wrap up diare

30
LO 1. MM Analisa Gas Darah 1.1 Definisi Analisa Gas Darah Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO 2 , PCO 3 , pH, HCO 3 , dan saturasi O 2 . 1.2 Langkah-langkah Analisa Gas Darah 1. Persiapan alat. 2. Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang akan di pungsi. 3. Memilih arteri yang akan di pungsi. 4. Menyiapkan posisi pasien : a. Arteri Radialisi : - Pasien tidur semi fowler dan tangan diluruskan. - Meraba arteri kalau perlu tangan boleh diganjal atau ditinggikan. - Arteri harus benar-benar teraba untuk memastikan lokalisasinya. b. Arteri Dorsalis Pedis. - Pasien boleh flat/fowler. c. Arteri Brachialis - Posisi pasien semi fowler, tangan di hyperekstensikan/diganjal dengan siku. d. Arteri Femoralis. - Posisi pasien flat.

Upload: callystacaron

Post on 23-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

up

TRANSCRIPT

LO 1. MM Analisa Gas Darah

1.1 Definisi Analisa Gas DarahAnalisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman

(pH), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2.

1.2 Langkah-langkah Analisa Gas Darah1.    Persiapan alat.

2.    Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang

akan di pungsi.

3.    Memilih arteri yang akan di pungsi.

4.    Menyiapkan posisi pasien :

a.    Arteri Radialisi :

-       Pasien tidur semi fowler dan tangan diluruskan.

-       Meraba arteri kalau perlu tangan boleh diganjal atau ditinggikan.

-       Arteri harus benar-benar teraba untuk memastikan lokalisasinya.

b.    Arteri Dorsalis Pedis.

-       Pasien boleh flat/fowler.

c.    Arteri Brachialis

-       Posisi pasien semi fowler, tangan di hyperekstensikan/diganjal dengan

siku.

d.   Arteri Femoralis.

-       Posisi pasien flat.

5.    Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

6.    Raba kembali arteri untuk memastikan adanya pulsasi daerah yang akan ditusuk

sesudah dibersihkan dengan kapas bethadine secara sirkuler. Setelah 30 detik kita

ulangi dengan kapas alkohol dan tunggu hingga kering.

7.    Bila perlu obat anethesi lokal gunakan spuit 1 cc yang sudah diisi dengan obat

(adrenalin 1 %), kemudian suntikan 0,2-0,3 cc intracutan dan sebelum obat

dimasukkan terlebih dahulu aspirasi untuk mencegah masuknya obat ke dalam

pembuluh darah.

8.    Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan cara

kulit diregangkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah sehingga arteri yang

akan ditusuk berada di antara 2 jari tersebut.

9.    Spuit yang sudah di heparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan tangan

kanan, jarum ditusukkan ke dalam arteri yang sudah di fiksasi tadi.

-       Pada arteri radialis posisi jarum 45 derajat.

-       Pada arteri brachialis posisi jarum 60 derajat.

-       Pada arteri femoralis posisi jarum 90 derajat.

Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga

darah dengan mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang-kadang darah tidak langsung

keluar. Kalau terpaksa dapat menghisapnya secara perlahan-lahan untuk mencegah

hemolisis. Bila tusukan tidak berhasil jarum jangan langsung dicabut, tarik perlahan-

lahan sampai ada dibawah kulit kemudian tusukan boleh diulangi lagi kearah

denyutan.

10.     Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi

pemompa spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan segera

gelembung udara dikeluarkan dari spuit.

11.     Ujung jarum segera ditutup dengan gabus / karet.

12.     Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan

bethadine.

-       Pada arteri radialis dan dorsalis pedis selama 5 menit.

-       Pada arteri brachialis selama 7 – 10 menit.

-       Pada arteri femoralis selama 10 menit.

-       Jika pasien mendapat antikoagulan tekan selama 15 menit.

13.     Lokalisasi tusukan tutup dengan kassa + bethadine steril.

14.     Memberi etiket laboratorium dan mencantumkan nama pasien, ruangan, tanggal,

dan jam pengambilan, suhu, dan jenis pemeriksaan.

15.     Bila pengiriman/pemeriksaannya jauh, darah dimasukkan kantong plastik yang

diisi es supaya pemeriksaan tidak berpengaruh oleh suhu udara luar.

16.     Kembali mencuci tangan setelah selesai melakukan tindakan.

1.3 Tujuan Analisa Gas Darah

Analisa gas darah memiliki tujuan sebagai berikut (McCann, 2004):

1. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.

2. Mengevaluasi ventilasi melalui pengukuran pH, tekanan parsial oksigen arteri

(PaO2), dan tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2).

3. Mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui darah yang

ditunjukkan melalui PaO2.

4. Mengetahui kapasitas paru-paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang

ditunjukkan oleh PaCO2.

5. Menganalisa isi oksigen dan pemenuhannya serta untuk mengetahui jumlah

bikarbonat.

1.4 Parameter Analisa Gas Darah

A.  Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH

Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat dan asam keto).

Nilai normal pH serum :

Nilai normal     : 7.35 - 7.45 Nilai kritis       :  < 7.25 - 7.55

Implikasi Klinik

1. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan pembentukan asam)

2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga

untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam basa

B.  Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 )

PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam basa dalam darah.

Nilai Normal   : 35 - 45 mmHg         SI     : 4.7 - 6.0 kPa

Implikasi Klinik :

1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan khusus.

2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2  > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.

3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.

4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1.3 mmHg.

C.  Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 )

PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah.

Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 75 - 100 mmHg      SI   : 10 - 13.3 kPa

Implikasi Klinik

1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.

2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen)

D.  Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)

Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin.

Nilai Normal   : 95 - 99 % O2

Implikasi Klinik

1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan kecakupan oksigen pada jaringan

2. tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat 

E.  Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)

Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.

Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2)    : 22 - 32 mEq/L      SI    : 22 - 32 mmol/L

Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.

Implikasi Klinik :

1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan aldosteronisme

2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan hiperventilasi

3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin

F.Anion Gap (AG)

Anion gap digunakan untuk mendiagnosis asidosis metabolik. Perhitungan menggunakan elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan anion yang tidak terukur. Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan Mg2+. Anion yang tidak terukur meliputi protein, posfat sulfat dan asam organik. Anion gap dapat dihitung menggunakan dua pendekatan yang berbeda.

Na+  -  (Cl-    +    HCO3)   atau Na   +   K  -  (Cl + HCO3) = AG

Nilai Normal Pemeriksaan Anion Gap : 13 - 17 mEq/L

Implikasi Klinik

1. Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan volume ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar.

2. Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan manifestasi dari keadaan yang sering dinyatakan dengan singkatan "MULEPAK" yaitu akibat asupan metanoll, uremia, asidosis laktat, etilen glikol, paraldehid, intoksikasi aspirin dan ketoasidosis.

3. Anion gap rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution, hipernatremia, hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium.

4. Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare, asidoses tubular ginjal atau hiperkalsemia.

LO 2 MM Keseimbangan Asam-Basa

2.1 Definisi Asam Basa

Asam : sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang mengalami disosiasi atau

terpisah dalam larutan untuk menghasilkan H+

Basa: Bahan yang dapat berikatan dengan H+

Teori Arhenius

Asam : Zat yang terdisosiasi dalam air yang membentuk ion hidrogen (H+)

Basa : Zat yang terdiososiasi dalam air yang membentuk ion hidroksil (OH-)

Teori Bronsted lowry

Asam : suatu zat/bahan yang cenderung memberikan sebuah proton

Basa: suatu zat/bahan yang cenderung menerima sebuah proton

Asam basa adalah proses memberi dan menerimanya proton serta pembentukan ion

hidrogen dan hidroksil

Diperkenalkan oleh Johannnes Bronsted & Thomas Lowry pada tahun 1923

Asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan ion hidrogen,

dan sebuah basa adalah suatu zat yang dapat menerima ion hidrogen

Dalam reaksi asam basa, ion hydrogen dipindahkan dari asam ke basa

CH3COOH(aq) + H2O(l) ↔ H3O+(aq) + CH3COO-(aq)

Asam 1 Basa 1 Asam 2 Basa 2

Asam-basa terdapat sebagai pasangan konyugat. CH3COO- adalah basa

konyugat dari CH3COOH dan sebaliknya. H3O+ dan H2O juga membentuk

pasangan asam basa konyugat.

HCl (dalam NH3) + NH3(l) ↔ NH4+ (dalam NH3) + Cl- (dalam NH3)

Asam 1 Basa 1 Asam 2 Basa 2

Contoh asam basa bronsted lowry pada pelarut non-H2O

Beberapa molekul dan ion dapat berfungsi sebagai asam maupun sebagai

basa tergantung konsidi reaksi sehingga disebut amfoter. Sebagai contoh air

dan ion hydrogen karbonat

CH3COOH(aq) + H

2O(l) ↔ H

3O

+(aq) + CH

3COO

-(aq)

H2O(l) + NH

3(aq) ↔NH

4+

(aq) + OH-(aq)

H2CO

3-(aq) + H

2O(l) ↔H

3O

+(aq) + CO

22-

(aq)

H2O(l) + HCO

3-(aq) ↔ H

2CO

3(aq) + OH

-(aq)

Asam 1 Basa 1 Asam 2 Basa 2

TEORI ASAM BASA LEWIS

Basa Lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan sepasang electron

bebas (donor elektron)

Asam Lewis adalah jenis asam yang menerima sepasang electron bebas

(akseptor elektron)

Salah satu contohnya reaksi molekul yang kekurangan elektron BF3 dengan

molekul kaya elektron NH3 membentuk BF3NH3

Definisi Lewis mensistematiskan kimia berbagai macam oksida biner yang

dapat dianggap sebagaian hidrida asam atau basa

Anhidrida asam didapatkan dengan mengambil air dari suatu asam okso

sampai hanya tertinggal oksidanya, dengan demikian CO2 merupakan

anhidrida asam karbonat (H2CO3). CO2(g) + H2O(l) ↔ H2CO3(aq)

Oksida logam Golongan I dan II adalah anhidrida basa, yang diperoleh

dengan menghilangkan air dari hidroksida yang sesuai. Contoh

kalsiumoksida, CaO, adalah anhidrida basa dari kalsium hidroksida

Ca(OH)2. CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(s)

Reaksi oksida asam dan basa Lewis CaO(s) + CO2(g) ↔ CaCO3(s)

2.1 Klasifikasi Asam Basa

Berdasarkan kemampuan melepas H + 1. Asam lemah

Adalah asam yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air (berdisodiasi tidak sempurna).

2. Asam kuatAdalah asam yang berdisosiasi sempurna dalam air.

3. Basa lemahAdalah basa yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air/suatu persenyawaan yang bergabung tidak sempurna dengan ion hidrogen dalam larutan air.

4. Basa kuatAdalah persenyawaan yang berdisosiasi secara sempurna dalam larutan air.

Berdasarkan bentuk ion1. Asam anion

Asam yang mempunyai muatan negatif.Misalnya : H2SO4 dan SO3

2. Asam kationAsam yang mempunyai muatan positif.Misalnya : NH4 dan H3O

3. Basa anionBasa yang mempunyai muatan negative.Misalnya : CL dan CN

4. Basa kationBasa yang mempunyai muatan positif.

2.3 Sumber Asam Basa

2.4 Fisiologi Keseimbangan Asam Basa

Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen, keseimbangan

antara ion [ ] bebas dan [HC ] dalam cairan tubuh sehingga keseimbangan tubuh yang

harus dijaga kadar ion [ ] bebas dalam batas normal maupun pembentukan asam maupun basa terus berlangsung dalam kehidupan.

pH darah normal adalah 7.3-7.5 asam adalah pH dibawah 7.3 dan basa adalah pH di atas 7.5.pH 7.3-7.5 harus tetap dipertahankan,walaupun banyak senyawa-senyawa metabolit atau nutrien yang bersifat mengganggu nilai tersebut.Gangguan ke arah keasaman (asidosis) pH kurang dari 7.3 atau ke arah kebasaan (alkalosis) pH diatas 7.5.Gangguan dapat dipulihkan ke keadaan semula oleh alat kompensasi tubuh.

Karena ion [H+] berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka faktor yang mempengaruhi [H+] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa, yaitu :

A. Lebihnya kadar [H+] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari

Pembentukan yang sebagian berdisosiasi menjadi H+ dan Katabolisme zat organik Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedik, contoh pada metabolik

lemak terbentuk asam lemak dan laktat yaitu melepaskan [H+]

B. Keseimbangan intake dan output ion [H+] tubuh

Bervariasi tergantung dari:

Diet ( makanan ), H+ naik, jika kebanyakan makan asam (asidosis), sedangkan

dengan mengkonsumsi sayur dan buah bersifat basa banyak menghasilkan . Aktivitas yaitu lari cepat membuat tubuh kita asam karena menghasilkan banyak

CO2 sehingga pH turun. Proses anaerob yaitu lebih banyak penumpukan asam laktat seperti olahraga berat

sehingga menimbulkan reaksi asam dan membuat pH turun.

Mekanisme keseimbangan asam basa

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengatur keseimbangan asam basa dalam

darah yaitu:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia.

Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang

yang biasanya berlangsung selama beberapa hari

2. Tubuh menggunakan penyangga pH atau buffer dalam darah sebagai pelindung

terhadap perubahan yang terjadi secara tiba tiba dalam pH darah. Suatu penyangga

pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.

Penyangga pH yang paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat.

Bikarbonat adalah komponen basa yang berada dalam keseimbangan dengan

karbondioksida (suatu komponen asam).

Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan

lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida, jika lebih banyak basa

yang masuk ke aliran tubuh, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan

lebih sedikit bikarbonat

3. pembuangan karbondioksida

karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolism oksigen dan terus

menerus yang dihasilkan oleh sel.

Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru karbondioksida

dikeluarkan (dihembuskan).

Pusat pernapasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan

mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.

Jika pernafasan meningkat, kadar karbondioksida darah menurun dan darah

menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah

meningkat dan darah menjadi lebih asam.

Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan

paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen, Karena ion [H+¿¿]

berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka faktor yang mempengaruhi

[H+¿¿] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa, yaitu:

a) Lebihnya kadar [H+¿¿] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari

Pembentukan H 2CO3 yang sebagian berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3−¿ ¿

Katabolisme zat organik

Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedik, contoh pada metabolik

lemak terbentuk asam lemak dan laktat yaitu melepaskan [H+]

b) Keseimbangan intake dan output ion [H+] tubuh

Bervariasi tergantung dari:

Diet ( makanan ), H+ naik, jika kebanyakan makan asam (asidosis), sedangkan

dengan mengkonsumsi sayur dan buah bersifat basa banyak menghasilkan HC

O3−¿ ¿.

Aktivitas yaitu lari cepat membuat tubuh kita asam karena menghasilkan

banyak CO2 sehingga pH turun

Proses anaerob yaitu lebih banyak penumpukan asam laktat seperti olahraga

berat sehingga menimbulkan reaksi asam dan membuat pH turun

Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari tiga

sistem,yaitu :

1. Sistem buffer

Sistem buffer kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara. Jika

dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki, maka pengontrolan pH akan

dilanjutkan oleh paru paru yang merespon secara cepat terhadap perubahan ion H+

dalam darah karena rangsangan kemoreseptor dan pusat pernafasan mempertahankan

kadar [H+] sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut, ginjal mampu

meregulasi ketidakseimbangan ion H+ dengan mensekresikan ion H+ dan

menambahkan HCO3−¿ ¿

baru dalam darah karena memiliki dapar fosfat.

Fungsi utama sistem buffer ini adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh

pengaruh asam fixed dan asam organik pada cairan ekstraseluler. Sistem ini memiliki

keterbatasan, yaitu :

Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan

karena peningkatan CO2

Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem

pernafasan bekerja normal.

Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion

bikarbonat.

Didalam tubuh terdapat beberapa sistem buffer, yaitu :

Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat

Sistem buffer ini merupakan suatu komponen yang paling penting pada pengaturan

pH cairan ekstraseluler. sistem buffer bikarbonat ini dengan pengaturan kadar

karbondioksida di paru dan bikarbonat di ginjal. Bila terjadi peningkatan ion

hidrogen, terjadi interaksi dengan ion bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat.

Asam karbonat yang terbentuk akan mengalami disosiasi menjadi CO2 dan air, dan

CO2 yang dihasilkan akan dikeluarkan melalui paru.

Sistem buffer hemoglobin

Buffer hemoglobin (Hb) merupakan buffer intraseluler yang bekerja di dalam sel

darah merah. Buffer utama cairan ekstraseluler adalah sistem bikarbonat dan

hemoglobin. Hb penting untuk pengangkutan oksigen ke jaringan, pengangkut CO2

dan sebagai sistem buffer yang kuat.

Sistem buffer protein

Sistem buffer protein berfungsi mengatur pH cairan ekstraserselular dan interstitial.

Sistem buffer Fosfat

Sistem dapar ini berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus ginjal dan cairan

intrasel. Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam

mengatur pH darah.

(Guyton, 2008)

2. Sistem respiratorik (sistem paru)

Sistem pernapasan berperan penting bagi keseimbangan asam-basa karena

kemampuannya mengubah ventilasi paru-paru sehingga dapat mengubah kecepatan

ekskresi CO2 penghasil H+¿¿ yang diatur oleh konsentrasi H+¿¿ arteri.

Jika konsentrasi H+¿¿ meningkat, pusat pernapasan di batang otak secara refleks

terangsang untuk meningkatkan CO2 ventilasi paru-paru yang mengakibatkan

kedalaman nafas meningkat sehingga lebih banyak yang dikeluarkan sehingga

jumlah H 2 CO3yang ditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Karena CO2

membentuk asam, pengeluaran CO2pada dasarnya adalah pengeluaran asam dari

tubuh. Jadi, pH tubuh dapat kembali ke pH normal. Jadi, peningkatan ventilasi

alveolus menurunkan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan

meningkatkan pH. Begitu pula sebaliknya.

3. Sistem metabolik (sistem ginjal)

Ginjal mampu memulihkan pH hampir tepat ke normal walaupun membutuhkan

waktu yang lebih lama.

Ginjal mengontrol pH cairan tubuh dengan menyesuaikan 3 faktor yaitu :

a. Ekskresi ion hidrogen

b. Ekskresi bikarbonat

c. Sekresi amonia

LO. 3 MM Ukuran Keasaman pH

3.1 Definisi pH

Simbol yang berhubungan dengan konsentrasi hidrogen ] atau aktivitas larutan dibandingkan larutan standar yang diberikan. Secara numeric, pH kira-kira sama dengan logaritma negative konsentrasi yang dinyatakan dalma molaritas, pH 7 merupakan keadaan netral; di atas 7 terjadi peningkatan alkalinitas sedangkan dibawah 7 dan peningkatan keasaman (asiditas).

3.2 Cara Menentukan pH Larutan Asam Basa

larutan indikator adalah zat-zat yang mempunyai warna berbeda dalam larutan yang bersifat asam, basa, dan netral, sehingga dapat digunakan untuik membedakan larutan yang bersifat asam, basa, dan netral. Larutan indikator akan berubah warna jika PH (derajat keasaman) berubah. Pada suhu 25 derajat celcius maka pH + pOH = 14,

untuk larutan netral pH = pOH = 7, sedangkan untuk larutan asam pH lebih kecil 7 dan larutan basa lebih besar 7. Jadi, pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen atau ukuran keasaman larutan. Ada dua macam indikator, yaitu:

Indikator penunjuk asam adalah indikator yang akan berubah warnanya, jika konsentrasi asam berubah sedikit saja. Daerah perubahan warna untuk indikator ini kurang dari 7.

Indikator penunjuk basa adalah indikator yang akan berubah warnanya, jika konsentrasi basa (OH) berubah sedikit saja. Daerah perubahan warnanya lebih dari 7.

Di laboratorium, indikator yang sering digunakan adalah larutan fenolftalein (PP), metil merah, dan metil orange.

Table beberapa indicator Asam-Basa yang lazim

IndikatorWarna

Kisaran pHDalam Asam Dalam Basa

Timol biru merah Kuning 1,2-2,8

Bromofenol biru Kuning Ungu kebiruan 3,0-4,6

Metil jingga Jingga Kuning 3,1-4,4

Metil merah Merah Kuning 4,2-6,3

Klorofenol biru Kuning Merah 4,8-6,4

Bromotimol biru Kuning Biru 6,0-7,6

Kresol merah Kuning Merah 7,2-8,8

fenolftalein Tidak berwarna Pink kemerahan 8,3-10,0

*kisaran pH didefinisikan sebagai kisaran di mana indicator berubah dari warna asam ke warna basa

3.3 Rumus mencari pH

PH adalah konsentrasi ion hidrogen (hydronium) yang dapat dinyatakan denganpH = log 1 = -log[H+]

[H+] = -log [HCO3-]

Selain itu menurut persamaan Henderson-Hasselbach PH dihitung dengan rumus :

pH = pKa + log [garam]/[asam]

atau

pH = pK + log [HCO3-]/[H2CO3]

dimana :

Pk = konstanta disosiasi asam karbonat =6,1

[HCO3] = kadar bikarbonat plasma

[H2CO3] = kadar asam karbonat plasma

PH = pK + log [HCO3]/S X PCO2

S = konstan kelarutan CO2 dengan nilai sebesar 0.03

3.4 Manfaat Pengukuran pH

3.5 Penyebab Perubahan pH

Beban makanan dan beban metabolic

Ion hydrogen di tambahkan atau di kurangi sebagai akibat makan-makanan tertentu atau akibat perubahan metabolic

Beban respirasi

Peningkatan laju pernafasan yang tidak di sertai peningkatan aliran CO2 ke paru-paru akan mengurangi tekanan Co2 dalam alveoli . begitu juga pada darah yang kembali menuju ke jaringan perifer sehingga terjadi akibat respiratorik H+ menurun PH meningkat

LO.4 MM Asidosis Metabolik

4.1 Definisi Asidosis Metabolik- Asidosis Metabolik adalah penurunan kadar ion HCO3

- diikuti dengan penurunan tekanan parsial CO2 didalam arteri (Gangguan Keseimbangan Asam basa, FKUI)

- Asidosis Metabolik adalah gangguan sistemik yang ditandai dengan penurunan primer kadar bikarbonat plasma sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH yaitu peningkatan [H+] (Price. Wilson.2006.Patofisiologi)

- Asidosis Metabolik yang disebut juga Asidosis Non-Respiratori adalah keadaan asidosis yang status asam basa tubuhnya bergeser ke sisi asam akibat kehilangan basa atau retensi asam selain asam karbonat. (Kamus Dorland)

4.2 Etiologi Asidosis Metabolik

1. Pembentukan asam yang berlebhan di dalam tubuh. Ion hidrogen dibebaskan oleh sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, sehingga terjadi penurunan pH. Dalam klinik ditemukan keadaan ini seperti pada:

- Asidosis laktat. Timbul karena hipoksia jaringan berkepanjangan, mengakibatkan jaringan mengalami proses metabolisme anaerob.

- Ketoasidosis. Timbul karena produksi badan keton dalam jumlah sangat tinggi pada metabolisme fase pasca absortif. Ketoasidosis merupakan akibat dari starvasi dan komplikasi diabetes mellitus yang tidak terkendali, jaringan tidak dapat memanfaatkan glukosa dari sirkulasi, sehingga mengandalkan metabolisme lipid dan keton

- Intoksikasi salisat

- Intoksikasi etanol

2. Berkurangnya kadar ion-HCO3 didalam tubuh

Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat yang mengatur keseimbangan ion hidrogen dan mempengaruhi keseimbangan pH. Penurunan konsentrasi HCO3 di cairan ekstraseluler menyebabkan penurunan efektifitas sistem buffer dan asidosis timbul. Penyebab penurunan konsentrasi HCO3 anatara lain adalah diare, renal tubular acidosis (RTA ) , pemakaian obat inhibitor enzime anhidrase karbonat atau pada penyakit ginjal kronik stadium III-IV

3. Adanya rentesi ion-H dalam tubuh

Jaringan tidak mampu ekskresi ion hidrogen melalui ginjal. Ini terjadi pada penyakit ginjal kronik stadium IV-V, RTA-1 atau RTA-4

4.3 Mekanisme Asidosis MetabolikAsidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai

dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Asidosis dapat terjadi jika diare. Bila peningkatan keasaman melampaui system penyangga pH, darah akan menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, eprnapasan menjadi lebih

salam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuj menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah CO2.

Jika kita makan, saluran pencernaan seperti lambung, usus dsb akan menghasilkan HCO3. Nanti HCO3 akan diserap oleh plasma yang akan dieksresi bersama urin. Tetapi jika terjadi diare, HCO3 akan banyak keluar bersama feses. Karena diare tidak terjadi absorbsi pada usus. Diare dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, virus serta bakteri. Sehingga HCO3 dalam plasma akan terjadi penurunan besar-besaran karena keluar bersama feses. Sedangkan jika HCO3

berkurang, H+ tidak dapat diikat. Karena HCO3 berperan sebagi buffer bagi H+

agar tidak kelebihan asam dalam tubuh. Karena penurunan HCO3 akan menyebabkan kenaikan H+ dalam tubuh lalu pH akan turun, HCO3 turun, tetapi H+

naik sehingga tubuh menjadi asam. Maka terjadilah Asidosis Metabolik.

4.4 Manifestasi Klinik Asidosis Metabolik Mual Muntah Kelelahan Pernapasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat (pernafasan kussmaul’s); Rasa mengantuk Mengalami kebingungan Tekanan darah menurun, menyebabkan syok, koma dan kematian

4.5 Diagosis Asidosis Metabolik

Asidosis metabolic akut dapat menyebabkan :

1. depresi miokardial disertai reduksi cardiac output (curah jantung)2. penurunan tekanan darah,3. penurunan aliran ke sirkulasi hepatic dan renal4. menyebabkan aritmia dan fibrillasi ventricular5. metabolism otak menurun secara progresif6. pada pH yang lebih dari 7,1 akan menyebabkan fatigue (rasa lelah), sesak

napas, nyeri perut, nyeri tulang, dan mual/muntah7. pada pH kurang atau sama dengan 7,1 akan menyebabkan inotropic negative,

aritmia, konstriksi vena perifer, dilatasi arteri perifer, penurunan tekanan darah, penurunan aliran darah ke hati, kontriksi pembuluh darah paru (pertukaran oksigen terganggu)

Diagnosis asidosis metabolic ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan dipastikan oleh hasil pemeriksaan laboratorium yaitu pH, PaCO2, dan HCO3 dengan menggunakan pendekatan sistematik.

Hasil pemeriksaan menunjukkan :

pH : <7,35HCO3 : <22 mEq/LPaCO2 : <40 mmHg

4.6 Penanganan Asidosis Metabolik

Tujuan penanganan asidosis metabolic adalah untuk meningkatkan pH sistemik sampai ke batas aman, dan mengobati penyebab asidosis yang mendasari.

Langkah koreksi asidosis metabolic :

1. Langkah pertama, tetapkan berat ringannya gangguan asidosis. Gangguan disebut letal bila pH darah kurang dari 7 atau kadar ion H lebih dari 100 nmol/L. gangguan yang perlu mendapat perhatian bila pH darah 7,1-7,3 atau kadar ion H antara 50-80 nmol/L.

2. Langkah kedua, tetapkan anion gap atau bila perlu anion gap urin untuk mengetahui dugaan etiologi asidosis metabolic. Dengan bantuan gejala klinis lain dapat dengan mudah ditetapkan etiologinya.

3. Langkah ketiga, bila dicurigai kemungkinan asidosis laktat, hitung rasio delta anion gap dengan delta HCO3 (delta anion gap : anion gap pada saat pasien diperiksa dikurangi dengan median anion gap normal, delta HCO3: kadar HCO3 normal dikurangi dengan kadar HCO3 pada saat pasien diperiksa). Bila rasio lebih dari 1, asidosis disebabkan oleh asidosis laktat. Langkah ini menetapkan sampai sejauh mana koreksi dapat dilakukan.

4.7 Kompensasi Asidosis Metabolik

Kecuali pada asidosis uremik, asidosis metabolic dikompensasi oleh mekanisme pernapasan dan ginjal serta dapar kimiawi.

Penyangga menyerap kelebihan H+

Paru mengeluarkan lebih banyak CO2 penghasil H+

Ginjal mengeksresikan H+ lebih banyak dan menahan HCO3- lebih banyak.

Dalam mengompensasi asidosis metabolik, paru secara sengaja menggeser CO2

dari normal dalam upaya memulihkan H+ kearah normal. Sementara pada gangguan asam basa yang disebabkan oleh faktor pernapasan kelainan CO2 adalah penyebab ketidakseimbangan H+ , pada gangguan asam basa metabolic CO2 secara sengaja digeser dari normal sebagai kompensasi penting untuk ketidakseimbangan H+ .

LO.5 MM Diare

5.1 Definisi Diare

Diare adalah salah satu gangguan kesehatan yang lazim  memengaruhi banyak orang. Gangguan ini adalah suatu gejala dan bukan penyakit.Ada beberpa penyebab diare yang mungkin, tetapi yang paling umum adalah infeksi.Diare adalah penyebab utama penyebab utama penyakit dan kematian anak-anak di Negara-negara berkembang, seperti India atau Indonesia.Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk atau malnutrisi.Ini karena anak-anak cenderung makan lebih sedikit dalam suatu episode diare.Juga, diare dapat memengaruhi pencernaan makanan secara buruk.Akibatnya, tubuh mungkin tidak dapat memanfaatkan makanan dengan efektif.Tubuh kita membutuhkan nutrien tambahan ketika menderita infeksi apapun untuk  memerangi kuman-kuman yang menyebabkan penyakitnya. Makanan yang tidak memadai dan pencernaan yang tidak baik secara bersama-sama berpengaruh buruk terhadap status nutrisi seorang anak.Diare dan atau komplikasinya dapat dicegah dengan cara-cara yang sederhana dan efektif.Apa itu Diare?Definisi Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja dan atau tinja cair dikeluarkan tiga kali  atau lebih per hari.(www.sehat.artikel2.com/definisi-diare.htm)

5.2 Jenis-jenis Diare

Diare bukanlah suatu penyakit, tetapi gejala.Anda biasanya disebut memiliki diare bila Anda buang air besar lebih sering (lebih dari tiga kali sehari), mengeluarkan tinja yang encer dan/atau volumenya meningkat (lebih dari 250 gram per hari pada orang dewasa).

Diare secara umum dibedakan menjadi akut dan kronis (atau persisten) berdasarkan durasinya.Diare akut dimulai dengan cepat dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.Sebagian besar diare adalah jenis ini dan umumnya tidak berbahaya.Satu dari tiga orang dewasa sehat mengalami diare setidaknya sekali dalam setahun.  Diare kronis atau persisten berlangsung lebih dari 14 hari. Diare berkepanjangan ini biasanya memiliki penyebab dan menimbulkan masalah yang berbeda  sehingga  penanganannya berbeda dengan diare akut.

5.3 Etiologi Diare

Penyebab diare akut yang paling sering ditemukan adalah organism menular. Diare akut dapat pula disebabkan oleh obat-obat atau toksin yang termakan, penggunaan kemoterapi.

Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:

1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.

3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.

4. Pemanis buatan

5.4 Gejala Diare

1. Sakit perut

2. Sering kali mual dan muntah

3. Buang air besar terus menerus

4. Nafsu makan berkurang

5. Demam tinggi

6. Terkadang ada darah dalam tinja atau feses

7. Gejala lainnya dapat timbul seperti pegal pada punggung, dan perut berbunyi.

Gejala Penyakit DiarePada Orang Dewasa:

a. Sering buang air besar dalam bentuk cairan berwarna terang dan kehijauanb. Kram pada perutc. Kelelahan karena banyak kehilangan potasium (kalium)d. Kehausan karena banyak cairan yang hilange. Ada bercak darah saat buang airGejala Penyakit Diare dan Penanganan Penyakit Diare :

1. Frekuensi buang air bertambah2. Buang air besar berbentuk cairan3. Kotoran berbau atau tidak berbau.4. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya meninggi5. Anusnya lecet6. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang7. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).8. Warna tinnja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

5.5 Mekanisme Diare

5.6 Pencegahan dan Penanganan Diare