warkah al-basyar vol. ix edisi 02 th. 2010

4
Menyuarakan Risalah Agama untuk Keadilan PENANGGUNG JAWAB KH. Husein Muhammad REDAKTUR AHLI KH. Syarif Usman Yahya, KH. A. Ibnu Ubaidillah Syathori KH. A. Chozin Nasuha, KH. Syakur Yasin, KH. Maman Imanulhaq, KH. Wawan Arwani, Ny. Hj. Hamidah, KH. Faqihuddin Abdul Kodir. PEMIMPIN REDAKSI Marzuki Wahid REDAKTUR PELAKSANA Marzuki Rais & Alimah DEWAN REDAKSI Nurul Huda, Roziqoh, Alifatul Arifia, Ali Mursyid, Satori, Rosidin, Obeng Nurosyid. SETTING Lay-OUT an@nd DISTRIBUTOR Ihabbudin, Lili, Jamal (Cirebon), Fitrullah, Agus Idris, Masithoh (Indramayu). PENERBIT fahmina instute Jl. Suratno No. 37 Cirebon Jawa Barat 45124 Telp./Fax. (0231) 203789, WEBSITE hp://www.fahmina.or.id E-Mail [email protected], [email protected] PRINTING Teguh Gemilang Vol. IX [edisi 02] tahun 2010 Warkah al-Basyar terbit tiap hari Jumat. Warkah al-Basyar menerima tulisan dua halaman quarto satu spasi. Tema tulisan seputar agama dan realitas kehidupan dengan perspektif advokasi yang berbasiskan tradisi/khasanah pesantren. Redaksi berhak mengedit tanpa mengurangi substansi tulisan. 1 K onstruksi sosial ekono- mi masyarakat Indra- mayu terbangun lewat basis ekonomi agraris. Akan te- tapi, hamparan luas sawah dan posisi Kabupaten Indramayu sebagai penghasil 30 persen produksi beras nasional tidak terlalu terasa bagi penduduk pinggiran. Akar persoalannya adalah kepemilikan tanah. 30 persen masyarakat adalah tuan tanah, sedangkan 70 persen la- innya adalah buruh tani. Tidak ada pilihan bagi rakyat setem- pat untuk memilih profesi sela- in menjadi buruh tani. Dengan pola setahun dua kali panen, Buruh Migran dan Pemiskinan Perempuan di Indramayu: SIKAP ISLAM Oleh Rosidin* Warkah al-Basyar Vol. IX/2010 02 22 Januari 2010 M/29 Muharam 1431 H Mereka bukan hanya bekerja keras mengurus rumah tangga di rumah. Banyak kaum perempuan bekerja sebagai pencari nafkah utama. Mereka pergi ke luar negeri sebagai buruh migran, demi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Perempuan di Indramayu memegang peranan penting dalam rumah tangga. Apalagi di antara mereka adalah janda- janda (perempuan kepala keluarga), sehingga harus bertahan hidup sendiri. Perlindungan Terhadap Pekerja Rumah Tangga Anak, Segera Wujudkan...!!! Banyak PRT mengalami kekerasan fisik hingga kehilangan salah satu anggota tubuhnya bahkan meninggal. Apakah nasib PRT tidak diperhatikan karena mereka masyarakat kelas bawah, atau memang tidak ada perlindungan??? Yuk, kita pikirkan dan cari jalan keluarnya bersama-sama… Selengkapnya baca hal. 4

Upload: zaenal-fanani

Post on 14-Mar-2016

234 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Buruh Migran dan Pemiskinan Perempuan di Indramayu: SIKAP ISLAM Oleh Rosidin

TRANSCRIPT

Page 1: Warkah al-Basyar Vol. IX Edisi 02 th. 2010

Menyuarakan Risalah Agama untuk Keadilan

PENANGGUNG JAWAB KH. Husein Muhammad

REDAKTUR AHLI KH. Syarif Usman Yahya,

KH. A. Ibnu Ubaidillah SyathoriKH. A. Chozin Nasuha, KH. Syakur Yasin,

KH. Maman Imanulhaq, KH. Wawan Arwani, Ny. Hj. Hamidah,

KH. Faqihuddin Abdul Kodir.

PEMIMPIN REDAKSI Marzuki Wahid

REDAKTUR PELAKSANA Marzuki Rais & Alimah DEWAN REDAKSI

Nurul Huda, Roziqoh, Alifatul Arifiati, Ali Mursyid, Satori, Rosidin,

Obeng Nurosyid. SETTING Lay-OUT

an@nd

DISTRIBUTOR Ihabbudin, Lili, Jamal (Cirebon),

Fitrullah, Agus Idris, Masithoh (Indramayu).

PENERBIT fahmina institute

Jl. Suratno No. 37 Cirebon Jawa Barat 45124

Telp./Fax. (0231) 203789, WEBSITE

http://www.fahmina.or.id

E-Mail [email protected],

[email protected]

PRINTING Teguh Gemilang

Vol. IX [edisi 02] tahun 2010

Warkah al-Basyar terbit tiap hari Jumat. Warkah al-Basyar

menerima tulisan dua halaman quarto satu spasi. Tema tulisan

seputar agama dan realitas kehidupan dengan perspektif

advokasi yang berbasiskan tradisi/khasanah pesantren.

Redaksi berhak mengedit tanpa mengurangi substansi tulisan.

1

Konstruksi sosial ekono-mi masyarakat Indra-mayu terbangun lewat

basis ekonomi agraris. Akan te-tapi, hamparan luas sawah dan posisi Kabupaten Indramayu sebagai penghasil 30 persen produksi beras nasional tidak terlalu terasa bagi penduduk pinggiran. Akar persoalannya adalah kepemilikan tanah. 30 persen masyarakat adalah tuan tanah, sedangkan 70 persen la-innya adalah buruh tani. Tidak ada pilihan bagi rakyat setem-pat untuk memilih profesi sela-in menjadi buruh tani. Dengan pola setahun dua kali panen,

Buruh Migran dan Pemiskinan Perempuan di Indramayu:

SIKAP ISLAM Oleh Rosidin*

Warkahal-BasyarVol. IX/2010

0222 Januari 2010 M/29 Muharam 1431 H

Mereka bukan hanya bekerja keras mengurus rumah tangga di rumah.

Banyak kaum perempuan bekerja sebagai pencari

nafkah utama. Mereka pergi ke luar negeri

sebagai buruh migran, demi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. Perempuan di Indramayu

memegang peranan penting dalam rumah

tangga. Apalagi di antara mereka adalah janda-

janda (perempuan kepala keluarga), sehingga harus

bertahan hidup sendiri.

Perlindungan Terhadap Pekerja Rumah Tangga Anak, Segera Wujudkan...!!!

Banyak PRT mengalami kekerasan fisik hingga kehilangan salah satu anggota tubuhnya bahkan meninggal. Apakah nasib PRT tidak diperhatikan karena mereka masyarakat kelas bawah, atau memang tidak ada perlindungan??? Yuk, kita pikirkan dan cari jalan keluarnya bersama-sama…

Selengkapnya baca hal. 4

Page 2: Warkah al-Basyar Vol. IX Edisi 02 th. 2010

22 Januari 2010 M/29 Muharam 1431 H

Vol. IX [edisi 02] tahun 20102

masyarakat harus hidup dalam roda seja-rah yang senantiasa berbalut kemiskinan. Lagi pula untuk sekadar menyewa lahan pun mahal. Untuk menyewa tanah seluas satu bata (kira-kira 1.400 m2), mereka harus rela menyerahkan lima-tujuh kuin-tal gabah kering hasil panenan, jumlah yang terlalu tinggi.

Dari konstruksi kemiskinan masyarakat Indramayu tersebut, sudah tentu yang paling merasakan dampaknya adalah kaum perempuan. Bagaimana tidak, di Indramayu peran perempuan masih termarjinalkan (terpinggirkan). Pa-dahal banyak perempuan di sana menjadi penopang keluarga dan sumber kekua-tan buat anak-anaknya, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Mesti-nya sudah sepatutnya proses memban-gun Indramayu kembali turut melibatkan perempuan dan posisinya setara dengan pihak laki-laki. Akibat dari modernisasi pertanian, perekonomian Indramayu mengalami kemunduran. Angka pengang-guran melonjak dua kali lipat dan inflasi membuat biaya hidup meningkat drastis. Perempuan yang kemudian menjadi tu-lang punggung keluarga adalah kelom-pok yang paling merasakan dampaknya. Mereka semakin tidak berdaya ketika su-litnya mendapatkan sarana dan kesempa-tan yang setara untuk hidup layak. Kondi-si demikian kemudian meminggirkan hak sosial dan ekonomi perempuan.

Sebagai penopang ekonomi keluarga, perempuan di Indramayu mengagumkan. Mereka bukan hanya bekerja keras mengurus rumah tangga di rumah. Banyak kaum perempuan bekerja sebagai pencari nafkah utama. Mereka pergi ke

luar negeri sebagai buruh migran, demi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Perempuan di Indramayu memegang peranan penting dalam rumah tangga. Apalagi di antara mereka adalah janda-janda (perempuan kepala keluarga), sehingga harus bertahan hidup sendiri.

Semangat mempertahankan hidup juga telah menggurat garis sejarah perem-puan Indramayu. Garis itu dibuat oleh kisah para perempuan pemberani yang rela bekerja ke luar negeri men-inggalkan anak suami. Garis kisah itu mulai menggores sejak tahun 1997, keti-ka seluruh nege-ri terkoyak oleh badai ekonomi. Banyak perem-puan Indramayu melawan badai ganas sebagai TKW mengadu nasib di negeri rantau. Menjadi TKW adalah satu-satunya pilihan menuruti harapan pe-rubahan nasib. Gelombang ingar-bingar migrasi pekerja itu kemudian meletakkan Kabupaten Indramayu sebagai pemasok devisa negara terbesar dari TKI. Risikonya memang besar, tetapi prospeknya juga be-sar. Konstruksi politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang patriarkis ini membuat peran perempuan tak dikenal dan menjadi pelaku pembangunan yang tidak terlihat.

Islam Menghargai Eksistensi Perempuan

Islam sangat menghargai eksistensi

Page 3: Warkah al-Basyar Vol. IX Edisi 02 th. 2010

22 Januari 2010 M/29 Muharam 1431 H

Vol. IX [edisi 02] tahun 2010 3* Rosidin adalah staff program Islam dan

Demokrasi, sekarang sedang study S2 di Yogyakarta

perempuan sebagaimana eksistensi lelaki. Hal ini secara gamblang dipahami dari firman Allah Surah an-Nisa’: 1 yang mene-gaskan bahwa baik lelaki dan perempuan diciptakan dari satu jiwa yang sama. Hal ini pun dikuatkan lagi dengan hadits ri-wayat Ahmad dan Ibnu Daud bahwa Ra-sulullah mengemukakan ”perempuan ada-lah ’saudara kandung’ bagi lelaki.”

Lebih dari itu, Islam pun memper-baiki kesalahpahaman persepsi yang te-

lah terjadi secara turun temurun yang menya-takan bahwa tu-runnya Adam ke surga disebabkan oleh perempuan (Hawa) dengan m e n g u n g k a p -kan bahwa hal itu terjadi karena kesalahan kedu-anya; kesalahan

karena mereka berdua tidak mampu men-gendalikan diri dengan baik untuk tidak melanggar perintah-Nya. Hal ini bisa di-pahami dari firman-Nya Surah al-Baqarah: 36; al-A’raf: 20, 23 dan Thaha: 121.

Untuk menegaskan kesejajaran peng-akuan lelaki dan perempuan, Islam me-nyatakan bahwa pahala yang diberikan sama bagi siapapun yang berbuat baik, tanpa memandang jenis kelamin. Hal ini secara gamblang bisa dipahami dari fir-man-Nya surah an-Nahl: 97; Ali Imran: 195; dan al-Ahzab: 35.

Secara berani, Islam pun mengkritik tradisi yang pernah dilakukan bangsa Arab sebelum turunnya Islam yang

tega membunuh bayi perempuan demi menjaga harga diri sebagaimana tampak dalam surah an-Nahl: 59 dan melarang umat manusia melakukan hal serupa dan bahkan menganggap bahwa yang melakukannya hanyalah orang bodoh sebagaimana dipahami dalam surah al-An’am: 140.

Bahkan Islam memberikan batasan tertentu yang menguntungkan bagi kaum perempuan. Apabila sebelumnya perem-puan hanyalah dianggap barang yang bisa diwariskan, ajaran Islam sebaliknya me-negaskan perempuan mendapatkan hak waris; apabila sebelumnya perempuan bisa dipermainkan oleh suaminya dengan di kawin-cerai tanpa batas, Islam memba-tasi hanya sampai tiga kali saja; lebih dari itu, Islam pun memberikan kebebasan bagi perempuan untuk bisa beraktivitas dalam dunia publik yang sebelumnya ti-dak bisa dilakukannya sama sekali.

Lebih dari itu, bisa dikatakan bah-wa citra perempuan dalam al-Quran memiliki kemandirian politik (QS. 60: 2), kemandirian ekonomi (QS. 28: 23) dan kemandirian menentukan pilihan pribadi yang diyakini kebenarannya (QS. 66: 11). Secara garis besar, Islam memberikan perempuan tiga hal penting, yakni sisi kemanusiaan, sisi sosial, dan hak finansial. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan laksana anak sisir yang berjajar setara. Tidak selayaknya memarjinalisasikan perempuan yang berdampak pada pe-miskinan, seperti terjadi di Indramayu bahkan di belahan daerah manapun yang terus terjadi. Wallahu’alam. []

Page 4: Warkah al-Basyar Vol. IX Edisi 02 th. 2010

Vol. IX [edisi 02] tahun 2010

22 Januari 2010 M/29 Muharam 1431 H

4

Perlindungan Terhadap Pekerja Rumah Tangga Anak, Segera Wujudkan...!!!

“…di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka “membaca” ayat-ayat (tanda-tanda keagungan) Allah di waktu tengah malam hari sedang mereka bersujud, mereka beriman kepada Allah

dan hari kemudian, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan mereka bersegera dalam berbuat pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk (pula) orang-orang yang saleh. Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala)-nya; dan Allah

Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.”(QS Aali ‘Imran [3]: 113-115)

Mutiara Hikmah

Banyak PRT mengalami kekerasan fisik hingga kehilangan salah satu anggota tubuhnya bahkan meninggal. Apakah nasib PRT tidak diperhatikan karena mereka masyarakat kelas bawah, atau memang tidak ada perlindungan??? Yuk, kita pikirkan dan cari jalan keluarnya bersama-sama…

Idealnya PRT Anak tidak pernah ada, ;karena mereka tidak layak bekerja untuk mencari nafkah, seharusnya mereka sedang menikmati masa pendidikan yang dibiayai oleh negara. Hal ini dapat dilihat pada peraturan-peraturan di bawah ini: UUD 1945 Pasal 34 ayat (1) berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar menjadi tanggung jawab negara”. Undang-undang No. 1 tahun 2000 tentang Pengesahan konvensi ILO No. 182 mengenai Pelarangan dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak: “segala bentuk perbudakan atau praktik sejenis perbudakan seperti penjualan dan perdagangan anak, kerja ijon, dan penghambaan serta kerja paksa atau wajib kerja, termasuk pengerahan anak secara atau wajib untuk dimanfaatkan dalam konflik bersenjata”. Rekomendasi UU No.1 tahun 2000 tentang penghapusan segala bentuk- ;bentuk pekerjaan terburuk untuk anak: Pekerjaan yang mengeksploitasi anak-anak secara fisik, psikis atau pemaksaan seksual dan Bekerja di bawah tanah, di bawah air tempat-tempat