uji mikrobiologi rempah

43
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/6 November 2012 Analisis Mutu Mikrobiologi PJ Dosen : Mrr. Lukie Trianawati, STP. MSi. Pangan Asisten : Wirayani Febi, A.Md UJI ANTIMIKROBA KOMPONEN BIOAKTIF ASAL BUMBU DAN REMPAH DENGAN METODE GORES, CAKRAM KERTAS SARING, DAN DIFUSI SUMUR Kelompok 4 Kelas : A/P1 Nita Rofita Priyanti J3E111001 Ardantyo Gunawan J3E111002 Pratiwi Indah J3E111055 M. Sony Gaus J3E111022 Dina Crownia J3E111087

Upload: dina-crownia

Post on 19-Feb-2015

454 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Mikrobiologi Rempah

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/6 November 2012Analisis Mutu Mikrobiologi PJ Dosen : Mrr. Lukie Trianawati, STP. MSi.Pangan Asisten : Wirayani Febi, A.Md

UJI ANTIMIKROBA KOMPONEN BIOAKTIF ASAL BUMBU

DAN REMPAH DENGAN METODE GORES, CAKRAM

KERTAS SARING, DAN DIFUSI SUMUR

Kelompok 4

Kelas : A/P1

Nita Rofita Priyanti J3E111001

Ardantyo Gunawan J3E111002

Pratiwi Indah J3E111055

M. Sony Gaus J3E111022

Dina Crownia J3E111087

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: Uji Mikrobiologi Rempah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produk pangan harus tetap dijaga kualitasnya selama penyimpanan

dan distribusi, karena pada tahap ini produk pangan sangat rentan terhadap

terjadinya rekontaminasi, terutama dari mikroba patogen yang berbahaya bagi

tubuh dan mikroba perusak yang dapat menyebabkan kerusakan pada bahan

pangan. Pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan secara kimiawi dengan

menggunakan bahan-bahan antiseptik, disinfektan, senyawa antimikroba

(kemoteurapeutik) dari bahan alami maupun sintetik.

Menurut Haris (2012), senyawa-senyawa antimikroba dapat bersifat sidal

(mematikan) maupun statik (menghambat) dengan cara merusak sel, dan

menganggu proses metabolisme seluler. Salah satu cara untuk menghindari hal

tersebut adalah dengan menambahkan bahan aditif berupa zat antimikroba dalam

bentuk rempah-rempah. Zat antimikroba itu sendiri terdiri dari zat antimikroba

alami yang biasanya berupa rempah-rempah dan zat antimikroba buatan (sintetik).

Pada praktikum ini, rempah-rempah yang digunakan adalah daun salam,

sereh, sirih, dan lengkuas. Pengujian untuk desinfektan tersebut menggunakan

metode gores, metode cakram kertas saring ( filter paper disc method) dan metode

difusi sumur (well difussion method). Kedua metode uji ini digunakan untuk

menguji kekuatan rempah-rempah dalam menghambat pertumbuhan mikroba.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari sifat dan

efektivitas beberapa jenis bumbu atau rempah serta mempelajari penerapan

metode gores, difusi sumur dan cakram kertas saring untuk mengevaluasi aktivitas

dan efektivitas beberapa jenis bumbu atau rempah.

Page 3: Uji Mikrobiologi Rempah

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Antimikroba Rempah dengan Metode Gores

KETERANGAN

+++ :banyak koloni yang tumbuh

++ :agak banyak koloni yang tumbuh

+ :sedikit koloni yang tumbuh

  Metode gores  

kelompok

Jumlah biakan Kanan Kiri

10.1 ml + + + + + +

1 ml + + + + + +

20.1 ml +++ +++

1 ml +++ +++

30,1 ml  +++ ++ +

1 ml ++  ++

40,1 ml +++ +++

1 ml +++ +++

50,1 ml ++ ++

1 ml ++ +++

60,1 ml ++ ++

1ml +++ +++

70,1 ml ++ ++

1 ml +++ +++

Page 4: Uji Mikrobiologi Rempah

Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Antimikroba Rempah dengan Metode Difusi

Sumur

kelompok Metode Difusi sumur

1

Lubang Ulangan diameterDiameter (Cm)

Luas (Cm2)

rata" luas

(Cm2)Lubang 1 - - - - - -

-Lubang 2 - - - - - -Lubang 3 - - - - - -Lubang 4 - - - - - -kontrol - - - - - -

2

Lubang Ulangan diameterDiameter (Cm)

Luas (Cm2)

rata" luas

(Cm2)Lubang 1 - - - - - -

-Lubang 2 - - - - - -Lubang 3 - - - - - -Lubang 4            kontrol - - - - - -

3

Lubang Ulangan diameterDiameter (Cm)

Luas (Cm2)

rata" luas

(Cm2)

Lubang 1 0,1 0,2  0,1  0,2  0,250  0,049 

 0,072Lubang 2

 0,1 0,1  0,1  0,1  0,10  0,007 

Lubang 3 0,1 0,1  0,2  0,1  0,125  0,123 

Lubang 4 0,3  0,5 0,4  0,3  0,375   0,110

kontrol  -  -  -  - -   

4

Lubang Ulangan diameterDiameter (Cm)

Luas (Cm2)

rata" luas

(Cm2)Lubang 1 - - - - - -

-Lubang 2 - - - - - -Lubang 3 - - - - - -Lubang 4 - - - - - -kontrol - - - - - -

5 Lubang Ulangan diameterDiameter (Cm)

Luas (Cm2)

rata" luas

(Cm2)Lubang 1 0,1 0,2 0,1 0,1 0.1250 0.0123

0.0141 Lubang 2 0,2 0,1 0,1 0,1 0.1250 0.0123

Page 5: Uji Mikrobiologi Rempah

Lubang 3 0,1 0,2 0,1 0,2 0.1500 0.0177Lubang 4 - - - - - -kontrol - - - - - -

6

Lubang Ulangan diameterDiameter (Cm)

Luas (Cm2)

rata" luas

(Cm2)Lubang 1 - - - - - -

-Lubang 2 - - - - - -Lubang 3 - - - - - -Lubang 4 - - - - - -kontrol - - - - - -

7

Lubang Ulangan diameterDiameter (Cm)

Luas (Cm2)

rata" luas

(Cm2)Lubang 1 - - - - - -

-Lubang 2 - - - - - -Lubang 3 - - - - - -Lubang 4 - - - - - -kontarol - - - - - -

Keterangan : (-) : tidak ada zona bening

Tabel 3.Hasil Pengamatan Uji Antimikroba Rempah dengan Metode

Cakram Kertas Saring

kelompok

Metode cakram kertas saring

1

Lubang Ulangan diameterDiameter

(Cm)Luas

(Cm2)Rata" luas

(Cm2)Lubang 1 0.4 0.4 0.2 0.3 0.325 0.083

0.034

Lubang 2 0.1 0.3 0.2 0.1 0.175 0.024Lubang 3 0.1 0.2 0.2 0.1 0.15 0.018Lubang 4 0.2 0.1 0.1 0.1 0.125 0.012Control - - - - - -

2

Lubang Ulangan diameterDiameter

(Cm)Luas

(Cm2)Rata" luas

(Cm2)Lubang 1 - - - - - -

-Lubang 2 - - - - - -Lubang - - - - - -

Page 6: Uji Mikrobiologi Rempah

3Lubang 4 - - - - - -Control - - - - - -

3

Lubang Ulangan diameterDiameter

(Cm)Luas

(Cm2)Rata" luas

(Cm2)Lubang 1  -  -  -  -  -  -

 -

Lubang 2  -  -  -  -  -  -Lubang 3  -  -  -  -  -  -Lubang 4  -  -  -  -  -  -Control -  -  -  -  -  - 

4

Lubang Ulangan diameterDiameter

(Cm)Luas

(Cm2)Rata" luas

(Cm2)Lubang 1 - - - - - -

-

Lubang 2 - - - - - -Lubang 3 - - - - - -Lubang 4 - - - - - -

Control - - - - - -

5

Lubang Ulangan diameterDiameter

(Cm)Luas

(Cm2)Rata" luas

(Cm2)Lubang 1 0,6 0,3 0,3 0,2 0.3500 0.0962

0.075

Lubang 2 0,5 0,4 0,2 0,3 0.3500 0.0962Lubang 3 0,3 0,2 0,1 0,4 0.2500 0.0491Lubang 4 0,2 0,3 0,4 0,2 0.2750 0.0594Control - - - - - -

6Lubang Ulangan diameter

Diameter (Cm)

Luas (Cm2)

Rata" luas (Cm2)

Lubang 1 - - - - - -

-

Lubang 2 - - - - - -Lubang 3 - - - - - -Lubang - - - - - -

Page 7: Uji Mikrobiologi Rempah

4Control - - - - - -

7

Lubang Ulangan diameterDiameter

(Cm)Luas

(Cm2)Rata" luas

(Cm2)Lubang 1 - - - - - -

-

Lubang 2 - - - - - -Lubang 3 - - - - - -Lubang 4 - - - - - -Control - - - - - -

Keterangan : (-): tidak ada zona bening

2.2 Pembahasan

Produk pangan harus tetap dijaga kualitasnya selama penyimpanan

dan distribusi, karena pada tahap ini produk pangan sangat rentan terhadap

terjadinya rekontaminasi, terutama dari mikroba patogen yang berbahaya bagi

tubuh dan mikroba perusak yang dapat menyebabkan kerusakan pada bahan

pangan. Pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan dengan menggunakan

bahan-bahan antimikroba.

Anti mikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh

mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

disebut bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau

dengan kata lain disebut juga antiboitika yaitu bahan-bahan yang bersumber

hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme

hidup (Gobel 2008).

Rempah (spices) adalah tanaman atau bagian tanaman yang bersifat

aromatik dan digunakan dalam makanan dengan fungsi utama sebagai pemberi

flavor dan bukan sebagai pemberi komponen gizi. Fungsi utama dari bumbu dan

rempah adalah untuk menambahkan flavor ke dalam makanan dan menstimulasi

selera konsumen. Selain sebagai penyumbang flavor dan aspek sensorik lainnya,

banyak komponen aktif di dalam rempah-rempah juga bersifat sebagai

antimikroba, antioksidan dan atau bermanfaat terhadap kesehatan. Sifat

antimikroba yang dimiliki rempah dapat memberi perlindungan tambahan pada

Page 8: Uji Mikrobiologi Rempah

makanan dari aktivitas mikroba, sementara konsumsi makanan kaya bumbu atau

rempah sekaligus dapat memberi efek positif terhadap kesehatan terkait dengan

keberadaan antioksidan dan komponen aktif lainnya.

Rempah-rempah yang digunakan dalam kegiatan pengolahan makanan

sehari-hari dengan konsentrasi biasa tidak dapat mengawetkan makanan tetapi

pada konsentrasi tersebut rempah-rempah dapat membantu bahan-bahan lain yang

dapat mencegah pertumbuhan mikroba pada makanan. Efek penghambatan

pertumbuhan mikroba oleh suatu jenis rempah-rempah bersifat khas. Setiap jenis

senyawa antimikroba mempunyai kemampuan penghambatan yang khas untuk

satu jenis mikroba tertentu.

 Pada praktikum ini, dilakukan pengujian antimikroba komponen bioaktif

pada bumbu dan rempah dengan menggunakan bakteri E. colii dan Bacillus.

Bakteri E. colii termasuk bakteri gram negatif yang berukuran panjang 2.0 - 6.0

mikron dan lebar 1.1 – 1.5 mikron. Bakteri ini ditemukan dalam bentuk tunggal

atau berpasangan, bersifat motil atau non motil (Fardiaz 1993). Bakteri E.colii

merupakan bakteri gram negatif yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae.

E. colii bersifat aerobik dan fakultatif anaerobik. Bakteri ini dapat tumbuh

optimum pada suhu 35-400 C. Sedangkan Bacillus adalah kelompok atau

jenis bakteri yang memiliki bentuk batang atau silinder. Bakteri ini merupakan

bakteri gram positif, bersifat aerobik, dan mampu membentuk spora.

Rempah-rempah yang digunakan dalam pengujian kali ini adalah daun

sirih, daun salam, daun sereh, dan lengkuas. Media yang digunakan dalam proses

pengujian yaitu NA (Nutrient Agar). NA merupakan suatu medium yang

mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup, tetapi tidak mengandung

sumber karbohidrat, sehingga baik untuk pertumbuhan bakteri (Fardiaz 1993).

Sebelum dilakukan perlakuan, dilakukan terlebih dahulu pembuatan estrak

pada rempah-rempah dengan cara membersihkan bagian luar bumbu atau rempah

kemudian ditimbang sebanyak 1-10 gram. Setelah itu dididihkan dengan 100 ml

air dan dimasukkan bumbu atau rempah yang telah ditimbang. Hal ini bertujuan

agar komponen antimikroba pada rempah tersebut dapat keluar. Kemudian

dibiarkan selama 5 atau 10 menit dan didinginkan ekstrak bumbu atau rempah

sampai mencapai suhu kamar. Setelah itu rempah pun siap diuji dengan tiga

Page 9: Uji Mikrobiologi Rempah

metode. Metode yang digunakan pada pengujian kali ini adalah metode gores,

cakram kertas saring dan metode difusi sumur.

a. Metode Gores

Prinsip dari metode gores yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar

terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini

dilakukan dengan membagi 2 cawan petri. Ose steril yang telah disiapkan

diletakkan pada ekstrak rempah. Kemudian diambil 0,1 ml dan 1 ml ekstrak

rempah ke dalam 2 cawan petri berbeda, lalu dituang media NA. Setelah

membeku, bakteri digoreskan pada cawam petri media NA. Setelah selesai

digores, diinkubasi selama 48 jam dan dilakukan pengamatan secara kualitatif.

Terhambatnya pertumbuhan bakteri pada cawan menunjukkan adanya aktivitas

antimikroba dari bumbu atau rempah.

b. Metode Cakram Kertas Saring

Metode difusi agar (Metode Kirby-Bauer) banyak digunakan untuk

menentukan kepekaan suatu bahan atau obat antimikroba yang diisolasi dari

proses infeksi. Metode ini merupakan metode cepat untuk menentukan obat

yang tepat (manjur) dengan mengukur diameter zona hambat sekitar cakram

kertas yang merupakan hasil difusi obat atau bahan antimikroba ke dalam

medium.

Pada resistensi tes, kultur E.colii dan Bacillus dimasukkan kedalam

cawan petri steril sebanyak 0,1 ml dan dituang media NA (Nutrient Agar). Setelah

itu cawan petri yang berisi media dan kultur tersebut digoyang-goyangkan. Hal ini

bertujuan agar kultur menyebar sehingga pertumbuhannya pun akan tersebar pada

seluruh media. Kemudian media tersebut dibiarkan sampai beku. Setelah media

tersebut beku kemudian pada media NA tersebut diletakkan 5 kertas saring. 4

diantaranya telah dicelupkan kedalam ekstrak rempah dan 1 kertas saring

dicelupkan kedalam air steril (sebagai kontrol). Setelah itu agar tersebut

diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 hari.

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan terhadap adanya zona

penghambatan (daerah jernih) di sekeliling cakram kertas. Hal ini

menunjukkan organisme itu dihambat pertumbuhannya (sensitif) oleh rempah-

rempah yang merembes dari cakram kertas ke dalam agar. Apabila tidak

Page 10: Uji Mikrobiologi Rempah

terdapat zona penghambatan artinya bakteri tersebut resisten terhadap komponen

antimikroba pada rempah tersebut.

Selama inkubasi bahan uji berdifusi dari kertas saring ke dalam media

agar, dan sebuah diameter zona inhibisi akan terbentuk. Diameter zona sebanding

dengan jumlah bahan uji yang ditambahkan ke dalam kertas saring. Metode ini

secara rutin digunakan untuk menguji sensiivitas antibiotik untuk bakteri patogen

(Madigan 2003).

Gambar 1. Cara pengujian metode cakram kertas saring

Mengenai metode yang digunakan, disebutkan bahwa metode cakram

kertas memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah mudah dilakukan,

tidak memerlukan peralatan khusus dan relatif murah. Sedangkan kelemahannya

adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi,

inokulum, predifusi dan preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila keempat

faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram kertas relatif sulit

untuk. Selain itu, metode cakram kertas ini tidak dapat diaplikasikan pada

mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang bersifat

anaerob obligat (Jawetz et al., 2005).

c. Metode Difusi Sumur

Metode difusi agar (Metode Kirby-Bauer) banyak digunakan untuk

menentukan kepekaan suatu bahan atau obat antimikroba yang diisolasi dari

proses infeksi.

Page 11: Uji Mikrobiologi Rempah

Selain metode cakram kertas saring, uji aktivitas antimikroba dilakukan

juga melalui uji difusi sumur. Kultur E.colii dan Bacillus dimasukkan kedalam

cawan petri steril sebanyak 0,1 ml setelah itu dituang media NA (Nutrient Agar).

Setelah itu cawan petri yang berisi media dan kultur tersebut digoyang–

goyangkan. Hal ini bertujuan agar kultur menyebar sehingga pertumbuhannya

akan tersebar pada seluruh media. Kemudian media tersebut dibiarkan sampai

beku. Pada pengujian ini setiap cawan dibuat 4 lubang atau sumur dan diisi

dengan sampel ekstrak rempah, 1 lubang yang tersisa digunakan sebagai kontrol

dan diisi dengan air steril.

Cawan uji difusi sumur kemudian disimpan dan diinkubasi pada suhu

37°C selama 48 jam. Setelah waktu inkubasi selesai, diamati zona atau diameter

penghambatan berupa areal bening disekitar sumur. Diameter penghambatan

adalah selisih antara lebar areal bening dengan diameter sumur. Areal bening

disekitar koloni bakteri menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri

uji, semakin luas areal bening menunjukkan semakin tinggi aktivitas antimikroba

dari sampel tersebut.

2.2.1 Uji Antimikroba Daun Salam

Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan daun yang bentuknya

lonjong sampai elips, atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal

runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm. Pertulangan menyirip,

pemukaan atas licin dan berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya lebih

muda.

Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada

perlakuan metode gores yang dilakukan kelompok 1 dan 2 dengan kultur Bacillus

dan E.colii adalah terdapatnya banyak koloni yang tumbuh pada cawan (+++).

E.colii dan Bacillus. Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 2 dapat dilihat

bahwa hasil pengamatan uji keefektifan daya hambat rempah dengan

menggunakan metode difusi sumur adalah tidak terdapat zona bening atau zona

penghambat pada cawan. Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 3 dapat

dilihat bahwa hasil pengamatan uji keefektifan daya hambat rempah dengan

menggunakan metode cakram kertas saring yang menggunakan kultur Bacillus

terdapat areal bening disekitar kertas saring dengan rata-rata luasnya sebesar

Page 12: Uji Mikrobiologi Rempah

0,034 cm2. Sedangkan untuk kertas saring yang dicelupkan kedalam air steril tidak

terdapat areal bening karena pada air steril tidak terdapat antimikroba yang dapat

menghambat pertumbuhan dari bakteri. Namun pada cawan petri dengan kultur

E.colli baik pada kertas saring yang dicelupkan kedalam ekstrak daun salam

maupun kertas saring yang dicelupkan kedalam air steril tidak terdapat areal

bening atau zona penghambat disekitar kertas saring.

Dari penjabaran diatas terlihat bahwa baik pada uji dengan metode gores

maupun dengan metode sumur menunjukan hasil yang sama yaitu bakteri Bacillus

dan E.colii masih tumbuh pada media atau dapat dikatakan bahwa ekstrak daun

salam ini tidak mampu menghambat Bacillus dan E.colli. Padahal seharusnya

ekstrak dari daun salam ini mampu menghambat pertumbuhan dari kedua bakteri

tersebut karena didalam minyak atsiri dari daun salam ini mengandung bahan

yang mempunyai aktivitas antimikroba seperti sitral, eugenol, tanin dan flavonoid,

alkoloid dan minyak atsiri.

Sitral merupakan senyawa antimikroba dapat menyerang membran

sitoplasma dan mempengaruhi integritasnya. Membran sitoplasma berperan pada

keutuhan sel dimana mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta

mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan pada membran ini

mengakibatkan peningkatan permeabilitas dan terjadi kebocoran sel yang diikuti

dengan keluarnya materi intraseluler seperti senyawa phenol. Adanya kebocoran

ini mengakibatkan sel dari bakteri menjadi lisis dan proteinpun terdenaturasi. Hal

ini dapat menyebabkan penghambatan pada proses pembentukan protein

sitoplasma dan asam nukleat dan menghambat pembentukan ikatan ATP-ase

(enzim yang membatu produksi enzim pada sel) pada membran sel.

Jika enzim ATP-ase ini terhambat maka pembentukan dari enzimpun akan

terhambat dan kerja dari enzimpun akan ikut terganggu.untuk mempertahankan

kelangsungan aktivitasnya maka mikroba akan membutuhkan energi yang besar

dan energi tersebut diperoleh dari energi untuk pertumbuhannya. Dan hal tersebut

menyebabkan energi yang biasanya digunakan untuk pertumbuhan berkurang dan

jika kondisi tersebut terus berlangsung maka energi untuk pertumbuhanpun akan

habis dan hal tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan dari bakteri tersebut

terhenti atau inaktivasi.

Page 13: Uji Mikrobiologi Rempah

Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanisme yang

diperkirakan adalah sebagai berikut : toksisitas tanin dapat merusak membran sel

bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks

senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat mikroba dan pembentukan suatu

kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas

tanin itu sendiri.Tanin diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel

sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya

permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga

pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Tanin juga mempunyai daya

antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena diduga tanin mempunyai

efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tanin antara lain

melalui: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau

inaktivasi fungsi materi genetik.

Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa

kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membran sel

bakteri. flavonoid merupakan senyawa fenol sementara senyawa fenol sendiri

dapat bersifat koagulator protein.

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang

terjadi adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada

sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut.

Minyak atsiri pada daun salam secara kimiawi tersusun dari campuran dari

senyawa steroid dan senyawa lainya yang berperan sebagai antibakteri dengan

cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak

terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai

antibakteri dan mengandung proxeronin pada umumnya mengandung gugus

fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri

melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah

terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera

mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan

presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan

koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis.

Page 14: Uji Mikrobiologi Rempah

Namun pada praktikum koloni dari bakteri Bacillus dan E.coll masih

dapat hidup atau tumbuh. Hal ini dapat disebabkan oleh konsentrasi dari ekstrak

daun salam terlalu rendah atau terdapat kontaminasi bakteri lain. Hal ini dapat

terlihat pada kontrol NA untuk metode gores. Seharusnya pada kontrol ini tidak

terdapat pertumbuhan dari bakteri namun setelah diinkubasi pada kontrol tumbuh

koloni. Hal ini menunjukan bahwa terdapat kontaminasi yang dapat berasal dari

media dan peralatan yang digunakan tidak steril. Selain itu dapat juga disebabkan

oleh kerja dari praktikan yang tidak aseptis.

Namun jika dibandingkan ketahanan bakteri Bacillus dan E.colli terhadap

bahan antimikroba dan bahan antibakteri yang terdapat pada ekstrak daun salam,

dapat dibandingkan pada metode uji kertas cakram karena pada metode ini cawan

yang menggunakan kultur Bacillus terdapat zona penghambat seluas 0,034 cm2.

Sedangkan pada cawan yang menggunkan kultur E.colli tidak terdapat zona

penghambat. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak daun salam ini mampu

menghambat bakteri gram positif dibandingkan bakteri gram negatif. Efek

penghambatan senyawa anti mikroba lebih efektif terhadap bakteri gram positif

dibandingkan dengan bakteri gram negatif hal ini disebabkan karena perbedaan

komponen penusun dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut. Pada bakteri

gram positif 90% dinding selnya terdiri dari lapisan peptidoglikan selebihnya

adalah asam teiktoat, sedangkan gram negatif dinding selnya mengandung 5–20%

peptidoglikan selebihnya lippopolisakarida dan lipoprotein (Haris 2011).

Namun jika dibandingkan pembentukan zona penghambat pada metode

sumur dengan metode kertas cakram terlihat bahwa pengujian lebih efektif

menggunakan metode kertas cakram. Padahal prinsip dari kedua metode ini sama

yaitu mengukur zona penghambat dari aktivitas mikroba. Seharusnya pada kedua

metode uji ini menunjukan hasil yang sama atau setidaknya menunjukan hasil

yang mirip. Hal ini dapat disebabkan karena konsentrasi dari ekstrak terlalu

rendah, ketebalan dari media berbeda. Selain itu jumlah kultur yang digunakan

berbeda karena jika kultur yang digunakan banyak, medianya tebal dan

konsentrasi ekstrak yang digunakannya rendah maka antimikroba tidak mampu

menghambat mikroba yang tumbuh.

Page 15: Uji Mikrobiologi Rempah

Senyawa antimikroba yang terkandung pada daun salam adalah saponin

dan flavonoida. Daunnya mengandung alkaloida dan polifenol, sedangkan kulit

batangnya mengandung tanin (Anita 2011). Komponen bioaktif yang terdapat

pada daun salam dapat menghambat pertumbuhan V. cholera dengan konsentrasi

ekstrak minyak daun salam 3,12 %, E. coli enteropatogen dengan konsentrasi

ekstrak minyak daun salam 12,5 %.

2.2.2. Uji Daya Antimikroba Sereh

Sereh (Cymbopogon nardus), dapat disebut juga lemon grass, citronella

grass atau fever grass. Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota suku rumput-

rumputan yang biasa dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan

makanan. Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada

perlakuan metode gores yang dilakukan kelompok 3 dan 4 dengan kultur Bacillus

dan E.colii adalah terdapatnya banyak koloni yang tumbuh pada cawan (+++).

E.colii dan Bacillus. Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 2 dapat dilihat

bahwa hasil pengamatan uji keefektifan daya hambat rempah dengan

menggunakan metode difusi sumur adalah tidak terbentuknya zona bening pada

cawan yang dilakukan kelompok 4 dengan kultur E.colii. Sedangkan pada

kelompok 3 yang menggunakan biakan Bacillus ditemukan zona bening dengan

rataan luas sebesar 0.074 cm. Sedangkan berdasarkan hasil metode cakram kertas

saring pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa tidak terbentuknya zona bening pada

cawan yang dilakukan oleh keloompok tiga dan empat. Hal ini menandakan

bahwa daun sereh tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Padahal daun

sereh mengandung komponen bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan

mikroba.

Menurut Sardi (1985), daun sereh mengandung minyak atsiri yang terdiri

dari sitrat, sitronelol, a-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, felandren beta, p-simen,

limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen -4-ol, a-terpineol,

geraniol, farnesol, metilheptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptanenon,

bornilasetat, geranilformat, terpinil astet, sitronil asetat, geranil asetat, beta-

elemen, beta-kariofilen, beta-bergamoten, trans-metilsoeugenol, beta-kadinen,

Page 16: Uji Mikrobiologi Rempah

elemol, dan kariofilen oksida.  Senyawa lain yang terdapat pada daun sereh adalah

geranial, geranil butirat, lomonen, eugenol dan metileugenol.

Menurut Anita (2011), selain menghambat pertumbuhan jamur patogen

tanaman, sereh juga mampu menghambat pertumbuhan jamur kontaminan pada

produk pasca panen, diantaranya Aspergillus falvus, A. niger, A. cadidus, A.

versicolor, dan beberapa spesies Penicillium. Sereh mampu menghambat produksi

aflatoksin pada A. flavus. Aflatoxin merupakan mikotoksin yang berbahaya bagi

kesehatan manusia karena bersifat karsinogenik, mutagenik, dan dapat

menurunkan kekebalan tubuh. Sereh juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri

gram negatif, Pseudomonas aeruginosa dan Proteus vulgaris serta bakteri gram

positif Bacillus subtilis dan Staphylococcus aereus.

Tidak adanya penghambatan yang dilakukan daun sereh terhadap aktivitas

bakteri dapat disebabkan konsentrasi antimikroba yang dipakai terlalu kecil

sehingga baik bakteri Escherichia colii maupun Bacillus masih mampu menahan

atau menghambat senyawa antimikroba dalam daun sereh. Mikroorganisme

seperti Escherichia colii sendiri merupakan mikroorganisme yang resisten

terhadap berbagai zat-zat antimikroba atau antibiotik, sehingga antibiotik

yang digunakan harus memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi (Haris

2012). Hasil yang diperoleh juga dapat disebabkan oleh kesalahan seperti

pencelupan kertas saring kedalam ekstrak rempah yang terlalu sebentar sehingga

menyebabkan aktivitas dari ekstrak daun sereh kurang maksimal dan daya hambat

dari sereh tidak mampu menghambat mikroba. Selain itu kesalahan juga dapat

terjadi saat proses penuangan suspensi dan media. Media yang dituang dalam

kondisi suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan kultur mati sehingga

keefektifan daun sereh tidak dapat terlihat. Konsentrasi sereh memiliki daya

antibakteri yang baik pada konsentrasi minimal 20%. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Pelczar (2005), yaitu semakin tinggi konsentrasi suatu

bahan antibakteri maka daya antibakteri semakin kuat sehingga bakteri yang mati

semakin banyak.

Jika dibandingkan resistensi antara Bacillus dan E.colli maka terlihat

bahwa daun sereh ini efektif menghambat E.colli dibandingkan dengan Bacillus.

Hal ini disebabkan bakteri S.aureuss ini merupakan gram positif yaitu bakteri

Page 17: Uji Mikrobiologi Rempah

yang mempunyai struktur dinding sel yang relatif sederhana dan mempunyai

peptidoglikan yang relatif tebal, dikelilingi lapisan teichoic acid. Sedangkan pada

bakteri gram negatif mempunyai peptidoglikan yang tipis dan dikelilingi oleh

lapisan lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipida dan beberapa protein. Karena

peptidoglikan negatif mempunyai peptidoglikan yang relatif tipis sehingga ketika

formaldehid mensintesia protein yang ada dipeptidoglikan maka pada bakteri

gram negatif yaitu E.colli protein yang ada pada peptidoglikan akan terdenaturasi

dan menyebabkan sel dari bakteri E.colli tersebut lisis atau hancur.

2.2.3. Uji Daya Antimikroba Sirih

Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil

pengamatan uji keefektifan daya hambat rempah dengan menggunakan metode

gores pada kelompok 5 (kultur Bacillus) terdapat pertumbuhan sebanyak (++)

untuk 0,1 ml biakan dan (++) untuk 1 ml biakan. Sedangkan pada kelompok 6

yang menggunakan kultur E.coli terdapat pertumbuhan sebanyak (++) untuk 0,1

ml biakan dan (++) untuk 1ml biakan. Hal ini menunjukkan terdapatnya koloni

pada cawan dalam jumlah yang agak banyak.

Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil

pengamatan uji keefektifan daya hambat rempah dengan menggunakan metode

difusi sumur adalah tidak terbentuknya zona bening pada cawan yang dilakukan

kelompok 6 dengan kultur E.colii. Sedangkan pada kelompok 5 yang

menggunakan biakan Bacillus ditemukan zona bening dengan rataan luas ada 4

lubang sebesar 0.0141 cm. Hasil metode cakram kertas saring yang terdapat pada

Tabel 3 menunjukkan tidak terbentuknya zona bening pada kelompok 6 yang

menggunakan biakan E.coli. Sedangkan pada kelompok 5 yang menggunakan

biakan Bacillus terdapat zona hambat dengan rata-rata luas sebesar 0.075 cm.

Jika dibandingkan resistensi antara Bacillus dan E.colli maka terlihat

bahwa daun sirih ini efektif menghambat E.colli dibandingkan dengan Bacillus.

Hal ini disebabkan Bacillus merupakan bakteri gram positif. Sedangkan E.colii

merupakan bakteri gram negatif. Efek penghambatan senyawa antimikroba lebih

efektif terhadap bakteri gram positif daripada dengan bakteri gram negatif.  Hal

ini disebabkan perbedaan komponen penyusun dinding sel kedua kelompok

Page 18: Uji Mikrobiologi Rempah

bakteri tersebut. Pada bakteri gram positif 90 persen dinding selnya terdiri atas

lapisan peptidoglikan, selebihnya adalah asam teikoat. Sedangkan bakteri gram

negatif komponen dinding selnya mengandung 5-20 persen peptidoglikan,

selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein.

Membran terluar bakteri gram negatif dapat menghalangi penembusan

senyawa antibakteri (Siswandono & Soekardjo 1995). Keadaan ini menyebabkan

sulitnya zat antibakteri masuk ke dalam sel dan menuju sasaran kerjanya.

Sedangkan bakteri gram positif struktur membrannya relatif sederhana sehingga

memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel dan menemukan

sasaran kerjanya.

Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol,

kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol, dan karvakrol.

Komponen aktif dari daun sirih terdapat dalam minyak atsiri tersebut. Selain itu,

sirih juga mengandung terpronena, fenil propana, tannin, diastase, gula dan pati.

Pemanfaatan daun sirih dalam pengobatan tradisional ini disebabkan adanya

sejumlah senyawa zat kimia atau bahan alami sehingga daun sirih juga

mempunyai kekuatan sebagai antioksidasi dan fungisida. Kandungan eugenol dan

hidroksikavikol dalam daun sirih memiliki aktivitas antimikroba, dan kandungan

lain seperti kavikol, kavibetol, tannin, karvakrol, kariofilen dan asam askorbat

juga mempunyai aktivitas antibakteri.

Minyak atsiri dari daun sirih mampu melawan beberapa bakteri gram

positf dan gram negatif. Adapun beberapa penelitian berhasil menguji

kemampuan aktivitas antibakteri terhadap enam jenis bakteri yang meliputi gram

positif dan gram negatif, seperti Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Listeria

monocytogenes, Escheria coli, Salmonela typhimuriumdan Pseudomonas

aeruginosa. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih maka aktivitas

penghambatannya semakin kuat. Ekstrak daun sirih efektif menghambat bakteri

gram positif dan gram negatif dengan diameter penghambatan bervariasi antara 7

mm sampai 24 mm (Sefran 2012).

Walaupun bakteri gram positif lebih tahan terhadap antimikroba, namun

seharusnya bakteri ini tetap dapat dihambat oleh daun sirih yang juga memiliki

sifat dalam menghambat bakteri gram positif. Kesalahan dimana tidak

Page 19: Uji Mikrobiologi Rempah

terhambatnya mikroba oleh daun sirih dapat disebabkan oleh kesalahan seperti

pencelupan kertas saring kedalam ekstrak rempah yang terlalu sebentar sehingga

menyebabkan aktivitas dari ekstrak daun sirih kurang maksimal dan daya hambat

dari sirih tidak mampu menghambat mikroba. Selain itu kesalahan juga dapat

terjadi saat proses penuangan suspensi dan media. Media yang dituang dalam

kondisi suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan kultur mati sehingga

keefektifan daun sirih tidak dapat terlihat. Perbedaan daya hambat berbagai jenis

rempah-rempah terhadap pertumbuhan mikroba ini tergantung pada komponen

bioaktif yang dikandung oleh masing-masing rempah itu sendiri.

2.2.4. Uji Daya Antimikroba Lengkuas

Lengkuas (Lenguas galanga atau Alpinia galanga) sering digunakan oleh

sebagai penyedap masakan. Selain itu lengkuas ternyata juga punya peran dalam

memperpanjang umur simpan atau mengawetkan makanan karena aktivitas

mikroba pembusuk. Pendeknya, lengkuas dapat berperan sebagai pengganti fungsi

seperti formalin.

Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada Tabel 1 dapat dilihat

bahwa pada uji keefektifan daya hambat rempah dengan menggunakan metode

gores pada kelompok 5 (kultur Bacillus) terdapat pertumbuhan sebanyak (++)

untuk 0,1 ml biakan dan (+++) untuk 1ml biakan. Sedangkan pada kelompok 6

yang menggunakan kultur E.coli terdapat pertumbuhan sebanyak (++) untuk 0,1

ml biakan dan (+++) untuk 1ml biakan. Hal ini menandakan semakin banyak

jumlah kultur maka semakin banyak koloni yang tumbuh pada cawan. Sedangkan

berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 2 dan Tabel 3, dapat dilihat bahwa

pada metode cakram kertas saring dan difusi sumur yang dilakukan kelompok 3

dan 4 juga menunjukkan tidak terdapatnya zona bening pada cawan. Ketiga

metode tersebut menandakan bahwa daun sirih tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri. Padahal lengkuas mengandung komponen bioaktif yang

dapat menghambat pertumbuhan mikroba.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar komponen di

dalam rempah-rempah bersifat sebagai antimikroba, sehingga dapat mengawetkan

makanan. Komponen rempah-rempah yang mempunyai aktivitas antimikroba

Page 20: Uji Mikrobiologi Rempah

terutama adalah bagian minyak atsiri. Senyawa kimia yang terdapat pada lengkuas

antara lain mengandung minyak atsiri, minyak terbang, eugenol, seskuiterpen,

pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol, dan kristal kuning. Minyak

atsiri yang dikandungnya antara lain galangol, galangin, alpinen, kamfer,

dan methyl-cinnamate.

Minyak atsiri memiliki aktivitas sebagai antijamur dan antibakteri (Elistina

2005). Minyak atsiri pada umumnya dibagi menjadi dua komponen yaitu

golongan hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi. Menurut Heyne (1987),

senyawa-senyawa turunan hidrokarbon teroksigenasi (fenol) memiliki daya anti

bakteri yang kuat. Mekanisme kerja antimikroba antara lain dengan jalan merusak

dinding sel, merusak membran sitoplasma, mendenaturasi protein sel dan

menghambat kerja enzim dalam sel. Kandungan tanin dan terpenoid dalam

rimpang lengkuas juga dapat menjaga kulitas serta menambah cita rasa gurih

bahan yang diawetkan.

Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran

akan mengalami lisis. Seperti senyawa antimikroba lainnya, mekanisme kerja

fenol adalah menghambat pertumbuhan dan metabolisme bakteri dengan cara

merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel. Sehingga senyawa

tersebut dapat bersifak bakterisidal atau bakteriostatis, bergantung dosis yang

digunakan (Parwata dan Feny 2008).

Pudjiarti (2000) menyatakan bahwa fenol merupakan suatu alkohol yang

bersifat asam lemah sehingga disebut juga asam karbolat. Sebagai asam lemah

senyawa-senyawa fenolik juga dapat terionisasi melepaskan ion Hˉ dan

meninggalkan gugus sisanya yang bermuatan negatif. Kondisi yang bermuatan

negatif ini akan ditolak oleh dinding sel bakteri garam positif yang secara alami

juga bermuatan negatif. Kondisi yang asam pada senyawa tersebut menyebabkan

fenol dapat bekerja menghambat pertumbuhan bakteri.

Lengkuas mengandung minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada

umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol

berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan

hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang

lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan

Page 21: Uji Mikrobiologi Rempah

menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol

menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis (Parwata 2008).

Tidak adanya aktivitas lengkuas dalam menghambat mikroba dapat

disebakan konsentrasi antimikroba yang dipakai terlalu kecil sehingga baik

bakteri Escherichia colii maupun Bacillus masih mampu menahan atau

menghambat senyawa antimikroba dalam daun sereh. Mikroorganisme seperti

Escherichia colii sendiri merupakan mikroorganisme yang resisten terhadap

berbagai zat-zat antimikroba atau antibiotik, sehingga antibiotik yang

digunakan harus memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi (Haris 2012).

Hasil yang diperoleh juga dapat disebabkan oleh kesalahan seperti pencelupan

kertas saring kedalam ekstrak rempah yang terlalu sebentar sehingga

menyebabkan aktivitas dari ekstrak daun sereh kurang maksimal dan daya hambat

dari sereh tidak mampu menghambat mikroba. Selain itu kesalahan juga dapat

terjadi saat proses penuangan suspensi dan media. Media yang dituang dalam

kondisi suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan kultur mati sehingga

keefektifan daun sereh tidak dapat terlihat.

Minyak atsiri pada lengkuas dengan konsentrasi 100 ppm belum dapat

menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, tapi mampu menghambat

pertumbuhan bakteri gram negatif dengan diameter daerah hambatan 7 mm.

Konsentrasi minyak atsiri pada 1000 ppm dapat menghambat pertumbuhan kedua

bakteri yang diuji yaitu bakteri gram negatif dan gram positif dengan diameter

daerah hambatan masing-masing 9 mm dan 7 mm (Parwata 2008).

Berdasarkan perlakuan semua kelompok apabila dibandingkan antara

perlakuan kontrol dengan yang menggunakan rempah-rempah, zona hambat

terkecil terdapat pada perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan pada perlakuan

kontrol, tidak digunakan rempah-rempah (anti mikroba) namun yang digunakan

adalah air steril, sehingga pertumbuhan bakteri e.colii dan bacillus tidak

terhambat.

Mikroorganisme yang dihambat mempunyai proses penghambatan yang

sama dan perbedaannya adalah sifat resisten yang berbeda-beda antara

mikroorganisme satu dengan yang lainnya. Sifat resisten ini dapat dipengaruhi

oleh kandungan lipid pada membran selnya. Mekanisme penghambatan

Page 22: Uji Mikrobiologi Rempah

mikroorganisme oleh senyawa antimikroba disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain:

1. Menganggu pembentukan dinding sel

Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat

yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan

komposisi penyusun dinding sel. 

2. Bereaksi dengan membran sel

Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas

membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler,

yang dapat mengakibatkan lisis sel dan meyebabkan denaturasi protein,

menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan menghambat

ikatan ATP-ase pada membran sel.

3. Menginaktivasi enzim

Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu

dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan

enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan

kelangsungan aktivitasnya. Akibatnya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika

kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti

(inaktif). Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim jika

mempunyai spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun struktur

enzim dengan komponen senyawa antimikroba. 

4. Menginaktivasi fungsi material genetik

Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA

dan DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang

selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga

terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas antibakteri

diantaranya dipengaruhi oleh faktor potensi dari antimikroba dan faktor yang

menyangkut sifat dan bakteri itu sendiri khususnya susunan kimia dinding sel

bakteri tersebut. Perbedaan jenis mikroorganisme serta kondisi lingkungan

Page 23: Uji Mikrobiologi Rempah

menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam sensitivitas atau resistensi dari

jenis mikroorganisme tertentu.

Dengan demikian bumbu-bumbu campuran rempah-rempah tersebut dapat

memberikan hambatan yang maksimum terhadap bakteri patogen dan perusak

makanan (Rahayu 2000). Kelemahan penggunaan rempah-rempah sebagai

antimikroba yakni mutunya sulit distandarisasi serta kontaminasi dan kerusakan

yang tinggi. Kesalahan pada percobaan juga bisa menjadi kemungkinan hasil yang

diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang ada. Hal yang harus diperhatikan

adalah jenis mikroba yang dihambat, waktu inkubasi, suhu inkubasi, konsentrasi

suspensi maupun ekstrak, dan perlakuan pada setiap tahapan yang dilalui.

Page 24: Uji Mikrobiologi Rempah

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada uji

antimikroba lengkuas tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.colii dan

bakteri Bacillus. Pada antimikroba yang terdapat pada daun sereh dapat

disimpulkan bahwa berdasarkan metode gores, dan cakram kertas saring daun

sereh tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Namun antimikroba pada

daun sereh mampu menghambat bakteri E.colii dan bakteri Bacillus pada

pengujian yang dilakukan kelompok 3 (metode difusi sumur) dengan

terbentuknya zona bening 0,074 cm.

Pada antimikroba yang terdapat pada daun salam dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan metode gores, dan difusi sumur daun salam tidak dapat

menghambat pertumbuhan bakteri. Namun antimikroba pada daun salam mampu

menghambat bakteri E.colii dan bakteri Bacillus pada pengujian yang dilakukan

kelompok 1 (metode cakram kertas saring) dengan terbentuknya zona bening

0,074 cm.

Pada antimikroba yang terdapat pada daun sirih tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri E.colii dan bakteri Bacillus pada metode gores, metode

difusi sumur dan cakram kertas saring yang dilakukan kelompok 5. Namun

antimikroba pada daun sirih mampu menghambat bakteri E.colii dan bakteri

Bacillus pada pengujian yang dilakukan kelompok 6 dengan metode difusi sumur

dan metode cakram kertas saring dengan terbentuknya zona bening 0,0141 cm dan

0,075cm.

3.2 Saran

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disarankan untuk

menggunakan rempah-rempah sebagai antimikroba dengan konsentrasi yang tepat

sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba.

Page 25: Uji Mikrobiologi Rempah

DAFTAR PUSTAKA

Anita. 2011. Antimikroba Rempah. http://anita-widynugroho.blogspot.com (11

November 2012)

Astawan, Made. 2010. Pengaruh Jenis Larutan Perendaman Serta Metode

Pengeringan terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Fungsional dari

Cucut. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol XIV No. 1.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar :

Universitas Hasanuddin.

Haris. 2012. Uji Antimikroba Rempah. harisdianto.files.wordpress.com (11

November 2012)

Harborne. 1996. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung :

Institut Teknologi Bandung

Sefran. 2012. Rempah-rempah sebagai Antimikroba. http://sefran-

serbaserbikuliah.blogspot.com (12 November 2012)

Page 26: Uji Mikrobiologi Rempah

LAMPIRAN

Gambar 1. Daun sereh metode gores (1ml) Gambar 2. Daun sereh metode gores (0,1 ml)

Gambar 3. Daun sereh metode sumur Gambar 4. Daun sereh metode kertas saring

Gambar 5. Na control

Page 27: Uji Mikrobiologi Rempah

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Metode Cakram Kertas Saring

Kelompok 1

Metode Cakram Kertas Saring Daun Salam (Bacillus)

Rataan jari-jari = 0,096875

Luas rataan = r2

= 3,14 x 0,0968752

= 0,034

Kelompok 5

Metode Cakram Kertas Saring Daun Sirih (Bacillus)

a. Rataan jari-jari = 0,153125

Luas rataan = r2

= 3,14 x 0,1531252

= 0,075

2. Metode Difusi Sumur

Kelompok 3

Metode Difusi Sumur Daun Sereh (Bacillus)

Rataan jari-jari = 0,106250

Luas rataan = r2

= 3,14 x 0,1062502

= 0,072

Kelompok 5

Metode Difusi Sumur Daun Sirih (Bacillus)

Rataan jari-jari = 0,066

Luas rataan = r2

= 3,14 x 0,0662 = 0,0141

Page 28: Uji Mikrobiologi Rempah