tulisan ini dilatarbelakangi konteks pembangunan sdm dalam menjalankan pendidikan sesuai era...
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Tulisan ini dilatarbelakangi konteks pembangunan SDM dalam menjalankan pendidikan sesuai era globalisasi.docx
1/4
Tulisan ini dilatarbelakangi konteks pembangunan SDM dalam menjalankan
pendidikan sesuai era globalisasi. Diyakini bahwa kualitas pendidikan yang rendah sebagai
efek dari kesalahan dalam penyelenggaran pendidikan. Hal ini dapat disebabkan Visi dan misi
yang tidak jelas untuk masa depan dan masih berkisar kuantitas tanpa kualitas. Ditambah lagi
anggapan bahwa profesi pendidik masih dianggap bukan profesi menjadikan perhatianterhadap pendidikan semakin berkurang. Untuk itu tidak dapat dibantah perlunya
profesionalisme pendidikan, khususnya pendidik yang profesional untuk perbaikan
pendidikan. Makalah ini difokuskan pada upaya perbaikan pendidikan lewat peningkatan
profesionaisme pendidikan, pentingnya profesionalisme pendidikan, realitas di lapangan serta
hambatan untuk menapainya.
Sesuai dengan permasalahan yang ingin dipeahkan, pembahasan makalah ini meliputi !
1. Pengertian Profesi, Kriteria dan Profesi Pendidik
"erdasarkan beberapa pendapat tentang profesi, dalam makalah ini disimpulkan bahwa !
Profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang diinginkan atau dicita-citakan secara
khusus, bertumpu pada landasan intelektual yang dalam mencapainya memerlukan
pendidikan dan latihan khusus, memerlukan tolak ukur, persyaratan khusus dan kode
etik oleh suatu badan serta dapat diterapkan pada masyarakat untuk memecahkan suatu
masalah.
Made #idarta $%&&' ! ()*+ memberikan tinjauan terhadap ( arti pendidik, yaituPendidik
dalam arti luasadalah semua orang yang berkewajiban membina anakanak danpendidik
dalam arti sempitadalah orangorang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru dan
dosen. -edua jenis ini dibedakan atas pendidikan dan waktu khusus untuk menapai predikatpendidik.
Made #idarta $%&&' ! ()+ menyatakan bahwa tidak diakuinya keprofesionalan para guru
dan dosen, didasarkan atas kenyataan yang dilihat masyarakat bahwa $%+ banyak sekali guru
maupun dosen yang tidak memberi keputusan kepada mereka, dan $(+ menurut pendapat
masyarakat, pekerjaan mendidik dapat dilakukan oleh siapa saja.
Syarat sebuah profesi diberikan oleh /01T $/ssoiation for 0duational 1ommuniation
and Tehnology+ dan dinyatakan -on2ensi 3asional #endidikan 4ndonesia 4 pada tahun %&55,
keduanya memberikan beberapa syarat dalam mendefinisikan suatu profesi, seara garis
besar harus ada ! 6atihan dan Sertifikasi, Standard dan 0tika, -epemimpinan, /sosiasi dan
-omunikasi, #engakuan Sebagai #rofesi, Tanggung 7awab #rofesi dan Hubungan dengan
#rofesi 6ainnya.
#roses mendidik tidak dapat diirikan hanya dengan adanya nasehat, dorongan berbuat
baik, larangan dan penilaian terhadap perilaku anak. Mendidik merupakan pembuatan
kesempatan dan situasi yang kondusif bagi perkembangan anak baik bakat, pribadi serta
potensipotensi lainnya. "erdasarkan pernyataan ini, mendidik haruslah dilakukan oleh
orangorang yang profesional.
Made #idarta $%&&' ! ()&('%+ menyatakan bahwa diperlukan halhal berikut untuk
memenuhi persyaratan profesi pendidik, yaitu !Pertama, perlunya diperkenalkan penjelasanpengertian pendidikan bagi alon pendidik memberikan kesempatan berpikir untuk
-
7/26/2019 Tulisan ini dilatarbelakangi konteks pembangunan SDM dalam menjalankan pendidikan sesuai era globalisasi.docx
2/4
memahami profesi mendidik tersebut.Kedua, perlu dikembangkan kepada alon pendidik
kriteria keberhasilan mendidik, keberhasilan ini bukan atas prestasi akademik pendidik
namun lebih dierminkan oleh keberhasilan mendidik dengan kriteriakriteria tertentu seperti
Memiliki sikap suka belajar, tahu tentang ara belajar dan lainnya.Ketiga, memperkenalkan
perilaku di lapangan yang dapat dipilih beberapa di antaranya yang sesuai dengan tujuan
pendidikan setiap kali tatap muka.
2. Profesionalisme Pendidikan dan Kode Etik Guru
#rofesionalisme munul atas dasar perkembangan masyarakat modern yang semakin
kompleks yang menyebabkan proses pengambilan keputusan bertambah sulit, memerlukan
informasi yang lengkap, didasari atas penguasaan terhadap pengetahuan serta
permasalahannya dan jaminan atas penyalahgunaan kekuasaan yang mungkin terjadi.
8ustiyah 3. -. $%&5& ! %'*+ menyatakan bahwa ada 9 alasan profesionalisme di bidang
pendidikan mendapat pengakuan, yaitu !
a+ 6apangan kerja keguruan dan kependidikan bukan merupakan suatu lapangan kerja rutin
yang dapat dilakukan karena pengulangan dan pembiasaan.
b+ 6apangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan memberi konsepsi
teoritis ilmu kependidikan dengan abangabangnya.
+ 6apangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan yang lama, berupa
pendidikan dasar untuk taraf sarjana ditambah dengan pendidikan profesional.
Selanjutnya 8ustiyah 3. -. $%&5& ! %'*+ menyatakan bahwa pendidik profesional adalah
seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional, yang mampu dan
setia mengembangkan profesinya, ikut serta dalam mengkomunikasikan usaha
pengembangan profesi dan bekerja sama dengan profesi yang lain.
Dalam makalah ini disinggung juga masalah kode etik yang menyangkut kepentingan
pendidikan, diantaranya mengaitkan hubungan ! $%+ guru dengan murid, $(+ guru dengan
pemerintah $9+ guru dengan orang tua murid $*+ guru dengan teman sejawat, $+ guru dengan
diri sendiri dan $)+ dengan lingkungannya serta $'+ guru dengan profesinya.
4. Realita Profesionalisme Pendidikan di Indonesia
Dalam makalah ini disinggung kenyataan di lapangan tentang profesionalisme
pendidikan di 4ndonesia yang belum terapai sebagaimana diinginkan, misalnya parapendidik sendiri, birokrasi yang sulit, anggaran pendidikan dan gaji guru yang minim dan
lainnya. Selain itu ketentuan hukum untuk masalah pendidikan juga masih dinilai belum
jelas.
Sebagian besar kebijaksanaan pendidikan di 4ndonesia masih berupa penerapan
pendekatan soial demand $permintaan masyarakat+ yang pada orde baru dapat dilihat dengan
terpenuhinya kebutuhan jumlah SD di 4ndonesia dan program :ajar ) tahun. Dalam
rekrutmen tenaga pendidik juga masih terlihat belum optimalnya, misalnya persyaratan dan
ujian yang diberikan. Selain itu latar belakang pendidikan para guru tidak semuanya
memenuhi kriteria tenaga pendidik, misalnya memiliki /kta 4V.
5. Hambatan Dalam e!u"udkan Profesionalisme Pendidikan
-
7/26/2019 Tulisan ini dilatarbelakangi konteks pembangunan SDM dalam menjalankan pendidikan sesuai era globalisasi.docx
3/4
Dengan diberikannya otonomi dalam peningkatan mutu pendidikan, ada beberapa
masalah yang dihadapi, misalnya ! kesan --3 semakin jelas dan transparan. #elatihan dan
loka karya sering disalahartikan dan disalahgunakan sebagai ajang rekreasi dan menambah
penghasilan bagi utusan. ;enomena ini merupakan hal yang lumrah di masa orde baru dan
sampai sekarang masih sulit ditinggalkan. "elum lagi dana untuk anggaran pendidikan
berupa peralatan laboratorium, perlengkapan sekolah, serta kesejahteraan guru yang tetapmengalami kebooran di dalam perjalanannya. Dilihat dari indi2idu pendidik, kemampuan
sebagai pengembang instruksional sampai pada tahap e2aluasi masih dapat dikatakan rendah.
-
7/26/2019 Tulisan ini dilatarbelakangi konteks pembangunan SDM dalam menjalankan pendidikan sesuai era globalisasi.docx
4/4
berjalannya sistem orde baru yang tidak kondusif, penuh --3 dan moral yang rendah dari sebagian
tenaga pendidik. #enapaian profesionalisme pendidikan memerlukan tahapantahapan, perlu aplikasi
bidang lain yang bersesuaian untuk kemajuan pendidikan dan pembinaan moral yang melibatkan
pendidikan agama.
D4arsipkan di bawah! #endidikan= Ditandai! dosen,kependidikan, kriteria,pebingkatan mutu,
pendidik, #endidikan,profesi,profesionalisme, tenaga kependidikan
> #0M/3;//T/3 T0-3?6?@4 D/6/M #03D4D4-/36ulusan #endidikan 4ndonesia
Tertinggal 7auhA
http://id.wordpress.com/tag/pendidikan/http://id.wordpress.com/tag/pendidikan/http://id.wordpress.com/tag/dosen/http://id.wordpress.com/tag/kependidikan/http://id.wordpress.com/tag/kependidikan/http://id.wordpress.com/tag/kriteria/http://id.wordpress.com/tag/pebingkatan-mutu/http://id.wordpress.com/tag/pendidik/http://id.wordpress.com/tag/pendidikan/http://id.wordpress.com/tag/profesi/http://id.wordpress.com/tag/profesionalisme/http://id.wordpress.com/tag/profesionalisme/http://id.wordpress.com/tag/tenaga-kependidikan/http://vandha.wordpress.com/2008/06/22/pemanfaatan-teknologi-dalam-pendidikan/http://vandha.wordpress.com/2008/06/26/lulusan-pendidikan-indonesia-tertinggal-jauh/http://vandha.wordpress.com/2008/06/26/lulusan-pendidikan-indonesia-tertinggal-jauh/http://vandha.wordpress.com/2008/06/26/lulusan-pendidikan-indonesia-tertinggal-jauh/http://id.wordpress.com/tag/dosen/http://id.wordpress.com/tag/kependidikan/http://id.wordpress.com/tag/kriteria/http://id.wordpress.com/tag/pebingkatan-mutu/http://id.wordpress.com/tag/pendidik/http://id.wordpress.com/tag/pendidikan/http://id.wordpress.com/tag/profesi/http://id.wordpress.com/tag/profesionalisme/http://id.wordpress.com/tag/tenaga-kependidikan/http://vandha.wordpress.com/2008/06/22/pemanfaatan-teknologi-dalam-pendidikan/http://vandha.wordpress.com/2008/06/26/lulusan-pendidikan-indonesia-tertinggal-jauh/http://vandha.wordpress.com/2008/06/26/lulusan-pendidikan-indonesia-tertinggal-jauh/http://id.wordpress.com/tag/pendidikan/