upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

27
Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Di sekolah Dasar Negeri 013 Tenggarong Juli 28, 2008 — azharighalib ABSTRAK : Sekolah adalah salah satu institusi yang mempunyai fungsi srategis dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Sebab sekolah adalah lingkungan hidup anak untuk mendapatkan pendidikan yang terprogram dan sistematis. Sebagai instutusi pendidikan, Sejak berdirinya SDN 013 Tenggarong menghadapi berbagai kendala/hambatan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang datang dari internal maupun eksternal sekolah. Rekonstruksi strategi merupakan langkah yang mesti dilakukan agar usaha peningkangkatan mutu lebih efektif dan terarah. Kata-kata kunci : Kompetensi, Kualifikasi, Koordinasi. Kolaborasi PENDAHULUAN Sejak pendiri Negara Republik Indonesia sepakat untuk mendirikan sebuah negara yang merdeka, pendidikan menduduki posisi penting yang menjadi prioritas pembangunan negara ini. Dengan dimasukkan kalimat ”dengan mencerdaskan kehidupan bangsa” dipembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan bukti keseriusan para pendiri negara ini dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang mempunyai harkat dan martabat yang tinggi. Kemudian komitmen tersebut dituangkan dalam Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 32 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Fokus dari dari UUD 1945 tersebut adalah peningkatan sumber daya manusia Indonesia agar menjadi manusia yang punya harkat dan martabat yang mulia, bebas dari belenggu kebodohan.. Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka rujukannya adalah kualitas pendidikan.. Sekolah Dasar Negeri 013 Tenggarong merupakan salah satu organisasi pendidikan yang berupaya untuk meningkatkan sumberdaya manusia dalam

Upload: fauziah25

Post on 22-May-2015

27.141 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Di sekolah Dasar Negeri 013 Tenggarong

Juli 28, 2008 — azharighalib

ABSTRAK :Sekolah adalah salah satu institusi yang mempunyai fungsi srategis dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Sebab sekolah adalah lingkungan hidup anak untuk mendapatkan pendidikan yang terprogram dan sistematis. Sebagai instutusi pendidikan, Sejak berdirinya SDN 013 Tenggarong menghadapi berbagai kendala/hambatan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang datang dari internal maupun eksternal sekolah. Rekonstruksi strategi merupakan langkah yang mesti dilakukan agar usaha peningkangkatan mutu lebih efektif dan terarah.

Kata-kata kunci : Kompetensi, Kualifikasi, Koordinasi. Kolaborasi

PENDAHULUANSejak pendiri Negara Republik Indonesia sepakat untuk mendirikan sebuah negara yang merdeka, pendidikan menduduki posisi penting yang menjadi prioritas pembangunan negara ini. Dengan dimasukkan kalimat ”dengan mencerdaskan kehidupan bangsa” dipembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan bukti keseriusan para pendiri negara ini dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang mempunyai harkat dan martabat yang tinggi. Kemudian komitmen tersebut dituangkan dalam Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 32 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Fokus dari dari UUD 1945 tersebut adalah peningkatan sumber daya manusia Indonesia agar menjadi manusia yang punya harkat dan martabat yang mulia, bebas dari belenggu kebodohan..Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka rujukannya adalah kualitas pendidikan.. Sekolah Dasar Negeri 013 Tenggarong merupakan salah satu organisasi pendidikan yang berupaya untuk meningkatkan sumberdaya manusia dalam rangka mengantar pada tujuan nasional. Namun dalam perjalanannya, SDN 013 banyak mengalami hambatan. Hambatan tersebut datang bukan hanya dari internal sekolah melainkan juga dari eksternal sekolah. Oleh karena itu dalam tulisan berikutnya akan dikemukan upaya-upaya yang akan dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN 013 Tenggarong.TUJUAN PENULISAN1. Ingin mengetahui gambaran nyata mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 013 Tenggarong2. Ingin merumuskan langkah-langkah konkret dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 013 Tenggarong.POTRET MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI 013 TENGGARONGMembahas tentang potret mutu Sekolah Dasar Negeri 013 Tenggarong, selayaknya kita memandang potret mutu pendidikan sekolah dasar di Indonesia saat ini khususnya daerah pedesaan. Berbagai kendala dan hambatan peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar tidak terlepas dari berbagai permasalahan mutu pendidikan sekolah dasar secara umum

Page 2: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

yang berakar pada mutu manajerial para pemimpin lembaga pendidikan, mutu guru, relevansi kurikulum, ketebatasan dana, sarana prasarana, fasilitas pendidikan dan yang tak kalah pentingnya kurangnya faktor dukungan dari pihak-pihak yang terkait dalam hal ini stakeholders pendidikan.Selama dua dasawarsa sejak didirikannya tahun 1978, Sekolah Dasar Negeri 013 Tenggarong telah dipimpin oleh 3 orang kepala sekolah yang tingkat pendidikannya hanya tingkat diploma. Ini membuktikan tingkat pendidikan kepala sekolah belum memenuhi standar kepala sekolah yang seharusnya minimal strata satu. Hal ini mempengaruhi kompetensi kepala sekolah tentang manajemen sekolah, ditambah dengan minimnya frekuensi keikutsertaan kepala sekolah dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) tentang pengelolaan sekolah, sehingga sering terjadi salah penafsiran terhadap kebijakan pemerintah.Selanjutnya gambaran tentang kualitas (mutu) guru juga menjadi alasan terhadap tersendatnya peningkatan mutu sekolah dasar negeri 013. Kebanyakan guru-guru yang mengajar disekolah tersebut adalah guru-guru yang direkrut hanya untuk mengisi kebutuhan sekolah setempat (transmigrasi) tanpa melihat kualitas guru tersebut. Sehingga motivasi guru terhadap peningkatan mutu sangat rendah. Kurangnya disiplin, jam mengajar kurang, apatis, skeptis dan pemuja ”status quo” adalah sikap yang biasa terjadi dalam proses belajar mengajar di SDN 013. Disamping itu kualifikasi tingkat pendidikan sebagian besar guru belum memenuhi standar nasional pendidikan yakni minimal S1.Hal lain yang sering menjadi kendala peningkatan mutu di SDN 013 adalah relevansi kurikulum. Kekurangsiapan guru dalam menerima perubahan kurikulum yang hampir setiap dua tahun. Perubahan tersebut menimbulkan kepanikan dalam mengaplikasikannya di sekolah Padahal prinsip-prinsip perubahan kurikulum tersebut adalah lumrah terjadi mengingat filsafat pendidikan di Indonesia menganut paham progresivisme.Selain itu keterbatasan dana menjadi masalah cukup mendasar dalam upaya peningkatan mutu di SDN 013 ditambah dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tidak memungkinkan untuk dapat berpartisipasi dalam mengatasi keterbatasan dana tersebut. Kebijakan daerah yang menggratiskan siswa untuk mendapatkan pendidikan di SD menjadi hal yang sangat kontradiksi mengingat subsidi pemerintah daerah tidak berbanding lurus dengan kebutuhan sekolah.Disamping itu, sarana dan prasarana ataupun fasilitas pendidikan yang juga menjadi salah satu faktor rendahnya mutu SDN 013. Topografi sekolah yang berada di daerah pinggir (suburb) kota Tenggarong kurang mendapat perhatian dari stakeholder pendidikan. Bangunan sekolah yang ada merupakan bangunan yang sudah berusia senja. Beberapa ruang kelas yang sudah tidak layak pakai. Apalagi sarana pendidikan yang ada sudah banyak yang rusak, usang dan tidak sesuai lagi dengan kebutuhan sekolahan saat ini.MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI 013 YANG DIHARAPKANBerbicara tentang mutu sekolah yang diharapkan, tentulah kita akan menginginkan sesuatu yang ideal. Ideal maksudnya memenuhi standar yang sesuai dengan kebutuhan minimal sekolah yang dikategorikan bermutu.Kepemimpinan sekolah yang ideal adalah kepala sekolah memenuhi standar kompentensi kepala sekolah. Kedepannya SDN 013 memiliki kepala sekolah yang sudah S2 dan mempunyai kemampuan manajerial sekolah dengan baik serta mempunyai peranan sebagai educator, manager, administrator supervisor, leader, inovator dan motivator.Selanjutnya nantinya SDN 013 diharapkan mempunyai tenaga-tenaga pendidik yang

Page 3: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

memiliki kualifikasi akademik (S1) dan sudah disertifikasi serta memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesionalitas dan sosial. yang tidak sekedar mengajar akan tetapi juga mempunyai motivasi tinggi terhadap peningkatan mutu sekolah.Program pengembangan kurikulum yang merupakan salah satu aspek penting dalam proses pendidikan di SDN di harapkan secepatnya dapat memberikan pedoman dan arahan yang jelas bagi pelaksanaan di lapangan. Adanya titik temu antara dikotomi sentralistik dan desentralistik tentang kurikulum pendidikan Dengan demikian sekolah sebagai lembaga pelaksana kurikulum pendidikan tidak dibuat kebingungan terhadap perubahan kurikulum tersebutPartisipasi masyarakat terhadap keterbatasan dana pendidikan di SDN 013 dapat terpenuhi. Hal ini tentunya ada hubungan baik antara pihak sekolah dengan masyarakat khususnya para orang tua murid sebagai pengguna jasa pendidikan.Dari segi sarana dan prasarana di SDN 013 diharapkan telah memenuhi standar yang diamanatkan PP No.19 tahun 2005. Dengan demikian adanya sarana dan prasarana tersebut secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi mutu pendidikan di SDN 013 TenggarongPEMBAHASANA. Konsep Tentang MutuDefinisi mutu itu beragam tergantung individu yang memaknainya. Menurut Deming mutu ialah kesesuain dengan kebutuhan pasar, menurut Juran mutu adalah kecocokan dengan produk, Crosby mengartikan mutu kesesuaian dengan yang disyaratkan. Menurut Husaini Usman mutu adalah tingkat keunggulan. Jadi mutu merupakan keinginan pelanggan, mutu yang tinggi merupakan kunci untuk suatu rasa kebanggaan, tingkat produktivitas dan cermin kemampuan dalam penghasilan. Di mana tujuan mutu harus merupakan produk dan jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi pelanggannya.Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik (leaners). Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan (output) yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia.B. Aspek dan Indikator MutuDalam pengelolaan sekolah yang efektif dan berorientasi pada mutu pendidikan memerlukan suatu komitmen yang penuh kesungguhan dalam peningkatan mutu, berjangka panjang (human investment) dan membutuhkan penggunaan peralatan dan teknik-teknik tertentu. Komitmen tersebut harus didukung oleh dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang berkelanjutan oleh semua pihak yang terlibat yang dikenal dengan istilah MMT (Manajemen Mutu Terpadu).MMT sering disebut sebagai manajemen yang didukung oleh sejumlah fakta dan data yang relevan dan utuh, artinya data dan fakta tersebut benar dan bukan hasil rekayasa yang dibuat untuk memenuhi kepentingan satu pihak atau persyaratan tertentu.Ketika aspek-aspek dan indikator pengelolaan lembaga pendidikan dapat dijalankan dan diarahkan ke sebuah mutu yang tinggi. Maka keberhasilan dari pencapaian mutu tersebut harus merupakan integrasi dari semua keinginan dan partisipasi stakeholder (semua yang berkepentingan) dalam pencapaian hasil akhirnya.C. Strategi Pengembangan Mutu

Page 4: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

Kekuatan dalam perubahan memperlihatkan fenomena yang terus berkelanjutan dalam pemenuhan akan perubahan tersebut. Akhirnya akan mendorong dalam upaya pemilihan strategi yang dapat diterapkan pada kondisi-kondisi yang terduga maupun tak terduga yang kemudian muncul.Keberhasilan strategi sangat bergantung pada kemampuan dalam kepemimpinan untuk membangun komitmen, menghubungkan strategi dan visi yang tetap, mengatur sumber-sumber yang mendukung terlaksananya strategi.Alat/media dasar yang akan bermanfaat dalam menguji posisi sekolah sekarang dalam kerangka penentuan strategi. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan analisis SWOT. Analisis SWOT, kepanjangan dari S = strength artinya kekuatan, W = weaknesess artinya kelemahan, O = opportunitiy, artinya peluang/ kesempatan, dan T = Threat artinya ancaman. Tujuan analisis ini untuk mengetahui posisi sekolah, apakah sudah maju atau masih tertinggal dalam mutu pendidikannnya. Sedangkan faktor-faktor yang dianalisis seperti tertuang berikut ini;1. Kepemimpinan Mutu Sekolah DasarDalam rangka perubahan dan transformasi diperlukan seorang pemimpin yang memiliki mental kuat dan prima, mampu mengatasi masalah dan tantangan, memiliki visi, dan berani mencoba inovasi. Kepemimpinan merupakan sumber daya yang paling pokok dalam organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan juga merupakan pola hubungan dan bentuk kerja sama antara orang-orang yang dinamis. Kepemimpinan juga harus mampu memberikan arah rangsangan kepada kelompoknya, demi kemajuan organisasi.Menurut Sallis dengan mengutip pendapat Peter dan Austin pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif sebagai berikut:a) visi dan simbol-simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada staf, siswa dan kepada komunitas yang lebih luas, b) menerapka MBWA (management by walking about),c) membuat slogan ”Untuk Para Pelajar ” sama dengan ”dekat dengan pelanggan:” dalam pendidikan, d) otonomi, eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan, e) menciptakan rasa kekeluargaan, dan f) ketulusan, kesabaran, semangat intensitas dan antusiasme yang merupakan sifat esensial yang dibutuhkan pemimpin pendidikan. .Sementara itu dalam PP No.19 disebutkan bahwa pemimpin sekolah, harus memiliki kompetensi sebagai berikut : a) Memiliki kualifikasi sebagai pendidik (Pasal 28), b) memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan (Pasal 38), c) Memiliki kualifikasi sebagai pengawas (Pasal 39), d) Memiliki kemampuan mengelola dan melaksanakan satuan pendidikan (Pasal 49), f) Memiliki kemampuan menyusun program (Pasal 52), g) Memiliki kemampuan menyusun perencanaan (Pasal 53).2. Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik Sekolah DasarSebagaimana dijelaskan diatas bahwa guru mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu. Didalam PP No. 19 tahun 2005 Bab VI pasal 28 ayat 1 disebutkan bahwa ”pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional”. Kemudian pada pasal 29 ayat 2 dijelaskan bahwa pendidik pada tingkat SD/MI atau bentuk lain yang sederajad memiliki a) kulaifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat(D-IV) atau sarjana S1, b) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi; dan c) sertifikat

Page 5: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

profesi guru untuk SD/MI3. Peningkatan Mutu Kurikulum Sekolah Dasar

Kurikulum adalah sarana dari suatu sistem pendidikan. Suryosubroto menyebutkan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan didalam sekolah maupun didalam sekolah.Banyak persepsi yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana pendidikan dan pengajaran atau program pendidikan. Seringkali kurikulum hanya terdiri dari mata pelajaran tertentu yang menyampaikan kebudayaan ”tempoe doeloe” yang hanya menyadur dari buku-buku pelajaran tertentu yang dipandang baik bagi kurikulum. Namun dibalik itu anak didik hanya diajak untuk menelusuri daya imajinatif dengan mengabaikan pengalaman-pengalaman inderawi anak didik Hal tersebut akan membatasi pengalaman anak kepada situasi belajar didalam kelas dan tidak menghiraukan pengalaman-pengalaman edukatif diluar kelas.Menurut PP No.25 Tahun 2000 tentang kebijakan kurikulum adalah menetapkan standar nasional yang kemudian dijelaskan dalam GBHN 1999 pemerintah melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk kurikulum berupa diversivikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional (kurikulum nasional) dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat (kurikulum muatan lokal).Melihat keragaman potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam serta kebhinekaan bangsa kita, kurikulum yang uniform akan tidak sesuai kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas kurikulum;” dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi merupakan suatu tuntutan. Pada pendidikan dasar tentu ada kurikulum inti demi untuk memupuk kesatuan bangsa dan memperkuat ketahanan nasional, begitu pula pada pendidikan menengah dan tinggi. Otonomi pendidikan tinggi kita mulai sekarang akan marak dalam masyarakat industri.Suatu hal yang perlu diperhatikan ialah beban kurikulum sekolah kita terkenal sangat sarat dengan berbagai macam mata pelajaran sehingga sangat mendera peserta didik. Dalam era informasi hal ini menjadi berlebihan (redundant). Proliferasi ilmu bukan berarti penanambahan beban kurikulum seperti yang akan dibicarakan nanti, yang diperlukan ialah bagaiman cara kita dapat menguasai informasi sebanyak dan setepat mungkin.4. Pembiayaan Mutu Sekolah DasarDari segi pembiayaan pendidikan, merujuk dari PP No.19 tahun 2005 pasal 62 yang menyebutkan bahwa standar pembiayaan sebagai berikut; 1) Pembiayaan pendidikan terdiri dari atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal, 2) Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. 3) Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan, 4) Biaya operasi satuan pendidikan meliputi; a) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, b) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c) Biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya.5. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Page 6: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

Dari segi sarana dan prasarana standar yang diamanatkan PP No.19 tahun 2005 pasal 42 yang menyebutkan bahwa standar sarana dan prasarana sebagai berikut :(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabotan, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan peralatan lain yang menunjang proses belajar yang teratur dan berkelanjutan.(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang laboratorium, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat ibadah, tempat bermain, tempat rekreasi, dan tempat lain yang menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.D. Pangawasan MutuPengawasan mutu produk barang tampaknya lebih mudah karena dapat dilihat dan diraba (tangible). Pemeriksaan mutu barang dapat dilakukan oleh ahli di bidangnya. Barang-barang yang akan dipasarkan terhindar dari kerusakan (zero defect). Tujuan akhir dari pemeriksaan ini agar produk barang yang dipasarkan dapat memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan.Pengawasan mutu pendidikan dapat dilaksanakan sejak input/masukan (siswa) masuk sekolah, mengikuti proses belajar mengajar di sekolah dan hingga menjadi lulusan dengan berbagai kompetensi yang dimilikinya.Untuk melihat perkembangan mutu pendidikan di sekolah, kepala sekolah dan staf guru-gurunya dapat (a) memanfaatkan data yang ada di sekolah yang berhubungan dengan mutu sekolah dan mengolahnya menjadi diagram, (b) brainstorming (tukar pikiran), (c) menggunakan statistik mutu (statistical process control) yang memuat informasi tentang rata-rata mutu pendidikan, standar deviasi/simpangan baku dari mutu pendidikan di sekolah.Guru sebagai pelaksana utama pendidikan di sekolah diharapkan memiliki wawasan mutu pembelajaran yang baru diterapkan dalam PBM di kelasnya. Langkah ini merupakan pendekatan mutu proses dan secara langsung akan mendukung mutu produk/mutu akhir pendidikan berupa lulusan yang bermutu.E. Teknik Kendali MutuKeberhasilan lembaga persekolahan dapat dilihat dari sudut dan tingkat kepuasan dari pelanggannya, yaitu pelanggan sekolah yang dikategorikan pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Hal ini memberikan arti bahwa ukuran sebuah keberhasilan sekolah dapat dilihat dari layanan yang diberikannya. Apakah layanan yang diberikan itu berada pada taraf yang sama atau sesuai dengan harapan pelanggan atau bahkan melebihi, seperti apa yang diharapkan oleh pelanggannya dengan menggunakan teknik total quality control (TQC).Menurut Husaini TQC berarti system. Sistem artinya apabila salah satu subsistem lemah maka keseluruhan sistem akan menjadi lemah. Gugus Kendali Mutu atau Quality Control Circle (QCC) adalah salah satu teknik dalam upaya pengendalian mutu sekolah, di mana kelompok-kelompok personel sekolah melakukan kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu secara teratur, sukarela dan berkesinambungan melalui penerapan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengendalian mutu. Selain teknik tersebut, dapat pula dilaksanakan teknik pengawasan mutu yang berdasarkan data seperti checklist, diagram, grafik, diagram sebab akibat, brainstorming, dan statistical process control.F. Strategi Kendali Mutu

Page 7: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

Pengendalian mutu dapat diartikan sebagai proses manajerial yang di dalamnya terkandung hal-hal (1) melakukan evaluasi terhadap kinerja nyata, (2) proses membandingkan kinerja nyata dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan (3) melakukan tindakan-tindakan/aksi-aksi atas perbedaan-perbedaan yang dapat ditemukan.Dalam pelaksanaan pengendalian mutu, strategi pengendalian mutu ke arah peningkatan mutu pendidikan secara implementatif pengawasan/ pengendaliannya diarahkan pada optimalisasi komponen pendidikan. Tujuannya adalah mendorong kearah terciptanya situasi yang kondusif dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Komponen-komponen yang terkait dengan hal tersebut di atas adalah (a) komponen input manajemen, (b) komponen proses pendidikan, (c) komponen murid, dan (d) komponen hasil belajar.PEMECAHAN MASALAHDari uraian berbagai uraian diatas dapatlah dikemukakan sebagai berikut :1. Isu pokok yang dirumuskan

a. Kepemimpinan sekolah yang belum optimalb. Kualitas guru yang belum memenuhi standar nasional pendidikanc. Pengembangan kurikulum yang belum maksimald. Pengalokasian dana pendidikan belum terpenuhie. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai2. Analisis SWOT (Analisis Medan Kekuatan)1. Kekuatan (strength)a. Memiliki potensi berubahnya posisi kepemimpinan sekolah baru mengingat masa jabatan kepala sekolah yang hampir habis.b. Beberapa guru sudah mulai melanjutkan kuliah kejenjang strata satuc. Beberapa guru sudah pernah mengikuti pelatihan KTSPd. Adanya subsidi pendidikan baik dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah2. Kelemahan (Weakness)a. Resiko kehilangan guru berpengalaman karena akibat memasuki masa pensiunb. Sikap guru yang kurang merespons terhadap adanya pelatihan KTSP.c. Anggaran belanja yang belum mencukupid. Sarana dan prasarana dalam kondisi yang sudah tua3. Peluang (Oppurtunity)a. UU 19 tahun 2005 yang mengharuskan guru untuk mendapatkan kualifikasi pendidikan strata satu serta terbukanya peluang untuk sertifikasi guru.b. `Banyaknya peluang untuk mengikuti pelatihan pengembangan kurikulum.c. Dianggarkannya pembangunan sarana dan prasarana sekolah pada akhir tahun 20084. Tantangan (Threat)a. Partisipasi masyarakat khususnya orang tua murid terhadap pembiayaan pendidikan kurang.b. Adanya ketimpangan pembangunan antara sekolah daerah pinggiran kota (suburb) dan daerah kota3. Alternatif langkah-langkah Pemecahan PersoalanDari berbagai uraian tentang potret mutu sekolah dasar negeri 013 sekarang dan kondisi yang diharapkan serta dari hasil analisis SWOT, maka dapatlah dikemukakan arternatif-alternatif pemecahan masalah sebagai berikut :

Page 8: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

1. Perlunya meningkatkan kulifikasi akademik kepala sekolah dari diploma II ke jenjang S1 dan seterusnya melanjutkan ke S2. Hal ini penting dilakukan mengingat banyak hal yang bisa diperoleh dari S2 terutama disiplin ilmu yang berhubungan dengan manajemen sekolah. Kepemimpinan sekolah juga harus mampu merumuskan visi dan misi sekolah agar target perbaikan mutu lebih terencana dan terarah.2. Perlunya perbaikan mutu tenaga edukasi dengan mensupport guru yang belum Sarjana S1 untuk kuliah serta menambah frekuensi pelatihan dan pendidikan (Diklat) yang berhubungan dengan 4 kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesionalitas dan kompetensi sosial. seperti a) Mengadakan ws KTSP, b) Mengirimkan ws KTSP, c) Magang disekolah lain, d) IHT disekolahnya sendiri, e) PTK, f) Mengikutkan guru pada MGMP3. Perlunya pendekatan birokratis kepada seluruh stakeholders pendidikan dalam upaya perbaikan sampras sekolah yang sudah tidak layak lagi. Pendekatan birokratis tersebut dilakukan supaya stakeholders pendidikan bisa merumuskan, memprogramkan serta menganggarkan perbaikan sampras di SDN 013 mengingat perbaikan sampras tersebut merupakan hal yang mendesak.4. Perlu sosialisasi ke masyarakat tentang MBS terutama keikutertaan atau partisipasi masyarakat tentang pembiayaan pendidikan yang tidak mungkin hanya mengharapkan subsidi pemerintah yang tidak mencukupi seluruh kebutuhan sekolah.KESIMPULANDari berbagai uraian diatas, maka dapatlah disimpulkan :1. Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik (leaners)2. Kondisi mutu SDN 013 Tenggarong yang belum memenuhi standar nasional pendidikan tentunya harus diperbaiki. Semua komponen yang terlibat baik dari internal sekolah maupun eksternal sekolah harus libatkan agar target mutu pendidikan di SDN 013 Tenggarong bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sallis Edward. 2006. Total Quality Management In Education. Yogyakarta: Ircisod

Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.

Tilaar, H. A. R. 2003. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tony Bush & Marianne Coleman. 2008. Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan. Yogyakarta: Ircisod.

Usman, Husaini. 2006. Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 9: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

—————–, PP.No.19 Tahun 2005, Jakarta: BP Dharma Bhakti—————–, Standar Kompetensi Kepala Sekolah, 2006, Jakarta: BP Dharma Bhakti

http://azharighalib.wordpress.com/2008/07/28/upaya-peningkatan-mutu-pendidikan-di-sekolah-dasar-negeri-013-tenggarong/

Peningkatan Mutu Guru Sekolah Dasar (http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1047) redesigned for Sayidiman Suryohadiprojo Blog

Upaya Strategis Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SD pada Era Implementasi   KTSP

Posted on 26 Juli 2009 by kkg6

(Sebuah tinjauan kinerja Kepala Sekolah Dasar) Oleh Sarjilah M.Pd.*)

Kita meyakini bahwa salah satu program yang dapat menyiapkan dan merekayasakan arah perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan adalah pendidikan. Pendidikan dalam konsep pengembangan masyarakat merupakan dinamisasi dalam pengembangan manusia yang beradab. Pendidikan tidak hanya terbatas berperan pada pengalihan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) saja, namun dalam Undang-undang No: 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan memiliki fungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dari fungsi dan tujuan pendidikan ini diharapkan manusia Indonesia adalah manusia yang berimbang antara segi kognitif, afektif dan psikomotor.Dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional, dunia pendidikan kita secara nasional dihadapkan pada salah satumasalah besar yakni peningkatan mutu dan relevansi pendidikan. Masalah ini menjadi  fokus yang paling penting  dalam pembangunan pendidikan nasional. Pembangunan pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan SDM suatu Negara.Pemeringkatan internasional menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia berdaya saing rendah secara global. Hasilpenelitian  UNDP  pada tahun 2007 tentang HDI (Human Development Index), Indonesia

Page 10: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

menduduki peringkat ke 107 dari 177 negara yang diteliti, dan dibanding dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian Indonesia pada peringkat yang paling rendah. (HD Report 2007/2008)Salah satu unsur utama dalam penentuan komposit IndeksPengembangan Manusia ( Human Development Index) ialah tingkat pengetahuan bangsa atau pendidikan bangsatersebut. Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas SDM adalah gambaran mutu pendidikan yang tidakmenggembirakan. Rendahnya kualitas SDM akan menjadi batu sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasimerupakan era persaingan mutu atau kualitas. Jika bangsa Indonesia ingin berkiprah dalam dunia global maka langkahpertama yang harus dilaksnakan adalah menata SDM, baik dari aspek intelektual, emosional, spiritual, kreativitas, moralmaupun tanggungjawabnya. Penataan ini perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistempendidikan yang berkualitas.Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan tersebut dipengaruhi oleh sejumlah factor. Diantara factor terpenting adalah terkait dengan kinerja kepala sekolah dalam mengelola sekolah sebagai satu satuanpendidikan yang menyelenggarakan proses pembelajaran kepada peserta didik. Dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun1990 bahwa : ”Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasisekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sasarana danprasarana”. Maka kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalammeningkatkan kualitas pendidikan maka dalam tinjauan kinerja kepala sekolah perlunya adanya pemikiran tentangupaya-upaya strategis peningkatan mutu pendidikan khususnya pada jejang sekolah dasar.

Sarjilah M.Pd adalah Widyaiswara  LPMP DIY

http://kkg6.wordpress.com/2009/07/26/3/

Kompetensi Guru dan Peran Kepala SekolahPosted on 21 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH

Oleh : Akhmad Sudrajat*))

Page 11: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

Abstrak : Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui optimalisasi peran kepala stsekolah, sebagai : educator, manajer, administrator, supervisor, leader, pencipta iklim kerja dan wirausahawan.

Kata kunci : kompetensi guru, peran kepala sekolah

A. Pendahuluan

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada “what teachers do and think “. atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.

Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya masih beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.

Tulisan ini akan memaparkan tentang apa itu kompetensi guru dan bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dilihat dari peran kepala sekolah. Dengan harapan kiranya tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi para guru maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan.

B. Hakikat Kompetensi Guru

Apa yang dimaksud dengan kompetensi itu ? Louise Moqvist (2003) mengemukakan bahwa “competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len Holmes (1992) menyebutkan bahwa : ” A competence is a description of something

Page 12: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate.”

Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan.

Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan..

Lebih jauh, Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu :

1. Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.

2. Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.

3. Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :

1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c)pengembangan kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Page 13: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

3. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, didalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu:

1. Teachers are Committed to Students and Their Learning yang mencakup : (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, (c) perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan (d) misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa.

2. Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Students mencakup : (a) apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).

3. Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan siswa, (c) menilai kemajuan siswa secara teratur, dan (d) kesadaran akan tujuan utama pembelajaran.

4. Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experience mencakup: (a) Guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-keputusan terbaik, (b) guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran.

5. Teachers are Members of Learning Communities mencakup : (a) guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, (b) guru bekerja sama dengan tua orang siswa, (c) guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat.

Secara esensial, ketiga pendapat di atas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang prinsipil. Letak perbedaannya hanya pada cara pengelompokkannya. Isi rincian kompetensi pedagodik yang disampaikan oleh Depdiknas, menurut Raka Joni sudah teramu dalam kompetensi profesional. Sementara dari NBPTS tidak mengenal adanya

Page 14: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

pengelompokan jenis kompetensi, tetapi langsung memaparkan tentang aspek-aspek kemampuan yang seyogyanya dikuasai guru.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.

Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

C. Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, –sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah-, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa “ kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru.” Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3)

Page 15: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan;

Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru.

1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

2. Kepala sekolah sebagai manajer

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, –seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya–, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

3. Kepala sekolah sebagai administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

4. Kepala sekolah sebagai supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, — tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan–, selanjutnya

Page 16: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik

5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).

6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003)

Page 17: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

D. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kompetensi guru merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan..

2. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

3. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya.

4. Kepala sekolah memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, baik sebagai educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja maupun sebagai wirausahawan.

5. Seberapa jauh kepala sekolah dapat mengoptimalkan segenap peran yang diembannya, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, dan pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Sumber Bacaan :

Bambang Budi Wiyono. 2000. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Semangat Kerja Guru dalam Melaksanakan Tugas Jabatan di Sekolah Dasar. (abstrak) Ilmu Pendidikan: Jurnal Filsafat, Teori, dan Praktik Kependidikan. Universitas Negeri Malang. (Accessed, 31 Oct 2002).

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK,SD, SMP, SMA, SMK & SLB, Jakarta : BP. Cipta Karya

Page 18: Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013

————––. 2006. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. http://www.depdiknas.go.id/ inlink. (accessed 9 Feb 2003).

Louise Moqvist. 2003. The Competency Dimension of Leadership: Findings from a Study of Self-Image among Top Managers in the Changing Swedish Public Administration. Centre for Studies of Humans, Technology and Organisation, Linköping University.

Mary E. Dilworth & David G. Imig. Professional Teacher Development and the Reform Agenda. ERIC Digest. 1995. . (Accessed 31 Oct 2002 ).

National Board for Professional Teaching Standards. 2002 . Five Core Propositions. NBPTS HomePage. (Accessed, 31 Oct 2002).

Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta : Adi Cita.

*))Akhmad Sudrajat adalah staf pengajar di Pendidikan Ekonomi FKIP-UNIKU dan Pengawas Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/21/kompetensi-guru-dan-peran-kepala-sekolah-2/