wrap up diare
DESCRIPTION
upTRANSCRIPT
LO 1. MM Analisa Gas Darah
1.1 Definisi Analisa Gas DarahAnalisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman
(pH), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2.
1.2 Langkah-langkah Analisa Gas Darah1. Persiapan alat.
2. Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang
akan di pungsi.
3. Memilih arteri yang akan di pungsi.
4. Menyiapkan posisi pasien :
a. Arteri Radialisi :
- Pasien tidur semi fowler dan tangan diluruskan.
- Meraba arteri kalau perlu tangan boleh diganjal atau ditinggikan.
- Arteri harus benar-benar teraba untuk memastikan lokalisasinya.
b. Arteri Dorsalis Pedis.
- Pasien boleh flat/fowler.
c. Arteri Brachialis
- Posisi pasien semi fowler, tangan di hyperekstensikan/diganjal dengan
siku.
d. Arteri Femoralis.
- Posisi pasien flat.
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
6. Raba kembali arteri untuk memastikan adanya pulsasi daerah yang akan ditusuk
sesudah dibersihkan dengan kapas bethadine secara sirkuler. Setelah 30 detik kita
ulangi dengan kapas alkohol dan tunggu hingga kering.
7. Bila perlu obat anethesi lokal gunakan spuit 1 cc yang sudah diisi dengan obat
(adrenalin 1 %), kemudian suntikan 0,2-0,3 cc intracutan dan sebelum obat
dimasukkan terlebih dahulu aspirasi untuk mencegah masuknya obat ke dalam
pembuluh darah.
8. Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan cara
kulit diregangkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah sehingga arteri yang
akan ditusuk berada di antara 2 jari tersebut.
9. Spuit yang sudah di heparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan tangan
kanan, jarum ditusukkan ke dalam arteri yang sudah di fiksasi tadi.
- Pada arteri radialis posisi jarum 45 derajat.
- Pada arteri brachialis posisi jarum 60 derajat.
- Pada arteri femoralis posisi jarum 90 derajat.
Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga
darah dengan mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang-kadang darah tidak langsung
keluar. Kalau terpaksa dapat menghisapnya secara perlahan-lahan untuk mencegah
hemolisis. Bila tusukan tidak berhasil jarum jangan langsung dicabut, tarik perlahan-
lahan sampai ada dibawah kulit kemudian tusukan boleh diulangi lagi kearah
denyutan.
10. Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi
pemompa spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan segera
gelembung udara dikeluarkan dari spuit.
11. Ujung jarum segera ditutup dengan gabus / karet.
12. Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan
bethadine.
- Pada arteri radialis dan dorsalis pedis selama 5 menit.
- Pada arteri brachialis selama 7 – 10 menit.
- Pada arteri femoralis selama 10 menit.
- Jika pasien mendapat antikoagulan tekan selama 15 menit.
13. Lokalisasi tusukan tutup dengan kassa + bethadine steril.
14. Memberi etiket laboratorium dan mencantumkan nama pasien, ruangan, tanggal,
dan jam pengambilan, suhu, dan jenis pemeriksaan.
15. Bila pengiriman/pemeriksaannya jauh, darah dimasukkan kantong plastik yang
diisi es supaya pemeriksaan tidak berpengaruh oleh suhu udara luar.
16. Kembali mencuci tangan setelah selesai melakukan tindakan.
1.3 Tujuan Analisa Gas Darah
Analisa gas darah memiliki tujuan sebagai berikut (McCann, 2004):
1. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
2. Mengevaluasi ventilasi melalui pengukuran pH, tekanan parsial oksigen arteri
(PaO2), dan tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2).
3. Mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui darah yang
ditunjukkan melalui PaO2.
4. Mengetahui kapasitas paru-paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang
ditunjukkan oleh PaCO2.
5. Menganalisa isi oksigen dan pemenuhannya serta untuk mengetahui jumlah
bikarbonat.
1.4 Parameter Analisa Gas Darah
A. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH
Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat dan asam keto).
Nilai normal pH serum :
Nilai normal : 7.35 - 7.45 Nilai kritis : < 7.25 - 7.55
Implikasi Klinik
1. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan pembentukan asam)
2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga
untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam basa
B. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 )
PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam basa dalam darah.
Nilai Normal : 35 - 45 mmHg SI : 4.7 - 6.0 kPa
Implikasi Klinik :
1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan khusus.
2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.
3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1.3 mmHg.
C. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 )
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah.
Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 75 - 100 mmHg SI : 10 - 13.3 kPa
Implikasi Klinik
1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.
2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen)
D. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik
1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan kecakupan oksigen pada jaringan
2. tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat
E. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2) : 22 - 32 mEq/L SI : 22 - 32 mmol/L
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Implikasi Klinik :
1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan aldosteronisme
2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan hiperventilasi
3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin
F.Anion Gap (AG)
Anion gap digunakan untuk mendiagnosis asidosis metabolik. Perhitungan menggunakan elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan anion yang tidak terukur. Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan Mg2+. Anion yang tidak terukur meliputi protein, posfat sulfat dan asam organik. Anion gap dapat dihitung menggunakan dua pendekatan yang berbeda.
Na+ - (Cl- + HCO3) atau Na + K - (Cl + HCO3) = AG
Nilai Normal Pemeriksaan Anion Gap : 13 - 17 mEq/L
Implikasi Klinik
1. Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan volume ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar.
2. Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan manifestasi dari keadaan yang sering dinyatakan dengan singkatan "MULEPAK" yaitu akibat asupan metanoll, uremia, asidosis laktat, etilen glikol, paraldehid, intoksikasi aspirin dan ketoasidosis.
3. Anion gap rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution, hipernatremia, hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium.
4. Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare, asidoses tubular ginjal atau hiperkalsemia.
LO 2 MM Keseimbangan Asam-Basa
2.1 Definisi Asam Basa
Asam : sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang mengalami disosiasi atau
terpisah dalam larutan untuk menghasilkan H+
Basa: Bahan yang dapat berikatan dengan H+
Teori Arhenius
Asam : Zat yang terdisosiasi dalam air yang membentuk ion hidrogen (H+)
Basa : Zat yang terdiososiasi dalam air yang membentuk ion hidroksil (OH-)
Teori Bronsted lowry
Asam : suatu zat/bahan yang cenderung memberikan sebuah proton
Basa: suatu zat/bahan yang cenderung menerima sebuah proton
Asam basa adalah proses memberi dan menerimanya proton serta pembentukan ion
hidrogen dan hidroksil
Diperkenalkan oleh Johannnes Bronsted & Thomas Lowry pada tahun 1923
Asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan ion hidrogen,
dan sebuah basa adalah suatu zat yang dapat menerima ion hidrogen
Dalam reaksi asam basa, ion hydrogen dipindahkan dari asam ke basa
CH3COOH(aq) + H2O(l) ↔ H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
Asam 1 Basa 1 Asam 2 Basa 2
Asam-basa terdapat sebagai pasangan konyugat. CH3COO- adalah basa
konyugat dari CH3COOH dan sebaliknya. H3O+ dan H2O juga membentuk
pasangan asam basa konyugat.
HCl (dalam NH3) + NH3(l) ↔ NH4+ (dalam NH3) + Cl- (dalam NH3)
Asam 1 Basa 1 Asam 2 Basa 2
Contoh asam basa bronsted lowry pada pelarut non-H2O
Beberapa molekul dan ion dapat berfungsi sebagai asam maupun sebagai
basa tergantung konsidi reaksi sehingga disebut amfoter. Sebagai contoh air
dan ion hydrogen karbonat
CH3COOH(aq) + H
2O(l) ↔ H
3O
+(aq) + CH
3COO
-(aq)
H2O(l) + NH
3(aq) ↔NH
4+
(aq) + OH-(aq)
H2CO
3-(aq) + H
2O(l) ↔H
3O
+(aq) + CO
22-
(aq)
H2O(l) + HCO
3-(aq) ↔ H
2CO
3(aq) + OH
-(aq)
Asam 1 Basa 1 Asam 2 Basa 2
TEORI ASAM BASA LEWIS
Basa Lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan sepasang electron
bebas (donor elektron)
Asam Lewis adalah jenis asam yang menerima sepasang electron bebas
(akseptor elektron)
Salah satu contohnya reaksi molekul yang kekurangan elektron BF3 dengan
molekul kaya elektron NH3 membentuk BF3NH3
Definisi Lewis mensistematiskan kimia berbagai macam oksida biner yang
dapat dianggap sebagaian hidrida asam atau basa
Anhidrida asam didapatkan dengan mengambil air dari suatu asam okso
sampai hanya tertinggal oksidanya, dengan demikian CO2 merupakan
anhidrida asam karbonat (H2CO3). CO2(g) + H2O(l) ↔ H2CO3(aq)
Oksida logam Golongan I dan II adalah anhidrida basa, yang diperoleh
dengan menghilangkan air dari hidroksida yang sesuai. Contoh
kalsiumoksida, CaO, adalah anhidrida basa dari kalsium hidroksida
Ca(OH)2. CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(s)
Reaksi oksida asam dan basa Lewis CaO(s) + CO2(g) ↔ CaCO3(s)
2.1 Klasifikasi Asam Basa
Berdasarkan kemampuan melepas H + 1. Asam lemah
Adalah asam yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air (berdisodiasi tidak sempurna).
2. Asam kuatAdalah asam yang berdisosiasi sempurna dalam air.
3. Basa lemahAdalah basa yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air/suatu persenyawaan yang bergabung tidak sempurna dengan ion hidrogen dalam larutan air.
4. Basa kuatAdalah persenyawaan yang berdisosiasi secara sempurna dalam larutan air.
Berdasarkan bentuk ion1. Asam anion
Asam yang mempunyai muatan negatif.Misalnya : H2SO4 dan SO3
2. Asam kationAsam yang mempunyai muatan positif.Misalnya : NH4 dan H3O
3. Basa anionBasa yang mempunyai muatan negative.Misalnya : CL dan CN
4. Basa kationBasa yang mempunyai muatan positif.
2.3 Sumber Asam Basa
2.4 Fisiologi Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen, keseimbangan
antara ion [ ] bebas dan [HC ] dalam cairan tubuh sehingga keseimbangan tubuh yang
harus dijaga kadar ion [ ] bebas dalam batas normal maupun pembentukan asam maupun basa terus berlangsung dalam kehidupan.
pH darah normal adalah 7.3-7.5 asam adalah pH dibawah 7.3 dan basa adalah pH di atas 7.5.pH 7.3-7.5 harus tetap dipertahankan,walaupun banyak senyawa-senyawa metabolit atau nutrien yang bersifat mengganggu nilai tersebut.Gangguan ke arah keasaman (asidosis) pH kurang dari 7.3 atau ke arah kebasaan (alkalosis) pH diatas 7.5.Gangguan dapat dipulihkan ke keadaan semula oleh alat kompensasi tubuh.
Karena ion [H+] berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka faktor yang mempengaruhi [H+] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa, yaitu :
A. Lebihnya kadar [H+] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari
Pembentukan yang sebagian berdisosiasi menjadi H+ dan Katabolisme zat organik Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedik, contoh pada metabolik
lemak terbentuk asam lemak dan laktat yaitu melepaskan [H+]
B. Keseimbangan intake dan output ion [H+] tubuh
Bervariasi tergantung dari:
Diet ( makanan ), H+ naik, jika kebanyakan makan asam (asidosis), sedangkan
dengan mengkonsumsi sayur dan buah bersifat basa banyak menghasilkan . Aktivitas yaitu lari cepat membuat tubuh kita asam karena menghasilkan banyak
CO2 sehingga pH turun. Proses anaerob yaitu lebih banyak penumpukan asam laktat seperti olahraga berat
sehingga menimbulkan reaksi asam dan membuat pH turun.
Mekanisme keseimbangan asam basa
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengatur keseimbangan asam basa dalam
darah yaitu:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari
2. Tubuh menggunakan penyangga pH atau buffer dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba tiba dalam pH darah. Suatu penyangga
pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat adalah komponen basa yang berada dalam keseimbangan dengan
karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan
lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida, jika lebih banyak basa
yang masuk ke aliran tubuh, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan
lebih sedikit bikarbonat
3. pembuangan karbondioksida
karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolism oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru karbondioksida
dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernapasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbondioksida darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah
meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan
paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen, Karena ion [H+¿¿]
berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka faktor yang mempengaruhi
[H+¿¿] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa, yaitu:
a) Lebihnya kadar [H+¿¿] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari
Pembentukan H 2CO3 yang sebagian berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3−¿ ¿
Katabolisme zat organik
Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedik, contoh pada metabolik
lemak terbentuk asam lemak dan laktat yaitu melepaskan [H+]
b) Keseimbangan intake dan output ion [H+] tubuh
Bervariasi tergantung dari:
Diet ( makanan ), H+ naik, jika kebanyakan makan asam (asidosis), sedangkan
dengan mengkonsumsi sayur dan buah bersifat basa banyak menghasilkan HC
O3−¿ ¿.
Aktivitas yaitu lari cepat membuat tubuh kita asam karena menghasilkan
banyak CO2 sehingga pH turun
Proses anaerob yaitu lebih banyak penumpukan asam laktat seperti olahraga
berat sehingga menimbulkan reaksi asam dan membuat pH turun
Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari tiga
sistem,yaitu :
1. Sistem buffer
Sistem buffer kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara. Jika
dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru paru yang merespon secara cepat terhadap perubahan ion H+
dalam darah karena rangsangan kemoreseptor dan pusat pernafasan mempertahankan
kadar [H+] sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut, ginjal mampu
meregulasi ketidakseimbangan ion H+ dengan mensekresikan ion H+ dan
menambahkan HCO3−¿ ¿
baru dalam darah karena memiliki dapar fosfat.
Fungsi utama sistem buffer ini adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organik pada cairan ekstraseluler. Sistem ini memiliki
keterbatasan, yaitu :
Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan
karena peningkatan CO2
Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal.
Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion
bikarbonat.
Didalam tubuh terdapat beberapa sistem buffer, yaitu :
Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat
Sistem buffer ini merupakan suatu komponen yang paling penting pada pengaturan
pH cairan ekstraseluler. sistem buffer bikarbonat ini dengan pengaturan kadar
karbondioksida di paru dan bikarbonat di ginjal. Bila terjadi peningkatan ion
hidrogen, terjadi interaksi dengan ion bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat.
Asam karbonat yang terbentuk akan mengalami disosiasi menjadi CO2 dan air, dan
CO2 yang dihasilkan akan dikeluarkan melalui paru.
Sistem buffer hemoglobin
Buffer hemoglobin (Hb) merupakan buffer intraseluler yang bekerja di dalam sel
darah merah. Buffer utama cairan ekstraseluler adalah sistem bikarbonat dan
hemoglobin. Hb penting untuk pengangkutan oksigen ke jaringan, pengangkut CO2
dan sebagai sistem buffer yang kuat.
Sistem buffer protein
Sistem buffer protein berfungsi mengatur pH cairan ekstraserselular dan interstitial.
Sistem buffer Fosfat
Sistem dapar ini berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus ginjal dan cairan
intrasel. Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darah.
(Guyton, 2008)
2. Sistem respiratorik (sistem paru)
Sistem pernapasan berperan penting bagi keseimbangan asam-basa karena
kemampuannya mengubah ventilasi paru-paru sehingga dapat mengubah kecepatan
ekskresi CO2 penghasil H+¿¿ yang diatur oleh konsentrasi H+¿¿ arteri.
Jika konsentrasi H+¿¿ meningkat, pusat pernapasan di batang otak secara refleks
terangsang untuk meningkatkan CO2 ventilasi paru-paru yang mengakibatkan
kedalaman nafas meningkat sehingga lebih banyak yang dikeluarkan sehingga
jumlah H 2 CO3yang ditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Karena CO2
membentuk asam, pengeluaran CO2pada dasarnya adalah pengeluaran asam dari
tubuh. Jadi, pH tubuh dapat kembali ke pH normal. Jadi, peningkatan ventilasi
alveolus menurunkan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan
meningkatkan pH. Begitu pula sebaliknya.
3. Sistem metabolik (sistem ginjal)
Ginjal mampu memulihkan pH hampir tepat ke normal walaupun membutuhkan
waktu yang lebih lama.
Ginjal mengontrol pH cairan tubuh dengan menyesuaikan 3 faktor yaitu :
a. Ekskresi ion hidrogen
b. Ekskresi bikarbonat
c. Sekresi amonia
LO. 3 MM Ukuran Keasaman pH
3.1 Definisi pH
Simbol yang berhubungan dengan konsentrasi hidrogen ] atau aktivitas larutan dibandingkan larutan standar yang diberikan. Secara numeric, pH kira-kira sama dengan logaritma negative konsentrasi yang dinyatakan dalma molaritas, pH 7 merupakan keadaan netral; di atas 7 terjadi peningkatan alkalinitas sedangkan dibawah 7 dan peningkatan keasaman (asiditas).
3.2 Cara Menentukan pH Larutan Asam Basa
larutan indikator adalah zat-zat yang mempunyai warna berbeda dalam larutan yang bersifat asam, basa, dan netral, sehingga dapat digunakan untuik membedakan larutan yang bersifat asam, basa, dan netral. Larutan indikator akan berubah warna jika PH (derajat keasaman) berubah. Pada suhu 25 derajat celcius maka pH + pOH = 14,
untuk larutan netral pH = pOH = 7, sedangkan untuk larutan asam pH lebih kecil 7 dan larutan basa lebih besar 7. Jadi, pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen atau ukuran keasaman larutan. Ada dua macam indikator, yaitu:
Indikator penunjuk asam adalah indikator yang akan berubah warnanya, jika konsentrasi asam berubah sedikit saja. Daerah perubahan warna untuk indikator ini kurang dari 7.
Indikator penunjuk basa adalah indikator yang akan berubah warnanya, jika konsentrasi basa (OH) berubah sedikit saja. Daerah perubahan warnanya lebih dari 7.
Di laboratorium, indikator yang sering digunakan adalah larutan fenolftalein (PP), metil merah, dan metil orange.
Table beberapa indicator Asam-Basa yang lazim
IndikatorWarna
Kisaran pHDalam Asam Dalam Basa
Timol biru merah Kuning 1,2-2,8
Bromofenol biru Kuning Ungu kebiruan 3,0-4,6
Metil jingga Jingga Kuning 3,1-4,4
Metil merah Merah Kuning 4,2-6,3
Klorofenol biru Kuning Merah 4,8-6,4
Bromotimol biru Kuning Biru 6,0-7,6
Kresol merah Kuning Merah 7,2-8,8
fenolftalein Tidak berwarna Pink kemerahan 8,3-10,0
*kisaran pH didefinisikan sebagai kisaran di mana indicator berubah dari warna asam ke warna basa
3.3 Rumus mencari pH
PH adalah konsentrasi ion hidrogen (hydronium) yang dapat dinyatakan denganpH = log 1 = -log[H+]
[H+] = -log [HCO3-]
Selain itu menurut persamaan Henderson-Hasselbach PH dihitung dengan rumus :
pH = pKa + log [garam]/[asam]
atau
pH = pK + log [HCO3-]/[H2CO3]
dimana :
Pk = konstanta disosiasi asam karbonat =6,1
[HCO3] = kadar bikarbonat plasma
[H2CO3] = kadar asam karbonat plasma
PH = pK + log [HCO3]/S X PCO2
S = konstan kelarutan CO2 dengan nilai sebesar 0.03
3.4 Manfaat Pengukuran pH
3.5 Penyebab Perubahan pH
Beban makanan dan beban metabolic
Ion hydrogen di tambahkan atau di kurangi sebagai akibat makan-makanan tertentu atau akibat perubahan metabolic
Beban respirasi
Peningkatan laju pernafasan yang tidak di sertai peningkatan aliran CO2 ke paru-paru akan mengurangi tekanan Co2 dalam alveoli . begitu juga pada darah yang kembali menuju ke jaringan perifer sehingga terjadi akibat respiratorik H+ menurun PH meningkat
LO.4 MM Asidosis Metabolik
4.1 Definisi Asidosis Metabolik- Asidosis Metabolik adalah penurunan kadar ion HCO3
- diikuti dengan penurunan tekanan parsial CO2 didalam arteri (Gangguan Keseimbangan Asam basa, FKUI)
- Asidosis Metabolik adalah gangguan sistemik yang ditandai dengan penurunan primer kadar bikarbonat plasma sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH yaitu peningkatan [H+] (Price. Wilson.2006.Patofisiologi)
- Asidosis Metabolik yang disebut juga Asidosis Non-Respiratori adalah keadaan asidosis yang status asam basa tubuhnya bergeser ke sisi asam akibat kehilangan basa atau retensi asam selain asam karbonat. (Kamus Dorland)
4.2 Etiologi Asidosis Metabolik
1. Pembentukan asam yang berlebhan di dalam tubuh. Ion hidrogen dibebaskan oleh sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, sehingga terjadi penurunan pH. Dalam klinik ditemukan keadaan ini seperti pada:
- Asidosis laktat. Timbul karena hipoksia jaringan berkepanjangan, mengakibatkan jaringan mengalami proses metabolisme anaerob.
- Ketoasidosis. Timbul karena produksi badan keton dalam jumlah sangat tinggi pada metabolisme fase pasca absortif. Ketoasidosis merupakan akibat dari starvasi dan komplikasi diabetes mellitus yang tidak terkendali, jaringan tidak dapat memanfaatkan glukosa dari sirkulasi, sehingga mengandalkan metabolisme lipid dan keton
- Intoksikasi salisat
- Intoksikasi etanol
2. Berkurangnya kadar ion-HCO3 didalam tubuh
Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat yang mengatur keseimbangan ion hidrogen dan mempengaruhi keseimbangan pH. Penurunan konsentrasi HCO3 di cairan ekstraseluler menyebabkan penurunan efektifitas sistem buffer dan asidosis timbul. Penyebab penurunan konsentrasi HCO3 anatara lain adalah diare, renal tubular acidosis (RTA ) , pemakaian obat inhibitor enzime anhidrase karbonat atau pada penyakit ginjal kronik stadium III-IV
3. Adanya rentesi ion-H dalam tubuh
Jaringan tidak mampu ekskresi ion hidrogen melalui ginjal. Ini terjadi pada penyakit ginjal kronik stadium IV-V, RTA-1 atau RTA-4
4.3 Mekanisme Asidosis MetabolikAsidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Asidosis dapat terjadi jika diare. Bila peningkatan keasaman melampaui system penyangga pH, darah akan menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, eprnapasan menjadi lebih
salam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuj menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah CO2.
Jika kita makan, saluran pencernaan seperti lambung, usus dsb akan menghasilkan HCO3. Nanti HCO3 akan diserap oleh plasma yang akan dieksresi bersama urin. Tetapi jika terjadi diare, HCO3 akan banyak keluar bersama feses. Karena diare tidak terjadi absorbsi pada usus. Diare dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, virus serta bakteri. Sehingga HCO3 dalam plasma akan terjadi penurunan besar-besaran karena keluar bersama feses. Sedangkan jika HCO3
berkurang, H+ tidak dapat diikat. Karena HCO3 berperan sebagi buffer bagi H+
agar tidak kelebihan asam dalam tubuh. Karena penurunan HCO3 akan menyebabkan kenaikan H+ dalam tubuh lalu pH akan turun, HCO3 turun, tetapi H+
naik sehingga tubuh menjadi asam. Maka terjadilah Asidosis Metabolik.
4.4 Manifestasi Klinik Asidosis Metabolik Mual Muntah Kelelahan Pernapasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat (pernafasan kussmaul’s); Rasa mengantuk Mengalami kebingungan Tekanan darah menurun, menyebabkan syok, koma dan kematian
4.5 Diagosis Asidosis Metabolik
Asidosis metabolic akut dapat menyebabkan :
1. depresi miokardial disertai reduksi cardiac output (curah jantung)2. penurunan tekanan darah,3. penurunan aliran ke sirkulasi hepatic dan renal4. menyebabkan aritmia dan fibrillasi ventricular5. metabolism otak menurun secara progresif6. pada pH yang lebih dari 7,1 akan menyebabkan fatigue (rasa lelah), sesak
napas, nyeri perut, nyeri tulang, dan mual/muntah7. pada pH kurang atau sama dengan 7,1 akan menyebabkan inotropic negative,
aritmia, konstriksi vena perifer, dilatasi arteri perifer, penurunan tekanan darah, penurunan aliran darah ke hati, kontriksi pembuluh darah paru (pertukaran oksigen terganggu)
Diagnosis asidosis metabolic ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan dipastikan oleh hasil pemeriksaan laboratorium yaitu pH, PaCO2, dan HCO3 dengan menggunakan pendekatan sistematik.
Hasil pemeriksaan menunjukkan :
pH : <7,35HCO3 : <22 mEq/LPaCO2 : <40 mmHg
4.6 Penanganan Asidosis Metabolik
Tujuan penanganan asidosis metabolic adalah untuk meningkatkan pH sistemik sampai ke batas aman, dan mengobati penyebab asidosis yang mendasari.
Langkah koreksi asidosis metabolic :
1. Langkah pertama, tetapkan berat ringannya gangguan asidosis. Gangguan disebut letal bila pH darah kurang dari 7 atau kadar ion H lebih dari 100 nmol/L. gangguan yang perlu mendapat perhatian bila pH darah 7,1-7,3 atau kadar ion H antara 50-80 nmol/L.
2. Langkah kedua, tetapkan anion gap atau bila perlu anion gap urin untuk mengetahui dugaan etiologi asidosis metabolic. Dengan bantuan gejala klinis lain dapat dengan mudah ditetapkan etiologinya.
3. Langkah ketiga, bila dicurigai kemungkinan asidosis laktat, hitung rasio delta anion gap dengan delta HCO3 (delta anion gap : anion gap pada saat pasien diperiksa dikurangi dengan median anion gap normal, delta HCO3: kadar HCO3 normal dikurangi dengan kadar HCO3 pada saat pasien diperiksa). Bila rasio lebih dari 1, asidosis disebabkan oleh asidosis laktat. Langkah ini menetapkan sampai sejauh mana koreksi dapat dilakukan.
4.7 Kompensasi Asidosis Metabolik
Kecuali pada asidosis uremik, asidosis metabolic dikompensasi oleh mekanisme pernapasan dan ginjal serta dapar kimiawi.
Penyangga menyerap kelebihan H+
Paru mengeluarkan lebih banyak CO2 penghasil H+
Ginjal mengeksresikan H+ lebih banyak dan menahan HCO3- lebih banyak.
Dalam mengompensasi asidosis metabolik, paru secara sengaja menggeser CO2
dari normal dalam upaya memulihkan H+ kearah normal. Sementara pada gangguan asam basa yang disebabkan oleh faktor pernapasan kelainan CO2 adalah penyebab ketidakseimbangan H+ , pada gangguan asam basa metabolic CO2 secara sengaja digeser dari normal sebagai kompensasi penting untuk ketidakseimbangan H+ .
LO.5 MM Diare
5.1 Definisi Diare
Diare adalah salah satu gangguan kesehatan yang lazim memengaruhi banyak orang. Gangguan ini adalah suatu gejala dan bukan penyakit.Ada beberpa penyebab diare yang mungkin, tetapi yang paling umum adalah infeksi.Diare adalah penyebab utama penyebab utama penyakit dan kematian anak-anak di Negara-negara berkembang, seperti India atau Indonesia.Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk atau malnutrisi.Ini karena anak-anak cenderung makan lebih sedikit dalam suatu episode diare.Juga, diare dapat memengaruhi pencernaan makanan secara buruk.Akibatnya, tubuh mungkin tidak dapat memanfaatkan makanan dengan efektif.Tubuh kita membutuhkan nutrien tambahan ketika menderita infeksi apapun untuk memerangi kuman-kuman yang menyebabkan penyakitnya. Makanan yang tidak memadai dan pencernaan yang tidak baik secara bersama-sama berpengaruh buruk terhadap status nutrisi seorang anak.Diare dan atau komplikasinya dapat dicegah dengan cara-cara yang sederhana dan efektif.Apa itu Diare?Definisi Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja dan atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih per hari.(www.sehat.artikel2.com/definisi-diare.htm)
5.2 Jenis-jenis Diare
Diare bukanlah suatu penyakit, tetapi gejala.Anda biasanya disebut memiliki diare bila Anda buang air besar lebih sering (lebih dari tiga kali sehari), mengeluarkan tinja yang encer dan/atau volumenya meningkat (lebih dari 250 gram per hari pada orang dewasa).
Diare secara umum dibedakan menjadi akut dan kronis (atau persisten) berdasarkan durasinya.Diare akut dimulai dengan cepat dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.Sebagian besar diare adalah jenis ini dan umumnya tidak berbahaya.Satu dari tiga orang dewasa sehat mengalami diare setidaknya sekali dalam setahun. Diare kronis atau persisten berlangsung lebih dari 14 hari. Diare berkepanjangan ini biasanya memiliki penyebab dan menimbulkan masalah yang berbeda sehingga penanganannya berbeda dengan diare akut.
5.3 Etiologi Diare
Penyebab diare akut yang paling sering ditemukan adalah organism menular. Diare akut dapat pula disebabkan oleh obat-obat atau toksin yang termakan, penggunaan kemoterapi.
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:
1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
4. Pemanis buatan
5.4 Gejala Diare
1. Sakit perut
2. Sering kali mual dan muntah
3. Buang air besar terus menerus
4. Nafsu makan berkurang
5. Demam tinggi
6. Terkadang ada darah dalam tinja atau feses
7. Gejala lainnya dapat timbul seperti pegal pada punggung, dan perut berbunyi.
Gejala Penyakit DiarePada Orang Dewasa:
a. Sering buang air besar dalam bentuk cairan berwarna terang dan kehijauanb. Kram pada perutc. Kelelahan karena banyak kehilangan potasium (kalium)d. Kehausan karena banyak cairan yang hilange. Ada bercak darah saat buang airGejala Penyakit Diare dan Penanganan Penyakit Diare :
1. Frekuensi buang air bertambah2. Buang air besar berbentuk cairan3. Kotoran berbau atau tidak berbau.4. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya meninggi5. Anusnya lecet6. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang7. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).8. Warna tinnja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5.5 Mekanisme Diare
5.6 Pencegahan dan Penanganan Diare