tugas ptphp (karakteristik telur & susu)
DESCRIPTION
Karakteristik Telur & SusuTRANSCRIPT
-
MAKALAH
KARAKTERISTIK TELUR & SUSU
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN & HASIL PERTANIAN
Oleh:
Nama : Syayyidah Faizatul Isnaini
NIM : 141710101069
Kelas : THP-C
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
-
A. PENGERTIAN
a) Telur
Menurut Sudaryani (2003), telur merupakan produk peternakan
yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan
gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup
sempurna karena mengandung zat zat gizi yang sangat baik &
mudah dicerna.
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk
unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam
suatu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah
menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: yaitu kulit telur,
bagian cairan bening, & bagian cairan yang bewarna kuning (Rasyaf,
1990).
b) Susu
Menurut Winarno (1993), susu adalah cairan berwarna putih
yang disekresikan oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang
mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya.
Sebagian besar susu dikonsumsi manusia berasal dari sapi. Susu
merupakan makanan alami yang hamper sempurna. Sebagian besar
zat gizi esensial ada dalam susu, diantaranya yaitu protein, kalsium,
fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B1) (Almatsier, 2002).
B. KUALITAS FISIK DAN KIMIA
Pada dasarnya pangan yang dikonsumsi oleh manusia berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Termasuk
di dalamnya terdapat bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan
bahan lain yang digunakan dalam pengolahan atau pembuatan makanan
atau minuman. Menurut Hardiansyah dan Sumali (2001), kualitas pangan
dapat ditinjau dari aspek mikrobiologis, fisik (warna, bau, rasa, dan tekstur)
dan kandungan gizinya.
a) Telur
-
Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa
standar yang menentukan baik kualitas internal dan eksternal. (North
dan Bell, 1990).
Kualitas telur dibedakan berdasarkan fisik dan kimia yang
terkandung dalam telur.
Kualitas Fisik
a. Kulit (Cangkang/ Kerabang)
Fungsi dari kerabang telur yaitu mengurangi kerusakan fisik dan
biologis telur (Kurtini dkk., 2011). Semakin tua umur ayam maka
semakin tipis kerabang telurnya, hal ini terjadi karena ayam tidak
mampu untuk memproduksi kalsium yang cukup guna memenuhi
kebutuhan kalsium dalam pembentukan kerabang telur (Yuwanta,
2010; Hargitai dkk., 2011). Kerabang telur yang tipis relatif berpori
lebih banyak dan besar, sehingga mempercepat turunnya kualitas
telur yang terjadi akibat penguapan (Haryono, 2000). Tebal
tipisnya kerabang telur dipengaruhi oleh strain ayam, umur induk,
pakan, stres dan penyakit pada induk (Kurtini dkk., 2011).
Warna kerabang telur ayam ras dibedakan menjadi dua warna
utama yaitu putih dan cokelat. Perbedaan warna ini dipengaruhi
oleh genetik dari masing-masing ayam (Romanoff dan Romanoff,
1963). Warna cokelat pada kerabang dipengaruhi oleh porpirin
yang tersusun dari protoporpirin, koproporpirin, uroporpirin, dan
beberapa jenis porpirin yang belum teridentifikasi (Miksik dkk.,
1996). Warna kerabang selain dipengaruhi oleh jenis pigmen juga
dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen warna telur dan juga struktur
dari kerabang telur (Hargitai dkk., 2011).
b. Putih telur
Putih telur merupakan bagian telur yang bersifat cair kental dan
tidak berwarna pada telur segar. Bagian putih telur terdiri dari 4
lapisan yang berbeda kekentalannya, yaitu lapisan encer luar
(outer thin white), lapisan encer dalam (firm/ thick white), lapisan
-
kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick
white/ chalaziferous). Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh
perbedaan dalam kandungan airnya. Bagian ini banyak
mengandung air sehingga selama penyimpanan bagian ini pula
yang paling mudah rusak. Kerusakan terjadi terutama disebabkan
oleh keluarnya air dari jala-jala ovomucin yang berfungsi sebagai
pembentuk struktur putih telur (Kurtini dkk., 2011).
c. Kuning telur
Menurut Buckle dkk. (1987), posisi kuning telur yang baik adalah
di tengah-tengah telur. Posisi kuning telur akan bergeser bila telur
mengalami penurunan kualitas. Keadaan ini dapat dilihat dengan
cara peneropongan.
d. Berat Telur
Bobot telur yang tinggi memiliki ukuran kuning telur dan putih telur
yang lebih besar. Menurut Sirait (1986), bertambahnya umur telur
mengakibatkan penurunan berat telur terus bertambah,
penurunan berat telur pada minggu pertama lebih besar daripada
periode yang sama pada penyimpanan berikutnya. Penurunan
berat telur dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan ruang
penyimpanan dan berat telurnya.
e. Kantong Udara
Rongga udara pada terbentuk setelah peneluran, hal ini karena
adanya perbedaan suhu ruang yang lebih rendah dari suhu tubuh
induk, kemudian isi telur menjadi leih dingin dan mengkerut yang
menyebabkan membrane kerabang bagian dalam dan luar,
biasanya terjadi pada bagian tumpul telur. Menurut Pescatore dan
Jacob (2011) seiring bertambahnya umur, telur akan kehilangan
cairan dan isinya semakin menyusut sehingga memperbesar
rongga udara.
Kualitas Kimia
a. Derajat keasaman (pH)
-
Menurut Abbas (1989), selama telur di dalam ruang penyimpanan
akan terjadi peningkatan pH pada putih telur dan kuning telur.
Telur yang baru dikeluarkan mempunyai pH putih telur sebesar
7,6 tapi selama dalam penyimpanan dapat meningkat menjadi 9,5
atau lebih pada telur yang berkualitas rendah. Peningkatan pH
dapat disebabkan oleh menguapnya CO2 melalui pori-pori
kerabang telur.
b. Kandungan gizi
Tabel 1. Kandungan gizi Telur ayam per 100 gram
Komposisi Telur Ayam
Kalori (kal) 162
Protein (g) 12,8
Lemak (g) 11,5
Karbohidrat (g) 0.7
Kalsium (mg) 54
Fosfor (mg) 180
Besi (mg) 2,7
Vit. A (IU) 900
Vit. B (mg) 0,1
Air (g) 74
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, (1996).
b) Susu
Kualitas susu dibedakan berdasarkan fisik dan kimia yang
terkandung dalam susu.
Kualitas Fisik
a. Warna
Warna air susu yang berbeda sangat dipengaruhi oleh jenis
ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan
pembentuk warna. Warna air susu biasanya dari putih
kebiruan hinggga kuning keemasan. Menurut Stanley (2008),
-
warna putih dari susu menandakan hasil dispersi dari refleksi
cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari kasein
dan kalsium fosfat. Sedangkan warna kuning karena lemak
dan karoten yang dapat larut. Apabila lemak diambil dari susu
maka susu akan menunjukkan kebiruan.
b. Rasa dan bau
Rasa air susu yang sedikit manis disebabkan oleh laktosa,
sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-
garam mineral lainnya. Cita rasa yang kurang normal
diakibatkan oleh : faktor fisiologi seperti cita rasa pakan sapi,
faktor kimiawi yang disebabkan oleh oksidasi lemak, faktor
mikroba sebagai pencemaran dan pertumbuhan bakteri, faktor
enzim karena kegiatan lipase pada lemak susu sehingga cita
rasa tengik dan faktor mekanis.
Bau air susu mudah sekali berubah. Bau ini dipengaruhi oleh
sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau sekitarnya.
Selain itu, bahan pakan ternak sapi dapat mengubah bau air
susu.
c. Kekentalan air susu (viskositas)
Menurut Cindy (2008), viskositas air susu lebih tinggi dari
pada air. Viskositas air susu berkisar 1,5 2,0 cP. Bahan
padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas.
Temperature juga menentukan viskositas air susu.
d. Titik beku dan titik didih
Menurut Cindy (2008), titik beku air susu di Indonesia adalah -
0,52C sedangkan titik didih air susu adalah 100,16C.
e. Daya cerna
Air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan.
Karean air susu mengandung bahan/zat makanan yang dapat
dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna.
Kualitas Kimia
-
a. Keasaman dan pH
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat bersifat
asam dan basa sekaligus. pH susu segar terletak antara 6.5
6.7. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam
laktat. Namun, keasaman susu dapat diakibatkan oleh
berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa fosfat
komplek, asam sitrat, asam-asam amino, dan karbondioksida
yang larut dalam susu. Bila pH > 6.7 artinya ternak sapi
terkena mastitis dan bila pH < 6.5 artinya terdapat kolostrum
atau pertumbuhan bakteri.
b. Kandungan gizi
Tabel 2. Kandungan gizi Susu Sapi per 100 gram
Kandungan zat gizi Komposisi
Energi (kkal) 61
Protein (g) 3.2
Lemak (g) 3.5
Karbohidrat (g) 4.3
Kalsium (mg) 143
Fosfor (mg) 60
Besi (mg) 1.7
Vitamin A (g) 39
Vitamin B1 (mg) 0.03
Vitamin C (mg) 1
Air (g) 88.3
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, (Depkes RI,2005)
C. STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
a) Telur
Telur konsumsi adalah telur yang belum mengalami proses
fortifikasi, pendinginan, pengawetan, dan proses pengeraman.
-
Telur yang baik untuk dikonsumsi harus sesuai dengan
prasyaratan mutu pada tabel 3. dibawah ini:
No Faktor Mutu Tingkatan Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
1 Kondisi Kerabang
a. Bentuk
b. Kehalusan
c. Ketebalan
d. Keutuhan
e. Kebersihan
Normal
Halus
Tebal
Utuh
Bersih
Normal
Halus
Sedang
Utuh
Sedikitnoda
kotor (stain)
Abnormal
Sedikit
kasar
Tipis
Utuh
Banyak
noda dan
sedikit
kotor
2 Kondisi kantung udara
(dilihat dengan peneropongan)
a. Kedalaman
kantong udara
b. Kebebasan
bergerak
< 0,5 cm
Tetap
ditempat
0,5 0,9
cm
Bebas
bergerak
> 0,9 cm
Bebas
bergerak
dan dapat
terbentuk
gelembung
udara
3 Kondisi putih telur
a. Kebersihan
Bebas bercak
darah, atau
benda asing
lainnya
Bebas
bercak
darah, atau
benda
asing
lainnya
Ada sedikit
bercak
berdarah,
tidak ada
benda
asing
-
b. Kekentalan
c. Indeks
Kental
0,134-0,175
Sedikit
encer
0,092-0,133
lainnya
Encer,
kuning
telur belum
tercampur
dengan
putih telur
0,050-
0,091
4 Kondisi kuning telur
a. Bentuk
b. Posisi
c. Penampakan
batas
d. Kebersihan
e. Indeks
Bulat
Ditengah
Tidak jelas
Bersih
0,458-0,521
Agak pipih
Sedikit
bergeser
dari tengah
Agak jelas
Bersih
0,394-0,457
Pipih
Agak
kepinggir
Jelas
Ada sedikit
bercak
darah
0,330-
0,393
5 Bau Khas Khas Khas
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2008)
Tabel 4. Persyaratan mutu mikrobiologis
No Jenis cemaran
mikroba
Satuan Mutu mikrobiologis (batas
maksimum cemaran
mikroba/BMCM)
1 Total plate count
(TPC)
cfu/g 1 x 105
2 Coliform cfu/g 1 x 102
-
3 Escherichia coli MPN/g 5 x 101
4 Salmonella sp Per 25 g Negative
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2008)
b) Susu Segar
Susu Segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi
sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang
benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali
pendinginan (Badan Standarisasi Nasional, 2011).
Susu segar yang baik untuk dikonsumsi harus sesuai dengan
persyaratan mutu pada Tabel 5. berikut ini:
No. Karakteristik Satuan Syarat
A Berat Jenis (pada suhu
27,5C) minimum
g/ml 1,0270
B Kadar lemak minimum % 3,0
C Kadar bahan kering tanpa
lemak minimum
% 7,8
D Kadar protein minimum % 2,8
E Warna, bau, rasa, kekentalan - Tidak ada
perubahan
F Derajat asam SH 6,0 7,5
G Ph - 6,3 6,8
H Uji alkohol (70%) v/v - Negatif
I Cemaran mikroba,
maksimum:
1. Total Plate Count
2. Staphylococcus aureus
3. Enterobacteriaceae
CFU/ml
CFU/ml
CFU/ml
1x106
1x102
1x103
J Jumlah sel somatis
maksimum
sel/ml 4x105
-
K Residu antibiotika (Golongan
penisilin, Tetrasiklin,
Aminoglikosida, Makrolida)
- Negatif
L Uji pemalsuan - Negatif
M Titik beku C -0,520 s.d -0,560
N Uji peroxidase - Positif
O Cemaran logam berat,
maksimum:
1. Timbal (Pb)
2. Merkuri (Hg)
3. Arsen (As)
g/ml
g/ml
g/ml
0,02
0,03
0,1
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2011)
c) Susu Kental Manis
Susu Kental manis merupakan produk susu berbentuk cairan
kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari susu
segar atau hasil rekonstitusi susu bubuk berlemak penuh, atau hasil
rekombinasi susu bubuk tanpa lemak dengan lemak susu/lemak
nabati, yang telah ditambah gula, dengan atau tanpa penambahan
bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan lain yang
diizinkan (Badan Standarisasi Nasional, 1998).
Susu Kental Manis yang baik untuk dikonsumsi harus sesuai
dengan persyaratan mutu pada Tabel 6. berikut ini:
No Jenis Uji Satuan Pesyaratan
I II
1. Keadaan
- Bau
- Rasa
- Warna
-
-
-
Normal
Normal
Putih sampai
kekuningan
Normal
Normal
Sesuai
ganda rasa
yang
-
- Konsistensi
-
Kental dan
homogen
ditambahkan
Kental dan
homogen
2. Air, (b/b) % 20 30 20 30
3. Abu, (b/b) % 1,4 2,2 1,4 2,2
4. Protein (N x 6,37),
(b/b)
% 7 10 min. 6,5
5. Lemak, (b/b) % min. 8,0 min. 8,0
6. Laktosa, (b/b) % min. 10 min. 10
7. Sakarosa, (b/b) % 43 48 43 48
8.
8.1
8.2
Bahan tambahan
makanan
Pewarna
Pewarna buatan
- Sakarin
- Siklamat
sesuai SNI 01-0222-1995
tidak boleh
ada
tidak boleh
ada
tidak boleh
ada
tidak boleh
ada
9. Pati tidak ternyata -
10.
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
Cemaran logam **
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Timah (Sn)
Raksa (Hg)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
maks. 0,3
maks. 20,0
maks. 40,0
maks.
40,0/250,0*
maks. 0,03
maks. 0,3
maks. 20,0
maks. 40,0
maks.
40,0/250,0*
maks. 0,03
11. Cemaran arsen
(As)
mg/kg maks. 0,1 maks. 0,1
12.
12.1
Cemaran mikroba
Angka lempeng
total
koloni/g
maks. 1,0 x
104
maks. 1,0 x
104
-
12.2
12.3
12.4
12.5
12.6
Bakteri Coliform
E. Coli
Salmonella
Staphylococcus
aureus
Kapang dan
khamir
APM/g
APM/g
per100g
koloni/g
koloni/g
maks. 10
< 3
Negative
maks. 1,0 x
102
maks. 1,0 x
102
maks. 10
< 3
Negative
maks. 1,0 x
102
maks. 1,0 x
102
*Untuk yang dikemas dalam kaleng
**Dihitung terhadap susu yang siap dikonsumsi
I Susu kental manis tanpa ganda rasa
II Susu kental manis dengan ganda rasa
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1998)
d) Susu Pasteurisasi
Susu Pasteurisasi merupakan susu segar, susu rekonstitusi,
susu rekombinasi yang telah mengalami proses pemanasan pada
temperature 63C-66C selama minimum 30 menit atau pada
pemanasan 72C selama minimum 15 detik, kemudian segera
didinginkan sampai 10C, selanjutnya diperlakukan secara aseptis
dan disimpan pada suhu maksimum 4,4C (Badan Standarisasi
Nasional, 1995).
Susu Pasteurisasi yang baik untuk dikonsumsi harus sesuai
dengan persyaratan mutu pada Tabel 7. berikut ini:
Karakteristik Syarat Cara pengujian
A B
- Bau Khas Khas Organoleptik
- Rasa Khas Khas Organoleptik
- Warna Khas Khas Organoleptik
- Kadar lemak, % (b/b)
min.
2,80 1,50 SP-SMP-248-
1980
-
- Kadar padatan tanpa
lemak, % (b/b) min.
7,7 7,5 SP-SMP-249-
1980
- Uji reduktase dengan
methylene biru
0 0 SP-SMP-251-
1980
- Kadar protein, % (b/b)
min.
2,5 2,5 SP-SMP- 79-
1975
- Uji fosfatase 0 0 SP-SMP-250-
1980
- T.P.C. (Total Plate
Count), ml, maks
3 x 104 3 x 104 SP-SMP- 93-
1975
- Coliform presumptive
MPH/ml, maks.
10 10 SP-SMP- 94-
1975
- Logam berbahaya :
- As, (ppm) maks. 1 1 SP-SMP-193-
1977
Depkes S.I. 7
- Pb, (ppm) maks. 1 1 SP-SMP-197-
1977
Depkes S.I. 7
- Cu, (ppm) maks. 2 2 SP-SMP-247-
1980
- Zn. (ppm) maks. 5 5 SP-SMP-190-
1977
AOAC 25136-
25142
Bahan pengawet Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan R.I. No. 235/Men. Kes/Per/
IV/79
Catatan : A = Susu pasteurisasi tanpa penyedap cita rasa
B = Susu pasteurisasi diberi penyedap cita rasa
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1995)
-
e) Susu UHT (Ultra High Temperature)
Susu UHT merupakan produk susu yang diperoleh dari susu
segar, dan atau susus rekonstitusi, dan atau susu rekombinasi
dengan cara memanaskan pada kondisi ultra high temperature,
dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan
tambahan pangan yang diijinkan, serta dikemas secara aseptik untuk
mencapai sterilitas komersial (Badan Standarisasi Nasional, 2014).
Susu UHT (Ultra High Temperature) yang baik untuk dikonsumsi
harus sesuai dengan persyaratan mutu pada Tabel 8. berikut ini:
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
Berlemak
(Full
Cream)
Rendah
Lemak
(Low fat
Milk)
Bebas
Lemak
(Free Fat
Milk)
1 Keadaan
1.1 Warna - Khas,
normal
Khas,
normal
Khas,
normal
1.2 Bau - Khas,
normal
Khas,
normal
Khas,
normal
1.3 Rasa - Khas,
normal
Khas,
normal
Khas,
normal
2 Protein (N
x 6,38)
%, b/b Min. 2,7
Min. 2,0*)
Min. 2,7
Min. 2,0*)
Min. 2,7
Min. 2,0*)
3 Lemak %, b/b Min. 3,0 /
Min. 2,0*)
Min. 3,0 /
Min. 2,0*)
Min. 3,0 /
Min. 2,0*)
4 Total
padatan
tanpa
lemak
%, b/b Min. 8,0 Min. 8,0 Min. 8,0
-
5 Cemara
logam
5.1 Kadmium
(Cd)
mg/kg Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2
5.2 Timbal
(Pb)
mg/kg Maks 0,02 Maks 0,02 Maks
0,02
5.3 Timah
(Sn)
mg/kg Maks. 40,0 Maks. 40,0 Maks.
40,0
5.4 Merkuri
(Hg)
mg/kg Maks. 0,03 Maks. 0,03 Maks.
0,03
6 Cemaran
Arsen (As)
mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 0,1
7 Aflatoksin
(M1)
g/kg Maks. 0,5 Maks. 0,5 Maks. 0,5
8 Cemaran
mikroba
8.1 Angka
Lempeng
Total
Koloni/
0,1 ml
-
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Susu
bubuk
berlemak
Susu
bubuk
kurang
lemak
Susu
bubuk
bebas
lemak
1 Keadaan
Bau
Rasa
-
-
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
2 Kadar air % b/b Maks. 5 Maks.5
Lebih dari
1,5--
Maks.5
3 Lemak % b/b Min.26 Kurang
dari 26,0
Maks. 1,5
4 Protein (N x
6,38)
% b/b Min.23 Min.23 Min.23
5 Cemaran
logam **
Tembaga
(Cu)
Timbal (Pb)
Timah (Sn)
Raksa (Hg)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks.
20,0
Maks. 0,3
Maks.
40,0/250,0
*
Maks.
0,03
Maks.
20,0
Maks. 0,3
Maks.
40,0/250,0
*
Maks.
0,03
Maks.
20,0
Maks. 0,3
Maks.
40,0/250,0
*
Maks.
0,03
6 Cemaran
arsen (As)**
mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 0,1
7 Cemaran
mikroba
Angka
lempeng
Koloni/
g
Maks. 5 x
104
Maks. 5 x
104
Maks. 5 x
104
-
total
Bakteri
coliform
Escherichia
coli
Staphyloco
ccus aureus
Salmonella
APM/g
APM/g
Koloni/
g
Koloni/
100g
Maks. 10
-
Susu yang dipalsukan ini akan menunjukkan angka refraksi yang rendah,
kadar lemaknya menjadi naik, nilai angka katalase semakin naik, kadar
gula menjadi naik, daya pisah krim dan skim menjadi lambat serta
terdapat butir-butir lemakbesar dari sel-sel tumbuhan jika dilihat melalui
mikroskop.
c. Pemalsuan susu dengan penambahan air beras/air tajin
Sering sekali ditemui dalam industri pengolahan susu pemalsuan susu
dengan menambahkan air beras/air tajin. Namun pemalsuan ini dapat
dibuktikan dengan identifikasi kimiawi atau dengan mikroskop.
d. Pemalsuan susu dengan susu masak
Pemalsuan ini sering juga dilakukan, namun dapat diketahui dengan
identifikasi secara kimiawi atau mikroskopi.
-
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. H. 1989. Pengelolaan Produksi Unggas, Jilid Pertama. Universitas.
Andalas: Padang.
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1995. SNI 01-3951-1995 Susu Pasteurisasi.
BSN: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1995. SNI 3950-2014 Susu UHT. BSN: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1998. SNI 01-2971-1998 Susu Kental Manis.
BSN: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2006. SNI 01-2970-2006 Susu Bubuk. BSN:
Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. SNI 3926:2008 Telur Ayam Konsumsi.
BSN: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011. SNI 3141.1:2011 Susu Segar-Bagian 1:
Sapi. BSN: Jakarta.
Brook, Cindy. 2008. Milk Pasteurization Guarding Aginst Disease. Medical State
University Extension Journal.
Buckle, K. A., R. A. Edward, W. R. Day, G. H. Fleet dan M. Wotton. 1987. Ilmu
Pangan. Universitas Indonesia Press: Jakarta. (Diterjemahkan oleh Hadi
Purnomo dan Adiono).
Direktorat Gizi Depkes RI, 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya
Aksara, Jakarta.
Hardinsyah dan Sumali. 2001. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan.
Koswara: Jakarta
-
Hargitai, R., R. Mateo, J. Torok. 2011. Shell thickness and pore density in relation to
shell colouration female characterstic, and enviroental factors in the collared
flycatcher Ficedula albicollis. J. Ornithol.
Haryono. 2000. Langkah-langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras.
Balai Penelitian Ternak: Bogor.
Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Universitas
Lampung: Bandar Lampung.
Pescatore, T. dan J. Jacob. 2011. Grading Table Eggs. University of Kentucky
Cooperative Extension: Lexington.
Rasyaf, M. 1990. Bahan Pakan Unggas Indonesia. Kanisius: Yogyakarta
Romanoff, A.L. and A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. 2nd Ed. John Wiley and
Sons, Inc: New York.
Saleh, Eniza. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Universitas
Sumatra Utara: Medan.
Sirait C H. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan: Bogor.
Stanley J.K. 2008. Determining the Bacterial Content of Milk.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya: Jakarta.
Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT Gramedia
Pustaka: Jakarta.
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.