warkah al-basyar vol. ix edisi 09 th. 2010

4
Menyuarakan Risalah Agama untuk Keadilan PENANGGUNG JAWAB KH. Husein Muhammad REDAKTUR AHLI KH. Syarif Usman Yahya, KH. A. Ibnu Ubaidillah Syathori KH. A. Chozin Nasuha, KH. Syakur Yasin, KH. Maman Imanulhaq, KH. Wawan Arwani, Ny. Hj. Hamidah, KH. Faqihuddin Abdul Kodir. PEMIMPIN REDAKSI Marzuki Wahid REDAKTUR PELAKSANA Alimah DEWAN REDAKSI Nurul Huda SA, Roziqoh, Alifatul Arifiati, Ali Mursyid, Satori, Rosidin, Obeng Nurosyid. SETTING Lay-OUT an@nd DISTRIBUTOR Ihabbudin, Lili, Jamal (Cirebon), Fitrullah, Agus Idris, Masyithoh (Indramayu). PENERBIT fahmina institute Jl. Suratno No. 37 Cirebon Jawa Barat 45124 Telp./Fax. (0231) 203789, WEBSITE http://www.fahmina.or.id E-Mail [email protected], [email protected] PRINTING Teguh Gemilang Vol. IX [edisi 09] tahun 2010 Warkah al-Basyar terbit tiap hari Jumat. Warkah al-Basyar menerima tulisan dua halaman quarto satu spasi. Tema tulisan seputar agama dan realitas kehidupan dengan perspektif advokasi yang berbasiskan tradisi/khasanah pesantren. Redaksi berhak mengedit tanpa mengurangi substansi tulisan. 1 Bias Laki-laki Sewaktu kecil dulu untuk keperluan mengisi formulir SD, saya pernah tanya ke Almaghfurlah Abah saya tentang pekerjaan Ibu saya. Jawab Abah, “Tulis aja pekerjaan Mimi [ibu] sira [kamu]; ‘turut suami’.” Ini lumrah dipersepsi oleh banyak lelaki. Saya sempat menelisik: pekerjaan model apa “turut suami” itu? Belakangan, saya baru sadar bahwa ternyata itu hanya kerangka pandang bias PEREMPUAN BEKERJA Oleh Abu Ahda-Zahwa* Warkah al-Basyar Vol. IX/2010 09 07 Mei 2010 M/22 Jumadil Awal 1431 H Reproduksi memang bukan suatu pekerjaan atau jasa yang bisa dijual-belikan atau dibarter, juga tidak menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis. Reproduksi adalah pekerjaan kemanusiaan yang sangat mulia. Karena reproduksi inilah, generasi manusia terus berlangsung dan berkembang biak. Menerima Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2010-2011 INSTITUT STUDI ISLAM FAHMINA Fakultas Syariah ; Fakultas Ushuluddin ; Fakultas Tarbiyah ;

Upload: zaenal-fanani

Post on 29-Mar-2016

233 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PEREMPUAN BEKERJA Oleh Abu Ahda-Zahwa

TRANSCRIPT

Menyuarakan Risalah Agama untuk Keadilan

PENANGGUNG JAWAB KH. Husein Muhammad

REDAKTUR AHLI KH. Syarif Usman Yahya,

KH. A. Ibnu Ubaidillah SyathoriKH. A. Chozin Nasuha,

KH. Syakur Yasin, KH. Maman Imanulhaq,

KH. Wawan Arwani, Ny. Hj. Hamidah,

KH. Faqihuddin Abdul Kodir.

PEMIMPIN REDAKSI Marzuki Wahid

REDAKTUR PELAKSANA Alimah

DEWAN REDAKSI Nurul Huda SA, Roziqoh,

Alifatul Arifiati, Ali Mursyid, Satori, Rosidin, Obeng Nurosyid.

SETTING Lay-OUT an@nd

DISTRIBUTOR Ihabbudin, Lili, Jamal (Cirebon),

Fitrullah, Agus Idris, Masyithoh (Indramayu).

PENERBIT fahmina institute

Jl. Suratno No. 37 Cirebon Jawa Barat 45124

Telp./Fax. (0231) 203789,

WEBSITE http://www.fahmina.or.id

E-Mail [email protected],

[email protected]

PRINTING Teguh Gemilang

Vol. IX [edisi 09] tahun 2010

Warkah al-Basyar terbit tiap hari Jumat. Warkah al-Basyar

menerima tulisan dua halaman quarto satu spasi. Tema tulisan

seputar agama dan realitas kehidupan dengan perspektif

advokasi yang berbasiskan tradisi/khasanah pesantren.

Redaksi berhak mengedit tanpa mengurangi substansi tulisan.

1

Bias Laki-lakiSewaktu kecil dulu

untuk keperluan mengisi formulir SD, saya pernah tanya ke Almaghfurlah Abah saya tentang pekerjaan Ibu saya. Jawab Abah, “Tulis aja pekerjaan Mimi [ibu] sira [kamu]; ‘turut suami’.” Ini lumrah dipersepsi oleh banyak lelaki. Saya sempat menelisik: pekerjaan model apa “turut suami” itu? Belakangan, saya baru sadar bahwa ternyata itu hanya kerangka pandang bias

PEREMPUAN BEKERJAOleh Abu Ahda-Zahwa*

Warkahal-BasyarVol. IX/2010

0907 Mei 2010 M/22 Jumadil Awal 1431 H

Reproduksi memang bukan suatu

pekerjaan atau jasa yang bisa dijual-belikan

atau dibarter, juga tidak menghasilkan

sesuatu yang bernilai ekonomis. Reproduksi

adalah pekerjaan kemanusiaan yang

sangat mulia. Karena reproduksi inilah, generasi manusia

terus berlangsung dan berkembang biak.

Menerima Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2010-2011

InsTITuT sTudI IslAM FAhMInA

Fakultas Syariah ;Fakultas Ushuluddin ;Fakultas Tarbiyah ;

07 Mei 2010 M/22 Jumadil Awal 1431 H

Vol. IX [edisi 09] tahun 20102

kelaki-lakian (patriarkhi) saja terhadap perempuan.

Ideologi patriarkhi memang sering-kali semena-mena mendefinisikan segala hal yang berkaitan dengan perempuan. Saya menyaksikan dengan mata telanjang bahwa Ibu-saya saat itu, selain setia menjalani kerja-kerja dari fungsi reproduksinya, juga mengelola sawah, kebun, mengurusi keperluan rumah tangga, dan mengajar ngaji al-Qur’an anak-anak tetangga. Anehnya, pekerjaan perempuan ini dalam kerangka pandang patriarkhi tidak pernah dipandang sebagai bentuk pekerjaan, sehingga dengan enteng disebut ‘turut suami’, suatu cara mengsubordinasikan perempuan ke dalam kekuasaan lelaki.

Cerita tadi menyiratkan kesalah-pahaman masyarakat dalam mendefenisi-kan pekerjaan perempuan. Melalui tulisan ini, ingin ditegaskan bahwa laki-laki dan perempuan memang berbeda dalam kepemilikan alat, fungsi, dan sistem reproduksi, di mana perempuan menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Namun, secara sosial-budaya perbedaan itu tetap harus berada dalam jangkar keadilan, kemaslahatan, dan kesetaraan; tidak boleh ada pendhaliman, pembedaan (diskriminasi), dan ketidak-adilan.

Reproduksi Sebagai PekerjaanReproduksi memang bukan

suatu pekerjaan atau jasa yang bisa dijual-belikan atau dibarter, juga tidak menghasilkan sesuatu yang bernilai

ekonomis. Reproduksi adalah pekerjaan kemanusiaan yang sangat mulia. Karena reproduksi inilah, generasi manusia terus berlangsung dan berkembang biak. Setiap orang—lelaki dan perempuan—wajib ‘ain (sebagai bagian dari hifdh al-nasl) untuk memelihara dan melindungi kesehatan reproduksi perempuan agar terlahir anak manusia yang sehat, sempurna, bermutu, dan kelak bertanggungjawab bagi kema-nusiaan dan keadilan.

Dalam konteks penghargaan terh-adap kerja-kerja re-produksi yang han-ya bisa dilakukan oleh perempuan, pada dasarnya tidak ada seorang perempuan pun yang tidak bekerja. Apalagi dalam tra-disi masyarakat In-donesia, pekerjaan domestik—mema-sak, menyapu, menyuci, mengasuh anak, dan memelihara rumah—selalu dilaku-kan perempuan. Dengan de mi kian, selu-ruh pe rempuan pada dasarnya bekerja, setidaknya melakukan pekerjaan dari fungsi reproduksinya. Kerja-kerja re-produksi harus dihargai atau dinilai seba-gai suatu pekerjaan sendiri. Pekerjaan ini berimplikasi terhadap kewajiban suami untuk memberi nafkah kepada isteri se-cara memadai untuk seluruh kehidupan-nya.

Dalam pendekatan ini, jelaslah bisa dipahami mengapa Islam menetapkan

Barang siapa yang keluar dari rumah dengan niat untuk mencari nafkah

bagi keluarganya, maka sesungguhnya hal tersebut

adalah fi sabililllah…’.

(HR. Turmudzi)

07 Mei 2010 M/22 Jumadil Awal 1431 H

Vol. IX [edisi 09] tahun 2010 3

suami wajib menafkahi dan isteri berhak memperoleh nafkah. Alasan utamanya adalah sebagai imbangan atas kerja-kerja reproduksi perempuan yang tidak mungkin dilakukan lelaki. Dalam konteks ini, saya tidak sepakat dengan pernyataan fiqh bahwa “an-nafaqatu fi muqabalati al-istimta’ (al-budl’i).”

Perubahan Menuju KeadilanDisadari atau tidak, realitas sosial

terus berubah. Hubungan-hubungan sosial terus bergerak secara

dinamis. Dewasa ini, perempuan—di samping setia menjalani kerja-kerja dari fungsi reproduksinya—juga telah bekerja di berbagai sektor. Mulai dari jabatan puncak

sebagai presiden hingga menjadi pekerja rumah tangga (PRT) di luar negeri, perempuan telah mengalaminya setara dengan lelaki.

Berbagai per aturan perundang-un-dangan nasional maupun internasional telah menjamin ke setaraan dan keadilan bagi laki-laki dan perempuan. Peradaban dan kebudayaan manusia memang secara pelan tapi pasti bergeser menuju kepada keadilan dan kesetaraan kemanusiaan, se-bagaimana digariskan Allah SWT dalam banyak ayat al-Qur’an.

Benar bahwa bekerja untuk memberikan nafkah bagi laki-laki adalah

wajib. Sementara bagi perempuan, bekerja produktif adalah hak, tidak boleh dilarang dan juga tidak boleh dipaksakan. Perempuan bekerja adalah pilihannya, kebutuhannya, kesadarannya, dan itu adalah kemuliaan, keutamaan, dan kebaikan untuk diri dan keluarganya.

Dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 34 dinyatakan bahwa kepemimpinan keluarga berada di tangan laki-laki oleh karena kemampuannya dalam memberikan nafkah dan kelebihan-kelebihan lain yang dimilikinya dibanding perempuan. Dewasa ini, diakui atau tidak, telah banyak perempuan menjadi kepala keluarga, utamanya perempuan yang cerai dari suaminya. Mereka secara mandiri menghidupi dirinya, menafkahi anak-anaknya hingga dewasa, dan memimpin bahtera kehidupan keluarganya. Oleh masyarakat, kenyataan ini dipandang biasa saja, alami, dan diterima sebagai bagian dari dinamika sosial menuju peradaban yang adil dan setara.

Namun permasalahannya adalah UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan masih memosisikan perempuan tidak senyatanya. Dalam Pasal 31 Ayat 3, disebutkan bahwa “Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.” Pasal ini tampak sudah tidak relevan dan ditinggalkan perubahan sosial. Saatnya ketentuan UU ini diubah dan disesuaikan dengan prinsip keadilan dan kesetaraan sebagai bagian dari rahmatan lil ‘alamin dan mu’asyarah bil ma’ruf. []

Abu Ahda-Zahwa adalahDosen Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

Guru Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon

Barang siapa yang keluar dari rumah dengan niat untuk mencari nafkah

bagi keluarganya, maka sesungguhnya hal tersebut

adalah fi sabililllah…’.

(HR. Turmudzi)

Vol. IX [edisi 09] tahun 2010

07 Mei 2010 M/22 Jumadil Awal 1431 H

4

Periode Pertama : 1 april - 30 mei 2010Seleksi : 3 Juni 2010Pengumuman : 10 Juni 2010Daftar Ulang : 11-15 Juni 2010

Periode Kedua : 1 Juni - 31 Juli 2010Seleksi : 3 Agustus 2010Pengumuman : 10 Agustus 2010Daftar Ulang : 11-15 Agustus 2010

Periode KetiGa : 1 agustus – 15 September 2010Seleksi : 17 September 2010Pengumuman : 20 September 2010Daftar Ulang : 15-20 September 2010

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang

bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah

menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al Ahzab, Ayat 33)

Mutiara Hikmah

Menerima Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2010-2011

I n s T I T u T sTudI IslAM FAhMInA

Fakultas syariahAhwal Syakhshiyyah (AS) ;Ekonomi dan Perbankan Syariah (EPS) ;

Fakultas ushuluddinTafsir Hadits (TH) ;Pemikiran Islam (PI) ;Tasawuf (TS) ;

Fakultas tarbiyahPendidikan Agama Islam (PAI) ;

SK. dirjen Pendidikan islamKementerian agama ri, No. dj.i/557/2009

Mengisi formulir pendaftaran1. Fotocopy ijazah/STTB MA, SMU, SMK, atau yang 2. sederajat, yang dilegalisir sebanyak 3 lembar.Fotocopy NEM/Nilai UN yang dilegalisir sebanyak 3. 3 lembar.Pas photo berwarna, 3x4 (2 buah).4. Membayar biaya pendafaran Rp. 100.000,-5.

1. SPP/semester Rp. 600.000 (bisa di angsur per bulan)2. Uang Pembangunan Rp. 1.000.000 (bisa diangsur 4 kali)3. Ujian Tengah Semester Rp. 75.0004. Ujian Akhir Semester Rp. 75.0005. KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) Rp. 15.0006. Uang Kegiatan Kemahasiswaan Rp. 50.0007. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus Rp. 100.0008. Jaket Almamater Rp. 95.000

Biaya PendidikanSyarat Pendaftaran

KAMPUS SWASEMBADAJl. Swasembada No. 15 Majasem - Karyamulya Kota Cirebon Jawa Barat 45132 Telp./Fax. (0231) 483005

Tempat Pendaftaran

KoNtaK PerSoN:Nurul Huda (081328447100)

Ade Duryawan (081320426771)