unud-340-1211692355-tesis final

185
TESIS PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PADA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH VIII (STUDI PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS KEMENTERIAN KEHUTANAN DI PROVINSI BALI) KOMANG SRIDANAYASA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

Upload: irianto-girik-allo

Post on 03-Aug-2015

284 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: unud-340-1211692355-tesis final

TESIS

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM JABATAN STRUKTURAL

PADA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH VIII

(STUDI PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS KEMENTERIAN KEHUTANAN DI PROVINSI BALI)

KOMANG SRIDANAYASA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2011

Page 2: unud-340-1211692355-tesis final

TESIS

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM JABATAN STRUKTURAL

PADA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH VIII

(STUDI PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS KEMENTERIAN KEHUTANAN DI PROVINSI BALI)

KOMANG SRIDANAYASA

NIM : 0990561032

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2011

i

Page 3: unud-340-1211692355-tesis final

2

Lembar Persetujuan Pembimbing

PROPOSAL PENELITIAN TESIS INI TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN

PADA TANGGAL 21 OKTOBER 2011

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.MH I Gede Yusa. SH, MH NIP. 195304011980031004 NIP. 1958012711985031002

Mengetahui :

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. Putu Sudarma Sumadi, SH.SU Prof. Dr..dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP . 1956 0419 1983 031003 NIP. 1959 0215 1985 10 2001

ii

Page 4: unud-340-1211692355-tesis final

3

Tesis ini Telah Diuji

Oleh Panitia Penguji Pada Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 21 Oktober 2011

Panitia Penguji Tesis

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Nomor : 1978/UN.144/HK/2011 Tanggal 15 September 2011

Ketua : Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.MH

Anggota :

1. I Gede Yusa. SH, MH

2. Prof. Dr. I Wayan Parsa, SH, M.Hum

3. I Nengah Suantra, SH, MH

4. Gde Marhaendra Wija Atmaja, SH, MH

.

iii

Page 5: unud-340-1211692355-tesis final

4

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Komang Sridanayasa

Tempat/Tanggal lahir : Busungbiu, 10 Oktober 1965

Jenis kelamin : Laki – laki

Alamat : Perum Sempidi Indah Permai Kec Mengwi, Kab.

Badung – Sempidi

Nomor Telepon : 081337315064

Jurusan : Magister Ilmu Hukum (Hukum Pemerintahan)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis ini merupakan hasil karya asli

penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan

penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Penulisan Tesis ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi

dari hasil karya penulis lain dan / atau dengan sengaja mengajukan karya atau

pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia

menerima sanksi akademik dan / atau sanksi hukum.

Demikian surat pernyataan ini penulis buat sebagai pertanggungjawaban

ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, Oktober 2011

Yang menyatakan

KOMANG SRIDANAYASA

NIM : 0990561032

iv

Page 6: unud-340-1211692355-tesis final

5

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan kemudahan bagi penyelesaian tesis ini yang diberi judul “

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural Pada Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII ( Studi pada Unit Pelaksana Teknis

Kementerian Kehutanan di Provinsi Bali)”.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Hukum (MH) pada Program Pasca Sarjana Magister Hukum Universitas

Udayana Denpasar.

Disadari bahwa tanpa adanya bimbingan, arahan serta nasehat dari berbagai

pihak tesis ini tidak akan dapat diselesaikan. Untuk itu disampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

- Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD, selaku Rektor Universitas Udayana

yang telah menerima saya sebagai mahasiswa pada program studi Magister

Ilmu Hukum.

- Prof. Dr. Dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K), Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana yang memberi kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan S-2 di Universitas Udayana

- Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.MH, sebagai Dekan Fakultas

Hukum Universitas Udayana dan sebagai Pembimbing I, memberikan

arahan selama perkuliahan dan juga memberikan dorongan moril dalam

rangka penyelesaian tesis ini. Serta atas ketulusannya telah memberikan

v

Page 7: unud-340-1211692355-tesis final

6

literature yang dapat memudahkan penyelesaian tesis ini. Atas bimbingan

yang baik serta ketulusan

beliau, semoga mendapat imbalan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa,

sehingga dalam keadaan selamat dan sukses.

- Prof. Dr. Putu Sudarma Sumadi,S.H., S.U, Ketua Program Studi Magister

Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana.

- I Gede Yusa, SH, MH, sebagai pembimbing II dalam penulisan tesis ini.

Karena ditengah-tengah kesibukannya beliau masih sempat memberikan

pengarahan, bimbingan dan koreksi dalam penulisan tesis ini. Serta atas

ketulusannya telah memberikan literature yang dapat memudahkan

penyelesaian tesis ini. Semoga mendapat imbalan yang sesuai dari Tuhan

Yang Maha Esa, sehingga dalam keadaan selamat dan sukses.

- Putu Gede Arya Sumertha Yasa, S.H., M.H, selaku Sekretaris Program

Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Udayana atas berbagai

kemudahan selama perkuliahan maupun pada saat ujian proposal, dimana

hal tersebut banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

- Selanjutnya juga kepada tim Penguji Proposal Usulan Penelitian Tesis dan

Tim Penguji Tesis saya ini, yaitu Bapak Prof. Dr. Nyoman Parsa SH.

M.Hum, selaku Ketua Tim, Bapak I Nengah Suantra, SH.MH, Bapak

Marhaendra Wija Atmaja, SH. MH, selaku anggota Tim, yang telah

banyak membantu dan memberikan masukan-masukan yang berguna

dalam menyelesaikan penelitian/tesis saya.

vi

Page 8: unud-340-1211692355-tesis final

7

- Para guru besar dan para dosen penanggung jawab mata kuliah program

Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Pemerintah yang tidak dapat

saya sebutkan nama beliau satu persatu, saya ucapkan terima kasih yang

tidak terhingga pula, yang telah berkenan memberikan wawasan keilmuan

kepada saya selama mengikuti Program Magister Ilmu Hukum

Konsentrasi Hukum Pemerintah pada Universitas Udayana.

- Seluruh pegawai pada Program Magister Ilmu Hukum yang telah banyak

membantu kelancaran selama perkuliahan.

- Ir. Budi Susetiyo,MM Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah

VIII Denpasar yang telah berkenan memberikan wawasan keilmuan dan

dorongan kepada saya selama mengikuti Program Magister Ilmu Hukum

Konsentrasi Hukum Pemerintah Pada Universitas Udayana.

- Khususnya kepada orang tua saya Ayahanda Ketut Ginantra Giri dan

Ibunda Ni Nyoman Normi yang telah mendidik dan mendoakan saya dan

telah mendukung studi saya.

- Istri dan Kedua anak-anak saya tercinta :

- Lilis Mulyani, S.Pd

- Luh Putu Sri Lestari

- Kadek Yunia Puspita Sari

dengan doa tiada henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan moril serta

materiil, sehingga memudahkan penyelesaian penulisan tesis ini.

vii

Page 9: unud-340-1211692355-tesis final

8

Tidak lupa pula saya sampaikan ucapan terima kasih yang tiada hentinya

kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuan,

doa, partisipasi yang diberikan kepada saya, sehingga penyelesaian tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu

memberikan karunia dan kebahagiaan lahir batin kepada kita semua, agar ilmu

saya dapatkan berguna demi kepentingan bangsa dan Negara

Denpasar, September 2011

Penulis

viii

Page 10: unud-340-1211692355-tesis final

9

ABSTRAK

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural Pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

(Studi pada Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan di Propinsi Bali)

Penelitian ini mengkaji Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII di Propinsi Bali. Ada dua permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yakni berkenaan dengan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural yang tidak sesuai dengan persyaratan jabatan struktural. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan konseptual dan pendekatan perundang-undangan. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelitian kepustakaan berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier yang diperoleh melalui teknik telahan kepustakaan. Bahan hukum maupun informasi penunjang yang telah terkumpulkan tersebut terlebih dahulu dilakukan deskripsi dengan menguraikan proposisi-proposisi hukum dan non hukum yang dijumpai, interpretasikan untuk selanjutnya disitematisasi, dievaluasi serta diberikan argumentasi untuk mendapatkan simpulan atas permasalahan. tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan saat ini Keputusan Menteri Kehutanan yang mengatur jabatan struktural dan Non struktural, tidak terlihat adanya kepastian hukum persyaratan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Seksi Informasi Sumber Daya Hutan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. Kata-kata kunci : Pengangkatan, Kompetensi, Jabatan Struktural, Keputusan

Menteri Kehutanan

Page 11: unud-340-1211692355-tesis final

10

ABSTRACT

The Appointment of Civil Servants in the Structural Position at the Central of Forest Stabilization of Regional VIII

(Studies in Technical Implementation Unit Ministry of Forestry in the Province of Bali)

This study examines the Civil Servants Appointment in a structural position at the Central of Forest Stabilization of Regional VIII in the Province of Bali. There are issues examined in this study with regard to the appointment of Civil Servant in a structural position that is incompatible with the requirements of structural positions.

This research is a normative legal research using the conceptual approach

and the legislation approach. Legal materials used in this study came from the research literature in the form of primary legal materials, secondary legal materials, and tertiary legal materials obtained through literature study techniques. Legal materials and information that have been collected supporting the first description by describing the propositions of law and non law encountered, interpreted for the next desystematization, evaluated and given an argument to get a conclusion to these problems.

The results of the study showed that up to now the Minister of Forestry

Decreesion governing the structural and non structural positions, shows no legal certainty requirements of the appointment of Civil Servants in structural positions, in the Section of Forest Resources Information, the Central of Forest Stabilization of Regional VIII, Denpasar. Key words: Appointmen, Civil Servent, Structural Position, Competence, Minister

of Forestry Decree

x

Page 12: unud-340-1211692355-tesis final

11

RINGKASAN

Munculnya masalah “Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan

Struktural” menjadi suatu persoalan yang menarik untuk dikaji terkait dengan

kompetensi dan konsistensi dalam menegakkan keadilan pelaksanaan

pengangkatan jabatan struktural”. Dengan demikian, pengkajian atas pengaturan

wewenang pemerintah pusat bidang pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam

jabatan struktural untuk mencegah terjadinya birokrasi dan konsistensi.” Menjadi

latar belakang lahirnya 2 (dua) permasalahan hukum yang dibahas pada bab 1

tesis ini. Adapun permasalahan yang dimaksud adalah berkenaan dengan

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar.” Dan mengenai sistim

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. Pada Bab 1 juga di bahas

mengenai tujuan dan manfaat penelitian untuk kepentingan pragmatis, landasan

teoritis yang dijadikan pisau bedah kedua permasalahan seperti teori Negara

Hukum, Teori Kewenangan, Azas Dekonsentrasi, Azas Preferensi, Pengawasan

dan pembinaan serta metode penelitian yang diterapkan.

Pada Bab II, sebagai penjabaran lebih lanjut dari landasan teoritis

penelitian ini, dibahas tentang kewenangan pemerintah pusat pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Unit Pelaksana Teknis di

daerah dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural.

xii

Page 13: unud-340-1211692355-tesis final

12

Sebagai Bab pembahasan yaitu pada Bab III didiskripsikan beberapa hal

sebagai jawaban pertama atas isu hukum pertama dalam rumusan masalah.

Dengan demikian yang didiskripsikan adalah mengenai dasar hukum kewenangan

Pemerintah Pusat, pengaturan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan

struktural Melalui pembahasan terhadap sub bab itu ditemukan jabatan birokrasi

yang hanya menampung jabatan struktural dan pengisiannya tidak berdasarkan

kompetensi yang dibutuhkan

. Sebagai bab pembahasan isu hukum dalam masalah kedua dilakukan Bab

IV yang diklasifikasikan bahasan yang dimulai dari pengangkatan Pegawai Negeri

Sipil dalam jabatan struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah

VIII Denpasar, Pola Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada pembinaan jabatan

struktural, Pola Karir Pegawai Negeri Sipil, Penegakan disiplin, Sengketa

kepegawaian dan Struktur organisasi.Dalam bab V, sebagai bab penutup tesis ini

dikemukakan kesimpulan dan saran penulis sebagai berikut :

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural Kementerian

Kehutanan pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Propinsi Bali

adalah tidak terlihat adanya kepastian hukum dan kosistensi persyaratan

pengangkatan jabatan struktural pada Seksi Informasi Sumber Daya Hutan.

Sebagai saran untuk kedepan Kementerian Kehutanan segera membuat

peraturan yang mengatur teknis persyaratan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

dalam jabatan struktural pada Unit Pelaksana Teknis di daerah.

xiii

Page 14: unud-340-1211692355-tesis final

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR MAGISTER ................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................ vi

ABSTRAK ....................................................................................................... x

ABSTRACT ..................................................................................................... xi

RINGKASAN ................................................................................................. xii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1.3 Rumusan Masalah .................................................................... 11

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 11

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................. 12

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................ 12

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 12

1.5 Landasan Teoritis ..................................................................... 14

1.5.1 Teori Negara Hukum ...................................................... 15

1.5.2 Teori Kewenangan .......................................................... 17

1.5.3 Asas Dekonsentrasi ........................................................ 29

1.5.4 Asas Preferensi ............................................................... 32

1.5.5. Pengawasan dan Pembinaan .......................................... 33

1.6 Metode Penelitian ..................................................................... 41

1.6.1 Jenis Penelitian ................................................................ 41

1.6.2 Jenis Pendekatan ............................................................ 43

xiv

Page 15: unud-340-1211692355-tesis final

14

1.6.3 Sumber bahan Hukum ..................................................... 44

1.6.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum .............................. 46

1.6.5 Teknik Analisis Bahan Hukum ....................................... 47

BAB II PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM

JABATAN STRUKTURAL

2.1 Kewenangan Pemerintah Pusat Dalam Pengangkatan

PNS Jabatan Struktural .......................................................... 49

2.2 Ruang Lingkup Manajemen Pegawai Negeri Sipil

dalam Jabatan Struktural ....................................................... 77

BAB III PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN

STRUKTURAL

3.1 Kedudukan Pemerintah Pusat pada UPT Daerah ..................... 87

3.2 Bentuk pengaturan Pegawai Negeri Sipil

dalam Jabatan Struktura ....................................................... l97

BAB IV SISTEM PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM

JABATAN STRUKTURAL

4.1 Pola Kinerja Pegawai Negeri Sipil dalam sistim pembinaan

jabatan struktural ...................................................................... 119

4.2 Pola Karir Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural ....... 124

4.3 Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil............................... 137

4.4 Sengketa Kepegawaian melalui PTUN ................................... 156

4.5 Struktur Organisasi Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah

VIII Denpasar ........................................................................... 160

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 163

5.2 Saran ............................................................................................ 164

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 165

xv

Page 16: unud-340-1211692355-tesis final

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Organisasi merupakan sekumpulan manusia yang bekerja bersama untuk

mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan

sumber daya yang dimiliki baik sumber daya manusia maupun sumber daya

lainnya (modal, perlengkapan, dan sebagainya). Manusia merupakan sumber daya

yang penting bagi organisasi, karena manusia yang melakukan kerjasama,

manusia yang menyusun tujuan, manusia pula yang bekerja untuk mencapai

tujuan tersebut. Meskipun demikian untuk mencapai tujuan organisasi juga harus

didukung oleh tersedianya sumber daya yang lain.

Faktor penting dalam keberhasilan kinerja suatu organisasi adalah adanya

karyawan yang memiliki kemampuan serta mempunyai motivasi kerja yang

tinggi, sehingga dapat diharapkan suatu hasil kerja yang memuaskan. Kenyataan

tidak semua karyawan mempunyai kemampuan serta motivasi kerja sesuai dengan

harapan organisasi. Seorang karyawan yang mempunyai kemampuan sesuai

dengan harapan organisasi, kadang-kadang tidak mempunyai motivasi kerja yang

tinggi sehingga kinerjanya tidak sesuai yang diharapkan. Demikian juga dalam

organisasi Pemerintah Republik Indonesia, kelancaran penyelenggaraan tugas

pemerintahan dan pembangunan nasional yang merupakan tujuan organisasi

memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kinerja yang baik.

Setiap Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur negara

yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,

1

Page 17: unud-340-1211692355-tesis final

2

jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan

pembangunan. Dalam mengemban tugas sebagai aparatur negara maka setiap

Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dimana prinsip pengangkatan dalam

jabatan tersebut harus profesional sesuai kompetensi dan kode etik, prestasi kerja,

jenjang pangkat dan syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin,

suku, agama, ras dan golongan.

Info SDM (2006) menyatakan bahwa :

Kondisi saat ini menunjukkan belum optimalnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya profesionalisme di kalangan Pegawai Negeri Sipil. Rendahnya profesionalisme Pegawai Negeri Sipil dikarenakan salah satunya karena kurang tepatnya penempatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan yang dipangkunya. Walaupun banyak Pegawai Negeri Sipil yang berpendidikan tinggi dengan pengalaman kerja yang luas, namun seringkali penempatan dalam jabatannya tidak relevan dengan kompetensi pegawai yang dimiliki. Dalam upaya peningkatan kinerja organisasi, sejak tahun 2002 Departemen Kehutanan telah merintis upaya menyempurnakan proses seleksi pegawai yang akan diangkat dalam jabatan struktural. Metode seleksi yang dikembangkan di Kementerian Kehutanan adalah melalui assesment centre yang di lingkungan Departemen Kehutanan lebih dikenal dengan istilah Personnel Assessment Centre (PAC). Penerapan metode PAC ini bertujuan untuk : 1) Untuk menjamin semua jabatan struktural di lingkungan Kementerian Kehutanan diduduki oleh PNS yang kompeten 2) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap PNS yang memenuhi syarat untuk meniti karier secara optimal sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. 3) Mewujudkan iklim kerja yang kondusif dan transparan sehingga mampu meningkatkan motivasi kerja dan pengembangan potensi diri setiap PNS dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.

Kenyataan dalam pelaksanaannya, PAC tersebut pada tahun 2007 baru

diberlakukan kepada pegawai yang akan menduduki jabatan struktural eselon II.

Rencananya secara bertahap akan diberlakukan kepada pegawai yang akan

menduduki jabatan struktural eselon III dan IV dan diharapkan pada akhirnya

kepada semua pegawai yang akan menduduki jabatan apapun dalam organisasi.

Page 18: unud-340-1211692355-tesis final

3

Pegawai Negeri Sipil yang akan menduduki suatu jabatan pada Unit

Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan di Provinsi Bali sudah saatnya uji

kompetensi diberlakukan. Mereka yang akan menduduki jabatan dibutuhkan

instrumen seleksi, hal tersebut ditunjukkan antara lain masih adanya aktivitas

pegawai yang masih kurang produktif seperti bermain game, membaca koran,

mengobrol dan aktivitas lain yang tidak mendukung tugas-tugas pekerjaan.

Berdasarkan pengamatan peneliti, beberapa pegawai juga masih kurang inovatif

dan inisiatif dalam melaksanakan tugas, hanya menunggu perintah dari pimpinan

tidak berupaya mengembangkan kreativitas diri untuk menunjukkan prestasi

kerjanya. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh pada kinerja Pejabat

dan Pegawai Negeri Sipil secara keseluruhan.

Motivasi dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah iklim

organisasi. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa para pegawai bekerja selain

untuk mengharapkan imbalan baik material maupun non material namun mereka

juga menginginkan iklim yang sesuai dengan harapan mereka seperti terdapat

keterbukaan dalam organisasi, terdapat perhatian, dukungan, penghargaan,

pendapatan yang yang layak dan dirasa adil. Penciptaan iklim organisasi yang

berorientasi pada prestasi dan mementingkan pegawai dapat memperlancar

pencapaian hasil yang diinginkan.

Demikian juga pengangkatan pejabat struktural yang tidak sesuai dengan

minat dan kemampuan/keterampilan sehingga pejabat yang bersangkutan akan

menyebabkan motivasi berprestasi rendah. Penempatan Pejabat Struktural juga

harus sesuai dengan keinginan dan keterampilannya, sehingga gairah kerja dan

Page 19: unud-340-1211692355-tesis final

4

kedisiplinannya akan lebih baik, serta lebih efektif dalam menunjang terwujudnya

tujuan organisasi.1

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural seharusnya

menggunakan prinsip ’the right man on the right place’, hasil penelaahan masih

terdapat beberapa pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

pada Unit Pelaksana Teknis Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

terdapat kompetensi yang tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki seperti

Pendidikan Sarjana Pertanian pada unit kerja yang ditempatkan pada Seksi Teknis

sebagai Kepala Seksi Informasi Sumber Daya Hutan. Berdasarkan Keputusan

Menteri Kehutanan Nomor SK.355/Menhut-II/2004 tentang Nama Jabatan dan

Uraian Jabatan Struktural dan Non Struktural Unit Pelaksana Teknis di

Lingkungan Departemen Kehutanan dijelaskan Jabatan Kepala Seksi Informasi

Sumber Daya Hutan syarat jabatan adalah pendidikan Sarjana Kehutanan, dan

Sarjana Geografi. Selain itu pengangkatan dalam jabatan struktural juga kurang

mempertimbangkan kompetensi latar belakang pendidikan sehingga kurang

menunjang kinerjanya. Dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :

6008/Menhut-II/Peg/2010 Tentang Mutasi Pejabat Struktural Eselon III dan IV

Lingkup Kementerian Kehutanan tidak sesuai dengan pelaksanaan syarat-syarat

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural terutama pada

Kepala Seksi Informasi Sumber Daya Hutan, Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Wilayah VIII. Denpasar. Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural pada pasal 7 1 Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Mandar Maju, Bandung, hal 16

Page 20: unud-340-1211692355-tesis final

5

dijelaskan (1) Pegawai Negeri Sipil yang akan atau menduduki jabatan struktural

harus mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sesuai dengan

kompetensi yang ditetapkan untuk jabatan tersebut. dari persyaratan pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural benar-benar diwujudkan dan

konsisten.

Sedangkan hasil penelitian penulis pada Unit Pelaksana Teknis Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar Kementerian Kehutanan

penelitian dilakukan penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan

perundang-undangan terdapat norma konflik pada Keputusan Menteri Kehutanan.

Permasalahan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

merupakan permasalahan yang sangat kompleks mengingat pengaturan mengenai

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural diatur secara

sporadis dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Untuk itu pemerintah

pusat dan daerah harus dapat menginterpretasikan peraturan tersebut secara tepat

dan konsisten.

Keaslian dan penulisan dapat dilihat perbandingan terhadap tesis

sebelumnya yang juga mengangkat Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam

jabatan struktural sebagaimana yang dituliskan oleh Adre, Tesis tahun 2009,

Universitas Udayana yang berjudul “Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam

Jabatan Struktural.” dengan rumusan masalah ; 1) Apakah persyaratan yang

dijadikan dasar untuk pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

2.) Bagaimanakah mekanisme pengangkatan Pegawai Negeri Sipil untuk

menduduki jabatan struktural.? Perbedaan permasalahan Pengangkatan Pegawai

Page 21: unud-340-1211692355-tesis final

6

Negeri Sipil dalam jabatan struktural jika dilihat dari judulnya dan kajian

permasalahan terdapat perbedaan yaitu adanya kekaburan norma yang berkaitan

dengan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural berdampak

pada ketidak pastian hukum terletak persyaratan pengangkatan. Dalam Keputusan

Kepala BKN No. 13 tahun 2002 memang telah dijelaskan tentang klasifikasi dan

tingkat pendidikan namun hanya menjelaskan tentang klasifikasi dan tingkat

pendidikan yang akan mendukung pelaksanaan tugas dalam jabatan secara

profesional. Prosedur yang harus ditempuh dalam proses pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam jabatan struktural meliputi; inventarisasi lowongan struktural

yang kemudian diinformasikan kepada para pimpinan unit organisasi,

penyampaian calon pejabat struktural kepada pejabat yang berwenang dengan

tembusan kepada badan pertimbangan jabatan dan kepangkatan melalui badan

pertimbangan jabatan.

Sedangkan penelitian penulis tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

dalam jabatan struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

Denpasar, dilakukan penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan

perundang-undangan dan terdapat norma konflik Keputusan Menteri Kehutanan

yaitu syarat pendidikan untuk menduduki jabatan struktural pada Seksi Informasi

Sumber Daya Hutan.. Prosedur yang ditempuh dalam pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam jabatan struktural melalui seleksi oleh Eselon I Ditjen

Planologi Kehutanan untuk diproses Biro Kepegawaian Kementerian Kehutanan..

Tesis pernah ditulis oleh Anak Agung GD Purwana, (2004) dari

Universitas Udayana Denpasar dengan judul ” Wewenang Pengangkatan Pegawai

Page 22: unud-340-1211692355-tesis final

7

Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural pada Pemerintahan Kota Denpasar. Dalam

tesis tersebut dikaji dengan rumusan ; 1) Apakah dasar wewenang Wali Kota

mengangkat Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural. ? 2) Bagaimanakah

wewenang pengangkatan dalam kaitan dengan syarat-syarat Pegawai Negeri Sipil

dalam jabatan struktural ? Wewenang pengangkatan jabatan struktural di Kota

Denpasar merupakan wewenang delegasi Wali Kota Denpasar untuk mengangkat

jabatan Sekretaris Daerah dan jabatan Eselon II b dan III, Untuk pengangkatan

jabatan struktural Eselon IV merupakan wewenang mandat Sekretaris Daerah

Kota Denpasar. Dengan memperhatikan kualifikasi jabatan struktural pada semua

tingkat jabatan struktural agar memenuhi pula kwalifikasi yuridis tentang syarat –

syarat yang bersifat formal dan informal dari bentuk hukum pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil.

Penelitian penulis, Wewenang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam

Jabatan Struktural, pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

Denapasar Eselon III dan IV adalah kewenangan pemerintah pusat yaitu

Kementerian Kehutanan melalui seleksi Personnel Assesment Centre (PAC) yang

dilandasi Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002.

Tesis yang berjudul ” Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Struktural

Eselon II Kabupaten /Kota pernah ditulis oleh Ida Ayu Putu Surati, (2008), dari

Universitas Udayana Denpasar. Penelitian dilakukan penelitian hukum normatif

yang mengkaji rumusan masalah ; 1) Bagaimanakah Kewenangan Bupati/Wali

Kota dalam hal Pengangkatan, dan Pemberhentian Pejabat Struktural Eselon II

dilingkungan Pemerintah Kabupaten/kota,? 2) Apa implikasi yuridis

Page 23: unud-340-1211692355-tesis final

8

pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Struktural Eselon II, dilingkungan

pemerintah Kabupaten/kota tanpa konsultasi dengan Gubernur. Untuk itu perlu

adanya pengaturan pelaksanaan mengenai pengaturan tentang pemberian

kesempatan pengangkatan Pejabat struktural Eselon II di Kabupaten / kota dari

Pegawai Negeri Sipil yang bertugas dari luar kabupaten kota yang bersangkutan.

Penelitian penulis masalah kewenangan pengangkatan dan pemberhentian

pejabat struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar

adalah Menteri Kehutanan selaku pembina kepegawaian. Sedangkan pengaturan

pelaksanaan tentang pemberian kesempatan pengangkatan pejabat struktural

dilakukan seleksi sesuai dengan ketentuan dan persyaratan.

Tesis yang berjudul ” Analisis Implementasi Kebijakan Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 15 Tahun 1994 (studi Kasus Pelaksanaan Mutasi Pegawai Departemen

Tenaga Kerja di Jakarta, 1999) ditulis oleh Moch Kastori dari FISIP Universitas

Indonesia, 1999 yang mengkaji masalah ; 1) Bagaimana implementasi kebijakan

pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural di Departemen

Tenaga Kerja ? 2) Apakah terdapat hambatan-hambatan dalam implementasi

pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1994 ? Melihat permasalahan yang ada

dalam proses penyusunan kebijakan publik Peraturan pemerintah Nomor 15 tahun

1994 beserta petunjuk pelaksanaannya, maka ketentuan tersebut perlu dikaji

dengan peraturan perundang-undang lainnya yang terkait Peraturan Pemerintah

Nomor 14 tahun 1994.

Page 24: unud-340-1211692355-tesis final

9

Penelitian penulis tentang Analisis Implementasi Kebijakan

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural pada Kementerian

Kehutanan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 dan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.355/Menhut-II/2004 tentang Nama

Jabatan dan Uraian Jabatan Struktural dan Non Struktural Unit Pelaksana Teknis

di Lingkungan Departemen Kehutanan. Hasil penelitian adanya ketidakpastian

hukum syarat pendidikan untuk menduduki jabatan struktural pada Seksi

Informasi Sumber Daya Hutan, Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

Tesis yang berjudul ” Analisis yuridis pelaksanaan pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam jabatan struktural di Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia ” ditulis oleh Saefur Rochim, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

2006, yang mengkaji rumusan masalah ; 1) Bagaimana pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan dalam proses pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

dalam jabatan struktural sehubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan yang

baik ? 2) Bagaimana kedudukan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara

sebagai petunjuk teknis pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam

jabatan struktural ? 3) Bagaimana pelaksanaan pengawasan dan tindakan,

terhadap keputusan pejabat pembina kepegawaian tentang pengangkatan pegawai

negeri dalam jabatan struktural yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku ?

Penelitian penulis, Judul Tesis Analisis yuridis pelaksanaan

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural di Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia ” bahwa Pengaturan sistem pembinaan diatur

Page 25: unud-340-1211692355-tesis final

10

Undang-Undang No. 8 tahun 1974, dilanjutkan dengan perubahannya Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 1999. Kedudukan Keputusan Kepala BKN dalam

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural mempunyai kekuatan

hukum yang sama dengan peraturan peraturan yang berada diatasnya. Dengan

demikian pengangkatanan PNS dalam jabatan struktural pelaksanaannya harus

sesuai dengan dengan ketentuan keputusan Kepala BKN nomor 13 tahun 2002.

Untuk tertib dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan pengawasan

terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian

dilakukan tindakan administrasi.

Penelitian penulis pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam

jabatan struktural pada Unit Pelakasana Teknis Kementerian Kehutanan Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 13 tahun 2002 dan Keputusan Menteri Kehutanan No..

SK.355/Menhut-II/2004. Pengawasan dan pembinaan dilakukan oleh Insfekturat

Jenderal yang bertanggung jawab kepada Menteri Kehutanan yaitu perumusan

kebijakan, kinerja, keuangan, dan laporan hasil pengawasan.

Sedangkan Tesis ini berjudul Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam

Jabatan Struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII (Studi

pada Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan di Provinsi Bali dengan

rumusan :

1) Bagaimanakah Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar di

Provinsi Bali ? 2) Bagaimanakah sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

Page 26: unud-340-1211692355-tesis final

11

dalam jabatan struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah

VIII Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan di Provinsi Bali ?

Jika dilihat dari judul dan kajian permasalahan. Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural, dengan sudut pandang yang berbeda

sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan

dapat dipertanggungjawabkan dari segi isinya Oleh sebab itu sangat menarik

untuk membahas Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural

pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII (Studi pada Unit Pelaksana

Teknis Kementerian Kehutanan di Provinsi Bali)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka permasalahan

yang dapat dirumuskan adalah :

1. Bagaimanakah Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural

pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar di Provinsi

Bali?

2. Bagaimanakah Sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan

Struktural pada Unit Pelaksana Teknis Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Wilayah VIII Kementerian Kehutanan di Provinsi Bali?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dikualifikasikan atas tujuan umum dan tujuan

khusus sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Page 27: unud-340-1211692355-tesis final

12

Tujuan penelitian yang bersifat umum ( het doel van het onderzoek )

Secara umum penelitian atas kedua permasalahan diatas adalah

bertujuan untuk pengembangan ilmu hukum atau menambah

khasanah pengetahuan dibidang ilmu hukum, khususnya Hukum

Administrasi, yang berkaitan dengan Pengangkatan Pegawai Negeri

Sipil dalam Jabatan Struktural pada Balai Pemantapan Kawasan

Hutan Wilayah VIII Denpasar.

b. Tujuan Khusus

Sehubungan dengan tujuan umum, maka tujuan khusus ( het doel in

het onderzoek ) yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Mengkaji Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan

Struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

Denpasar

2. Mengkaji sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan

Struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

Denpasar

3. Menganalisis implementasi pengaturan Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural pada Balai Pemantapan

Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar

1.4 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diharapkan dapat dicapai melalui

penelitian terhadap kedua permasalahan diatas yakni manfaat yang bersifat

teoritis dan manfaat yang bersifat praktis.

Page 28: unud-340-1211692355-tesis final

13

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah dapat menambah khasanah hukum

administrasi negara, dalam menjamin kepastian hukum dan

kemanfaatan bagi masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Bermanfaat untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan

dengan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural

serta sistem pembinaan terhadap Pejabat Struktural pada Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. Hasil

penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan bahan

evaluasi dalam menyusun kebijakan pemerintah di kemudian hari

terkait dengan pengangkatan, pembinaan dan pengawasan.

Sedangkan bagi penulis sendiri, karya tulis ini disamping untuk

memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Magister Hukum pada

Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Udayana,

juga akan sangat bermanfaat bagi penulis dalam melaksanakan tugas

sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Instansi Pemerintah di Propinsi

Bali.

Untuk menggambarkan secara tepat dalam kontek pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural yang merupakan suatu prinsip

dalam ilmu hukum dirumuskan secara normatif dalam peraturan perundang-

undangan. Oleh sebab itu penelitian ini termasuk dalam theoretical research.

Terry Hutchinson menjelaskan bahwa theorytical research adalah “Research

Page 29: unud-340-1211692355-tesis final

14

wich fosters a more complete understanding of the conceptual buses of legal

principles and of the combined effect of a range of rules and procedures that

touch on particular area of activity .” 2

1.5 Landasan Teoritis

Dalam landasan teoritis akan dipaparkan beberapa kajian teori dan

konsep yang berkaitan dengan penempatan dan pembinaan kepegawaian Pusat di

daerah . Disini juga akan dilengkapi dengan pandangan–pandangan sarjana, dan

pandangan–pandangan ini dipadukan dengan ketentuan konstitusional serta

peraturan perundang-undangan. Sejumlah konsep yang perlu dijelaskan sebagai

landasan teoritis dalam pembahasan permasalahan penelitian teori negara

hukum, teori kewenangan, dan pengawasan Pegawai Negeri Sipil yang

memangku jabatan struktural.

Dalam bagian ini juga dideskripsikan asas-asas, teori negara hukum

maupun pandangan-pandangan beberapa sarjana yang dipergunakan sebagai titik

tolak untuk melakukan pengkajian maupun pembenaran teoritik terhadap

permasalahan yang akan diteliti. Pembenaran-pembenaran tersebut antara lain

berkaitan dengan upaya memahami makna Negara hukum, sumber kewenangan

aparat pemerintah, pengangkatan jabatan struktural dalam penegakan hukum.

Pemikiran-pemikiran tersebut dilengkapi pula dengan pembenaran konstitusional

maupun yuridis sebagaimana diatur dalam UUD 1945, Pasal 1 ayat 3 berbagai

Peraturan Pemerintah beserta berbagai peraturan pelaksanaan lainnya yang

terkait dengan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural

2 Terry Hutchinson, 2002, Researching and Writing in Low, Lawbook Co, Sydney, Australia, hal 9

Page 30: unud-340-1211692355-tesis final

15

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2002.

Sejumlah konsep yang perlu dijelaskan sebagai landasan teoritis dalam

pembahasan penelitian sebagai berikut :

- Teori Negara Hukum

- Teori Kewenangan

- Azas Dekonsentrasi

- Azas Preferensi

- Pengawasan dan pembinaan

Penjelasan dari masing-masing teori tersebut adalah sebagai berikut :

1.5.1 Teori Negara Hukum

Berdasarkan sejarah perkembangan dan pembagian Negara Hukum yang

tumbuh dan berkembang pada dunia barat, maka Negara Hukum yang dianut

Negara Indonesia tidaklah dalam arti formal, namun Negara hukum dalam artian

material yang juga diistilahkan dengan Negara Kesejahteraan (Welfare State,

Welfaarstaat) atau Negara kemakmuran. Sebagai konsekuensi Negara Indonesia

berdasarkan atas hukum, maka Negara Indonesia telah berkomitmen untuk

menempatkan hukum sebagai acuan tertinggi dalam penyelenggaraan Negara dan

pemerintahannya (supremasi hukum).3

Dalam hal ini dianut suatu “ajaran kedaulatan hukum” 4 yang menempatkan

hukum pada kedudukan tertinggi. Hukum dijadikan guiding principle bagi segala

aktifitas organ-organ Negara. Pemerintah, pejabat-pejabat beserta rakyatnya.

Dengan demikian, Negara melalui pemerintah di tingkat pusat maupun di tingkat 3 Bagir Manan, 1994, Dasar-Dasar Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Menurut UUD 1945, Universitas Pedjajaran, Bandung (selanjutnya disebut bagir Manan 1) hal, 18 4 Ismail Suny, 1984, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Aksara Baru, Jakarta hal 8

Page 31: unud-340-1211692355-tesis final

16

daerah untuk dapat mewujudkan ketertiban masyarakat memerlukan adanya suatu

sistem pengendalian masyarakat, salah satunya berupa hukum. 5

Melalui sistem hukum yang didukung oleh kaidah dan sanksi akan secara

sengaja dan sadar perilaku manusia diatur maupun diarahkan untuk menciptakan

suatu jenis ketertiban tertentu dalam masyarakat. Kekuasaan Hukum seperti itu

tumbuh karena pada hakikatnya hukum itu merupakan kaidah-kaidah yang berisi

petunjuk-petunjuk tentang tingkah laku sebagai pencerminan dari kehendak

manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina dan diarahkan.

Menyimak uraian diatas, pemerintah itu dibina dan diarahkan. Hal ini

meletakkan kewajiban-kewajiban kepada masyarakat, maka kewenangan

pemerintah itu harus diketemukan dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Dengan kata lain, badan-badan pemerintah daerah selaku penguasa dapat

diketahui memiliki kewenangan atau tidak melalui peraturan perundang-undangan

yang melandasi kewenangannya. Apabila tindakan pemerintah kurang sempurna

atau tidak didasarkan kepada suatu peraturan perundang-undangan akan dapat

menjadi sebab tindakan yang dilakukan tidak sah, baik bersifat sewenang-wenang

maupun bertentangan dengan hukum yang berlaku, karena Negara Republik

Indonesia juga berdasarkan atas hukum sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (3)

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Eksistensi pemerintah di tingkat daerah pada hakikatnya dimaksudkan

untuk menciptakan pemerintah yang aspiratif dan dekat dengan rakyatnya. Dalam

5 Lili Rasjidi dan B. Arief Sidarta (ed), 1989, Filsafat Hukum Mazshab dan Refleksinya, Remaja Karya Bandung hal 1

Page 32: unud-340-1211692355-tesis final

17

Negara demokrasi yang menjungjung tinggi kedaulatan rakyat, maka peran serta

rakyat dibuka luas untuk berpartisipasi dalam pemerintah.

Adanya peran serta rakyat itu diperlukan untuk memberikan pengakuan

terhadap kebenaran pemerintah beserta produk hukumnya dan adanya kepastian

hukum digunakan sebagai pertimbangan hipotesis yang memasang konsekwensi

tertentu terhadap kondisi tertentu, sebagaimana tercantum dalam ” the Natural of

Low readings in Legal Philosophy ” yaitu : ” The rule of low, the term used in a

descriptive sense, is a hypothetical judgment attaching certain consequences to

certain conditions. 6

1.5.2 Teori Kewenangan

Teori dan konsep kewenangan, selalu digunakan dalam konsep hukum

publik. Sebagai konsep hukum publik, wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya

tiga komponen yaitu : pengaruh, dasar hukum dan konformitas hukum.

Komponen pengaruh, ialah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk

mengendalikan prilaku subjek hukum. Komponen dasar hukum bahwa wewenang

itu harus ditunjuk dasar hukumnya, dan komponen komformitas hukum

mengandung adanya standar wewenang, yaitu standar umum (Semua jenis

wewenang), dan standar khusus (untuk jenis wewenang tertentu). Dalam kaitan

dengan wewenang sesuai konteks penelitian ini, standard wewenang yang

dimaksud adalah wewenang pemerintah pusat dibidang kepegawaian terkait

dengan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural.

6 MP Golding, the Nature of Low Readings in Legal Philosopy, Rondom House, New York, hal 121

Page 33: unud-340-1211692355-tesis final

18

Dalam penyelenggaraan kepegawaian wewenang yang dapat

dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan meliputi :

1. Pengembangan sistim pengelolaan kepegawaian ;

a. Analisis kebutuhan pegawai

b. Seleksi pegawai baru

c. Seleksi calon peserta diklat

d. Seleksi calon kader pejabat

e. Penempatan PNS baru pada jabatan yang lowong

f. Penempatan kembali PNS pasca tugas belajar

g. Pengembangan sistem tata naskah pegawai

h. Pengembangan SIMPEG berbasis kompetensi

2. Pemantapan profesionalisme, peningkatan kualitas pegawai ;

- Pendidikan formal ( S1, S2, S3)

- Pelatihan /Diklat ( Prajabatan, diklat kepemimpinan, diklat teknis,

diklat fungsional )

- Ujian dinas, Ujian penyesuaian Ijasah (PI/PG)

- Assessmen center

3. Pemberdayaan dan penataan pegawai ;

- Pembinaan pegawai, pemberian penghargaan (Satya Lencana Karya

Satya, Kalpataru, Promosi Jabatan, Kenaikan Pangkat.)

- Sanksi dan hukuman

- Penilaian kinerja pegawai

Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian ditegaskan dalam

Pasal 1 ayat 3 UUD NRI 1945, ini menunjukkan bahwa segala tindakan yang

dilakukan oleh penguasa dan masyarakat harus berdasarkan pada hukum bukan

berdasarkan pada kekuasaan. Sebagai negara hukum maka setiap peraturan

yang dibuat harus mencerminkan rasa keadilan dan kepastian hukum, dan

hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan yang

Page 34: unud-340-1211692355-tesis final

19

lebih tinggi dan kepentingan umum. Suatu negara dikatakan sebagai negara

hukum, maka untuk menjawabnya dapat dilakukan penelusuran melalui dua

cara. Pertama, melalui konstitusi dari negara yang bersangkutan. Artinya

apakah konstitusi yang dimaksud memuat ketentuan tentang negara hukum.

Berdasarkan teori sistem hukum dikemukakan oleh Lawrence Friedman

terdiri dari tiga komponen yaitu 1) substansi hukum (legal subtance), 2)

struktur hukum (legal strukture) dan 3) budaya hukum (legal culture) menurut

Friedman mengemukakan “ a legal system in actual is a complex in wich

structure, substance and culture interact.7

Pandangan ilmiah dari para ahli, memberikan unsur-unsur/ciri-ciri dari

suatu negara hukum.Friedrich Julius Stahl mengemukakan yaitu :

1. Adanya pengakuan akan hak-hak asasi manusia; 2. Pemisahan Kekuasaan Negara; 3. Pemerintahan berdasarkan Undang-undang; dan 4. Adanya peradilan administrasi.8

Universitas Indonesia Tahun 1966 dalam symposium tentang negara

hukum telah mengambil kesimpulan mengenai ciri-ciri negara hukum Indonesia

yaitu :

1. Pancasila menjiwai setiap peraturan hukum dan pelaksanaannya;

2. Pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia;

3. Peradilan bebas; dan

4. Legalitas dalam arti hukum dan segala bentuknya.

Perkembangan berikutnya muncul pemikiran yang berkaitan dengan

ciri-ciri/unsur-unsur negara hukum Indonesia. Pemikiran yang dimaksud 7 Lawrence M Friedman, 1975, The Legal System A Social Sentence Perspective, Russel Sage Foundation, New ork, hal 16 8 Mukthie Fadjar, 2004, Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi di Indonesia, Citra Adittya Bakti, Bandung, hal 5-6

Page 35: unud-340-1211692355-tesis final

20

dikemukakan Sjachran Basah, bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum

(rechtstaat) berdasarkan Pancasila.9 Dalam kaitan itu, negara hukum yang

dianut Negara Indonesia tidaklah dalam artian formal, namun negara hukum

dalam artian material, yang juga diistilahkan dengan negara kesejahteraan

(welfare state).

D. Notohamidjojo dalam kaitan diatas menyatakan bahwa negara hukum

ialah dimana pemerintah dan semua pejabat-pejabat hukum mulai dari Presiden,

para Menteri, Kepala-Kepala Lembaga Pemerintahan lain, Pegawai, Hakim,

Jaksa dan Kepala-Kepala Pemerintahan lain, anggota Legislatif, semuanya dalam

menjalankan tugasnya di dalam dan di luar jam kantor taat kepada hukum

mengambil keputusan-keputusan, jabatan-jabatan menurut hati nuraninya sesuai

hukum.10 Pendapat D. Notohamidjojo itu lebih tegas dan kongkrit mengatur

mengenai segala tindakan pejabat/pemerintah selaku subyek hukum penegak

hukum dan tidak mengatur subyek hukum warga masyarakat secara keseluruhan.

Selanjutnya Diana Halim Koentjoro mengatakan ada beberapa ciri negara yang

dapat disebut negara hukum, yaitu :

a. Supremacy of the law, b. Equality before the law, c. Constitution based on the human right.11

Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (selanjutnya disingkat UUD NRI 1945) pada Pasal 1 ayat (3) disebutkan

bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Memperhatikan pernyataan

9 Sjachran Basah, 1985, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Administrasi di Indonesia, Penerbit Alumni, Cetakan ke-3, Bandung,(selanjutnya disebut Sjahran Basah I), hal. 11 10 D. Notohamidjojo, 1970, Makna Negara Hukum, BPK, Jakarta, hal. 36 11 Diana Halim Kontjoro, 2004, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 34.

Page 36: unud-340-1211692355-tesis final

21

tersebut dan melihat ciri pertama dari negara hukum, yaitu supremacy of the law,

hal ini berarti bahwa setiap tindakan administrasi negara haruslah berdasarkan

hukum yang berlaku atau yang disebut Asas Legalitas. Namun menurut Diana

Halim Koentjoro adanya Asas Legalitas saja tidak cukup untuk menyebut suatu

negara adalah negara hukum. Asas Legalitas hanya merupakan satu unsur dari

negara hukum. Selain itu, masih perlu diperhatikan unsur-unsur lainnya, seperti

kesadaran hukum, perasaan keadilan dan perikemanusiaan, baik dari rakyat

maupun dari pemimpinnya. Selanjutnya menurut Diana Halim Koentjoro,

bahwa dalam suatu negara hukum diperlukan asas perlindungan, artinya dalam

UUD ada ketentuan yang menjamin hak-hak asasi manusia. Adapun beberapa

ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

memberikan perlindungan tersebut, yaitu :

a. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (Pasal 28), b. Kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan

(Pasal 28), c. Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27), d. Kemerdekaan memeluk agama (Pasal 29) e. Berhak ikut mempertahankan negara (Pasal 30).12

Sedangkan Philipus M. Hadjon menyebutkan bahwa elemen atau ciri-ciri

Negara Hukum Pancasila adalah :13

a. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas kerukunan;

b. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan negara;

c. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir;

d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.

12 Ibid, hal 35 13 Philipus M.Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, (Selanjutnya disebut Philipus M.Hadjon I), hal. 90.

Page 37: unud-340-1211692355-tesis final

22

Disamping itu, suatu negara agar dapat dikatakan sebagai Negara

hukum maka perlu diketahui elemen-elemen atau unsur-unsurnya yang tertuang

di dalam Undang-Undang Dasar beserta peraturan pelaksanaannya, untuk

menegakkan keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum.14

Untuk mempertajam pembahasan terhadap penelitian Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Balai Pemantapan Kawasan

Hutan Wilayah VIII Denpasar, merupakan suatu prinsip dalam ilmu hukum

yang kemudian dirumuskan secara normatif dalam peraturan perundang-

undangan. Tery Hutchinson menjelaskan bahwa maka dalam sub bahasan ini

akan diketengahkan uraian tentang kewenangan.pemerintah dalam menetapkan

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural. Perihal

kewenangan dapat dilihat dari Konstitusi Negara yang memberikan legitimasi

kepada Badan Publik dan Lembaga Negara dalam menjalankan fungsinya.

Wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang

yang berlaku untuk melakukan hubungan dan perbuatan hukum.15 Secara

konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan istilah

Belanda “bevoegdheid”. Menurut Hamid S Attamimi yang mengutip

pendapatnya Van Wijk dan Konijnenbelt, didalam suatu negara hukum pada

dasarnya dapat dikemukakan adanya wawasan-wawasan sebagai berikut:16

14 Joenarto 1968, Negara Hukum, Yayasan , Badan Penerbit Gajah Mada Yogyakarta, h.8 15 SF. Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hal 154 16 A.Hamid Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I-Pelita IV, Disertasi, Univ.Indonesia, Jakarta, hal 311

Page 38: unud-340-1211692355-tesis final

23

a. Pemerintahan menurut hukum (wetmatig bestuur), dengan bagian-

bagiannya tentang kewenangan yang dinyatakan dengan tegas tentang

perlakuan yang sama dan tentang kepastian hukum;

b. Perlindungan hak-hak azasi;

c. Pembagian kekuasaan, dengan bagian-bagiannya tentang struktur

kewenangan atau desentralisasi dan tentang pengawasan serta kontrol;

d. Pengawasan oleh kekuasaan peradilan.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengemukakan atribusi itu

sebagai penciptaan kewenangan (baru) oleh pembentuk wet ( wetgever) yang

diberikan kepada suatu organ negara, baik yang sudah ada maupun yang dibentuk

baru untuk itu. Terhadap hal tersebut, Philipus M.Hadjon,17 menyatakan bahwa

kalau dikaji istilah hukum kita secara cermat, ada sedikit perbedaan antara istilah

wewenang atau kewenangan dengan istilah “bevoegdheid”. Perbedaannya terletak

dalam karakter hukumnya. Istilah Belanda “bevoegdheid” digunakan baik dalam

konsep hukum publik maupun dalam konsep hukum privat. Dalam hukum kita,

istilah wewenang atau kewenangan seharusnya digunakan selalu dalam konsep

hukum publik. Selanjutnya F.A.M. Stroink sebagaimana dikutip Philipus M.

Hadjon menyatakan bahwa, dalam konsep hukum publik wewenang merupakan

suatu konsep inti dalam Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara.

Stroink dan Steenbeek sebagaimana dikutip oleh Ridwan,

mengemukakan bahwa hanya ada dua cara untuk memperoleh wewenang, yaitu

atribusi dan delegasi. Atribusi berkenaan dengan penyerahan wewenang baru,

sedangkan delegasi menyangkut pelimpahan wewenang yang telah ada (organ

yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada orang lain ; jadi

17 Philipus M. Hadjon, 1998, Tentang Wewenang Pemerintahan (bestuursbevoegheid), Pro Justitia, (Selanjutnya disebut Philipus M.Hadjon II), hal. 91.

Page 39: unud-340-1211692355-tesis final

24

delegasi secara logis selalu didahului oleh atribusi). Mengenai mandat, tidak

dibicarakan mengenai penyerahan wewenang 18

I Dewa Gede Atmadja, dalam penafsiran konstitusi, menguraikan sistim

ketatanegaraan Indonesia dibedakan antara wewenang otoritatif dan wewenang

persuasif. Wewenang otoritatif ditentukan secara konstutional, sedangkan

wewenang persuasif sebaliknya bukan merupakan wewenang konstitutional

secara eksplisit.19 Wewenang otoritatif untuk menafsirkan konstitusi berada

ditangan MPR, karena MPR merupakan badan pembentuk UUD. Sebaliknya

wewenang persuasif penafsiran konstitusi dari segi sumber dan kekuatan

mengikatnya secara yuridis dilakukan oleh :

1. Pembentukan undang-undang disebut penafsiran otentik

2. Hakim atau kekuasaan yudisial, disebut penafsiran yurisprudensi

3. Ahli hukum, disebut penafsiran doktrinal.

Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang pengertian wewenang dalam

kaitannya dengan kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal,

kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh

Undang-Undang atau dari kekuasaan Eksikutif Administratif. Kewenangan

adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan

terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat,

sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Didalam

18 Ridwan , HR, 2003, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, UII Pres,hal 74-75 19 I Dewa Gede Atmaja. Penafsiran Konstitusi dalam Rangka Sosialisasi Hukum Sisi pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Pidato pengenalan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara pada Fakultas Hukum Universitas Udayana 10 April 1996, hal 2

Page 40: unud-340-1211692355-tesis final

25

kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk

melakukan sesuatu tindak hukum publik 20

Soerjono Soekanto sebagaimana dikutip oleh Budiman B.Sagala

memberikan perbedaan antara “kekuasaan” dan “wewenang”. Kekuasaan (power)

dikatakan merupakan suatu kemampuan atau kekuatan seseorang/segolongan

untuk mempengaruhi pihak lain dan wewenang (authority) adalah kekuasaan yang

mendapat pengakuan dan dukungan dari masyarakat. 21

Pada sistem pemerintahan, jabatan kenegaraan wajib

dipertanggungjawabkan dengan pembagian kekuasaan Negara dalam bentuk

lembaga-lembaga negara. Untuk menentukan batas dan tanggungjawab masing-

masing lembaga, sesuai dengan prinsip dan hakekat pembagian kekuasaan yaitu :

1. Setiap kekuasaan wajib dipertanggungjawabkan

2. Setiap pemberian kekuasaan harus dipikirkan beban tanggungjawab

untuk setiap penerima kekuasaan

3. Kesediaan untuk melaksanakan tanggungjawab harus secara inklusif

sudah diterima pada saat menerima kekuasaan

4. Tiap kekuasaan ditentukan batasnya dengan teori kewenangan. 22

20 Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Adinistrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta hal 29 21 Budiman B.Sagala, 1982, Tugas dan Wewenang MPR di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 15 22 Ibrahim, R, 2005, Peranan strategis Pegawai Negeri Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Demokratis,(Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap, Dalam Bidang Ilmu Hukum Administrasi Negara pada Fakultas Hukum Universitas Udayana tanggal 24 September 2005), Universitas Udayana, Denpasar, Hal.9

Page 41: unud-340-1211692355-tesis final

26

Dalam teori beban tanggungjawab, ditentukan oleh cara kekuasaan itu

diperoleh, yaitu pertama-tama kekuasaan diperoleh melalui attributie, setelah itu

dilakukan pelimpahan dan dilakukan dalam dua bentuk yaitu delegatie dan

mandaat. Delegatie dilakukan oleh yang punya wewenang dan hilangnya

wewenang dalam jangka waktu tertentu, penerima bertindak atas nama diri sendiri

dan bertanggungjawab secara eksternal, sedangkan mandate tidak menimbulkan

pergeseran wewenang dari pemiliknya, sehingga tanggungjawab pelaksanaan

tetap berada pada pemberi kuasa.23

Menurut Victor Sitomorang, ada beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya kekuasaan secara vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah antara lain disebabkan oleh : 24

a) Kemampuan pemerintah berikut perangkatnya yang ada di daerah sangat

terbatas,

b) Wilayah negara sangat luas, terdiri dari 13.000 pulau-pulau besar dan kecil

c) Pemerintah tidak mungkin mengetahui seluruh dan segala macam kepentingan

dan kebutuhan rakyat yang tersebar di seluruh pelosok negara.

d) Dilihat dari segi hukum, Undang-Undang Dasar 1945, pasal 18 menjamin

daerah dan wilayah. Sebagai konsekwensinya, maka pemerintah diwajibkan

melaksanakan asas desentralisasi dan dekosentrasi.

Indroharto mengemukakan, bahwa wewenang diperoleh secara atribusi,

delegasi, dan mandat, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :

23 Ibid, Hal 10 24 Viictor M. Sitomorang, 1994, Hukum Administrasi Pemerintahan di Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, hal 33

Page 42: unud-340-1211692355-tesis final

27

Wewenang yang diperoleh secara ”atribusi”, yaitu pemberian wewenang

pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan. Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang pemerintah yang

baru”. Pada delegasi terjadilah pelimpahan sustu wewenang yang telah ada oleh

Badan atau jabatan TUN lainnya. Jadi, suatu delegasi selalu didahului oleh

adanya sesuatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu tidak terjadi suatu

pemberian wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari Badan atau

Jabatan TUN yang satu kepada yang lain. 25

Philipus M Hadjon, membagi cara memperoleh wewenang dengan dua

cara utama, yaitu: a) atribusi ; b) delegasi ; dan kadang-kadang juga mandat.26

Atribusi merupakan wewenang untuk membuat keputusan (besluit) yang langsung

bersumber kepada undang-undang dalam arti material. Atribusi ini dikatakan juga

sebagai suatu cara normal untuk memperoleh wewenang pemerintahan. Dari

pengertian tersebut jelas nampak bahwa kewenangan yang didapat melalui

atribusi oleh organ pemerintahan adalah kewenangan asli, karena kewenangan itu

diperoleh langsung dari Peraturan Perundang-undangan, dengan kata lain dengan

atribusi berarti timbulnya kewenangan baru yang sebelumnya kewenangan itu

tidak dimiliki oleh organ pemerintah yang bersangkutan.

Delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang untuk membuat besluit

oleh pejabat pemerintahan kepada pihak lain tersebut. Dengan kata penyerahan,

ini berarti adanya perpindahan tanggung jawab dari yang memberi delegasi

25 Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta, hal 90 26 Philipus M.Hadjon II, loc. cit

Page 43: unud-340-1211692355-tesis final

28

(delegans) kepada yang menerima delegasi (delegetaris). Lebih lanjut

dikemukakan, suatu delegasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu antara lain :

a. Delegasi harus definitif, artinya delegans tidak dapat lagi

menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu ;

b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,

artinya delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu

dalam peraturan perundang-undangan;

c. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hirarki

kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi;

d. Kewajiban memberi keterangan (penjelasan), artinya delegans

berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang

tersebut;

e. Peraturan kebijakan (beleidsregel) artinya delegans memberikan

instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut . 27

Mandat diartikan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan.

Pelimpahan itu bermaksud memberi wewenang kepada bawahan untuk membuat

keputusan atas nama pejabat Tata Usaha Negara yang memberi mandat 28. Dari

pengertian mandat ini tampak bahwa tanggung jawab tidak berpindah kepada

mandataris, dengan kata lain tanggung jawab tetap berada ditangan pemberi

mandat.

SF Marbun dan Mahfud MD yang menggunakan istilah kewenangan,

dimana cara untuk memperoleh kewenangan tersebut ada 2 (dua) yaitu :

Pertama, Kewenangan atas inisiatif sendiri berarti bahwa pemerintah (Presiden)

tanpa harus dengan persetujuan DPR diberi kewenangan untuk membuat

27 Ibid hal. 94 28 Ibid, hal. 95

Page 44: unud-340-1211692355-tesis final

29

peraturan perundangan yang derajatnya setingkat dengan Undang-undang bila

keadaan terpaksa. Kedua, Kewenangan atas delegasi berarti kewenangan untuk

membuat peraturan perundang-undangan yang derajatnya dibawah Undang-

undang.29 Delegasi perundang-undangan berarti administrasi negara diberi

kekuasaan untuk membuat peraturan organik pada undang-undang.30 Berbeda

dengan pendapat Suwoto Mulyosudarmo yang mempergunakan istilah kekuasan

bukan kewenangan (wewenang), hal ini karena tinjauannya dari sudut hukum

tata negara bukan dari hukum administrasi. Cara memperoleh kekuasan dalam

hal ini dapat dibagi atas : a) perolehan kekuasaan yang sifatnya atributif; b)

perolehan kekuasaan yang sifatnya derivatif . 31

1.5.3 Azas Dekonsentrasi

Azas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah

kepada aparat pemerintah pusat yang ada didaerah untuk melaksanakan tugas

pemeruntah pusat di daerah, dengan kata lain perpanjangan tangan pemerintah

pusat di daerah. Azas Dekonsentrasi yaitu sebagian besar kegiatan pemerintahan

dipegang dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Kegiatan itu antara lain

politik luar negeri, pertahanan dan keamanan. idiologi negara, kebijakan dalam

negeri, peradilan, perdagangan, pertambangan dan kegiatan strategis lain.

Namun pelaksanaan kegiatan tersebut mengambil tempat di daerah. Kecuali

politik luar negeri. Pelaksanaan kegiatan tersebut di daerah bukan oleh

pemerintah daerah tetapi dilakukan oleh instansi pusat di daerah seperti kantor –

29 SF Marbun & Mahfud MD, 2000, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty,

Yogyakarta, hal. 55. 30 Diana Halim Kontjoro, Op.cit, hal. 42. 31 Suwoto Mulyosudarmo, 1997, Peralihan Kekuasaan Kajian Teoritis dan Yuridis Terhadap Pidato Nawaksara, Gramedia, Jakarta, hal. 39.

Page 45: unud-340-1211692355-tesis final

30

kantor wilayah departemen. Di sini kedudukan pemerintah daerah lemah dan

kegiatan yang diinginkan oleh daerah lainnya bisa diusulkan namun tidak bisa

ditentukan. Kewenangan dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan

pembiayaan tetap ada dipusat. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada

wilayah provinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk

melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur

sebagai wakil pemerintah diwilayah provinsi. Gubernur sebagai wakil

pemerintah di wilayah provinsi. sebagai kepala daerah provinsi berfungsi pula

selaku wakil pemerintah di daerah, dalam pengertian untuk menjembatani dan

memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah

termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan

pemerintahan di daerah kabupaten dan kota. Dasar pertimbangan dan tujuan

diselenggarakannya azas dekonsentrasi :

a. terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. terwujudnya pelaksanaan kebijakan nasional dalam mengurangi kesenjangan

antar daerah;

c. terwujudnya keserasian hubungan antar susunan pemerintahan dan antar

pemerintahan di daerah;

d. teridentifikasinya potensi dan terpeliharanya keanekaragaman sosial budaya

daerah;

e. tercapainya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, serta

pengelolaan pembangunan dan pelayanan terhadap kepentingan umum

masyarakat;

f. dan terciptanya komunikasi sosial kemasyarakatan dan sosial budaya dalam

sistem administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 46: unud-340-1211692355-tesis final

31

Menurut Bagir Manan dalam Mahfud MD mengidentifikasikan ke

dalam tiga ajaran (asas otonomi), yaitu :32

1). Asas Otonomi Formal. Dalam asas otonomi formal pembagian tugas

wewenang, dan tanggung jawab antara pusat dan daerah untuk

mengatur rumah tangganya sendiri tidak dirinci didalam undang-

undang. Pandangan yang dipakai dalam asas ini adalah bahwa tidak

ada perbedaan sifat antara urusan yang diselenggarakan oleh pusat

dan daerah. Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab

tersebut semata-mata berdasarkan atas keyakinan bahwa suatu

urusan pemerintahan akan berhasil baik jika diurus dan diatur oleh

satuan pemerintahan tertentu, dan sebaliknya. Dengan demikian asas

otonomi formal memberikan keleluasaan yang luas kepada daerah

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan sebagai urusan

rumah tangganya sendiri.

2) Asas Otonomi Material. Asas otonomi material memuat secara rinci

(didalam peraturan perundang-undangan) pembagian wewenang,

tugas dan tanggung jawab antara pusat dan daerah. Semuanya

diterapkan secara pasti dan jelas sehingga daerah memiliki pedoman

yang jelas. Titik tolak pemikiran asas otonomi material adalah

adanya perbedaan mendasar antara urusan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah. Urusan-urusan pemerintahan itu dapat dipilah-

pilah dalam berbagai lingkungan satuan pemerintahan.

3) Asas Otonomi Riil. Asas ini merupakan jalan tengah antara asas

otonomi formal dan material. Dalam asas ini, penyerahan urusan

kepada daerah otonom didasarkan kepada faktor-faktor riil.

Persoalan yang muncul adalah yang manakah yang lebih dominan

antara asas formal dan material dalam asas riil. Menurut Bagir

Manan terdapat kesan bahwa sebagai jalan tengah asas otonomi riil

32 Mahfud MD, 1998, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta, Pustaka LP3ES, hal. 95-96.

Page 47: unud-340-1211692355-tesis final

32

lebih mengutamakan asas formalnya. Karena dalam asas otonomi

formal mengandung gagasan untuk mewujudkan prinsip kebebasan

dan kemandirian bagi daerah, sementara asas otonomi material akan

merangsang timbulnya ketidakpuasan daerah dan ”spanning antara

pemerintah pusat dan daerah”.

1.5.4 Asas Preferensi

Asas preferensi hukum adalah asas hukum lex pesteriori derogat legi periori

( undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan/mengesampingkan

undang-undang yang berlaku terlebih dahulu). Berkaitan dengan asas preferensi

hukum terdapat pertentangan antara dua atau lebih peraturan yang berkaitan

dengan asas preferensi hukum ;

1. Lex superior derogat legi

2. Lex specialis derogat legi

3. Lex posterior derogat legi

Penelitian normatif terhadap pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam

jabatan struktural pada Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar, terdapat Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor : SK.355/Menhut-II/2004 tentang Nama Jabatan dan Uraian

Jabatan Struktural dan Non Struktural Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan

Departemen Kehutanan dijelaskan syarat jabatan Kepala Seksi Informasi Sumber

Daya Hutan adalah pendidikan Sarjana Kehutanan, dan Sarjana Geografi. Dan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6008/Menhut-II/Peg/2010 Tentang

Mutasi Pejabat Struktural Eselon III dan IV Lingkup Kementerian Kehutanan

yang tidak sesuai dengan pelaksanaan syarat-syarat pengangkatan Pegawai Negeri

Page 48: unud-340-1211692355-tesis final

33

Sipil dalam jabatan struktural terutama pada Kepala Seksi Informasi Sumber Daya

Hutan sehingga timbul konflik norma. Dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk

kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma. Kepastian hukum adalah

kepastian aturan hukum, bukan kepastian tindakan terhadap atau tindakan yang

sesuai dengan aturan hukum. Karena frasa kepastian hukum tidak mampu

menggambarkan kepastian perilaku terhadap hukum.

1.5.5 Pengawasan dan Pembinaan

Pemerintah pusat dalam hal melaksanakan kewajibannya kepada

masyarakat, maka kewenangan pemerintah itu harus dikemukakan dalam suatu

Peraturan Perundang-undangan.33 Dengan kata lain badan-badan pemerintah pusat

selaku penguasa dapat diketahui memiliki kewenangan atas atau tidak melalui

Peraturan Perundang-Undangan yang melandasai kewenangannya. Apabila

tindakan pemerintah pusat kurang sempurna atau tidak didasarkan pada Peraturan

Perundang-Undangan akan menyebabkan terjadinya perbuatan melanggar hukum

oleh Penguasa (Onrechtmatige Overheidsdaad ).

Keberadaan pemerintah pusat pada hakekatnya dimaksudkan untuk

menciptakan pemerintahan yang aspiratif dan dekat dengan rakyatnya. Dalam

negara demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, maka peran serta

rakyat (insfraak) dibuka luas untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Adanya

peran serta rakyat itu diperlukan untuk memberikan pengakuan terhadap

keberadaan pemerintahan beserta produk hukumnya sebagaimana dikemukakan

33 Philipus M. hadjon dkk, 1993, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, cet 1, Gajah Mada University Press, hal 128

Page 49: unud-340-1211692355-tesis final

34

Hans Kelsen bahwa adanya penerimaan oleh sebagian besar masyarakat terhadap

suatu perintah atau hukum merupakan tujuan dari pemerintahan yang

demokratis (Conformity of the order with the will of the majority is the aim of

democratic organization).

Menurut Muchsan,34 istilah pengawasan juga disebut dengan kontrol yang

dikemukakan sebagai permasalahan pokok dalam studi tentang dasar-dasar

Hukum Administrasi. Oleh karena itu, keduanya mengkaji konsep pengawasan

atau kontrol dikaitkan dengan tindakan atau perbuatan pemerintah. Pendapat ini

sejalan dengan pemikiran S.P Siagian yang memberikan pengertian pengawasan

sebagai suatu ”proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan

organisasi untuk menjamin agar supaya pekerjaan yang sedang dilaksanakan

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya” 35

Selanjutnya menyimak rumusan pengawasan diatas maka pengawasan pada

hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang dengan atau

berdasar peraturan perundang-undangan berkewajiban mengadakan pengawasan

terhadap pemenuhan tentang apa yang ditentukan pada saat suatu peraturan

perundang-undangan. Pengertian tersebut mengisyaratkan agar seorang pengawas

harus disebutkan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan, dan harus

menunjukkan bukti legitimasinya yang dikeluarkan oleh pemerintah dimana

pengawas bekerja, wewenang pengawas dibatasi oleh peraturan perundang-

undangan atau surat keputusan organ pemerintah yang menunjuk pengawas.

34 Muchsan, 1992, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia, Yogyakarta, hal 36 35 S.P.Siagian, 1970, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta, hal 107

Page 50: unud-340-1211692355-tesis final

35

Secara normatif, pengawasan titik beratnya adalah suatu usaha untuk

menjamin agar pelaksanaan suatu ketentuan hukum dapat diterapkan sesuai

dengan rencana. Selanjutnya menyimak rumusan pengawasan diatas maka

pengawasan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

seseorang yang dengan atau berdasar peraturan perundang-undangan

berkewajiban mengadakan pengawasan terhadap pemenuhan tentang apa yang

ditentukan pada saat suatu peraturan perundang-undangan. Pengertian tersebut

mengisyaratkan agar seorang pengawas harus disebutkan secara tegas dalam

peraturan perundang-undangan, dan harus menunjukkan bukti legitimasinya yang

dikeluarkan oleh pemerintah dimana pengawas bekerja, wewenang pengawas

dibatasi oleh peraturan perundang-undangan atau surat keputusan organ

pemerintah yang menunjuk pengawas.

Pengawasan oleh pemerintahan baik pusat maupun daerah dilakukan oleh

otoritas yang lebih tinggi dan organisasi baik organisasi yang terdapat dalam

pemerintah itu sendiri yaitu DPR, dan organisasi masyarakat di luar DPR seperti

organisasi kemasyarakatan, organisasi agama, organisasi profesi, organisasi

berdasarkan kepentingan tertentu (interest group), LSM, Kelompok penekan

(Pressure Group), dan Pengawasan fungsional adalah pengawasan terhadap

Pemerintah dilakukan secara fungsional baik dilakukan oleh Kementerian.

Pemerintah Pusat oleh Inspektorat Jenderal melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan tugas dilingkungan Kementerian Kehutanan.

Pembinaan aparatur pada Kementerian Kehutanan termasuk pengawasan

administrasi keuangan dan administrasi kepegawaian dilakukan secara berkala

Page 51: unud-340-1211692355-tesis final

36

oleh . Insfekturat Jenderal bertanggung jawab kepada Menteri Kehutanan yang

berfungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan

2. Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan dan pengawasan untuk tujuan

tertentu atas petunjuk Menteri

3. Pelaksanaan urusan administrasi Inspetorat Jenderal

4. Penyusunan laporan hasil pengawasan

Pengertian fungsi pengawasan itu sendiri, secara leksikal, W.J.S.

Poerwaradarmita mengertikan fungsi sebagai “jabatan ( yang dilakukan);

pekerjaan yang dilakukan” istilah jabatan (ambt) ialah suatu lingkungan

pekerjaan tetap yang diadakan dan dilakukan guna kepentingan Negara

(kepentingan umum). Dengan demikian istilah fungsi dalam kaitan dengan

penilitian ini dapat diartikan sebagai suatu tugas atau pekerjaan yang ada dalam

menegakkan peraturan perundang-undangan. Hal ini sejalan dengan pendapat

Satjipo Rahardjo yang menyatakan penegak hukum itu sebagai rangkaian

kegiatan atau fungsi sebagai berikut:

Dengan berakhirnya pembentukan hukum, proses hukum baru

menyelesaikan satu tahap saja dari suatu perjalanan panjang untuk mengatur

masyarakat. Tahap pembuatan hukum masih harus disusul oleh pelaksanaan

secara konkrit dalam kehidupan masyarakat sehari-hari atau yang disebutnya

sebagai tahap penegakkan hukum.

Bilamana dikaji peristilahan pengertian penegak hukum merupakan istilah

Indonesia yang bermaksud menjelaskan mengenai tindakan untuk memberlakukan

Page 52: unud-340-1211692355-tesis final

37

kaidah-kaidah hukum positif.36 Istilah ini berusaha menterjemahkan kata

rechtshandhaving dalam bahasa belanda atau low enforcement dalam bahasa

inggris yang masing-masing memiliki arti tersendiri. Seperti dinyatakan Andi

Hamsah orang Amerika dan Kanada mengertikan law enforcement sebagai

penegak hukum secara refresif, sebaliknya rechtshandaving oleh orang Belanda

diartikan dengan penegak hukum yang bersifat refresif dan preventif. Pandangan

ini sesuai anjuran Andi Hamzah yang mengemukakan bahwa penegak hukum

sebenarnya diartikan secara luas, meliputi baik yang preventif (sama compliance),

maupun represif (yang dimulai dengan penyelidikan, penyidikan sampai pada

penerapan sanksi administrasi maupun hukum pidana). Sjachran Basah secara

lebih sederhana lagi mengartikan penegakan hukum itu dengan “berlakunya

hukum positif dalam praktek sebagaimana seharusnya patut ditaati”. Sedangkan

keberlakukan hukum itu sendiri, menurut J.H. Bruggink dapat dilihat 3 (tiga)

aspek. yakni:

a. Keberlakuan faktual atau efektif;

Jika para warga masyarakat untuk siapa kaidah hukum itu berlaku,

mematuhi kaidah hukum tersebut, keberlakuan itu di tetapkan dengan

bersarankan penelitian empiris tentang prilaku para warga masyarakat.

b. Keberlakuan normative atau formal;

Jika kaidah itu merupakan bagian dari system kaidah hukum tertentu yang

didalamnya kaidah-kaidah hukum itu saling menunjuk yang satu dengan

yang lain.

c. Keberlakuan evaluatif atau materiil;

36 W.J.S. Poerwardarmitnta,1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka Jakarta, hal 1031

Page 53: unud-340-1211692355-tesis final

38

Jika kaidah hukum itu berdasarkan isinya dipandang bernilai. Kaidah

hukum secara evaluatif berlaku jika kaidah itu oleh seseorang atau suatu

masyarakat diterima karena dipandang bernilai atau penting.37

Dalam penegak hukum itu sendiri jarang mengoptimalkan instrument

pengawasan baik dalam pengaturan maupun dalam pelaksanaan penegakkan

hukum. Pengaturan persoalan pengawasan dalam peraturan perundang-

undangan dalam bidang hukum administrasi hampir jarang dijumpai dibandingan

dengan pengaturan persoalan sanksi hukum yang dapat diterapkan dalam hal

terjadi pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan bersangkutan.

P.de Haan sebagaimana dikutip oleh Philipus M. Hadjon, mengatakan

bahwa “penegakan hukum administrasi seringkali diartikan sebagai penerapan

sanksi”. Pendapat ini diperluas oleh J.B.J.M. ten Berge yang menyatakan

penegakkan hukum administrasi tidak semata-mata menerapkan sanksi namun

juga meliputi kegiatan pengawasan. Pengawasan ini dipandang sebagai langkah

preventif untuk memaksakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan

langkah refresif untuk memaksakan kepatuhan. Dengan demikian, “tindakan

pengawasan tersebut sering dilihat sebagai sarana untuk mencegah segala bentuk

penyimpangan tugas pemerintah dari apa yang telah digariskan atau ditetapkan.

Dalam bahasa inggris, ada 2 (dua) istilah yang berkaitan dengan istilah

pengawasan, yakni control dan dan supervision. Dalam Black’s Dictionary,

Control diartikan dengan “the power or authority to manage” dan supervision

37 Satjipto Rahardjo, 1991 Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal 181

Page 54: unud-340-1211692355-tesis final

39

diartikan dengan “watch to make it is done properly”,38 Sujamto dalam kaitan

pengertian pengawasan mengemukakan bahwa “pengawasan adalah segala usaha

atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya

mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan semestinya

atau tidak”. Pengertian pengawasan tersebut menunjukkan bahwa tindakan

pengawasan dapat dilakukan baik terhadap suatu proses kegiatan yang sedang

berjalan maupun terhadap hasil yang dicapai dari kegiatan tersebut. Bagir

Manan dalam kaitan ini berpendapat pengawasan tersebut sebagai suatu bentuk

hubungan dengan sebuah lembaga ( legal entity ) yang mandiri, bukan

hubungan internal dari entitas yang sama. 39

Bentuk dan isi pengawasan dilakukan semata-mata menurut atau

berdasarkan ketentuan undang-undang, sehingga pengawasan tidak berlaku atau

tidak diterapkan hal yang tidak ditentukan atau berdasarkan undang-undang”.

Mencermati pengertian pengawasan tersebut maka dapat ditarik beberapa unsur

yang terkandung didalamnya, yakni:

a. Adanya aturan hukum sebagai landasan pengawasan;

b. Adanya aparat pengawas;

c. Adanya tindakan pengamatan;

d. Adanya obyek yang diawasi.

Mengenai perlunya fungsi pengawasan dalam penegakan hukum

dilatarbelakangi oleh adanya suatu kecendrungan yang kuat dalam masyarakat

bahwa masyarakat mematuhi hukum karena rasa takut terkena sanksi negative.

38 Bryan A. Garner (ed) 1999, Black’s Law Dictionary seventh Edition, St. Paul Minn, New York, hal 330 39 JJ.H. Bruggink, 1996, Refleksi Tentang Hukum, alih Bahasa Arief Sidharta, PT. Citra Aditya, Bandung, 147-157

Page 55: unud-340-1211692355-tesis final

40

Efek negative dari hal itu, hukum tidak akan dipatuhi apabila tidak ada yang

mengawasi pelaksanaannya secara ketat. Mengenai tujuan pengawasan sendiri

menurut Paulus Effendi Lotulung adalah “untuk menghindari terjadi kekeliruan

itu, sebagai suatu usaha refresif”. Hal ini sejalan dengan pendapat S.F Marbun

yang mengemukakan tujuan pengawasan dalam kerangka penegakan hukum

adalah untuk mencegah timbulnya segala bentuk pelanggaran hukum oleh

masyarakat (preventif) dan menindak atau memperbaiki penyimpangan yang

telah terjadi (refresif).

Kegiatan pengawasan oleh pemerintah dalam rangka penegakan hukum

tidaklah dapat dilakukan secara sewenang-wenang atau bertentangan dengan

hukum. Dalam Negara hukum kekuasaan Negara dibatasi dan ditentukan oleh

hukum, demikian pula alat-alat kelengkapannya termasuk pemerintah harus

bersumber dan berakar dalam hukum. Pemerintah dalam tindakannya wajib

menjaga keseimbangan perlindungan antara kepentingan umum dan kepentingan

perorangan atau hak-hak masyarakat. Pelanggaran atas kewajiban tersebut dapat

melahirkan adanya sikap – tindak pemerintah yang melanggar hukum yang

bilamana menimbulkan kerugian pada masyarakat akan dapat menjadi sebab

timbulnya gugatan dan sengketa antara masyarakat dengan pemerintah.

Pengawasan dilakukan pemerintah pusat pada Unit Pelaksana Teknis

Kementerian Kehutanan pada hakekatnya merupakan sub sistem sehingga

secara implesit aktivitas pengawasan terhadap kinerja kelembagaan di daerah

yang merupakan bagian integral dari sistem penyelenggaraan urusan

Page 56: unud-340-1211692355-tesis final

41

pemerintahan diperlukan tindakan pengawasan. unsur-unsur yang diperlukan

adalah :

1. Adanya kewenangan yang jelas yang dimiliki aparat pengawas

2. Adanya suatu rencana yang mantap sebagai alat penguji terhadap

pelaksanaan suatu tugas yang akan diawasi.

3. Tindakan pengawas dapat dilakukan terhadap suatu proses kegiatan

yang sedang berjalan maupun terhadap hasil yang dicapai dari

kegiatan tersebut.

4. Tindakan pengawasan berakhir dengan akhir terhadap kegiatan

yang dilaksanakan serta pencocokan hasil yang dicapai dengan

rencana sebagai otak ukurnya dan

5. Selanjutnya tindakan pengawasan akan diteruskan dengan tindak

lanjut secara administrasi maupun yuridis.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Usulan penelitian ini merupakan penelitian ilmu hukum normative.

Penelitian normative adalah penelitian ilmu hukum yang beranjak dari

karakter ilmu hukum itu sendiri, yaitu berkarakter normative “ langkah awal

penelitian ilmu hukum normative adalah penelitian pokok masalah secara

tepat dan selanjutnya ditarik isu-isu hukum terkait. Penelitian ini akan

beranjak dari konflik norma yang dapat dijumpai dalam norma hukum yang

mengatur pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural yang

dilakukan oleh Kementerian Kehutanan.

Page 57: unud-340-1211692355-tesis final

42

Oleh karena itu dalam membahas pokok permasalahan dalam

penulisan ini akan didasarkan hasil penelitian kepustakaan, baik terhadap

bahan hukum primer, bahkan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.

Penelitian hukum di dasarkan oleh kaidah perundang-undangan

sebagai inti dari penerapan hukum secara praktek hal tersebut sebagaimana

tercantum dalam buku legal Research yaitu “Legal research is an essential

component of legal pratice it is the process of finding the law that governs an

activiy and materals that explain or analyze that law ”.40 Prosedur yang

demikian sangat diperlukan dalam praktik hukum untuk menentukan baik

dampak peristiwa masa lalu maupun implikasinya pada masa yang akan

datang. Menurut pandangan Meuwissen, ”Jika orang menonjolkan sifat /

karakter normatif dari objeknya itu (dalam hal ini yang menjadi objek adalah

norma) maka orang akan cenderung memandang ilmu hukum dogmatik

sebagai suatu ilmu normatif”.41 Dengan istilah dogmatik hukum atau

rechtsdogmatik atau Jurisprudenz dalam Bahasa Jerman ini dicakup semua

kegiatan ilmiah yang diarahkan untuk mempelajari isi dari sebuah tatanan

hukum positif.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang mengkaji

hukum tertulis dari berbagai aspek yaitu aspek teori, sejarah, filosofi,

perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi,

penjelasan umum dan Pasal demi Pasal, formalitas dan kekuatan mengikat

40 Morris L.Cohen & Kent C.Olson,, 2000, Legal Research, West Group, ST. Paul,Minn, printed in the United States of America page 1 41 D.H.M. Meuwissen, 1994, “Ilmu Hukum” Tulisan Ilmiah pada Majalah Hukum Triwulan Fakultas Hukum UNIKA Parahyangan, Pro Justitia, hal. 25-26

Page 58: unud-340-1211692355-tesis final

43

suatu Undang-Undang, serta bahasa hukum yang digunakan, tetapi tidak

mengkaji aspek terapan atau implementasinya.42 Dalam kaitan itu, penelitian

ini dapat dikualifikasikan sebagai penelitian hukum normatif, yaitu penelitian

hukum yang obyeknya norma hukum, dalam hal ini adalah norma yang

berkaitan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar.

Soerjono Soekanto mengemukakan dalam ilmu hukum terdapat dua

jenis penelitian hukum, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian

hukum sosiologis atau emperis.43

1.6.2. Jenis Pendekatan

Adapun jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-

undangan (the statute approach), yaitu melihat perumusan norma, peraturan,

perundang-undangan yang berkaitan dan menjadi dasar Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam jabatan struktural. Pendekatan kasus (case approach),

pendekatan historis (historical approach), pendekatan perbandingan (comparative

approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach), 44 Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Balai Pemantapan Kawasan

Hutan Wilayah VIII Denpasar. yang digunakan pendekatan analisis konsep

hukum (analytical conceptual approach), yakni dengan menganalisa bahan

hukum menyangkut pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

42 Abdulkadir Muhamad , 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 101 43 Soerjono Soekanto 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta Universitas Indonesia (UI) hal 1 44 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006 hal 93-95

Page 59: unud-340-1211692355-tesis final

44

seperti yang telah dijelaskan diatas dan dikaitkan dengan konsep negara hukum

yang dianut Negara Indonesia serta dengan mengkaitkannya dengan teori-teori

hukum.

Pendekatan yang akan ditetapkan untuk membahas pokok permasalahan

dalam penulisan ini adalah pendekatan kewenangan dan pendekatan perundang-

undangan.

Untuk menemukan pengertian kewenangan dan fungsinya pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Balai Pemantapan Kawasan

Hutan Wilayah VIII, selanjutnya pendekatan perundang-undangan diterapkan

untuk mendapatkan ketentuan-ketentuan hukum yang melandasi kewenangan,

pengaturan, prosedur penerapannya, beserta akibat hukum yang dapat terjadi

dalam kaitan dengan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar

1.6.3 Sumber Bahan Hukum

Sebagai sumber bahan hukum pokok dari penelitian ini adalah

menggunakan dua bahan hukum yang bersumber dari kepustakaan yaitu bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier.45

Bahan Hukum Primer dalam hal ini berupa peraturan-peraturan perundang-

undangan (aturan hukum) yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok – pokok

Kepegawaian

45 Sunaryati Hartono. 1994 Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir abad ke 20, penerbit Alumni Bandung, hal 134

Page 60: unud-340-1211692355-tesis final

45

3. Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang -

Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2002 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 100 tahun 2000 tentang

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural

5. Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.355/Menhut-II/2004 tentang Nama

Jabatan dan Uraian Jabatan Struktural dan Non Sruktural Unit Pelaksana

Teknis dilingkungan Departemen Kehutanan

6. Keputusan Kepala BKN Nomor 13 tahun 2002 Tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.100 Tahun 2000 tentang

Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002

7. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.288/Menhut-II/2009 tentang

Penetapan Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan

(BAPERJAKAT) Departemen Kehutanan

8. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.6008/Menhut-II/Peg/2010

tentang Mutasi Pejabat Struktural Eselon III dan IV Lingkup Kementerian

Kehutanan.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari

kepustakaan yang berupa buku-buku hukum yang ditulis oleh para ahli hukum

yang erat kaitannya dengan judul dan permasalahan yang di angkat dalam

penelitian ini. Bahan hukum sekunder adalah merupakan bahan hukum yang erat

hubungannnya dengan hukum primer dan dapat membantu menganalisa serta

Page 61: unud-340-1211692355-tesis final

46

memahami bahan – bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang

dituangkan dalam penelitian ini berupa hasil penelitian atau karya ilmiah kalangan

hukum, buku literatur, makalah-makalah, artikel-artikel yang berkaitan dengan

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural. Selanjutnya bahan

hukum tersier atau penunjang yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan-

bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia dan sebagainya yang

berkaitan dengan penelitian ini. Selanjutnya bahan hukum primer, sekunder dan

tersier dikumpulkan berdasarkan metode sistematis serta dicatat pada kartu-kartu

dengan ukuran tertentu. Dalam kartu ini juga dicatat sumber dari mana data

tersebut diperoleh (nama pengarang/penulis, judul buku atau artikel, impresium,

halaman, dan lain sebagainya.46 Kartu-kartu tersebut kemudian disusun

berdasarkan pokok bahasan untuk memudahkan analisis dan pada kartu juga

dicatat konsep-konsep yang ada hubungannya dengan pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam jabatan truktural.

Bahan hukum tersier diperoleh dari kepustakaan berupa ensiklopedi,

kamus hukum serta dokumen penunjang lainnya yang dapat mendukung maupun

memperjelas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Mengenai teknik yang diterapkan dalam pengumpulan bahan hukum

yang diperlukan adalah melalui telaahan kepustakaan (study document). Telaahan

kepustakaan dilakukan dengan system kartu (card system) yakni dengan cara

46 Soerjono Soekanto, 1985, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, hal. 60

Page 62: unud-340-1211692355-tesis final

47

mencatat dan memahami isi dari masing-masing informasi yang diperoleh dari

bahan-bahan hukum primer, sekunder maupun tersier berkenaan dengan

normativisasi peraturan perundang-undangan yang ada di Balai Pemantapan

Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar.

Penulisan ini lebih menitik beratkan pada penelitian kepustakaan

(library research) serta bahan-bahan lain yang dapat menunjang dalam kaitannya

dengan pembahasan permasalahan.

1.6.5 Teknik Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum maupun informasi yang telah terkumpul berkenaan dengan

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural selanjutnya

dilakukan deskripsi dengan penguraian proposisi-proposisi hukum dan non hukum

yang dijumpai maupun interprestasi atau penafsiran secara normative terhadap

proposisi-proposisi yang dijumpai untuk selanjutnya disistematisasi sesuai

pembahasan atas pokok permasalahan. Hasil dari ketiga teknik analisis tersebut

kemudian dilakukan evaluasi dan analisis menurut isinya (Content Analysis) serta

diberikan argumentasi untuk mendapatkan kesimpulan atas pokok permasalahan

dalam penulisan ini. 47

Analisis dapat dirumuskan sebagai proses penguraian secara sistimatis

dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu.48

Pada tahap sistematisasi dilakukan pemaparan terhadap hubungan

hierarkis antara aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan isu hukum dalam

47 Sumandi Suryabrata, 1992, Metodologi Penelitian, CV Rajawali, Jakarta, hal. 85 48 Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta Rajawali, hal 137

Page 63: unud-340-1211692355-tesis final

48

penelitian ini. Pada tahapan ini juga dilakukan penyerasian terhadap aturan-aturan

hukum yang bertentangan/konflik sehingga maknanya dapat dipahami secara

logis.

Selanjutnya pada tahap eksplanasi dilakukan analisis terhadap makna

yang terkandung dalam aturan-aturan hukum sehingga keseluruhannya

membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan secara logis. Akhirnya pada

tahap argumentasi diberikan pendapat atau pandangan penulis terhadap bahan-

bahan hukum yang telah dideskripsikan, disistematisasi dan dieksplorasi untuk

ditemukan atau diperoleh kesimpulan atas kedua permasalahan yang dikaji dalam

penulisan tesis ini

Page 64: unud-340-1211692355-tesis final

49

BAB II

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM JABATAN STRUKTURAL

2.1 Kewenangan Pemerintah Pusat dalam Pengangkatan Pegawai Negeri

Sipil Jabatan Struktural pada Unit Pelaksana Teknis di daerah

Untuk mencapai obyektivitas dan keadilan dalam pengangkatan jabatan

struktural dilakukan dengan penerapan nilai-nilai impersonal keterbukaan dan

penetapan persyaratan jabatan terukur. Disamping itu memperhatikan faktor

senioritas dalam kepangkatan, usia, pendidikan dan pelatihan jabatan yang sudah

diikuti, pengalaman dan sebagainya.

Pegawai Negeri Sipil adalah unsur aparatur negara yang bertugas untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan

merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Kedudukan dan peranan dari Pejabat Struktural sebagai Pegawai Negeri Sipil

dalam setiap organisasi pemerintahan sangatlah menentukan sebab merupakan

tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan nasional.

Kranenburg memberikan pengertian dari Pegawai Negeri, yaitu Pejabat yang

ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang

memangku jabatan mewakili seperti anggota parlemen, Presiden dan sebagainya.

Logeman dengan menggunakan kriteria yang bersifat materiil mencermati

hubungan hubungan antara negara dengan Pegawai Negeri dengan memberikan

pengertian Pegawai Negeri Sipil sebagai pejabat yang mempunyai hubungan

49

Page 65: unud-340-1211692355-tesis final

50

dinas dengan negara. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian tidak menyebutkan apa yang dimaksud

dengan pengertian masing-masing bagiannya, namun disini dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai

Negeri bukan anggota TNI dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan pengertian tersebut, Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian dari

Pegawai Negeri yang merupakan aparatur negara. Menurut Undang-Undang 43

Tahun 1999 Pasal 2 ayat 2 Pegawai Negeri Sipil dibagi menjadi:

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat, yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil

Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen,

Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Negara,

instansi vertikal di daerah Provinsi, Kabupaten/kota, Kepaniteraan

pengadilan atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara

lainnya.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah, Yang dmaksud dengan Pegawai Negeri Sipil

Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi, Kabupaten/Kota

yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan

bekerja pada Pemerintah Daerah atau dipekerjakan diluar instansi

induknya. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah

Page 66: unud-340-1211692355-tesis final

51

yang diperbantukan diluar instansi induk, gajinya dibebankan pada

instansi yang menerima perbantuan.49

3. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tangguung jawab,

wewenang dan hak seorang pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi

negara .

4. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas,

tanggungjawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam

rangka memimpin suatu satuan organisasi. Pengangkatan, dalam jabatan

Pegawai Negeri Sipil dilakukan dalam pola pembinaan sesuai dengan pola

karier organisasi yang menggambarkan alur pengembangan karier yang

menunjukan keterkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat,

pendidikan, pelatihan dan kompetensi.

Penempatan pegawai tidak selalu berarti penempatan pegawai baru, tetapi

bisa pula berarti sebagai pengangkatan dalam jabatan, promosi, dan mutasi.

Pengangkatan Pegawai Negeri dalam jabatan struktural dilaksanakan berdasarkan

prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang

pangkat yang ditetapkan untuk jabatan serta obyektif lainnya. Dalam hal

pengangkatan pada jabatan struktural diatur oleh kebijakan melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sepil

dalam jabatan struktural. Berdasarkan Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 100

tahun 2000, sebagai bentuk lain dari pemberian kedudukan yang menunjukkan

49 Penjelasan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Page 67: unud-340-1211692355-tesis final

52

tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam

memimpin satuan organisasi. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999

mengamanatkan bahwa Manajemen Pegawai Negeri Sipil tidak lagi menggunakan

sistem sentralisasi seperti dalam pelaksanaan Manajemen Pegawai Negeri Sipil

pada era Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974. Sejak era otonomi daerah dan

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pelaksanaan manajemen

Pegawai Negeri Sipil di daerah menjadi wewenang daerah masing-masing seperti

yang diatur dalam Pasal 76 Undang-Undang tersebut, namun demikian dalam

pelaksanaannya, aturan, proses maupun tahapan dalam pelaksanaan manajemen

Pegawai Negeri Sipil masih belum banyak berubah dari pelaksanaan manajemen

Pegawai Negeri Sipil sebelumnya. Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang

Nomor 43 tahun 1999, Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan

upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan derajat profesionalisme

penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi

perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan promosi,

penggajian, kesejahteraan dan pemberhentian. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

adalah penting dan menentukan, karena Pegawai Negeri Sipil adalah unsur

aparatur negara yang bertugas untuk melaksanakan tugas dan kewajiban adalah

mewujudkan pemerintahan dan pembangunan untuk mencapai tujuan nasional.

Kelancaran penyelenggaraan tugas dan pemerintahan dan pembangunan

nasional sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya

Pegawai Negeri Sipil dan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan,

Page 68: unud-340-1211692355-tesis final

53

tergantung dari kesempurnaan dan profesional. Untuk mencapai tujuan nasional,

pemerintah harus baik, bermoral, berwibawa, efisien dan efektif, bersih dan

profesional, sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur aparatur negara, abdi

negara dan abdi masyarakat. Pegawai Negeri bukan hanya sebagai unsur aparatur

negara tetapi sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Oleh sebab itu, dalam

melakukan pembinaan bukan saja dilihat dan diperlakukan sebagai aparatur

negara, tetapi juga harus diperlakukan sebagai warga negara ( Pasal 27 Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ). Pegawai Negeri Sipil

(PNS) adalah sumber daya manusia yang menjadi tulang punggung

penyelenggaraan negara yang tersebar diseluruh kawasan Nusantara dalam rangka

melaksanakan tugas sebagai abdi rakyat, guna terwujudnya kesejahteraan

masyarakat, termasuk kesejahteraan mereka sendiri. Sebagai bagian dari rakyat

Indonesia, Pegawai Negeri Sipil layak mendapat pembinaan sehingga dapat

memacu keprofeionalan dalam menjalankan tugasnya.

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil pada Unit Pelaksana Teknis Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar dibawah Direktorat Jenderal

Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan. Berdasarkan Peraturan Menteri

Kehutanan No. P.25/Menhut-II/2007 tanggal 6 Juli 2007, Balai Pemantapan

Kawasan Hutan Wilayah VIII merupakan Unit Pelaksana Teknis dibidang

Pemantapan Kawasan Hutan yang berada dibawah Ditjen Planologi Kehutanan

yang mempunyai tugas melaksanakan pemantapan kawasan hutan, penilaian

perubahan status dan fungsi hutan serta penyajian data informasi sumber daya

hutan. Urusan teknis dan administrasi dimana salah satu urusan tersebut adalah

Page 69: unud-340-1211692355-tesis final

54

dalam bidang kepegawaian yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 43

Tahun 1999.

Keputusan Menteri Kehutanan N0 55/Kpts-II/2003 tanggal 21 Pebruari

2003 pasal 1 disebutkan Menteri Kehutanan menetapkan dan atau

menandatangani sendiri ;

a) Usul Mutasi Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil untuk menjadi

Golongan IV/c sampai dengan IV/e

b) Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Pegawai negeri Sipil untuk menjadi

Golongan IV/a dan IV/b

c) Surat Keputusan Pengangkatan, pemindahan dan Pemberhentian

Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Stuktural

d) Surat Keputusan pemberhentian/Pembebasan Sementara dan

Pengangkatan Kembali Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/a dan IV/b

e) Usul pemberhentian dan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/c dan

sampai dengan IV/e

f) Surat Keputusan Pemberhentian dengan hormat, pensiun Janda/Duda dan

Pensiun dipercepat Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/a dan IV/b

g) Surat Keputusan Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan

sendiri Pegawai Negeri Sipil Golongan I/a sampai dengan Golongan IV/b

h) Surat Keputusan Pemberhentian Tidak dengan hormat Calon Pegawai

Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil Golongan I/a sampai dengan Golongan

IV/b

Page 70: unud-340-1211692355-tesis final

55

i) Surat Keputusan Masa Persiapan Pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil

Golongan IV/c sampai dengan Golongan IV/e.

Disamping itu dalam pelaksanaan sentralisasi kewenangan pemerintah

Pusat kepada Pemerintah Daerah, Pegawai Negeri sebagai perekat bangsa

berkewajiban untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa yang harus

melaksanakan tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, yang bebas korupsi,

kolusi, dan nepotisme. Sebagai bagian dan pembinaan Pegawai Negeri.

Pembinaan Pegawai Negeri Sipil perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan

berdasarkan pada perpaduan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang

dititikberatkan pada sistem prestasi kerja. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan peluang bagi Pegawai Negeri yang berprestasi tinggi untuk

meningkatkan kemampuannya secara profesional dan berkompetisi secara sehat.

Dengan demikian, pengangkatan dalam jabatan harus didasarkan pada sistem

prestasi kerja yang didasarkan atas penilaian obyektif terhadap prestasi,

kompetensi, dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil. Dalam pembinaan kenaikan

pangkat, di samping berdasarkan sistem prestasi kerja juga diperhatikan sistem

karier.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 ditetapkan bahwa

kewajiban Pegawai Negeri adalah

a. Wajib setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan Pemerintah

serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Pasal 4 );

Page 71: unud-340-1211692355-tesis final

56

b. Wajib mentaati segala Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan

melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh

pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab ( Pasal 5 );

c. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia

jabatan kepada dan atasan perintah pejabat yang berwajib atas kuasa Undang-

undang ( Pasal 6 ).

Dasar dari adanya hak adalah manusia mempunyai berbagai kebutuhan

yang merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi kebutuhannya, seperti

bekerja untuk memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara

umum tinjauan dari segi sosial ekonomis mengenai Pegawai Negeri Sipil

merupakan suatu kesatuan yang kompleks. Pegawai Negeri disebut sebagai

human Resources adalah manusia yang dalam usia kerja yang mampu

menyelenggarakan pekerjaan fisik maupun mental. Berdasarkan pembahasan

fungsi pegawai dalam konteks kepegawaian, hal ini berkenaan dengan Personnel

Administration. Personnel diartikan golongan masyarakat yang penghidupannya

dilakukan dengan bekerja dalam kesatuan organisatornya yang salah satunya

merupakan kesatuan kerja pemerintahan. Administration yang dimaksudkan

adalah merupakan tata pelaksanaan dengan keterangan yang didalamnya

termaktub organization, management, dan realisasinya. Dalam kajian tersebut,

tata administrasi kepegawaian dalam hubungannya dengan Personnel

Administration berarti Tata yang menunjukkan organization dan management;

Page 72: unud-340-1211692355-tesis final

57

1. Administrasi yang memberikan pengertian disamping pengertian administratie

dalam bahasa Belanda juga dalam rangka pembinaan Organization dan

Management, sehingga meliputi pengertian usaha, hukum, dan prosedur;

2. Pegawai yang mencakup Pengertian Pegawai Negeri Sipil ( Pemerintah ),

berdasarkan pemahaman tersebut maka Pemerintah memberikan hak kepada

Pegawai Negeri Sipil yang termaktub dalam Pasal 7-10 Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 1999 .

Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur,

adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan

pembangunan. Dalam kedudukan dan tugasnya Pegawai Negeri Sipil harus

netral, pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk menjamin netralitasnya Pegawai Negeri Sipil juga dilarang

menjadi anggota dan atau pengurus partai politik. Oleh karena itu, apabila

Pegawai Negeri Sipil menjadi anggota/pengurus parpol harus diberhentikan

sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib setia dan taat kepada Pancasila, UUD

1945, Negara dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa dalam Negara Kesatuan RI (pasal 4 Undang-Undang No 43 Tahun 1999

tentang perubahan atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian). Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974,

setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mentaati segala peraturan perundang

Page 73: unud-340-1211692355-tesis final

58

undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

Sedangkan menurut pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974, setiap

Pegawai Negeri Sipil wajib menyimpan rahasia jabatan. Yang disebut rahasia

jabatan adalah rencana, kegiatan yang akan, sedang atau telah dilakukan yang

dapat mengakibatkan kerugian yang besar atau dapat menimbulkan bahaya,

apabila diberitahukan kepada atau diketahui oleh orang yang tidak berhak.

Pemberian otonomi daerah disamping telah sesuai dengan jiwa Pasal 18

UUD 1945 setelah amandemen keempat, juga diharapkan dapat mencegah

timbulnya keinginan daerah yang menghendaki dibentuknya negara federasi.

Dilihat dari segi kewenangan yang dimiliki dalam praktek antara suatu daerah

otonomi yang luas dengan negara bagian dalam negara federal tidaklah terdapat

perbedaan yang prinsipil bila dilihat dari segi kewenangan yang dimiliki,

perbedaan yang tampak adalah pada sumber perolehan wewenang. Pada daerah

otonomi sumber wewenang berasal dari pada negara bagian bersumber dari

negara bagian itu sendiri.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia pada dasarnya

menganut 3 (tiga) prinsip yaitu :50

a. Digunakan asas dekonsentrasi, tugas pembantuan dan desentralisasi

b. Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang

dilaksanakan di daerah Kabupaten/kota.

50 Deddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solohin, 2001, Otonomi Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 6

Page 74: unud-340-1211692355-tesis final

59

c. Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di daerah provinsi,

daerah kabupaten dan daerah kota.

Dalam asas dekonsentrasi, tidak seluruhnya urusan pemerintahan dapat

diserahkan kepada daerah menurut asas dekonsentrasi ini tetap menjadi tanggung

jawab pemerintah pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun

pembiayaannya. Perencanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun

perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu kesatuan dalam sistem

perencanaan nasional.51 Penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan asas

desentralisasi, secara etimologis istilah desentralisasi berasal dari bahasa latin, de

yang berarti lepas dan centrum yang berarti pusat. Oleh karena itu desentralisasi

berarti melepaskan dari pusat.52 secara terminologi pengertian desentralisasi

adalah pelimpahan wewenang dari pusat kepada satuan-satuan organisasi

pemerintahan untuk menyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari

sekelompok penduduk yang mendiami suatu wilayah.53 Jadi yang dimaksud

dengan asas desentralisasi dalam kaitan dengan desentralisasi kenegaraan

(staatkundige desentralisatie) adalah penyerahan kekuasaan (wewenang, hak,

kewajiban dan tanggung jawab) untuk mengatur daerah lingkungannya sebagai

usaha untuk mewujudkan asas demokrasi dalam pemerintahan negara.54

Desentralisasi dalam sistem administrasi negara memiliki beberapa

mamfaat dan fungsi tertentu yaitu sebagai pendorong dan pengambilan keputusan

51 H. Siswanto Sunarno, 2008, hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta , hal 86 52 Dharma Setiawan Salam 2001, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan Nilai dan Sumber Daya, Djambatan, Jakarta, hal. 74

53 Juniarto, 1967, Pemerintahan Lokal, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta, hal. 53

54 Kuntana Magnar, 1984, Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah Otonomi dan Wilayah Administrasi, Armico, Bandung, hal. 15-16

Page 75: unud-340-1211692355-tesis final

60

yang lebih tepat dan luas, memperbaiki kualitas pengambilan keputusan,

mendorong organisasi lebih fleksibel, inovatif dan meningkatkan moral serta

komitmen kepada produktivitas tinggi. Selain itu desentralisasi dapat memberikan

iklim yang kondusif bagi pelaksanaan kebijakan yang lebih efektif, fleksibelitas

aparat lokal dalam memecahkan masalah, meningkatkan sensitivitas aparat

terhadap kebutuhan daerah, meningkatkan dukungan politis dan administratif,

mendorong persatuan dan kesatuan, serta meningkatkan efisiensi.55

Desentralisasi pada prinsipnya memberikan kewenangan kepada

pemerintah daerah dalam kerangka ketentuan negara kesatuan, dengan cara tetap

terkendalikan dan dikontrol oleh pemerintah pusat. Dengan adanya desentralisasi

yang merupakan penyerahan urusan dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah maka inilah yang disebut otonomi daerah. Istilah otonomi yang berasal

dari dua kata bahasa yunani, yaitu autos (sendiri) dan nomos (peraturan) atau

undang-undang. Oleh karena itu otonomi dalam pelaksanaan otonomi daerah

dapat diartikan peraturan sendiri atau undang-undang sendiri, yang selanjutnya

diartikan menjadi pemerintahan sendiri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimak bahwa pemerintahan daerah

yang dibentuk dalam rangka desentralisasi di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

a Pemerintahan di daerah tidak memiliki kedaulatan atau semi

kedaulatan layaknya di suatu Negara federal

55 Pamudji,1985, Pembinaan Perkotaan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, hal. 3

Page 76: unud-340-1211692355-tesis final

61

b Kekuasan di daerah tidak memiliki kekuasaan membentuk konstitusi

(pouvoir constituent)

c Desentralisasi dimanifestasikan dalam bentuk penyerahan atau

pengakuan atas urusan baik yang dirinci maupun yang dirumuskan

secara umum.

d Penyerahan atas pengakuan urusan pemerintahan sebagaimana

dimaksud pada butir c tersebut diatas utamanya adalah terkait dengan

pengaturan dan pengurusan kepentingan masyarakat setempat

(lokalitas) sesuai dengan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat.

Ciri-ciri daerah otonom sebagaimana dikemukakan diatas dapat

membawa implikasi kepada berbagai persoalan pemerintahan yang dimaksudkan

antara lain berkenaan dengan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan,

pembagian daerah, perumusan hubungan hirarki antar tingkat pemerintahan,

penataan urusan kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi maupun

kabupaten/kota, manajemen personil, pengaturan kawasan khusus,

penyelenggaraan desentralisasi fungsional, serta perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945, menegaskan bahwa “Negara Indonesia

adalah Negara Hukum”. Dengan penegasan itu, maka mekanisme kehidupan

perorangan, masyarakat, dan negara diatur oleh hukum (baik hukum tertulis

maupun hukum tidak tertulis), artinya baik anggota masyarakat maupun

Page 77: unud-340-1211692355-tesis final

62

pemerintah wajib mematuhi hukum tersebut.56 Bilamana penguasa ingin

meletakkan kewajiban-kewajiban kepada tindakan-tindakan masyarakat, maka

sumber kewenangan pembebanan kewajiban itu harus diketemukan dalam suatu

peraturan perundang-undangan.57

Sehubungan dengan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan,

dimana Pasal 4 ayat (1) UUD NRI 1945 pada hakikatnya menetapkan bahwa

tanggung jawab di lapangan pemerintahan berada di tangan presiden

(concentration of power responsibility upon the presiden). Presiden sebagai

penangggung jawab pemerintahan (dalam arti sempit) di Indonesia dalam

menyelenggarakan wewenangnya membutuhkan bantuan dan dukungan dari

aparat pemerintahan lainnya termasuk juga pihak masyarakat yang diurusnya.

dimana pemerintah pusat dalam penyelengaraan tugas negara dapat melimpahkan

atau menyerahkan sebagian penyelenggaraan tugas negara kepada perangkat

pemerintahan di daerah atas dasar asas kedaerahan.

Wewenang pemerintahan pusat dalam sistem sentralisasi lahir dari

prinsip pemencaran kekuasaan yang melahirkan badan-badan publik, antara lain

satuan pemerintahan di daerah yang kemudian badan ini diberi wewenang, tugas

dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan yang bertanggungjawab pada

pemerintah pusat.. Kewenangan yang dimiliki pemerintah pusat antara lain

membuat kebijakan atau peraturan perundang-undangan untuk mengatur dan

penataan pembangunan ekonomi di daerah sehingga dapat dipakai untuk

memberi pelayanan kepada masyarakat yang bertujuan pada peningkatan

56 Baharuddin Lopa,1987,Permasalahan dan Penegakan Hukum di Indonesia,Bulan Bintang Jakarta,hal.101 57 Philipus M. Hadjon III, Op. cit, hal. 28

Page 78: unud-340-1211692355-tesis final

63

kesejahteraan rakyat. Sebagai akibat kemajuan pembangunan maka peranan

hukum sangat diperlukan dalam rangka menghadapi timbulnya perubahan dan

peningkatan kepentingan masyarakat. Pemerintahan yang baik adalah

pemerintahan yang melaksanakan fungsi dan kekuasaannya dengan baik dan

organisasi berjalan dengan stabil yang merupakan prasyarat mutlak ketertiban

dalam usaha penegakan supremasi hukum. Kewenangan administrasi negara

untuk membuat peraturan ada tiga yaitu :

1. Penjabaran secara normatif dari pada ketentuan-ketentuan undang-

undang/perundang-undangan menjadi peraturan-peraturan (administratif)

2. Interpretasi dari pada Pasal-Pasal undang-undang dijadikan peraturan atau

instruksi dinas

3. Penentuan atau penciptaan kondisi-kondisi nyata untuk membuat ketentuan-

ketentuan undang-undang dapat diselesaikan (atau menjadi operasional).59

Pemerintah pusat dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, maka

kewenangannya bukan bersifat mandiri akan tetapi merupakan bagian atau

kelanjutan dari urusan negara yang diamanatkan pada alinea keempat Pembukaan

UUD Negara Republik Indonesia 1945. Secara normatif pemberian kewenangan

pemerintah pusat melalui peraturan perundangan yang berlaku. Dengan demikian

tanpa dasar wewenang tersebut aparat pemerintah tidak dapat melakukan

tindakan hukum dan mengadakan hubungan hukum antar aparat pemerintah

(termasuk dalam hal ini adalah hubungan hukum antara pemerintah pusat dengan

daerah yang satu dengan yang lainnya), maupun antara pemerintah dengan warga

59 Prajudi Atmosudirjo, Op.cit, hal. 101

Page 79: unud-340-1211692355-tesis final

64

masyarakat dan/atau pihak lain. Uraian di atas sejalan dengan pendapat Moh.

Kusnardi dan Bintan R. Saragih yang menyatakan “kekuasaan pemerintah pusat

dan pemerintah daerah tidak sama dan tidak sederajat “.60

Sehubungan dengan “wewenang” Pemerintah Pusat di bidang

kepegawaian, secara etimologis berasal dari kata dasar “wenang” dan merupakan

terjemahan dari Competentie (Bahasa Inggris) atau bevoegdheid serta gezag

(Bahasa Belanda). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wewenang diartikan

sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak61. Pengertian itu tidak sama dengan

pengertian yang dikemukakan oleh para ahli hukum. Menurut Prajudi

Atmosudirdjo, seorang ahli pada bidang Hukum Administrasi berpendapat

tentang pengertian wewenang dalam kaitannya dengan kewenangan sebagai

berikut :

Kewenangan (authority, gezag) adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legeslatif (diberi oleh Undang-Undang) atau dari Kekuasaan Eksekutif Administratif. Kewenangan dimaksud biasanya terdiri atas beberapa wewenang (kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja.62

Adanya kewenangan suatu badan atau pejabat hukum publik tersebut

pada hakikatnya tidak terlepas dengan Hukum Tata Negara maupun dengan

Hukum Administrasi. Kewenangan negara dapat dilihat pada konstitusi atau

Hukum Tata Negara setiap negara yang memberi suatu legitimasi kepada aparat

60 Moh.Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 1994, Ilmu Negara, Gaya Media Pratama,Jakarta,

hal. 207. 61 W.J.S. Poerwadarminta, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka,

Jakarta, hal 1128 62 Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Administrasi Indonesia,. Cetakan ke IV, Ghalia, Indonesia, Jakarta, hal. 73-74

Page 80: unud-340-1211692355-tesis final

65

penyelenggara negara untuk dapat melakukan fungsinya. Selanjutnya terhadap

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang menyelenggarakan pemerintahan,

kewenangannya dapat dijumpai pada berbagai produk hukum administrasi yang

menjadi dasar pembentukaannya. Dengan kata lain melalui Hukum Tata Negara

dapat dijumpai susunan negara atau organ dari negara (staats, inrichtingrecht,

organisatierecht) beserta kedudukan hukum bagi warga negara berkaitan dengan

hak-hak dasarnya. Dalam organ atau susunan negara diatur diantaranya mengenai

pembagian kekuasaan dalam negara yang terbagi atas pembagian secara

horizontal dan vertikal.

Bagi Indonesia, khusus terhadap pembagian kewenangan antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah beserta konsekwensinya dapat

dijumpai dalam Pasal 1 jo Pasal 18, 18A dan 18B UUD NRI 1945. Pasal-Pasal

tersebut menjelaskan wewenang dan kewajiban dari pemerintahan pusat beserta

hubungan dengan pemerintahan daerah. Kewenangan yang telah diamanatkan

dalam UUD 1945, lebih lanjut dinormativisasi melalui kaedah-kaedah Hukum

Tata Negara.

Kewenangan pemerintah pusat memerlukan dukungan hukum positif

guna mengatur dan mempertahankannya. Hal ini berkaitan juga dengan azas

negara hukum, dimana inti pokok dari pemikiran negara hukum

(rechtstaatsdenken) diformulasikan melalui azas wetmatigheid ataupun legaliteit

beginsel sehingga hanya dengan kekuatan hukum maka kewenangan pemerintah

dapat dinyatakan sah dan mengikat. Tanpa adanya dasar wewenang yang

diberikan oleh peraturan perundangan yang berlaku, segala macam aparat

Page 81: unud-340-1211692355-tesis final

66

pemerintah tidak akan memiliki wewenang yang akan mempengaruhi atau

mengubah keadaan atau posisi hukum warga masyarakatnya

Mengenai hubungan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dalam persfektif Hukum Tata Negara seperti di atas pada

dasarnya berkaitan dengan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan di daerah

yang secara normatif diatur pada undang-undang tentang pemerintahan daerah.

Cara untuk memperoleh sumber kewenangan ada 2 (dua) cara utama yakni

diperoleh secara atribusi dan delegasi, sedangkan mandat dikemukakan sebagai

cara tersendiri untuk memperoleh wewenang. Delegasi dipandang sebagai

pelimpahan wewenang dari pejabat/badan pemerintahan kepada pejabat/badan

pemerintahan lainnya. Disamping itu pengertian lain dari delegasi yaitu sebagai

“penyerahan kewenangan untuk membentuk peraturan perundang-undangan dari

delegans (pemegang kewenangan asal yang memberi delegasi) kepada delegataris

(yang menerima delegasi) atas tanggung jawab sendiri. Indroharto mempertegas

lagi bahwa pada delegasi terjadi pelimpahan suatu wewenang pemerintahan secara

atribusi kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara lainnya.

Dilihat dari kewenangan yang dimiliki dalam praktek antara suatu daerah

otonomi yang luas dengan negara bagian dan negara federal tidaklah terdapat

perbedaan yang prinsipil bila dibagi dalam segi kewenangan yang dimiliki,

perbedaan yang tampak pada sumber perolehan wewenangnya. Pada daerah

otonomi sumber wewenang berasal dari pemerintah pusat, sedangkan wewenang

dari negara bagian bersumber dari negara bagian itu sendiri. Sejalan dengan hal

tersebut Bagir Manan mengatakan bahwa kecenderungan perbedaan perjalanan

Page 82: unud-340-1211692355-tesis final

67

antara negara otonomi dan federal, menjadi titik temu persamaan antara sistem

negara kesatuan berotonomi dengan negara federal, dapat disimpulkan sepanjang

otonomi dapat dijalankan secara wajar dan luas, maka perbedaan antara negara

kesatuan yang berotonomi dengan sistem negara federal menjadi suatu perbedaan

gradual belaka.63.

Menurut Moh. Ma’ruf mengatakan bahwa pembagian urusan pemerintahan

antar tingkat pemerintahan terdapat pembagian jenis urusan secara spesifik 64

yakni :

a. Urusan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat (absolut).

Urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup

bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan pemerintahan tersebut

meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiscal

nasional, yustisi dan agama.

b. Urusan yang bersifat concurrent atau urusan yang dapat dikelola bersama

antara pusat, provinsi ataupun kabupaten/kota. Pembagian urusan

pemerintahan bersama diatur dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 dengan menggunakan kriteria eksternalitas,

akuntabilitas dan efisiensi yang dimaksudkan untuk mewujudkan

proporsionalitas dalam pembagian urusan pemerintahan, sehingga ada

kejelasan pada masing-masing tingkatan pemerintahan.

63 Bagir Manan, 2005, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII, Yogyakarta,(selanjutnya disebut Bagir Manan I), hal. 3-4

64 Moh. Ma’ruf, 2005, Implementasi Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pengarahan Menteri Dalam Negeri Pada Acara Rapat Koordinasi Nasional Pendayagunaan Aparatur Negara 2005), Jakarta, hal. 5-7

Page 83: unud-340-1211692355-tesis final

68

Dalam urusan bersama yang menjadi kewenangan daerah terbagi dalam dua

bentuk urusan yakni urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib

adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti

pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana

lingkungan dasar dan sebagainya. Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat

pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan

potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Sebagai Tindak lanjut kewenangan administrasi kepegawaian dari

pemerintah pusat kepada Unit Pelasana Teknis di daerah, masing-masing daerah

baik Provinsi, Kabupaten/Kota tetap mengatur urusan kepegawaiannya sesuai

dengan kebijakan pusat dalam hal ini Kementerian Kehutanan. Formasi dan

kebutuhan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural Menteri sebagai Pejabat

Pembina Kepegawaian pusat berwenang untuk mengatur administrasi

kepegawaian, menetapkan norma, standard dan prosedur kepegawaian, dalam

pelaksanaan tugas bertanggung jawab sebagai pelayan masyarakat. Permasalahan

lain yang muncul adalah berupa pola pikir yang bias dalam pemahaman adanya

otonomi daerah, kelembagaan pusat dan daerah, kapasitas aparat pemerintah

daerah dan hubungan antara eksekutif dengan legislative.65 Pemberian

kewenangan yang besar pemerintah pusat kepada daerah justru ditafsirkan sebagai

kewenangan yang tanpa batas, sehingga muncul ego masing-masing di daerah

yang memunculkan adanya isu Putra Daerah ( Primordialisme ). Isu Putra Daerah 65 Agus Dwiyanto, dkk, 2003, Teladan dan Pantangan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Otonomi Daerah , Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal 16

Page 84: unud-340-1211692355-tesis final

69

justru mempersulit mobilitas Pegawai dari satu daerah ke daerah lain, yang justru

bertolak belakang dengan Peran Pegawai Negeri Sipil sebagai pemersatu bangsa.

Pegawai Negeri Sipil yang dahulu dianggap bias mempersatukan daerah Karena

biasa bekerja dari daerah satu ke daerah yang lain sehingga wilayah tanah air bias

dijadikan ladang pengabdian kepada Negara dan bangsa justru hilang akibat

semangat kedaerahan yang disalah tafsirkan. Selain itu, sulit sekali untuk terjadi

mutasi bagi Pegawai Negeri Sipil pusat yang meduduki jabatan struktural dan

Pegawai negeri Sipil pusat mutasi kedaerah karena gaji pegawai diberikan

melalui DAU dari Pemerintah Pusat, sehingga untuk dapat melakukan mutasi

pegawai pusat kedaerah harus lolos butuh, dalam arti tergantung pada daerah yang

akan menerima pegawai apakah membutuhkan pegawai atau tidak.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah merupakan suatu perbaikan sistem terhadap komponen yang terdapat

dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Dalam Undang-Undang yang baru

ini Pemerintah Pusat menarik kembali sebagian kewenangannya yang sebelumnya

diserahkan kepada Daerah akibat adanya penafsiran yang salah oleh Pemerintah

daerah dalam menerjemahkan pemberian otonomi. Sebagian pakar mengatakan

bahwa Undang-Undang Otonomi daerah yang baru ini kental dengan nuansa

resentralisasi. Perubahan terhadap Undang-Undang Otonomi daerah ini

menyebabkan implikasi terhadap manajemen Pegawai Negeri Sipil khususnya

dalaam hal kepegawaian, pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan

struktural diperlukan penataan manajemen kepegawaian. Upaya penataan tersebut

merupakan suatu kebutuhan yang amat mendesak untuk melihat seberapa jauh

Page 85: unud-340-1211692355-tesis final

70

Pejabat Struktural bisa berperan menciptakan tata pemerintahan yang baik ( Good

Governance). Pentingnya peranan good governanc baik pemerintah pusat, dan

daerah Dengan kata lain terjadi sinergi dalam mekanisme pengelolaan sumber

daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non

pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif di Daerah. Idealnya Pemerintahan pusat,

minimalnya memiliki 6 (enam) elemen yang menjadi ciri suatu pemerintahan

yang memenuhi kriteria good governance, antara lain ; Commpetence,

maksudnya setiap pejabat yang dipilih menduduki jabatan tertentu benar-benar

orang yang memiliki kompetensi dari setiap aspek penilaian, baik; dari segi

pendidikan/keahlian, pengalaman, moralitas, dedikasi, maupun aspek lainnya

misalnya the right man on the right place. Transparancy, prinsip keterbukaan

harus benar-benar diterapkan pada setiap aspek dan fungsi pemerintahan di

daerah, apalagi bila dilengkapi dengan prinsip merit system dan reward and

punishment, akan menjadi fungsi pendorong bagi optimalisasi dan keberhasilan

penyelenggaraan pemerintahan, Accountability, sejalan dengan prinsip

transparansi, prinsip akuntabilitas akan mendorong setiap pejabat untuk

melaksanakan tugasnya dengan cara yang terbaik, karena setiap tindakan yang

diambilnya akan dipertanggungjawabkan kehadapan publik dan hukum,

Participation, mengingat tanggung jawab dan intensitasnya di daerah terutama

dihadapkan pada kemampuan untuk mengoptimalisasikan sumber daya yang

dimiliki daerahnya maka diperlukan prakarsa, kreativitas dan peran serta

masyarakat guna memajukan daerah.

Page 86: unud-340-1211692355-tesis final

71

Rule of Law, merupakan kepastian akan penegakan hukum yang jelas dalam

penyelenggaraan pemerintahan di daerah, Social Justice, bahwa prinsip

kesetaraan dan keadilan bagi setiap anggota masyarakat mesti diterapkan dalam

penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Selanjutnya diperlukan networking

(kerjasama) antar pemerintah pusat dan daerah dalam rangka memanfaatkan

“keunggulan komparatif/keunggulan kompetitif” yang dimiliki oleh masing-

masing daerah, sehingga terbentuk kerjasama yang saling menguntungkan yang

bersifat positif dan saling memperkuat antar daerah, melalui manfaat : Sharing of

experiences, bahwa dengan adanya kerjasama, maka masing-masing daerah akan

dapat belajar/berbagi pengalaman untuk saling memanfaatkan, dengan demikian

kesalahan/kesulitan-kesulitan yang telah dialami tidak akan terulang kembali,

Sharing of Bennefits, Melalui adanya kerjasama yang baik maka potensi–potensi

yang dimiliki masing-masing daerah akan jelas terbudidayakan secara

proporsional, Sharing of Burdens, sejalan dengan prinsip Sharing of Bennefits,

maka biaya operasional dalam usaha bersama tentunya juga akan dipikul secara

bersama-sama pula secara proporsional pula.

Dikarenakan untuk menciptakan kondisi-kondisi yang good governance itu

bukanlah sesuatu hal yang mudah, sekaligus mampu menciptakan pemerintahan

yang efisiensi dan efektifitasnya tinggi, diperlukan penataan kelembagaan yang

tidak hanya menganut filosofi miskin struktur kaya fungsi, akan tetapi juga

meperhatikan/berfokus pada hasil (output berupa pelayanan yang maksimal),

sesuai dengan mandatnya sebagai Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah,

apapun urusan dan kewenangannya sebagai Aparatur Negara.

Page 87: unud-340-1211692355-tesis final

72

Pemerintah pusat sebagai perpanjangan tangan dari penyelenggaraan

urusan pemerintahan, maka kewenangannya bukan bersifat absolut akan tetapi

merupakan bagian atau kelanjutan dari urusan negara yang diamanatkan pada

alinea keempat Pembukaan UUD NRI 1945. Secara normatif kewenangan oleh

pemerintah pusat melalui peraturan perundangan yang berlaku. Dengan demikian

tanpa dasar wewenang tersebut aparat pemerintah pusat di daerah tidak dapat

melakukan tindakan hukum dan mengadakan hubungan hukum antar aparat

pemerintah (termasuk dalam hal ini adalah hubungan hukum antara pemerintah

pusat dengan daerah yang satu dengan yang lainnya), maupun antara pemerintah

dengan warga masyarakat dan/atau pihak lain. Uraian diatas sejalan dengan

pendapat Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih yang menyatakan “kekuasaan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak sama dan tidak sederajat “.66

Bagi Indonesia, khusus terhadap pembagian kewenangan antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah beserta konsekwensinya dapat

dijumpai dalam Pasal 1 jo Pasal 18, 18A dan 18B UUD NRI 1945. Pasal-Pasal

tersebut menjelaskan wewenang dan kewajiban dari pemerintahan daerah beserta

hubungan dengan pemerintahan pusat. Kewenangan yang telah diamanatkan

dalam UUD 1945, lebih lanjut dinormativisasi melalui kaedah-kaedah Hukum

Tata Negara maupun penjabarannya yang lebih kongkret melalui kaedah-kaedah

Hukum Administrasi. Adanya penormaan yang lebih kongkret melalui kaedah

Hukum Administrasi tersebut maka aparat pemerintahan di daerah dapat

melaksanakan tugas-tugasnya dalam mengimplementasikan amanat dalam UUD

66 Moh.Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 1994, Ilmu Negara, Gaya Media Pratama,Jakarta, hal. 207.

Page 88: unud-340-1211692355-tesis final

73

NRI 1945 maupun Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang menjabarkannya.

Hal ini berarti, pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah pada

hakikatnya memiliki keterkaitan kewenangan dengan pemerintah pusat yang

dapat dipahami melalui teori perolehan kewenangan (bevoegdheidsverkrijging

theorie).

Uraian diatas menunjukkan keberadaan kewenangan pemerintah daerah

memerlukan dukungan hukum positif guna mengatur dan mempertahankannya.

Hal ini berkaitan juga dengan azas negara hukum, dimana inti pokok dari

pemikiran negara hukum (rechtstaatsdenken) diformulasikan melalui azas

wetmatigheid ataupun legaliteit beginsel sehingga hanya dengan kekuatan hukum

maka kewenangan pemerintah dapat dinyatakan sah dan mengikat. Tanpa adanya

dasar wewenang yang diberikan oleh peraturan perundangan yang berlaku, segala

macam aparat pemerintah tidak akan memiliki wewenang yang akan

mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum warga

masyarakatnya67.

Dilain pihak tanpa adanya suatu dasar hukum yang jelas, maka perbuatan

pemerintah itu akan menjadi petunjuk sebagai tindakan kesewenang-wenangan.

Pemikiran tersebut juga berlaku bagi Badan/Pejabat Tata Usaha Negara dalam

bertindak ataupun mengeluarkan keputusan haruslah didukung oleh suatu

kewenangan yang sah, apalagi menyangkut kepegawaian.

Adapun kekuasaan hukum atau kewenangan dari pemerintah daerah untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan dapat diperoleh melalui 2 cara yakni :

67 Indroharto I, Op.cit, hal. 68

Page 89: unud-340-1211692355-tesis final

74

a Pengakuan kekuasaan (attributie)

b Pelimpahan kekuasaan (overdrracht)

kemudian, pelimpahan kekuasaan sendiri dapat dibedakan lagi atas 2 macam,

yaitu :

a. Pemberi kuasa (mandaatsverlening)

b Pendelegasian (delegatie)

Atas dasar pembagian tersebut maka hubungan antara pemerintah pusat

dengan pemerintah daerah dapat dikualifikasikan menjadi dua macam yakni :

a Hubungan dalam kaitannya dengan pelaksanaan desentralisasi

b Hubungan yang berkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi dan

tugas pembantuan.

Mengenai hubungan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dalam persfektif Hukum Tata Negara seperti di atas pada

dasarnya berkaitan dengan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan di daerah

yang secara normatif diatur pada undang-undang tentang pemerintahan daerah.

Cara untuk memperoleh sumber kewenangan ada 2 (dua) cara utama yakni

diperoleh secara atribusi dan delegasi, sedangkan mandat dikemukakan sebagai

cara tersendiri untuk memperoleh wewenang. Delegasi dipandang sebagai

pelimpahan wewenang dari pejabat/badan pemerintahan kepada pejabat/badan

pemerintahan lainnya. Disamping itu pengertian lain dari delegasi yaitu sebagai

“penyerahan kewenangan untuk membentuk peraturan perundang-undangan dari

delegans (pemegang kewenangan asal yang memberi delegasi) kepada delegataris

(yang menerima delegasi) atas tanggung jawab sendiri. Indroharto mempertegas

Page 90: unud-340-1211692355-tesis final

75

lagi bahwa pada delegasi terjadi pelimpahan suatu wewenang pemerintahan secara

atribusi kepada Badan atau Pejabat TUN lainnya.

Dilihat dari kewenangan yang dimiliki dalam praktek antara suatu daerah

otonomi yang luas dengan negara bagian dan negara federal tidaklah terdapat

perbedaan yang prinsipil bila dibagi dalam segi kewenangan yang dimiliki,

perbedaan yang tampak pada sumber perolehan wewenangnya. Pada daerah

otonomi sumber wewenang berasal dari pemerintah pusat, sedangkan wewenang

dari negara bagian bersumber dari negara bagian itu sendiri. Sejalan dengan hal

tersebut Bagir Manan mengatakan bahwa kecenderungan perbedaan perjalanan

antara negara otonomi dan federal, menjadi titik temu persamaan antara sistem

negara kesatuan berotonomi dengan negara federal, dapat disimpulkan sepanjang

otonomi dapat dijalankan secara wajar dan luas, maka perbedaan antara begara

kesatuan yang berotonomi dengan sistem negara federal menjadi suatu perbedaan

gradual belaka.67 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pada dasarnya menganut

falsafah yang sudah sangat umum dikenal diberbagai negara, yaitu “ no mandate

without funding, artinya setiap pemberian kewenangan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah harus disertai dengan dana yang jelas dan cukup.

Karena itu subsidi merupakan elemen yang sangat penting dalam hal keuangan

daerah, apakah itu berbentuk dana alokasi umum ataupun dana alokasi khusus

serta bantuan keuangan yang lainnya.

Sehubungan dengan implementasi otonomi daerah dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor

67 Bagir Manan, 2005, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas

Hukum UII, Yogyakarta,(selanjutnya disebut Bagir Manan I), hal. 3-4

Page 91: unud-340-1211692355-tesis final

76

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Moh. Ma’ruf mengatakan bahwa

pembagian urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan terdapat pembagian

jenis urusan secara spesifik yakni :68

a. Urusan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat (absolut).

Urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup

bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan pemerintahan tersebut

meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiscal

nasional, yustisi dan agama.

b. Urusan yang bersifat concurrent atau urusan yang dapat dikelola bersama

antara pusat, provinsi ataupun kabupaten/kota. Pembagian urusan

pemerintahan bersama diatur dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 dengan menggunakan kriteria eksternalitas,

akuntabilitas dan efisiensi yang dimaksudkan untuk mewujudkan

proporsionalitas dalam pembagian urusan pemerintahan, sehingga ada

kejelasan pada masing-masing tingkatan pemerintahan. Dalam urusan

bersama yang menjadi kewenangan daerah terbagi dalam dua bentuk urusan

yakni urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah

suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti

pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal,

prasarana lingkungan dasar dan sebagainya. Sedangkan urusan

pemerintahan yang bersifat pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara

68 Moh. Ma’ruf, 2005, Implementasi Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Pengarahan Menteri Dalam Negeri Pada Acara Rapat Koordinasi Nasional Pendayagunaan Aparatur Negara 2005), Jakarta, hal. 5-7

Page 92: unud-340-1211692355-tesis final

77

nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang

bersangkutan.

2.2 Ruang Lingkup Manajemen Pegawai Negeri Sipil

dalam Jabatan Struktural

Manajemen merupakan perkembangan dari pengertian administrasi.

Istilah administrasi dalam Ilmu Administrasi Negara berasal dari bahasa latin

administrare, asal kata ad dan ministrare yang diartikan sebagai pemberian jasa

atau bantuan. Kata administrasi mengandung arti melayani ( to serve ), pimpinan

(manager ), atau memimpin ( to manage ), yang akhirnya berarti manajemen.

Sementara manajemen itu sendiri merupakan inti dari administrasi. Administrasi

pada dasarnya berfungsi untuk menentukan tujuan organisasi dan merumuskan

kebijakan umum, sedangkan manajemen berfungsi untuk melaksanakan kegiatan

yang perlu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas

kebijaksanaan umum yang telah dirumuskan. Secara etimologis manajemen

berasal dari kata Manus artinya tangan dan agere berarti melakukan yang

setelah digabung menjadi kata manage yang berarti mengurus, atau managiere (

bahasa latin) yang berarti melatih.

” The art of management is defines as knowing exactly what you want to

do, and than seeing that they do it it in the best and cheapest way” yang artinya

bahwa ilmu manajemen itu dapat diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang

Page 93: unud-340-1211692355-tesis final

78

mandiri yang sebenarnya akan anda kerjakan, selanjutnya mengkaji apakah

sesuatu itu dikerjakan dengan cara terbaik serta termudah.70

Dalam hukum positif, istilah yang digunakan untuk menyebutkan

administrasi kepegawaian adalah manajemen kepegawaian. Oleh karena itu istilah

tersebut digunakan bersamaan dengan pengertian yang sama. Manajemen

kepegawaian meliputi kegiatan pengangkatan dan seleksi, pengembangan yang

meliputi latihan jabatan ( in service training ), promosi dan pemberhentian.

Manajemen kepegawaian juga termasuk dalam unsur perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap pengadaan, pembinaan,

kompensasi ( pemberian gaji dan upaah ), integrasi, pemeliharaan, dan

pemberhentian serta pensiun. Dalam batasan ini terdapat 2 unsur pokok yaitu :

1. Fungsi manajemen, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pembinaan dan

pengawasan;

2. Fungsi operatif kepegawaian, meliputi pengadaan, pembinaan/pengembangan,

kompensasi, perawatan/pemeliharaan, dan pemberhentian/pensiun.

Perencanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

merupakan peramalan kebutuhan pada masa yang akan datang dari berbagai jenis

jabatan atas dasar tuntutan organisasi. Peramalan pengadaan jabatan diperlukan

dengan berbagai kualifikasi atau latar belakang pendidikan yang dibutuhkan.

70 Frederick w. Taylor, dalam Inu Kencana Syafiie,2004, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara, hal 117-118

Page 94: unud-340-1211692355-tesis final

79

Suatu organisasi harus selalu memperhatikan kondisi-kondisi serta situasi

baik yang berifat positif maupun yang bersifat negatif sehingga oraganisasi dapat

beroperasi dengan baik berdasarkan faktor yang berkesinambungan. Bahwa

organisasi, tidak dapat melepaskan diri dari beberapa jenis pertanggungjawaban.

Pimpinan organisasi akan bertanggung jawab pada dirinya, bawahannya, dan

masyarakat. Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang bersetruktur

yang didalamnya berisi wewenang, tanggung jawab dan pembagian kerja untuk

menjalankan satu fungsi tertentu. Istilah lain dari unsur ini ialah terdapat hierarki .

Konsikwensi dari adanya hierarki ini adalah bahwa didalam organisasi ada

pimpinan atau kepala dan bawahan atau staf.71

Dengan kata lain bidang kegiatan manajemen kepegawaian meliputi

perencanaan, pengaturan, pengarahan dan pengendalian dari kegiatan-kegiatan

pengadaan, pengembangan, dan penggajian dan integrasi tenaga kerja pegawai

dalam suatu organisasi tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen

kepegawaian meliputi kegiatan-kegiatan :

1. Pengadaan dan seleksi tenaga kerja/pegawai, yang diketahui dari

rangkaian kegiatan tentang pengadaan, seleksai, dan pengangkatan

memalui ujian calon pelamar menjadi pegawai;

2. Penempatan dan penunjukan, diketahui melalui rangkaian ditempatkannya

calon pegawai pada jabatan atau fungsi tertentu yang telah ditetapkan;

71 Miftah Toha, 1986, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, Rajawali, Jakarta Hal 125

Page 95: unud-340-1211692355-tesis final

80

3. Pengembangan, yang diketahui dari segenap proses latihan ( training )

baik sebelum dan sesudah menduduki jabatan dikaitkan dengan promosi

pegawai;

4. Pemberhentian, yang diketahui melalui proses diberhentikannya tenaga

kerja/pegawai, baik sebelum masanya maupun sedah saatnya. Terkait

dengan pemberhentian sebelum masanya adalah karena telah melakukan

tindakan indisipliner.

5. Manajemen kepegawaian adalah perpaduan kata manajemen dan

kepegawaian yang artinya adalah kemampuan atau keterampilan untuk

memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui segala

kegiatan yang berhubungan dengan kedudukan, kewajiban, hak dan

pembinaan pegawai.

Fungsi-fungsi manajemen merupakan kerangka dasar dari peran kegiatan

manajerial secara universal. Fungsi manajemen dikategorikan sebagai berikut :

1. Perencanaan ( planning );

2. Pengorganisasian (organizing ) ;

3. Pemberian motivasi ( motivation ) yang terbagi dalam :

a. Pengisian staf ( staffing );

b. Mengarahkan ( directing )

4. Pengawasan ( controlling );

5. Penilaian ( evaluating ).

Pada masa berlakunya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian, dijelaskan tentang Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

Page 96: unud-340-1211692355-tesis final

81

yaitu Pasal 13 yang menyatakan bahwa “Kebijaksanaan pembinaan Pegawai

Negeri Sipil secara menyeluruh berada di tangan Presiden”. Hal ini berarti terjadi

pengaturan secara sentralisasi terhadap pembinaan Pegawai Negeri Sipil dan

daerah harus tunduk dengan aturan pusat. Manajemen Pegawai Negeri Sipil

adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas dan derajat

profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian, yang

meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi,

penggajian, kesejahteraan dan pemberhentian.

Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya-upaya untuk

meningkatkan efisiensi, efektifitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan

tugas, fungsi, dan kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan,

pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian,

kesejahteraan, dan pemberhentian. 72 Kebijakan manajemen Pegawai Negeri Sipil

mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan,

pengembangan kualitas sumber daya, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan,

pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukum. Kebijakan manajemen

Pegawai Negeri Sipil berada pada Presiden selaku Kepala Pemerintahan. Presiden

merupakan pembina tertinggi terhadap seluruh Pegawai Negeri Sipil. Untuk

membantu Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan manajemen kepegawaian

dan membantu pertimbangan tertentu, Presiden membentuk Badan Kepegawaian

Negara seperti tercantum dalam pasal 13 ayat (3). Adapun pada pasal 34a ayat (1)

disebutkan bahwa untuk kelancaran pelaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil

72 Suradji, 2006 Manajemen Kepegawaian Negara Jakarta, LAN, Hal 8

Page 97: unud-340-1211692355-tesis final

82

Daerah dibentuk Badan Kepegawaian Daerah. Melalui Keputusan Presiden No 59

thun 2000, tentang Pedoman pembentukan Badan Kepegawaian Daerah, bagi

Daerah Otonom (Provinsi atau Kabupaten/Kota) yang belum membentuk Badan

Kepegawaian daerah menurut ketentuan ini, manajemen/administrasi

kepegawaian daerahnya dilakukan oleh sebuah Badan atau Unit Pengelolaan

Kepegawaian Daerah dengan bantuan Kantor Regional Badan Kepegawaian

Negara yang bersangkutan.73

Ketentuan tentang pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan

struktural diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang

Pengangkatan Pegawai Negeri Sepil dalam jabatan struktural. Formasi

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural secara nasional

anggaran ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab, setelah

memperhatikan jabatan diperlukan dalam suatu satuan organisasi negara untuk

mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu.

Formasi Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah formasi bagi

Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada suatu satuan organisasi Pemerintah Pusat.

Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan

Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan

Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga

Tertinggi/Tinggi Negara, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional

serta Pimpinan Kesekratariatan Lembaga lain yang dipimpin oleh pejabat struktur

eselon I dan bukan merupakan bagian dan Kementerian/Lembaga Pemerintah non 73 Sukamto Satoto, 2004, Pengaturan Eksistensi & Fungsi Badan Kepegawaian Negara, HK Offset, Yogyakarta, hal 18

Page 98: unud-340-1211692355-tesis final

83

Kementerian Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi adalah Gubernur.

Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/ Walikota.

Formasi masing-masing satuan organisasi negara disusun berdasarkan analisis

kebutuhan dan peyediaan pegawai sesuai dengan jabatan yang tersedia dengan

memperhatikan informasi jabatan yang disusun oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian menyusun formasi masing-masing satuan organisasi. daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 bahwa untuk

mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional dan bertanggung jawab

diperlukan pengangkatan jabatan struktural yang obyektif, transparan dan adil.

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural merupakan salah satu

instrumen atau kegiatan yang bertujuan untuk mengisi formasi berdasarkan

kebutuhan organiasasi pemerintah, baik Pusat maupun di Daerah. pengangkatan

jabatan struktural melalui seleksi khusus. Pegawai Negeri Sipil yang akan atau

menduduki jabatan struktural harus mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan

kepemimpinan sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan untuk jabatan tersebut.

Pengangkatan jabatan struktural Pemerintah telah menetapkan kebijakan,

Pegawai Negri Sipil yang menduduki jabatan struktural dapat diangkat dalam

jabatan struktural setingkat lebih tinggi apabila yang bersangkutan sekurang-

kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam jabatan struktural yang pernah dan/atau

masih didudukinya kecuali pengangkatan dalam jabatan struktural yang menjadi

wewenang Presiden. Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pengangkatan jabatan

Page 99: unud-340-1211692355-tesis final

84

struktural diprioritaskan untuk mengisi lowongan formasi yang dilakukan melalui

seleksi administrasi secara khusus.

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural juga

merupakan proses kegiatan pengisian formasi yang lowong dimulai dan

perencanaan, penetapan nama yang akan diangkat, seleksi administrasi, dan lain-

lain.

Pejabat Struktural adalah seseorang yang diangkat oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas

tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya dan tunjangan jabatan

menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

dalam jabatan struktural dilakukan berdasarkan kebutuhan organisasi untuk

mengisi formasi yang lowong. Pengisian tambahan formasi diprioritaskan untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan dasar serta jabatan tertentu lainnya.

Prinsip-prinsip Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

adalah sebagai benikut:

a) Jabatan struktural Eselon I pada instansi Pusat ditetapkan oleh Presiden

atas usul pimpinan instansi. Instansi setelah mendapat pertimbangan

tertulis Menteri yang bertanggung jawab dibidang pendayagunaan

Aparatur Negara..

b) Jabatan Struktural Eselon II kebawah pada instansi pusat ditetapkan oleh

pimpinan instansi setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri

yang bertanggungjawab dibidang pendayagunaan Aparatur Negara.

Page 100: unud-340-1211692355-tesis final

85

c) Jabatan Eselon I kebawah di Propinsi dan Jabatan struktural Eselon II

kebawah di Kabupaten ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang – undangan yang berlaku.

d) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan struktural wajib

dilantik dan mengucapkan sumpah dihadapan pejabat yang berwenang.

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural yang telah

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan diangkat dalam pangkat dan jabatan

tertentu oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

Pegawai Negeri berkedudukan sebagai aparatur negara yang bertugas

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil,

dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan

pembangunan. 74

Syarat-syarat untuk dapat di angkat dalam jabatan struktural Pegawai

Negeri Sipil adalah:

a. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik.

Ketentuan tentang Penilaian Pekerjaan diatur lebih lanjut dalam PP

No.10 Tahun 1979.

b. Telah lulus Pendidikan dan Pelatihan /Diklat PIM

c. Sehat jasmani dan rohani

d. Memenuhi persayaratan dalam pendidikan sesuai kompensi

e. Memenuhi persayaratan Pangkat/Golongan

74 Sastra Djatmika dan Marsono, 1995, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta hal 95

Page 101: unud-340-1211692355-tesis final

86

Secara emperis dalam perencanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

dalam jabatan struktural pada Kementerian Kehutanan dimulai dari inventarisasi

lowongan jabatan yang telah ditetapkan dalam formasi beserta syarat jabatannya

sampai dengan pengangakatan menjadi pejabat dan penempatannya.

Prosedur Pengusulan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada

Unit Pelaksana Teknis Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar

dan Penyelesaian Surat Keputusan adalah Unit Pelaksana Teknis Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar mengusulkan calon pejabat

pada Eselon I Ditjen Planologi Kehutanan Jakarta selanjutnya diproses oleh Biro

Kepegawaian Kementerian Kehutanan. Dalam rangka untuk menjamin kualitas

dan obyektivitas dalam pengangkatan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

dalam jabatan struktural Eselon I pada Kementerian Kehutanan ditetapkan oleh

Presiden atas usul pimpinan setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Komisi

Kepegawaian Negara cq. Tim penilai Akhir yang dibentuk dengan Keputusan

Nomor 104 Tahun 2003 tanggal 14 September 2001.

Untuk jabatan struktural eselon II ke bawah dibentuk Badan Pertimbangan

Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) yang bertugas memberikan pertimbangan

kepada pejabat Pembina Kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan dan

pemberhentian. Disamping itu juga memberikan pertimbangan dalam pemberian

kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural.

Page 102: unud-340-1211692355-tesis final

87

BAB III

PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

3.1. Kedudukan Pemerintahan Pusat pada Unit Pelaksana Teknis

daerah

Sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia berdasarkan

pendekatan kesisteman meliputi pemerintahan pusat atau disebut pemerintah dan

sistem pemerintahan daerah. Praktik penyelenggaraan pemerintahan dalam

hubungan antar pemerintahan dikenal dengan konsep sentralisasi dan

desentralisasi. Konsep sentralisasi menunjukkan karakteristik bahwa semua

kewenangan penyelenggaraan berada dipemerintah pusat.75 Secara etimologis

pemerintahan diartikan sebagai tindakan yang terus-menerus (kontinu) atau

kebijaksanaan, yang dengan menggunakan suatu rencana maupun akal (rasio)

dan tata cara tertentu, untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dikehendaki.76

Menurut Van Vollenhoven77 mengartikan pemerintah Negara dalam arti luas dan

arti sempit. Dalam arti luas seluruh kekuasaan pemerintah negara dapat dibagi

yiatu :

1. Bestuur atau pemerintahan, yaitu kekuasaan untuk melasanakan tujuan

negara.

75 H. Siswanto Sunarno, 2008, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta hal 11 76 S.F. Marbun, dkk, 2001, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta 77 Ateng Syafrudin, 1976, Pengaturan Koordinasi Pemerintahan di daerah, Tarsito, Bandung, hal 5

87

Page 103: unud-340-1211692355-tesis final

88

2. Politie, ialah kekuasaan kepolisian negara untuk menjamin keamanan dan

ketertiban umum dalam negara atau kekuasaan mencegah timbulnya

pelanggaran-pelanggaran terhadap tertib hukum untuk terciptanya dalam

masyarakat (preventieve rechszorg)

3. Rechsspeak, atau peradilan, yaitu kekuasaan untuk menjamin keadilan

didalam negara.

4. Regeling, atau pengaturan perundang-undangan, yaitu kekuasaan untuk

membuat peraturan-peraturan umum dalam negara.

Selanjutnya dalam arti sempit, pemerintahan negara itu tidak meliputi kekuasaan

perundang-undangan, peradilan dan polisi. Teori lain yaitu :trias Politica” yang

dikemukakan oleh Jhon Locke (pembagian kekuasaan) dan disempurnakan

oleh Montesquieu (pemisahan kekuasaan) yang menyebutkan fungsi

pemerintahan tersebut meliputi 3 (tiga) kekuasaan yaitu :78

1. Kekuasaan legislatif, membuat perundang-undangan

2. Kekuasan eksekutif, melaksanakan perundang-undangan

3. Kekuasaan judikatif, menjalankan peradilan

Konsepsi pemerintahan pusat dalam sub bahasan ini bukanlah dalam

artian suatu lembaga, melainkan menunjuk kepada tempat proses

penyelenggaraan urusan atau tugas negara, yakni di tingkat daerah sebagai

perpanjangan penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah pusat. Dengan

demikian, pengertian "di daerah" bukan semata-mata dalam konteks Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah,

78 Bachan Mustafa, 1985, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Alumni Bandung, hal 42

Page 104: unud-340-1211692355-tesis final

89

melainkan berkaitan dengan semua undang-undang baik yang pernah maupun

sedang mengatur penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah.

Landasan pemikiran Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1975 seperti apa

yang terurai di dalam pasal 13 dan 25 dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974.

Pasal 13 menentukan bahwa kebijaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil

secara menyeluruh berada di tangan Presiden. Dalam penjelasan Pasal 13

ditegaskan bahwa Presiden sebagai kepala pemerintahan adalah pembina

tertinggi seluruh Pegawai Negeri Sipil baik Pegawai Ndegeri Sipil pusat maupun

Pegawai Negeri Sipil Daerah. 79

Sejak awal tahun 1990 an penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan

bersih dipopulerkan dilingkungn administrasi negara. Semula istilah tersebut

dipopulerkan oleh Bank Dunia dan beberapa negara Eropa yang menyebutnya

good governance artinya pemerintahan yang baik dan clen goverment artinya

pemerintah yang bersih..

Berbicara tentang transparansi yang artinya pembuatan keputusan yang

dilakukan secara terbuka sehingga masyarakat khususnya pers dapat mengetahui .

namun dalam penyelenggaran pemerintahan transparansi juga tidak dapat

dilepaskan tentang partisipasi. Transparansi dan partisipasi adalah dua istilah

yang sering disandingkan, seolah-olah mengandung pengertian bahwa tuntutan

transparansi ini berasal dari partisipasi publik (masyarakat). Berkaitan dengan

tuntutan trasparansi dan partisipasi masyarakat yang mengedepankan pada setiap

proses pengambilan kebijakan publik. Pada era pemerintahan Orde baru sifat

79 Djoko Prakoso ,1983 Pokok-Pokok Kepegawaian di Indonesia, Jakarta, hal 1

Page 105: unud-340-1211692355-tesis final

90

sentralistik dalam penyelenggaran pemerintahan cendrung bersifat tertutup dan

lembaga perwakilan rakyat belum dapat sepenuhnya memperjuangkan aspirasi

masyarakat.

Dalam teori penyelenggaraan kepemerintahan yang berdasarkan prinsip-

prinsip good governance dapat dikeluarkan beberapa berbagai kebijakan dan

peraturan perundang-undangan antara lain ;

- Undang-Undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

- Undang—Undang No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

- Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

- Undang-Undang No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

- Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Penyelenggaraan pemerintah telah menerapkan prinsip-prinsip good

governance namum tidak boleh keluar dari platform negara hukum yang telah

disepakati. Agar good governance (kepemerintahan yang baik) dapat menjadi

kenyataan dan berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komitmen dan keterlibatan

semua pihak yang berorientasi pada :Orientasi ideal, negara yang diarahkan pada

pencapaian tujuan nasional

1. Pemerintah yang berfungsi secara ideal yaitu secara efektif dan efesien

dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional

2. Pengawasan

Page 106: unud-340-1211692355-tesis final

91

Dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan pada Kementerian

Kehutanan untuk mencapai pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian

tentang pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural dibutuhkan

kemantapan pengelolaan manajemen kepegawaian. Dalam lingkup Kementerian

Kehutanan penanggung jawab terwujudnya kemantapan tersebut adalah

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Dengan demikian Direktorat Jenderal

Planologi Kehutanan dapat dikatakan merupakan “Executing agency” bagi

pelaksanaan kegiatan pembangunan pada Kementerian Kehutanan yang akan

dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis di daerah lingkup Kementerian Kehutanan.

Kemantapan pengelolaan kepegawaian khususnya pengangkatan Pegawai Negeri

Sipil dalam jabatan struktural meliputi hal-hal antara lain:

• Kemantapan Administrasi Kepegawaian.

• Ketersediaan data dan informasi kepegawaian yang lengkap dan up to

date.

• Kebutuhan dan formasi pengangkatan jabatan struktural

Kedudukan pemerintah pusat pada Kementerian Kehutanan sesuai dengan

tugas pokok Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dengan Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor P. 64/Menhut-II/2008 tanggal 14 November 2008 tentang

Perubahan Ketujuh atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 13/Menhut-

II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan adalah

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang

Page 107: unud-340-1211692355-tesis final

92

perencanaan makro bidang kehutanan dan pemantapan kawasan hutan dengan

menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan norma, standar, prosedur dan kriteria Kementerian di bidang

perencanaan makro bidang kehutanan dan pemantapan kawasan hutan.

2. Pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang perencanaan

makro bidang kehutanan dan pemantapan kawasan hutan.

3. Penyusunan rencana dan program di bidang perencanaan makro bidang

kehutanan, pemanfaatan kawasan hutan, dan penyiapan areal pemanfaatan

kawasan hutan.

4. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, pelayanan perizinan dan

standarisasi di bidang perencanaan makro bidang kehutanan, pemanfaatan

kawasan hutan, dan penyiapan areal pemanfaatan kawasan hutan.

5. Pengendalian dan pengamanan teknis operasional di bidang perencanaan

makro bidang kehutanan, pemantapan kawasan hutan pengelolaan dan

penyiapan areal pemanfaatan kawasan hutan.

6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

Kebijakan dalam pembinaan dan pengembangan Pegawai Negeri Sipil di

lingkup Kementerian Kehutanan yaitu penerapan Personil Assesment Centre

(PAC), kebijakan PAC. telah diinisiasi pada tahun 2002 yang dibentuk kelompok

kerja PAC (POKJA-PAC). Tugas utama POKJS-PAC yaitu memfasilitasi

penerapan PAC dilingkungan Kemenenterian Kehutanan, menyusun standar

kompetensi jabatan, menyiapkan alat uji kompetensi, menyusun persyaratan

Page 108: unud-340-1211692355-tesis final

93

calon peserta assessment centre. Lahirnya kebijakan tersebut tidak terlepas dari

aturan yang muncul dari Peraturan Pemerintah No. 100 tahun 2000 jo. Peraturan

Pemerintah No, 13 tahun 2002 tntang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam

Jabatan Struktural, dimana ditentukan persyaratan diangkat dalam jabatan

struktural diantaranya memiliki kompetensi yang diperlukan. Bagaimana

mengukur kompetensi pegawai secara obyektif agar memiliki kualitas seperti

yang diharapkan, diperlukan suatu metode. Salah satu metode yang mempunyai

validitas tinggi dalam pengukuran kompetensi adalah dengan personel assessment

centre.. Sebagai suatu metode atau pendekatan dalam mengukur kompetensi

individu, PAC memiliki beberapa karekteristik diantaranya proses penilaian

terstadarisasi, menggunakan beberapa metode (multiple method) mengacu pada

sejumlah komperensi, melibatkan sejumlah penilai/observer dan informasi yang

diperoleh diintegrasikan menjadi sebuah rekomendasi kompetensi seseorang.

Teknik-teknik yang digunakan dalam proses PAC Kementerian Kehutanan

antara lain ability test, interview, dan simulasi (in-tray dan simulasi kelompok).

Ability test merupakan paper pencil test yang telah distandarisasikan untuk

mengukur kemampuan khusus misalnya cheking informasi & data, verbal,

numerical reasoning dan lain-lain. Pengadministrasian tes ini dilakukan secara

ketat oleh pelaksana PAC, dan biasanya dipegang oleh asssesor yang juga

psikologi. Ability test merupakan alat ukur yang obyektif, dan relative bias

membedakan kemampuan antar individu peserta. In- tray atau in basket adalah

sutu bentuk tes situsional yang mensimulasikan aspek-aspek administrative dari

sebuah pekerjaan. Peserta diminta untuk mereview setiap materi dengan membuat

Page 109: unud-340-1211692355-tesis final

94

prioritas, mengorganisir masalah, memecahkan permasalahan, membuat

keputusan dan menyusun langkah-langkah tindakan secara tertulis. In-tray

disusun dari berbagai surat, memo, nota dinas, laporan, kliping berita koran,

disertai informasi mengenai organisasi, kebijakan dan lain-lain. Interview

merupakan salah satu metode digunakan dalam seleksi manager. Dalam proses

PAC teknik interview yang digunakan yaitu competncy based in interview

dengan karekeristik wawancara secara tersetruktur menggali kompetensi dari

peserta.. Informasi yang digali dari proses peserta yiatu perilaku kerja pada masa

lalu, untuk mempredeksikan perilakunya di masa datang. Peserta diminta mengisi

formulir erical incedent yang berisi biodata, uraian tugas, kejadian yang dianggap

berhasil dalam tugas, dan kejadian kegagalan dalam melaksanakan tugas.

Komitmen pimpinan dalam penerapan kebijakan PAC dituangkan dalam

SK Menteri Kehutanan No. 277/menhut-II/2004 tanggal 30 Juni 2004 tentang

pengukuran kompetensi Pegawai Negeri Sipil untuk diangkat pada jabatan

struktural Kementerian Kehutanan. Dalam ketentuan ini penyelenggaraan

pengukuran kompetensi melalui PAC dimaksudkan untuk menggali kompetensi

pegawai berdasarkan standar kompetensi jabatan yang ditentukan melalui

berbagai alat uji dan simulasi. Hasil PAC digunakan sebagai bahan rekomendasi

BAPERJAKAT untuk menempatkan pegawai dalam jabatan struktural,

pengembangan kerier dan pembinaan.

Pembinaan Pegawai Negeri Sipil Ditjen Planologi Kementerian Kehutanan

pada Unit Pelaksana Teknis di daerah meliputi :

Page 110: unud-340-1211692355-tesis final

95

BPKH WIL. I MEDAN

BPKH WIL. II PALEMBANG

BPKH WIL. III PONTIANAK

BPKH WIL. IV SAMARINDA

BPKH WIL. V BANJARBARU

BPKH WIL. VI MANADO

BPKH WIL. VII MAKASAR

BPKH WIL. VIII DENPASAR

BPKH WIL. IX AMBON

BPKH WIL. X JAYAPURA

BPKH WIL. XI JOGYAKARTA

BPKH WIL. XII TANJUNG PINANG

BPKH WIL. XIII PANGKALPINANG

BPKH WIL. XIV KUPANG

BPKH WIL. XV GORONTALO

BPKH WIL. XVI PALU

BPKH WIL. XVII MANOKWARI

Pemerintah Pusat dalam melakukan kewenangannya di bidang

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural mengikuti kebijakan

yang telah ditetapkan Pemerintah pusat sebagai pemegang kewenangan tertinggi

dalam penyelenggaraan pemerintahan. Karena seperti kita ketahui kewenangan

Pemerintah Pusat adalah:

• Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro;

• Dana perimbangan keuangan seperti menetapkan dan alokasi khusus

untuk mengelola;

• Sistem administrasi negara seperti menetapkan sistem informasi dan

peraturan perundang-undangan.

Page 111: unud-340-1211692355-tesis final

96

• Lembaga perekonomian negara seperti menetapkan kebijakan;

• Pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia;

Seperti dijelaskan diatas maka kewenangan pemerintah pusat dalam

melaksanakan otonomi daerah sangatlah penting. Sehingga jika terjadi berbagai

permasalahan yang timbul pemerintahan pusat harus menanganinya secara baik

karena pemerintah pusat masih mempunyai kewenangan untuk mengadakan

berbagi evaluasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga

pemerintah daerah dapat menjalankan kewenanganya secara proporsional.

Pembinaan atas penyelenggaraan oleh pemerintah pusat kementerian

Kehutanan pada Unit Pelaksana Teknis di derah meliputi ;

a. Koordinasi ; dilaksanakan secara berkala pada tingkat nasional, regional, atau

provinsi. Pemberian pedoman dan standar tersebut mencakup aspek

perencanaan, tata laksana,pendanaan

b. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan ; mencakup aspek perencanaan,

pelaksanaan, tata laksana, pendanaan, kualitas, pengendalian, dan

pengawasan.

c. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan; dilaksanakan

secara berkala dan/atau sewaktu-waktu secara menyeluruh.

d. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan secara berkala.

Page 112: unud-340-1211692355-tesis final

97

3.2 Bentuk Pengaturan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

dalam Jabatan Struktural

Ketentuan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 jo Peratutan Pemerintah

Nomor 13 tahun 2002 dan ketentuan pelaksanaannya dengan Keputusan Kepala

Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2001. Dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 13 Tahun 2002 disebutkan syarat pengangkatan dalam jabatan struktural

adalah :

1. Serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 (satu) tingkat di bawah jenjang

pangkat yang ditentukan.

2. Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan

3. Semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik 2

(dua) tahun terakhir

4. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan, dan

5. Sehat jasmani dan rohani

Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 mengatur

bahwa kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil mencakup penetapan

norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas

Sumber Daya pegawai Negeri Sipil, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan,

pemberhentian, hak, kewajiban dan kedudukan hukum. Dimana sistem dan proses

manajemen Pegawai Negeri Sipil dan pengangkatan jabatan struktural diuraikan

sebagai berikut berikut :

Page 113: unud-340-1211692355-tesis final

98

1. Perencanaan

Planning dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang mengenai hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang

akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrative

planning meliputi segala aspek kegiatan dan meliputi seluruh unit organisasi,

sedangkan managerial planning bersifat departemental dan operasional.

Administrative planning bersifat lebih khusus dan terperinci. Hal ini menunjukkan

dengan jelas bahwa perencanaan merupakan fungsi organik pertama, alasannya

adalah tanpa adanya rencana, tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan tertenti dalam rangka mencapai tujuan. Dalam mencari perencanaan yang

baik, diperlukan penelitian (research ) sebagai proses awal dalam menganalisis

situasi yang ada berupa data dan fakta relevan guna menunjang pelaksanaan

administrasi, khususnya dalam pelaksanaan fungsi manajemen kepegawaian.

Suatu rencana ditujukan untuk masa yang akan datang, karenanya ada beberapa

hal penting dalam hubungannya dengan proses perencanaan. Hal ini disebut

sebagai teori administrasi dan manajemen sebagai planning premises, yang

meliputi :

1. bahwa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, sumber yang tersedia

selalu terbatas sedangkan tujuan yang hendak dicapai tidak pernah

terbatas. Akibat premise ini adalah rencana yang dibuat harus disesuaikan

dengan tersedianya sumber-sumber dan logis pula apabila dikatakan

bahwa sebelum membuat rencana, sumber-sumber apa yang telah, sedang

Page 114: unud-340-1211692355-tesis final

99

dan akan tersedia perlu diketahui dengan tepat dan tidak hanya didasarkan

pada dugaan;

2. Bahwa suatu organisasi harus selalu memperhatikan kondisi-kondisi serta

situasi dalam masyarakat, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat

negatif, sehingga organisasi dapat beroperasi dengan baik berdasarkan

faktor yang berkesinambungan.

3. Bahwa organisasi tidak dapat melepaskan diri dari beberapa jenis

pertanggungjawaban. Pimpinan organisasi akan bertanggungjawab pada

dirinya, bawahannya, dan masyarakat. Implikasi dari Premise ini adalah

dalam membuat rencana dan dalam melaksanakannya segala sesuatunya

harus didasarkan pada tanggung jawab;

4. bahwa manusia/ yang menjadi anggota organisasi dihadapkan kepada

keserba terbatasan, baik dari fisik, mental dan biologis, karenanya harus

diusahakan terciptanya iklim kerja sama yang baik dengan demikian

manusia sebagai faktor pelaksana rencana dapat turut berbuat lebih

banyak.

Perencanaan adalah unsur yang mengawali seluruh kegiatan administrasi

kepegawaian . Perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses

pemikiran dan penentuan secara matang mengenai hal-hal yang akan dikerjakan di

masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dengan demikian pada pihak perencana dituntut kepekaannya terhadap

perkembangan situasi yang akan berdampak pada organisasi berupa berapa jumlah

dan jenis tenaga yang diperlukan, begitu juga dengan pegawai yang naik pangkat

Page 115: unud-340-1211692355-tesis final

100

atau promosi jabatan. Dalam konteks ini kegiatan perencanaan meliputi pula

kebutuhan dana yang dibutuhkan sehingga pada akhirnya diperoleh gambaran

menyeluruh tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.

Perencanaan menjadi unsur yang penting dalam mengawali pelaksanaan

manajemen Pegawai Negeri Sipil, karenanya dalam manajemen kepegawaian

diperlukan suatu perencanaan yang didasarkan pada evaluasi terhadap

permasalahan yang terjadi sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 43

tahun 1999 berupa :

1. Kelembagaan birokrasi pemerintah yang besar dan tidak didukung dengan

sumber daya aparatur yang profesional;

2. Mekanisme kerja yang sentralistik masih mewarnai kinerja birokrasi

pemerintah;

3. Kontrol terhadap birokrasi pemerintah masih dilakukan oleh pemerintah,

dari pemerintah dan untuk pemerintah;

4. Patron-klien ( KKN ) dalam birokrasi pemerintah merupakan halangan

terhadap upaya mewujudkan meritokrasi dan birokrasi;

5. Tidak jelas dan cenderung tidak ada Sense of accountability baik secara

kelembagaan maupun secara individu;

6. Jabatan birokrasi yang hanya menampung jabatan struktural dan

pengisiannya seringkali tidak berdasarkan kompetensi yang

dibutuhkan;

7. Penataan sumber daya aparatur tidak disesuailkan dengan kebutuhan dan

penataan kelembagaan birokrasi.

Page 116: unud-340-1211692355-tesis final

101

Penyusunan Formasi pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan

struktural diperlukan untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka

waktu tertentu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Penetapan formasi

berdasarkan beban kerja dengan mempertimbangkan macam – macam pekerjaan,

rutinitas pekerjaan, keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan hal –

hal lain yang mempengaruhi jumlah dan sumber daya manusia diperlukan.

2. Pengadaan

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural dilakukan

berdasarkan kebutuhan untuk mengisi formasi yang lowong. Formasi dalam suatu

organisasi pada umumnya disebabkan karena adanya pegawai yang berhenti,

pensiun, meninggal dunia atau adanya perluasan organisasi. Setelah jenjang

kepangkatan dan formasi ditentukan dalam tahap perencanaan, diadakan seleksi

Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural yang diperlukan untuk mengisi

posisi lowong yang ada. Pengadaan dapat dilakukan dengan cara rekrutmen.

Kebijaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural diatur

oleh peraturan pemerintah Nomor 13 tahun 2002, bahwa untuk menciptakan sosok

Pegawai Negeri Sipil dipandang perlu menetapkan norma pengangkatan secara

sistematik dan terukur mampu menampilkan sosok pejabat struktural yang

profesional sekaligus berfungsi sebagai pemersatu serta perekat Negara Kesatuan

Republik Indonesia dengan tetap memperhatikan perkembangan dan intensitas

tuntutan keterbukaan, demokratisasi, perlindungan hak asasi manusia.

Untuk mencapai obyektifitas dan keadilan dalam pengangkatan,

pemindahan dan pemberhentian dalam dan jabatan struktural menerapkan nilai-

Page 117: unud-340-1211692355-tesis final

102

nilai impersonal, keterbukaan, dan penetapan persyaratan jabatan yang terukur

bagi pegawai Negeri sipil.

3. Pengembangan Kompetensi

Dalam rangka mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya

diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan

Pegawai Negeri Sipil maksudnya adalah untuk meningkatkan kemampuan

terutama untuk meningkatkan pengabdian, mutu keahlian, keterampilan,

menciptakan pola pikir dan pengembangan metode kerja yang lebih baik dan pola

karier.

Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan yang selanjutnya disebut sebagai

Pendidikan dan Kepemimpinan dilaksanakan untuk mencapai persyaratan

kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang

jabatan struktural yang meliputi terdiri dari :

1. Pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV, adalah untuk jabatan

eselon IV

2. Pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan Tingkat III adalah untuk jabatan

struktural eselon III

3. Pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan Tingkat II adalah untuk jabatan

struktural eselon II.

4. Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II adalah untuk jabatan

struktural eselon I

Upaya pengembangan kualitas merupakan suatu keharusan dalam suatu

organisasi untuk mencapai hasil maksimal dalam pelaksanaan pekerjaannya.

Page 118: unud-340-1211692355-tesis final

103

Permasalahan yang terjadi dalam struktur birokrasi adalah rendahnya kualitas

pegawai dan kurang memiliki daya saing dalam menghadapi era globalisasi.

Untuk mengatasi permasalahan kualitas pegawai, dinyatakan dalam Pasal 31

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dimana untuk mencapai daya guna dan

hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan pengaturan dan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk

meningkatkan pengabdian, mutu keahlian, kemampuan dan keterampilan. Untuk

melaksanakan Pasal tersebut dikeluarkanlan Peraturan Pemerintah Nomor 10

tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil.

Dalam Pasal 1 angka ( 1 ) Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2000

disebutkan bahwa Pendidikan dan pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang

selanjutnya disebut Diklat adalah Proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam

rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan dan

pelatihan Kepegawaian juga merupakan dari sesuah Sistem Pembinaan karier

Pegawai Negeri Sipil yang bermakna pada pengembangan kepegawaian, oleh

karena itu menurut Pasal 3, sasaran pendidikan dan pelatihan adalah untuk

mewujudkan pegawai yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan jabatan

masing-masing.

Masih terkait dengan sistem pembinaan karier dalam suatu organisasi,

mutasi merupakan bagian dari proses kegiatan yang dapat mengembangkan posisi

atau status seseorang dalam suatu organisasi. Karena ia merupakan kekuatan yang

mampu mengubah posisi karyawan, maka dikatakan bahwa mutasi merupakan

salah satu cara yang paling ampuh untuk mengembangkan sumber daya manusia

Page 119: unud-340-1211692355-tesis final

104

dalam lingkungan organisasi. Istilah mutasi sendiri atau yang dalam beberapa

literatur disebut sebagai pemindahan dalam pengertian sempit dapat dirumuskan

sebagai suatu perubahan dari suatu jabatan dalam suatu klas ke suatu jabatan

dalam klas yang lain yang tingkatannya tidak lebih tinggi atau lebih rendah (yang

tingkatnya sama) dalam rencana gaji. Sedangkan dalam pengertian yang lebih

luas konsep mutasi dirumuskan sebagai suatu perubahan

posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun

vertikal (promosi/demosi) di dalam suatu organisasi. Sehingga pada dasarnya

mutasi dalam pengertian perubahan horisontal hanyalah merupakan salah satu

bagian dari pengertian mutasi itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam manajemen Pegawai Negeri Sipil,

kegiatan mutasi dapat dikategorikan sebagai fungsi pengembangan karyawan,

karena tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam

organisasi tersebut. Mutasi atau pemindahan merupakan suatu kegiatan rutin dari

instansi untuk melaksanakan prinsip “the right man in the right place” agar

pekerjaan dapat dilakukan secara lebih efektif efisien maka, sebelum pelaksanaan

mutasi, diadakan suatu pertimbangan oleh Tim Baperjakat ( Badan Pertimbangan

Jabatan dan Pangkat ) dengan tujuan apakah Pegawai Negeri Sipil tersebut layak

memperoleh jabatan maupun diberhentikan dari jabatannya. Selain itu mutasi juga

dapat dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil penilaian prestasi

karyawan. Dengan penilaian prestasi kerja pegawai dalam menyelesaikan uraian

pekerjaan (job description) akan diketahui kecakapan pegawai sehingga dapat

diarahkan kepada tugas-tugas yang mempunyai kesesuaian dengan kecakapan

Page 120: unud-340-1211692355-tesis final

105

prestasi kerjanya masing-masing, yang diharapkan dalam pelaksanaan tugasnya

menjadi efektif dan efesien.

1. Disamping tujuan sebagai pengembangan sumber daya aparatur,

pelaksanaan mutasi juga mempunyai dimensi tujuan yang lebih luas dalam

kerangka manajemen Pegawai Negeri Sipil dan beberapa tambahan

batasan tujuan tersebut, sebagai berikut :

2. untuk meningkatkan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil;

3. untuk meningkatkan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi

pekerjaan atau jabatan;

4. untuk memperluas atau menambah pengetahuan Pegawai Negeri Sipil;

5. untuk menghilangkan rasa bosan/jemu terhadap pekerjaannya;

6. untuk memberikan perangsangan agar karyawan mau berupaya

meningkatkan karier yang lebih tinggi;

7. untuk melaksanakan hukuman/sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan;

8. untuk memberikan pengakuan dan imbalan terhadap prestasinya;

9. untuk alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui persaingan

terbuka;

10. untuk tindakan pengamanan yang lebih baik;

11. untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi ;

12. untuk mengatasi perselisihan antara sesama.

Dengan beragamnya tujuan pelaksanaan mutasi tersebut, pada dasarnya bahwa

mutasi selalu ditujukan kepada tercapainya kesepakatan (kondisi tawar seimbang)

Page 121: unud-340-1211692355-tesis final

106

antara keinginan pribadi pegawai untuk berprestasi dengan kepentingan

organisasi. Untuk itu pada kegiatan mutasi jabatan harus selalu didasarkan kepada

kepentingan kedua pihak tersebut. Dalam hal ini tentunya didasarkan kepada

personnel tranfers maupun production transfers dimana dalam personnel tranfers

keinginan mutasi berasal dari pegawai yang bersangkutan dengan berbagai alasan

pribadi, sedangkan dalam production transfers didasarkan kepada pertimbangan

pimpinan organisasi guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada jabatan atau

jenis pekerjaan tertentu. Kedua hal pertimbangan tersebut dapat lebih diperinci

alasannya sebagai berikut :

Pemindahan dapat terjadi karena dua sebab, yaitu: karena keinginan pegawai dan

keinginan instansi asal tempat bekerja pegawai tersebut, yaitu :

1. Karena keinginan pegawai :

2. pegawai tersebut merasa kurang tepat pada jabatannya.

3. pegawai tersebut merasa bahwa ia tidak dapat bekerjasama dengan teman-

temannya atau atasannya

4. pegawai merasa karena keadaan pekerjaan/tempatnya kurang sesuai

dengan keinginannya.

5. Karena keinginan Instansi asal :

6. Untuk menjamin kepercayaan pegawai bahwa mereka tidak akan

diberhentikan karena kekurangan kecakapan

7. Untuk meniadakan rasa bosan pegawai pada jabatan atau tempat yang

sama terus menerus

Page 122: unud-340-1211692355-tesis final

107

Meskipun demikian pertimbangan mutasi ini dapat juga disebabkan hal-hal

sebagai berikut : replacement transfers dalam pengertian pemindahan Pegawai

Negeri Sipil dalam jabatan struktural yang mempunyai masa kerja lama ;

versatility transfers yaitu dalam rangka persiapan pejabat struktural agar

mempunyai ketrampilan yang lebih banyak; dan remedial transfers yaitu

pemindahan dalam rangka penyesuaian dengan karakteristik pekerjaan yang baru.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, tentunya pada sisi lain menuntut

adanya suatu pengelolaan mutasi yang komprehensif dalam memadukan antara

kepentingan organisasi dengan keinginan pengembangan karier pribadi, karena

seringkali Pegawai Negeri Sipil berada disubordinasi kepentingan organisasi,

yang pada akhirnya selalu menjadi pihak yang dirugikan. Pengelolaan mutasi

yang demikian ini pada dasarnya merupakan suatu bentuk bagaimana organisasi

menjalankan fungsi kemandirian manajemen mutasi yang ada dengan tetap

memperhatikan keinginan karyawan. Sebagai bentuk perwujudannya adalah

organisasi harus selalu memperhatikan berbagai faktor, antara lain :

1. Perlu ada pedoman mutasi jabatanyang jelas sehingga mutasi tidak

terjebak oleh unsur subyektivitas;

2. Mutasi jabatan dapat membangkitkan semangat dan kegairahan kerja

3. Alat pemacu dalam pengembangan mutasi;

4. Dapat menjadi alat untuk melaksanakan promosi;

5. Mutasi untuk keperluan kesesuaian pendidikan dengan jabatan benar-benar

sesuai dengan kebutuhan yang mendesak;

Page 123: unud-340-1211692355-tesis final

108

Dengan selalu memperhatikan pertimbangan berbagai faktor tersebut,

maka pelaksanaan mutasi tentunya akan tetap pada koridor kemandirian

manajemen organisasi yang senantiasa menyelaraskan keseimbangan kepentingan

jabatan struktural..

4. Penempatan

Terkait dengan pembahasan sebelumnya, Penempatan pegawai sebagai

hasil dari mutasi ataupun rekrutmen baru merupakan suatu proses yang tidak

dapat terpisahkan dari pengadaan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural..

Setelah proses pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural harus

ditempatkan pada suatu unit organisasi tertentu yang membutuhkan dan mengacu

pada formasi yang ada. Pada dasarnya setiap pegawai memilki jabatan karena

mereka direkrut berdasarkan kebutuhan untuk melaksanakan tugas dan fungsi

yang ada dalam organisasi. Pada prinsipnya penempatan Pegawai Negeri Sipil

dalam jabatan struktural harus mengacu pada kebutuhan dan kemampuan

organisasi dan yang paling penting bahwa pegawai yang bersangkutan harus

memiliki kecakapan dan komptensi dalam bidang kerjanya yang ditunjukkan

dengan Daftar Penilaian pelaksanaan Pekerjaan ( DP-3 ). Daftar penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan adalah suatu daftar yang memuat hasil penilaian pekerjaan

seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka waktu satu tahun yang dibuat oleh

pejabat penilai. Unsur-Unsur yang dinilai antara lain kesetiaan, prestasi kerja,

tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan dan

pemberian nilai dalam DP-3 harus berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor

10 tahun 1979.

Page 124: unud-340-1211692355-tesis final

109

Salah satu cara efektif yang sering digunakan dalam penempatan Pegawai

Negeri Sipil dalam jabatan struktural adalah dengan cara orientasi. Pemberian

orientasi dmaksudkan untuk mensosialisasikan mengenai hal-hal yang terkait

dengan organisasi, misalnya kultur dan budaya organisasi itu sendiri, nilai-nilai

organisasi, norma yang berlaku dan lain sebagainya. Program orientasi biasanya

berlaku untuk jangka waktu satu sampai tiga bulan dengan cara berpindah-pindah

unit kerja , sehingga pada saat penempatan sudah memahami cara bertindak.

Penempatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural berarti sebagai

pengangkatan dalam jabatan, promosi, dan mutasi ( perpindahan ). Pengangkatan

pegawai negeri dalah jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme

sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat ang ditetapkan

untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya .

5. Promosi ( Kenaikan Pangkat )

Promosi merupakan suatu penghargaan (reward) yang diberikan kepada

Pegawai Negeri Sipil yang berprestasi untuk memangku tanggungjawab yang

lebih besar berupa kenaikan pangkat atau jabatan. Maksud kenaikan pangkat

adalah sebagai pendorong/motovasi bagi Pegawai Negeri Sipil untuk lebih

meningkatkan pengabdiannya didalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Dalam

rangka meningkatkan pelaksanaan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2000 tentang Kenaikan

Pangkat Pegawai Negeri Sipil. Dalam Pasal 1 angka (2) disebutkan bahwa

kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan

Page 125: unud-340-1211692355-tesis final

110

pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap negara. Kenaikan Pangkat

dilaksanakan berdasarkan 2 (dua) sistem yaitu :

1. Kenaikan pangkat reguler, yaitu penghargaan yang diberikan kepada Pegawai

Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat yang ditentukan tanpa terikat pada

jabatan, dimana kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negei Sipil

yang :

a. tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;

b. melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan

struktural atau jabatan fungsional tertentu;

c. dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi induknya

dan tidak menduduki jabatan fungsional tertentu. Ketentuan kenaikan

pangkat ini diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasan

langsungnya

2. Kenaikan pangkat pilihan, yaitu kepercayaan dan penghargaan yang diberikan

kepada Pegawai negeri Sipil atas prestasi kerjanya yang tinggi. Kenaikan

pangkat pilihan diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang :

a. menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;

b. menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan

keputusan Presiden;

c. menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;

d. menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;

e. diangkat menjadi pejabat negara;

f. memperoleh Surat tanda tamat Belajar/ijazah;

Page 126: unud-340-1211692355-tesis final

111

g. melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan

struktural atau fungsional;

h. telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar dan

i. dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induknya

yang diangkat dalam jabatan pimpinan atau jabatan fungsional tertentu.

1. Penggajian

Gaji adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja Pegawai

Negeri yang bersangkutan. Sebagai imbal jasa dari pemerintah kepada Pegawai

yang telah mengabdikan dirinya untuk melaksanakan sebagian tugas

pemerintahan dan pembangunan, perlu diberikan gaji yang layak baginya. Dengan

adanya gaji yang layak secara relatif akan menjamin kelangsungan pelaksnaan

tugas pemerintahan dan pembangunan, sebab Pegawai Negeri Sipil tidak lagi

dibebani dengan pemikiran akan masa depan yang layak dan pemenuhan

kebutuhan hidupnya sehingga bisa bekerja dengan profesional sesuai dengan

tuntutan kerjanya. Pengertian secara normatif tercantum dalam Pasal 7 Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 1999 pada ayat (1) menyebutkan bahwa setiap Pegawai

Negeri Sipil berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban

pekerjaannya dan tanggungjawabnya, dan pada bagian penjelasan Undang-

Undang ini diterangkan bahwa yang dimaksud dengan gaji yang adil dan layak

adalah bahwa gaji Pegawai Negeri Sipil harus mampu memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya, sehingga Pegawai Negeri Sipil dapat memusatkan pikiran, perhatian

dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya.

Sementara pada ayat (2) diatur bahwa gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri

Page 127: unud-340-1211692355-tesis final

112

harus mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan setiap

pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan

beban kerja dan tanggungjawabnya. Secara umum sistem penggajian dapat

digolongkan menjadi ;

a. Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang

sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang

memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan berat ringannya

tanggungjawab pekerjaan.

b. Sistem skala ganda

adalah sistem penggajian yang besarnya bukan saja didasarkan pada pangkat

tetapi juga didasrkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang

dicapai dan beratnya tanggungjawab pekerjaan.

Disamping gaji bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan

struktural diberikan tunjangan jabatan sesuai dengan tingkat eselon.

Tunjangan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural sebagai berikut :

No Eselon Tunjangan

1 IA 5.500.000

2 IB 4.350.000

3 IIA 3.250.000

4 IIB 2.050.000

5 IIIA 1.260.000

Page 128: unud-340-1211692355-tesis final

113

6 IIIB 980.000

7 IVA 540.000

8 IVB 490.000

9 VA 360.000

7. Kesejahteraan

Sebagai salah satu upaya tabungan hari tua untuk meningkatkan

kegairahan bekerja bagi Pegawai Negeri Sipil diselenggarakan usaha

kesejahteraan yang meliputi program pensiun dan tabungan hari tua, asuransi

kesehatan, tabungan pemilikan perumahan dan asuransi pendidikan bagi

putra/putri Pegawai Negeri Sipil. Di dalam rangka penyelenggaraan usaha

kesejahteraan tersebut, Pegawai Negeri Sipil diwajibkan membayar iuran setiap

bulan dari penghasilannya untuk program pensiun dan penyelenggaraan asuransi

kesehatan menanggung subsidi dan iuran yang besarnya ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah. Dalam melaksanakan tugas kewajibannya Pegawai Negeri

Sipil tidak lepas dari kemungkinan mendapatkan resiko kecelakaan, sakit, cacat

atau tewas. Dengan adanya jaminan pengobatan, perawatan dan atau rehabilitasi,

diharapkan Pegawai dalam rangka usaha untuk menjamin kesegaran jasmani dan

rohani serta untuk kepentingan Pegawai negeri. Ketentuan Cuti diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil.

Dimana dalam peraturan pemerintah ini cuti Pegawai Negeri Sipil terdiri atas :

- cuti tahunan;

- cuti besar;

Page 129: unud-340-1211692355-tesis final

114

- cuti sakit;

- cuti bersalin;

- cuti karena alasan penting;

- cuti diluar tanggungan negara;

Menurut Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 tahun 1999

disebutkan bahwa setiap Pegawai Negeri Sipil yang ditimpa oleh suatu kecelakaan

dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajibannya, berhak mendapat

perawatan. Dalam menjalankan tugas dan kewajiban selalu ada kemungkinan

bahwa Pegawai Negeri Sipil menghadapi resiko. Apabila seorang pegawai

mengalami kecelakaan dalam dan karena tugas kewajibannya dia berhak

memperoleh perawatan dan segala biaya perawatan itu ditanggung oleh negara.

Ketentuan tentang perawatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 12 Tahun 1981 tentang Perawatan, Tunjangan cacat, dan Uang duka bagi

Pegawai Negeri Sipil.

Pada Pasal 2 ayat (1) peraturan pemerintah diatas disebutkan bahwa

Pegawai Negeri Sipil yang mengalami kecelakaan karena dinas atau menderita

sakit karena dinas berhak mendapat pengobatan , perawatan, dan/atau rehabilitasi.

Pemberian pengobatan, perawatan, dan/atau rehabilitasi sebagaimanan dimaksud

dengan ayat (1) tersebut ditetapkan dengan Surat keputusan pejabat yang

berwenang, berdasarkan pertimbangan dokter pemerintah setempat kecuali

pengobatan/perawatan diluar negeri.

Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 disebutkan bahwa setiap

Pegawai Negeri Sipil ang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan

Page 130: unud-340-1211692355-tesis final

115

karena menjalankan tugas dan kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat

bekerja lagi dalam jabatan apapun juga berhak atas tunjangan. Tunjangan

diberikan setelah adanya keterangan dari majelis Penguji Kesehatan Pegawai

Negeri atau dokter penguji tersendiri. Yang dimaksud dengan cacat jasmani atau

rohani yang didapat adalah :

a. dalam dan karena menjalankan kewajiban jabatan;

b. dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga dapat

disamakan dengan huruf (a) ;

c. karena perbuatan anasir-anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai

akibat dari tindakan terhadap anasir tersebut;

4. Uang Duka, Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 disebutkan

bahwa setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak atas uang duka.

Yang dimaksud dengan tewas berdasarkan bagian penjelasan Undang-Undang

ini adalah :

a. meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;

b. meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya,

sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan karena

menjalankan tugas dan kewajibannya;

c meninggal dunia yang lansung diakibatkan oleh luka atau cacat jasmani dan

cacat rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;

d. meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggungjawab

ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir tersebut. Maka kepada

Page 131: unud-340-1211692355-tesis final

116

istri/suami dan atau anak Pegawai Negeri Sipil yang tewas diberikan uang

duka yang diterima sekaligus. Pemberian uang duka yang dimaksud tidak

mengurangi hak pensiun dan hak-hak lainnya yang berhak diterimanya

berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.

8. Pemberhentian

Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dari jabatan struktural apabila ;

1. Mengundurkan diri dari jabatan yang diduukinya. Mencapai batas usia

pensiun

2. Diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil Diangkat dalam jabatan

struktural lain atau jabatan fungsional

3. Cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara

karena persalinan

4. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan

5. Adanya perampingan organisasi pemerintah

6. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani

7. Hal-hal lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku

Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural dapat diberhentikan dengan

hormat atau tidak diberhentikan karena:

1. Melanggar sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan

karena tidak setia kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah;

Page 132: unud-340-1211692355-tesis final

117

2. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak

pidana kejahatan yang ancaman hukumannya kurang dari 4 tahun;

Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural diberhentikan tidak dengan

hormat karena :

1) Melanggar sumpah/janji PNS dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia

kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah;

2) Melakukan penyelewengan terhadap ideologi negara, pancasila, UUD

1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan pemerintah;

3) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memiliki kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak

pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada

hubungannya dengan jabatan.

Terkait dengan Hukum kepegawaian yang merupakan bagian dari hukum

administrasi Negara dalam hal ini bertindak pada Hukum Negara. Sebagaimana

diketahui dalam sistem Hukum Nasional pada garis besarnya terdiri dari tiga

bidang pengaturan hukum, yaitu Hukum Perdata, Hukum Pidana dan Hukum Tata

Negara.80. Hukum Perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur

kepentingan pribadi.81 Keterkaitan antar Hukum Tata Negara dengan Hukum

Administrasi Negara dan Hukum Kepegawaian dapat dijelaskan bahwa Hukum

Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara mempunyai hubungan yang sangat

erat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Menurut Abdoel Djamali

80 Adbullah Rozali, 1986, Hukum Kepegawaian , CV Rajawali, Jakarta hal 1 81 Subekti 1957, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Inter Masa, Jakarta, hal 9

Page 133: unud-340-1211692355-tesis final

118

dalam buku Pengantar Hukum Indonesia mengemukakan bahwa Hukum Tata

Negara dan Hukum Administrasi mempelajari satu bidang yang sama, tetapi

pendekatan yang dipergunakan berbeda. Ilmu Hukum Tata Negara bertujuan

untuk tentang organisasi negara dan pengorganisasian alat – alat perlengkapan

negara. Sedangkan ilmu Hukum Administrasi Negara bertujuan untuk mengetahui

tentang cara tingkah laku negara dan alat-alat perlengkapan negara.82

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa adanya pemberhentian Pegawai Negeri Sipil pada jabatan struktural yang

diberhentikan tidak dengan hormat karena adanya tindak pidana atau perbuatan

melawan hukum. Sebagai negara hukum maka setiap peraturan yang dibuat harus

mencerminkan rasa keadilan dan kepastian hukum. Suatu negara dikatakan

sebagai negara hukum maka untuk menjawabnya dapat dilakukan penelusuran

melalui konstitusi. Menurut KC. Wheare menyatakan bahwa isi minimum suatu

konstitusi adalah tentang negara hukum dan mengajukan pertanyaan ”what shoul

a constitution contain ?” dan dijawabnya sendiri : The very minimum, and that

minimum to be ” Rule of Law ”83

82 Abdoel Djamali, 1984, Pengantar Hukum Indonesia, CV Rajawali, Jakarta, hal 108 83 K.C Wheare 1975, Modern Constitution, Oxdord University Pres, London, New York, DSK hal 23-34

Page 134: unud-340-1211692355-tesis final

119

BAB IV

SISTEM PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM JABATAN STRUKTURAL

4.1. Pola kinerja Pegawai Negeri Sipil dalam Sistem

Pembinaan Jabatan Struktural

Pada Bab ini diuraikan Sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dalam

jabatan struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

Denpasar. Untuk menigkatkan pelayanan, pengayoman serta menumbuhkan

prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan, maka perlu dilaksanakan manajemen yang meliputi perencanaan

yang matang, pelaksanaan yang tepat dan pengawasan yang ketat, Pengawasan

Fungsional (WASNAL), maupun Pengawasan Masyarakat ( WASMAS).

Pengawasan Melekat dilaksanakan intern oleh pimpinan instansi/unit kerja pada

kementerian Kehutanan.Pengawasan Fungsional dilaksanakan oleh aparat

fungsional pengawasan (Itjen Kementerian Kehutanan, BPK, BPKP) dan

Pengawasan Masyarakat dilaksanakan oleh masyarakat yang mengharapkan

pelayanan yang sebaik-baiknya dari aparat pemerintah. Dalam rangka upaya

peningkatan pengawasan melekat vang dilaksanakan oleh pimpinan unit kerja

terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan oleh semua jenjang jabatan yang ada

dibawahnya, maka dibentuk Satuan tugas khusus yang membantu pimpinan unit

kerja dalam melaksanakan pengawasan melekat tersebut dalam bentuk wadah

organisasi "Satuan Pengendalian Intern Pemerintah".Maksud dibentuknya Satuan

Pengendalian Intern Pemerintah adalah ;

119

Page 135: unud-340-1211692355-tesis final

120

Melakukan inventarisasi dan verifikasi masalah internal Balai Pemantapan

Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. Membantu Kepala Balai Pemantapan

Kawasan Hutan Wilayah VIII dalam melaksanakan pengawasan/pengendalian dan

pembinaan intern secara komprehensif terhadap pelaksanaan Tugas Umum

Pemerintahan dan Pembangunan di lingkup kerja Balai Pemantapan Kawasan

Hutan Wilayah VIII Denpasar yakni ;

1. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap penyelesaian tindak lanjut

hasil-hasil pemeriksaan pengawasan intern (Itjen Kementerian Kehutanan) dan

Ekstern (BPK dan BPKP).

2. Memberikan saran dan tindak lanjut kepada Kepala Balai atau hasil kerja

pelaksanaan Satuan Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Adapun tujuannya adalah sebagai berikut

1. Disiplin dan kinerja pegawai serta pencapaian sasaran kegiatan meningkat.

2. Penyalahgunaan wewenang, kebocoran/pemborosan Keuangan Negara

dan segala bentuk pungutan liar dapat ditekan sekecil mungkin.

3. Pelayanan kepada masyarakat dapat ditingkatkan.

4. Pelayanan terhadap Urusan Kepegawaian, Keuangan, Umum dan Rumah

Tangga dapat dipercepat.

5. Kinerja Balai Pemanatapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar

meningkat.

Indikator kinerja pelaksanaan Satuan Pengendalian Intern Pemerintah

dapat dilihat dari Indikator keberhasilan dapat ditunjukkan.

Page 136: unud-340-1211692355-tesis final

121

Meningkatnya disiplin, prestasi dan perkembangan pencapaian sistem

pelaksanaan tugas antara lain :

1. Tertib pengelolaan keuangan

2. Tertib pengelolaan pelaporan

3. Tertib pengelolaan kepegawaian

4. Tercapainya sasaran pelaksanaan tugas

5. Terciptanya keteraturan, keterbukaan dan kelancaran pelaksanaan tugas

6. Meningkatnya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

7. Menurunnya praktik kolusi, korupsi dan nepotisme

Berkurangnya penyalahgunaan wewenang (antara lain diukur dari

menurunnya kasus penyalahgunaan wewenang yang terjadi pada instansi yang

bersangkutan, serta meningkatnya penyelesaian tindak lanjut, hal tersebut antara

lain dapat diproleh dari laporan hasil pengendalian. Berkurangnya kebocoran,

pemborosan dan pungutan liar, antara lain diukur dari menurunnya kasus

penyimpangan yang terjadi serta meningkatnya penyelesaian tindak lanjut serta

terjadinya peningkatan kehematan, efisiensi dan efektifitas.

Cepatnya penyelesaian perijinan, diukur dari tertib tidaknya pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat antara lain melalui :

Penatausahaan;

Ketepatan waktu;

Tanggapan masyarakat.

Cepatnya pengurusan kepegawaian, diukur dan tertib tidaknya pelayanan yang

diberikan kepada pegawai melalui :

Page 137: unud-340-1211692355-tesis final

122

Penatausahaan;

Ketepatan waktu

Ada Tidaknya Pengaduan dari Pegawai dan Masyarakat.

Untuk tercapai tujuan meningkatkan aparatur pernerintah yang

berkualitas, bersih dan bertanggung jawab, WASKAT perlu dilaksanakan

melalui suatu proses yang terintegrasi kesiapan pelaksanaan dan tindak lanjut.

Metode Pelaksanaan Pengendalian Intern dilaksanakan melalui kegiatan

:1. Pengumuman

Pemantauan merupakan rangkaian tindakan mengikuti pelaksanaan suatu

kegiatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk mengetahui sedini mungkin

kemungkinan terjadinya penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan

kebijaksanaan yang telah ditetapkan.

2. Pegendalian

Pengendalian merupakan tindakan mencari dan mengumpulkan fakta

yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan

pekerjaan. serta dapat pula diiukuti dengan melaksanakan kunjungan ke obyek-obyek

Pengendalian dimana Pengendalian erat sekali hubungannya dengan Pembinaan kinerja

Pegawai.

Faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil adalah Sistem

Pengawasan, adalah merupakan sistem pengawasan melekat yang dilakukan oleh

pimpinan dan pengawasan fungsional yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal,

Kementerian dan pejabat struktural merupakan faktor yang mempengaruhi

kinerja. Hal ini dikarenakan budaya yang terbangun untuk dapat bersikap toleran

terhadap pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan oleh Pegawai Negeri Sipil.

Page 138: unud-340-1211692355-tesis final

123

Bentuk pengawasan tersebut masih bersifat permisif dan masih terdapat keragu-

raguan dalam penegakan hukumnya. Belum dapat dilaksanakannya suatu sistem

yang dapat memonitor pelaksanaan kerja secara komprehensif. Bentuk

pengawasan itu sendiri hanya bersifat temporer dan tidak kontinyu sehingga hasil

yang didapatkan belum maksimal.

Terkait dengan pembinaan Pegawai Negeri Sipil, dapat diketahui bahwa

seringkali terjadi pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai Negeri Sipil,

seperti pulang kantor lebih awal tanpa alasan yang jelas dan masuk akal dan

tanpa izin atasan;

Selama jam kantor tidak melaksanakan pekerjaan ( keluar kantor untuk tujuan

diluar kedinasan atau urusan pribadi ), Mangkir/tidak masuk kerja tanpa alasan

yang jelas dan masuk akal, menyalahgunakan wewenang.

Berdasarkan hal tersebut hal yang paling mendasari terjadinya pelanggaran

disiplin oleh Pegawai Negeri Sipil adalah :

1. Pengaruh lingkungan kerja yang kurang kondusif. Adanya suatu pengaruh

yang signifikan antara lingkungan kerja dengan penyelenggara

pemerintahan, dalam arti kecenderungan pegawai untuk membiarkan

terjadinya pelanggaran karena menganggap bahwa hal tersebut merupakan

hal yang masih dapat ditolerir.

2. Adanya pengaruh yang signifikan antara fungsi penerapan hukum dengan

perbuatan pegawai yang melanggar peraturan, karena terdapatnya

pengawasan yang kurang dan dapat diasumsikan bahwa :

Page 139: unud-340-1211692355-tesis final

124

a. kurang responnya aparat terhadap sanksi, karena kurangnya pengawasan dari

pihak yang terkait dan membiarkan pelanggaran terjadi;

b. terdapatnya motivasi yang kurang dari Pegawai Negeri Sipil dikarenakan sistem

yang tidak mewajibkan setiap pegawai untuk bekerja mengejar keuntungan bagi

instansi sehingga tidak menuntut mereka untuk saling memberikan prestasi

karena hasil yang diterima setiap bulannya relative tidak berubah. Hal ini

berimbas pada kinerja yang hanya berorientasi pada hasil dan bukanlah proses

penyelenggaraan pemerintahan yang menuntut adanya totalitas dalam

penyelenggaraan tugasnya . pengaruh dari kurangnya motivasi tersebut

membuat pihak penyelenggara pemerintahan hanya menjalankan tugasnya

dalam artian formalitas hanya untuk mengisi jadwal kehadiran kerja dan bekerja

dalam artian mengejar deadline suatu tugas tanpa memperhatikan tujuan yang

diharapkan . Dalam alenia keempat pembukaan Undang-Undang dasarr 1945,

yaitu mengupayakan kesejahteraan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya.

4.2 Pola karir Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

Untuk membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan

melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggungjawab dalam

menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan serta bersih dan

bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, diperlukan peningkatan manajemen

Pegawai Negeri Sipil. Dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi

Kementerian Kehutanan diperlukan pola karir yang dapat mendorong setiap

Pegawai Negeri Sipil bersaing meningkatkan kompetensinya.

Tujuan utama Pola Karir adalah:

1. Mewujudkan iklim kerja yang kondusif, dan transparan di lingkup

Kementerian Kehutanan sehingga mampu meningkatkan motivasi

Page 140: unud-340-1211692355-tesis final

125

kerja dan pengembangan potensi diri setiap Pegawai Negeri Sipil

sehingga kinerja unit organisasi meningkat.

2. Mewujudkan pola pembinaan Pegawai Negeri Sipil di lingkup

Kementerian Kehutanan yang menggambarkan alur pengembangan

karir yang menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara jabatan,

pangkat, pendidikan, diklat, kompetensi, dan masa kerja jabatan.

3. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap Pegawai Negeri

Sipil untuk meniti karir secara optimal sesuai dengan kompetensinya

Pengertian :

1. Karir adalah perjalanan atau pengalaman jabatan seorang Pegawai Negeri

Sipil Kementerian Kehutanan sejak mulai diangkat, dibina secra terus menerus

sampai dengan batas usia pensiun.

2. Pola Karir adalah pola pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang

menggambarkan alur pengembangan karir yang menunjukkan keterkaitan

dan keserasian antara jabatan, pangkat, pendidikan dan pelatihan jabatan,

kompetensi, serta masa jabatan seseorang Pegawai Negeri Sipil sejak

pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun.

3. Jalur Karir, adalah lintasan jabatan baik secara horisontal, vertikal, maupun

diagonal yang akan dilalui seseorang selama menjadi Pegawai Negeri Sipil,

sesuai dengan bakat, minat, kompetensi dan tingkat kinerjanya.

4. Jenjang karir adalah kenaikan pangkat, golongan dan jabatan yang dapat

dilalui seseorang Pegawai Negeri Sipil mulai pengangkatan pertama sampai

dengan pensiun.

Page 141: unud-340-1211692355-tesis final

126

5. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung-jawab,

wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam memimpin suatu

organisasi.

6. Jabatan karir adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat

diduduki Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi syarat yang ditentukan.

7. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara jelas adalah dalam struktur

organisasi dan dibedakan menurut eselonisasi, mulai dari Eselon IV sampai

dengan Eselon Ia.

8. Jabatan fungsional tertentu adalah jabatan yang menunjukkan tugas,

tanggung-jawab , wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satu

organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan kepada keahlian dan

atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

9. Jabatan fungsional umum adalah jabatan yang tidak memimpin suatu unit kerja

yang biasanya disebut staf atau pelaksana.

10. Mutasi atau alih jabatan struktural perpindahan jabatan dari satu jabatan ke

jabatan lain yang terdiri dari mutasi horisontal, vertikal dan diagonal.

11. Mutasi horisontal adalah perpindahan jabatan dalam tingkat Eselon yang sama

dan belum pernah dipangkunya.

12. Mutasi diagonal adalah perpindahan dari jabatan struktural ke dalam

jabatan fungsional dan sebaliknya, atau perpindahan dari satu jabatan

struktural ke jabatan struktural yang lebih tinggi pada unit eselon satu

yang berbeda.

13. Mutasi vertikal (promosi) adalah perpindahan jabatan dari jenjang

Page 142: unud-340-1211692355-tesis final

127

jabatan yang lebih rendah ke jenjang jabatan satu tingkat lebih tinggi

dalam rumpun jabatan yang sama.

14. Kompetensi, adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh

seseorang Pegawai Negeri Sipil, mencakup pengetahuan, keterampilan

dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatanya

secara profesional, efektif dan efisien.

15. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah proses belajar mengajar dan

latihan dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.

16. Diklat teknis adalah kelompok diklat yang meliputi pengetahuan teknis

bidang Kehutanan. Diklat ini dibedakan menjadi diklat dasar, diklat

spesialisasi dan diklat gabungan.

17. Teknis Kehutanan dalam arti luas adalah semua kegiatan yang

dibutuhkan dalam pengembangan hutan dan kehutanan yang

mendukung pelestarian fungsi sumber daya alam Hayati dan

Ekosistemnya.

18. Teknis fungsional adalah semua kegiatan yang menyangkut bidang

teknis yang secara fungsional melekat pada tugas dan tanggung jawab

suatu jabatan.

19. Kemampuan manajerial adalah kemampuan seseorang untuk

memimpin serta melakukan tindakan yang berhubungan langsung

dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

seluruh sumber daya secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

mencapai tujuan organisasi.

Page 143: unud-340-1211692355-tesis final

128

20. Kemampuan teknis fungsional adalah kemampuan teknis di bidang

tugas tertentu yang diperlukan untuk dapat diangkat dalam jabatan

struktural.

21. Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat)

Departemen Kehutanan adalah unit/institusi yang memberikan

pertimbangan kepada pejabat yang berwenang dalam menetapkan

pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian, dalam dan dari jabatan

struktural.

22. Personel Assessment Centre (PAC) adalah suatu metoda penilaian

kompetensi pegawai untuk menangani tanggungjawab yang akan

datang melalui berbagainstrumen penilaian kompetensi dan simulasi

perilaku manajerial dan teknis yang mengukur kemampuan pegawai

yang dinilai secara komprehensif dibandingkan dengan standar

kompetensi jabatan.

23. Lembaga/Badan/Yayasan Internasional adalah organisasi non profit yang

dibentuk/didukung oleh suatu/sejumlah negara/masyarakat atau organisasi

di suatu negara yang memiliki kepentingan untuk mencapai tujuan.

24. Organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah yang diakui

sebagai subyek hukum internasional dan mempunyai kapasitas untuk

membuat perjanjian internasional.

25. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang berwenang

mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil di

lingkunganya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 144: unud-340-1211692355-tesis final

129

Pola pengangkatan pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada

Kementerian Kehutanan dilakukan melalui seleksi daftar urut kepangkatan

sesuai dengan kebutuhan Eselonisasi. Pada Unit Pelaksana Teknis Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar terdapat 4 (empat)

jabatan eselon yaitu Eselon III (Kepala Balai), Eselon IV ( Kepala Seksi

Pemolaan Kawasan Hutan, Kepala Seksi Informasi Sumber Daya Hutan dan

Kepala Sub Bagian Tata Usaha). Prinsip penempatan dalam jabatan adalah

penempatan yang sesuai dengan kompetnsi dan latar belakang pendidikan.

Sistem pembinaan karir yang sehat. antara jabatan dan pangkat artinya

seorang Pegawai Negeri Sipil yang ditunjuk menduduki suatu jabatan

haruslah mempunyai pangkat yang sesuai dengan jabatan. Dalam upaya

menjamin obyektifitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan kenaikan

pangkat dalam jabatan perlu diadakan pemberian pelaksanaan pekerjaan dan

urut kepangkatan.84

Pola Pengangkatan jabatan struktural pada Kementerian Kehutanan

diuraikan sebagai berikut :

84 Wursato, 1999, Managemen Kepegawaian , Kamisus, Yogyakarta, Cetakan ke 5, hal 34,35

Page 145: unud-340-1211692355-tesis final

130

A. Eselon dan Jenjang Pangkat Jabatan Struktural

B. Pengangkatan Jabatan Struktural ;

1. Jabatan struktural terdiri 7 strata, mulai Eselon IVa sampai dengan Eselon

I a.

JENJANG PANGKAT, GOL/RUANG No Eselon Terendah Tertinggi Jabatan

Pangkat Gol Pangkat Gol /ruang

1 I a Pembina

Utama

IV/d Pembina

Utama

I V / e Sekjen, Dirjen,

Irjen, Keapala

2 I b Pembina

Utama

IV/c Pembina

Utama

I V / e Staf Ahli Menteri

3 I I a Pembina

Utama

Muda

IV/c Pembina

Utama

Madya

IV/d Sekretaris

Itjen/Ditjen/

Badan, Direktur,

Kepala Biro,

4 I I b Pembina

Tk I

IV/b Pembina

Utama

Muda

I V / c Kepala Balai

Besar

5 I I I a Pembina IV/a Pembina

Tk I

IV/b Kepala

Bagian/Bidang,

Kepala Sub

Direktorat, Kepala 6 I I I b Penata Tk I I I I / d Pembina I V / a Kepala

Bidang/Bagian

7 IV a Penata I I I / c P e n a t a

Tk I

I I I / d Kepala Sub

Bidang/Bagian,

Kepala Seksi

Page 146: unud-340-1211692355-tesis final

131

2. Untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural di lingkup Kementerian

Kehutanan, seorang Pegawai Negeri Sipil harus memenuhi syarat sebagai

berikut :

a. Serendah-rendahnya memiliki pangkat 1 (satu) tingkat di bawah

jenjang pangkat yang dipersyaratkan;

b. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam jabatan struktural yang

pernah/sedang dipangkunya bagi PNS yang akan menduduki jabatan

struktural setingkat lebih tinggi, kecuali untuk pengangkatan jabatan

yang menjadi wewenang Presiden;

c. Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan; Apabila

untuk satu jabatan struktural terdapat dua orang atau lebih yang

memenuhi syarat, maka Pegawai Negeri Sipil yang memiliki

pendidikan formal lebih tinggi yang diprioritaskan.

d. Diprioritaskan yang telah mengikuti diklat kepemimpinan;

Apabila untuk satu jabatan struktural terdapat dua orang atau lebih

yang memenuhi syarat, maka Pegawai Negeri Sipil yang telah lulus

diklat kepemimpinan dan mendapatkan predikat kelulusan tertinggi

lebih diprioritaskan dalam menduduki jabatan

e. Diprioritaskan yang telah mengikuti Diklat teknis sesuai jabatan yang

akan dipangkunya ;

Apabila untuk satu jabatan struktural terdapat dua orang atau lebih

yang memenuhi syarat, maka Pegawai Negeri Sipil yang telah lulus

diklat teknis yang dipersyaratkan untuk jabatan tersebut dan

Page 147: unud-340-1211692355-tesis final

132

mendapatkan predikat kelulusan tertinggi lebih diprioritaskan dalam

menduduki jabatan.

f. Semua unsur penilaian kinerja (DP-3) sekurang-kurangnya bernilai

baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;

g. Pengalaman, apabila untuk satu jabatan struktural terdapat dua orang

atau lebih yang memenuhi syarat, maka Pegawai Negeri Sipil yang

memiliki pengalaman yang terkait dengan jabatan yang akan diisi yang

diprioritaskan.

h. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan

3. Untuk mengetahui kompetensi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud

butir 2 h di atas, maka dilakukan pengukuran kompetensi melalui Personel

Assessment Centre (PAC) dengan tahapan sebagai berikut:

a. Persyaratan Peserta

Calon peserta PAC dinilai berdasarkan kriteria umum dan kriteria khusus.

Kriteria umum adalah berdasarkan kriteria administrasi kepegawaian yang

meliputi 10 kriteria, yaitu Pangkat, Pendidikan, Pengalaman jabatan,

Penghargaan, Hukuman, Umur, Diklat kepemimpinan, Diklat

teknis/Fungsional, Masa kerja dan DP3.

Disamping kriteria umum, calon peserta juga dipertimbangkan berdasarkan

4 (empat) kriteria khusus, yaitu :

1) Memiliki integritas moral yang tinggi;

2) Memiliki kemampuan kepemimpinan;

3) Memiliki profesionalisme yang tinggi;

Page 148: unud-340-1211692355-tesis final

133

4) Memiliki kemampuan bekerja sama dalam tim.

b. Mekanisme penetapan peserta

1) Calon pejabat struktural eselon II

Baperjakat I mengusulkan Calon Peserta PAC untuk calon pejabat

struktural eselon II kepada Menteri sesuai hasil skoring;

Menteri menetapkan peserta PAC bagi calon pejabat struktural

eselon II;

2) Calon pejabat struktural eselon III ke bawah

Baperjakat II mengusulkan Calon Peserta PAC untuk calon pejabat

struktural eselon III ke bawah kepada Sekretaris Jenderal sesuai

hasil skoring;

Sekretaris Jenderal menetapkan peserta PAC bagi calon pejabat

struktural eselon III ke bawah.

c. Pelaksanaan PAC

Pelaksanaan PAC meliputi tes kompetensi manajerial (soft competency) dan

kompetensi teknis (hard competency) oleh tim Assessor;

Tim Assessor menyampaikan feedback hasil tes PAC kepada PNS yang

bersangkutan dan atasanya untuk tindaklanjut pengembangan ke depan.

d. Penyampaian Hasil PAC

Tim Assessor menyampaikan hasil tes PAC calon pejabat struktural eselon

II kepada Baperjakat I untuk proses pengusulan kepada Menteri;

Tim Assessor menyampaikan hasil tes PAC calon pejabat struktural eselon

III ke bawah kepada Baperjakat II untuk proses pengusulan kepada

Page 149: unud-340-1211692355-tesis final

134

Sekretaris Jenderal;

Implementasi PAC di Kementerian Kehutanan sangat tergantung diantaranya

komitmen pimpinan, peraturan pendukung, kelembagaan penyelenggara, SDM

pelaksana dan kesiapan para peserta atau calon PAC. Dari segi institusi

penyelenggara PAC, telah ditetapkan bahwa Sekretariat Jenderal dalam hal ini

Biro Kepegawaian adalah sebagai institusi penyelenggara PAC Departemen

Kehutanan. Dalam pelaksanaannya dapat bekerjasama dengan lembaga lain yang

memiliki kemampuan dalam melaksanakan assement centre.

Kebijakan pembinaan pola karier Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan

sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 43 tahun 1999 tentang

perubahan Undang-Undang No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian, dan Peraturan Pemerintah No 13 tahun 2002. Implementasi dari

pembinaan pola karier Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kehutanan didasarkan

pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.76/Menhut-II/2006 tanggal 22

Desember 2006 tentang Pola Karir Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kehutanan.

Untuk kepentingan pelaksanaan tugas dalam menduduki suatu jabatan

struktural pada Kementerian Kehutanan diberlakukan jalur pola karir sebagai

berikut :

Page 150: unud-340-1211692355-tesis final

135

Jalur Karir Pegawai Negeri Sipil Kemeterian Kehutanan

Penjelasan Jalur Karir PNS Departemen Kehutanan :

Page 151: unud-340-1211692355-tesis final

136

1) Jenis-jenis jabatan yang dapat dipangku seorang Pegawai Negeri Sipil dalam

meniti karir di lingkungan Kementerian Kehutanan adalah sebagai berikut :

Jabatan Struktural

Jabatan Fungsional Tertentu

Jabatan Fungsional Umum

2) Pejabat Fungsional Umum dan/atau Pejabat Fungsional tertentu yang telah

memenuhi syarat yang ditetapkan dengan golongan ruang minimal III/b dapat

diangkat sebagai pejabat struktural Eselon IV dengan klasifikasi jabatan B

atau Eselon IV di Balai Besar

3) Apabila memenuhi syarat yang ditetapkan setelah sekurang-kurangnya 2 (dua )

tahun menduduki jabatan Eselon IV, Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat di

promosikan untuk menduduki jabatan dengan tingkat dan bobot yang lebih

tinggi, sebagai berikut :

a. Pejabat eselon IV dapat dipromosikan untuk menduduki Eselon III di UPT

atau Balai Besar.

b. Pejabat eselon IV di Unit Pelaksana Teknis atau Balai Besar dapat

dipromosikan untuk menduduki eselon III di pusat setelah memenuhi

persyaratan tambahan yang ditetapkan oleh Sekretaris unit Eselon I

masing-masing.

c. Apabila memenuhi syarat yang ditetapkan setelah sekurang-kurangnya 2 (dua )

tahun menduduki jabatan Eselon III, Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat

di promosikan untuk menduduki jabatan dengan tingkat dan bobot yang

lebih tinggi, sebagai berikut :

Page 152: unud-340-1211692355-tesis final

137

d. Pejabat eselon III di pusat dapat dipromosikan untuk menduduki eselon II

di Pusat atau Balai Besar.

e. Pejabat eselon III dengan klasifikasi A di Unit Pelaksna Teknis dapat

dipromosikan untuk menduduki eselon II di Balai Besar.

f. Pejabat eselon III dengan klasifikasi A di Unit Pelaksana Teknis dapat

dipromosikan untuk menduduki eselon II di Pusat setelah memenuhi

persyaratan tambahan yang ditet apkan oleh Eselon I masing-masing unit.

g. Pejabat eselon III dengan klasifikasi B di Unit Pelaksana Teknis atau di Balai

Besar dapat di promosikan untuk menduduki Eselon II di Balai Besar

setelah memenuhi persyaratan tambahan yang ditetapkan oleh Pejabat eselon I

masing-masing unit.

4.3 Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural

Pengertian :

Disiplin Pegawai Negeri Sipil : Kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk

menaati kewajiban & menghindari larangan yang ditetapkan perundang-undangan

dan/ atau peraturan kedinasan.

Pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil : setiap ucapan, tulisan atau perbuatan

Pegawai Negeri Sipil yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan

ketentuan disiplin Pegawai Negeri Sipil baik di dalam maupun di luar jam kerja.

Hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil : Hukuman yang dijatuhkan Pegawai

Negeri Sipil karena melanggar peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Page 153: unud-340-1211692355-tesis final

138

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil sesuai Peraturan Pemerintah No.

53 tahun 2010, yang mengatur kewajiban, larangan, hukuman bagi Pegawai

Negeri Sipil yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin.

Tingkat Hukuman Disiplin : 1. Hukuman disiplin Ringan

a) Teguran lisan

b) Teguran tertulis

b) Pernyataan tidak puas secara tertulis

2. Hukuman Disiplin Sedang

a) Tunda Kenaikan Gaji Berkala selama 1 tahun

b) Tunda kenaikan pangkat selama 1 tahun

c) Turun pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun.

Kewajiban Pegawai Negeri Sipil dan Hukuman Pelanggaran Kewajiban : 1. Mengucapkan sumpah/janji PNS

2, Mengucapkan sumpah/janji jabatan

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan pemerintah

4. Taat ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

5. Melaksanakan tugas Kedinasan yg dipercayakan kepada PNS dgn penuh

pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab

6. Menjunjung tinggi kehormatan Negara, pemerintah dan martabat PNS

7. Utamakan kepentingan Negara daripada kepentingan sendiri, seseorang

dan/atau golongan.

3. Bekerja jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara

Page 154: unud-340-1211692355-tesis final

139

4. Lapor dengan segera kepada atasan bila tahu hal-hal yg dapat membahayakan

/merugikan Negara atau pemerintah, terutama bidang keamanan, keuangan

dan meteriil

5. Masuk kerja dan taat ketentuan jam kerja.

6. Mencapai sasaran yang ditetapkan.

7. Menggunakan dan memelihara barang milik Negara dengan baik.

8. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.

9. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

10. Memberikan kesempatan bawahan untuk mengembangkan karir

11. Taat peraturan kedinasan yang ditetapkan pejabat yang berwenang

Larangan dan Hukuman Pelanggaran : 1. Menyalahgunakan wewenang

2. Menjadi perantara untuk dapat keuntungan pribadi dan/ atau orang lain dengan

menggunakan kewenangan orang lain.

3. Tanpa ijin pemerintah jadi pegawai/ bekerja untuk Negara lain dan/atau

lembaga /organisasi internasional.

4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing dan LSM asing.

5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan

barang, dokumen atau surat berharga milik Negara secara tidak syah

6. Melakukan kegiatan bersama atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain

di dalam maupun diluar lingkungan kerjanya untuk kepentingan pribadi,

golongan atau pihak lain yang langsung atau tidak langsung merugikan

Negara.

Page 155: unud-340-1211692355-tesis final

140

7. Memberi /menyanggupi memberikan sesuatu kepada siapapun langsung atau

tidak langung dengan dalih apapun untuk diangkat dlm jabatan

8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun, yang

berhubungan dengan jabatan/ pekerjaan.

9. Sewenang-wenang kepada bawahan

10. Melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat menghalangi

/mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga menimbulkan kerugian

bagi yang dilayani

11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan

12. Memberikan dukungan kepada calon anggota DPD atau calon Kepala daerah/

wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai

fotocopy KTP /surat keterangan tanda penduduk

13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/ Wakil presiden, DPR, DPD,

DPRD dengan Cara:

a) Ikut serta sebagai pelaksana kampanye.

b) Peserta kampanye dengan mengunakan atribut partai atau atribut

Pegawai Negeri Sipil.

c) Peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain dan/atau

d) Sebagai peserta kampanye dgn menggunakan fasilitas Negara

14 Memberikan dukungan kepada calon Presiden/wakil Presiden dengan cara :

a) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu calon selama masa kampanye.

Page 156: unud-340-1211692355-tesis final

141

b) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keperpihakan terhadap

pasangan calon sebelum, selama dan sesudah masa kampanye, meliputi

pertemuan, ajakan himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS,

anggota keluarga dan masyarakat

15. Memberikan dukungan kepada Calon Kepala daerah/Wakil Kepala Daerah

dengan cara :

a) Terlibat dalam kampanye.

b) Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan

kampanye.

c) Membuat keputusan dan /atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu Calon selama masa kampanye.

d) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap calon

sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,

himbauan, atau pemberian barang kepada Pegawai Negeri Sipil, anggota

keluarga, & masyarakat

Pejabat yang berwenang menetapkan hukuman disiplin

1. Presiden RI.

2. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat.

3. Pejabat eselon I s/d V atau Pejabat yang setara.

4. Kepala perwakilan RI.

5. Gubernur sebagai wakil pemerintah/PPK Provinsi.

6. Pejabat Provinsi Eselon I s.d V atau yang setara.

7. Pejabat Pembina Kepegawaian,kabupaten/ kota.

Page 157: unud-340-1211692355-tesis final

142

8. Sekretaris Daerah Kab/Kota s/d pejabat eselon V/ setara 1. Kewenangan Presiden

A. Menetapkan hukuman Disiplin Eselon I dan Pejabat lain yang

pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden.

B. Untuk hukuman disiplin berat:

Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah.

Pembebasan jabatan.

Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

Pemberhentian tidak dengan hormat.

C. Penjatuhan disiplin tsb, berdasarkan usul pejabat pembina kepegawaian.

2. Kewenangan Menteri (Pejabat Pembina Kepegawaian) Menetapkan :

a. Hukuman Ringan (a, b dan c)

1). PNS di lingkungannya

- Eselon I

- Eselon II instansi vertikal dibawah dan bertanggung-jawab kepada

Menteri

- Fungsional jenjang utama & fungsional Umum IV/d – IV/e

2). PNS dipekerjakan/diperbantukan di lingkungannya

- Eselon I

- Fungsional tertentu jenjang utama

- Fungsional umum gol. IV/d – IV/e

- PNS di negara lain atau Badan Internasional / tugas di Luar Negeri

b. Sedang (a, b dan c)

Page 158: unud-340-1211692355-tesis final

143

1). Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya dan diperbantukan di

lingkungannya

- Eselon I dan II, fungsional jenjang madya & Utama

- Fungsional Umum Gol. IV/a – IV/e

2). Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan keluar instansi induknya

Eselon I , Fungsional jenjang utama & Fungsional umum IV/e ke

bawah.

3). Pegawai Negeri Sipil dipekerjakan/diperbantukan di Perwakilan RI di

luar negeri, negara lain dan badan internasional atau tugas di luar

negeri

4). Pegawai Negeri Sipil Eselon III ke bawah, fungsional jenjang muda

dan penyelia ke bawah dan fungsional Umum III/d kebawah baik

dilingkungannya maupun diperbantukan di lingkungannya -> khusus

Hukuman Sedang Penurunan Pangkat 1 tahun.

c. Hukuman Berat

1. Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya ;

- Eselon I => khusus Penurunan pangkat 3 tahun

- Fungsional jenjang utama kebawah & Eselon II ke bawah

- Fungsional umum IV/e kebawah, kecuali turun jabatan dan

pembebasan jabatan

2. Pegawai Negeri Sipil dipekerjakan dilingkungannya

Page 159: unud-340-1211692355-tesis final

144

Eselon II kebawah & Fungsional jenjang utama kebawah ->

pemindahan jabatan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih

rendah & pembebasan jabatan

3. Pegawai Negeri Sipil diperbantukan dilingkungannya

‐ Eselon I & Fungsional umum ke bawah -> penurunan pangkat 3

tahun

‐ Fungsional tertentu jenjang utama kebawah -> kecuali

pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil

‐ Eselon II kebawah -> kecuali pemberhentian dengan hormat/tidak

hormat

4. Pegawai Negeri Sipil dipekerjakan keluar Instansi induknya

‐ Eselon I -> Penurunan pangkat 3 tahun

‐ Eselon II kebawah Fungsional jenjang utama kebawah dan

fungsional umum gol IV/e kebawah -> turun pangkat 3 tahun &

pemberhentian dengan hormat / tidak dengan hormat.

5. Pegawai Negeri Sipil diperbantukan keluar instansi induk

‐ Eselon II kebawah, Fungsional tertentu jenjang utama ke bawah &

Fungsional umum gol IV/e ke bawah -> pemberhentian dengan

hormat/tidak hormat

6. Pegawai Negeri Sipil dipekerjakan/diperbantukan pada Perwakilan RI di

Luar Negeri dan pada Negara lain atau Badan Internasional/tugas di

luar negeri -> turun pangkat 3 tahun dan pemberhentian dengan

hormat/tidak hormat.

Page 160: unud-340-1211692355-tesis final

145

3. Kewenangan Eselon I Menetapkan Hukuman Disiplin

a. Ringan (a, b, c )

Eselon II, fungsional jenjang madya, fungsional umum IV/a–IV/c baik

dilingkungannya maupun dipekerjakan/ diperbantukan dilingkungannya.

b. Sedang (a tunda Kenaikan Gaji Berkala 1 tahun & b. Tunda naik pangkat

1 tahun),

Eselon III, fungsional jenjang muda & penyelia serta fungsional umum

III/b – III/d baik dilingkungannya maupun diperbantukan

dilingkungannya.

4. Kewenangan Eselon II Menetapkan Hukuman Disiplin

a. Ringan (a, b, c)

Bagi Eselon III, fungsional jenjang muda & penyelia serta fungsional

umum III/c – III/d dilingkungannya maupun dipekerjakan/diperbantukan

di lingkungannya

b. Sedang ( tunda Kenaikan Gaji Berkala 1 tahun & tunda naik pangkat 1

tahun.

Bagi Eselon IV, fungsional jenjang pertama dan pelaksana lanjutan,

fungsional umum II/c – III/b di lingkungannya maupun diperbantukan

dilingkungannya

5. Pejabat Eselon II yang Atasan Langsungnya adalah Pejabat Pembina

Kepegawaian dan Pejabat Struktural Eselon I bukan Pejabat Pembina

Kepegawaian, berwenang menetapkan Hukuman disiplin sebagai berikut :

Page 161: unud-340-1211692355-tesis final

146

a) Sama dengan Kewenangan Eselon II

b) Eselon IV kebawah, fungsional tertentu jenjang Pertama dan

Pelaksana Lanjutan, Fungsional Umum gol. III/d ke bawah, untuk

hukuman disiplin sedang (penurunan pangkat setingkat lebih

rendah selama 1 tahun.

6. Kewenangan Eselon III Menetapkan Hukuman disiplin

a. Ringan ( a, b dan c)

Eselon IV, Fungsional jenjang pertama dan pelaksana lanjutan serta

fungsional umum golongan. II/c – III/b dilingkungannya maupun

diperbantukan dilingkungannya.

b. Sedang ( tunda Kenaikan Gaji Berkala & tunda naik pangkat 1 tahun)

Eselon V, Fungsional jenjang pelaksana dan pelaksana pemula serta

fungsional umum II/a – II/b dilingkungannya maupun diperbantukan

dilingkungannya.

7. Kewenangan Eselon IV Menetapkan Hukuman disiplin

Ringan ( a, b, c )

Eselon V, Fungsional jenjang pelaksana pemula, fungsional umum II/a –

II/b dilingkungannya maupun diperbantukan/ dipekerjakan di

lingkungannya.

Sedang ( a.tunda Kenaikan Gaji Berkala dan b.tunda naik pangkat 1 tahun)

Fungsional umum I/a – I/d dilingkungannya maupun diperbantukan di

lingkungannya.

Page 162: unud-340-1211692355-tesis final

147

8. Kewenangan Eselon V menetapkan hukuman bagi fungsional umum I/a – I/d,

bila Eselon V tidak ada maka jadi kewenagan eselon diatasnya.

pasal 17

Kepala Perwakilan RI, menetapkan hukuman disiplin bagi Pegawai

Negeri Sipil yang dipekerjakan/diperbantukan pada Perwakilan RI di luar

negeri, untuk hukuman ringan dan berat (pemindahan jabatan dalam rangka

penurunan jabatan setingkat lebih rendah dan pembebasan jabatan).

Pasal 21

Pejabat berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman disiplin

kepada Pegawai Negeri Sipil yang melanggar disiplin.

Bila tidak menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan

pelanggaran disiplin, pejabat tsb dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya,

yang jenis hukumannya sama dengan hukuman disiplin yang seharusnya

dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil tersebut.

Atasan tersebut juga menjatuhkan hukuman disiplin kepada Pegawai

Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran .

Pasal 22

Bila tidak terdapat pejabat yang berwenang menghukum, maka menjadi

kewenangan pejabat yang lebih tinggi.

Tata Cara Pemanggilan dan Pemeriksaan

1. Pegawai Negeri Sipil yang diduga melanggar disiplin, atasan langsung

wajib memeriksa sebelum dijatuhi hukuman.

Page 163: unud-340-1211692355-tesis final

148

2. Pemanggilan secara tertulis paling lambat 7 hari kerja sebelum tgl

pemeriksaan.

3. Bila yang bersangkutan tidak hadir, dilakukan pemanggilan kedua paling

lambat 7 hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa

pada pemanggilan pertama.

4. Bila yang bersangkutan tidak hadir pada pemeriksaan kedua, maka pejabat

yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan

alat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.

5. Pemeriksaan dilakukan secara tertutup & dituangkan dalam BAP.

6. Bila menurut hasil pemeriksaan, kewenangan menghukum :

a) Atasan langsung yang bersangkutan, maka atasan langsung wajib

menjatuhkan hukuman disiplin.

b) Pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsung tsb wajib melaporkan

secara hierarki disertai Berita Acara Pemeriksaan.

7. Khusus pelanggaran disiplin yang ancaman hukuman sedang dan berat

dapat dibentuk Tim Pemeriksa.

8. Tim Pemeriksa terdiri Atasan langsungnya, Unsur Pengawasan, dan Unsur

Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk.

9. Tim Pemeriksa dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau Pejabat

lain yang ditunjuk.

10. Bila diperlukan Atasan langsung, Tim Pemeriksa, atau Pejabat yang

berwenang menghukum dapat minta keterangan dari orang lain.

Page 164: unud-340-1211692355-tesis final

149

11. Pegawai Negeri Sipil yang kemungkinan akan dijatuhi hukuman berat,

dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh Atasan langsung

sejak yang bersangkutan diperiksa dan berlaku sampai dengan

ditetapkannya keputusan hukuman disiplin.

12. Pegawai Negeri Sipil yang dibebaskan sementara dari tugas jabatan tetap

diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan yang berlaku.

13. Bila Atasan langsungnya tidak ada, maka pembebasan sementara

dilakukan Pejabat yang lebih tinggi.

14. Berita Acara Pemeriksaan harus ditandatangani pejabat Pemeriksa &

Pegawai Negeri Sipil yang diperiksa.

15. Bila Pegawai Negeri Sipil yang diperiksa tidak bersedia tandatangan, BAP

tetap dijadikan dasar untuk menjatuhkan hukuman disiplin.

16. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan berhak mendapat fotocopy berita

acara pemeriksaan.

Penjatuhan Hukuman Disiplin

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pejabat berwenang menjatuhkan

hukuman disiplin

2. Setiap penjatuhan disiplin ditetapkan dengan Keputusan Pejabat yang

berwenang menghukum.

3. Keputusan Hukuman Disiplin harus disebutkan pelanggaran yang

dilakukan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

4. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ternyata Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan melakukan beberapa pelanggaran disiplin, maka ybs hanya

Page 165: unud-340-1211692355-tesis final

150

dapat dijatuhi satu jenis hukuman disiplin yang terberat setelah

mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan

5. Bila Pegawai Negeri Sipil pernah dijatuhi hukuman disiplin, kemudian

melakukan pelanggaran yang sifatnya sama, maka dijatuhi hukuman

disiplin yang lebih berat dari hukuman terakhir yang pernah dijatuhkan.

6. Pegawai Negeri Sipil tidak dapat dijatuhi hukuman dua kali atau lebih

untuk satu pelanggaran disiplin.

7. Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan / diperbantukan dilingkungannya

akan di jatuhi hukuman yang bukan kewenangannya, Pimpinan instansi

mengusulkan kepada pejabat pembina kepegawaian instansi induknya di

sertai berita acara pemeriksaan.

Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin

1. Keputusan hukuman disampaikan secara tertutup (tidak diketahui orang

lain) oleh Pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang

ditunjuk kepada ybs, tembusan disampaikan kepada Pejabat instansi

terkait.

2. Penyampaian paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak Keputusan

ditetapkan.

3. Bila yang bersangkutan tidak hadir saat penyampaian keputusan, maka

dikirim kepada yang bersangkutan.

UPAYA ADMINISTRASI

Upaya administrasi terdiri : Keberatan dan Banding administrasi.

Tidak dapat diajukan upaya administrasi yang dijatuhkan oleh :

Page 166: unud-340-1211692355-tesis final

151

1. Presiden

2. Pejabat Pembina Kepegawaian -> hukuman ringan, sedang dan

berat (kecuali pemberhentian dengan hormat/tidak dengan hormat).

3. Gubernur selaku wakil pemerintah untuk hukuman berat

(pemindahan jabatan dalam rangka turun jabatan dan pembebasan

jabatan)

4. Kepala Perwakilan RI

5. Pejabat yang berwenang menghukum untuk hukuman ringan.

UPAYA KEBERATAN ADMINISTRASI

Upaya keberatan hanya dapat diajukan untuk Hukuman sedang jenis

penundaan KGB 1 tahun & penundaan kenaikan pangkat 1 tahun, yang

dijatuhkan -> Pejabat Eselon I, II, III dan IV

Keberatan diajukan secara tertulis kepada Atasan Pejabat Yang

Berwenang menghukum dengan memuat alasan keberatan dan

tembusannya disampaikan kepada Pejabat yang berwenang menghukum,

dalam jangka waktu 14 hari terhitung mulai tanggal yang bersangkutan

menerima keputusan hukuman disiplin.

Pejabat yang berwenang menghukum harus memberikan tanggapan tertulis

atas keberatan yang diajukan yang bersangkutan kepada Atasan pejabat

yang berwenang menghukum dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja

terhitung mulai tanggal menerima tembusan surat keberatan.

Atasan Pejabat yang berwenang menghukum mengambil keputusan dalam

jangka 21 hari kerja terhitung mulai tanggal menerima surat keberatan.

Page 167: unud-340-1211692355-tesis final

152

Bila sampai batas waktu, Pejabat yang berwenang menghukum tidak

memberikan tanggapan, maka atasan pejabat tersebut mengambil

keputusan berdasarkan data yang ada.

Atasan Pejabat yang berwenang menghukum berhak memanggil dan/atau

minta keterangan pejabat yang menghukum, Pegawai Negeri Sipil yang

dihukum dan/atau pihak lain yang dianggap perlu.

Atasan Pejabat yang berwenang menghukum dapat memperkuat,

memperingan, memperberat atau membatalkan hukuman disiplin yang

dijatuhkan. Keputusan Atasan Pejabat yang berwenang menghukum

bersifat final dan mengikat.

Bila dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja Atasan pejabat yang

berwenang menghukum tidak mengambil keputusan atas keberatan

tersebut, maka Keputusan Pejabat yang berwenang menghukum batal demi

hukum

UPAYA BANDING ADMINISTRATIF

Banding Administratif, untuk hukuman berat pemberhentian dengan

hormat atau tidak dengan hormat yang dijatuhkan :

1. Pejabat Pembina Kepegawaian .

2. Gubernur selaku wakil pemerintah

Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukumam berat pemberhentian dengan

hormat/tidak hormat dapat mengajukan banding administrative kepada

BAPEK,

Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin, bila :

Page 168: unud-340-1211692355-tesis final

153

1. Mengajukan banding, gaji tetap dibayar sepanjang yang

bersangkutan tetap melaksanakan tugas. Penentuan dapat atau

tidaknya melaksanakan tugas menjadi kewenangan Pejabat

Pembina Kepegawaian dengan mempertimbangkan dampak

terhadap lingkungan kerja.

2. Tidak banding, gajinya dihentikan terhitung mulai bulan

berikutnya sejak hari ke 15 keputusan hukuman diterima.

Dalam rangka menjamin tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas

pekerjaan telah dibuat suatu ketentuan tentang Disiplin yaitu Peraturan

Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

pihak yang bersangkutan, baik oleh Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan

keberatan maupun oleh pejabat yang berwenang menghukum.

Pada dasarnya hak untuk membela kepentingan hukum merupakan salah

satu hak azasi yang dimiliki oleh seseorang/sekelompok orang. Untuk itu hak

untuk membela kepentingan hukum, khususnya dalam hubungannya dengan

Keputusan TUN telah dicantumkan dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 5 tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan

Tata Usaha Negara bahwa orang atau Badan Hukum perdata yang merasa

kepentingannya dirugikan oleh suatu KTUN berhak untuk mengajukan gugatan

tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan

TUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa

disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi.

Page 169: unud-340-1211692355-tesis final

154

Keputusan Hukum administratif merupakan perbuatan hukum administratif yang

dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara melahirkan hubungan-

hubungan hukum administrasif. Telah diketahui bahwa perbuatan hukum

administratif merupakan pernyataan kehendak Badan atau pejabat yang

mengeluarkan keputusan administrasi karena peraturan dasar yang menjadi

sumber dari wewenang administratif mengharuskan Badan atau pejabat tersebut

untuk mengeluarkan keputusan administratif. Salah satu perbuatan hukum

administratif dapat berupa penetapan tertulis ( beschikking ).

Beradasarkan Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 jo

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 bahwa Keputusan Tata Usaha Negara

adalah Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat tata

usaha Negara berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan

peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan bersifat konkret, individual dan

final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Dalam konkretnya, isi hubungan hukum administrasi yang ditimbulkan oleh suatu

keputusan administrasif merupakan perbuatan hukum administratif yang dapat

berupa suatu :

1. pembebanan kewajiban untuk berbuat sesuatu, untuk tidak berbuat

sesuatu atau untuk membiarkan sesuatu;

2. pemberian suatu hak untuk menuntut sesuatu;

3. pemberian suatu izin, persetujuan untuk berbuat sesuatu yang

umumnya dilarang;

Page 170: unud-340-1211692355-tesis final

155

4. suatu kompleks hubungan hukum yang timbul dari status yang

dilahirkan oleh suatu perbuatan hukum administratif

Beschikking merupakan perbuatan hukum administratif. Karena

merupakan suatu keputusan, bentuknya tertulis dengan syarat :

1. Badan atau Pejabat mana yang mengeluarkan;

2. Isi dari nota dan sebagainya itu jelas apa maksud dan tujuannya;

3. Jelas alamat yang dituju;

4. Dapat menimbulkan suatu akibat hukum

Ciri-ciri dari Beschikking adalah :

1. beschikking selalu bersifat hukum publik;

2. beschikking selalu bersifat sepihak;

3. beschikking bersifat konkret, individual dan final

Dalam hal terjadinya ketidakpuasan oleh Pegawai Negeri Sipil yang telah

dijatuhi Hukuman Disiplin, maka dapat diajukan keberatan. Dalam Tata cara

pengajuan keberatan, syarat-syarat yang dapat diajukan berupa :

1. untuk hukuman ringan tidak dapat diajukan keberatan

2. untuk hukuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4)

dapat/berhak mengajukan keberatan

3. Pengajuan keberatan ditujukan pada pejabat yang berwenang menghukum

secara tertulis (dalam jangka waktu 14 hari) melalui saluran hierarki disertai

alasan-alasan yang disebut secara lisan dan lengkap ( Pasal 16 ) Peraturan

Pemerintah Nomor 53 tahun 2010),

Page 171: unud-340-1211692355-tesis final

156

4.4 Sengketa Kepegawaian melalui PTUN

Salah satu Hak Pegawai Negeri Sipil adalah menyelesaikan sengketa

melalui Peradilan Administrasi dan harus terlebih dahulu menggunakan sarana

administrasi yang ada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 Undang-Undang

Nomor 5 tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004, yaitu :

1. Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang

oleh atau berdasarkan Peraturan Perundang-undangan untuk

menyelesaikan secara administratif sengketa Tata Usaha Negara tersebut,

maka sengketa Tata usaha Negara tersebut harus diselesaikan melalui

upaya administrasi yang tersedia;

2. Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan

sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika

seluruh upaya administrasi yang bersangkutan telah digunakan.

Dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999

menyebutkan bahwa sengketa kepegawaian diselesaikan melalui PTUN.

Kemudian ayat (2) menyebutkan bahwa sengketa kepegawaian sebagai akibat

pelanggaran terhadap Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diselesaikan

melalui upaya banding administrasi kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian

(BAPEK). BAPEK dalam Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980,

mempunyai tugas pokok memeriksa dan mengambil keputusan mengenai

keberatan yang diajukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pembina

golongan ruang IV/a kebawah tentang hukuman Disiplin yang dijatuhkan

kepadanya berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 53 tahun 2010 sepanjang

Page 172: unud-340-1211692355-tesis final

157

mengenai hukuman disiplin pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan

sendiri dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

BAPEK juga memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai usul

penjatuhan hukuman Disiplin pemberhentian dengan hormat tidak atas

permintaan sendiri dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai

negeri Sipil yang berpangkat Pembina TK.I golongan ruang IV/b keatas serta

pembebasan dari jabatan eselon I, yang diajukan oleh Menteri, Jaksa Agung,

Pimpinan Lembaga Negara dan Pimpinan Lembaga pemerintah Non

Departemen.

Dalam hal ini, yang dapat diajukan keberatan kepada Badan

Pertimbangan Kepegawaian berupa Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat

Pembina golongan ruang IV/a kebawah yang dijatuhi hukuman disiplin yaitu :

1. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai

Negeri Sipil;

2. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin sedang dan berat,

berhak mengajukan keberatan ke Badan Pertimbangan Kepegawaian ( BAPEK ),

sesuai dengan prosedur yang ditetapkan . Pengajuan keberatanitu diajukan kepada

pejabat yang berwenang menghukum, harus disertai alasan, tanggapan dan data-

data lain yang diperlukan serta dalam tenggang waktu yang ditentukan yaitu 14

hari terhitung mulai tanggal menerima SK hukuman disiplin. Penyelesaian

sengketa kepegawaian sedapat mungkin dilakukan dalam lingkungan unit kerja di

Page 173: unud-340-1211692355-tesis final

158

instansinya yang mengeluarkan keputusan hukuman disiplin tingkat berat berupa

pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan tidak dengan

hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil oleh pimpinan atau pejabat Pembina

kepegawaian, baik di tingkat pusat maupun daerah maka dapat ditempuh upaya

banding administrative. Upaya Administratif merupakan prosedur yang hanya

dapat ditempuh oleh seorang Pegawai Negeri Sipil apabila tidak puas terhadap

suatu keputusan yang dijatuhkan kepada seseorang yang telah melakukan

pelanggaran disiplin tingkat berat sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun

2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Setelah melakukan keberatan kepada BAPEK seperti yang tercantum

dalam Pasal 4 ayat (3) dalam Keputusan presiden Nomor 67 tahun 1980 tersebut

adalah mengikat dan wajib dilaksanakan oleh semua pihak yang bersangkutan.

Dari penjabaran tersebut dapat diketahui bahwa keputusan tersebut tidak tersirat

upaya pembelaan diri dalam hukum peradilan yang ditempuh oleh Pegawai negeri

Sipil yang telah dijatuhi hukuman Disiplin karena melanggar Peraturan

pemerintah Nomor 53 tahun 2010. Namun di dalam penjelasan Pasal 48 ayat(1)

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 jo Undang-undang Nomor 9 tahun 2004

dijelaskan bahwa upaya administratif adalah :

1. Banding administratif, apabila penyelesaiannya dilakukan oleh instansi atasan

atau instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan yang bersangkutan;

2. Keberatan, apabila penyelesaian sengketa itu dilakukan sendiri oleh Badan

atau pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan ini

Page 174: unud-340-1211692355-tesis final

159

Hal ini mengindikasikan bahwa apabila seluruh prosedur telah ditempuh ,

serta pihak yang bersangkutan masih tetap belum puas , maka baru persoalannya

dapat digugat dan dapat diajukan ke Pengadilan tata Usaha Negara sebagaimana

diatur di dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-

Undang Nomor 9 tahun 2004, yaitu :

1. Orang atau Badan Hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan

oleh Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis

kepada pengadilan yang berwenang dan berisi tuntutan agar Keputusan

Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah

dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi .

2. Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan

Peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan

azas-azas umum Pemerintahan yang baik;

Penegasan terhadap Pasal diatas bahwa setiap orang atau Badan Hukum

Perdata yang berhak mengajukan gugatan itu yang kepentingannya terkena akibat

hukum Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan dan karenanya yang

bersangkutan dirugikan.

4.5 Struktur Organisasi Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

Struktur organisasi pada Unit Pelaksana Teknis Balai Pemantapan

Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar dipimpin oleh Kepala Balai, Kepala Sub

Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pemolaan Kawasan Hutan dan Kepala Seksi

Informasi Sumber Daya Hutan dan Kelompok Jabatan Fungsional

Page 175: unud-340-1211692355-tesis final

160

STRUKTUR ORGANISASI BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN

WILAYAH VIII DENPASAR

Secara

Sumber : Laporan Tahunan 2010, Balai Pemnatapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

Kegiatan pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan fungsi kerja

berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.25/Menhut-II/2007 tanggal 6 Juli

2007 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan No.6188/Kpts-II/2002

tanggal 10 Juni 2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai

Pemantapan Kawasan Hutan. Yaitu ;

a. Sub Bagian Tata Usaha

- Melakukan urusan tata persuratan, kepegawaian, keuangan

perlengkapan dan rumah tangga.

b.Seksi Pemolaan Kawasan Hutan

BALAI

SUB BAGIAN TATA USAHA

SEKSI INFORMASI SUMBER

DAYA HUTAN

SEKSI PEMOLAAN KAWASAN

HUTAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Page 176: unud-340-1211692355-tesis final

161

- Melakukan identifikasi lokasi dan potensi kawasan hutan yang akan

ditunjuk.

- Penataan batas dan pemetaan kawasan hutan konservasi.

- Penilaian hasil tata batas dalam rangka penetapan kawasan hutan

lindung dan hutan produksi.

- Identifikasi fungsi dan penggunaan dalam rangka penatagunaan

kawasan hutan.

- Identifikasi dan penilaian perubahan status dan fungsi kawasan hutan

serta identifikasi pembentukan unit pengelolaan hutan konservasi,

serta hutan lindung dan hutan produksi lintas administrasi

pemerintahan.

c. Seksi Informasi Sumber Daya Hutan

- Penyusunan program, anggaran dan evaluasi kegiatan.

- Penginderaan jauh.

- Pengelolaan sistem informasi geografis (GIS)

- Perpetaan kehutanan.

- Pemasangan jaringan titik kontrol.

- Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan.

- Pengamatan dan pengolahan data pertumbuhan dan kondisi hutan.

- Penyaji data dan informasi sumberdaya hutan.

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

- Melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-

masing berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan paparan organisasi dan tugas Balai Pemantapanan Kawasan

Hutan Wilayah VIII Denpasar, Pengangkatan Pejabat Eselon IV pada Seksi

Page 177: unud-340-1211692355-tesis final

162

Informasi Sumber Daya Hutan kewenangan adalah pemerintah pusat dalam hal

ini Kementerian Kehutanan, sebagaimana diatur syarat-syarat menduduki jabatan

sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.355/Menhut-II/2004 tentang

Nama Jabatan dan Uraian Jabatan Struktural dan Non Struktural Unit Pelaksana

Teknis di Lingkungan Departemen Kehutanan. Untuk memberikan kepastian

hukum mengenai pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

perlu diatur dalam bentuk keputusan yang mengatur teknis syarat-syarat untuk

menduduki jabatan struktural pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah

VIII Denpasar, dan memberikan landasan yuridis berdasarkan azas keadilan dan

menghindari adanya kolusi dan nepotisme pada Unit Pelaksana Teknis

Kementerian Kehutanan di daerah, karena negara kita didasarkan atas hukum

sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, sehingga segala perbuatan pemerintah harus berdasarkan hukum.

Page 178: unud-340-1211692355-tesis final

163

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan,

yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Dalam hal pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada

Unit Pelaksana Teknis Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII

Denpasar terdapat ketidakpastian hukum dan konsistensi persyaratan

pengangkatan jabatan pada Seksi Informasi Sumber Daya Hutan.

2. Sistem pembinaan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural adalah

penting dan menentukan, karena Pegawai Negeri adalah unsur aparatur negara

yang bertugas untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dalam rangka

mewujudkan pemerintahan dan pembangunan untuk mencapai tujuan

nasional. Dalam hal ini Menteri Kehutanan sebagai Pejabat Pembina

Kepegawaian di Pusat memiliki fungsi, untuk menunjang pelaksanaan sistem

pembinaan Pegawai Negeri Sipil yaitu perencanaan, pengadaan,

pengembangan kompetensi,, penempatan, promusi, penggajian, kesejahteraan

dan pemberhentian, diperlukan lembaga/badan yang membantu pejabat

Pembina Kepegawaian Unit Pelaksana Teknis di daerah, dalam rangka

pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah di bidang kepegawaian tentang

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural.

163

Page 179: unud-340-1211692355-tesis final

164

5.2 Saran

Adapun hal-hal yang dapat disarankan dalam tesis ini adalah :

1. Pengangkatan terhadap Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

pada Unit Pelaksana Teknis Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah

VIII, harus lebih konsisten dan jelas dalam artian harus membuat suatu

produk hukum berupa Peraturan yang lebih jelas dan khusus dalam

mengatur hal pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural

agar pihak-pihak yang berkompeten dalam melaksanakan kewenangannya

secara nyata dapat terarah serta tidak ambigu menafsirkan muatan-muatan

yang terdapat dalam suatu produk hukum. Disini diperlukan adanya

interpretasi dalam menafsirkan substansi terhadap produk hukum tersebut.

2. Setelah adanya suatu aturan yang mengatur secara lebih jelas mengenai

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural ini,

diharapkan diimplementasikan sesuai dengan sistim pembinaan Pegawai

Negeri Sipil yang telah ditentukan, persyaratan pendidikan antara lain

Sarjana Kehutanan untuk dapat mengisi jabatan pada Seksi Informasi

Sumber Daya Hutan, Unit Pelaksana Teknis Balai Pemantapan Kawasan

Hutan Wilayah VIII Denpasar. Dan mencabut Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor : SK.6008/Menhut-II/Peg/2010 tentang Mutasi Pejabat

Struktural Eselon III dan IV Lingkup Kementerian Kehutanan.

Page 180: unud-340-1211692355-tesis final

165

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU A.Hamid Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia

Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Suatu Studi Analisis. Atmaja, I Dewa Gede Penafsiran Konstitusi dalam Rangka Sosialisasi Hukum

Sisi elaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Pidato pengenalan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara pada Fakultas Hukum Universitas Udayana 10 April 1996,

Atmosudirdjo Prajudi, 1981, Hukum Administrasi Indonesia,. Cetakan ke IV, Ghalia, Indonesia, Budiman B Sigala,1982, Tugas dan wewenang MPR di Indonesia, Ghalia Indonesia Bratakusumah Deddy Supriady dan Dadang Solohin, 2001, Otonomi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

............,Badan Kepegawaian Nasional, 1984, Pembinaan PNS, Badan

Kepegawaian Nasional, Jakarta, hal 221-222 Djatmika Sastra dan Marsono,1995, Hukum Kepegawaian di Indonesia,

Djambatan, Jakarta. Djamali Abdoel, 1984, Pengantar Hukum Indonesia, CV Rajawali, Jakarta. Friedman, Lawrence M. 1975, The Legal System A Social Sentence Perspective,

Russel Sage Foundation, New York, seventh Edition, St Paul Minn, New York.

Garner , Bryan A (ed), 1999, Black’s Law Dictionary seventh Edition, St paul

Minn, New York. Golding MP, The Nature of Low Readings in Legal Philosopy, Rondom House,

New York. Hadjon, Philipus M,1998, Tentang Wewenang Pemerintahan

(bestuursbevoegheid), Pro Justitia, (Selanjutnya disebut Philipus M.Hadjon II).

Hartono, Sunaryati, 1994 Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir abad ke 20,

Page 181: unud-340-1211692355-tesis final

166

Penerbit Alumni Bandung. Halim Kontjoro, Diana 2004 Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia Hutchinson, Terry 2002, Researching and Writing in Low, Lawbook Co, Sydney,

Australia,

HR. Ridwan, 2003, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta.

…………, 1993, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, cet.1, Gadjah Mada

Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang- Undang tentang Peradilan Tata

Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta

JJ.H. Bruggink, 1996, Refleksi Tentang Hukum, alih Bahasa Arief Sidharta, PT.

Citra Aditya, Bandung. Joenarto,1968,Negara Hukum, Yayasan, Badan Penerbit Gajah Mada Yogyakarta Joenarto,1967, Pemerintahan Lokal, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta, Kusnar di Moh dan Bintan R. Saragih, 1994, Ilmu Negara, Gaya Media

Pratama,Jakarta

Lopa Baharuddin, 1987, Permasalahan dan Penegakan Hukum di Indonesia,Bulan Bintang, Jakarta

L.Cohen Morris & Kent C.Olson,, 2000, Legal Research, West Group, St.

Paul,Minn, printed in the United States of America Manan Bagir, 2005, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII, Yogyakarta,(selanjutnya disebut Bagir Manan I), Ma’ruf Moh. 2005, Implementasi Otonomi Daerah Dalam Kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pengarahan Menteri Dalam Negeri Pada Acara Rapat Koordinasi Nasional Pendayagunaan Aparatur Negara 2005), Jakarta

Mukthie Fadjar, 2004, Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi

Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, Marbun SF & Mahmud MD, 2000, Pokok - Pokok Hukum Administrasi

Negara, Liberrty, Yogyakarta, Mengenai Keputusan Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun

Waktu Pelita I-Pelita IV, Disertasi, Univ.Indonesia, Jakarta,

Page 182: unud-340-1211692355-tesis final

167

Muchsan, 1992, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia, Yogyakarta,

Magnar Kuntana, 1984, Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah Otonomi dan

Wilayah Administrasi, Armico, Bandung, Mulyosudarmo, Suwoto, 1997, Perolehan Kekuasaan Kajian Teoritis dan Yuridis

terhadap Pidato Nawaksara, Gramedia, Jakarta, Mustafa, Bachan 1985, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Alumni

Bandung, Natsir, Irwan, 2007, Pelayanan PNS bukan Extra Money, Perbendaharaan

http;www perbendaharaan.go.id/modul/terkini/index.php Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Adinistrasi Negara, Ghalia Indonesia,

Jakarta Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media

Group. Poerwadarminta W.J.S, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai

Pustaka Jakarta. Pamudji,1985, Pembinaan Perkotaan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta. Prakoso Djoko,1983 Pokok-Pokok Kepegawaian di Indonesia, Jakarta. P Siagian, 1970, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta Rasjidi Lili dan B. Arief Sidarta (ed), 1989, Filsafat Hukum Mazshab dan R

Refleksinya, Remaja karya Bandung Rozali Adbullah, 1986, Hukum Kepegawaian , CV Rajawali, Jakarta Rasjidi Lili dan B. Arief Sidarta (ed), 1989, Filsafat Hukum Mazshab dan

Refleksinya, Remaja Karya Bandung R. Ibrahim, 2005, Peranan Strategis Pegawai Negeri Untuk Mewujudkan

Pemerintahan Yang Demokratis,(Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap, Dalam Bidang Ilmu Hukum Administrasi Negara pada Fakultas Hukum Universitas Udayana tanggal 24 September 2005), Universitas Udayana, Denpasar.

Rasjidi Lili dan B. Arief Sidarta (ed), 1989, Filsafat Hukum Mazshab dan

Refleksinya, Remaja Karya Bandung

Page 183: unud-340-1211692355-tesis final

168

Ranuwidjaja Usep, 1955, Swapraja, Sekarang dan di Hari Kemudian, Djambatan Jakarta,

Suny, Ismail1984, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Aksara Baru, Jakarta

Soekanto Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta Universitas Indonesia (UI) Sitomorang, Viictor M, 1994, Hukum Administrasi Pemerintahan di Daerah,

Sinar Grafika, Jakarta SF. Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di

Indonesia, Liberty, Yogyakarta. S.F. Marbun, dkk, 2001, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi

Negara, UII Press, Yogyakarta Satjipto Rahardjo, 1991 Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Mandar

Maju, Bandung. Soekanto Soerjono 1986,Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas

Indonesia (UI Press). Soekanto Soerjono1985, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

Rajawali Press, Jakarta Salam Dharma Setiawan 2001, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan

Nilai dan Sumber Daya, Djambatan Satoto Sukamto, 2004, Pengaturan Eksistensi & Fungsi Badan Kepegawaian

Negara, HK Offset, Yogyakarta ....................., 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta. Sujamto, 1996. Aspek Pengawasan di Indonesia,Sinar Grafika, Jakarta. Suradji, 2006 Manajemen Kepegawaian Negara, LAN Jakarta. Sunarno Siswanto H, 2008, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta. Simorangkir JCT, 1984, Penetapan UUD Dilihat dari Segi Ilmu Hukum Tata

Negara Indonesia, PT.Gunung Agung, Jakarta Subekti, 1957, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Inter Masa, Jakarta,

Page 184: unud-340-1211692355-tesis final

169

Syafrudin, Ateng 1976, Pengaturan Koordinasi Pemerintahan di daerah, Tarsito, Bandung, hal 5

Taylor Frederick W., dalam Inu Kencana Syafiie,2004, Sistem Administrasi

Negara Republik Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara. Toha Miftah, 1986, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, Rajawali,

Jakarta Hal 125 Wursanto, 1999, Managemen Kepegawaian, Kamisus, Yogyakarta. Wheare K.C, 1975, Modern Constitution, Oxdord University Pres, London, New

York, DSK.

B. MAKALAH, JURNAL :

Anonim, 2008, Pedoman Penulisan Usulan Tesis Penelitian dan Penulisan Tesis

Ilmu Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar

.............., 2006, Warta Kepegawaian Info SDM Departemen Kehutanan .............., 2009, Warta Kepegawaian Info SDM Departemen Kehutanan .............., 2010, Laporan Tahunan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar .............., 2010, Materi Pembekalan Calon PNS, Kementerian Kehutanan

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian

(Lembaran Negara Rapublik Indonesia Tahun 1974 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2002 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural

Page 185: unud-340-1211692355-tesis final

170

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P. 13/MEMHUT-II/2011

tentang perubahan kedua atas Keoutusan Menteri kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002 tentang Oraganisasi Dan Tata Kerja Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P. 76/MEMHUT-II/2006

tentang Pola Karier Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kehutanan Keputusan Kepala BKN Nomor 13 tahun 2002 Tentang Ketentuan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No : 13 Tahun 2002

Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.355/Menhut-II/2004 tentang Nama Jabatan

dan Uraian Jabatan Struktural dan Non Struktural Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Departemen Kehutanan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.288/Menhut-II/2009 tentang Penetapan

Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (BAPERJAKAT) Departemen Kehutanan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.6008/Menhut-II/Peg/2010 tentang

Mutasi Pejabat Struktural Eselon III dan IV Lingkup Kementerian Kehutanan