urtikaria-makalah 3 tinjauan pustaka
DESCRIPTION
imnologiTRANSCRIPT
Urtikaria(1)
Definisi
Urtikaria ialah reaksi vascular di kuliat akibat bemacam-macam sebab, biasanya ditandai
dengan edema setempat yang cepat timbul dan hilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan
kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Keluhan subjektif
biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Angioedema adalah urtikaria yang menegani lapisan
kulit yang lebih dalam daripada dermis, dapat di submukosa , atau di subkutis, juga dapat
mengenai saluran napas, saluran cerna, dan organ kardivaskular.
Etiologi
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab
urtikaria bermacam-macam, diantaranya : obat, makanangigitan serangga, bahkan fotosensitizer,
inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi parasit, psikis, genetic, dan penyakit
sistemik.
1. Obat
Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau
II. Contohnya ialah obat-obat golongan penisilin, sulfonamide, analgesic, pencahar,
hormone, dan diuretic.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnyaakibat
reaksi imunologik. Makanan berupaprotein atau bahan lain yang dicampurkan ke
dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa atau bahan pengawet sering menimbulkan
urtikaria alergika. Contoh makanan yang sering menimbulkan urtikaria ialah telur, ikan,
kacang, udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, semangka ; bahan yang
dicampukan seperti asam nitrat, asam benzoate, ragi, salisilat, dan penicillin.
3. Gigitan/sengatan serangga
Gigitan/sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat, agaknya hal ini
lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe selular (tipe IV). Nyamuk, kepinding
dan serangga lainya menimbulkan urtika bentuk popular disekitar gigitan.
4. Bahan fotosensitizer
Bahan semacam ini misalnya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamide, bahan
kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bula binatang, dan
aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (Tipe I). Reaksi ini sering
dijumpai pada penderita atopi dan disertai gangguan napas.
6. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil,
air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect repellent
(penangkis serangga), dan bahan kosmetik.
7. Trauma fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh factor dingin, yakni berenang tau memegang
benda dingin ; factor panas, misalnya sinar matahari, sinar UV, radiasi dan panas
pembakaran ; factor tekanan yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang
menetas atau semprotan air, vibrasi dan tekanan berulang contohnya pijatan, berkeringat,
pekerjaan berat, demam dan emosi menyebabkan urtikaria fisik baik secara imunologik
maupun non imunologik.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macan infeksi dapat menimbulkan urtikaria misalnya infeksi bakteri,
virus, jamur, maupun infestasi parasit.
9. Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu mel mast atau langsung menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan vasodilatasi kapilar.
10. Genetic
Factor genetic ternyata berperan penting pada urtikaria dan angioedema,
walaupun jarang menunjukan penurunan autosomal dominan. Diantaranya adalah
angioneurotik edema herediter, familial cold urtikaria, familial localized heat urticaria,
vibratory angioedema dan lainnya.
11. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi
lebih sering disebabkan rekasi kompleks antigen-antibodi.
Klasifikasi
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria, berdasarkan lamanya
serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau belangsung selama 4 minggu tetapi
timbul setiap hari, bila melebihi waktu tersebut digolongkan sebagai urtikaria kronik.
Ada kecenderungan urtikaria lebih sering diderita oleh penderita atopic. Berdasarkan
morfologi klinis, urtikaria dibedakan menurut bentuknya yaitu urtikaria popular bila
berbentuk papul, gutata bila besarnya sebesar tetesan air, dan girata bila ukurannya besar-
besar. Terdapat pula yang anular dan asinar. Menurut luasnya dan dalamnya jaringan
yang terkena, dibedakan urtikari local, generalisata dan angioedema. Ada pula yang
menggolongkan berdasarkan penyebab urtikaria dan mekanisme terjadinya, maka dikenal
urtikaria imunologik dan idiopatik sebagai berikut :
I. Urtikaria atas dasar reaksi Imunologik
A. Bergantung pada IgE (reaksi alergi tipe I)
1. Pada atopi
2. Antigen spesifik (polen, obat, venom)
B. Ikut sertanya komplemen
1. Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II)
2. Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)
3. Defisiensi C1 esterase inhibitor (genetik)
C. Reaksi alergi tipe IV (urtikarisa kontak)
II. Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologik
A. Langsung memacu sel mast, sehingga terjadi pelepasan mediator
(misalnya obat golongan opiate dan bahan kontras)
B. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolism asam arakidonat
(misalnya aspirin, obat anti-inflamasi non-steroid golongan azodyes)
C. Trauma fisik, misalnya dermografisme, rangsangan dingin, panas atau
sinar, dan bahan kolinergik.
III. Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya, digolongkan idiopatik.
Pathogenesis
Sangat penting diketahui mekanisme terjadinya urtikaria, karena hal ini akan
dapat membantu pemeriksaan yang rasional. Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai
permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang
mengakibtkan pengumpulan cairan setempat. Sehingga secara klinis tampak edema
setempat disertai kemerahan.
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator, misalnya histamine, kinin, serotonin, slow reacting substance of
anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh mast dan atau basofil. Selain itu terjadi pula
inhibisi proteinase oleh enzim proteolitik, misalnya kalikrin, tripsin, plasmin dan
hemotripsin di dalam sel mast.
Baik factor imunologik, maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast
atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin
sekali siklik AMP memegang peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan
kimia seperti golongan amin dan derivate amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein,
polimiksin dan beberapa antibiotic berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik,
misalnya asetil kolin, dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit secara tidak diketahui
mekanismenya, langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator.
Factor fisik, misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X dan pemijatan dapat secara
langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan, misalnya demam, panas, emosi, dan
alcohol dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas.
Factor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik;
biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau selbasofil karena adanya reseptor
Fc, nbila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE, maka akan terjadi degranulasi
sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I
(anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi
komplemen secara klasik maupun secara alternative menyebabkan pelepasan pelepasan
anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak
akibat venom atau toksin bakteri.
Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan
kompleks imun, pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat
kontak dapat juga terjadi misalnya setelah pemakaian bahan penangkis serangga, bahan
kosmetik, dan sefalosporin. Kekurangan C1 esteraseinhibitor secara genetic
menyebabkan edema angioneurotik yang herediter.
Urtikaria akibat penyinaran biasa pada gelombang 285-320 nm dan 400-500 nm,
timbul setelah 18-72 jam penyinaran, dan klinis berbentuk urtikaria popular. Hal ini harus
dibuktikan dengan tes foto temple. Sejumlah 7-17 % urtikaria kronik disebabkan factor
fisik, antara lain akibat dingin, panas, tekanan, dan penyinaran. Umunnya pada dewasa
muda , terjadi pada episode singkat, dan biasanya umum kortikosteroid sistemik kurang
bermanfaat.
Urtikaria kolinergik dapat timbul pada peningkatan suhu tunuh, emosi, makanan
yang merangsang, dan pekerjaan berat. Biasanya sangat gatal, urtika bervariasi dari
beberapa mm sampai nummular dan konfluen membentuk plakat. Serangan berat sering
disertai gangguan sistemik seperti nyeri perut, diare, muntah-muntah, dan nyeri kepala,
dijumpai pada umur 15-25 tahun. Urtikaria akibat obat atau makanan umumnya timbul
secara akut dan generalisata.
dapus :
1. Aisah S. Urtikaria. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 3rd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.p.153-7
Kesimpulan
Hampir setiap jenis makanan mempunyai potensi untuk menimbulkan alergi.
Alergi makanan termasuk dalam hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE. Beberapa
jenis protein makanan dapat menginduksi aktivitas IgE dan sel mast yang akan
mengeluarkan mediator-mediatornya yg menimbulkan gejala-gejala alergi. Alergi
makanan dapat bemanifestasi pada satu atau berbagai organ target : kulit (urtikaria,
angioedema, dermatitis atopik), saluran napas (rhinitis, asma), saluran cerna (nyeri
abdomen, muntah, diare) dan system kardiovaskular (syok anafilaktik). Pada kasus ini
pasien mengalami gatal-gatal/urtikaria dan diare. Allergen yang di curigai sebagai
penyebab adalah ikan tongkol, berdasarkan anamnesis. Namun kecurigaan lain misalnya
keracunan makanan, infeksi dan diagnosis banding lainnya perlu dibedakan dengan
alergi, hal ini akan lebih jelas dengan pemeriksaan fisik serta penunjang, misalnya tes
kulit.
Penatalaksanaan yang diperlukan pada pasien ini berupa terapi antihistamin dan
edukasi kepada orang tua pasien mengenai penghindaran allergen dan rekomendasi uji
alergi berupa tes kulit.