warkah al-basyar vol. ix edisi 12 th. 2010
DESCRIPTION
BURUH, BUKAN BUDAK! Upah yang Manusiawi dan Perlindungan HAM adalah Miliknya Oleh Mulyanto SWATRANSCRIPT
Menyuarakan Risalah Agama untuk Keadilan
PENANGGUNG JAWAB KH. Husein Muhammad
REDAKTUR AHLI KH. Syarif Usman Yahya,
KH. A. Ibnu Ubaidillah SyathoriKH. A. Chozin Nasuha,
KH. Syakur Yasin, KH. Maman Imanulhaq,
KH. Wawan Arwani, Ny. Hj. Hamidah,
KH. Faqihuddin Abdul Kodir.
PEMIMPIN REDAKSI Marzuki Wahid
REDAKTUR PELAKSANA Alimah
DEWAN REDAKSI Nurul Huda SA, Roziqoh,
Alifatul Arifiati, Ali Mursyid, Satori, Rosidin, Obeng Nurosyid.
SETTING Lay-OUT an@nd
DISTRIBUTOR Ihabbudin, Lili, Jamal (Cirebon),
Fitrullah, Agus Idris, Masyithoh (Indramayu).
PENERBIT fahmina institute
Jl. Suratno No. 37 Cirebon Jawa Barat 45124
Telp./Fax. (0231) 203789,
WEBSITE http://www.fahmina.or.id
E-Mail [email protected],
PRINTING Teguh Gemilang
Vol. IX [edisi 12] tahun 2010
Warkah al-Basyar terbit tiap hari Jumat. Warkah al-Basyar
menerima tulisan dua halaman quarto satu spasi. Tema tulisan
seputar agama dan realitas kehidupan dengan perspektif
advokasi yang berbasiskan tradisi/khasanah pesantren.
Redaksi berhak mengedit tanpa mengurangi substansi tulisan.
�
Beberapa bulan lalu kita dikejutkan dengan penembakan 3 Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) asal Sampang Madura, tepatnya pada tanggal 16 Maret 2010. Penembakan tersebut juga diduga kuat salah sasaran, serta memastikan proses hukumnya segera dituntaskan oleh Pemerintah Malaysia. Persoalan beruntun di tempat yang berbeda, pun tak hentinya dialami TKI. Termasuk persoalan mengenai upah yang mereka terima.
BURUH, BUKAN BUDAK! Upah yang Manusiawi dan
Perlindungan HAM adalah Miliknya
Oleh Mulyanto SWA*
Warkahal-BasyarVol. IX/2010
1218 Juni 2010 M/05 Rajab 1431 H
Islam menekankan bahwa hak atas upah bukan hanya perkara
pemenuhan upah standar sebagai batas gugurnya
kewajiban, tapi juga pada capaian maksimum. Yaitu
berupa upah yang layak dan upaya memanusiakan
mereka. Kata keadilan juga seyogianya
diletakkan sebagai prinsip dalam menetapkan upah
yang tak diskriminatif, baik karena alasan
gender, etnis, maupun faktor lainnya.
Menerima Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2010-2011
InsTITuT sTudI IslAM FAhMInA
Fakultas SyariahFakultas UshuluddinFakultas Tarbiyah
18 Juni 2010 M/05 Rajab 1431 H
Vol. IX [edisi 12] tahun 2010�
Tentu saja, ini merupakan persoalan serius yang harus segera ditangani Pemerintah Indonesia. Apalagi TKI maupun Buruh Migran Indonesia (BMI) merupakan penyumbang devisa yang cukup besar bagi negeri ini. Namun selama ini TKI masih kurang dilindungi hakhaknya, TKI juga cenderung diperdayakan.
Dalam hal ini pemerintah juga harus memastikan bahwa revisi nota kesepahaman (MoU) RIMalaysia tentang perlindungan domestic workers (pekerja rumah tangga (PRT)red), yang akan ditandatangani telah memenuhi standar HAM dan perburuhan internasional. Prinsipprinsip tersebut di antaranya menyangkut paspor dipegang oleh domestic workers, adanya one day off (satu hari libur), kejelasan mengenai upah layak, serta cost structure yang standar dan tidak membebani domestic workers.
Harus dipastikan juga bahwa prinsipprinsip yang sudah disepakati bisa berlaku efektif untuk tujuan perlindungan domestic workers. Pemerintah juga harus melihat kembali persoalan ratifikasi. Seperti pada tahun 2004, pemerintah selalu beralasan bahwa ratifikasi tidak otomatis melindungi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Alasan tersebut sangatlah tidak bijak. Karena seharusnya Pemerintah sadar, ketika belum mengadopsi isi konvensi buruh migran dalam perundangperundangan berarti kita tidak memiliki kekuatan untuk mendesak negara seperti Malaysia. Bagaimana mungkin Indonesia meminta agar TKI dilindungi di luar negeri, sementara kita sendiri tidak peduli nasib buruh migran di dalam negeri?
Dengan melaksanakan kesepakatan dunia sebetulnya akan mendorong pula reformasi rekrutmen TKI. Proses ini tidak bisa dianggap sepele, karena 80 persen persoalan pekerja asal Indonesia justru bermula dari pengiriman yang serampangan. Undangundang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, juga tidak cukup melindungi mereka. Artinya undangundang ini harus direvisi jika Pemerintah meratifikasi konvensi itu.
Hak Atas Upah dalam Islam
Persoalan lain yang dihadapi buruh migran adalah Upah Minimum Regional (UMR). Dalam pandangan Islam, dua perkara pokok itu (jaminan keselamatan kerja dan upah) mendapat perhatian penting. Jaminan tersebut salah satunya terkandung dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Para pekerja adalah saudaramu yang dikuasakan Allah ke-padamu. Maka barang siapa mempunyai pe-kerja, hendaklah pekerja itu diberi makanan sebagaimana yang ia makan, diberi pakaian se-bagaimana yang ia pakai, dan jangan dipaksa melakukan sesuatu yang ia tidak mampu. Jika terpaksa, ia harus dibantu.” Itu berarti, Islam berusaha meletakkan hubungan perburuhan bukan sekadar relasi atasbawah, tapi sejajar dan sangat manusiawi.
Nabi Muhammad SAW bersabda;
“Para pekerja adalah saudaramu yang dikuasakan Allah kepadamu.
Maka barang siapa mempunyai pekerja, hendaklah pekerja itu diberi makanan
sebagaimana yang ia makan, diberi pakaian sebagaimana yang
ia pakai, dan jangan dipaksa melakukan sesuatu yang ia tidak mampu. Jika
terpaksa, ia harus dibantu.”
18 Juni 2010 M/05 Rajab 1431 H
Vol. IX [edisi 12] tahun 2010 �
Mengenai persoalan upah, KH. Husein Muhammad pernah menuliskan tafsirnya dari kitab Fath al-Bari bahwa buruh migran harus mendapatkan pelayanan keamanan oleh negara, baik berupa hadirnya aparat maupun undangundangnya. Dengan kata lain, jaminan keamanan oleh negara yang disepakati melalui perundingan bilateral dengan negara host, advokasi dan pendampingan. Bisa pula diartikan sebagai pemenuhan kehadiran mahram. Dalam hal ini seharusnya Pemer
intahlah yang berperan dalam melindungi TKI.
Pembicaraan mengenai upah (ajr) menempati masalah pokok ketika membicarakan soal buruh. Seperti dinyatakan dalam hadits riwayat Imam Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW
bahkan melarang seseorang mempeker
jakan buruh sampai dia menjelaskan besaran upahnya. Islam juga sangat melarang majikan memperlambat upah mereka ketika mereka telah menyelesaikan pekerjaannya. Apalagi jika sampai tidak dibayarkan upahnya, Rasulullah sangat mengecam sikap tersebut, seperti dalam hadits qudsi berikut, “Ada tiga kelompok orang yang men-jadi musuhku kelak di hari kiamat: orang yang mengatasnamakanku, tetapi berkhianat; orang yang menjual manusia merdeka dan memakan hasilnya (dari penjualan itu); dan orang yang tidak membayar upah buruh (yang semesti-
nya) padahal dia sudah menyelesaikan peker-jaannya.” Musuh Allah SWT yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah pelaku trafiking (perdagangan orang).
Dalam hal ini Islam menekankan bahwa hak atas upah bukan hanya perkara pemenuhan upah standar sebagai batas gugurnya kewajiban, tapi juga pada capaian maksimum. Yaitu berupa upah yang layak dan upaya memanusiakan mereka. Kata keadilan juga seyogianya diletakkan sebagai prinsip dalam menetapkan upah yang tak diskriminatif, baik karena alasan gender, etnis, maupun faktor lainnya.
Kita juga perlu kembali menengok pemahaman kita tentang konsep “keadilan” dalam Islam (qisth) yang tidak sekadar formallegalistik, sebagaimana pernah dilontarkan almaghfurlah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dari sudut manakah makna keadilan ini kita lihat? Dari sudut pengusaha, pemerintah, atau buruh?
Di sinilah pentingnya peran negara dalam melindungi dan memenuhi tanggung jawabnya untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana amanat Konstitusi Indonesia. Prinsip tersebut juga sebangun dengan kaidah ushul fiqh: tasharruful imam ‘ala ra’iyyatihi manuthun bi mashlahatihim (kebijakan pemegang kekuasaan ditentukan oleh kemaslahatan dan kesejahteraan bagi rakyatnya).[]
Penulis adalah pegiat Dhalung Centre, Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon &
Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.
Nabi Muhammad SAW bersabda;
“Para pekerja adalah saudaramu yang dikuasakan Allah kepadamu.
Maka barang siapa mempunyai pekerja, hendaklah pekerja itu diberi makanan
sebagaimana yang ia makan, diberi pakaian sebagaimana yang
ia pakai, dan jangan dipaksa melakukan sesuatu yang ia tidak mampu. Jika
terpaksa, ia harus dibantu.”
Vol. IX [edisi 12] tahun 2010
18 Juni 2010 M/05 Rajab 1431 H
�
Periode Pertama : 1 april - 30 mei 2010Seleksi : 3 Juni 2010Pengumuman : 10 Juni 2010Daftar Ulang : 11-15 Juni 2010
Periode Kedua : 1 Juni - 31 Juli 2010Seleksi : 3 Agustus 2010Pengumuman : 10 Agustus 2010Daftar Ulang : 11-15 Agustus 2010
Periode KetiGa : 1 agustus – 15 September 2010Seleksi : 17 September 2010Pengumuman : 20 September 2010Daftar Ulang : 15-20 September 2010
Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu.
Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.
(Ali bin Abi Thalib)
Mutiara Hikmah
Menerima Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2010-2011
I n s T I T u T sTudI IslAM FAhMInA
Fakultas syariahAhwal Syakhshiyyah (AS)Ekonomi dan Perbankan Syariah (EPS)
Fakultas ushuluddinTafsir Hadits (TH)Pemikiran Islam (PI)Tasawuf (TS)
Fakultas tarbiyahPendidikan Agama Islam (PAI)
SK. dirjen Pendidikan islamKementerian agama ri, No. dj.i/557/2009
Mengisi formulir pendaftaranFotocopy ijazah/STTB MA, SMU, SMK, atau yang sederajat, yang dilegalisir sebanyak 3 lembar.Fotocopy NEM/Nilai UN yang dilegalisir sebanyak 3 lembar.Pas photo berwarna, 3x4 (2 buah).Membayar biaya pendafaran Rp. 100.000,-
1.2.
3.
4.5.
1. SPP/semester Rp. 600.000 (bisa di angsur per bulan)2. Uang Pembangunan Rp. 1.000.000 (bisa diangsur 4 kali)3. Ujian Tengah Semester Rp. 75.0004. Ujian Akhir Semester Rp. 75.0005. KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) Rp. 15.0006. Uang Kegiatan Kemahasiswaan Rp. 50.0007. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus Rp. 100.0008. Jaket Almamater Rp. 95.000
Biaya PendidikanSyarat Pendaftaran
KAMPUS SWASEMBADAJl. Swasembada No. 15 Majasem - Karyamulya Kota Cirebon Jawa Barat 45132 Telp./Fax. (0231) 483005
Tempat Pendaftaran
KoNtaK PerSoN:Nurul Huda (081328447100)
Ade Duryawan (081320426771)