersebutmerasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.

Page 2: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

162

Everett Hughes menjelaskan, bahwa istilah profesi merupakan simbol dari suatupekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri.B.J. Chandler menegaskan, bahwa profesi mengajar adalah suatu jabatan yangmempunyai kekhususan. Kekhususan itu memerlukan kelengkapan mengajar danketerampilan yang menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar,yaitu membimbing manusia.Menurut Myron Lieberman mengatakan, bahwa profesi menampakkan diridalam bentuk layanan sosial, dimana cirri dari suatu profesi ialah, bahwa orangtersebut lebih mengutamakan tugas pelayanan sosial dari pada mencarikeuntungan sendiri.

Dengan pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa,profesi guru adalah suatu sikap dari seseorang akan suatu jabatan dalam pekerjaandan selanjutnya menjadi pekerjaannya.

3. Guru yang ProfesionalUntuk mengetahui bagaimana Guru profesional yang merupakan tujuan

akhir dari maksud paparan ini, maka perlulah digambarkan lebih jelas apasebenarnya yang dimaksud dengan Guru profesional. Pada umumnya orang-orangbanyak yang memberi arti sempit terhadap pengertian profesional , dimanaprofessional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang dimilikiseseorang, misalnya seorang Guru yang dikatakan profesional bila guru tersebutmemiliki kualitas mengajar yang tinggi, padahal profesional mengandung artiyang lebih luas. Bukan hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis, akan tetapiprofesional mempunyai makna Ahli (Ekspert), Tanggung Jawab(Responsibility), baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab moraldan memiliki Rasa Kesejawatan.

Makna Profesional dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu:a. Ekspert / Ahli

Yang pertama adalah ahli dalam bidang pengetahuan yang diajarkan dan ahlidalam tugas mendidik.Guru yang ahli harus memiliki pengetahuan tentang cara mengajar (Teachingis a Knowledge), juga keterampilan (Teaching is a Skill) dan mengerti bahwamengajar itu juga seni (Teaching is an Art).Dalam kaitan ini orang juga selalu membicarakan Guru yang berhasil (asuccesfull teacher), guru yang efektif (An effective teacher) dan guru yangbaik (a good teacher).

b. Rasa Tanggung JawabGuru yang profesional disamping ahli dalam bidang mengajar dan

mendidik, juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang dimaksuddengan otonomi adalah suatu sikap yang profesional yang disebut mandiri, iatelah memiliki otonomi atau kemandirian yang dalam mengemukakan apayang harus dikatakan berdasarkan keahliannya.

Page 3: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

163

c. Memiliki Rasa KesejawatanDimana untuk hal ini adalah menciptakan rasa kesejawatan sehingga

ada rasa aman dan perlindungan jabatan dan ini dikembangkan melaluiorganisasi profesi dengan menciptakan rasa kesejawatan dalam semangatkorps (Lesprit De Corps)

Apakah Saya Profesional

(Wiles, 1955: 27)

4. Dasar-Dasar Filosofi Pengembangan ProfesiSetiap profesi harus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan menuju kepada otonomi profesi, inti dari setiap otonomi ialahmemiliki kemandirian dan tanggung jawab.

Setiap pemilik profesi yang sudah mandiri dan bertanggung jawab harusmemberi dan sanggup dimintai pertanggung jawaban.Untuk dapat mencapai sikap profesional seperti itu memerlukan pemeliharaan danperawatan yang kontinyu, dan tugas ini termasuk dalam bidang pembinaan danpengembangan profesi.Setiap pembinaan dan pengembangan berangkat dari asumsi tertentu, atausekurang-kurangnya harus mempunyai asumsi dasar, yaitu:

a. Perkembangan adalah hasil dari pengaruh eksternal dimana orang berangkatdari asumsi bahwa perkembangan terjadi oleh karena pengaruh factor luar,bertolak dari asumsi, bahwa jiwa manusia adalah tabularasa (John Locke).

b. Perkembangan adalah hasil dari pengaruh faktor internal. Pandangan iniberangkat dari asumsi bahwa dalam jiwa manusia ada kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang.

Page 4: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

164

c. Perkembangan adalah perpaduan dari faktor eksternal dan faktor internal, iniberangkat dari asumsi faktor X adalah eksternal dan faktor Y adalah internal(Wolfgang dan Glickman)

5. Langkah dan Upaya NyataSetelah menelaah memperhatikan latar belakang, tujuan utama dalam

paparan pemakalah dan pandangan atau gambaran hasil akhir yaitu guru yangprofesional dan filosofi dasar untuk mengembangkan profesi maka perlulahlangkah dan upaya nyata untuk meningkatkan mutu guru sekolah menengahKejuruan(SMK) khususnya di Jurusan Kimia melalui pemberdayaan program-program Education, diantaranya:a. Pre Service Education

Memberi masukan pada Lembaga-lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan(LPTK) mengenai perlunya diperbanyak mahasiswa/mahasiswi yangmelaksanakan praktek mengajar di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) yang mana selama ini menurut pengamatan Pemakalah masih sangatsedikit, kalau tidak bisa dikatakan belum ada para mahasiswa/mahasiswiLembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang melaksanakanpraktek atau magang di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya diJurusan Kimia.Padahal dengan melakukan praktek atau magang di Sekolah-sekolahMenengah Kejuruan (SMK) Jurusan Kimia dalam segi Skill yang didapat jelaslebih menonjol bila dibandingkan dengan Sekolah-sekolah Non kejuruankhususnya Jurusan Kimia.Dengan melaksanakan praktek atau magang di Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) nantinya diharapkan banyak membantu dalam pelaksanaan mengajardan mendidik baik di Sekolah-sekolah Umum maupun di Sekolah-sekolahKejuruan, dikarenakan perbandingan antara teori dan praktek di SekolahMenengah Kejuruan (SMK) bisa mencapai 30 % teori dan 70 % praktek.

b. In Service EducationMenurut Peter F. Oliva membedakan pengembangan staf (StaffDevelopment), ia mengatakan istilah itu sama, tetapi sebenarnya berbeda,dimana pengembangan staf lebih luas dari pada In Service Education dan InService Training.Menurut Serbiovany, dimana pengembangan staf bersumber dari dalam diriseseorang untuk bertumbuh, sifatnya internal, jadi usaha untuk berkembangitu bersumber dari dalam diri sendiri.Yang jelas pemahaman terhadap pengertian dari In Service haruslah dilihatdari fungsinya, dimana Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)difungsikan untuk meningkatkan kemampuan Guru-guru tersebut.Good Carter menggunakan istilah Pertumbuhan Pendidikan (EducationGrowth), yaitu penambahan beberapa keterampilan.Sedangkan pengembangan pendidikan (Educational Development) adalahpenambahan dalam kemampuan agar mampu menghadapi situasi tertentusebagai hasil dari pengembangan orang lain.

Page 5: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

165

Program In Service Education adalah suatu usaha yang memberi kesempatankepada Guru-guru untuk mendapatkan penyegaran atau menurut Jacobsonsebagai penyegaran yang membawa Guru-guru kearah Up to Date.Dalam upaya nyata pada In Service Education yang bisa dilaksanakanadalah:- Melaksanakan Pendidikan akta IV bagi Guru-guru yang belum

mempunyai akta IV atau Guru-guru hasil Pendidikan non tenagaKependidikan (Non LPTK)

- Melaksanakan pendidikan Pasca Sarjana (S2, S3) yang sesuai denganbidang kejuruan, yaitu: KIMIA.

c. In Service TrainingPada umumnya yang paling banyak dilakukan ialah melalui pola penataran-penataran yang diantaranya:Penataran Penyegaran.Yaitu usaha peningkatan kemampuan Guru agar sesuai dengan kemampuanilmu pengetahuan dan teknologi serta memantapkan kemampuan tenagakependidikan agar dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan lebih baik,sifat penataran ini adalah memberi penyegaran sesuai dengan perobahan yangterjadi.Penataran Peningkatan KualifikasiYaitu usaha peningkatan kemampuan Guru sehingga mereka memperolehkualifikasi formal tertentu sesuai dengan standar yang ditentukan.Penataran PenjenjanganAdalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan Guru sehingga dipenuhipersyaratan suatu kepangkatan atau jabatan sesuai dengan ketentuan yangberlaku.Dalam upaya nyata pada In Service Training adalah:- Melaksanakan penataran-penataran bekerja sama dengan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), maupun Non kependidikan(Non LPTK) dengan tujuan, memberi penyegaran sekaligus up datekeilmuan khususnya Kimia.

- Melaksanakan penataran-penataran bekerja sama dengan dunia idustrikimia yang bertujuan untuk memberikan aplikasi lapangan yangsebenarnya di Industri Kimia.

Hanya saja perlu dipahami bersama bahwa kegiatan In Service Trainingdalam bentuk penataran-penataran bagi Guru-guru pada umumnya cenderungmasih mengandalkan anggaran Pemerintah, baik dari pusat maupun daerah(APBN dan APBD). Dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang adasekarang kecenderungan frekuensi penataran-penataran jauh lebih sedikit padaakhir-akhir ini, maka dari itu perlulah diadakan program terobosan-terobosandalam rangka untuk peningkatan mutu Guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan(SMK), khususnya Jurusan Kimia yang kami coba sebut dengan Alternatif

Page 6: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

166

Model Pengembangan Profesi.a. Alternatif Pertama

Model pengembangan profesi ini adalah mengikut sertakan Pihak Ketiga,dalam hal ini adalah perusahaan/industri yang masih memiliki perhatianterhadap bidang pendidikan. dasar-dasar filosofinya, yaitu dimana duniaindustri/ perusahaan adalah merupakan pengguna dari hasil proses didik dalambentuk Tenaga Kerja yang kompeten pada bidangnya berartiIndustri/Perusahaan yang merasakan manfaat terbesarnya nanti.Walaupun dalam kenyataan sebenarnya masih banyak industri/perusahaanyang kurang memperhatikan Dunia Pendidikan, akan tetapi juga masih adaindustri/perusahaan yang mempunyai perhatian pada Dunia Pendidikan baikitu yang berbentuk BUMN/BUMD maupun swasta murni (PMA/PMDN). Halini dapat dilihat dengan adanya suatu bagian dalam Perusahaan tersebut yangdisebut dengan CSR (Corporate Social Responsibility). Melalui bagian CSRinilah sebagian keuntungan perusahaan dapat dimanfaatkan untukpengembangan pada masyarakat, termasuk didalamnya adalah DuniaPendidikan dengan jalan melaksanankan training-training yang dibiayai olehperusahaan.Sedangkan strategi training yang dapat untuk peningkatan mutu guru kimia diSekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat dipilih beberapa strategi, antaralain:- Strategi Datang

Yaitu peserta training mendatangi tempat training yang telah ditentukanoleh industri/perusahaan.

- Strategi PergiDimana para penatar/nara sumber yang telah ditunjuk olehperusahaan/industri mendatangi salah satu sekolah yang dianggapmemadai untuk pelaksanaan training ataupun menggunakan Lembaga-lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), maupun LembagaPendidikan Non Kependidikan yang ditunjuk oleh perusahaan/industritersebut.

b. Alternatif KeduaModel pengembangan ini adalah dengan melaksanakan Kunjungan Industri(Terprogram) dimana maksud dari pada terprogram disini segala sesuatunyaharus benar-benar terprogram sesuai dengan tujuan pendidikan yang jugauntuk menghindari dari unsur-unsur ikutan (misalnya: unsur berwisata) makadari itu, pelaksanaan kunjungan industri benar-benar Terprogram antara lain:

- Terprogram Waktunya- Terprogram Peserta Kunjungannya- Terprogram Lingkup yang Dikunjungi (tidak membias)- Terprogram Hasil Kunjungannya

Page 7: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

167

Untuk lebih mengoptimalkan hasil dari dua jenis alternatif modelpengembangan profesi dalam upaya peningkatan mutu guru kimia di SekolahMenengah Kejuruan (SMK) khususnya dijurusan kimia, hasil-hasil tersebut dapatdikembangkan baik secara kelompok (sekolah) maupun secara individu, denganmenggunakan cara/pola sebagai berikut:

- Pola Ink BlotPola ini juga disebut pola daya serap dan daya sebar seperti tinta yangditeteskan pada sehelai kertas putih, bila setitik tinta diteteskan padasehelai kertas putih maka tinta itu akan terserap dan kemudia tersebar.

Seberapa jauh daya sebar tinta itu tergantung dari pada kemampuanpenyebaran tinta itu dan jenis kertas yang ada.Konkritnya salah satu sekolah menjadi pusat penggerak sejumlah guruyang sudah ditatar dari sekolah tersebut dikembang ide dan latihan yangsudah diperoleh ke skolah lain di sekitar sekolah tersebut.Pola ini dapat digunakan dalam lingkup sekolah (kelompok besar).

S1b S1 S1a

S4 S3

S2a S2 S2b

Keterangan:- Sekolah sebagai pusat penggerak hasil penataran- Dari satu sekolah tersebut dapat disebarkan ke sekolah-sekolah lain(misalnya: dari S1 tersebut ke S1a dan S1b atau S2, S3, S4 dan seterusnya)

- Pola SelKalau dalam pola Ink Blot digunakan sekelompok guru dari satu sekolahsebagai penyebar hasil penataran, maka didalam pola sel guru-guru yang

Sekolah sebagai

Pusat Penggerak

Page 8: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

168

telah ditatar secara individual diharapkan menjadi sumber penyebar padarekan-rekan sejawatnya.

Keterangan:- Individu Inti memberikan informasi pada individu I1 dan I2- Individu I1 memberikan informasi pada I1a dan I1b- Individu I2 memberikan informasi kepada I2a dan I2b.

IndividualInti

I1 I2

I1a I1b

I2bI2a

Page 9: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

169

PENERAPAN STRATEGI MIND MAPPING (PETA PIKIRAN)PADA POKOK BAHASAN ALKANA, ALKENA, ALKUNA

UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWADI KELAS X SMA NEGERI 3 MAGETAN

Ismiati, Dian Novita

A. LATAR BELAKANG

Mencatat yang efektif adalah salah satu kemampuan terpenting yang pernahdipelajari orang. Bagi pelajar, hal ini seringkali berarti perbedaan antara mendapatkannilai tinggi atau rendah pada saat ujian. Alasan seseorang untuk mencatat adalahbahwa mencatat meningkatkan daya ingat. (De Porter dan Hernacki, 2001 : 146)

Kebanyakan seseorang mengingat dengan sangat baik ketika menuliskannya.Tanpa mencatat dan mengulanginya, kebanyakan orang hanya mampu mengingatsebagian kecil materi yang mereka baca atau dengar kemarin. Pencatatan yang efektifdapat menghemat waktu dengan membantu menyimpan informasi secara mudah danmengingatkannya kembali jika diperlukan. (De Porter dan Hernacki, 2001 : 147)

Secara umum ada tiga gaya utama dari membuat catatan atau mencatat standarsebagaimana yang dikemukakan oleh Tony Buzan (2004) saat melakukan riset dibeberapa negara dengan menyertakan pengamatan, mengajukan pertanyaan danpercobaan praktis (Buzan, Tony dan Barry, 2004 : 53), yaitu : gaya kalimat yangdikomunikasikan dalam bentuk naratif, gaya daftar, dan gaya garis besar numerikatau alfabet yang berbentuk urutan hierarki kategori utama dan subkategori.

Masih menurut Buzan (2004), terdapat empat kekurangan dari sistem standarmembuat catatan atau mencatat yaitu : 1) mengaburkan kata kunci, karena kata kuncisering tercantum di halaman yang berbeda dan dikaburkan oleh kata-kata yangkurang penting, 2) membuat sulit untuk mengingat, karena catatan monoton (satuwarna) membosankan secara visual dan membuat otak dalam keadaan setengahterhipnotis, 3) memboroskan waktu, sebab mengharuskan orang membaca ulangcatatan yang tidak perlu dan harus mencari kata-kata kunci, 4) gagal merangsangkreatifitas otak. (Buzan, Tony dan Barry, 2004 : 5-59)

Berkaitan dengan kemampuan penguasaan materi ajar, ada sebuah teknikpencatatan yang efektif yaitu mind mapping (peta pikiran). Cara ini membuat siswamampu melihat seluruh gambaran secara selintas dan menciptakan hubungan mentalyang membantu untuk memahami dan mengingat. (De Porter dan Hernacki, 2002 :152) Stratregi belajar Mind Mapping ini merupakan suatu bentuk mengajarkan siswacara belajar yang efektif.

Strategi mind mapping diharapkan dapat membantu siswa dalam membuatcatatannya serta membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar. Menurut De Porter &Hernacki (2002) dalam Alwiyah, mind mapping merupakan teknik mencatat efektifyang dihasilkan dengan riset tentang bagaimana otak menyimpan dan mengingatinformasi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala SMP Al Falah 2Tropodo Sidoarjo pada tanggal 4-7 Desember 2006 diperoleh informasi bahwa sejak

Page 10: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

170

kelas VII telah dikenalkan dan diterapkan strategi belajar mind mapping (petapikiran). Sehingga ketika berada di kelas VIII dan IX, siswa tidak asing denganstrategi tersebut. Bahkan di kelas IX semester I setiap tahunnya, SMP Al Falah 2Tropodo bekerjasama dengan Konsorsium Pendidikan Islam (KPI) Surabayamengadakan pelatihan Quantum Learning untuk mengingatkan kembali strategibelajar efektif, salah satunya adalah mind mapping sebagai persiapan UTS, UAS danUjian Nasional (UNAS).

Ketika peneliti menanyakan kepada siswa kelas IX.1 hampir 95,23 % darimereka menjawab senang dengan strategi belajar mind mapping dan sebanyak 4,76 %menjawab tidak senang. Alasan mereka yang senang dengan mind mapping adalahkarena menarik, tidak monoton, dan cepat masuk ke hafalan (cepat hafal).

Menurut Sri Winarni, salah seorang guru kimia di SMA N 3 Magetan, selamaini dalam proses belajar mengajar terutama bidang studi kimia, para siswa belumpernah menggunakan strategi mind mapping dalam mencatat. Sedangkan guru kimiayang lain menyatakan belum tahu dan belum pernah mengikuti pelatihan quantumlearning, sehingga siswa rata-rata belum mengenal mind mapping. Selain itu menurutangket yang diberikan kepada siswa salah satu kelas X, dari 40 siswa yang ada,sebanyak 80% mereka menyukai pelajaran kimia, tetapi sebanyak 67,5% merasa sulituntuk memahami pelajaran kimia. Hal itu merupakan permasalahan yang perludiatasi. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah pemilihan model pembelajaranyang tepat untuk mencapai ketuntasan yang diharapkan. Oleh karena itu guru harusdapat memilih model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas yangefektif agar dapat memotivasi siswa untuk aktiv dalam belajar dan dapat merangsangsiswa untuk dapat mengemukakan pendapatnya.

Dari permasalahan di atas, diperlukan suatu cara / strategi agar dapatmeningkatkan pemahaman siswa, salah satunya dengan menggunakan strategi danmodel pembelajaran yang cocok dengan materi alkana, alkena, alkuna sehinggamencapai hasil belajar pada materi tersebut secara optimal. Untuk menentukan suatumodel pembelajaran guru harus dapat memadukan antara suatu materi dengan suatumodel pembelajaran maupun strategi yang digunakan agar proses belajar mengajardapat berjalan sesuai dengan perencanaan. Dipilihnya materi pokok alkana, alkena,alkuna lebih berkarakteristik hafalan dan pemahaman konsep.

B. TUJUAN PENELITIANPenelitian ini bertujuan untuk :1. Untuk mengetahui pengelolaan kelas menggunakan model pengajaran langsung

dengan strategi Mind Mapping.2. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa di kelas X SMA N 3 Magetan

melalui penggunaan strategi Mind Mapping pada pokok bahasan alkana, alkena,alkuna.

3. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan strategi Mind Mapping pada pokokbahasan alkana, alkena, alkuna.

C. TINJAUAN PUSTAKAStrategi Mind Mapping merupakan teknik pencatatan efektif yang

dikembangkan sejak tahun 1970-an oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset

Page 11: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

171

tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak seringkali mengingatinformasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. MindMapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu poladari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,mengorganisasikan, dan merencanakan. Mind Mapping dapat membangkitkan ide-ideorisinal dan memicu ingatan yang mudah. Cara ini menenangkan, menyenangkan,dan kreatif. Pikiran tidak akan menjadi mandeg karena mengulangi catatan jikacatatan-catatan tersebut dibuat dalam bentuk peta pikiran. (De Porter & Hernacki.2001 : 152)

Menurut Buzan, Tony (2001) Mind Mapping adalah ekspresi dari pemikiranradian karena Mind Mapping merupakan fungsi alami dari pikiran manusia. Iniadalah teknik grafik yang berdaya guna yang menyediakan kunci universal untukmembuka potensi otak. Mind Mapping dapat diterapkan pada setiap aspek kehidupandi mana perbaikan pengetahuan dan pemikiran yang lebih jelas akan meningkatkanpotensi manusia.

Mind Mapping dapat dibuat dengan menggunakan pulpen berwarna danmemulai dari bagian tengah. Kalau bisa, kertas digunakan secara melebar untukmendapatkan lebih banyak tempat. Lalu mengikuti langkah-langkah berikut :a. Menuliskan gagasan utamanya ditengah-tengah kertas dan melingkupinya

dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain.b. Menambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau

gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung darijumlah gagasan atau segmen.

c. Menggunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.d. Menuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan

untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuahgagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan, pastikan bahwasingkatan-singkatan tersebut dikenal sehingga dengan mudah diingat.

e. Menambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatanyang lebih baik.

D. METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskripsi

ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan keadaan obyek penelitian setelah diberikanperlakuan. Jadi penelitian ini bersifat menggali informasi setelah memberi perlakuanterhadap obyek penelitian.

Desain penelitian ini menggunakan “One Shot Case Study Design”. Rancangandapat digambarkan sebagai berikut :

X OKeterangan : X = Perlakuan (Arikunto, 2002 : 77)

O = HasilSedangkan perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan terdiri darin

rencana pembelajaran (RP), lembar kerja siswa (LKS), lembar pengamatankemampuan guru, soal tes hasil belajar, dan angket respon siswa.

Metode analisis data terbagi menjadi 5 analisis yaitu : 1) analisis butir soal, 2)analisis data hasil pengamatan kemempuan guru mengelola kelas dalam kegiatan

Page 12: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

172

belajar mengajar, 3) analisis data hasil belajar siswa, 4) analisis angket respon siswa,dan 5) analisis lembar observasi.

E. HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIANBerdasarkan hasil rekapitulasi pengamatan pengelolaan pembelajaran pada

tabel 1di bawah dapat diperoleh bahwa skor rata-rata dari tiga rencanapembelajaran untuk kategori persiapan (secara keseluruhan) memperoleh skor3,40 dengan kriteria baik. Pada kriteria pelaksanaan, aspek pendahuluan mendapatskor rata-rata 3,33, kegiatan inti memperoleh skor rata-rata 3,47, dan penutupmemperoleh skor 3,33. Sehingga pada kategori pelaksaan ini memperoleh skorrata-rata 3,42 dengan kriteria baik.

Berdasarkan hal tersebut diatas, kemampuan guru dalam mengelolapembelajaran dikategorikan baik dengan skor rata-rata 3,40.

Tabel 1Hasil pengelolaan pembelajaran penerapan mind mapping

dengan pembelajaran langsung

No. Aspek yang diamatiRata-rata

subkategori

Rata-rata

kategoriKriteria

1. Persiapan 3,67 3,67 Baik2. Pelaksanaan

3,42 Baik

A. PendahuluanFase I :Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

3,29

B. Kegiatan intiFase II :Mendemonstrasikan suatupengetahuan atau ketrampilan

3,42

Fase III :Membimbing pelatihan

3,61

Fase IV :Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

3,27

Fase V :Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

3,33

C. Penutup 3,333. Pengelolaan waktu 3,33 3,30 Baik4. Pengamatan suasana

3,44 BaikA. Siswa antusias 3,67B. Guru antusias 3,83C. KBM sesuai dengan RP 2,83

Rata-rata keseluruhan 3,40 Baik

Page 13: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

173

Sedangkan analisis data mengenai hasil tes akhir bahwa siswa dapatdikatakan tuntas jika mendapat nilai sama atau lebih dari 65. Pada pertemuanpertama (RP I) siswa yang tuntas sebanyak 32 siswa atau 74,42 %. Indikator hasilbelajar yang digunakan dalam RP I ini sebanyak 5 indikator.

Pada pertemuan kedua (RP II) siswa yang tuntas sebanyak 42 siswa atau97,67 %. Indikator hasil belajar yang digunakan dalam RP II ini sebanyak 4indikator.

Pada pertemuan ketiga (RP III) siswa yang tuntas sama dengan pertemuankedua yaitu sebesar 97,67 %. Indikator yang digunakan juga sama dengan RP IIyaitu empat indikator.

Tabel 2. Hasil Nilai Tes Akhir

No.Alkana Alkena Alkuna

Skor Ket Skor ket Skor Ket1 80 T 66.67 T 100 T2 70 T 77.78 T 87.5 T3 70 T 66.67 T 87.5 T4 70 T 66.67 T 100 T5 60 TT 66.67 T 100 T6 70 T 77.78 T 100 T7 70 T 66.67 T 75 T8 80 T 66.67 T 87.5 T9 60 TT 55.56 TT 87.5 T

10 80 T 66.67 T 87.5 T11 70 T 66.67 T 87.5 T12 80 T 77.78 T 87.5 T13 70 T 77.78 T 87.5 T14 70 T 66.67 T 100 T15 70 T 66.67 T 100 T16 80 T 66.67 T 100 T17 60 TT 66.67 T 87.5 T18 60 TT 66.67 T 87.5 T19 70 T 66.67 T 87.5 T20 60 TT 77.78 T 87.5 T21 60 TT 77.78 T 87.5 T22 60 TT 77.78 T 100 T23 70 T 66.67 T 100 T24 70 T 66.67 T 87.5 T25 60 TT 66.67 T 75 T26 70 T 77.78 T 87.5 T27 70 T 77.78 T 87.5 T28 80 T 77.78 T 87.5 T29 70 T 77.78 T 87.5 T30 70 T 66.67 T 87.5 T31 70 T 77.78 T 87.5 T32 70 T 77.78 T 87.5 T33 60 TT 66.67 T 75 T34 60 TT 66.67 T 100 T

Page 14: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

174

35 60 TT 66.67 T 100 T36 70 T 66.67 T 62.5 TT37 70 T 77.78 T 100 T38 70 T 77.78 T 87.5 T39 70 T 77.78 T 87.5 T40 60 TT 77.78 T 100 T41 70 T 66.67 T 100 T42 70 T 77.78 T 75 T43 70 T 66.67 T 100 T

Tuntas : 74,42 % Tuntas : 97,67 % Tuntas : 97,67 %

Tabel 3Data Hasil Rekapitulasi Angket Respon Siswa Secara Umum

Terhadap Penerapan Strategi Mind Mapping

No. Aspek yang diamati Respon siswa (%)Tertarik Tidak tertarik

1 a. Pendapat siswa tentang :1) Materi yang sedang dipelajari 83.72 16.282) Lembar kerja siswa 81.39 18.613) Suasana belajar 60.46 39.544) Cara mengajar guru 88.37 11.63

Mudah Tidak mudah2 Pendapat siswa dalam memahami :

1) Lembar kerja siswa 48.83 51.172) Cara mengajar guru 74.42 25.58

Berminat Tidak berminat3

Minat siswa apabila pokok bahasan lainberikutnya menggunakan mind mapping

79.07 20.93

Jelas Tidak jelas4 a. Penjelasan guru pada saat KBM 72.09 27.91

b. Bimbingan guru pada saat mengerjakanLKS selama KBM berlangsung 74.42 25.58

F. SIMPULAN

Dari hasil analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

Page 15: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

175

1. Pengelolaan pembelajaran oleh guru (peneliti) dalam menerapkan strategi mindmapping dengan pembelajaran langsung pada pokok bahasan alkana, alkena,alkuna di kelas X.5 SMA N 3 Magetan adalah baik dengan skor rata-rata 3,42.

2. Hasil belajar siswa kelas X.5 SMA N 3 Magetan yang diperoleh setelahpembelajaran strategi mind mapping dengan model pembelajaran langsung padapokok bahasan alkana, alkena, alkuna telah tuntas secara klasikal denganprosentase ketuntasan sebesar 97,67 %.

3. Respon siswa kelas X.5 SMA N 3 Magetan setelah penerapan strategimind mapping pada pokok bahasan alkana, alkena, alkuna yang mendapat responpaling besar adalah ketertarikan siswa dengan cara mengajar guru sebesar 88,37%, kemudian ketertarikan siswa pada materi / pokok bahasan alkana, alkena,alkuna, sebesar 82,72% dan urutan ketiga adalah ketertarikan siswa pada lembarkerja siswa yaitu sebanyak 81,39%.

G. SARANSetelah melihat hasil penelitian, maka peneliti merumuskan beberapa saran

sebagai berikut :1. Strategi mind mapping hendaknya dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam

KBM karena strategi ini mendorong siswa untuk berfikir kreatif, lebih mudahmemahami materi, dan menyenangkan.

2. Siswa hendaknya lebih sering dilatih untuk menerapkan mind mapping agar lebihterampil dan terasah kemampuan berfikir dan kreatifitasnya.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan ada peneliti lain yang dapatmelakukan penelitian serupa tetapi dengan menggunakan model pembelajaranlain atau dengan pokok bahasan yang berbeda.

Hasil Mind Mapping siswa pada pokok bahasan alkana, alkena, alkuna :

Page 16: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

176

Page 17: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

177

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA SISWA DALAMPRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Etik Tri Lisdaningsih dan Bambang Sugiarto*)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian kinerjasiswa dalam melakukan praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit. Penelitian inijuga untuk mengetahui respon guru terhadap instrumen penilaian kinerja yang telahdikembangkan dan respon siswa terhadap pelaksanaan penilaian kinerja. Rancanganpenelitian instrumen yang digunakan adalah 4-D models, yaitu Define, Design,Devolop, dan Disseminate. Akan tetapi penelitian ini dibatasi sampai tahap develop.Sebagai subyek penelitian adalah empat guru bidang studi kimia dan empat kelompokdari siswa kelas X SMA Negeri 3 Magetan, yang terdiri dari 4 siswa yang heterogen.

Dari hasil validasi dinyatakan bahwa hasil rata-rata penilaian validitaskonstruksi yaitu 75,23%. Hasil rata-rata penilaian validitas isi meliputi aspek materi,aspek kebahasaan, dan aspek penyajian yaitu berturut-turut sebesar 78,33%, 80,00%,dan 79,83%. Hasil rata-rata penilaian siswa terhadap validitas keterbacaan sebesar98,43%. Hasil angket respon guru terhadap instrumen penilaian kinerja siswa yangtelah dikembangkan termasuk dalam kategori positif dengan rata-rata persentasesebesar 85,75%. Hasil angket respon siswa terhadap pelaksanaan penilaian kinerjatermasuk dalam kategori positif dengan rata-rata persentase sebesar 95,62%.Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa instrumenpenilaian kinerja siswa dalam praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit yangdikembangkan layak digunakan sebagai instrumen penilaian kinerja.

Kata kunci: Penilaian kinerja, Kriteria konstruksi, isi, dan keterbacaan.

*) Jurusan Kimia FMIPA Unesa

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang Masalah

Penilaian berbasis kelas (PBK) dilakukan selama proses belajar mengajarberlangsung di kelas. Penilaian dalam pembelajaran kimia perlu melibatkankegiatan-kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk dapatmerumuskan masalah, komunikasi, penalaran dan analisis konsep. Padaumumnya dalam pembelajaran kimia yang dilaksanakan di sekolah-sekolahselama ini, sistem penilaiannya masih banyak didominasi oleh metode pengujiantes tertulis yang hanya mengukur ingatan siswa terhadap informasi-informasifaktual. PBK dapat diakukan melalui beberapa cara, seperti: penilaian kinerja(performance assesment), hasil karya (produk), penugasan (proyek daninvestigasi), pengumpulan kerja siswa (portofolio), dan tes tertulis (paper andpencil test).

Kinerja dalam melakukan penyelidikan termasuk pengamatan dapatdilatihkan pada siswa melalui kegiatan praktikum yang disesuaikan dengan materipokok. Kegiatan praktikum siswa dipandu dengan Lembar Kegiatan siswa (LKS).Keterampilan-keterampilan yang dilatihkan melalui LKS pada saatnya harus diukur untuk mengetahui tingkat ketercapaiannya. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu

Page 18: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

178

instrumen untuk menilai kinerja siswa tersebut yang berupa lembar penilaiankinerja siswa. Salah satu kriteria instrumen penilaian yang baik adalah validitas,karena itu harus dikembangkan instrument penilaian kinerja siswa melaluimekanisme penelitian. Dalam hal ini validitas yang di maksud meliputi validitaskonstruksi, validitas isi, dan validitas keterbacaan.

2. Tujuana. Mengetahui kelayakan instrumen penilaian kinerja siswa dalam praktikum

larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan ditinjau dari syaratvaliditas konstruksi, validitas isi dan validitas keterbacaan.

b. Mengetahui respon guru terhadap hasil pengembangan instrument penilaiankinerja siswa dalam praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit.

c. Mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan penilaian kinerja siswa dalampraktikum larutan elektrolit dan non elektrolit.

B. Kajian Pustaka1. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen dalamKurikulum Berbasis Kompetenesi (KBK). PBK dilaksanakan dalam kegiatanbelajar mengajar. PBK dapat berupa unjuk kerja (performance), proyek daninvestagasi (penyelidikan), pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya(produk), jurnal, presentasi, dan diskusi serta tes kerja (paper and pencil). Gurumenilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan level pencapaian prestasisiswa. Dalam PBK, informasi-informasi dalam kemajuan belajar baik formalmaupun non formal dikumpulkan secara terpadu. Siswa terlibat secara aktif dalamkegiatan pembelajaran dan dalam suasana yang menyenangkan sertamemungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkanapa yang diketahui, dipahami dan mampu dikerjakan siswa.

Untuk menentukan ada dan tidaknya kemajuan belajar siswa, maka dalamPBK dilakukan pengumpulan informasi dengan berbagai cara sehingga kamajuanbelajar siswa dapat terdeteksi secara lengkap. Dengan terdeteksinya kemajuanbelajar siswa, dapat terdeteksi pula perlu tidaknya bantuan yang diberikan padasiswa berdasarkan bukti yang cukup akurat. Bukti yang dikumpulkan guru tidakhanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga diluar kelas, secara formal daninformal.

Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melaluilangkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah buktiyang menunjukan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan penggunaaninformasi tentang hasil belajar siswa. Dalam PBK, siswa dituntut agar dapatmengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan semua potensi dalammenanggapi, mengatasi masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri. Siswadilatih untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri berdasarkan kemampuan danpengalaman belajarnya siswa tidak hanya sekedar dilatih untuk memilih jawabanyang tersedia.

Penilaian Berbasis Kelas harus memperhatikan tiga ranah, yaitupengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotorik). Ketigaranah tersebut sebaiknya dinilai secara proporsional sesuai dengan sifat matapelajarannya.

2. Penilaian KinerjaPenilaian kinerja adalah prosedur yang memungkinkan siswa untuk

menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan ketika dihadapkan dengan situasi

Page 19: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

179

masalah nyata yang tidak dapat mereka tunjukan dengan tes pensil dan kertas.Jadi penilaian kinerja tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa tetapi jugamenilai apa yang dilakukan siswa (Jatmiko, 2001).

Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan tugas jawaban terbuka (openended task) atau kegiatan hands-on untuk mengukur kinerja siswa terhadapperangkat kriteria tertentu. Hal ini menuntut siswa menggunakan berbagai macamketerampilan, konsep dan pengetahuan serta menerapkan pengetahuan faktual dankonsep-konsep ilmiah pada suatu masalah atau suatu tugas realistis. Penilaiantersebut meminta siswa untuk menjelaskan ”Mengapa atau Bagaimana” dan suatukonsep atau proses. Dalam penilaian kinerja, siswa merestruktur informasi faktualtidak sekedar menyatakan ulang informasi tersebut. Penilaian kinerja memberikankesempatan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan-keterampilan prosesmereka, berpikir secara logis. Menerapkan pengetahuan awal ke suatu baru danmengidentifikasi pemecahan-pemecahan baru terhadap suatu masalah (Nur,2002).

3. Keterampilan-Keterampilan ProsesKeterampilan-keterampilan proses adalah keterampilan-keterampilan yang

dipelajari siswa saat mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibataktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka menggunakan berbagai macamketerampilan proses. Keterampilan proses tersebut adalah pengamatan,pengklasifikasian, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusanhipotesis, pendefinisian secara operasional, dan perumusan model.

C. Instrument Penelitian1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan jenis penelitian pengembangan yangpelaksanaannya mengikuti 4-D Models dari Thiagarajan, Semmel and Semmel(Ibrahim, Muslimin. 2001) yang dimodifikasi, yaitu: define, design, develop, dandessiminate. Pada penelitian ini dibatasi sampai tahap pengembangan saja. Dalampenelitian ini yang dikembangkan adalah Lembar Kegiatan Siswa dan LembarPenilaian Kinerja Siswa.

2. Teknik Analisis Dataa. Analisis Validitas Konstruksi dan Isi Instrumen Penilaian Kinerja

% Kriteria = Jumlah Skor Responden x 100%Jumlah Skor Kriteria

b. Analisis Validasi Keterbacaan SiswaP = Jumlah skor dari seluruh siswa × 100%

Jumlah skor tertinggic. Analisis Lembar Angket Respon Guru dan Siswa

P= f x 100%N

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan1. Tahap Pendefinisiana. Analisis Ujung Depan

Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap Kurikulum Kimia 2004 untuk SMA.Berdasarkan kurikulum tersebut standar kompetensi untuk materi pokok larutanelektrolit dan non elektrolit yaitu mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode danpengukurannya, sedangkan kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah menyelidikidaya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakan larutan elektrolit dan non

Page 20: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

180

elektrolit. Hasil telaah disimpulkan bahwa materi larutan elektrolit dan non elektrolitmenuntut siswa untuk membangun sendiri konsep-konsep yang akan dipelajarisehingga pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metodepraktikum dengan penilaian kinerja siswa.b. Analisis Siswa

Analisis siswa dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan awal yangdimiliki oleh siswa dan kemampuan akademik siswa. Pengetahuan awal siswasebelum materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit adalah unsur, senyawa dancampuran yang telah diperoleh siswa pada waktu kelas VIII di SMP. Sedangkankemampuan akademik siswa kelas X SMA Negeri 3 Magetan beragam yang terdiridari siswa yang memiliki kemampuan yang dikategorikan kelompok atas, kelompoktengah, dan kelompok bawah. Selain itu berdasarkan hasil pengamatan penelitian dilapangan usia kelas X SMA Negeri 3 Magetan berkisar 15-16 tahun.c. Analisis Konsep

Peta konsep larutan elektolit dan non elektrolit yang diajarkan adalah sebagaiberikut:

Yang dapat menghantarkan arus listrik Yang tidak dapat menghantarkan arus listrikDisebut Disebut

Lar. Gula, Alkoholcontoh contoh

NaCI, HCI, NaOH CH3COOH, NH4OH

Gambar 4.1 Peta konsep larutan elektrolit dan non elektrolit

LARUTAN

Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit

Larutan ElektrolitKuat

Larutan ElektrolitLemah

Page 21: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

181

d. Analisis TugasTugas kinerja I: Merumuskan Hipotesis

Gambar 4.2 Analisis tugas merumuskan hipotesis

Tugas Kinerja II: Melakukan pengamatan

Gambar 4.3 Analisis tugas melakukan pengamatan

Permasalahan

Penalaran dilakukan berdasarkanteori

Pernyataan kesimpulan sementarayang bersifat spesifik

Hipotesis

Menyiapkan bahan dan alat yang akandigunakan untuk praktikum

Melakukan praktikum sesuai dengan prosedur kerja

Pengamatan dilakukan dengan tepat dan teliti

Menuliskan hasil pengamatan pada tempatyang telah disediakan

Page 22: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

182

Tugas Kinerja III: Membuat pertanyaan

Gambar 4.4 Analisis Tugas Membuat pertanyaan

e. Perumusan tujuanAdapun tujuan dari indikator pertama yaitu siswa mampu

mengidentifikasi keberadaan arus listrik pada contoh larutan yang diberikan,siswa dapat merumuskan hipotesis mengenai gejala-gejala arus listrikberdasarkan permasalahan yang diberikan. Tujuan dari indikator kedua yaitu:Siswa mampu menggunakan alat-alat laboratorium yang digunakan untukmelaksanakan kegiatan praktikum yang benar, siswa mampu mengelompokkanlarutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit, dan siswa mampu membuatpertanyaan.

2. Tahap Perancangana. Penyusunan Butir-butir tes kinerja

Penyusunan butir-butir tes kinerja disesuaikan dengan analisis tugas, analisismateri, dan indikator yang ingin dicapai. Tugas kinerja disusun dalam bentukLKS. Dalam LKS terdapat tugas yang meminta siswa untuk menyimpulkangejala-gejala arus listrik dalam berbagai larutan dan mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.

b. Pemilihan alat dan bahan penunjang pelaksanaan penilaian kinerjaAlat: Rangkaian alat penguji larutan elektrolit dan non elektrolit, gelas ukur 50ml, gelas kimia 100 mlBahan-bahan:Air suling, KOH 2M, HCI 2M, CH3COOH (larutan asam) 2M,larutan gula, larutan garam dapur (NaCI) 2M, Air sirup, Asam sulfat (H2SO4)2M, Air sumur, Alkohol (C2H5OH), NH4OH 2M, KBr 2M, HNO3 2M, MgCI22M, AI(OH)3 2M.

c. Desain awalPada tahap ini dilakukan perancangan instrument penilaian kinerja. Hasilnyaberupa tugas kinerja dalam bentuk LKS dan lembar penilaian untuk menilai tugaskinerja siswa yang disebut sebagai draf 1.

3. Tahap Pengembangan

Berdasarkan data hasil pengamatan

Melakukan pemahaman terhadap datapengamatan

Dianalisis hasilnya

Membuat pertanyaan sesuai dengan datapengamatan yang diperoleh

Page 23: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

183

Pada tahap pengembangan data penelitian dan hasil analisisnya disajikandengan urut sebagai berikut: Validitas konstruksi, Validitas isi, Validitas keterbacaan.Selanjutnya disajikan pula data mengenai angket respon guru dan respon siswa yangpelaksanaannya dilakukan setelah ujicoba.1. Validitas Konstruksi Instrumen Penilaian Kinerja Siswa

Berdasar hasil analisis data diperoleh fakta bahwa instrumen penilaiankinerja siswa yang ditulis sudah memenuhi 7 aspek yang dinilai, yaitu aspek:kesesuaian dengan KBK, menekankan pada penerapan dunia nyata, diwarnai olehstudent centered daripada teacher centered, memberikan kemudahan dalammengembangkan salah satu atau lebih keterampilan proses/inquiri/pemecahanmasalah, menunjang terlaksananya KBM yang bervariasi, kesesuaian sebagai alatevaluasi hasil belajar, dan kemampuan mengundang keingintahuan siswa lebihlanjut. Berdasarkan hasil rekapitulasi penilaian validitas konstruksi makainstrumen penilaian kinerja siswa yang dikembangkan termasuk dalam kriteriamemenuhidengan rata-rata persentase sebesar 75,23%.

2. Validitas Isi Instrumen Penilaian Kinerja Siswaa. Validitas Isi Instrumen Penilaian Kinerja siswa dari Aspek Materi

Penilaian validitas isi materi didasarkan kepada aspek-aspek: kebenarankonten (isi), kemutakhiran konten, keterkaitan dengan sains, teknologi, danmasyarakat, serta sistematika dan kesesuaian dengan struktur keilmuan.Berdasarkan pada hasil penilaian yang diberikan oleh penilai ahli diperoleh faktabahwa instrument penilaian kinerja siswa yang ditulis sudah memenuhi empataspek dari criteria materi dengan rata-rata persentase sebesar 78,33%.

b. Validitas Isi Instrumen Penilaian Kinerja Siswa dari Aspek KebahasaanBerdasarkan pada hasil penilaian yang diberikan oleh penilai ahli

diperoleh fakta bahwa instrument penilaian kinerja yang ditulis sudah memenuhiempat aspek dari kriteria kebahasaan dengan rata-rata persentase sebesar 80,00%.Hal ini memberi arti bahwa instrument penilaian kinerja yang ditulis sudahmemenuhi syarat validitas kebahasaan. Instrument penilaian kinerja yang ditulis:1) telah menggunakan bahasa yang sesuai dengan usia siswa, 2) sudahmenggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, 3) sudah menggunakanistilah-istilah yang mudah dan tepat, dan 4) telah menggunakan istilah dan symboldengan ajeg.

c. Validitas Isi Instrumen Penilaian Kinerja Siswa dari Aspek PenyajianPenilaian validitas isi dengan criteria penyajian didasarkan kepada aspek-

aspek: membangkitkan motivasi/minat/rasa ingin tahu, kesesuaian dengan tarafberfikir dan kemampuan membaca siswa, mendorong siswa terlibat aktif,memperhatikan perbedaan kemampuan belajar siswa, danmenarik/menyenangkan. Berdasar kepada hasil penilaian yang diberikan olehpenilai ahli diperoleh fakta bahwa instrument penilaian kinerja yang ditulis sudahmemenuhi lima aspek dari criteria penyajian dengan rata-rata persentase sebesar79,83%.

3. Validitas Keterbacaan Instrumen Penilaian Kinerja Siswa KhususnyaLembar Kegiatan Siswa

Berdasar hasil analisis keterbacaan instrument penilaian kinerja siswayang ditulis ditemukan fakta bahwa instrument yang ditulis telah memenuhisyarat validitas keterbacaan dengan rata-rata persentase sebesar 98,43%. Fakta inisejalan dengan komentar-komentar positif yang dituliskan oleh siswa.

4. Angket Respon Guru Terhadap Instrumen Penilaian Kinerja Siswa padaPraktikum Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit yang telah dikembangkan

Page 24: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

184

Berdasar hasil analisis angket respon guru yang diberikan kepada gurukimia SMA Negeri 3 Magetan diperoleh bahwa guru memberikan respon positifterhadap instrument penilaian kinerja yang dikembangkan. Secara umum,instrument penilaian kinerja yang dikembangkan dapat membantu guru dalammenilai kinerja siswa dalam kegiatan praktikum, relevan untuk kegiatanpraktikum, mendorong pengembangan instrument yang serupa untuk materipokok yang lain, membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yangsedang disampaikan, memotivasi guru dalam menyampaikan materi kepadasiswa. Rata-rata persentase angket respon guru sebesar 87,5 % yang menunjukkanbahwa hasil angket respon guru adalah positif menurut skala Likert.

5. Angket Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Penilaian Kinerja Siswa PadaPraktikum Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.

Berdasarkan angket respon siswa yang diberikan peneliti setelahpelaksanaan penilaian kinerja, didapatkan bahwa respon siswa terhadapinstrument penilaian kinerja adalah positif. Hal ini dapat ditunjukkan bahwahampir keseluruhan pertanyaan angket respon siswa yang diberikan kepada siswamemberikan respon yang baik. Rata-rata persentase angket respon siswa sebesar95,62 % yang menunjukkan bahwa hasil angket respon siswa adalah positifmenurut skala Likert.

E. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa

kesipulan sebagai berikut:1. Instrumen penilaian kinerja siswa dalam praktikum larutan elektrolit dan non

elektrolit yang telah dikembangkan layak digunakan dengan kriteriakonstruksi memenuhi sebesar 75,23%, Kriteria isi yang meliputi aspek materisebesar 78,33%, Aspek kebahasaan sebesar 80,00%, aspek penyajian sebesar79,83%, dan kriteria keterbacaan sebesar 98,43%.

2. Respon guru terhadap hasil pengembangan instrumen penilaian kinerja siswadalam praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit termasuk dalam kategoripositif dengan rata-rata persentase sebasar 87,5%.

3. Respon siswa terhadap pelaksanaan penilaian kinerja siswa dalam praktikumlarutan elektrolit dan non elektrolit termasuk dalam kategori positif denganrata-rata persentase sebesar 95,62%.

Daftar PustakaIbrahim, Muslimin. 2001. Model Pengembangan perangkat pembelajaran Menurut

Jerold E. Kemp & Thiagarajan. Surabaya: PSMS-PPS Unesa.

Jatmiko, Budi, Wasis dan Wahono. 2002. Contoh Tes Kinerja. Makalah PelatihanPembelajaran yang Berkaitan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensipada Para Guru MIPA SMU Negeri I Sidoarjo pada tanggal 13-14 Maret2002. surabaya: PSMS-PPS Unesa.

Nur, Mohammad. 2002. Assesmen Tradisional, assesmen Kinerja dan Rubrik.“Makalah Disampaikan dalam Latihan Pembelajaran Berkaitan DenganKBK Kepada Guru MIPA SMAN Kabupaten Sidoarjo Pada Tanggal 13-14Maret 2002 di Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program PascaSarjana UNESA.

Page 25: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

185

IMPLEMENTASI ASESMEN KINERJA SISWA(PERFORMANCE ASSESMENT) PADA MATERI POKOK

LARUTAN ASAM DAN BASA KELAS XIAna Nurmawati dan Bambang Sugiarto*

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi asesmen kinerjameliputi keterlaksanaan dan hasil kinerja siswa dalam melakukan observasi,merumuskan pertanyaan, dan membuat kesimpulan, serta respon siswa terhadappenilaian kinerja.

Penelitian dilakukan di Kelas XI-IA SMA Negeri I Sidayu Gresik. Jenispenelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan datanya dilakukan denganmetode observasi dan angket. Hasil kinerja siswa dalam melakukan observasi,merumuskan pertanyaan dan membuat kesimpulan pada eksperimen I dan II bervariasipada setiap kelompok. Pada eksperimen I, kemampuan siswa dalam melakukanobservasi sebesar 86,1 %, merumuskan pertanyaan sebesar 81,25 %, dan membuatkesimpulan sebesar 94,4 %. Pada eksperimen II, kemampuan siswa dalam melakukanobservasi sebesar 100 %, merumuskan pertanyaan sebesar 66,67 %, dan membuatkesimpulan sebesar 100 %. Angket respon siswa menunjukkan 93,34 % siswa setujubahwa dengan menerapkan asesmen kinerja, kondisi belajar siswa yang sebenarnyadapat diketahui dan semua siswa setuju jika penilaian kinerja terus diterapkan padapelajaran kimia.

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, penilaian memegang peranan penting. Penilaiandapat dijadikan sebagai masukan baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru penilaianbelajar dapat digunakan untuk melihat sejauh mana kinerja yang telah dilakukan,sedangkan bagi siswa dapat untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang telahdicapai sebenarnya (Arikunto, 2001). Sudjana (2002) juga mengemukakan bahwasalah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses belajar sebagai bagian daripeningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan sistem penilaian.

Selama ini penerapan evaluasi yang diterapkan di SMA Negeri 1 SidayuGresik sudah memenuhi aspek kognitif dan aspek psikomotor. Akan tetapipenilaian terhadap proses kinerja siswa pada aspek psikomotor belum dilakukansecara mendetail. Penilaian hanya dilakukan secara umum misalnya bagaimanakemampuan dan keterampilan siswa dalam merangkai alat dan bahan,mengoperasikan alat, mengukur larutan dengan gelas ukur, dan cara memipetlarutan. Sedangkan ketelitian siswa kurang diperhatikan, misalnya: ketepatansiswa dalam mengukur dan membaca skala yang ada pada gelas ukur, cara memipetyang baik dan benar, cara menggunakan dan membaca skala buret pada saat titrasi,cara mengguncang erlenmeyer larutan saat titrasi, dan sebagainya. Sesuai dengankebijakan pemerintah bahwa penilaian harus mengacu pada authentic assesment(penilaian yang sebenarnya) artinya penilaian tentang kemajuan belajar siswa

* Jurusan Kimia Unesa

Page 26: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

186

diperoleh sepanjang proses pembelajaran (penilaian proses). Oleh karena itu,penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secaraterintregasi dengan kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dariproses bukan semata-mata dari hasil.

Penilaian hasil belajar seharusnya mencakup tiga ranah yaitu: kognitif(pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap dan nilai). Penilaianharus dapat memberikan gambaran yang utuh tentang profil siswa dilihat dariberbagai sisi, meliputi: kemampuan berbicara, memecahkan masalah, menulis,membaca, berpikir kritis dan bernalar, serta sejauh mungkin berhubungan dengandunia nyata.

Materi pokok larutan asam basa merupakan salah satu materi pokok dalammata pelajaran kimia yang mengandung sejumlah indikator yang menuntut siswamelakukan suatu eksperimen dan pengamatan, seperti : mengukur pH beberapalarutan asam/basa kuat dan lemah yang konsentrasinya sama dengan indikatoruniversal, mengamati trayek perubahan warna berbagai indikator asam basa,memperkirakan pH suatu larutan elektrolit yang tidak dikenal, menentukankonsentrasi larutan asam atau basa melalui titrasi pada reaksi penetralan asam basa,dan sebagainya (Depdiknas, 2003). Melalui eksperimen tersebut, banyakketerampilan-keterampilan proses yang dapat didemonstrasikan siswa, misalnya:keterampilan dalam melakukan observasi, merumuskan pertanyaan, membuatkesimpulan, dan sebagainya.

2. Tujuan Penelitiana. Mengetahui implementasi asesmen kinerja siswa (Performance Assesment)

meliputi pelaksanaan dan hasilnya pada materi pokok larutan asam dan basakelas XI-IA 1 di SMA Negeri 1 Sidayu Gresik.

b. Mengetahui respon siswa terhadap implementasi asesmen kinerja pada materipokok larutan asam dan basa.

B. KAJIAN PUSTAKA1. Penilaian Dalam Pembelajaran

Menurut Arikunto (2001), menilai mempunyai beberapa makna yaitu :(1) bagi siswa, dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana telah berhasilmengikuti pelajaran yang diberikan guru, (2) bagi guru, dapat digunakan untukmengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannyakarena sudah menguasai bahan pelajaran dan siswa mana yang belum,mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat dan apakah metode yangdigunakan sudah tepat atau belum, (3) bagi sekolah, dapat digunakan untukmengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai harapan ataubelum, mengetahui tepat atau tidaknya kurikulum yang diterapkan sebagaipertimbangan perencanaan yang akan datang.

Hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui ketercapaiantujuan instruksional, dalam hal ini perubahan tingkah laku siswa, tetapi jugasebagai umpan balik upaya memperbaiki proses belajar mengajar.

2. Penilaian Berbasis KelasPenilaian adalah proses penentuan nilai hasil pengukuran yang sudah

dibandingkan dengan acuan tertentu. Pada pembelajaran berbasis kelas, acuanyang digunakan adalah kriteria unjuk kerja yang terdapat pada standarkompetensi.

Page 27: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

187

Penilaian berbasis kelas mengacu pada penilaian autentik. Penilaianautentik adalah penilaian yang berusaha mengukur atau menunjukkanpengetahuan dan keterampilan siswa dengan cara menerapkan pengetahuan danketerampilan itu pada kehidupan nyata (Siswono, 2002). Oleh karena itu,penilaian berbasis kelas dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajarmengajar. Prinsip penilaian berbasis kelas antara lain mencakup tiga ranah(kognitif, psikomotor, dan afektif), proporsional, berkelanjutan, komprehensif,kerjasama, dan menilai diri sendiri (Depdiknas, 2003).

Ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadappengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Ranahkognitif menurut taksonomi Bloom meliputi : pengetahuan (C1), pemahaman(C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6) (Jarolimekdan foster dalam Dimyati,1999). Ranah afektif berhubungan dengan sikap,penghargaan, nilai, perasaan, emosi dan pandangan (Devies dalam Dimyati,1999). Ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik,manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan badan(Devies dalam Dimyati, 1999).

Pelaksanaan penilaian berbasis kelas terintegrasi dalam kegiatan belajarmengajar sebagai kegiatan refleksi. Informasi hasil belajar diperoleh dariberbagai jenis penilaian dengan mengembangkan lembar pengamatan belajarsiswa yang bervariasi. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar membuatkeputusan tingkat pencapaian siswa. Bentuk penilaian berbasis kelas ada duayaitu tes dan non tes. Bentuk tes meliputi lisan atau tertulis (paper and Pencil),pilihan ganda, uraian obyektif, uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan.Sedangkan bentuk non tes meliputi laporan kerja praktek (proyek), ujianpraktek, unjuk kerja (performance), hasil kerja (produk), dan pengumpulan kerjasiswa (portofolio).

3. Penilaian Kinerja (Performance Assesment)Penilaian kinerja adalah prosedur yang memungkinkan siswa untuk

menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan ketika dihadapkan dengan situasimasalah nyata yang tidak dapat mereka tunjukkan dengan tes pensil dengankertas. Jadi, penilaian kinerja tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa tapijuga menilai apa yang dilakukan siswa (Jatmiko, 2001). Pada penilaian kinerjamemungkinkan guru untuk mengevaluasi siswa bagaimana menerapkanpengetahuan ilmiah dan keteramplian proses, mengecek perkembanganketerampilan-keterampilan berpikir kritis, mengakses pembelajaran siswa dalamsituasi yang realistik dengan konteks yang berbeda-beda, mengukur kedalamanpemahaman dan pengertian siswa serta mengevaluasi bagaimana kegigihan,keimajinasian dan kekreatifan siswa pada saat menghadapi tugas-tugas (Nur,2002).

4. Daftar Penilaian Tugas Kinerja (Performance Task Assesment List)Dalam daftar penilaian tugas kinerja, penilaian-penilaiannya dirumuskan

secara rinci dan mengacu pada indikator hasil belajar untuk tercapainya hasilpengajaran. Daftar penilaian tugas mengandung sejumlah indikator kategoritugas spesifik.

Page 28: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

188

Kriteria penilaian kinerja menurut Jatmiko (2001) antara lain: (a)memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting, (b)mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan kerja, (c)sesuai dengan kuikulum, (d) melibatkan siswa, (e) mengaktifkan kemauan untukbekerja, (f) keseimbangan antara kerja kelompok dan perorangan, (g) terstrukturuntuk memudahkan pemahaman, (h) memiliki produk yang autentik, (i)memiliki proses yang autentik, (j) memasukkan penilaian diri, (k)memungkinkan umpan balik dari orang lain.

5. RubrikUntuk menilai kualitas kerja siswa maka digunakan rubrik. Rubrik adalah

seperangkat kriteria penskoran yang digunakan untuk mengevaluasi kerja siswadan mengakses kinerja siswa.. Kriteria penilaian pada rubrik menggunakan skalakategori 4 (amat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (jelek), dan 0 (amat jelek). Kriteriapenilaian disesuaikan dengan materi pokok yang sedang dipelajari oleh siswa,ciri khas bidang studi dan taraf kemampuan berpikir siswa.

C. METODE PENELITIAN1. Sasaran Penelitian

Dalam penelitian ini sebagai sasaran penelitian adalah 30 orang siswa kelas XI-IA 1 SMA Negeri 1 Sidayu Gresik yang dibagi menjadienam kelompok.

2. Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untukmendiskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap kinerja siswaselama proses pembelajaran.

3. Instrumen Penelitiana. Tugas kinerja (Performance Task)

Tugas kinerja berisi kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa selamaproses pembelajaran berlangsung. Tugas kinerja ini meliputi pengamatansiswa terhadap eksperimen, merumuskan pertanyaan, membuat kesimpulandan proses atau kegiatan selama praktikum yang diperoleh dari kegiataneksperimen sehingga mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, danpsikomotor.

b. Daftar Penilaian Tugas Kinerja (Performance Task and Assesment list)Daftar penilaian ini mengandung elemen-elemen penilaian yang dirumuskansecara rinci dan digunakan untuk menilai kinerja siswa dalam melakukankegiatan eksperimen, merumuskan pertanyaan, membuat kesimpulan danproses atau kegiatan praktikum selama PBM. Instrumen ini diadaptasi dariNur (2002).

c. Rubrik Profil Kinerja SiswaRubrik merupakan seperangkat kriteria penskoran yang digunakan untukmengevaluasi kerja siswa dan mengakses kerja siswa yang dinyatakan dalambentuk tindakan atau karakteristik karya yang dapat diamati. Kriteriapenilaian pada rubrik menggunakan skala kategori 4 (Amat Baik), 3 (Baik),2 (Cukup), 1 (Jelek), dan 0 (Amat Jelek).

d. Angket Respon Siswa

Page 29: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

189

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapanpenilaian kinerja sebagai alternatif penilaian lain yang masih baru sehinggadapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan terhadap pembelajaran kimiaselanjutnya.

3. Prosedur Pengumpulan DataMetode observasi dan angket

4. Metode Analisis Dataa. Data mengenai catatan kegiatan pelaksanaan penelitian dianalisis secara

deskriptif.b. Data mengenai hasil kinerja siswa dianalisis dengan cara:

1). Mengevaluasi hasil kinerja siswa dengan menggunakan rubrik sehinggadiketahui kualitas kinerjanya yang disimbolkan dalam bentuk angka(data kuantitasi).

2). Menghitung persentase elemen penilaian yang berhasil dikerjakanmaupun tidak dikerjakan serta menghitung rata-rata keberhasilankelompok.

Rata-rata munculnya setiap elemen =

%100Xkelompokseluruhuntukmungkinyangpoin

kelompokseluruhpoin

(Hibbard dalam Purnomo, 2004)

Rata-rata keberhasilan kelompok “x” =

%100""

Xelemen

xkelompokpadamunculyangelemen

(Hibbard dalam Purnomo, 2004)

Data respon siswa terhadap pelaksanaan penilaian kinerja, disajikandalam bentuk persentase dengan rumus =

%100Xnkeseluruhasiswa

nyaanpertameresponyangsiswaPersentase

(diadaptasi dari Ridwan, 2003)

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1. Hasil Kinerja Siswa Pada Eksperimen I

Dalam melakukan observasi rata-rata munculnya semua elemen padaseluruh kelompok sebesar 69,45% sedangkan rata-rata keberhasilan seluruhkelompok sebesar 86,1 %. Rata-rata munculnya semua elemen pada seluruhkelompok dalam merumuskan pertanyaan sebesar 48,95 % dan rata-ratakeberhasilan seluruh kelompok adalah 81,25 %. Dalam membuat kesimpulan rata-rata munculnya semua elemen pada seluruh kelompok sebesar 77,8 % dan rata-ratakeberhasilan seluruh kelompok sebesar 94,4 % .

Page 30: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

190

Dari diagram tampak adanya perbedaan kualitas kinerja siswa padamasing-masing elemen penilaian di tiap-tiap kelompok. Kemampuan siswa dalammerumuskan pertanyaan umumnya lebih rendah daripada kemampuan siswa dalammelakukan observasi maupun membuat kesimpulan.

00,5

11,5

22,5

33,5

4

Nila

iRat

a-ra

ta

Hasi

lKin

erja

Sisw

a

1 2 3 4 5 6

Kelompok

DIAGRAM NILAI RATA-RATA HASIL KINERJA SISWA PADAEKSPERIMEN I

Kemampuanmelakukanobservasi

kemampuanmerumuskanpertanyaan

Kemampuanmembuatkesimpulan

Gambar 1. Diagram Nilai Rata-rata Hasil Kinerja Siswa dalam Melakukan Observasi,

Merumuskan Pertanyaan, dan Membuat Kesimpulan Pada Eksperimen I

2. Hasil Kinerja Siswa Pada Eksperimen IIDalam melakukan observasi rata-rata munculnya semua elemen pada

seluruh kelompok sebesar 68,05 % dan rata-rata keberhasilan seluruh kelompoksebesar 100 %. Rata-rata munculnya semua elemen pada seluruh kelompok dalammerumuskan pertanyaan sebesar 59,9 % dan rata-rata keberhasilan seluruhkelompok adalah 66,67 % . Dalam membuat kesimpulan rata-rata munculnyasemua elemen pada seluruh kelompok sebesar 75 % dan rata-rata keberhasilanseluruh kelompok adalah 100 %.

00,5

11,5

22,5

33,5

4

Nila

iRat

a-rat

a

Has

ilKin

erja

Sis

wa

1 2 3 4 5 6

Kelompok

DIAGRAM NILAI RATA-RATA HASIL KINERJASISWA PADA EKSPERIMEN II

KemampuanmelakukanobservasiKemampuanmerumuskanpertanyaanKemampuanmembuatkesimpulan

Gambar 2. Diagram Nilai Rata-rata Hasil Kinerja Siswa dalam Melakukan Observasi,Merumuskan Pertanyaan, dan Membuat Kesimpulan Pada Eksperimen II

Darii diagram diatas tampak adanya perbedaan kualitas kinerja siswa padamasing-masing elemen penilaian (melakukan observasi, merumuskan pertanyaan, danmembuat kesimpulan) pada tiap-tiap kelompok.

Page 31: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

191

3. Respon SiswaBerdasarkan data respon siswa, diketahui bahwa sebanyak 26,67 %

menyatakan setuju dan 10 % sangat setuju terhadap pernyataan “Pembelajarandengan menggunakan penilaian kinerja adalah hal baru bagi saya”. Bagi siswayang tidak setuju ditengarai mereka sudah pernah mendengar tentang penilaiankinerja tetapi belum diterapkan secara langsung di kelas. Meskipun demikianseluruh siswa (100%) berpendapat bahwa penilaian kinerja dapat mendorongsiswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari 56,67 %siswa menjawab setuju dan 43,33 % siswa menjawab sangat setuju. Demikianpula pada pernyataan “Pembelajaran dengan menggunakan penilaian kinerjaadalah hal yang sangat menyenangkan dan banyak manfaatnya bagi saya”. Halini dapat dilihat dari 76,67 % siswa menjawab setuju dan 23,33 % siswamenjawab sangat setuju.

Selain itu 83,33 % siswa setuju dan 13,33 % sangat setuju bahwapenilaian kinerja dapat memotivasi untuk meningkatkan cara belajar saya”.Sebanyak 80 % siswa menjawab setuju dan 13,33 % sangat setuju pada bahwapenilaian kinerja dapat menunjukkan keterampilan dan kreatifitas. Sebanyak66,7% menjawab setuju dan 26,67 % menjawab sangat setuju bahwa melaluipenilaian kinerja siswa dapat mengetahui materi mana yang sudah dipahami danbelum .

Penilaian kinerja dapat memacu semangat siswa untuk berkompetisi dikelas (86,67 % siswa menjawab setuju dan 6,67 % siswa menjawab sangatsetuju). Siswa juga menyatakan bahwa melalui penilaian kinerja dapatmenghilangkan rasa takut untuk belajar serta mendorong keberanian untuk dapatberbicara di depan umum. Hal ini didukung oleh 96,67 % siswa menyatakanbahwa pada saat diskusi siswa dapat menyampaikan ide atau atau pendapatnya.

Dari angket, siswa berpendapat bahwa manfaat penilaian kinerja antaralain: (1) dapat mendorong siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran, (2)penilaian kinerja adalah hal yang sangat menyenangkan dan banyak manfaatnya,(3) dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, (4) siswa dapatmenunjukkan keterampilan dan kreatifitasnya, (5) siswa dapat mengetahuikondisi belajar yang sesungguhnya, (6) memacu semangat siswa untukberkompetisi di kelas, dan (7) menghilangkan rasa takut siswa untuk belajar.

Dari manfaat diatas, seluruh siswa merasa senang apabila penilaian kinerjaterus diterapkan pada pelajaran kimia, hal ini didukung dengan data angketrespon 73,33 % menyatakan setuju, dan 26,67 % menyatakan sangat setuju.

E. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan berikut ini:

a. Implementasi asesmen kinerja secara umum sudah terlaksana dengan baik,pemberian contoh-contoh sederhana dalam menjelaskan elemen-elemen dankriteria penilaian sangat diperlukan serta pembahasan hasil kinerja siswa padaeksperimen sebelumnya menjadi “umpan balik” bagi siswa untuk memperbaikikinerja pada eksperimen sebelumnya. Hasil kinerja siswa dalam melakukanobservasi, merumuskan pertanyaan, dan membuat kesimpulan pada eksperimenI dan II bervariasi pada setiap kelompok. Pada eksperimen I, kemampuan siswa

Page 32: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

192

dalam melakukan observasi sebesar 86,1 %, merumuskan pertanyaan 81,25 %,dan membuat kesimpulan 94,4 %. Pada eksperimen II, kemampuan siswa dalammelakukan observasi sebesar 100 %, merumuskan pertanyaan 66,67 %, danmembuat kesimpulan 100 %.

b. Dari angket respon siswa dapat diketahui bahwa semua siswa 100 % merasasangat senang dan merasakan banyak manfaatnya terhadap penilaian kinerja.Sebanyak 93,34 % siswa menyatakan bahwa penilaian kinerja juga dapatdigunakan untuk mengetahui kondisi belajar siswa yang sebenarnya (kelebihandan kekurangannya). Oleh karena itu, semua siswa 100 % merasa senang jikapenilaian kinerja terus diterapkan pada pembelajaran kimia.

2. SaranSaran yang dapat disampaikan setelah dilakukan penelitian adalah:

a. Dengan mengetahui hasil kinerja siswa dari tahapan ke tahapan, guru hendaknyamelakukan diagnosis terhadap kelemahan/kekurangan prestasi belajar siswa.

b. Pada penelitian ini tidak dilakukan reformasi terhadap anggota kelompoksehingga perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai pengaruh reformasianggota kelompok terhadap hasil kinerja siswa.

c. Pada penelitian ini hanya dilakukan dengan penilaian kinerja sehingga perludiadakan penelitian lanjutan mengenai penilaian proyek, portofolio, tugas, dantes.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta :Bumi Aksara.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus danPenilaian Mata Pelajaran Kimia 2003. Jakarta : Direktorat Pendidikan MenengahUmum

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Jatmiko, B. Wasis Wahono. 2001. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Nur, Mohamad. 2002. Asesmen Tradisional, Asesmen Kinerja dan Rubrik. Surabaya :Unesa.

Purnomo, Heny. 2004. Uji Coba Implementasi Penilaian Kinerja Pada Pokok BahasanLarutan Asam Basa Kelas II. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya : Unesa.

Ridwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel Penelitian. Jakarta: Alfabeta.

Siswono, E. y, Tatag. 2002. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Kontekstual.Surabaya : Unesa.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : RemajaRosdakarya.

Page 33: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

193

Penerapan Sistem Pembelajaran Bernuansa Kritis, Kreatif, Mandiri dan Terbukapada Mata Kuliah Kimia Unsur Untuk Meningkatkan Kualitas Mahasiswa

Jurusan Kimia

Sri Wardhani. Tutik Setianingsih, Darjito

Jurusan Kimia FMIPA Univ. Brawijaya Malang

email [email protected]

BAB I : PENDAHULUAN

Mata kuliah Kimia Unsur merupakan salah satu mata kuliah wajib pada bidangminat Kimia Anorganik yang diajarkan pada semester ganjil untuk mahasiswa semesterV dengan penunjang mata kuliah Kimia Dasar, Kimia Struktur Anorganik, dan ReaksiKimia Anorganik. Mata kuliah tersebut diajarkan dengan harapan dapat diterapkansebagai penunjang mata kuliah pilihan pada bidang minat Kimia Anorganik di semesterlanjut, antara lain Kimia Sintesa Anorganik, Organologam, Kimia Polimer Anorganik,Mineralogi - Kristalografi, maupun penunjang Tugas Akhir.

Secara garis besar, Kimia Unsur membahas tentang kelimpahan unsur di alam,sifat fisika, dan sebagian besar sifat kimia yang menyangkut reaktifitasnya dalampembentukan dan penguraian senyawa-senyawa anorganik. Alokasi waktupembelajaran yang ditetapkan untuk mata kuliah tersebut adalah 16 kali pertemuan,masing-masing 150 menit (3 sks).

Permasalahan yang dihadapi perkuliahan kimia unsur yaitu daya tarikpenyampaian materi rendah 62,75%; kepuasan mengikuti kuliah rendah 66% ; sertadaya tarik materi kuliah juga rendah, hanya 52,73% . Akar permasalahan telah dicarimelalui pengisian form evaluasi oleh mahasiswa dan diketahui bahwa daya tarik materiyang rendah terutama karena materi kimia unsur bersifat sangat kompleks/beragam,sedangkan daya tarik penyampaian materi kuliah rendah akibat penyampaian yangbersifat pemaparan lebih banyak dibandingkan analisis, kurang terhubungnya materidengan aplikasi, serta kurang melibatkan gambar-gambar berwarna yang menarik.Kepuasan mahasiswa yang rendah terhadap Kimia Unsur terutama karena tidak sukadengan model pembelajaran yang telah diterapkan, yaitu lebih banyak ceramahdibandingkan diskusi. Selain itu juga karena soal ujian dirasa sulit sehingga nilaicenderung jelek. Hal ini didukung oleh data nilai ujian mahasiswa yang memang masihdidominasi nilai C.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka dilakukan jajak pendapattentang sistim pembelajaran Kimia Unsur yang disukai mahasiswa. Dari jajak pendapatitu diketahui bahwa untuk menyederhanakan materi kimia unsur yang sangat kompleks,maka mahasiswa cenderung menginginkan pembahasan kimia unsur dari trend tiapgolongan atau antar golongan saja.

Untuk mengatasi permasalahan daya tarik penyampaian materi sekaliguskepuasan yang rendah, maka akan dilakukan perubahan sistim pembelajaran dari 2 sksceramah aktif + 1 sks diskusi yang dirasakan mahasiswa masih menjemukan menjadi 3

Page 34: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

194

sks diskusi dengan pembagian : 1 sks menggali pertanyaan setiap mahasiswa terhadapsuatu topik (melatih sifat kritis) dan 2 sks mendiskusikan jawabannya (melatih sifatberani, terbuka). Materi diskusi akan dirancang dengan komposisi 75% konsep dasar(analisis reaktifitas unsur) dan 25% aplikasi. Untuk diskusi aplikasi, topik yangdiangkat adalah lingkungan dan pengolahan mineral alam menjadi produk industri.Penyertaan gambar-gambar berwarna sebagai pendukung akan ditingkatkan baik dalamhand out maupun diskusi agar lebih menarik.

Dalam menerapkan metode pembelajaran tersebut, profesionalisme dosensangat dituntut untuk selalu memotivasi mahasiswa agar aktif berdiskusi sekaligusmampu membawa suasana kelas tetap “”fun”” agar mahasiswa nyaman dalam belajar.Penguasaan materi oleh dosen juga sangat dituntut karena dosen di kelas selain sebagaimoderator juga berperan sebagai reviewer dalam setiap diskusi. Fasilitas penunjangseperti OHP atau LCD akan disediakan sebagai sarana untuk diskusi mahasiswa. Ujiantidak lagi sekedar menjawab pertanyaan, tetapi ujian dibagi dua, yaitu ujian penggalianpertanyaan dan ujian menjawab pertanyaan analisis. Nilai ujian yang cenderung kurangbagus selama 2 tahun terakhir ini terkait dengan ujian menjawab pertanyaan analisisdan merupakan bukti bahwa mahasiswa kurang daya analisisnya. Oleh karena itu padasistim pembelajaran yang baru ini daya analisis mahasiswa akan lebih dipacu melaluiasah diskusi secara terus-menerus.

Kurangnya aktif berbicara mahasiswa diperkirakan terkait dengan penilaianmahasiswa bahwa dosen kurang memotivasi mahasiswa sekaligus penyediaan waktudiskusi yang kurang banyak. Oleh karena itu penambahan jumlah waktu diskusisangatlah tepat. Hal ini juga sesuai dengan rambu-rambu yang diberikan olehkurikulum berbasis kompetensi sebagaimana ditetapkan oleh Depdiknas th 2005,bahwa lulusan yang berkualitas adalah lulusan yang mampu belajar secara kritis,kreatif, mandiri serta terbuka (KKMT) terhadap penanganan suatu masalah.Kekritisan mahasiswa akan diasah melalui forum penggalian pertanyaan, sifat kreatifdiasah melalui pencarian jawaban pertanyaan itu, dan sifat terbuka akan diasah melaluidebat ilmiah dalam forum diskusi tentang jawaban tersebut.

Apabila sifat kritis dan terbuka mahasiswa akan diasah dengan penerapan fulldiskusi, maka sifat kreatif dan mandiri akan diasah melalui pengerjaan tugasterstruktur. Hasil jajak pendapat, diketahui bahwa mahasiswa cenderung menyukaitugas terstruktur yang berupa hunting informasi dari internet dan membuatringkasannya. Untuk pengerjaan tugas terstruktur mahasiswa diwajibkan membuatdaftar pertanyaan terlebih dahulu tentang topik yang diangkat dan dicari jawabannya.Ringkasan artikel yang diperoleh tidak lagi dituliskan dalam kertas seperti tahun-tahunsebelumnya, tetapi diwujudkan dalam pembuatan poster yang melibatkan baikinformasi dan gambar-gambar menarik.

Tujuan kegiatan ini adalah : Memperbaiki seluruh perangkat pembelajaran (sarana, peran dosen, waktu, dan metode)., Merangsang mahasiswa untuk bersikapKKMT , Meningkatkan daya tarik materi dan cara penyampaian materi , Meningkatkankepuasan mahasiswa dalam mengikuti kuliah

Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi institusi dan mahasiswa karena dapatmeningkatkan kualitas mahasiswa ditinjau dari rana kognitif (pemahaman materi Kimia

Page 35: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

195

Unsur), afektif (perilaku yang terkait dengan permasalahan dalam Kimia Unsur), danmotoriknya (ketrampilan).

BAB II : KONSEP DAN PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORITIK

a. Lulusan Perguruan Tinggi yang Berkualitas (Djanali, dkk, 2005(a) dan 2005(c)

Sesuai dengan SK Mendiknas No.232/U/2000 dan No.045/U/2002, kurikulumyang diterapkan di Perguruan Tinggi adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK).Proses perencanaan pembelajaran berbasis kompetrensi dilakukan denganmenggunakan berbagai strategi pembelajaran yang berorientasi pada masiswa untukmencapai kompetensi yang diharapkan. Pada KBK tersebut, persyaratan yang harusdipenuhi agar lulusan dapat disebut kompeten antara lain: Mempunyai kemampuanberlandaskan pada kepribadian, Berkemampuan menguasai IPTEKS, Berkemampuanberkarya, Berkemampuan bersikap mandiri, menilai dan mengambil keputusan denganbertanggung jawab, Berkemampuan hidup bermasyarakat dengan bekerjasama,menghargai perbedaan dan kedamaian.

Kemampuan yang harus digali dari peserta didik agar menjadi lulusan yangberkualitas antara lain: Minat ternalar terhadap profesi yang dituju, Kemampuan belajarsecara mandiri, Kemampuan mengembangan kreatifitas dan kritis, Kemampuan terbukaterhadap penanganan masalah

Agar lulusan berkualitas, pembelajaran harus merupakan upaya bersama antaradosen dan mahasiswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agarpengetahuan yang terbentuk terinternalisasi dalam diri peserta didik dan menjadilandasan untuk menciptakan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Subyek kajianyang harus diberikan agar lulusan berkualitas antara lain: Kemampuan subyek kajian,Kemampuan metodologi, Kemampuan berkehidupan masyarakat, Kemampuanberkomunikasi, Kemampuan menguasai teknologi informasi.

b. Strategi Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Djanali, dkk, 2005(a) dan 2005(b)

Yang dimaksud dengan pembelajaran di PT adalah kegiatan terprogram dalamdesain FEE (Facilitating, Empowering, Enabling) untuk membnuat mahasiswa belajarsecara aktif. Pembelajaran merupakan proses pengembangan kreativitas berpikir yangdapat meningkatkan kemampuan pikir mahasiswa serta dapat meningkatkan danmengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai upayah meningkatkan penguasaan danpengembangan yang baik terhadap materi perkuliahan.

Proses pembelajaran sudah saatnya bergeser dari sekedar transfer ilmu menjadimengkonstruksikan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga problem based learningmenjadi standar pembelajaran yang penting bidang imu-ilmu dasar untuk saat ini. PBLmerupakan salah satu motode pembelajaran jenis SCL (Student Centered Learning),yaitu pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar mahasiswa bukan hanya padaaktivitas dosen mengajar.

Peran dosen dalam SCL antara lain : Sebagai fasilitator, Mengkaji kompetensimata kuliah yang perlu dikuasai mahasiswa, Merancang strategi dan lingkunganpembelajaran, Membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya,Mengidentifikasi dan menentukan pola penialaian belajar mahasiswa

Kemampuan yang harus dimiliki oleh dosen antara lain : memotivasi diri danmahasiswa, menguasai materi agar dapat berperan sebagai dinamisator dan fasilitator,

Page 36: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

196

merekonstruksikan dasar pengetahuan dan metode pembelajaran, menguasaikurikulum, pedagogi (Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif)

c. Evaluasi Pembelajaran (Rohani, 2004 ; Suharjono, 2006; Harjanto, 1997;Djanali, dkk, 2005(c)

Evaluasi pembelajaran terdiri dari 2 macam, yaitu evaluasi hasil dan evaluasiproses. Evaluasi hasil terdiri atas assesment berdasarkan test, tanpa test, dan evaluasidiri. Hal ini sesuai dengan paradigma baru pengelolaan PT, bahwa yang menjadisasaran utama adalah kualitas pengelolaan PT yang salah satunya dapat dilihat darikualitas lulusannya, bukan hanya dilihat dari kemampuan akademik tetapi jugakarakter sebagai manusia yang unggul seperti tercantum dalam UU Sisdiknas Bab IIPasal 4. Berdasarkan metode pembelajaran konstruktif (Anonimous, 2005), test/ujiansebaiknya tidak lagi semata-mata hafalan, tetapi yang merangsang peserta didik untukberpikir.

Sedangkan evaluasi proses dapat terdiri dari assesment sejawat dan surveypendapat mahasiswa. Evaluasi terhadap proses pembelajaran harus tidak terpisahkandalam penyusunan dan pelaksanaan pembelajaran. Penilaian proses bertujuan menilaiefektifitas dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan danpenyempurnaan program dan pelaksanaannya. Objek dan sasaran penilaian prosesadalah komponen-komponen sistem pembelajaran itu sendiri, baik yang berkenaandengan masukan proses maupun dengan keluaran, dengan semua dimensinya.

BAB III : PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan

1. Sosialisasi tujuan kuliah dan perencanaan metode kuliah mata kuliah kimia unsuroleh semua dosen pengasuh serta pembagian kelompok diskusi. (minggu pertama, 1sks)

2. Presentasi dosen tentang kaitan kimia unsur dengan berbagai aplikasi sekaliguspemberian contoh pertanyaan analisis dan jawabannya. (Minggu pertama, 2 sks)

3. Pengujian model pembelajaran mata kuliah kimia unsur dengan nuansa KKMTdengan cara :

a. Kegiatan kelas 1 sks : Tiap kelompok mahasiswa (2 orang) diwajibkanmembuat pertanyaan secara tertulis kemudian dikumpulkan dan mahasiswadiminta untuk mengemukakan pertanyaan yang ditulisnya. Setelahpertanyaan terkumpul, dosen membahas kualitas pertanyaan. Pertanyaanyang terkumpul dikelompokkan oleh dosen kemudian dibagikan kepadamahasiswa untuk didiskusikan jawabannya di luar kegiatan kelas (PR).

b. Kegiatan kelas 2 sks : Presentasi jawaban pertanyaan oleh tiap kelompokdan kelompok yang lain diminta untuk menganggapinya. Dosen bertindaksebagai moderator dan korektor jika ada jawaban yang salah atau kuranglengkap.

c. Pameran poster : Pameran dibagi menjadi 2 sesi dengan masing-masingsesi menampilkan pameran separuh dari jumlah kelompok yang ada. Untuksetiap sesi, anggota kelompok yang tidak sedang bertugas membuatpameran akan menjadi penonton pameran tersebut .

Page 37: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

197

B. Evaluasi

- Evaluasi hasil belajar

Nilai akhir : 40% ujian, 35% diskusi, dan 25% tugas terstruktur

Nilai ujian : 50% nilai ujian membuat pertanyaan analisis dan 50% ujian menjawabpertanyaan analisis.

Nilai diskusi : 50% aktifitas berbicara (individu), 30% kualitas pertanyaan danjawaban individu (diskusi 2 sks), dan 20% kualitas jawaban kelompok(hasil diskusi di luar kelas).

Nilai tugas terstruktur : 50% daya tarik penampilan dan 50% kelengkapan isi poster(kelompok)

- Evaluasi proses belajar

Evaluasi oleh dosen adalah Evaluasi terhadap kebiasaan belajar mahasiswa,meliputi : a. Keaktivan bertanya dan menjawab b. Kualitas pertanyaan dan jawaban, c.Kepatuhan mengerjakan tugas, d. Kehadiran

Evaluasi oleh mahasiswa adalah Evaluasi terhadap perangkat pembelajaran,meliputi : Profesionalisme dosen (kemampuan sebagai ,motivator, fasilitator,dinamisator), Metode pembelajaran, Sarana belajar (media belajar, hand out), Waktu.

- Indikator kinerja

Sebagai patokan keberhasilan terhadap setiap parameter KKMT adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa peserta mata kuliah kimia unsur dapat dinyatakan kritis apabila minimal60% mahasiswa peserta kuliah mendapatkan nilai B untuk kualitas pertanyaan lisandalam forum diskusi 2 sks dan ujian membuat pertanyaan

b. Mahasiswa peserta mata kuliah kimia unsur dapat dinyatakan kreatif apabilaminimal 60% mahasiswa peserta kuliah mendapatkan nilai B untuk kualitasjawaban lisan dalam forum diskusi 2 sks maupun ujian menjawab pertanyaan

c. Mahasiswa peserta mata kuliah kimia unsur dapat dinyatakan terbuka apabilaminimal 60% mahasiswa peserta kuliah mendapatkan nilai B untuk aktivitasberbicara dalam forum diskusi 2 sks

d. Mahasiswa peserta mata kuliah kimia unsur dapat dinyatakan mandiri apabilaminimal 60% mahasiswa peserta kuliah mendapatkan nilai B untuk tugasterstruktur membuat poster

BAB IV : HASIL YANG DICAPAI

Dari Gambar 4.1 diketahui bahwa mahasiswa cukup aktif dalam menyusunpertanyaan sebagaimana ditunjukkan oleh persen jumlah pertanyaan yang berhasildibuat lebih dari 70% dari 10 soal yang ditargetkan. Hal ini dapat terjadi karenamahasiswa merasa dilatih dan termotivasi untuk bersifat kritis sebagaimanaditunjukkan pada data evaluasi dari mahasiswa. Tidak tercapainya angka 100%diperkirakan karena mahasiswa merasa waktu yang disediakan sedikit karena kurangdari 60% mahasiswa menyatakan baik atau juga karena factor daya nalar mengingatdengan pencapaian yang tidak 100% tersebut lebih dari 70% mahasiswa sudah merasa

Page 38: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

198

aktif Dari segi kualitas, pertanyaan yang mendominasi adalah pertanyaan analisis yangtidak didasari analisis awal atau dengan nilai B dengan mencapai lebih dari 70%,sementara pertanyaan analisis yang didasari analisis awal (nilai A) masih sangat kecil.Kemungkinan hal ini terkait dengan faktor kemampuan nalar yang masih kurang ataubisa juga karena keterbatasan waktu diskusi yang tersedia.

0

20

40

60

80

100

% jmlpertanyaan

% pertany.analisis A

% pertany.analisis B

% pertany.deskripsi

jml

Gambar 4.1 Jumlah dan kualitas pertanyaan pada Latihan bersifat Kritis

Dari Gambar 4.2 diketahui bahwa kedisiplinan mahasiswa dalam mengerjakantugas sangat baik, yaitu mencapai 88%. Sementara kualitas jawaban yang disusunmahasiswa juga baik karena didominasi oleh jawaban dengan kualitas nilai A denganpencapaian > 60%, yaitu jawaban yang lengkap untuk pertanyaan yang diberikan. Halini disebabkan lebih dari 60% mahasiswa menyatakan selalu berdiskusi dalam mencarijawaban atas soal-soal yang diberikan, dengan kehadiran yang sangat baik (> 80%),penggunaan referensi terutama internet, serta sangat termotivasi untuk berlatih bersifatkreatif.

0

20

40

60

80

100

% tepatwaktu

%jawaban A

%jawaban B

%jawaban

C

Gambar 4.2 Kualitas jawaban (bernilai A, B, C) dan ketepatan waktu mengumpulkan jawabanpada latihan bersifat kreatif

Dari Gambar 4.3 diketahui bahwa mahasiswa yang aktif bertanya ataumenjawab pada tiap sesi diskusi rata-rata masih kurang dari 40%. Sedang dari Gambar4.4 nampak bahwa secara akumulasi dari 3 X diskusi yang diselenggarakan kebanyakanmahasiswa berbicara 2 – 3 X (total hampir 65%) yang berarti kebanyakan mahasiswahanya berbicara 1X dalam setiap sesi deskusi. Hal ini diperkirakan karena sebagian

Page 39: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

199

mahasiswa masih merasa kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat secaralisan, bukan karena kurang niat, karena dari hasil evaluasi mahasiswa menunjukkanbahwa sebenarnya mahasiswa sangat termotivasi untuk berlatih bersikap berani. Selainitu waktu yang tersedia juga masih terlalu pendek. Hal ini dibuktikan dari evaluasi olehmahasiswa bahwa hanya sekitar 60% mahasiswa menyatakan waktunya cukup. Namundemikian jumlah jawaban yang lebih banyak dari jumlah pertanyaan menunjukkanadanya proses pembahasan yang cukup interaktif antar mahasiswa untuk soal-soaltertentu sehingga melibatkan komentar lebih dari satu kali. Selain itu dari evaluasidiketahui bahwa secara kumulatif dari 3 X diskusi tersebut semua mahasiswa pernahberbicara dalam forum diskusi untuk kelas A dan 95% untuk kelas B.

Gambar 4.3. Profil aktivitas bicara dalam forum diskusi 2 sks

0

20

40

60

%mhsbertanya

%mhsmenjawab

%mahasiswa

pasif

jmlpertanyaan

jml jawaban

jum

lah

Dari Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 diketahui bahwa pertanyaan besifat analisismaupun jawaban yang bersifat lengkap dalam forum diskusi telah mencapai lebih dari60%. Hal ini menunjukkan bahwa daya nalar mahasiswa secara rata-rata sudah cukupbagus selain ditunjang motivasi yang tinggi untuk berlatih bersifat berani dan terbuka.

Page 40: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

200

Gambar 4.5 Kebiasaan mahasiswa ditinjau dari jumlah pertanyaan dan jawabansecara kumulatif yang dikemukakan selama 3 X diskusi

0

10

20

30

40

1 2 3 4 5 6 7 8

jumlah pertanyaan dan jawaban

%m

aha

sisw

a

Gambar 4.4 Profil kualitas bicara dalam forum diskusi 2 sks

0

10

20

30

40

50

60

70

80

pertany.analisis

pertany.paparan

jawabanlengkap

jawabankurang

pros

enta

se(%

)

Kebiasaan belajar mahasiswa ditinjau dari kehadiran di kelas sangat baik(ditunjukkan pada Gambar 4.6). Hal ini diperkirakan karena pada setiap pertemuan adapenilaian untuk kegiatan yang sedang berlangsung sehingga mahasiswa cenderungenggan membolos.

Gambar 4.6 Kehadiran mahasiswa di kelas

93949596979899

100

sosialisasi diskusi 1sks

diskusi 2sks

ujian/quiz

%m

ahas

isw

a

Dari

Gambar 4.7 diketahui bahwa menurut penilaian mahasiswa dosen pengasuhmata kuliah mempunyai profesionalisme yang baik (gabungan sangat baik dan cukupbaik) ditinjau dari peranannya sebagai motivator (nilai baik 96,35%), fasilitator (nilai

Page 41: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

201

baik 86,05%), kejelasan penyampaian materi (nilai baik 93,30%), dan penguasaanmateri (nilai baik 90,55%).

Gambar 4.7. Evaluasi terhadap profesionalisme dosen

0

10

20

30

40

50

60

70

80

motivator fasilitator kejelasanpenyampaian

materi

penguasaan materi

%pe

nila

ian

sgt baikcukup baik

kurang baik

Di mata mahasiswa kualitas pembelajaran melalui metode bernuansa KKMT iniadalah baik (gabungan nilai cukup baik dan sangat baik) berdasarkan evaluasi padaGambar 4.8 karena nilai baik untuk daya tarik penyampaian materi, materi, kepuasanmengikuti kuliah, serta rangsangan bersikap KKMT semuanya > 80%.

Penilaian baik terhadap rangsangan bersikap KKMT ini disebabkan mahasiswamerasa sangat dilatih dan termotivasi untuk kritis melalui diskusi membuat pertanyaan1 sks untuk kreatif melalui diskusi menjawab pertanyaan), dan berani melalui diskusimembahas jawaban 2 sks .

Daya tarik penyampaian materi yang dinilai baik oleh mahasiswa inidiperkirakan karena profesionalisme dosen yang baik serta penyediaan sarana yangbaik, antara lain penyediaan flash disk oleh dosen dan pemakaian LCD di setiap forumdiskusi 2 sks, serta penyediaan hand out untuk tiap kali diskusi 1 sks.

Daya tarik materi yang baik diduga karena materi kimia unsur tidak bersifatdiskriptif yang menjemukan, namun berpola analisis yang menantang daya pikir. Selainitu karena kualitas hand out yang juga cukup baik ditinjau dari keringkasan informasidan sistimaka penyampaian dalam trend golongan yang memudahkan mahasiswamengkritisi permasalahan.

Kepuasan mengikuti kuliah yang baik diperkirakan karena kepuasan mahasiswayang juga baik (lebih dari 80% mahasiswa menyatakan puas) dalam bertanya maupunmenjawab di kelas yang diberikan selama latihan berdiskusi Selain itu juga ditunjangsarana yang cukup baik serta profesionalisme dosen yang sangat baik sebagaimanadibahas sebelumnya.

Page 42: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

202

Gambar 4.8. Evaluasi kualitas metode pembelajaran bernuansa KKMT

Gambar 4.9. Perbandingan kualitas pembelajaran Kimia Unsur sebelum dan setelahpelaksanaan metode pembelajaran bernuansa KKMT

Kualitas pembelajaran

0102030405060708090

100

rangsanganbersikap KKMT

daya tarikpenyampaian

materi

daya tarik materi kepuasanmengikuti kuliah

%pe

nila

ian sgt baik

cukupkurang

0

20

40

60

80

100

120

kejelasan penyamp daya tarikpenyampaian

materi

daya tarik materi kepuasanmengikuti kuliah

pers

enta

sepe

nila

ian

(%)

awal

KKMT

Hasil yang dicapai berdasarkan evaluasi nilai

Dari Gambar 4.10 diketahui bahwa metode pembelajaran bermuansa KKMTtelah berhasil membuat mahasiswa bersifat kreatif dan kritis karena lebih dari 60%mahasiswa mendapatkan nilai minimal B untuk parameter-parameter penunjang sifat-sifat tersebut. Namun demikian untuk sifat berani/terbuka belum tercapai danmerupakan PR dari sisa kegiatan yang ada untuk memperbaikinya. Ada beberapakemungkinan penyebab mahasiswa pasif bicara, antara lain takut salah (tidak percayadiri), sulit mengungkapkan pendapat secara lisan, serta masalah kemampuan daya pikir(kognitif).Penyebab tersebut akan dicari melalui isian kuisioner sebagai upayahpemecahannya. Selain itu hasil evaluasi sementara yang sudah terjaring juga akandisosialisasikan kepada mahasiswa agar mahasiswa termotivasi untuk ikutmemperbaikinya.

Page 43: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

203

Gambar 4.10 Indikator keberhasilan penerapan metode pembelajaran bernuansa KKMT

0102030405060708090

Sifat kritis Sifat kreatif Sifat berani danterbuka

indikator keberhasilan

%jm

lmhs

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanPenerapan metode pembelajaran bernuansa KKMT ini dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:1. Berdasarkan nilai ujian dan komponen diskusi metode pembelajaran bernuansa

KKMT telah berhasil membuat mahasiswa bersikap kritis dan kreatif, namunbelum berhasil membuat mahasiswa bersifat terbuka/berani

2. Penerapan metode pembelajaran bernuansa KKMT menyebabkanprofesionalisme dosen mengalami peningkatan sebesar 21,55%, daya tarikpenyampaian materi sebesar 44,38%, daya tarik substansi/materi sebesar62.72%, serta kepuasan mahasiswa mengikuti kuliah sebesar 31,36%

SaranPerlu dilakukan upayah agar sifat berani/terbuka mahasiswa dapat diwujudkan

melalui penerapan metode pembelajaran KKMT dengan lebih memotivasi mahasiswauntuk berani berbicara dalam forum diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Harjanto, 1997, Perencanaan Pengajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Rohani, A., 2004, Pengelolaan Pengajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Suharjono, 2006, Lokakarya Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran, ProgramHibah Kompetisi A-2 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Brawijaya,Malang.

Djanali,S., dkk.,2005(a), Kurikulum Berbasis Kompetensi Bidang-bidang Ilmu,Depdiknas.

Djanali,S., dkk.,2005(b), Tanya Jawab Seputar Unit Pengembangan Materi danproses Pembelajaran di PT, Depdiknas.

Djanali,S., dkk.,2005(c), Tanya Jawab Seputar KBK di PT, Depdiknas.

Page 44: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

204

Lesson Study Sebagai Alternatif Model Pelatihan Guru Kimia

OlehAchmad Lutfi*

[email protected]

ABSTRAK

Lesson Study diangkat sebagai bentuk kegiatan di sekolah-sekolah Jepangdengan atau tanpa diawali dengan riset. Lesson Study bisa diangkat dari pemikiran, ide,atau gagasan pembelajaran inovatif dari seseorang (pemikir, dosen, atau guru), individuataupun kerja kolektif. Namun pada umumnya merupakan kerja kolaboratif, antaradosen dengan guru, antara peneliti dengan guru, atau guru dengan guru untukmenghasilkan pembelajaran inovatif. Pada prinsipnya Lesson Study tidak selalu harusdiset sebagai penelitian, namun ide atau gagasan individual atau kolektif baik dari ahlipendidikan ataupun guru kebanyakan.

Sejumlah sekolah di Kabupaten Sumedang, Kabupaten Sleman dan KabupatenPasuruan serta beberapa sekolah di Surabaya telah melakukan Lesson Study,memperlihatkan bahwa guru: (1) berlatih membuat perencanaan pembelajaran besertaperangkat-perangkat lainnya, (2) berlatih mengiplementasikan rencana pembelajaranyang telah dibuat, dan (3) memperoleh masukan atau klarifikasi atas berbagaikekurangan jelasan, keraguan serta kekeliruan yang terjadi selama pembuatan rencanapembelajaran dan mengimplementasiannya melalui refleksi dan diskusi bersama-samapara guru sejawat dan fasilitator.

Atas dasar pengalaman itu maka Lesson Study dapat digunakan sebagaialternatif pembinaan guru kimia dalam upaya meningkatkan profesionalan dankompetensi guru.

Key word: Lesson Study, profesional guru

* Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unesa

Page 45: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

205

PendahuluanBanyak model perlatihan yang dikembangkan oleh pemerintah pusat sampai

pemerintah daerah, misal TOT, TOT-Terintegrasi, Pelatihan CTL dan Life skill danlain-lainnya. Pelatihan-pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkankompetensi guru mengimplementasikan kurikulum dan meningkatkan kompetensi guruyang dinilai belum memadai. Namun pelatihan-pelatihan tersebut masih dirasakankurang memberikan dampak yang signifikan bagi peserta. Banyak peserta pelatihanyang sampai akhir kegiatan pelatihan merasa belum mempunyai kesiapan yang cukupuntuk mencobakan hasil pelatihan itu di kelas mereka. Bahkan ada yang berpendapatbahwa sekembali dari pelatihan para guru kembali ke kebiasaan semula; tidakmemunculkan inovasi maupun perubahan-perubahan yang berarti. Hal inidimungkinkan akibat kurangnya porsi waktu untuk latihan implementasi. Kemungkinanlain, pelatihan-pelatihan ini belum maksimal dalam mengagendakan monitoring danpenjaminan sustainabilitas.

Pemerintah Indonesia sudah berusaha dengan berbagai cara menghasilkan guruyang bermutu. Lembaga pendidikan guru, ratusan jumlahnya di negeri ini, sayangnyamutunya sangat bervariasi. Pelatihan guru juga sering kali dilaksanakan oleh berbagailembaga. Namun usaha-usaha pemerintah Indonesia tersebut belum mampumeningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang tercermin dari hasil studyUNDP 2005 bahwa indek pembangunan manusia Indonesia menempati peringkat 110,ketinggalan dari negara-negara tetangga kita: Singapura (peringkat 25), Brunei(peringkat 33), Malaysia (peringkat 61), Thailand (peringkat 73), Pilipina (peringkat84), dan Vietnam (peringkat 108). Pertanyaan kita adalah, sudah efektifkah pembinaanguru di Indonesia? Sudah sistematikkah pembinaan guru di Indonesa? Sudahberkelanjutankah pembinaan guru di Indoesia?

Dalam perkembangannya, Lesson Study diangkat sebagai bentuk kegiatan di sekolah-sekolah di Jepang dengan atau tanpa diawali dengan pembelajaran riset. Lesson Studybisa diangkat dari pemikiran, ide, atau gagasan pembelajaran inovatif dari seseorang(pemikir, dosen, atau guru), individu ataupun kerja kolektif. Namun pada umumnyamerupakan kerja kolaboratif, antara dosen dengan guru, antara peneliti dengan guru,atau guru dengan guru untuk menghasilkan pembelajaran inovatif. Pada prinsipnyaLesson Study tidak selalu harus diset sebagai penelitian, namun ide atau gagasanindividual atau kolektif baik dari ahli pendidikan ataupun guru kebanyakan.

Berikut akan dipaparkan suatu alternatif solusi bagi pembinaan guru diIndonesia melalui lesson study: apa, mengapa, dan bagaimana?

Apa Lesson Study?Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian

pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsipkolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Gambar 1memperlihatkan tahapan pelaksanaan pengkajian pembelajaran melalui kegiatan lessonstudy.

Pelaksanaan pengkajian pembelajaran melalui kegiatan lesson study dilakukandalam siklus-siklus kegiatan yang tiap siklusnya terdiri dari 3 tahapan (Plan, Do, See).Tahap pertama, Plan, membuat perencanaan pembelajaran yang berpusat pada siswasecara kolaboratif. Tahap kedua, DO, menerapkan rencana pembelajaran di kelas olehseorang guru sementara guru lain mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran.

Page 46: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

206

Tahapan ketiga, SEE, diskusi pasca pembelajaran untuk merefleksikan efektifitaspembelajaran yang dilaksanakan langsung setelah pembelajaran selesai. Hasil refleksimerupakan masukan untuk perencanaan pada siklus berikutnya agar pembelajaran lebihbaik dari siklus sebelumnya. Setiap tahapan pengkajian pembelajaran harusdilaksanakan secara kolaboratif dan tidak pernah berakhir melakukan perbaikanpembelajaran.

. Siklus kegiatan lesson study

Konsep lesson study telah puluhan tahun dipraktekan di Jepang sebagai bentukpembinaan profesi guru berkelanjutan. Sekarang, negara-negara maju seperti AmerikaSerikat, German, dan Australia belajar lesson study dari Jepang. Sekarang lesson studytelah berkembang pula di Indonesia. Cikal bakal lesson study di Indonesiadikembangkan melalui IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science TeacherEducation Project), suatu proyek kerjasama teknis JICA, sejak tahun 1998.

Mengapa Lesson Study?Ilmu pengetahuan dan teknologi cepat sekali berkembang oleh karena itu

pengetahuan dan keterampilan guru pun harus selalu dimutahirkan secara periodik,sebulan sekali, setahun sekali, atau lima tahun sekali. Walau seorang guru lulus darisuatu lembaga pendidikan guru terkemuka, apabila yang bersangkutan tidak pernahdiikut sertakan dalam pelatihan maka guru tersebut akan ketinggalan informasiperkembangan pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya guru tersebut akan menyendirimelakukan persiapan dan tertutup terhadap inovasi serta saran untuk perbaikan.Kemungkinan besar guru seperti itu mendominasi kelas dengan ceramahnya, tidakmemberi kesempatan kepada siswa untuk berkreatifitas.

Sementara Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan, pasal 19, ayat 1 mengatakan bahwa “Proses pembelajaran padasatuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

PLAN(merencanakanpembelajaranyang berpusat

pada siswa)

DO(melaksanakanpembelajaran

dan observasi)

SEE(merefleksikan efektifitas

pembelajaran untukperbaikan)

Page 47: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

207

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikanruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, danperkembangan fisik dan psikologis peserta didik”.

Bagaimana Melakukan Persiapan Lesson Study?Telah dikemukakan sebelumnya bahwa lesson study pada dasarnya meliputi tiga

tahapan kegiatan yakni perencanaan, implementasi, dan refleksi. Untuk mempersiapkansebuah lesson study hal pertama yang sangat penting adalah melakukan persiapan.Tahap awal persiapan dapat dimulai dengan melakukan identifikasi masalahpembelajaran yang meliputi materi ajar, teaching materials, strategi pembelajaran, dansiapa yang akan berperan menjadi guru. Materi ajar yang dipilih tentu harusdisesuaikan dengan kurikulum yang berlaku serta program yang sedang berjalan disekolah. Analisis mendalam tentang materi ajar yang dipilih perlu dilakukan secarabersama-sama untuk memperoleh alternatif terbaik yang dapat mendorong prosesbelajar siswa secara optimal. Pada tahapan analisis tersebut perlu dipertimbangkankedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara lain dari tuntutan kurikulum, latarbelakang pengetahuan dan kemampuan siswa, kompetensi yang akan dikembangkan,serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan dalam kaitannya dengan materiterkait. Dalam kaitannya dengan materi ajar yang dikembangkan, juga perlu dikajikemungkinan-kemungkinan respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.Hal ini sangat penting dilakukan terutama untuk mengantisipasi respon siswa yangtidak terduga. Jika materi ajar yang dirancang ternyata terlalu sulit bagi siswa, makakemungkinan alternatif intervensi guru untuk menyesuaikan dengan tingkatkemampuan siswa perlu dipersiapkan secara matang. Sebaliknya, jika ternyata materiajar yang dirancang terlalu mudah bagi siswa maka kemungkinan intervensi yangbersifat pengembangan perlu juga dipersiapkan. Dengan demikian, sebelumimplementasi pembelajaran berlangsung guru telah memiliki kesiapan yang mantapsehingga proses pembelajaran yang terjadi pada saat lesson study dilaksanakan mampumengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan.

Lesson Study sebagai model untuk pelatihan guruMencermati makna dan praktik Lesson Study yang menarik tersebut, rasanya

sangat tepat bila kegiatan ini dikembangkan di kalangan sekolah atau di MGMP.Lesson Study perlu diangkat menjadi wahana berlatih bersama, menjadi wahana belajarbersama di kalangan guru di suatu sekolah atau kelompok MGMP. Lesson Study dapatdilaksanakan sebagai kegiatan teragenda atau inisiatif guru, sekolah, atau MGMP.Namun bisa juga untuk skala yang lebih besar, Lesson Study diangkat menjadi modelpelatihan guru. Pemerintah atau otoritas pendidikan dapat mengundang sejumlah besar

Lesson StudyDi Sumedang

Page 48: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

208

guru dan ahli pendidikan untuk berlatih melakukan preparasi atau penyiapanperencanaan pembelajaran inovasif, pengimplementasikan rencana, dan melakukanrefleksi secara bersama-sama dan berkesinambungan.

Dengan pelatihan menggunakan Lesson Study, memungkinkan seseorang guruuntuk: (1) Berlatih membuat perencanaan pembelajaran beserta perangkat-perangkat,penyela lainnya, (2) berlatih mengiplementasikan rencana pembelajaran yang telahdibuat, dan (3) memperoleh masukan atau klarifikasi atas berbagai kekurangan jelasan,keraguan serta kekeliruan yang terjadi selama pembuatan rencana pembelajaran danmengimplementasiannya melalui refleksi dan diskusi bersama-sama para guru sejawatdan fasilitator.

Kegiatan Lesson Study ini haruslah berujung pada upaya meningkatkankeprofesionalan dan kompetensi guru. Selanjutnya Lesson Study haruslah mengatrolkualitas pembelajaran dan kualitas belajar siswa yang pada akhirnya berujung kepadapeningkatan kualitas hasil belajar siswa. Oleh karenanya, mengangkat suatu inovasiyang benar-benar akan mendatangkan manfaat bagi perbaikan kualitas pembelajarandan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa menjadi fokus perhatianpengembangan Lesson Study ini.

Secara substansi, sebagian atau bahkan keseluruhan langkah-langkah ini,mungkin bukanlah hal yang baru, yang sudah banyak dikembangkan dalam pelatihan-pelatihan atau kegiatan penelitian. Namun bentuk coopetarive dan collaborative workyang menonjol dalam berlatih membelajarkan siswa tersebut merencanakanpembelajaran inovative work yang menonjok dalam berlatih membelajarkan siswatersebut rupanya sulit ditemukan pada model-model pelatihan sebelumnya. Latihan-latihan merencanakan pembelajaran inovasive, latihan implementasi dan analisisperformansi, serta refleksi secara bersama-sama merupakan warna khas Lesson Studyyang dapat meningkatkan kesejawatan antar guru, meningkatkan kompetensi dankeprofesionalan guru. Oleh karenanya memungkinkan dijadikan sebagai alternatifmodel pelatihan guru.

Lesson Study di berbagai lokasiBeberapa SMP dan SMA di Sumedang kerjasama dengan Pemda Kabupaten

Sumedang dengan UPI, UNY bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Bantul, dan UMbekerjasama dengan Pemda Kabupaten Pasuruan serta di Dinas Pendidikan KotaSurabaya dengan Unesa telah mengadakan Lesson Study.

Dampak atau hasil yang diperoleh setelah Lesson Study, antara lain:

Lesson Study diYogjakarta

Page 49: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

209

a. Kualitas guru meningkat di dalam melaksanakan pembelajaran berbasiskonstruktivisme, baik di dalam mempersiapkan, melaksanakan maupunpelaksanaan asesmen.

b. Peningkatan performance siswa, baik kognitif, afektif maupun psikomotor.c. Peningkatan ketrampilan guru dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK).d. Meningkatkan ketrampilan guru dalam merancang kegiatan demostrasi, praktikum

dan kegiatan pembelajaran di luar kelas.e. Tumbuhnya rasa percaya diri guru karena melihat siswa meningkat minat dan

motivasi dalam mengikuti pembelajaran.

f. Semakin banyak media pembelajaran yang dihasilkan untuk materi pembelajaranMIPA.

g. Guru berani menyampaikan karya ilmiah dalam forum seminar di PerguruanTinggi.

Bagaimana Tindak Lanjut dari Kegiatan Lesson Study?

Lesson StudyDi Malang

Lesson StudyDi Surabaya

Page 50: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

210

Kegiatan lesson study pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang mampumendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning community) yang secarakonsisten melakukan continuous improvement baik pada level individu, kelompok,maupun pada sistem yang lebih umum. Pengetahuan yang dibangun melalui lessonstudy dapat menjadi modal sangat berharga untuk meningkatkan kualitas kinerjamasing-masing fihak yang terlibat. Sebagai contoh, seorang guru yang terlibat dalamobservasi sebuah lesson study berhasil menemukan sejumlah hal penting berkenaandengan model pembelajaran yang dikembangkan. Menurut pendapatnya, bahan ajareksploratif yang digunakan ternyata telah mampu mendorong kreativitas siswasehingga mereka mampu menampilkan sebuah strategi baru yang bersifat orisinal.Berdasarkan pengalaman ini guru akan berusaha mencoba menerapkan pendekatantersebut dalam pembelajaran di sekolahnya.

Seorang Kepala Sekolah, setelah mengikuti beberapa kali lesson study secaraintensif, mengajukan pendapatnya bahwa kegiatan tersebut sangat potensialmendorong banyak fihak untuk melakukan hal yang terbaik. Siswa ternyatamenunjukkan motivasi yang sangat tinggi untuk menunjukkan potensinya masing-masing pada saat lesson study dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebutmampu menjadi dorongan untuk tumbuhnya motivasi berprestasi pada diri siswa. Guru-guru lain yang baru melihat aktivitas lesson study banyak yang mulai tertarik untukmencobanya. Dengan mencoba melakukan lesson study, berarti guru terdorong untukmelakukan persiapan yang lebih baik dibanding biasanya sehingga proses pembelajaranyang dikembangkan kadang-kadang sangat di luar dugaan bahkan sangat inovatif.

Seorang guru kimia yang telah memerankan sebagai guru model berpendapatbahwa dengan Lesson Study memungkinkan melakukan menilaian aspek psikomotordan afektif siswa yang selama ini sulit dilakukan oleh guru. Hal ini dimungkinkankarena hadirnya observer yang cukup banyak.

Seorang dosen, setelah beberapa kali mengikuti kegiatan lesson study jugamengaku mulai terpengaruh untuk mencoba memperkenalkan dan menerapkan hal-halpositif yang dia dapatkan dari aktivitas tersebut pada kelas yang menjaditanggungjawabnya. Seorang Dekan juga tidak kalah dengan fihak-fihak lain untukmencoba mengambil manfaat dari lesson study bagi mahasiswa calon guru difakultasnya. Berdasarkan pengalamannya melakukan lesson study bersama guru-gurudi sekolah, dia akhirnya menetapkan suatu kebijakan bahwa setiap mahasiswa pesertaProgram Pengalaman Lapangan diharuskan terlibat secara aktif dalam kegiatan lessonstudy. Keterlibatan mahasiswa tersebut tidak hanya terbatas sebagai observer, akantetapi juga sebagai pelaku utama yakni sebagai guru pengajarnya.

KesimpulanDapat disimpulkan bahwa kegiatan lesson study ternyata memiliki dampak

cukup luas bagi munculnya kegiatan-kegiatan lain yang inovatif. Dengan demikian, jikalesson study yang dilakukan benar-benar dipersiapkan dengan baik sehingga setiaporang yang mengikuti merasa memperoleh pengetahuan yang sangat berharga, makabaik disadari atau tidak tindak lanjut dari kegiatan tersebut akan terjadi dengansendirinya yang dapat berlangsung pada tataran individu, kelompok, atau sistemtertentu. Sehingga dapat dijadikan suatu alternatif bagi pembinaan (in service) gurukimia di berbagai lokasi.

Page 51: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

211

Konsep Lesson Study juga perlu disampaikan kepada calon guru yang saat inimasih berstatus mahasiswa, dengan harapan bila meraka nanti menjadi guru akan bisamelakukannya.

Daftar PustakaBaba,T. and Kojima, M. (2003). Lesson Study, In Japan International Cooperation

Agency (Ed.) Japanese Eductional Experiences. Tokyo: Japan InternationalCooperation Agency.

Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach toImproving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: LawrenceErlbaum Associates Publishers.

FMIPA Unesa. 2007. Pelaksanaan Lesson Study di FMIPA Unesa (Laporan PadaPertemuan Forum MIPA LPTK se Indonesia di UPI Nov 2007). Surabaya:FMIPA Unesa

Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 TentangGuru dan Dosen.

Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005Tentang Standar Pendidikan Nasional.

Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. EducationalLeadership.

Lutfi, Achmad. 2005. Model Pelatihan Guru dengan Lesson Study (Makalah Seminar).Gresik: Unmuh Gresik.

Stevenson., H.W., and Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone.

Nonaka (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional yangdiselenggarakan Universitas Indonesia.

Stigler, J.W., and Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’sTeachers for Improving Education in the Classroom. New York: The FreePress.

Saito, E., Harun, I., Kuboki, I. and Tachibana, H. (2006). Indonesian Lesson Study inPractice: Case Study of Indonesian Mathematics and Science TeacherEducation Project. Journal of In-service Education. 32 (2): 171-184.

Saito, E., Sumar, H., Harun, I., Ibrohim, Kuboki, I., and Tachibana, H. (2006).Development of School-Based In-Service Training Under an IndonesianMathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9(1): 47-59.

Saito, E., Harun. I., Sumar, H. (2006). Affect of Lower Secondary Students TowardsMathematics and Science Education in Indonesia. Spektra, 6(1): 11-21.

Sumar Hendayana, et.al. (2006). Lesson Study: Pengalaman IMSTEP-JICA. BandungUPI Press.

Page 52: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

212

PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA PADA MATERI TERMOKIMIAKELAS XI SEMESTER I SEBAGAI PENUNJANG KURIKULUM 2004

Puji Ariyati, Bambang Sugiarto

ABSTRAK

Buku ajar merupakan sarana efektif dalam proses pembelajaran. Oleh karena ituperlu dikembangkan perangkat pembelajaran berupa buku ajar kimia khususnya padamateri Termokimia sebagai penunjang kurikulum 2004 yang layak digunakan dalamkegiatan belajar mengajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakanbuku siswa yang dikembangkan pada materi Termokimia bagi siswa SMA kelas XIsemester I.

Penelitian ini menggunakan metode pengembangan perangkat 4D model yaitu:pendefinisian (Define), perancangan (Design), pengembangan (Develop), penyebaran(Disseminate). Sasaran penelitian ini adalah buku ajar kimia untuk SMA kelas XIsemester I pada materi Termokimia dan sebagai sumber data adalah 3 ahli materi (dosenkimia), 3 guru kimia SMA dan 9 siswa SMA.

Metode pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data yangdilakukan secara deskriptif kuantitatif dari persentase untuk mengetahui kelayakan bukuajar yang dikembangkan. Sedangkan angket siswa digunakan untuk mengetahuibagaimana respon siswa terhadap buku ajar yang dikembangkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buku ajar kimia yang dikembangkanpada materi Termokimia berdasarkan hasil penilaian rata-rata dari dosen dan guru kimiadikatakan memenuhi: 1) Kriteria komponen model buku siswa dengan skor rata-rata3,34 (sangat memenuhi), 2) Kriteria materi dengan skor rata-rata 3,25 (sangatmemenuhi), 3) Kriteria penyajian dengan skor rata-rata 3,53 (sangat memenuhi), 4)Kriteria kebahasaan dengan skor rata-rata 3,25 (sangat memenuhi), 5) Kriteria penilaianbuku siswa dalam menunjang inovasi dan mendukung kegiatan belajar mengajar denganskor rata-rata 3,44 (sangat memenuhi). Hasil uji coba terbatas siswa diperoleh: 1)Kriteria penyajian fisik 95,06%, 2) Kriteria penyajian materi 92,93% dan 3) Kriteriabahasa 95,06%. Hasil tahap penyebaran buku ajar pada siswa diperoleh: 1) Kriteriapenyajian fisik 95,06%, 2) Kriteria penyajian materi 94,27% dan 3) Kriteria bahasa95,06%.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa buku ajarkimia yang dikembangkan telah layak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar danmendapat respon positif dari siswa.

Kata kunci : Pengembangan, Buku Ajar Kimia, Termokimia, Kurikulum 2004

Page 53: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

213

A. PENDAHULUAN

Pendidikan selalu menjadi sorotan atau topik pembicaraan bagi pemerintahmaupun masyarakat. Pola pikir masyarakat yang semakin kritis telah melahirkankritik dan saran bagi kondisi pendidikan di Indonesia.

Pemerintah berusaha memperbaiki dan meningkatkan pendidikan denganmelaksanakan kurikulum 2004 yang dapat membekali peserta didik denganberbagai kemampuan sesuai dengan tuntutan zaman dan reformasi yang sedangbergulir, menjawab tantangan dan arus globalisasi, berkontribusi padapembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur dan adaptif terhadapberbagai perubahan (Mulyasa, 2003:7).

Kurikulum sains menyediakan berbagai pengalaman belajar yang mencakupbaik konsep atau proses sains dimana ada keseimbangan antara pengetahuandeklaratif yaitu pengetahuan yang dimiliki pebelajar tentang sesuatu (fakta,generalisasi, pendapat, aturan permainan) dan pengetahuan prosedural yaitupengetahuan yang dimiliki siswa tentang bagaimana melakukan sesuatu(mendeklamasikan sesuatu, memainkan permainan) (Depdiknas, 2003: 1).

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antaralain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh gurumaupun peserta didik. Aneka ragam sumber belajar dapat didayagunakan dalamproses pembelajaran. Selain itu sumber belajar juga dapat memberikan kemudahankepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar sebab padahakekatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan).

Bahan ajar merupakan sumber belajar dan perangkat pembelajaran yangsangat penting dalam proses belajar mengajar. Buku dalam proses belajar mengajaradalah salah satu sumber yang berisi materi utama kurikulum sesuatu bidang studiatau sub bidang studi. Maka jelaslah bahwa buku merupakan sarana umum yangdianggap paling efektif, walaupun sekarang peralatan elektronik lebih canggih danmodern.

Bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2004 SMA harus memenuhi tigaaspek yaitu aspek afektif yang menitik beratkan pada motivasi dan minat belajar,sikap, kerjasama, kedisiplinan, kehadiran. Aspek kognitif yang menitik beratkanpada pengetahuan/ teori, misalnya : menghafal, memahami, mengaplikasi,menganalisa, sintesa dan evaluasi. Aspek psikomotorik yang menitik beratkan padaketerampilan gerak fisik, contoh : mempraktikkan, melaksanakan tugas,penguasaan pengetahuan sesuai dengan standar operasional prosedur (Depdiknas,2003: 1).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat beberapakelebihan dan kelemahan dari buku-buku yang beredar khususnya pada materipokok Termokimia, diantaranya: Buku 1 (penerbit I) telah menyajikan materi yangdidukung dengan fitur-fitur seperti orbital kimia yang berisi informasi mengenaitokoh kimia dan topik faktual yang berhubungan dengan ilmu kimia, kimiainteraktif yang menghubungkan kimia dengan lingkungan sekitar, rangkuman dalambentuk peta konsep dan soal-soal latihan. Kelemahan dalam buku ini yaitu belumdilengkapi dengan lab mini yang berisi kegiatan laboratorium sederhana dan belum

Page 54: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

214

menganalogikan materi dengan kehidupan sehari-hari. Buku 2 (penerbit II) sudahmenyajikan materi yang didukung dengan fitur-fitur yang menganalogikan materidengan hal-hal yang ada dengan lingkungan sekitar, soal-soal latihan, informasimengenai tokoh kimia namun buku ajar ini juga belum dilengkapi dengan lab mini.Buku 3 (penerbit III) telah menyajikan materi yang didukung dengan fitur-fiturseperti lab mini yang dapat memperkaya pengalaman siswa, kata kunci yangmempermudah siswa memahami konsep, namun buku ajar ini belummenganalogikan materi dengan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar.

Berdasarkan hasil observasi buku ajar yang digunakan siswa, penelitimembuat angket prapenelitian. Berdasarkan hasil angket yang diberikan pada siswaSMA Negeri Surabaya diketahui bahwa siswa masih tergantung pada penjelasanguru dalam pembelajaran kimia. Selain itu berdasarkan hasil angket yang telahdiedarkan sebanyak 64,10% siswa mengatakan tertarik pada pembelajaran kimia,sebanyak 71,79% siswa mengatakan bahwa materi termokimia adalah materi yangsulit dipelajari, sebanyak 69,23% siswa mengatakan buku penunjang yang dipakaibelum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dan sebanyak 53,85% siswamengatakan buku penunjang yang dipakai terdapat sedikit gambar yang menunjangmateri.

Buku ajar atau buku penunjang yang beredar saat ini sangat banyak, bukutersebut dapat memberi kemudahan siswa dalam aktifitas belajar. Buku ajar yangberedar di lapangan telah banyak sekali menyajikan fitur-fitur yang diharapkandapat mempermudah siswa dalam belajar dan memahami materi pelajaran. Padakenyataannya buku yang beredar belum sepenuhnya menunjang siswa dalam belajarkhususnya materi yang akan diteliti yaitu termokimia yang diajarkan pada siswaSMA kelas XI semester 1.

Sebagai penunjang kurikulum 2004, buku ajar yang dikembangkandiharapkan dapat menunjukkan bagaimana kimia dapat dikaitkan dengan kehidupannyata, selain itu siswa diharapkan memperoleh pengetahuan yang lebih luas sepertiyang terdapat pada fitur: ilmuwan kita, info kimia (berupa gambar, analogi, dll), labkimia, peneliti cilik, jelajah, berfikir kritis sehingga dapat menerapkan kimia dalamkehidupan sehari-hari di sekitar kita.

Dengan mengkaji uraian diatas, dilakukan penelitian Pengembangan BukuAjar Kimia Pada Materi Termokimia Kelas XI Semester I Sebagai PenunjangKurikulum 2004 yang dapat membantu siswa menemukan konsep-konsep kimiaserta sesuai dengan kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitianpengembangsan buku ajar kimia SMA pada materi Termokimia yang mengacu padamodel pengembangan perangkat 4-D (Four D Model) yang dikemukakan olehThiagrajan yang terdiri dari 4 tahap, yaitu Define (Pendefinisian), Design (Desain),Develop (Pengembangan), dan Disseminate (Penyebaran). Rancangan penelitian inisecara skematis digambarkan pada gambar 1.

Page 55: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

215

Deskripsi dari masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pendefinisian (Define)Tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syaratpembelajaran. Tahap ini terdiri dari 5 langkah pokok, yaitu:a. Analisis Ujung Depan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis ujung depan adalahkurikulum yang berlaku, tantangan dan tuntutan masa depan.

b. Analisis SiswaAnalisis siswa dilakukan untuk menelaah karakteristik siswa sebagai acuandalam perancangan dan pengembangan bahan pembelajaran. Karakteristikini meliputi pengalaman siswa dan kemampuan kognitif. Siswa yangdijadikan subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI yangsebelumnya sudah memiliki dasar pengetahuan tentang materi termokimia.Menurut teori perkembangan Piaget, siswa pada usia antara 11- dewasaberada pada tahap operasional formal yang seharusnya sudah mampuberfikir abstrak dan menalar.

c. Analisis TugasAnalisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi satuanpelajaran, yang dilakukan dengan merinci isi mata pelajaran dalam bentukgaris besar. Analisis tugas mencakup tentang pemahaman tugas yang akandilakukan oleh siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2004untuk SMA kelas XI pada materi termokimia

b. Analisis MateriAnalisis materi dilakukan dengan mengidentifikasi materi-materi yang

terkait dengan materi termokimia yang akan digunakan untuk menyusunbahan ajar secara rinci dan sistematis.

c. Spesifikasi Indikator PembelajaranPada tahap ini dirumuskan indikator-indikator pembelajaran pada materipokok termokimia berdasarkan analisis tugas dan analisis konsep tersebutdiatas.

2. Tahap Perancangan (Design)Tujuan pada tahap ini adalah merancang perangkat pembelajaran berupa bukuajar kimia. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:penulisan, pengadopsian, pembuatan buku ajar, dan konsultasi dengan dosenpembimbing. Pemilihan bahan acuan dan format untuk pengembanganperangkat pembelajaran materi Termokimia diperoleh dengan cara mengkajibahan acuan dan format dari Glencole (2000), Raymond Chang (2003) danJ.G.R Briggs (2000) yang isinya akan diadaptasikan dengan kurikulum 2004SMA.

Page 56: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

216

Gambar 1. Model pengembangan buku ajar kimia SMA model 4D(diadaptasi dari Ibrahim, 2001).

ANALISIS UJUNG DEPAN

ANALISIS SISWA

ANALISIS TUGAS ANALISIS KONSEP

SPESIFIKASI INDIKATOR PEMBELAJARAN

PENYUSUNAN BAHAN AJAR

DESAIN AWAL BAHAN AJAR

TELAAH OLEH AHLI MATERI

REVISI I

VALIDASI AHLI MATERI

ANALISA DATA

REVISI II

DEFINE

DESIGN

DEVELOP

DOSEN KIMIA GURU KIMIA

DRAFT I

DRAFT II

DRAFT III

PENGGUNAAN BUKU AJAR DALAM SKALA LUAS (KELAS)

DISSEMINATE

Model pengembangan pada penelitian ini secara skematis dapat digambarkan

seperti diagram berikut:

UJI COBA TERBATAS PADA 9 SISWA

REVISI IIIBUKU AJAR

Page 57: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

217

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yangsudah direvisi berdasarkan masukan para pakar dan siswa. Tahap ini meliputi:a. Telaah

Buku yang telah di desain awal (draft I) ditelaah oleh 3 ahli materi (validasiisi dan konstruksi) untuk memberi masukan atas buku tersebut. Telaah inihanya untuk memperbaiki susunan awal buku ajar (draft I)

b. Revisi ISelanjutnya draft I mengalami revisi I sehingga menghasilkan draft II

c. ValidasiDraft II divalidasi (validasi isi dan konstruksi) oleh tim ahli materi yangterdiri dari 3 orang dosen kimia Universitas Negeri Surabaya dan 3 orangguru kimia. Dalam memvalidasi ini, penelaah sekaligus memberi masukanatas buku tersebut. sehingga diperoleh data penilaian tentang buku ajarkimia yang telah direvisi dengan mengisi lembar instrument penilaian .

d. Analisa dataHasil penilaian atau validasi oleh penelaah ahli materi dan guru kimia sertahasil uji-coba terbatas oleh siswa, dianalisis untuk mengetahui responterhadap buku ajar yang dikembangkan dan memperbaiki buku ajar yangdikembangkan sehingga buku ajar tersebut layak dipergunakan dalamkegiatan belajar mengajar.

e. Revisi IIHasil analisis data dari validasi dosen dan guru kimia mengalami revisi IIsehingga menghasilkan draft III.

f. Uji CobaDraft III di uji-cobakan pada 9 orang siswa (uji coba terbatas) SMA kelasXI. Hasil uji coba terbatas ini adalah untuk mengetahui respon siswaterhadap buku ajar kimia yang dikembangkan.

g. Revisi IIIHasil uji coba terbatas buku ajar kimia mengalami revisi III sehinggamenghasilkan draft IV, yaitu buku ajar yang layak untuk digunakan.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)Tahap ini merupakan tahapan penggunaan perangkat yang telah dikembangkanpada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, sekolah lain, oleh guru yanglain dan sebagainya. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektifitas penggunaanbuku ajar dalam kegiatan belajar mengajar.

Data uji coba dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data.Instrumen yang dikembangkan, yaitu :1. Lembar Validasi Buku2. Lembar Angket Respon Siswa Terhadap Buku

`Lembar validasi untuk dosen dan guru kimia serta lembar angket respon siswadiadopsi dan dimodifikasi dari Pusat Perbukuan Nasional (2006) dan Nur (2002).Lembar validasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pendapat ahli materi(dosen kimia), guru kimia, dan siswa terhadap kelayakan buku ajar yang telahdihasilkan. Langkah yang dilakukan adalah menyiapkan angket dengan persetujuandosen pembimbing, menggandakan angket, membagikan angket berturut-turut

Page 58: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

218

kepada 3 orang ahli materi (dosen kimia), 3 orang guru kimia, dan 9 orang siswaSMA kelas XI.

Hasil validasi tersebut digunakan untuk menilai kelayakan dan mengetahuipendapat mereka tentang buku ajar yang dikembangkan. Selanjutnya dianalisis dandirevisi II sehingga menghasilkan draft III yang di uji cobakan pada 9 siswa SMAkelas XI sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan mengalami revisi IIIsehingga menghasilkan master buku ajar (draft IV).

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdengan mengelompokkan data yang berasal dari penilaian ahli materi (dosen kimia)dan penilaian guru kimia, kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif denganmenggunakan skala likert.

Tabel 1. Skala Likert.Penilaian Nilai skala

Sangat baik 4Baik 3Cukup 2Kurang 1

Cara penilaian kelayakan dari tiap kriteria digunakan rumus sebagai berikut :

rtaJumlahPeseiYangDicapaJumlahSkor

aianHasilPenil

Tabel 2. Kriteria Interpretasi Skor (Memenuhi/ Tidak Memenuhi), yaitu :Skor Kriteria

0 – 0,83 Sangat kurang memenuhi kriteria0,84 – 1,63 Kurang memenuhi kriteria1,64 – 2,43 Cukup memenuhi kriteria2,44 – 3,23 Baik memenuhi kriteria3,24 – 4 Sangat baik memenuhi kriteria.

(Riduwan, 2003: 15)

Penilaian respon siswa diperoleh dari angket (lembar observasi) responsiswa setelah membaca buku panduan siswa, kemudian di analisis denganprosentase. Hasil prosentase tersebut disimpulkan dalam kalimat deskriptif.Cara penilaian :

%100siswaseluruhdariskorJumlahpenilaian%Hasil xTertinggiJumlahSkor

Penilaian menggunakan penilaian :Ya : 3Kurang : 2Tidak : 1

Page 59: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

219

Tabel 3. Kriteria Interpretasi Skor (Memenuhi/ Tidak Memenuhi), yaitu :Skor Kriteria

0% - 20% Sangat kurang memenuhi kriteria21% - 40% Kurang memenuhi kriteria41% - 60% Cukup memenuhi kriteria61% - 80% Baik memenuhi kriteria81% - 100% Sangat baik memenuhi kriteria.

(Riduwan, 2003: 15)

Berdasarkan kriteria tersebut, buku ajar sebagai penunjang kurikulum 2004 padamateri Termokimia kelas XI dalam penilaian ini dikatakan layak apabila persentasinya61% baik memenuhi kriteria dan sangat layak apabila prosentasenya 81% sangat baikmemenuhi kriteria (Riduwan, 2003).

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4. Data Hasil Penilaian oleh Ahli Materi (Dosen dan Guru kimia)

NO

ASPEK YANG DINILAINILAIRATA-RATA

NILAIKATEGORI

1 Komponen Model Buku Siswa3,34 Sangat memenuhi

2 Komponen Materi 3,25 Sangat memenuhi

3Kriteria Kebahasaan

3,44 Sangat memenuhi

4Kriteria Penyajian

3,53 Sangat memenuhi

5Kriteria Penilaian buku siswa dalam menunjang inovasidan mendukung kegiatan belajar mengajar 3,44 Sangat memenuhi

Tabel 5. Data Hasil Uji Coba Terbatas

No PertanyaanPersen tase rata-rata

Nilai kategori1 Kriteria penyajian fisik 95,06% Sangat

memenuhi2 Kriteria penyajian konsep 92,93% Sangat

memenuhi3 Kriteria Bahasa 95,06% Sangat

memenuhi

Tabel 6. Data Hasil Tahap Penyebaran

No PertanyaanPersen tase rata-rata

Nilai kategori1 Kriteria penyajian fisik 95,06% Sangat

memenuhi2 Kriteria penyajian konsep 94,27% Sangat

Page 60: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

220

memenuhi3 Kriteria Bahasa 95,06% Sangat

memenuhi

Berdasarkan tabel 4, tabel 5 dan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa buku ajar kimiaSMA sebagai penunjang kurikulum 2004 pada materi Termokimia yang dikembangkanlayak digunakan dalam proses pembelajaran.D. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa buku ajar kimia yangdikembangkan pada materi termokimia telah layak dipergunakan dalam kegiatanbelajar mengajar. Hal ini dilihat dari hasil penilaian rata-rata dari dosen, guru kimia,uji coba terbatas dan respon siswa pada tahap penyebaran. Kelayakan buku ajartersebut ditinjau dari:1. Hasil penilaian dosen dan guru kimia :

a. Kriteria komponen model buku siswa dengan skor rata 3,34 yang diartikansangat memenuhi

b. Kriteria materi dengan skor rata-rata 3,25 yang diartikan sangat memenuhi.Kriteria penyajian dengan skor rata-rata 3,53 yang diartikan sangatmemenuhi

c. Kriteria kebahasaan dengan skor rata-rata 3,25 yang diartikan sangatmemenuhi

d. kriteria penilaian buku siswa dalam menunjang inovasi dan mendukungkegiatan belajar mengajar dengan skor rata-rata 3,44 yang diartikan sangatmemenuhi

2. Respon siswa pada data uji coba terbatas:Kriteria penyajian fisik 95,06%, kriteria penyajian materi 92,93% dan

kriteria bahasa 95,06%. Secara umum siswa mengatakan bahwa buku ajar yangdikembangkan menarik, memudahkan siswa dalam belajar dan memotivasisiswa dalam belajar.

3. Respon siswa pada tahap penyebaran :Kriteria penyajian fisik 95,06%, kriteria penyajian materi 94,27% dan

kriteria bahasa 95,06%. Secara umum siswa mengatakan bahwa buku ajar yangdikembangkan menarik, memotivasi siswa dan memudahkan siswa dalambelajar.

E. DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Utiya. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Sekolah MenengahAtas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA). Lamongan : Tim PKM DosenFMIPA.

Azizah, Utiya. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning(CTL)). Surabaya: Kantor Dinas Pendidikan Kota Surabaya.

Belawati, Tian. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka

Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Page 61: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

221

Ibrahim, Muslimin.. 2001. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran MenurutJerold E. Kemp & Thigrajan. Surabaya: Faculty of Mathematics andScience State University of Surabaya.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung; Remaja Rosdakarya.

Nur, Mohamad. 2001. Ide-Ide Inovatif Dalam Mengajar, Belajar, dan AsesmenMata Pelajaran Matematika dan Sains SMP dan MTs. Samarinda: DinasPendidikan Nasional.

Nur, Mohamad. 2002. Beberapa Karakteristik Perangkat Pembelajaran dan MultiMedia IPA Yang Baru. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Nur, Mohamad. 2003. Kesesuaian Bahan Ajar Contextual Teaching and LearningDengan Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Mata Pelajaran MIPASLTP. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program PascaSarjana UNESA.

Nur, Mohamad. 2003. Pendekatan Pembelajaran dan Asesmen Dalam KurikulumBerbasis Kompetensi. Surabaya: Departemen Pendidikan NasionalUNESA Pusat Pmbinaan dan Pengembangan Pendidikan.

Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Workshop MGMP SMA Jawa Timur. 2004. Pedoman Umum Pengembangan BahanAjar Sekolah Menengah Atas. Surabaya: Dinas Pendidkan danKebudayaan.

Page 62: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

222

FENOMENA PEMBELAJARAN IPA SMP TERBUKA DI KOTAMOJOKERTO

Vonny Septiana dan Suyono

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fenomena pembelajaran IPA SMPTerbuka di Kota Mojokerto. Pelaksanaan penelitian dengan metode triangulasi yaitu mengecekbalik derajat kepercayaan informasi tentang kurikulum, sarana dan prasarana, ketenagaan, danpeserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA SMP Terbuka di KotaMojokerto masih belum maksimal ditandai dengan tidak digunakannya media pembelajaran,rendahnya kualitas guru pamong, penggunaan kurikulum yang tidak efektif, dan rendahnyakesadaran siswa untuk menuntut ilmu.

Kata Kunci : Metode Triangulasi, Pembelajaran IPA, SMP Terbuka

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar pada saat initerutama dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan. Untukmemenuhi kebutuhan tersebut Depdiknas melaksanakan wajib belajar 9 tahunpada pendidikan dasar (SD dan SMP) yang dimulai pada tahun 1993/1994. Salahsatu upaya untuk menuntaskan wajar 9 tahun antara lain menambah daya tampungSMP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan membangun Unit Sekolah Baru(USB) di daerah yang belum memiliki SMP/MTs dan menambah ruang kelas bagidaerah memiliki SMP/MTs (www.kapanlagi.com).

Selain itu pamerintah juga terus melakukan inovasi untuk dapatmenuntaskan wajar 9 tahun. Salah satu di antaranya adalah dengan membukaSMP Terbuka karena dengan pertimbangan banyaknya lulusan SD yang tidaktertampung untuk bersekolah di SMP Reguler. Banyak hal yang menyebabkanmengapa banyak lulusan SD tidak tertampung pada SMP Reguler, di antaranya:nilai yang kurang memenuhi persyaratan, faktor ekonomi orang tua, transportasi,letak geografis, dan harus membantu orang tua untuk bekerja. SMP Terbukamerupakan salah satu pendidikan jalur formal yang menggunakan prinsip belajarsecara mandiri.

Bahan belajar utama siswa adalah bahan cetak (modul) dan bahanpenunjang lain seperti program radio, kaset audio, OHP, dan televisi. Di TempatKegiatan Belajar (TKB) siswa wajib datang 4-5 hari dalam seminggu denganalokasi waktu kurang lebih 4 jam pelajaran. Di TKB siswa dibimbing oleh gurupamong sebagai fasilitator (tutor) yang diharapkan akan mampu membantu siswadalam belajar lebih intensif di TKB (www.dwp.or.id).

Mata pelajaran yang diajarkan di SMP Terbuka sama dengan yangdiajarkan di SMP reguler lainnya termasuk pelajaran IPA. Dalam mempelajariIPA diperlukan kreativitas yang tinggi dan bercirikan belajar aktif serta lebihdiutamakan peran siswa sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Pembelajaran

Page 63: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

223

IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untukmenumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah sertamengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itupembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajarsecara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dansikap ilmiah (Depdiknas, 2003). Apakah idealisme itu terjadi di SMP Terbukayang ada di Indonesia? Bagaimana pula yang terjadi di kota Mojokerto?

SMP Terbuka yang mulai dikembangkan pada tahun 1979 ternyata tidaksesuai dengan target yang diharapkan. Ini terbukti dengan banyaknya siswa SMPterbuka yang tidak lulus UAN. Sebagai contoh adalah yang terjadi di Bali padatahun 2006 sebanyak tiga SMP terbuka di Bali siswanya tidak lulus 100%(www.balipost.com). Di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah sebanyak 243siswa dari 280 siswa SMP Terbuka (86%) dinyatakan tidak lulus UAN pada tahun2006. Ini membuktikan bahwa SMP Terbuka termasuk ke dalam klasifikasisekolah yang siswanya paling banyak gagal dalam UN 2006(http://temanggung.us).

SMP Terbuka di Jawa Timur pada saat ini juga terus bertambah jumlahnyasudah mencapai 429 sekolahan dengan 1.180 TKB dengan jumlah muridkeseluruhan adalah 33.852. Adapun jumlah guru pamongnya adalah 1.870 danmemiliki 5.044 guru bina. Jumlah tersebut tersebar di 38 kota dan kabupaten diJawa Timur (Data Pokok Depdiknas Jawa Timur 2005/2006).

Mojokerto merupakan salah satu daerah di Jawa Timur dengan penuntasanWajib Belajar 9 Tahun mencapai Tuntas Utama yaitu 90%-94%. Seperti telahdiketahui bahwa salah satu usaha pemerintah untuk menyukseskan wajib belajar 9tahun adalah dengan membuka SMP Terbuka. Kota Mojokerto memiliki dua buahSMP Terbuka dengan TKB yang letaknya pada sekolah induk. Jumlah murid 147siswa dengan 31 guru bina dan 10 guru pamong (Data Pokok Depdiknas JawaTimur 2005/2006).

Prestasi akademik yang dimiliki oleh siswa SMP Terbuka di KotaMojokerto bila dibandingkan dengan siswa SMP Reguler dilihat dari nilai rata-rata hasil UAN pada tahun 2003/2004 dan 2005/2006 adalah sebagai berikut:Tahun 2003/2004 untuk SMP Reguler nilai Bahasa Indonesia 6,94; BahasaInggris 6,42; Matematika 6,09; untuk SMP Terbuka nilai Bahasa Indonesia 5,35;Bahasa Inggris 4,63; Matematika 4,23. Tahun 2005/2006 untuk SMP Regulernilai Bahasa Indonesia 7,70; Bahasa Inggris 7,70; Matematika 6,66; untuk SMPTerbuka nilai Bahasa Indonesia 5,54; Bahasa Inggris 5,54; Matematika 4,45.Lebih rendahnya prestasi belajar siswa SMP Terbuka dibanding siswa SMPReguler menginspirasi peneliti untuk melakukan kajian terhadap fenomena ataupelaksanaan pembelajaran di SMP Terbuka kota Mojokerto. Sesuai dengan latarbelakang pendidikan peneliti, maka kajian fenomena pembelajaran di SMPTerbuka diarahkan kepada Mata Pelajaran IPA.

Fenomena yang dikaji di SMP Terbuka ini meliputi beberapa aspek, diantaranya: kurikulum dan pembelajaran, sarana dan prasarana, ketenagaan, danpeserta didik. Kurikulum dan pembelajaran memegang peranan yang sangatpenting dalam kegiatan belajar dan mengajar, kurikulum dan pembelajaranmemiliki beberapa subkomponen penting yang harus dikaji, diantaranya: silabus,

Page 64: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

224

kalender pendidikan, rencana pelaksanaan pembelajaran, kegiatan remidiasi,praktikum, buku-buku penunjang, media atau alat peraga yang digunakan dalampembelajaran, dan berbagai macam evaluasi yang berperan penting dalampembelajaran (BAS Kota Surabaya, 2004). Fenomena lain yang dapat dikajiadalah tentang sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana memiliki beberapakomponen penting, di antaranya: ruang kelas, perpustakaan, serta laboratoriumIPA. Bahan kajian lain yaitu tentang ketenagaan, meliputi subkomponen: jumlahguru, jumlah siswa, dan tenaga praktikan untuk melayani praktikum (BAS KotaSurabaya, 2004). Fokus kajian lain yang juga sangat penting adalah peserta didik.Peserta didik memiliki beberapa subkomponen, di antaranya: kualifikasi akademissiswa dan perlombaan yang diikuti oleh siswa.

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui fenomenapembelajaran IPA SMP Terbuka di Kota Mojokerto, dengan indikator-indikator:(1) kesesuaian pembelajaran IPA SMP terbuka dengan kurikulum SMP/MTs; (2)sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran IPA; (3) kualifikasiketenagaan; dan (4) kualifikasi peserta didik.

METODE PENELITIAN

1. Sasaran PenelitianSasaran penelitian adalah fenomena pembelajaran IPA di SMP Terbuka,

khususnya pada komponen: kurikulum dan pembelajaran, sarana dan prasarana,ketenagaan, dan peserta didik. Sekolah sasaran adalah SMP Terbuka di KotaMojokerto.

2. Jenis PenelitianPenelitian yang dilakukan berjenis triangulasi dengan sumber yaitu

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yangdiperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

3. Prosedur PenelitianTerdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan

meliputi: mencari data dan informasi di Depdiknas Provinsi Jawa Timur, mencariinformasi dan data serta meminta surat rekomendasi di Depdiknas KotaMojokerto, dan menyusun panduan wawancara dan panduan observasi.Tahappelaksanaan penelitian meliputi: pelaksanakan wawancara dan observasi di SMP-SMP Terbuka di Kota Mojokerto. Wawancara dan observasi ditujukan untukmencocokkan komponen-komponen pembelajaran yang seharusnya ada dengankomponen-komponen pembelajaran yang ada (kenyataan) di TKB dan sekolah.

4. Instrumen PenelitianPanduan Wawancara dan observasi dikembangkan oleh peneliti dengan

mengadopsi format Evaluasi Diri untuk SMP yang diterbitkan BAS KotaSurabaya. Adopsi instrumen lebih diarahkan kepada empat komponen sekolahyaitu: kurikulum dan pembelajaran, sarana dan prasarana, ketenagaan, serta

Page 65: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

225

peserta didik. Sebelum digunakan, instrumen tersebut telah divalidasi olehbeberapa orang yang pernah terlibat sebagai asesor dalam akreditasi sekolah.

5. Analisis DataData yang telah tercatat pada instrumen penelitian diperiksa keabsahannya

melalui metode triangulasi dengan sumber, yaitu:a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.Data yang diperoleh dipresentasekan kesesuaiannya dengan persentasesebagai berikut:

100% = sangat sesuai75% - 99% = sesuai51% - 74% = kurang sesuai< 50% = belum sesuai

(Depdiknas, 2005)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Kesesuaian Pembelajaran IPA SMP Terbuka di Kota Mojokerto denganKurikulum dan Pembelajaran SMP/MTs

Dengan mendasarkan kepada hasil triangulasi dapat diberikan hasil penelitianuntuk SMP Terbuka 1 sebagai berikut:a. Secara umum komponen kurikulum dan pembelajaran IPA di SMP

Terbuka 1 sudah sesuai yaitu 87,5% dari komponen kurikulum danpembelajaran IPA telah terpenuhi.

b. Kalender pendidikan 2007 di SMP Terbuka 1 sama dengan yang dimilikioleh SMP induknya yaitu SMP Negeri 1 Kota Mojokerto. Ini terbuktidengan pembagian kalender pendidikan 2007 kepada setiap siswa SMPTerbuka 1 Mojokerto yang sama dengan yang ada di ruang kantor SMPNegeri 1 Mojokerto. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaranuntuk mata pelajaran IPA juga sama dengan yang dimiliki oleh SMPinduk, ini terbukti dengan dokumen silabus dan RPP untuk mata pelajaranyang dimiliki oleh guru bina sama dengan silabus dan RPP untuk SMPNegeri 1 Mojokerto. Guru pamong di SMP Terbuka 1 tidak membuat bukupendalaman materi esensial dan sulit pada modul untuk diserahkan padaguru bina. Dengan demikian materi pembelajaran IPA yang dianggap sulitdan penting oleh siswa tidak dapat diketahui, sehingga guru bina tidakdapat mengetahui perkembangan pembelajaran IPA.

c. Modul IPA untuk pegangan guru dan untuk siswa sudah ada dan lengkap.Modul IPA untuk pegangan siswa dipinjami oleh SMP Terbuka 1Mojokerto. Siswa SMP Terbuka juga membeli LKS untuk latihan soal-soal.

Page 66: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

226

d. Evaluasi formatif untuk mata pelajaran IPA menurut siswa jarangdilakukan atau hampir tidak pernah. Evaluasi sumatif (ulanganumum/akhir semester dilakukan bersama-sama dengan SMP induk.

Dengan mendasarkan kepada hasil triangulasi dapat diberikan hasilpenelitian untuk SMP Terbuka 2 sebagai berikut:

a. Secara umum komponen kurikulum dan pembelajaran di SMP Terbuka 2belum sesuai hanya 50% dari komponen kurikulom dan pembelajaran IPAyang terpenuhi.

b. Guru bina di SMP Terbuka 2 tidak membuat silabus dan RencanaPelaksanaan Pembelajaran untuk mata pelajaran IPA. Ini tebukti ketikadiwawancarai, guru bina mengatakan tidak pernah membuat silabus danRencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA. Kalender pendidikan yangdigunakan oleh SMP Terbuka 2 sama dengan SMP Induk yaitu SMPNegeri 3 Mojokerto. Guru pamong di SMP Terbuka 2 tidak membuat bukupendalaman materi esensial dan sulit pada modul untuk diserahkan padaguru bina. Dengan demikian materi pembelajaran IPA yang dianggap sulitdan penting oleh siswa tidak dapat diketahui, sehingga guru bina tidakdapat mengetahui perkembangan pembelajaran IPA.

c. Modul IPA untuk pegangan guru sudah ada dan lengkap, sedangkanmodul IPA untuk pegangan siswa kurang lengkap karena satu moduldipakai untuk 2 orang.

d. Evaluasi formatif untuk mata pelajaran IPA menurut siswa tidak pernahdilaksanakan. Evaluasi sumatif (ulangan umum/akhir semester) dilakukanbersama-sama dengan SMP induk.

Dari data yang telah dijabarkan dalam Data Penelitian tentang komponenkurikulum dan pembelajaran IPA di SMP Terbuka 1 dapat diuraikan pembahasansebagai berikut:

a. Komponen kurikulum dan pembelajaran dapat dinilai dari: modul, silabus,kalender pendidikan, rencana pelakasanaan pembelajaran, kegiatanremidiasi, praktikum, dan berbagai macam evaluasi yang berperan pentingdalam pembelajaran, serta kegiatan tatap muka (BAS Kota Surabaya,2004). Secara umum komponen kurikulum dan pembelajaran di SMPTerbuka 1 Kota Mojokerto sudah ada dan lengkap. Komponen kurikulumdan pembelajaran di SMP Terbuka 1 sudah ada dan lengkap ini terlihatdari lengkapnya silabus dan rencana pelaksannan pembelajaran IPA yangdibuat oleh guru bina. Namun demikian, guru pamong di SMP Terbuka 1tidak membuat buku catatan mengenai materi esensial dan sulit sehinggaguru bina tidak dapat mengetahui kemajuan pembelajaran IPA di SMPTerbuka. Guru pamong tidak membuat buku catatan mengenai bukucatatan mengenai materi esensial dan sulit karena guru pamong bukanmerupakan lulusan sarjana pendidikan sehingga dimungkinkan gurupamong tidak memahami pembelajaran IPA di SMP Terbuka, selain itudimungkinkan guru bina tidak pernah menanyakan kepada guru pamongmengenai kesulitan siswa di kelas.

Page 67: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

227

b. Evaluasi disusun dan dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi.Evaluasi berdasarkan kompetensi adalah suatu prosespenilaian/perbandingan kompetensi yang dicapai oleh peserta didik denganstandar kompetensi yang telah ditetapkan. Dari hasil evaluasi akandiperoleh informasi tentang tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik.Besar kecilnya perbandingan kompetensi nyata yang dicapai peserta didikdibanding dengan kompetensi standar/baku akan menunjukkan tingkatefektivitas (Slamet, 2005).

c. Pada kenyataannya dokumen evaluasi formatif untuk mata pelajaran IPAdi SMP Terbuka 1 masih kurang. Kurangnya evaluasi formatif yangdilakukan dimungkinkan karena sempitnya waktu belajar mengajar yangdi SMP Terbuka Kota Mojokerto sedangkan materi yang diberikan terlalubanyak, selain itu dimingkinkan karena guru bina menganggap siswa-siswa di SMP Terbuka sudah cukup hanya diberikan materi saja dan yangpenting hanya bersekolah saja. Hal demikian harus diperhatikan dalam artiharus dilengkapi karena dengan adanya evaluasi akan diperoleh informasitentang tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik. Besar kecilnyaperbandingan kompetensi nyata yang dicapai peserta didik dibandingdengan kompetensi standar/baku akan menunjukkan tingkat efektivitas.

Dari data yang telah dijabarkan dalam Data Penelitian tentang komponenkurikulum dan pembelajaran IPA di SMP Terbuka 2 dapat diuraikan pembahasansebagai berikut:

a. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perludidesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus danpelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan pesertadidik, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengandemikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untukmerancang dan menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatanpembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran (Depdiknas, 2006).

b. Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksananpembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasilbelajar (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan Pasal 20). Pada kenyataannya di SMP Terbuka 2tidak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran IPAdan silabus. Guru bina tidak membuat silabus dan rencana pelaksanaanpembelajaran dimungkinkan karena guru bina meremehkan pembelajarandi SMP Terbuka. Bahkan, guru pamong di SMP Terbuka 2 tidak membuatbuku catatan mengenai materi esensial dan sulit sehingga guru bina tidakdapat mengetahui kemajuan pembelajaran IPA di SMP Terbuka. Gurupamong tidak membuat buku catatan mengenai buku catatan mengenaimateri esensial dan sulit karena guru pamong bukan merupakan lulusansarjana pendidikan sehingga dimungkinkan guru pamong tidak memahamipembelajaran IPA di SMP Terbuka, selain itu dimungkinkan guru binatidak pernah menanyakan kepada guru pamong mengenai kesulitan siswa

Page 68: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

228

di kelas. Hal demikian harus diperhatikan dalam arti harus dilengkapiuntuk lebih menentukan arah pembelajaran IPA di SMP Terbuka 2.

c. Sarana utama SMP Terbuka adalah modul. Modul adalah satuanpembelajaran bagi siswa yang diharapkan mampu merangsang siswa untukbelajar mandiri tanpa bantuan orang lain (Selayang Pandang SLTPTerbuka, 2002). Pada kenyataannya di SMP Terbuka 2 penggunaan moduluntuk siswa masih kurang karena siswa hanya dipinjami 1 modul untuk 2orang. Modul yang kurang dimungkinkan karena pemberian dariPemerintah kurang atau tidak disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada.Hal tersebut akan berpengaruh juga pada pembelajaran IPA yang akankurang berjalan lancar.

d. Dari hasil evaluasi akan diperoleh informasi tentang tingkat ketercapaiankompetensi peserta didik. Besar kecilnya perbandingan kompetensi nyatayang dicapai peserta didik dibanding dengan kompetensi standar/bakuakan menunjukkan tingkat efektivitas (Slamet, 2005). Pada kenyataannyadokumen evaluasi formatif untuk mata pelajaran IPA di SMP Terbuka 2tidak ada dan bahkan pembelajaran IPA tidak dilaksanakan di Kelas 3pada bulan-bulan terakhir dengan alasan tidak ikut mata pelajaran UAN.Tidak adanya evaluasi formatif yang dilakukan dimungkinkan karenasempitnya waktu belajar mengajar yang di SMP Terbuka Kota Mojokertosedangkan materi yang diberikan terlalu banyak, selain itu dimungkinkankarena guru bina menganggap siswa-siswa di SMP Terbuka sudah cukuphanya diberikan materi saja dan yang penting hanya bersekolah saja. Haldemikian harus diperhatikan dalam arti evaluasi harus dilengkapi karenadengan adanya evaluasi akan diperoleh informasi tentang tingkatketercapaian kompetensi peserta didik untuk mata pelajaran IPA.

Dengan demikian komponen kurikulum dan pembelajaran IPA di SMPTerbuka 1 Kota Mojokerto sudah sesuai sesuai dengan kurikulum SMP/MTskarena di SMP Terbuka 1 komponen kurikulum dan pembelajaran IPA sebesar87,5% sedangkan komponen kurikulum dan pembelajaran yang dimiliki olehSMP Terbuka 2 belum sesuai dengan kurikulum SMP/MTs karena hanya sebesar50% komponen kurikulum yang terpenuhi. Meskipun komponen kurikulum danpembelajaran IPA di SMP Terbuka 1 sudah lengkap namun komponen yangpenting seperti evaluasi formatif dan catatan untuk materi esensial dan sulit masihbelum ada.

2. Sarana dan Prasarana penunjang pembelajaran IPA yang ada di SMPTerbuka Kota MojokertoDengan mendasarkan kepada hasil triangulasi dapat diberikan hasil penelitianuntuk SMP Terbuka 1 sebagai berikut:

a. Mengenai penggunaan sarana dan prasarana tidak ditampilkan karenamemang sarana dan prasarana tersebut tidak ada.

b. Mengenai sarana dan prasarana yang ada di sekolah induk tidakditampilkan karena hanya ruang kelas milik sekolah induk saja yang

Page 69: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

229

boleh digunakan oleh SMP Terbuka. Perlu diketahui bahwa prosesbelajar mengajar SMP Terbuka dilaksanakan di SMP Induk.

c. Ruang kelas yang digunakan merupakan ruang kelas milik sekolahinduk, SMP Terbuka 1 dipinjami 3 ruang kelas SMP Induk. Letaksekolah induk dan TKB adalah sama hanya saja siswa SMP regulermasuk pagi sedangkan siswa SMP Terbuka masuk siang hari pukul13.00-17.00 setiap hari Senin-Jumat.

d. SMP Terbuka 1 tidak memiliki OHP, Transparansi OHP, VCD Player,Komputer /Laptop, LCD, File dalam bentuk power point atau MSWord, hubungan internet, dan ruang media. SMP Terbuka 1 memilikiTelevisi dan tape recorder tetapi tidak digunakan untuk kegiatanbelajar mengajar. Dengan demikian pembelajaran IPA di SMPTerbuka 1 Mojokerto tidak didukung oleh penggunaan mediapembelajaran seperti tersebut.

e. SMP Terbuka 1 memiliki alat transportasi berupa sepeda motor yangdibawa oleh Wakasek dengan alasan tidak ada yang bisa memelihara.

Secara umum sarana prasarana penunjang pembelajaran IPA di SMPTerbuka 1 belum lengkap karena hanya mencapai 23% dari totalkebutuhan.

Dengan mendasarkan kepada hasil triangulasi dapat diberikan hasil penelitianuntuk SMP Terbuka 2 sebagai berikut:

a. Mengenai penggunaan sarana dan prasarana tidak ditampilkan karenasarana dan prasarana tersebut tidak ada.

b. Mengenai sarana dan prasarana yang ada di sekolah induk tidakditampilkan karena hanya ruangan milik sekolah induk saja yang bolehdigunakan oleh SMP Terbuka sebagai kelas. Perlu diketahui bahwaproses belajar mengajar SMP Terbuka 2 dilaksanakan di SMP induk.

c. Ruangan yang digunakan untuk ruang kelas SMP Terbuka 2Mojokerto merupakan milik SMP Induk yang sehari-hari digunakanuntuk UKS, aula, dan ruang kantor SMP Terbuka 2. Siswa kelas ISMP Terbuka 2 menempati aula yang luasnya 10 m x 10 m. Siswakelas II menempati ruang UKS yang luasnya 2 m x 7 m. Siswa kelasIII menempati ruang kantor SMP Terbuka 2 yang luasnya 4 m x 4 m.

d. SMP Terbuka 2 tidak memiliki OHP, Transparansi OHP, VCD Player,Komputer/Laptop, LCD, File dalam bentuk power point atau MSWord, hubungan internet, ruang media, di SMP Terbuka 2 juga tidakada televisi dan CD kaset pembelajaran. Dengan demikianpembelajaran IPA di SMP Terbuka 2 Mojokerto tidak didukung olehpenggunaan media pembelajaran seperti tersebut.

e. SMP Terbuka 2 memiliki alat transportasi berupa sepeda motor yangdipakai oleh guru pamong untuk kendaraan saat mengajar.

Page 70: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

230

Secara umum sarana prasarana penunjang pembelajaran IPA di SMPTerbuka 2 belum lengkap karena hanya mencapai 15,3% dari totalkebutuhan.

Pembahasan tentang sarana dan prasarana di SMP Terbuka 1 kotaMojokerto adalah sbb:

a. Sarana dan prasarana menunjang pembelajaran IPA adalah ruang kelasyang memadai (cukup untuk kegiatan pembelajaran) dan sebagai bahanpenunjang yaitu berupa program radio, kaset audio, OHP, dan televisi.Sarana dan prasarana ruang kelas yang digunakan merupakan ruang kelasmilik sekolah induk, SMP Terbuka 1 dipinjami 3 ruang kelas SMP Induk.SMP terbuka tidak memiliki OHP, Transparansi OHP, VCD Player,Komputer/Laptop, LCD, File dalam bentuk power point atau MS Word,hubungan internet, ruang media.

b. SMP Terbuka 1 memiliki Kaset pembelajaran tetapi tidak pernahdigunakan untuk pembelajaran karena menurut pengalaman ketika gurumemutar tape recorder di depan kelas, siswa-siswa membawa kaset musiksendiri dari rumah digunakan untuk bernyanyi. SMP Terbuka 1 Mojokertojuga memiliki televisi yang diletakkan di ruang kantor tetapi tidakdigunakan untuk sarana pembelajaran hanya untuk menonton acara televisibiasa.

c. Dengan demikian pembelajaran IPA di SMP Terbuka 1 tidak didukungoleh media tersebut. Padahal, agar modul SMP Terbuka mudah dipahamidan dikuasai siswa kemudian dilengkapi pula dengan program audiovisual/video, program slide dan program transparansi (Selayang PandangSLTP Terbuka, 2002).

d. SMP Terbuka 1 memiliki alat transportasi berupa sepeda motor yangdibawa oleh Wakasek dengan alasan tidak ada yang bisa memelihara.Keberadaan alat transportasi tidak memiliki kontribusi secara langsungkepada pembelajaran IPA, karena proses belajar mengajar SMP Terbuka 1Mojokerto dilaksanakan di SMP Induk.

e. Prasarana yang diperlukan oleh SMP Terbuka yang bisa dipinjam dariSMP Induk adalah ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, ruang tatausaha, dan lapangan olah raga (Selayang Pandang SLTP Terbuka, 2002).SMP Negeri 1 Kota Mojokerto tidak meminjamkan laboratorium,perpustakaan, dan ruang media kepada SMP Terbuka, dengan demikianpembelajaran IPA tidak didukung oleh praktikum di laboratorium dansiswa SMP Terbuka tidak diberi kesempatan untuk memperdalam materidengan membaca buku di perpustakaan. SMP Induk tidak meminjamkansarana dan prasarana kepada SMP Terbuka 1 karena SMP Indukmenganggap siswa SMP Terbuka tidak bisa merawat sarana dan prasaranatersebut atau takut jika sarana dan prasarana akan dirusak.

Pembahasan tentang sarana dan prasarana di SMP Terbuka 1 kotaMojokerto adalah sbb:

Page 71: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

231

a. Sarana dan prasarana ruang kelas yang digunakan merupakan ruang kelasmilik sekolah induk, SMP Terbuka dipinjami 3 ruang kelas SMP Induk.Kelas 1 diletakkan di ruang aula SMP induk, Kelas 2 diletakkan di ruangUKS yang sempit 2 m x 7 m, sedangkan kelas 3 diletakkan di ruang kantorSMP Terbuka yang juga sempit 4 m x 4 m. Hal ini seharusnyadiperhatikan karena ruang belajar harus cukup untuk kegiatanpembelajaran.

b. SMP Terbuka 2 tidak memiliki OHP, Transparansi OHP, VCD Player,Komputer /Laptop, LCD, File dalam bentuk power point atau MS Word,hubungan internet, ruang media, di SMP Terbuka 2 juga tidak ada televisidan CD kaset pembelajaran. SMP Terbuka 2 juga tidak memiliki televisidan tape recorder.

c. Dengan demikian pembelajaran IPA di SMP Terbuka 1 tidak didukungoleh media tersebut. Padahal, agar modul SMP Terbuka mudah dipahamidan dikuasai siswa kemudian dilengkapi pula dengan program audiovisual/video, program slide dan program transparansi (Selayang PandangSLTP Terbuka, 2002).

d. SMP Terbuka 2 memiliki kendaraan bermotor berupa sepeda motor yangdipakai oleh guru pamong sebagai alat transportasi. Dengan demikiankendaraan bermotor memiliki kontribusi secara langsung terhadappembelajaran IPA karena guru pamong menggunakan kendaraan bermotortersebut sebagai alat transportasi ke sekolah induk untuk mengajar.

e. SMP Negeri 3 Kota Mojokerto tidak meminjamkan laboratorium,perpustakaan, dan ruang media kepada SMP Terbuka, dengan demikianpembelajaran IPA tidak didukung oleh praktikum di laboratorium dansiswa SMP Terbuka tidak diberi kesempatan untuk memperdalam materidengan membaca buku di perpustakaan.

f. SMP Induk tidak meminjamkan sarana dan prasarana kepada SMPTerbuka 2 karena SMP Induk menganggap siswa SMP Terbuka tidak bisamerawat sarana dan prasarana tersebut atau takut jika sarana dan prasaranaakan dirusak.

Dari hasil penilitian yang diperoleh maka sarana dan prasarana sebagaipenunjang pembelajaran IPA yang ada di SMP Terbuka di Kota Mojokertobanyak yang tidak dimiliki sedangkan penggunaan sarana prasarana yang dimilikimasih belum optimal. Sarana dan prasarana yang ada di SMP Terbuka 1 hanya23% sedangkan di SMP Terbuka 2 hanga 15%.

3. Kualifikasi Ketenagaan SMP Terbuka di Kota Mojokerto Ditinjau dariSisi Pembelajaran IPADengan mendasarkan kepada hasil triangulasi dapat diberikan hasil penelitianuntuk SMP Terbuka 1 sebagai berikut:

a. SMP Terbuka 1 menggunakan sistem pengajaran semi reguler yaitupengajaran oleh guru bidang studi masing-masing atau yang disebut gurubina.

Page 72: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

232

b. Guru pamong hanya mendampingi dan mencatat pertanyaan-pertanyaanyang disampaikan siswa kemudian disampaikan kepada guru bina danmenjaga siswa jika ada waktu kosong.

c. Kualifikasi untuk guru pamong jika dilihat dari sisi pembelajaran IPAbelum sesuai kerena sekitar 25% yang merupakan lulusan sarjana, tetapibukan dalam bidang IPA.

d. Kualifikasi untuk guru bina jika dilihat dari sisi pembelajaran IPA sudahsangat sesuai karena 100% merupakan lulusan sarjana pendidikan IPA.

Dengan mendasarkan kepada hasil triangulasi dapat diberikan hasil penelitianuntuk SMP Terbuka 2 sebagai berikut:a. SMP Terbuka 2 menggunakan sistem pengajaran semi reguler yaitu

pengajaran oleh guru bidang studi masing-masing atau yang disebut gurubina.

b. Guru pamong hanya mendampingi dan mencatat pertanyaan-pertanyaanyang disampaikan siswa kemudian disampaikan kepada guru bina danmenjaga siswa jika ada waktu kosong.

c. Kualifikasi untuk guru pamong jika dilihat dari sisi pembelajaran IPAmasih belum sesuai kerena sekitar 33,34% yang merupakan lulusansarjana, tetapi bukan dalam bidang IPA.

d. Kualifikasi untuk guru bina jika dilihat dari sisi pembelajaran IPA sudahsangat sesuai karena 100% merupakan lulusan sarjana pendidikan IPA.

Pembahasan tentang sarana dan prasarana di SMP Terbuka 1 kotaMojokerto adalah sbb:

a. Guru pamong pada umumnya adalah guru SD atau anggota masyarakatyang bertugas membantu guru bina dalam pelaksanaan kegiatan belajar diTKB serta penyelenggaraan tes. Guru pamong tidak mengajar tetapimemberikan tuntunan serta dorongan manakala siswa mengalami kesulitandengan bahan belajar mereka. Belajar secara tatap muka dilaksanakan disekolah induk/SMP reguler bersama-sama guru bina yaitu guru matapelajaran selama satu atau dua hari selama seminggu dan 6 jam pelajaransetiap hari. Melalui tatap muka masalah-masalah yang belum dapatdiselesaikan di TKB dibahas bersama guru bina. Seperti halnya siswaSMP reguler, siswa SMP terbuka juga harus mengikuti ulangan harian,ulangan umum, ujian sekolah, dan ujian nasional.

b. SMP Terbuka 1 dan SMP Terbuka 2 Kota Mojokerto menggunakan sistempengajaran semi reguler yaitu pengajaran oleh guru bidang studi masing-masing atau yang disebut guru bina. Guru pamong hanya mendampingidan mencatat pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan siswa kemudiandisampaikan kepada guru bina dan menjaga siswa jika ada waktu kosong.

c. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik secara tatap muka diSMP Terbuka dengan berbagai alternatif. Alternatif 1: Pola Tatap Muka diSMP Induk yaitu 4 hari pembelajaran di TKB (16 jam), 2 hari kegiatanpembelajaran tatap muka (12 jam di sekolah induk), dan kegiatan belajar

Page 73: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

233

mandiri (14 jam di tempat yang sesuai. Jumlah tatap muka seluruhnyaadalah 42 jam. Alternatif 2: Pola Tatap Muka Kombinasi di SMP Indukdan di TKB yaitu 4 hari kegiatan pembelajaran di TKB (16 jam), 2 harikegiatan tatap muka (6 jam di sekolah induk), 1 hari pembelajaran tatapmuka (6 jam di TKB oleh Guru bina, dan kegiatan belajar mandiri (14 jamdi tempat yang sesuai). Jumlah tatap muka seluruhnya adalah 42 jam.Alternatif 3: Pola tatap muka guru kunjung yaitu 4 hari kegiatanpembelajaran di TKB (16 jam), 2 hari kegiatan tatap muka (12 jam di TKBoleh guru bina), dan kegiatan belajar mandiri (14 jam di tempat yangsesuai). Jumlah tatap muka adalah 42 jam. Alternatif 4: Pola Temu Wicaramelalui Radio Komunikasi Dua Arah (RKDA) yaitu 4 hari pembelajarandi TKB (16 jam), 2 hari kegiatan pembelajaran temu wicara (12 jam olehguru bina melalui radio RKDA dari sekolah induk ke TKB dansebaliknya), dan kegiatan belajar mandiri (14 jam di tempat yang sesuai).Jumlah seluruh tatap muka adalah 42 jam.

d. TKB ada di sekolah induk, siswa SMP reguler masuk pagi sedangkansiswa SMP Terbuka masuk siang hari pukul 13.00-17.00 setiap hari Senin-Jumat. TKB dengan SMP induk dalam satu lokasi dikarenakan keinginandari siswa sendiri. Sistem TKB dulu pernah dibuat di kantor kelurahantetapi lama-kelamaan bubar, karena menurut mereka tidak bersekolah jikatidak di sekolahan.

e. Proses pembelajaran di SMP Terbuka 1 dan SMP Terbuka 2 Mojokertooleh tenaga pendidik masih kurang, karena hanya 20 jam/minggu dan tidaktermasuk dalam keempat alternatif pola tatap muka di SMP Terbuka.Pembelajaran yang kurang ini dimungkinkan karena kurangnya jumlahguru bina dan guru pamong dan kepedulian para pengelola SMP Terbukadi Kota Mojokerto terhadap pembelajaran di SMP Terbuka sertakurangnya perhatian terhadap kemajuan SMP Terbuka. Hal tersebut jugaakan mempengaruhi pembelajaran IPA karena materi yang banyak untukdisampaikan sedangkan waktu untuk proses belajar mengajar kurang.

f. Guru bina IPA datang setiap 2 hari setiap minggu, yaitu setiap Hari Senindan Kamis. Kualifikasi guru bina sudah layak atau sesuai dengan bidangstudi masing-masing tentang pembelajaran IPA karena 100% merupakanlulusan sarjana. Sebagian besar Guru pamong yang mengajar tidak sesuaiuntuk mengajar siswa SMP. Hanya 25% di SMP Terbuka 1 dan 33,34% diSMP Terbuka 2 yang merupakan lulusan sarjana. Hal ini juga akanmempengaruhi dalam pembelajaran IPA karena jika ada siswa yangbertanya tentang pembelajaran IPA mungkin guru pamong tidak bisamenjawab.

g. Salah satu tugas guru pamong pada kegiatan belajar di TKB adalahmenyampaikan daftar kesulitan tiap minggu sebelum tatap muka di SMPInduk (Petunjuk Praktis bagi Guru Pamong, 2005). Guru pamong di SMPTerbuka 1 dan SMP Terbuka 2 tidak membuat buku cacatan materiesensial dan sulit, dengan demikian perkembangan siswa dalampembelajaran IPA tidak diketahui oleh guru bina. Ini menunjukkanrendahnya kualitas guru pamong yang bukan merupakan lulusan sarjana

Page 74: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

234

pendidikan sehingga dimungkinkan guru pamong tidak memahami tentangpembelajaran di SMP Terbuka. Selain itu, dimungkinkan guru bina tidakmenanyakan mengenai materi esensial dan sulit kepada guru pamong.

4. Peserta Didika. Sebagian besar orang tua siswa SMP Terbuka 1 dan SMP Terbuka 2

Mojokerto yaitu sebanyak 64,29% dan 66,67% memiliki penghasilankurang dari Rp. 250.000.

b. Sebagian besar siswa SMP Terbuka 1 yaitu sebanyak 50% merupakananak usia 15-16 tahun. Sebagian besar siswa SMP Terbuka 2 yaitu 52,09%adalah anak usia 13-14 tahun.

c. Sebagian besar siswa SMP Terbuka 1 yaitu sebesar 75% pekerjaan orangtuanya adalah swasta/ dagang. Sebagian besar orang tua siswa SMPTerbuka 2 yaitu sebesar 50% pekerjaannya adalah jasa/tukang.

d. Banyak juga di antara siswa SMP Terbuka 1 yang bekerja, ini ditunjukkandari keadaan di sekolah pada setiap Hari Jumat hanya sedikit siswa yanghadir, sekitar 2 orang setiap kelas. Menurut guru pamong mereka bekerjasebagai pengamen jalanan.

e. Siswa SMP Terbuka 1 Mojokerto umum merupakan lulusan SD. Sebagianbesar siswa SMP Terbuka 1 dan 2 yaitu sebesar 75% dan 68,75% berasaldari SD Negeri. Ada 2 siswa SMP Terbuka kelas 3 yang sudah pernahmenjadi siswa SMP sebelumnya, mereka berhenti dari SMP Regulerkarena dikeluarkan dan karena tidak ada biaya.

f. Sebagian besar siswa SMP Terbuka 1 yaitu sebanyak 60,71% menganggapkondisi belajar mengajar cukup menyenangkan. Siswa SMP Terbuka 2sebagian besar yaitu 43,75% menganggap kondisi belajar mengajar sangatmenyenangkan.

g. Sebagian besar siswa SMP Terbuka 1 dan 2 yaitu sebesar 64,29% dan72,92% tidak tahu akan melanjutkan ke SMA/SMK atau tidak. Siswa yangmemilih untuk tidak melanjutkan ke SMA/SMK dikarenakan tidak adabiaya untuk melanjutkan sekolah.

h. Seluruh siswa baik dari SMP Terbuka 1 dan SMP Terbuka 2 tidak adayang berprestasi dalam bidang IPA.

Pembahasan tentang sarana dan prasarana di SMP Terbuka 1 kotaMojokerto adalah sbb:

a. Siswa SMP Terbuka 1 dan SMP Terbuka 2 Kota Mojokerto padaumumnya memilih bersekolah ke SMP Terbuka bukan karena letakgeografis, melainkan karena kondisi ekonomi. Jarak rumah mereka tidakada yang terlalu jauh. Kondisi ekonomi mereka yang kurang mampudilihat dari penghasilan orang tua sebagian besar di bawah Rp. 250.000.Bahkan, banyak diantara siswa SMP Terbuka 1 yang bekerja sebagaipengamen dapat diluhat pada setiap Hari Jumat sedikit siswa yang hadirdengan alasan bekerja.

Page 75: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

235

b. Kondisi usia siswa SMP Terbuka 1 dan SMP Terbuka 2 Mojokerto sudahsesuai dengan usia siswa SMP yaitu tidak ada yang melebih usia 18 tahun,karena SMP Terbuka dirancang khusus untuk melayani para siswa usia 13-15 tahun dan maksimal 18 tahun yang tidak dapat mengikuti pelajaransecara biasa pada SMP Reguler setempat.

c. Keinginan untuk melanjutkan ke jenjang SMA/SMK dari siswa SMPTerbuka 1 dan SMP Terbuka 2 juga rendah ini terbukti sebagian besar darimereka tidak tahu akan melanjutkan atau tidak ke SMA/SMK denganalasan belum ada biaya atau karena ingin bekerja membantu ekonomikeluarga. Bahkan, ada diantara mereka yang tidak melanjutkan keSMA/SMK.

d. Di antara siswa SMP Terbuka 1 dan SMP Terbuka 2 Mojokerto tidak adayang pernah berprestasi dalam bidang IPA. Hal demikian menunjukkanbahwa tingkat pencapaian pembelajaran IPA di SMP Terbuka tidak untukmencetak siswa-siswi yang berprestasi tetapi agar siswa mengerti sajatentang pembelajaran yang diberikan. Kesadaran akan pendidikan olehsiswa SMP Terbuka 1 dan SMP Terbuka 2 Kota Mojokerto juga masihrendah. Ini terbukti dengan masih banyaknya siswa yang absen sertiapharinya. Bahkan, setiap ada ulangan umum, guru pamong harusmenjemput sebagian siswa karena tidak mau masuk sekolah dengan alasanmembantu orang tua bekerja. Banyak juga diantara siswa SMP Terbuka 1yang bekerja menjadi pengamen, dan siswa SMP Terbuka banyak jugayang bekerja membantu membuat helm atau menjahit sepatu. Hal ini jugamenunjukkan rendahnya kesadaran orang tua tentang pendidikan karenaorang tua menginginkan anaknya untuk bekerja membantu perekonomiankeluarga.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat dituliskan simpulan penelitiansebagai berikut:

1. Komponen kurikulum dan pembelajaran IPA di SMP Terbuka 1 KotaMojokerto sudah sesuai dengan kurikulum SMP/MTs karena di SMPTerbuka 1 komponen kurikulum dan pembelajaran IPA sebesar 87,5%sedangkan komponen kurikulum dan pembelajaran yang dimiliki oleh SMPTerbuka 2 belum sesuai dengan kurikulum SMP/MTs karena hanya sebesar50% komponen kurikulum yang terpenuhi. Meskipun komponen kurikulumdan pembelajaran IPA di SMP Terbuka 1 sudah lengkap namun komponenyang penting seperti evaluasi formatif dan catatan untuk materi esensial dansulit masih belum ada.

2. Sarana dan prasarana sebagai penunjang pembelajaran IPA yang ada diSMP Terbuka di Kota Mojokerto banyak yang tidak dimiliki sedangkanpenggunaan sarana dan prasarana yang dimiliki masih belum optimal.

3. Kualifikasi guru bina sudah layak atau sangat sesuai dengan bidang IPAkarena 100% merupakan lulusan sarjana. Sebagian besar Guru pamongyang mengajar tidak sesuai untuk mengajar SMP karena guru pamong yang

Page 76: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

236

lulusan sarjana hanya 25% di SMP Terbuka 1 dan 33,34% di SMP Terbuka2 tetapi bukan dalam bidang IPA.

4. Kualifikasi peserta didik SMP Terbuka Kota Mojokerto secara umum sudahsesuai yaitu menurut usia dan asal sekolah mereka, namun kurangnyakesadaran dari siswa dan orang tua siswa tentang pendidikan dan kondisikeadaan ekonomi menyebabkan siswa kurang berprestasi dalam bidangIPA.

5. Dari 4 simpulan di atas dapat dibuat simpulan umum yaitu pembelajaranIPA SMP Terbuka di Kota Mojokerto masih belum maksimal.

SaranDari hasil penelitian dan pembahasan serta ditemukannya simpulan-

simpulan, penulis mengajukan saran atau rekomendasi sebagai berukut:1. Silabus dan RPP untuk mata pelajaran IPA perlu dibuat secara khusus oleh

guru bina untuk SMP Terbuka.2. SMP Induk perlu meminjamkan sarana dan prasarana seperti: laboratoium

IPA, ruang media, dan perpustakaan kepada SMP Terbuka untukmenunjang pembelajaran IPA.

3. Perlu segera dilakukan upaya-upaya perbaikan kualitas guru pamong,perbaikan kurikulum di SMP Terbuka, prebaikan sarana dan prasarana , danpeningkatan kesadaran belajar siswa dengan memberikan motivasi.

4. Pentingnya catatan kesulitan siswa dan materi yang esensial yang dibuatoleh guru pamong sehingga memberi masukan atau gambaran kepada gurubina dalam menetapkan tindakan yang akan dilakukan terhadappembelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA

Slamet, 2005. Pendidikan Berbasis Kompetensi. Makalah disampaikan dalamseminar Pendidikan Berbasis Kompetensi.

Depdiknas. 2002. Selayang Pandang SLTP Terbuka. Jakarta: Ditjen PendidikanDasar dan Menengah Dierektorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama.

Depdiknas. 2003. Kurikulum SMP Panduan Pengembangan Silabus SMP MataPelajaran IPA. Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDirektorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Depdiknas. 2004. Instrumen Evaluasi Diri SMP. Surabaya: Badan AkreditasiSekolah Nasional.

Depdiknas. 2005. Monitoring dan Evaluasi Sekolah Standar Nasional. Jakarta:Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan LanjutanPertama.

Page 77: 161 UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU KIMIA DI SEKOLAH

237

Depdiknas. 2005. SMP Terbuka. Jakarta: Ditjen Pendidikan Dasar dan MenengahDirektorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Depdiknas. 2005. Petunjuk Operasional SMP Terbuka. Jakarta: DitjenManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SekolahMenengah Pertama.

Depdiknas. 2005. Petunjuk Praktis Bagi Guru Bina. Jakarta: Ditjen ManajemenPendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah MenengahPertama.

Depdiknas. 2005. Petunjuk Praktis Bagi Guru Pamong. Jakarta: DitjenManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SekolahMenengah Pertama.

Depdiknas. 2005. Petunjuk Pengelolaan SMP Tebuka. Jakarta: Ditjen ManajemenPendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah MenengahPertama.

Depdiknas 2006. Data Pokok Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur2005/2006. Pemerintah Propinsi Jawa Timur: Dinas Pendidikan danKebudayaan Seksi Pengumpulan dan Pengolahan Data.

Depdiknas. 2006. Instrumen Pendataan SMP Tebuka Tahun 2006. Jakarta: DitjenManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SekolahMenengah Pertama.

Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 17 ayat 2dan Pasal 20 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Mari Kita Mengenal SMP Terbuka.http://www.dwp.or.id/prg/pagel.php?utk=590&ctg=INF. 22 September 2006.

Program SMP Terbuka. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0405/04/1105.htm. 22 September 2006.