tugas ptphp (karakteristik telur & susu)

21
MAKALAH KARAKTERISTIK TELUR & SUSU TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN & HASIL PERTANIAN Oleh: Nama : Syayyidah Faizatul Isnaini NIM : 141710101069 Kelas : THP-C JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

Upload: faiza-isnaini

Post on 25-Sep-2015

42 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Karakteristik Telur & Susu

TRANSCRIPT

  • MAKALAH

    KARAKTERISTIK TELUR & SUSU

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN & HASIL PERTANIAN

    Oleh:

    Nama : Syayyidah Faizatul Isnaini

    NIM : 141710101069

    Kelas : THP-C

    JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • A. PENGERTIAN

    a) Telur

    Menurut Sudaryani (2003), telur merupakan produk peternakan

    yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan

    gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup

    sempurna karena mengandung zat zat gizi yang sangat baik &

    mudah dicerna.

    Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk

    unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam

    suatu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah

    menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: yaitu kulit telur,

    bagian cairan bening, & bagian cairan yang bewarna kuning (Rasyaf,

    1990).

    b) Susu

    Menurut Winarno (1993), susu adalah cairan berwarna putih

    yang disekresikan oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang

    mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya.

    Sebagian besar susu dikonsumsi manusia berasal dari sapi. Susu

    merupakan makanan alami yang hamper sempurna. Sebagian besar

    zat gizi esensial ada dalam susu, diantaranya yaitu protein, kalsium,

    fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B1) (Almatsier, 2002).

    B. KUALITAS FISIK DAN KIMIA

    Pada dasarnya pangan yang dikonsumsi oleh manusia berasal dari

    sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Termasuk

    di dalamnya terdapat bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan

    bahan lain yang digunakan dalam pengolahan atau pembuatan makanan

    atau minuman. Menurut Hardiansyah dan Sumali (2001), kualitas pangan

    dapat ditinjau dari aspek mikrobiologis, fisik (warna, bau, rasa, dan tekstur)

    dan kandungan gizinya.

    a) Telur

  • Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa

    standar yang menentukan baik kualitas internal dan eksternal. (North

    dan Bell, 1990).

    Kualitas telur dibedakan berdasarkan fisik dan kimia yang

    terkandung dalam telur.

    Kualitas Fisik

    a. Kulit (Cangkang/ Kerabang)

    Fungsi dari kerabang telur yaitu mengurangi kerusakan fisik dan

    biologis telur (Kurtini dkk., 2011). Semakin tua umur ayam maka

    semakin tipis kerabang telurnya, hal ini terjadi karena ayam tidak

    mampu untuk memproduksi kalsium yang cukup guna memenuhi

    kebutuhan kalsium dalam pembentukan kerabang telur (Yuwanta,

    2010; Hargitai dkk., 2011). Kerabang telur yang tipis relatif berpori

    lebih banyak dan besar, sehingga mempercepat turunnya kualitas

    telur yang terjadi akibat penguapan (Haryono, 2000). Tebal

    tipisnya kerabang telur dipengaruhi oleh strain ayam, umur induk,

    pakan, stres dan penyakit pada induk (Kurtini dkk., 2011).

    Warna kerabang telur ayam ras dibedakan menjadi dua warna

    utama yaitu putih dan cokelat. Perbedaan warna ini dipengaruhi

    oleh genetik dari masing-masing ayam (Romanoff dan Romanoff,

    1963). Warna cokelat pada kerabang dipengaruhi oleh porpirin

    yang tersusun dari protoporpirin, koproporpirin, uroporpirin, dan

    beberapa jenis porpirin yang belum teridentifikasi (Miksik dkk.,

    1996). Warna kerabang selain dipengaruhi oleh jenis pigmen juga

    dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen warna telur dan juga struktur

    dari kerabang telur (Hargitai dkk., 2011).

    b. Putih telur

    Putih telur merupakan bagian telur yang bersifat cair kental dan

    tidak berwarna pada telur segar. Bagian putih telur terdiri dari 4

    lapisan yang berbeda kekentalannya, yaitu lapisan encer luar

    (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/ thick white), lapisan

  • kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick

    white/ chalaziferous). Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh

    perbedaan dalam kandungan airnya. Bagian ini banyak

    mengandung air sehingga selama penyimpanan bagian ini pula

    yang paling mudah rusak. Kerusakan terjadi terutama disebabkan

    oleh keluarnya air dari jala-jala ovomucin yang berfungsi sebagai

    pembentuk struktur putih telur (Kurtini dkk., 2011).

    c. Kuning telur

    Menurut Buckle dkk. (1987), posisi kuning telur yang baik adalah

    di tengah-tengah telur. Posisi kuning telur akan bergeser bila telur

    mengalami penurunan kualitas. Keadaan ini dapat dilihat dengan

    cara peneropongan.

    d. Berat Telur

    Bobot telur yang tinggi memiliki ukuran kuning telur dan putih telur

    yang lebih besar. Menurut Sirait (1986), bertambahnya umur telur

    mengakibatkan penurunan berat telur terus bertambah,

    penurunan berat telur pada minggu pertama lebih besar daripada

    periode yang sama pada penyimpanan berikutnya. Penurunan

    berat telur dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan ruang

    penyimpanan dan berat telurnya.

    e. Kantong Udara

    Rongga udara pada terbentuk setelah peneluran, hal ini karena

    adanya perbedaan suhu ruang yang lebih rendah dari suhu tubuh

    induk, kemudian isi telur menjadi leih dingin dan mengkerut yang

    menyebabkan membrane kerabang bagian dalam dan luar,

    biasanya terjadi pada bagian tumpul telur. Menurut Pescatore dan

    Jacob (2011) seiring bertambahnya umur, telur akan kehilangan

    cairan dan isinya semakin menyusut sehingga memperbesar

    rongga udara.

    Kualitas Kimia

    a. Derajat keasaman (pH)

  • Menurut Abbas (1989), selama telur di dalam ruang penyimpanan

    akan terjadi peningkatan pH pada putih telur dan kuning telur.

    Telur yang baru dikeluarkan mempunyai pH putih telur sebesar

    7,6 tapi selama dalam penyimpanan dapat meningkat menjadi 9,5

    atau lebih pada telur yang berkualitas rendah. Peningkatan pH

    dapat disebabkan oleh menguapnya CO2 melalui pori-pori

    kerabang telur.

    b. Kandungan gizi

    Tabel 1. Kandungan gizi Telur ayam per 100 gram

    Komposisi Telur Ayam

    Kalori (kal) 162

    Protein (g) 12,8

    Lemak (g) 11,5

    Karbohidrat (g) 0.7

    Kalsium (mg) 54

    Fosfor (mg) 180

    Besi (mg) 2,7

    Vit. A (IU) 900

    Vit. B (mg) 0,1

    Air (g) 74

    Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, (1996).

    b) Susu

    Kualitas susu dibedakan berdasarkan fisik dan kimia yang

    terkandung dalam susu.

    Kualitas Fisik

    a. Warna

    Warna air susu yang berbeda sangat dipengaruhi oleh jenis

    ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan

    pembentuk warna. Warna air susu biasanya dari putih

    kebiruan hinggga kuning keemasan. Menurut Stanley (2008),

  • warna putih dari susu menandakan hasil dispersi dari refleksi

    cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari kasein

    dan kalsium fosfat. Sedangkan warna kuning karena lemak

    dan karoten yang dapat larut. Apabila lemak diambil dari susu

    maka susu akan menunjukkan kebiruan.

    b. Rasa dan bau

    Rasa air susu yang sedikit manis disebabkan oleh laktosa,

    sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-

    garam mineral lainnya. Cita rasa yang kurang normal

    diakibatkan oleh : faktor fisiologi seperti cita rasa pakan sapi,

    faktor kimiawi yang disebabkan oleh oksidasi lemak, faktor

    mikroba sebagai pencemaran dan pertumbuhan bakteri, faktor

    enzim karena kegiatan lipase pada lemak susu sehingga cita

    rasa tengik dan faktor mekanis.

    Bau air susu mudah sekali berubah. Bau ini dipengaruhi oleh

    sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau sekitarnya.

    Selain itu, bahan pakan ternak sapi dapat mengubah bau air

    susu.

    c. Kekentalan air susu (viskositas)

    Menurut Cindy (2008), viskositas air susu lebih tinggi dari

    pada air. Viskositas air susu berkisar 1,5 2,0 cP. Bahan

    padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas.

    Temperature juga menentukan viskositas air susu.

    d. Titik beku dan titik didih

    Menurut Cindy (2008), titik beku air susu di Indonesia adalah -

    0,52C sedangkan titik didih air susu adalah 100,16C.

    e. Daya cerna

    Air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan.

    Karean air susu mengandung bahan/zat makanan yang dapat

    dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna.

    Kualitas Kimia

  • a. Keasaman dan pH

    Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat bersifat

    asam dan basa sekaligus. pH susu segar terletak antara 6.5

    6.7. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam

    laktat. Namun, keasaman susu dapat diakibatkan oleh

    berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa fosfat

    komplek, asam sitrat, asam-asam amino, dan karbondioksida

    yang larut dalam susu. Bila pH > 6.7 artinya ternak sapi

    terkena mastitis dan bila pH < 6.5 artinya terdapat kolostrum

    atau pertumbuhan bakteri.

    b. Kandungan gizi

    Tabel 2. Kandungan gizi Susu Sapi per 100 gram

    Kandungan zat gizi Komposisi

    Energi (kkal) 61

    Protein (g) 3.2

    Lemak (g) 3.5

    Karbohidrat (g) 4.3

    Kalsium (mg) 143

    Fosfor (mg) 60

    Besi (mg) 1.7

    Vitamin A (g) 39

    Vitamin B1 (mg) 0.03

    Vitamin C (mg) 1

    Air (g) 88.3

    Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, (Depkes RI,2005)

    C. STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)

    a) Telur

    Telur konsumsi adalah telur yang belum mengalami proses

    fortifikasi, pendinginan, pengawetan, dan proses pengeraman.

  • Telur yang baik untuk dikonsumsi harus sesuai dengan

    prasyaratan mutu pada tabel 3. dibawah ini:

    No Faktor Mutu Tingkatan Mutu

    Mutu I Mutu II Mutu III

    1 Kondisi Kerabang

    a. Bentuk

    b. Kehalusan

    c. Ketebalan

    d. Keutuhan

    e. Kebersihan

    Normal

    Halus

    Tebal

    Utuh

    Bersih

    Normal

    Halus

    Sedang

    Utuh

    Sedikitnoda

    kotor (stain)

    Abnormal

    Sedikit

    kasar

    Tipis

    Utuh

    Banyak

    noda dan

    sedikit

    kotor

    2 Kondisi kantung udara

    (dilihat dengan peneropongan)

    a. Kedalaman

    kantong udara

    b. Kebebasan

    bergerak

    < 0,5 cm

    Tetap

    ditempat

    0,5 0,9

    cm

    Bebas

    bergerak

    > 0,9 cm

    Bebas

    bergerak

    dan dapat

    terbentuk

    gelembung

    udara

    3 Kondisi putih telur

    a. Kebersihan

    Bebas bercak

    darah, atau

    benda asing

    lainnya

    Bebas

    bercak

    darah, atau

    benda

    asing

    lainnya

    Ada sedikit

    bercak

    berdarah,

    tidak ada

    benda

    asing

  • b. Kekentalan

    c. Indeks

    Kental

    0,134-0,175

    Sedikit

    encer

    0,092-0,133

    lainnya

    Encer,

    kuning

    telur belum

    tercampur

    dengan

    putih telur

    0,050-

    0,091

    4 Kondisi kuning telur

    a. Bentuk

    b. Posisi

    c. Penampakan

    batas

    d. Kebersihan

    e. Indeks

    Bulat

    Ditengah

    Tidak jelas

    Bersih

    0,458-0,521

    Agak pipih

    Sedikit

    bergeser

    dari tengah

    Agak jelas

    Bersih

    0,394-0,457

    Pipih

    Agak

    kepinggir

    Jelas

    Ada sedikit

    bercak

    darah

    0,330-

    0,393

    5 Bau Khas Khas Khas

    Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2008)

    Tabel 4. Persyaratan mutu mikrobiologis

    No Jenis cemaran

    mikroba

    Satuan Mutu mikrobiologis (batas

    maksimum cemaran

    mikroba/BMCM)

    1 Total plate count

    (TPC)

    cfu/g 1 x 105

    2 Coliform cfu/g 1 x 102

  • 3 Escherichia coli MPN/g 5 x 101

    4 Salmonella sp Per 25 g Negative

    Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2008)

    b) Susu Segar

    Susu Segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi

    sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang

    benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah

    sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali

    pendinginan (Badan Standarisasi Nasional, 2011).

    Susu segar yang baik untuk dikonsumsi harus sesuai dengan

    persyaratan mutu pada Tabel 5. berikut ini:

    No. Karakteristik Satuan Syarat

    A Berat Jenis (pada suhu

    27,5C) minimum

    g/ml 1,0270

    B Kadar lemak minimum % 3,0

    C Kadar bahan kering tanpa

    lemak minimum

    % 7,8

    D Kadar protein minimum % 2,8

    E Warna, bau, rasa, kekentalan - Tidak ada

    perubahan

    F Derajat asam SH 6,0 7,5

    G Ph - 6,3 6,8

    H Uji alkohol (70%) v/v - Negatif

    I Cemaran mikroba,

    maksimum:

    1. Total Plate Count

    2. Staphylococcus aureus

    3. Enterobacteriaceae

    CFU/ml

    CFU/ml

    CFU/ml

    1x106

    1x102

    1x103

    J Jumlah sel somatis

    maksimum

    sel/ml 4x105

  • K Residu antibiotika (Golongan

    penisilin, Tetrasiklin,

    Aminoglikosida, Makrolida)

    - Negatif

    L Uji pemalsuan - Negatif

    M Titik beku C -0,520 s.d -0,560

    N Uji peroxidase - Positif

    O Cemaran logam berat,

    maksimum:

    1. Timbal (Pb)

    2. Merkuri (Hg)

    3. Arsen (As)

    g/ml

    g/ml

    g/ml

    0,02

    0,03

    0,1

    Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2011)

    c) Susu Kental Manis

    Susu Kental manis merupakan produk susu berbentuk cairan

    kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari susu

    segar atau hasil rekonstitusi susu bubuk berlemak penuh, atau hasil

    rekombinasi susu bubuk tanpa lemak dengan lemak susu/lemak

    nabati, yang telah ditambah gula, dengan atau tanpa penambahan

    bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan lain yang

    diizinkan (Badan Standarisasi Nasional, 1998).

    Susu Kental Manis yang baik untuk dikonsumsi harus sesuai

    dengan persyaratan mutu pada Tabel 6. berikut ini:

    No Jenis Uji Satuan Pesyaratan

    I II

    1. Keadaan

    - Bau

    - Rasa

    - Warna

    -

    -

    -

    Normal

    Normal

    Putih sampai

    kekuningan

    Normal

    Normal

    Sesuai

    ganda rasa

    yang

  • - Konsistensi

    -

    Kental dan

    homogen

    ditambahkan

    Kental dan

    homogen

    2. Air, (b/b) % 20 30 20 30

    3. Abu, (b/b) % 1,4 2,2 1,4 2,2

    4. Protein (N x 6,37),

    (b/b)

    % 7 10 min. 6,5

    5. Lemak, (b/b) % min. 8,0 min. 8,0

    6. Laktosa, (b/b) % min. 10 min. 10

    7. Sakarosa, (b/b) % 43 48 43 48

    8.

    8.1

    8.2

    Bahan tambahan

    makanan

    Pewarna

    Pewarna buatan

    - Sakarin

    - Siklamat

    sesuai SNI 01-0222-1995

    tidak boleh

    ada

    tidak boleh

    ada

    tidak boleh

    ada

    tidak boleh

    ada

    9. Pati tidak ternyata -

    10.

    10.1

    10.2

    10.3

    10.4

    10.5

    Cemaran logam **

    Timbal (Pb)

    Tembaga (Cu)

    Seng (Zn)

    Timah (Sn)

    Raksa (Hg)

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    maks. 0,3

    maks. 20,0

    maks. 40,0

    maks.

    40,0/250,0*

    maks. 0,03

    maks. 0,3

    maks. 20,0

    maks. 40,0

    maks.

    40,0/250,0*

    maks. 0,03

    11. Cemaran arsen

    (As)

    mg/kg maks. 0,1 maks. 0,1

    12.

    12.1

    Cemaran mikroba

    Angka lempeng

    total

    koloni/g

    maks. 1,0 x

    104

    maks. 1,0 x

    104

  • 12.2

    12.3

    12.4

    12.5

    12.6

    Bakteri Coliform

    E. Coli

    Salmonella

    Staphylococcus

    aureus

    Kapang dan

    khamir

    APM/g

    APM/g

    per100g

    koloni/g

    koloni/g

    maks. 10

    < 3

    Negative

    maks. 1,0 x

    102

    maks. 1,0 x

    102

    maks. 10

    < 3

    Negative

    maks. 1,0 x

    102

    maks. 1,0 x

    102

    *Untuk yang dikemas dalam kaleng

    **Dihitung terhadap susu yang siap dikonsumsi

    I Susu kental manis tanpa ganda rasa

    II Susu kental manis dengan ganda rasa

    Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1998)

    d) Susu Pasteurisasi

    Susu Pasteurisasi merupakan susu segar, susu rekonstitusi,

    susu rekombinasi yang telah mengalami proses pemanasan pada

    temperature 63C-66C selama minimum 30 menit atau pada

    pemanasan 72C selama minimum 15 detik, kemudian segera

    didinginkan sampai 10C, selanjutnya diperlakukan secara aseptis

    dan disimpan pada suhu maksimum 4,4C (Badan Standarisasi

    Nasional, 1995).

    Susu Pasteurisasi yang baik untuk dikonsumsi harus sesuai

    dengan persyaratan mutu pada Tabel 7. berikut ini:

    Karakteristik Syarat Cara pengujian

    A B

    - Bau Khas Khas Organoleptik

    - Rasa Khas Khas Organoleptik

    - Warna Khas Khas Organoleptik

    - Kadar lemak, % (b/b)

    min.

    2,80 1,50 SP-SMP-248-

    1980

  • - Kadar padatan tanpa

    lemak, % (b/b) min.

    7,7 7,5 SP-SMP-249-

    1980

    - Uji reduktase dengan

    methylene biru

    0 0 SP-SMP-251-

    1980

    - Kadar protein, % (b/b)

    min.

    2,5 2,5 SP-SMP- 79-

    1975

    - Uji fosfatase 0 0 SP-SMP-250-

    1980

    - T.P.C. (Total Plate

    Count), ml, maks

    3 x 104 3 x 104 SP-SMP- 93-

    1975

    - Coliform presumptive

    MPH/ml, maks.

    10 10 SP-SMP- 94-

    1975

    - Logam berbahaya :

    - As, (ppm) maks. 1 1 SP-SMP-193-

    1977

    Depkes S.I. 7

    - Pb, (ppm) maks. 1 1 SP-SMP-197-

    1977

    Depkes S.I. 7

    - Cu, (ppm) maks. 2 2 SP-SMP-247-

    1980

    - Zn. (ppm) maks. 5 5 SP-SMP-190-

    1977

    AOAC 25136-

    25142

    Bahan pengawet Sesuai dengan Peraturan Menteri

    Kesehatan R.I. No. 235/Men. Kes/Per/

    IV/79

    Catatan : A = Susu pasteurisasi tanpa penyedap cita rasa

    B = Susu pasteurisasi diberi penyedap cita rasa

    Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1995)

  • e) Susu UHT (Ultra High Temperature)

    Susu UHT merupakan produk susu yang diperoleh dari susu

    segar, dan atau susus rekonstitusi, dan atau susu rekombinasi

    dengan cara memanaskan pada kondisi ultra high temperature,

    dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan

    tambahan pangan yang diijinkan, serta dikemas secara aseptik untuk

    mencapai sterilitas komersial (Badan Standarisasi Nasional, 2014).

    Susu UHT (Ultra High Temperature) yang baik untuk dikonsumsi

    harus sesuai dengan persyaratan mutu pada Tabel 8. berikut ini:

    No Jenis Uji Satuan Persyaratan

    Berlemak

    (Full

    Cream)

    Rendah

    Lemak

    (Low fat

    Milk)

    Bebas

    Lemak

    (Free Fat

    Milk)

    1 Keadaan

    1.1 Warna - Khas,

    normal

    Khas,

    normal

    Khas,

    normal

    1.2 Bau - Khas,

    normal

    Khas,

    normal

    Khas,

    normal

    1.3 Rasa - Khas,

    normal

    Khas,

    normal

    Khas,

    normal

    2 Protein (N

    x 6,38)

    %, b/b Min. 2,7

    Min. 2,0*)

    Min. 2,7

    Min. 2,0*)

    Min. 2,7

    Min. 2,0*)

    3 Lemak %, b/b Min. 3,0 /

    Min. 2,0*)

    Min. 3,0 /

    Min. 2,0*)

    Min. 3,0 /

    Min. 2,0*)

    4 Total

    padatan

    tanpa

    lemak

    %, b/b Min. 8,0 Min. 8,0 Min. 8,0

  • 5 Cemara

    logam

    5.1 Kadmium

    (Cd)

    mg/kg Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2

    5.2 Timbal

    (Pb)

    mg/kg Maks 0,02 Maks 0,02 Maks

    0,02

    5.3 Timah

    (Sn)

    mg/kg Maks. 40,0 Maks. 40,0 Maks.

    40,0

    5.4 Merkuri

    (Hg)

    mg/kg Maks. 0,03 Maks. 0,03 Maks.

    0,03

    6 Cemaran

    Arsen (As)

    mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 0,1

    7 Aflatoksin

    (M1)

    g/kg Maks. 0,5 Maks. 0,5 Maks. 0,5

    8 Cemaran

    mikroba

    8.1 Angka

    Lempeng

    Total

    Koloni/

    0,1 ml

  • No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

    Susu

    bubuk

    berlemak

    Susu

    bubuk

    kurang

    lemak

    Susu

    bubuk

    bebas

    lemak

    1 Keadaan

    Bau

    Rasa

    -

    -

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    2 Kadar air % b/b Maks. 5 Maks.5

    Lebih dari

    1,5--

    Maks.5

    3 Lemak % b/b Min.26 Kurang

    dari 26,0

    Maks. 1,5

    4 Protein (N x

    6,38)

    % b/b Min.23 Min.23 Min.23

    5 Cemaran

    logam **

    Tembaga

    (Cu)

    Timbal (Pb)

    Timah (Sn)

    Raksa (Hg)

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    Maks.

    20,0

    Maks. 0,3

    Maks.

    40,0/250,0

    *

    Maks.

    0,03

    Maks.

    20,0

    Maks. 0,3

    Maks.

    40,0/250,0

    *

    Maks.

    0,03

    Maks.

    20,0

    Maks. 0,3

    Maks.

    40,0/250,0

    *

    Maks.

    0,03

    6 Cemaran

    arsen (As)**

    mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 0,1

    7 Cemaran

    mikroba

    Angka

    lempeng

    Koloni/

    g

    Maks. 5 x

    104

    Maks. 5 x

    104

    Maks. 5 x

    104

  • total

    Bakteri

    coliform

    Escherichia

    coli

    Staphyloco

    ccus aureus

    Salmonella

    APM/g

    APM/g

    Koloni/

    g

    Koloni/

    100g

    Maks. 10

  • Susu yang dipalsukan ini akan menunjukkan angka refraksi yang rendah,

    kadar lemaknya menjadi naik, nilai angka katalase semakin naik, kadar

    gula menjadi naik, daya pisah krim dan skim menjadi lambat serta

    terdapat butir-butir lemakbesar dari sel-sel tumbuhan jika dilihat melalui

    mikroskop.

    c. Pemalsuan susu dengan penambahan air beras/air tajin

    Sering sekali ditemui dalam industri pengolahan susu pemalsuan susu

    dengan menambahkan air beras/air tajin. Namun pemalsuan ini dapat

    dibuktikan dengan identifikasi kimiawi atau dengan mikroskop.

    d. Pemalsuan susu dengan susu masak

    Pemalsuan ini sering juga dilakukan, namun dapat diketahui dengan

    identifikasi secara kimiawi atau mikroskopi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abbas, M. H. 1989. Pengelolaan Produksi Unggas, Jilid Pertama. Universitas.

    Andalas: Padang.

    Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

    Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1995. SNI 01-3951-1995 Susu Pasteurisasi.

    BSN: Jakarta.

    Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1995. SNI 3950-2014 Susu UHT. BSN: Jakarta.

    Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1998. SNI 01-2971-1998 Susu Kental Manis.

    BSN: Jakarta.

    Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2006. SNI 01-2970-2006 Susu Bubuk. BSN:

    Jakarta.

    Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. SNI 3926:2008 Telur Ayam Konsumsi.

    BSN: Jakarta.

    Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011. SNI 3141.1:2011 Susu Segar-Bagian 1:

    Sapi. BSN: Jakarta.

    Brook, Cindy. 2008. Milk Pasteurization Guarding Aginst Disease. Medical State

    University Extension Journal.

    Buckle, K. A., R. A. Edward, W. R. Day, G. H. Fleet dan M. Wotton. 1987. Ilmu

    Pangan. Universitas Indonesia Press: Jakarta. (Diterjemahkan oleh Hadi

    Purnomo dan Adiono).

    Direktorat Gizi Depkes RI, 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya

    Aksara, Jakarta.

    Hardinsyah dan Sumali. 2001. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan.

    Koswara: Jakarta

  • Hargitai, R., R. Mateo, J. Torok. 2011. Shell thickness and pore density in relation to

    shell colouration female characterstic, and enviroental factors in the collared

    flycatcher Ficedula albicollis. J. Ornithol.

    Haryono. 2000. Langkah-langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras.

    Balai Penelitian Ternak: Bogor.

    Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Universitas

    Lampung: Bandar Lampung.

    Pescatore, T. dan J. Jacob. 2011. Grading Table Eggs. University of Kentucky

    Cooperative Extension: Lexington.

    Rasyaf, M. 1990. Bahan Pakan Unggas Indonesia. Kanisius: Yogyakarta

    Romanoff, A.L. and A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. 2nd Ed. John Wiley and

    Sons, Inc: New York.

    Saleh, Eniza. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Universitas

    Sumatra Utara: Medan.

    Sirait C H. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Peternakan: Bogor.

    Stanley J.K. 2008. Determining the Bacterial Content of Milk.

    Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya: Jakarta.

    Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT Gramedia

    Pustaka: Jakarta.

    Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press:

    Yogyakarta.