uji boraks
DESCRIPTION
LKTRANSCRIPT
Uji Boraks
Oleh
SUHARMITA DARMIN
O111 10 127
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia dewasa ini, maka semakin banyak jenis
bahan makanan yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi dalam bentuk yang lebih awet dan lebih
praktis dibandingkan dengan bentuk segarnya. Berkembangnya produk pangan awet tersebut
hanya mungkin terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap
berbagai jenis makanan yang praktis dan awet.
Produksi dan suplai produk jadi yang awet biasanya dilakukan secara sentral dalam
pabrik pengolahan dan pengawetan makanan. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk
menyiapkan sajian sampai siap untuk dapat disantap dapat dipersingkat, dengan hasil makanan
yang sama lezatnya seperti bila diolah sendiri dari bahan segar. Di kalangan konsumen pangan
masih sering terjadi kontroversi mengenai penggunaan bahan tambahan makanan di industri
pangan, khususnya mengenai resiko kesehatan, terutama yang berasal dari bahan sintetik
kimiawi. Sebab masalah keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia, tetapi juga telah
menjadi masalah setiap orang.
Kebanyakan makanan yang dikemas mengandung bahan tambahan, yaitu suatu bahan
yang dapat mengawetkan makanan atau merubahnya dengan berbagai teknik dan cara. Bahan
Tambahan Makanan didefinisikan sebagai bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan
dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, dapat bernilai gizi atau tidak bernilai
gizi, ditambahkan ke dalam makanan dengan sengaja untuk membantu teknik pengolahan
makanan (termasuk organoleptik) baik dalam proses pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan produk makanan olahan,
agar menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu makanan yang lebih baik atau secara
nyata mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Jadi kontaminan atau bahan-bahan lain yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu gizi bukan
merupakan bahan makanan tambahan.
TUJUAN DAN MANFAAT
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan zat pengawet yang
berupa boraks pada makanan sampel yang diuji atau diperiksa yaitu bakso.
Manfaat praktikum ini adalah untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya residu
bahan pengawet yang berbahaya pada bakso di Kota Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bakso
Bakso atau baso adalahjenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia.
Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada
juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso
umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun,taoge, tahu,
terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan
di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis
bakso sekarang banyak ditawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar
swalayan dan mal-mal. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain
seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai (Wikipedia).
Bakso adalah makanan yang terbuat dari daging giling yang dicampur dengan tepung
tapioka yang sudah dibulatkan berbentuk bola kecil yang dalam penyajiannya biasanya
dilengkapi dengan kuah kaldu berwarna bening, serta dicampur dengan mi bihun, taoge, tahu,
dan terkadang dengan telur, serta ditaburi dengan bumbu bawang goreng dan seledri. Bakso yang
secara umum dapat ditemukan diseluruh wilayah Indonesia biasanya terbuat dari daging sapi,
tetapi tidak tertutup kemungkinan juga bila kadang-kadang bakso terbuat dari daging ayam, ikan,
atau udang (www.beritaterhangat.net).
Bakso adalah jenis makanan yang sangat populer, ditemui mulai dari restoran hingga
pedagang keliling. Pernah popularitas bakso merosot lantaran isu penggunaan boraks dan
formalin untuk mengawetkan bakso. Bakso dapat dibuat dari berbagai jenis daging, seperti
daging sapi, kerbau atau kelinci. Yang penting tahu rahasia formulasinya agar bakso enak,
kenyal, empuk, bergizi, dan aman dikonsumsi (fazriyati.wordpress.com).
2. Boraks
Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O serta asam borat yang tidak
merupakan kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya digunakan dalam industri
nonpangan seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu, dan produk antiseptik toilet (Didinkaem,
2007).
Boraks merupanakan racun bagi semua sel. Pengaruh terhadap organ tubuh tergantung
konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu
diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ
lainnya. Dosis fatal boraks antara 0,1 – 0,5 g/kg berat badan (Cahyo, 2006).
Boraks ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus. Bakso mengandung boraks memiliki kekenyalan khas yang
berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung
boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama (Anonim, 2009).
Boraks termasuk kelompok mineral borat yang merupakan senyawa kimia alami yang
tersusun dari atom boron (B) yang merupakan logam berat dan oksigen (O). Boraks sudah lama
digunakan oleh masyarakat dan industri kecil dari pangan seperti gendar, kerupuk, mie dan
bakso. Boraks secara lokal dikenal sebagai air bleng, atau cetitet, garam bleng atau pijer. Boraks
sebetulnya sudah dilarang penggunaannya oleh pemerintah sejak juli 1978 dan diperkuat lagi
dengan SK Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/Per/IX/1988 (Winarno, 1997).
Asam boraks merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai
bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna
dan tak berbau serta agak manis. Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika
(zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam
obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci
mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan
antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet
makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso,
mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk
mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan
memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).
BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar pada hari Rabu 15 Mei 2013 pukul 10.00 sampai selesai.
B. Alat dan Bahan
Alat dan kegunaannya yang di gunakan dalam praktikum Uji Formalin adalah :
No. Alat Kegunaan
1 Cawan Petri Untuk meletakkan objek pengamatan
2 Silet atau Pisau Untuk mengiris sampel pengamatan
3 Pipet tetes
4 Korek Api Memanaskan sampel
Bahan dan kegunaannya yang di gunakan dalam praktikum Uji Formalin yaitu sebagai
berikut :
No. Bahan Kegunaan
1 Bakso Sebagai sampel pengamatan
2 Air kunyit Pereaksi boraks
3 Boraks (garam
bleng)
C. Prosedur Praktikum
1. Sebelum menguji boraks pada makanan kita lakukan dahulu uji boraks
2. Tetesi boraks (garam bleng) dengan kunyit. Boraks akan berwarna merah kecoklatan
3. Bakso kita lumatkan lalu angin-anginkan
4. Tetesi bakso tersebut dengan air kunyit. Biarkan selama kurang lebih lima menit
5. Amati warna yang nampak pada bakso yang ditetesi air kunyit
6. Lakukan dengan cara yang sama pada bahan makanan yang akan diuji
7. Catat hasil pengamatan dan simpulkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
No
.
Sampel Perlakuan Reaksi Hasil
1. Bakso 1 Ditambahkan boraks Tidak Terjadi
perubahan warna
+
Bakso 2 Ditambahkan boraks Tidak Terjadi
perubahan warna
+
2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel bakso menunjukkan hasil negative
jadi sampel tersebut tidak mengandung boraks. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi saat
sampel ditetesi dengan kunyit. Terjadinya perubahan warna yang terjadi pada sampel yang
membuktikan bahwa sampel tersebut mengandung bahan pengawet walaupun dengan kadar yang
rendah.
Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan kerusakan namun
akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus akan menyebabkan mal
fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh. Penggunaan boraks dalam
dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, demam,
anuria. Dan dalam jangka panjang akan menyebabkan radang kulit merangsang SPP, apatis,
depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen. Bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh
sebab itu berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dilarang
menggunakan boraks sebagai bahan campuran dan pengawet makanan.
Boraks merupakan bahan beracun dan bahan berbahaya bagi manusia, karena bisa
menimbulkan efek racun, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Yang
membahayakan, boraks bisa diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak,
usus atau testis sehingga dosisnya dalam tubuh menjadi tinggi. Bila dikonsumsi menahun bisa
menyebabkan kanker. Boraks juga sering disalahgunakan dalam pangan. Biasanya ditambahkan
pada kerupuk, bakso, lontong dan lain-lain. Masyarakat awam mengenal boraks dengan nama
Bleng atau Cetitet
Boraks (Na2B4O7) dengan nama kimia natrium tetra bonat, natrium biborat, natrium
piroborat merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal dan berwarna putih dan jika
dilarutkan dalam air menjadi natrium hidroksida serta asam boraks. Natrium hidroksida dan
asam boraks masing-masing bersifat antiseptik, sehingga banyak digunakan oleh industri farmasi
sebagai ramuan obat misalnya : salep, bedak, larutan kompres, dan obat pencuci mata.
Penggunaan boraks di industri farmasi ini sudah sangat dikenal. Hal ini dikarenakan banyaknya
boraks yang dijual di pasaran dan harganya yang sangat murah. Selain itu boraks bagi industri
farmasi memberikan untung yang besar. Boraks pada dasarnya merupakan bahan untuk pembuat
solder, bahan pembersih, pengawet kayu, pengontrol kecoa, dan bahan pembuatan kaca. Dengan
sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki, boraks digunakan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan benda-benda tersebut. Boraks sedikit larut dalam air, namun bisa bermanfaat jika
sudah dilarutkan dalam air.
Beberapa survei menunjukkan, alasan para produsen menggunakan bahan pengawet
seperti formalin dan boraks karena daya awet dan mutu bakso yang dihasilkan menjadi lebih
bagus, serta murah harganya tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Tuntutan itu
melahirkan konsekuensi yang bisa saja membahayakan, karena bahan kimia semakin lazim
digunakan untuk mengawetkan makanan termasuk juga formalin yang dikenal menjadi bahan
pengawet mayat. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung untuk membeli
makanan yang harganya lebih murah, tanpa memperhatikan kualitas makanan. Dengan demikian,
penggunaan boraks dan formalin pada makanan seperti mie, bakso, kerupuk dan makanan
lainnya dianggap suatu hal yang biasa. Sulitnya membedakan makanan seperti bakso biasa dan
bakso yang dibuat dengan penambahan formalin dan boraks juga menjadi salah satu faktor
pendorong perilaku konsumen itu sendiri.
Bakso menjadi salah satu jajanan yang menjadi favorit bagi banyak orang Indonesia.
Sehingga tidak susah untuk mencari jajanan ini. Mulai dari warung di sekolahan hingga
perkantoran, bakso menjadi salah satu menu favorit. Namun sayangnya, masih banyak produsen
bakso yang tidak memperhatikan sisi kesehatan konsumen. Sebagai konsumen kita perlu
waspada dengan memperhatikan ciri-ciri bakso yang memakai zat berbahaya berikut ini:
1. Bakso mengandung Boraks memiliki struktur yang kenyal dan lebih keras
2. Bakso mengandung boraks pasti memiliki daya tahan lebih lama
3. Mampu bertahan sampai lima hari.
4. Teksturnya sangat kental, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih
cenderung keputihan
5. Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
6. Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
7. Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola.
Pedagang makanan banyak yang memanfaatkan boraks pada makanan yang dijualnya
agar makanan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila pada hari pertama penjualan tidak
habis terjual, maka dapat dijual lagi di hari berikutnya. Mereka ingin memperoleh keuntungan
dari makanan yang dijual tanpa mendapatkan kerugian yang besar. Selain faktor pedagangnya,
konsumen yang membeli makanan pun lebih cenderung memilih makanan yang murah dan
banyak tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat pada makanan tersebut. Sehingga
walaupun makanan tersebut mengandung boraks, jika harganya lebih murah dan rasanya lebih
enak tentu saja masyarakat lebih memilihnya dibandingkan dengan makanan-makanan yang
sehat dan bebas dari boraks namun harganya mahal dan tidak awet.
Selain itu tingkat pengetahuan masyarakat mengenai bahan pengawet dan zat aditif pada
makanan sangat rendah sehingga mereka tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsinya
dan bahaya apa yang bisa ditimbulkannya. Terkadang nilai gizi yang terkandung pada makanan
yang dikonsumsi merekapun tidak dipedulikan. Mereka kurang menyadari pentingnya menjaga
kesehatan yang salah satu caranya adalah dengan memperhatikan dan menghindari konsumsi
terhadap makanan-makanan yang mengandung zat pengawet berbahaya dan mengandung zat-zat
aditif yang beracun dan berlebih.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sampel makanan berupa bakso tidak mengandung boraks
B. Saran
Dalam melakukan praktikum yang berkaitan dengan alat maupun bahan-bahan kimia,
diharapkan agar kita tidak menyentuh ataupun menghirup secara langsung bahan-bahan tersebut,
karena keteledoran ini akan berakibat fatal bagi kesehatan kita. Dalam menuang maupun
meneteskan pereaksi formalin, disarankan agar hidung kita berada jauh dari tabung reaksi,
sehingga bahan tersebut tidak terhirup secara langsung dan membahayakan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Formalin dan Boraks. (http: //oliveoile. wordpress. com/2008/01/07/formalin-boraks/).
Diakses pada tanggal 20 Mei 2013
Pipit. 2005. Makanan Yang Mengandung Formalin. (http://pipit. Wordpress .com/2005/12/30/ciri-ciri-
makanan-yang-mengandung-formalin). Diakses pada tanggal 20 Mei 2013
Sitti. 2013. Uji Kandungan Boraks dan Formalin. http:// sittiassambo. blogspot. com/2013/04/uji-
kandungan-boraks-dan-formalin-pada.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2013
Wahyu. 2008. Identifikasi Formalin Pada
Produk. (http://wahyu-ramadhan.blogspot.com/2008/11/identifikasi-formalin-pada-
produk_04.html). Diakses pada tanggal 20 Mei 2013
TUJUAN PERCOBAAN
Memahami kinetika reaksi enzim dan faktor faktor yang mempengaruhi kondisi optimum
suatu enzim
II. PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan laju rekasi enzim
III. TEORI
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.[1]
[2] Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang
disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang
disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan
cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai
promoter.
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan
senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih
rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih
tinggi membutuhkan waktu lebih lama. Sebagai contoh:
X + C → XC (1)
Y + XC → XYC (2)
XYC → CZ (3)
CZ → C + Z (4)
Meskipun senyawa katalis dapat berubah pada reaksi awal, pada reaksi akhir molekul
katalis akan kembali ke bentuk semula. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya
setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini
disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-
amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa. Kerja enzim
dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama
adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu
dan pH(tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang
sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan.
Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga
dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitoradalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim,
sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racunadalah
inihibitor enzim.
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama
adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu
dan pH(tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang
sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan.
Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga
dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitoradalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim,
sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racunadalah
inihibitor enzim.
Enzim dan Fungsinya - Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan
organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang
berikatan dengan protein. Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut.
Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian diaktifkan dalam
lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang disintesis dalam pankreas,
diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk membentuk enzim tripsin yang aktif.
Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut zimogen.
Enzim dan Fungsinya
Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya menyebabkan
enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi satu, yang disebut
holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.
1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan berfungsi
menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama dapat menjadi senyawa
yang berlainan, tergantung dari enzimnya.
2. Koenzim
Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim. Akan tetapi,
koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim. Koenzim bersifat termostabil
(tahan panas), mengandung ribose dan fosfat. Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya.
Misalnya, Apabila koenzim NADP (Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang
terjadi adalah dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen.
Koenzim dapat bertindak sebagai penerima/akseptor hidrogen, seperti NAD atau donor dari
gugus kimia, seperti ATP (Adenosin Tri Phosfat).
Sifat-sifat enzim sebagai berikut.
Enzim mengalami denaturasi/kerusakan pada temperatur tinggi.
Efektif dalam jumlah kecil.
Tidak berubah pada waktu reaksi berlangsung.
Tidak memengaruhi keseimbangan, tetapi hanya mempercepat reaksi.
Spesifik untuk reaksi tertentu.
Faktor-faktor yang memengaruhi enzim dan aktivitas enzim sebagai berikut.
1. Temperatur atau suhu
Umumnya enzim bekerja pada suhu yang optimum. Apabila suhu turun, maka aktivitas
akan terhenti tetapi enzim tidak rusak. Sebaliknya, pada suhu tinggi aktivitas menurun dan enzim
menjadi rusak.
2. Air
Air berperan dalam memulai kegiatan enzim. Contoh pada waktu biji dalam keadaan
kering kegiatan enzim tidak kelihatan. Baru setelah ada air, melalui imbibisi mu-lailah biji
berkecambah.
3. pH
Perubahan pH dapat membalikkan kegiatan enzim, yaitu mengubah hasil akhir kembali
menjadi substrat.
4. Hasil akhir
Kecepatan reaksi dalam suatu proses kimia tidak selalu konstan. Misal, kegiatan pada
awal reaksi tidak sama dengan kegiatan pada pertengahan atau akhir reaksi. Apabila hasil akhir
(banyak), maka akan menghambat aktivitas enzim.
5. Substrat
Substrat adalah zat yang diubah menjadi sesuatu yang baru. Umumnya, terdapat
hubungan yang sebanding antara substrat dengan hasil akhir apabila konsentrasi enzim tetap, pH
konstan, dan temperatur konstan. Jadi, apabila substrat yang tersedia dua kali lipat, maka
hasil akhir juga dua kali lipat.
6. Zat-zat penghambat
Zat-zat penghambat adalah zat-zat kimia yang menghambat aktivitas kerja enzim.
Contoh, garam-garam dari logam berat, seperti raksa.
Contoh-contoh enzim dalam proses metabolisme sebagai berikut.
1. Enzim katalase
Enzim katalase berfungsi membantu pengubahan hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen.
2.Enzim oksidase
Enzim oksidase berfungsi mempergiat penggabungan O2 dengan suatu substrat yang pada saat
bersamaan juga mereduksikan O2, sehingga terbentuk H2O.
3. Enzim hidrase
Enzim hidrase berfungsi menambah atau mengurangi air dari suatu senyawa tanpa
menyebabkan terurainya senyawa yang bersangkutan. Contoh: fumarase, enolase, akonitase.
4. Enzim dehidrogenase
Enzim dehidrogenase berfungsi memindahkan hidrogen dari suatu zat ke zat yang lain.
5. Enzim transphosforilase
Enzim transphosforilase berfungsi memindahkan H3PO4 dari molekul satu ke molekul
lain dengan bantuan ion Mg2+.
6. Enzim karboksilase
Enzim karboksilase berfungsi dalam pengubahan asam organik secara bolak-balik.
Contoh pengubahan asam piruvat menjadi asetaldehida dibantu oleh karboksilase piruvat.
7. Enzim desmolase
Enzim desmolase berfungsi membantu dalam pemindahan atau penggabungan ikatan
karbon. Contohnya, aldolase dalam pemecahan fruktosa menjadi gliseraldehida
dan dehidroksiaseton.
8. Enzim peroksida
Enzim peroksida berfungsi membantu mengoksidasi senyawa fenolat, sedangkan oksigen
yang dipergunakan diambil dari H2O2.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada percobaan ketiga adalah stopwatch, tabung reaksi, pengaduk gelas,
pipet ukur 1ml,5ml,10ml, pipet tetes, watebath 350C, kertas saring, kuvet,
spektrofotomete/kolorimeter, corong kaca. Bahan yang digunakan adalah larutan TCA 20% 30
ml, larutan kasein 2% 19,2ml, larutan tripsin 10ml, larutan buffer fosfat 40,8ml, larutan NaOH
0,5N 40ml, aquadest, reagen folin-ciocalteu.
V. PROSEDUR
NO TABUNG TRIPSIN (ML) KASEIN (ML) BUFFER FOSFAT (ML)
1 T = 0 1 0,1 5,9
T = 20 1 0,1 5,9
2 T = 0 1 0,5 5,5
T = 20 1 0,5 5,5
3 T = 0 1 1 5
T = 20 1 1 5
4 T = 0 1 3 3
T = 20 1 3 3
5 T = 0 1 5 1
T = 20 1 5 1
Pada T = 0 dimasukan larutan buffer fosfat dan tripsin lalu ditambahkan 3ml TCA 20% pada
masing masing tabung lalu diaduk, di inkubasi selama 30 menit pada suhu 350C di waterbath lalu
di masukan larutan kasein pada masing masing tabung sesuai tabel, diamkan 20 menit didalam
air es, kemudian disentrifuga selama 10 menit dan disaring, hasil filtrate digunakan untuk
metode anson.
Pada T = 20 dimasukan larutan kasein pada masing-masing tabung dan diinkubasi selama 5
menit diwaterbath 350C lalu ditambahkan larutan buffer dan juga larutan tripsin lalu di inkubasi
kembali selama 20 menit pada suhu 350C lalu dimasukan 3 ml TCA 20% pada masing masing
tabung, didiamkan selama 20 menit diair es, lalu disentrifuga selama 10 menit kemudian di
saring, dan filtrate digunakan metode anson.
Metode anson
Filtrat yang didapatkan, diambil 2 ml pada masing masing tabung lalu ditambahkan 4ml
NaOH lalu ditambahkan 1 ml larutan folin-ciocalteu dan didiamkan selama 10 menit lalu dilihat
serapanya menggunakan spektrofotometer.
VI. DATA PENGAMATAN
Pada semua tabung baik T = 0 atau T = 20 tidak terjadi perubahan apa-apa baik dari segi
warna tetap seperti semula bening, akan tetapi setelah semua tabung didiamkan didalam air es
selama 20 menit terjadi pengendapan , dan setelah di saring didapatkan filtratnya lalu digunakan
metode anson dan dihitung serapannya maka didapatkan hasil
T = 0
Pada tabung 1 nilai abs = 0,011
Pada tabung 2 nilai abs = 0,08
Pada tabung 3 nilai abs = 0,010
Pada tabung 4 nilai abs = 0,011
Pada tabung 5 nilai abs = 0,018
T =20
Pada tabung 1 nilai abs = 0,012
Pada tabung 2 nilai abs = 0,013
Pada tabung 3 nilai abs = 0,017
Pada tabung 4 nilai abs = 0,011
Pada tabung 5 nilai abs = 0,015
T = 0 T = 20
VII. PEMBAHASAN
No
Absorbansi
A t V St= 0
menit
t= 20
menit
1 0.011 0.017 0.006 20 0.0003 2.85x10-4 3571.429 3333.333
2 0.008 0.013 0.005 20 0.00025 1.42x10-3 704.2254 4000
3 0.01 0.017 0.007 20 0.00035 2.85x10-3 357.1429 2857.143
4 0.011 0.018 0.007 20 0.00035 8.57x10-3 116.2791 2857.143
5 0.018 0.025 0.007 20 0.00035 1.42x10-2 699.3007 3076.923
A= At20-At0
Tabung I: 0.011-0.017=0.006
Tabung II: 0.008-0.013=0.005
Tabung III: 0.01-0.017=0.007
Tabung IV: 0.011-0.018=0.007
Tabung V: 0.018-0.0115=0.007
= t20-t0 (Semua tabung 1 sampai 5)
t = 20-0 = 20
V=
Tabung I: V= = 0.0003
Tabung II: V= = 0.00025
Tabung III: V= = 0.00035
Tabung IV: V= = 0.00035
Tabung V: V= = 0.00035
Perhitungan S= x2 %
Tabung I: x2%=2.85x10-4
Tabung II: x2%=1.42x10-3
Tabung III: x2%=2.85x10-3
Tabung IV: x2%=8.57x10-3
Tabung V: x2%=1.42x10-2
Perhitungan grafik lineweaverburk antara 1/V terhadap 1/S
x = 1/V
Tabung I: 3333.333
Tabung II: 4000
Tabung III: 2857.143
Tabung IV: 2857.143
Tabung V: 3076.923
Y= 1/S
Tabung I: 3571.429
Tabung II: 704.2254
Tabung III: 357.1429
Tabung IV: 116.2791
Tabung V: 699.3007
Persamaan grafik:
Y = 0.0933x+3079.3
= 3079.3
V maks =
= 0.000324
= 3.24x10-5
= 0.0933
= 0.0933
Km = 0.00003 = 3x10-5
Pada percobaan kinetika reaksi enzim pada masing masing tabung T = 0 dan T = 20
digunakan kasein sebagai substrat karena kasein merupakan komponen atau unsur terbesar yang
terdapat pada protein terlarut susu. Hampir 82% protein pada susu adalah kasein. Dan enzim
yang digunakan adalah enzim tripsin. Pada masing masing tabung T = 0 dan T = 20 di
gunakan buffer phospat pH 8.0 yang berfungsi untuk menjaga agar kondisi tetap basa karena
enzim yang digunakan adalah enzim tripsin yang berfungsi mengubah pepton menjadi asam
amino merupakan enzim pencernaan yang mempunyai pH optimal 8 yang akan bekerja secara
efektif pada suasana basa, pada pH tertentu enzim dapat mengubah substrat menjadi produk, dan
apabila pH tersebut di ubah maka enzim dapat mengubah kembali produk menjadi substrat. TCA
atau trichloroacetic acid merupakan senyawa asam kuat yang pada percobaan ini digunakan
untuk menghentikan kinerja reaksi dari enzim tripsin dengan cara mendenaturasi protein.
Tabung T = 0 menjadi acuan standar karena pada tabung T=0 tidak dapat menghasilkan
produk yang disebabkan penambahan TCA 20% diawal untuk menghentikan kinetika reaksi
enzim. Sementara pada tabung T = 20 larutan kasein di inkubasi dan ditambahkan buffer phospat
dan juga tripsin agar dapat menghasilkan produk karena E+S = ES = E+P dan bereaksi selama 20
menit lalu kemudian ditambahkan TCA 20% untuk menghentikan kinetika reaksi enzim.
Enzim tripsin yang digunakan pada percobaan ini merupakan enzim tripsin yang berasal
dari sapi, suhu optimal pada pencernaan sapi ialah 350C maka dari itu pada percobaan ini
waterbath yang digunakan mempunyai suhu 350C, enzim enzim berkerja optimal pada suhu 350C
sampai 400C. pada suhu tinggi (>500C) enzim dapat rusak dan apabila berada dalam suhu rendah
maka enzim menjadi tidak aktif. Suhu yang tidak sesuai tersebut akan mengakibatkan terjadinya
perbuahan sisi aktif enzim. Sifat enzim yang tidak tahan panas atau dapat berubah karena
pengaruh suhu disebut termolabil, oleh karena itu pada percobaan ini larutan didiamkan dalam
air es untuk menghentikan atau meninaktifasi kinetika reaksi enzim dan mempercepat
pengendapan.
Setelah didiamkan di dalam air es untuk mempercepat pengendapan, tabung kemudian di
setrifugasi untuk memisahkan cairan dan koloid karena sentrifuga berkerja
dengan memanfaatkan gaya sentrifugal , yaitu gaya yang timbul akibat benda yang diputar dari
satu titik sebagai porosnya . untuk memisahkan partikel dan setelah itu di saring.
Pada metode anson ditambahkan NaOH yang mempunyai sifat basa yang berfungsi untuk
mentralkan suasana pH larutan yang telah asam akibat TCA, penambahan larutan follin-ciocalteu
dapat mendeteksi gugus fenolik yang terdapat dalam residu protein, gugus fenolik yang terdapat
dalam asam amino dapat mereduksi fosfotungstat dan fosfomolibat yang terkandung dalam
reagen follin-ciocalteu menjadi tungstate dan melibdenum yang berwarna biru, sehingga dapan
diukur nilai absorbansi dalam spektrofotometer.
VIII. KESIMPULAN
Kondisi optimum dari suatu enzim dapat dipengaruhi oleh pH, temperature, konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim, konsentrasi produk reaksi.
Enzim tripsin bekerja optimum pada pH 8.0
Enzim tripsin yang digunakan bekerja optimum pada suhu 350C
IX. DAFTARPUSTAKA
Wirahardikusumah, M.1989.Biokimia : Protein, enzim, dan asam nukleat. Bandung : ITB
Murrey, Robert K. 2002. Biokimia, Jakarta : Harper Ecg..
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar- Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Lehninger A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Erlangga.Jakarta.
Pribic R, Stokkum van IH, Chapman D, Haris PI, Bloemendal M. 1993. Protein secondary
structure from Fourier transform infrared and/or circular dichroism spectra. Anal
Biochem 214(2):366-78