laporan susu telur.doc
DESCRIPTION
sddsdsTRANSCRIPT
SUSU DAN TELUR
LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi tugas Mata KuliahTeknologi Pengolahan Hasil Pertanian
oleh :
KELOMPOK A1
ARI YOGA UTOMO (1023)NUR KHOTIJA (1008)RADYA TANTRI DEWI (10)SEPTI WULANDARI (1042)DWI SUKMA (1024)
KELAS :THP A
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Susu merupakan salah satu pangan yang tinggi kandungan gizinya, bila
ditinjau daru kandungan protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin.
Dalam memenuhi kebutuhan protein, terutama pada kasus penderita gizi
buruk, susu merupakan pilihan pertama. Sehingga ketersediaan susu perlu
diperhatikan untuk memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Akan
tetapi, susu juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Usaha memenuhi
keterseiaan susu harus disertai dengan usaha meningkatkan kualitas dan
keamanan produk susu, karena seberapapun tinggi nilai gizi suatu pangan
tidak akan ada artinya apabila pangan tersebut berbahaya bagi kesehatan.
Susu adalah salah satu dari hasil ternak selain daging dan telur. Susu
merupakan bahan pangan yang tersusun oleh zat – zat makanan dengan
proporsi seimbang. Susu dipandang sebagai bahan mentah yang mengandung
sumber zat – zat makanan penting. Kualitas atau mutu susu merupakan
bagian penting dalam produksi dan perdagangan susu. Derajat mutu susu
hanya dapat dipertahankan selama waktu tertentu, yang selanjutnya akan
mengalami penurunan dan berakhir dengan kerusakan susu. Pada kegiatan
praktikum yang dilaksanakan, praktikan akan menguji kualitas susu.
Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang dihasilkan dari
unggas. Telur merupakan salah satu produk hasil pertanian yanng memiliki
umur simpan yang relatif pendek, sehingga diperlukan penganganan khusus
dalam penyimpanannya. Untuk menghindari adanya penurunan kualitas
akibat penyimpanan maka telur dapat diolah secara langsung dalam bentuk
telur segar, ataupun produk olahan yang siap saji.
Untuk mengetahui kualitas telur itu baik atau jelek dapat dilakukan
denngan uji pH dan uji daya buih. Pada uji pH digunakan untuk mengetahui
keasaman dari produk telur, sedangkan uji daya buih telur digunakan untuk
menentukan baik buruknya telur. Semakin bnyak buih yang dihasilkan maka
akan semakin bagus kualitas telur tersbut dan sebaliknya semakin sedikit
daya buih telur yang dihasilkan maka semakin jelek telur tersebut.
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui karakteristik dari berbagai macam susu
2) Untuk mengetahui umur simpan dari berbagai perlakuan pasteurisasi
3) Untuk mengetahui kerusakan fisik dan mikrobiologis selama penyimpanan
susu
4) Untuk mengetahui nilai gizi yang terdapat dalam kuning telur
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Susu
Susu merupakan hasil reaksi kelenjar susu hewan mamalia betina
sebagai sumber gizi bagi anaknya. Kebutuhan gizi pada setiap hewan
mamalia betina bervariasi sehingga kandungan susu yang dihasilakan juga
yidak sama pada hewan mamalia yang berbeda (Potter, 1976). Menurut
Winarno (1993), susu adalah cairan berwarna putih yangdisekresi oleh
kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk bahan
makanan dan sumber gizi bagi anaknya. Sebagian besar susu dikonsumsi
menusia berasal sapi. Susu tersebut diproduksi dari unsur darah pada kelenjar
susu sapi. Sedangkan menurut Buckle (1985), susu didefinisikan sebagai
sekresi dari kelenjar susu binatang yang menyusui anaknya.
Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Sebagian besar
zat gizi essensial ada dalam susu, diantaranya protein, kalsium, fosfor,
vitamin A dan tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium paling
baik, karena di samping kadar kalsium yang tinggi, laktosa dalam susu
membantu absorpsi susu si dalam saluran cerna (Almatsier, 2002).
Kandungan air dalam susu tinggi sekali yaitu sekitar 87,5%. Meskipun
kandungan gulanya juga cukup tinggi yaitu 5% tetapi rasanya tidak manis.
Daya kemanisannya hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa).
Kandungan laktosa bersama dengan garam bertanggung jawab terhadap rasa
susu yang spesifik (Winarno, 1993)
Menurut Winarno (1993), susu merupakan sumber protein dengan mutu
sangat tinggi. Kadar protein susu sapi sekitar 3,5%. Protein susu pada
umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu kasein dan protein whey.
Kasein merupakan komponen protein terbesar dalam susu dan sisanya berupa
protein whey. Kadar kasein pada protein susu mencapai 80% dari jumlah total
protein yang tedapat dalam susu sapi, sedangkan protein whey sebanyak 20%.
Susu merupakan bahan makanan penting karena merupakan protein
berkualitas dan mudah dicerna oleh saluran pencernaan.
Karbohidrat utama yang terdapat didalm susu adalah laktosa. Laktosa
adalh disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Enzim laktase
bertugas memecah laktosa menjadi gula – gula sederhana yaitu glukosa dan
galaktosa. Pada usia bayi tubuh kita menghasilkan enzim laktase dalm jumlah
cukup sehingga susu dapat dicerna dengan baik (Khomsan, 2004).
Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena
mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap antara lain lemak, protein,
laktosa, vitamin, mineral, dan enzim. ,Susu didefinisikan sebagai cairan yang
berasal dari pemerahan hewan menyusui yang sehat dan bersih, diperoleh
dengan cara yang benar dan kandungan susu itu sendiri tidak dikurangi atau
ditambah bahan-bahan lain (Azis, 2007). Pada saat susu keluar setelah
diperah, susu merupakan suatu bahan yang murni, higienis, bernilai gizi
tinggi, mengandung sedikit kuman atau boleh dikatakan susu masih steril.
Demikian pula bau dan rasa tidak berubah dan tidak berbahaya untuk
diminum. Setelah beberapa saat berada dalam suhu kamar, susu sangat peka
terhadap pencemaran sehingga dapat menurunkan kualitas susu. Kualitas susu
yang sampai ditangan konsumen terutama ditentukan antara lain oleh jenis
ternak dan keturunannya (hereditas), tingkat laktasi, umur ternak, peradangan
pada ambing, nutrisi/pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu.
Menurut Soewedo (1983), susu merupakan cairan berwarna putih hasil
pemerahan sapi atau hewan yang menyusui lainnya yang dapat dimakan atau
digunakan sebagai makanan yang aman dan sehat. Menurut Soeharsono dan
Ika (2007), menyatakan warna susu dipengaruhi oleh partikel koloid. Warna
putih susu disebabkan oleh refleksi cahaya globula lemak, kalsium kaseinat
dan koloid fosfat, sementara warna kuning disebabkan oleh pigmen karoten
yang terlarut dalam lemak, pigmen tersebut berasal dari pakan hijau, pigmen
riboflavin yang larut dalam air dan menimbulkan warna kuning kehijauan
pada whey.
2.2 Karakteristik Susu
2.2.1 Susu Segar
Susu segar adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing
atau domba dan hewan ternak penghasil susu lainnya yang sehat dan
bebas dari kolostrum, serta kandungan alaminya tidak dikurangi atau
ditambah sesuatu apapun dan belum dapat perlakuan apapun kecuali
pendinginan. Susu jenis ini kadar lemak susunya kurang dari 3%
sedangkan total padatan bukan lemak tidak kurang dari 8%.
2.2.2 Susu Skim
Susu skim atau susu tanpa lemak adalh produk susu cair yang
sebagian besar lemaknya telah dihilangkan dan dipasteurisasi atau
disterilisasi atau diproses secara UHT. Susu skim adalah susu yang kadar
lemaknya telah dikurangi hingga berada dibawah batas minimal yang
telah ditetapkan. Susu skim merupakan bagian susu yang tertinggal
sesudah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung
zat makanan dari susu kecuali lemak. Susu jenis ini kadar lemak susunya
tidak lebih dari 1,255 dan tidak lebih dari 3% serta kadar proteinnya tidak
kurang dari 2,7%.
2.2.3 Susu Fullcream
Susu fullcream atau susu bubuk berlemak adalah produk susu
berbentuk bubuk yang diperoleh dari susu cair, atau susu hasil
pencampuran susu cair dengan susu kental atau krim bubuk yang telah
dipasteurisasi dan melalui proses pengeringan. Susu jenis ini kadar lemak
susunya tidak kurang dari 26% dan kadar airnya tidak lebih dari 5%.
2.2.4 Susu Kental Manis
Susu kental manis adlah produk berbentuk cairan kental yang
diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan
gula hingga mencapai tingkat kepekatan tertentu, atau merupakan hasil
rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula, dengan atau tanpa
penambahan bahan lain. Gula yang ditambahkan harus dapat mencegah
kebusukan. Produk dikemas secara kedap (hermetis) dan dipasteurisasi.
Susu jenis ini kadar lemaknya tidak kurang dari 8%.
2.3 Komposisi Susu
2.3.1 Susu Segar
Adapun komposisi dari susu segar sebagai brikut :
KomponenKandungan rata-rata
(%w/w)Kisaran (%w/w)
Air 87,1 85,3 – 88,7
Bahan padat bukan
lemak (SNF)8,9 7,9 – 10,0
Lemak 4,0 2,5 – 5,5
Protein 3,3 2,3 – 4,4
Kasein 2,6 1,7 – 3,5
Mineral 0,7 0,57 – 0,83
Asam-asam
organik0,17 0,12 – 0,21
Lainnya 0,15
Walstra et al. (2006). Dairy Science and Technology. Taylor and Francis. NY
2.3.2 Susu Skim
Susu skim adalah susu yang kadar lemaknya telah dikurangi
hingga berada dibawah batas minimal yang telah ditetapkan. Susu skim
merupakan bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil sebagian
atau seluruhnya. Susu skim mengandung zat makanan dari susu kecuali
lemak.
Adapun komposisi dari 100 gram susu skim sebagai berikut :
Komponen Kandungan
Energi 36 kkal
Protein 3,5 gr
Lemak 0,1 gr
Karbohidrat 5,1 gr
Kalsium 123 mg
Fosfor 97 mg
Zat besi 0 mg
Vitamin A 0 IU
Vitamin B1 0,04 mg
Vitamin C 1 mg
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.
Susu skim dapat digunakan oleh orang yang menginginkan kalori
rendah dalam makanannya karena susu skim hanya mengandung 55 %
dari seluruh energisusu dan susu juga digunakan dalam pembuatan keju
dan yoghurt dengan kadar lemak rendah ( Buckle, dkk, 1987 ).
2.3.3 Susu Fullcream
Susu fullcream adalah bahan makanan serta minuman yang biasa
dikonsumsi oleh banyak masyarakat.
Adapun kandungan yang terdapat dalam susu fullcream dalam 100 gram:
Komponen KandunganEnergi 502 kkalProtein 27 grLemak 26 gr
Karbohidrat 40 grKalsium 800 mgFosfor 600 mg
Zat besi 6,67 mgVitamin A 1580 IUVitamin B1 0,6 mgVitamin C 47 mg
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.
2.3.4 Susu Kental Manis
Susu kental manis diperoleh dengan cara menguapkan sebagian
kandungan airnya. Menurut standar yang telah diakui internasional, susu
kental manis harus mengandung lemak tidak kurang dari 7,9% dan bahan
padat bukan lemak tidak kurang dari 25%.
No Komposisi %
1 Lemak 3,80
2 Laktosa 3,90
3 Protein 3,50
4 Mineral 0,73
5 Abu 0,65
6 Kalori 640 kalori
7 Air 88,5
(Diktat nestle)
2.4 Manfaat Susu
Susu merupakan salah satu jenis minuman yang menyehatkan karena
kandungan gizinya lengkap dan mengandung semua asam amino essensial
dalam jumlah yang cukup (Winarno, 1993). Manfaat susu dapat dirasakan
dengan meminum susu minimal 2 kali perhari (setara 480 ml) terutama untuk
kesehatan tulang (Almatsier, 2002). Menurut Kalkwarf et al. (2003),
seseorang yang mengonsumsi susu dalam jumlah rendah pada saat anak-anak,
akan menghalangi mereka dalam mencapai kepadatan tulang maksimum saat
dewasa sehingga akan terjadi penurunan massa tulang dan dapat
menyebabkan terjadinya osteoporosis.
Menurut Khomsan (2004), susu mempunyai peranan penting dalam
mencegah osteoporosis, hal ini disebabkan karena susu merupakan sumber
kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang. Tulang
manusia mengalami turning over, yatu peluruhan dan pembentukan secara
berkesinambungan. Pada saat usia muda, pembentukan tulang berlangsung
lebih intens dibandingkan peluruhannya, sedangkan pada usia tua sebaliknya,
peluruhan tulang berlangsung lebih intens dibandingkan pembentukannya.
Pentingnya susu bagi kesehatan tidak hanya menyangkut masalah
osteoporosis. Susu juga diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi
produksi melatonin. Susu yang mengandung banyak asam amino triptofan
ternyata merupakan salah satu bahan dasar melatonin. Melatonin adalah
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada malam hari. Kehadiran
melatonin akan membuat kita merasa mengantuk dan kemudian tubuh bisa
beristirahat dengan baik. Selain itu susu juga mempunyai kemampuan
mengikat logam-logam berat yang ada disekitar kita akibat polusi. Dengan
demikian susu bermanfaat untuk meminimalisasi dampak keracunan logam
berat yang secara tidak sengaja masuk kedalam tubuh karena lingkungan
yang terpolusi (Khosman, 2004).
2.5 Konsumsi Susu dan Olahannya
Susu dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk. Ada yang segar dan ada
yang dalam terolah, seperti susu bubuk dan kental manis. Manusia juga
mengonsumsi susu dari produk pangan yang mengandung susu seperti keju,
mentega, es krim, dan yogurt (Almatsier, 2002)
Menurut Logue (1991), susu dan produk olahannya tidak selalu
dikonsumsi secara bersamaan oleh beberapa kelompok manusia. Beberapa
kelompok seperti orang-orang Eropa bagian utara tidak hanya mengonsumsi
susu juga mengonsumsi produk olahannya seperti keju, sedangkan suku
bangsa Hausa-Fulani di Nigeria mengonsumsi yogurt tetapi tidak
mengonsumsi susu. Kelompok yang mengonsumsi susu biasanya adalah
orang-orang yang cenderung tidak memiliki enzim laktase dalam jumlah yang
cukup.
Kandungan Gizi Produk Olahan Susu per 100 gram
Kandungan Zat Gizi
Produk Olahan SusuKeju Mentega Es Krim Yogurt
Energi (kkal) 326 725 207 52Protein (g) 22.8 0.5 4 3.3Lemak (g) 20.3 81.6 12.5 2.5
Karbohidrat (g) 13.1 1.4 20.6 4Kalsium (mg) 777 15 123 120Fosfor (mg) 338 16 99 90Besi (mg) 1.5 1.1 0.1 0.1
Vitamin A (µg) 227 1000 158 22Vitamin B1 (mg) 0.01 0 0.04 0.04Vitamin C (mg) 1 0 1 0
Air (g) 38.5 16.5 62.1 88 Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, (Depkes RI, 2005)
2.6 Macam – macam Pasteurisasi Susu
Pasteurisasi dapat didefinisikan sebagai proses pemanasan makanan
atau minuman dengan tujuan membunuh meikroba yang merugikan seperti
virus, protozoa, dan bakteri. Jadi makanan dan minuman yanng dipasteurisasi,
beberapa mikrova yang menguntungkan untuk makhluk hidup sebenanrnya
dibiarkan tetap hidup.
Berikut macam – mcam pasteurisasi susu :
a. Pasteurisasi HTST (High Temperature Short Time)
HTST atau pemanasan dengan suhu tinggi dalam waktu yang cukup
singkat. Pemanasan model HTST ini dilakukan pada susu 750C selama 15
detik. Dalm proses pasteurisasi model HTST ini menggunakan alat yang
disebut Heat Plate Exchanger atau semaqcam perubah suhu tinggi.
b. Pasteurisasi UHT (Ultra High Temperature)
UHT atau proses pemanasan dengan suhu sangat tinggi dalm waktu
yang sangat singkat. Pemanasan model UHT ini dilakuakan dalm suhu
1300C dengan waktu hanya 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dalm tekanan
tinggi. Melalui proses ini seluruh mikroba yang tterdapat dalam makanan
taupun minuman mati, sehingga produk susu yang dipanaskan dengan
UHT iini sering pula dikenal dengan nama susu steril.
c. Pasteurisasi LTLT (Low Tempetarure Long Time)
LTLT atau pemanasan dengan suuhu rendah dalm waktu yang cukup
lama. LTLT dilakukakn pada suhu rendah sekitar 600C dalm waktu 30
menit. Perbedaan tinnggi rendahnya suhu daloam pasteurisasi tetrsebut
berbeda pula pada umur atau ketahanan makanan dan minuman yang
dipasteurisasi. Susu yang menggunakan pasteurisasi HTST misalnya, bisa
tahan selama 1 minggu tanpa mengubah rasa. Sementara susu yang
dipanaskan dengan sisitem UHT bisa tahan sampai dengan 6 bulan.
2.7 Pengertian Protein dan Denaturasi Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomer – monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta
fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk
hidp dan virus.
Protein merupakan salah satu dari biomelekul raksasa, selain
polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama
makhluk hidup. Selain itu protein merupakan salah satu molekul yang paling
banyak diteliti dalam biokimia.
Protein menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari
sistem komunikasi antar sel serta sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di
dalam sel. Karena itulah sebagian besar aktivitas penelitian biokimia tertuju
pada protein khususnya hormon, antibodi dan enzim.
Semua jenis protein terdiri dari rangkaian dan kombinasi 20 asam
amino. Setiap jenis protein mempunyai jumlah dan urutan asam amino khas.
Di dalam sel, protein terdapat baik pada membran plasma maupun membran
internal yang menyusun organel sel seperti mitokondria, retikulum
endoplasma, nukleus, dan badan golgi dengan fungsi yang berbeda – beda
tergantung pada tempatnya. Protein – protein yang terlibat dalam reaksi
biokimia sebagian besar berupa enzim banyak terdapat dalam sitoplasma dan
sebagian terdapat pada kompartemen dari organel sel.
Denaturasi protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan
karakteristik bentuk protein dari gangguan interaksi sekunder, tersier, dan
kuartener struktural seperti suhu, penambahan garam, enzim dll. Karena
fungsi biokimia protein tergantung pada tiga dimensi bentuknya atau susunan
senyawa yang terdapat pada asam amino. Hasil denaturasi adalah hilangnya
aktivitas biokimia yang terjadi didalam senyawa protein itu sendiri.
Denaturasi protein juga tidak mempengaruhi kandungan struktur utama
protein yaitu C, H, O, dan N. Meskipun beberapa protein mengalami
kemungkinan untuk kehilangan kandungan senyawa mereka karakteristik
struktural saat denaturasi. Namun kebaanyakan protein tidak akan mengalami
hal tersebut, hanya saja tidak menutup kemungkinan juga protein akan
berubah struktur kecil didalamnya saat proses denaturasi terjadi.
Bagaimanapun, untuk perubahan denaturasi secara umum, prosesnya tidak
dapat diubah. (Stoker, 2010)
2.8 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Denaturasi Protein
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi denaturasi protein
diantaranya:
a. Suhu
Pada protein suhu sangat dijaga, hal ini dikarenakan suhu
menyebabkan terjadinya proses denaturasi.
b. pH
Pada umumya struktur ion protein tergantung pada pH
lingkungannya. Struktur protein terdiri dari beberapa asam amino, dimana
asam amino ini dapat beertindak sebagai ion positif, ion negatif atau
berdwikutub (zwitterion). Bentuk ion dwikutub bentuk tak berdisosiasi.
Disamping itu, pH yang rendah dan tinggi dapat menyebabkan terjadinya
denaturasi dan merubah struktur dari protein.
c. Radiasi
Radiasi merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi struktur
dari suatu protein. Banyak orang mungkin tidak mengetahui bahwa radiasi
sangatlah berpengaruh terhadap struktur protein. Hal ini disebabkan karena
dalam struktur protein terdapat ikatan – ikatan yang bila terkena sinar
radiasi akan berpengaruh.
d. Pelarut organik
Pelarut organik protein terdiri atas asam amino yang memiliki
struktur yang berbeda. Jadi pelarut organik sangatlah berpengaruh
terhadap struktur protein. Selain itu karena ikatan – ikatan yang terbentuk
pada protein inilah yang mempengaruhi perubahan struktur protein bila
dilarutkan dalam pelarut organik.
2.9 Daya Buih Telur
Buih merupakan dispersi koloid dari fase gas dalam cair, yang dapat
terbentuk saat dikocok. Peran telur dalam membentuk dan menjaga kestabilan
buih terutama ditentukan oleh putih telur. Protein globulin mempunyai
kemampuan memudahkan terbentuknya buih, sementara kompleks kompleks
ovomucin-lysozyme, ovalbumin dan conalbumin mempunyai kemampuan
membuih stabil saat dipanaskan. Fraksi protein putih telur lainnya, seperti
conalbumin, lysozyme, ovomucin dan ovomucoid sendiri mempunyai
kemampuan membuih yang sangat rendah, tetapi interaksi antara lysozyme
dan globulin mempunyai peranan penting dalam pembentukan buih.
Kemampuan globulin dalam membentuk buih ini juga membedakan antara
telur ayam dan telur itik. Telur itik mempunyai kadar globulin yang rendah
sehingga tidak bisa membentuk buih dengan baik, berbeda dengan telur ayam
yang mempunyai kadar globulin yang tinggi.
Peranan telur dalam sistem bahan pangan
Fungsi DeskripsiPembentuk dan penstabil buih
Protein putih telur membentuk buih menghasilkan produk yang mengembang dan stabil
Pemberi warna
1. Pigmen xantophyll pada kkuning telur berperan sebagai pewarna pada beberapa produk
2. Reaksi maillard yangterjadi antra protein telur dengan gula menghasilkan warna coklat yang diinginkan
PengentalMengentalkan bahan pangan sehingga tercapai sifat kental yang diinginkan
Pembentuk gel Protein telur berubah dari bentuk cair menjadi gel
PengemulsiFosfolipid dan lipoprotein pada kuning telur berperan sebagai senyawa aktif yang menstabilkan emulsi minyak dalam air
PengikatMengikat bahan-bahan lain dalam produk pangan sehingga terbentuk tekstur yang kompak
Pelapis/coating Mengikat flavor dan aroma
PenjernihPutih telur menghambat pencoklatan enzimatis dan menghambat kekeruhan pada minuman.
Proses pembentukan buih dimulai pada saat putih telur dikocok
sehingga gelembung udara akan ditangkap oleh putih telur, dan terbentuklah
buih. Selama pengocokan akan terjadi peningkatan dan penurunan ukuran dan
jumlah gelembung udara. Daya buih merupakan ukuran kemampuan putih
telur untuk membentuk buih jika dikocok dan biasanya dinyatakan dalam
persentase terhadap volume putih telur. Buih yang baik memiliki daya sebesar
6-8 kali volume putih telur. Daya buih putih telur akan mempengaruhi
pengembangan adonan selama pemanasan.
Kestabilan buih merupakan ukuran kemampuan struktur buih putih
telur untuk bertahan kokoh atau tidak mencair selama waktu tertentu. Struktur
buih yang stabil umumnya dihasilkan dari putih telur yang mempunyai
elastisitas tinggi, sebaliknya volume buih yang tinggi diperoleh dari putih
telur dengan elastisitas rendah. Elastisitas akan hilang jika putih telur terlalu
banyak dikocok atau diregangkan seluas mungkin (Stadelman dan Cotterill,
1995).
3.0 Kuning Telur Sebagai Emulsifier
Menurut Gaman dan Sherrington (1992), selain meningkatkan nilai gizi
masakan, telur juga mempunyai beberapa sifat fungsional yang bermanfaat,
yakni protein telur yang terkoagulasi bila dipanaskan dapat berperan sebagai
agen pengental dan pengikat; kuning telur mengandung lesitin yang dapat
digunakan sebagai pengemulsi; serta sebagai pembusa, yakni apabila putih
telur dikocok sehingga udara akan terjebak dan protein terkoagulasi sebagian.
Telur dalam pembuatan cookies berfungsi sebagai pelembut dan
pengikat. Fungsi lainnya adalah untuk aerasi yaitu kemampuan menangkap
udara. Telur melembutkan tekstur cookies dengan daya emulsi dari lesitin
yang terdapat dalam kuning telur. Pembentukan adonan yang kompak terjadi
karena daya ikat putih telur. Dalam pembuatan cookies, penggunaan kuning
telur tanpa putih telur akan menghasilkan cookies yang lembut dengan
kualitas cita rasa yang sempurna (Matz & Matz 1978).
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi cairan dalam cairan lain,
yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling
antagonistik. Gelatin dan albumen (putih telur) merupakan protein yang
bersifat sebagai emulsifier dengan kekuatan biasa dan kuning telur merupakan
emulsifier yang kuat (Winarno 1992).
Pada telur yang masih segar, bagian kuningnya terletak ditengah-
tengah. Komposisi kuning telur antara lain 15-16% protein, 35% lemak, 4000
IU/100 gram vitamin A. Protein telur bermutu tinggi sehingga digunakan
sebagai standar untuk mengukur mutu bahan makanan lain (Tarwotjo 1998).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Praktikum Susu
1. Alat
a. Uji Kualitas Susu
1. Beaker glass 100 ml
2. Beaker glass 250 ml
3. Spatula
4. Refrigerator
b. Berat Jenis Susu
1. Spatula
2. Lactometer
3. Gelas ukur 500 ml
2. Bahan
a. Uji Kualitas Susu
1. 400 ml Susu skim (bubuk)
2. 400 ml Susu segar
3. 400 ml Susu bubuk fullcream
4. 400 ml Susu kental manis
5. Kantong plastik
6. Karet
b. Berat Jenis Susu
1. 400 ml Susu skim (bubuk)
2. 400 ml Susu segar
3. 400 ml Susu bubuk fullcream
4. 400 ml Susu kental manis
5. Kantong plastik
3.1.2 Praktikum Telur
1. Alat
a. Denaturasi Protein
1. 8 beaker glass
2. 7 tabung reaksi
3. Bulb pipet
4. Pipet
5. Gelas ukur
6. Spatula
7. Hot plate
b. Daya Buih Telur
1. Stopwatch
2. Mixing bowl
3. Electric mixer
4. Sendok
5. Neraca
6. Beaker glass
7. Wadah plastik
c. Kuning Telur sebagai Emulsi
1. Beaker glass
2. Sendok
3. Panci
4. Kompor
5. Spatula
6. Gelas ukur
2. Bahan
a. Denaturasi Protein
1. Putih telur
2. Air panas
3. 1% AgNO3
4. NaCl 1 M
5. NaOH 1 M
6. Cuka (CH3COOH)
7. Etanol 705
8. HCl
9. Ekstrak nanas
b. Daya Buih Telur
1. 8 butir telur
2. Kertas label
3. Cream of tartar
4. Minyak sayur
5. Jus Lemon
c. Kuning Telur sebagai Emulsifier
1. Telur segar
2. Telur yang telah didiamkan 30 menit
3. Telur suhu refrigerant (utuh)
4. Telur suhu refrigerant yang telah didiamkan 30 menit (telah dibuka)
5. Minyak goreng
6. Air
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Praktikum susu
a) Uji Kualitas Susu
Dipanaskan hingga mendidih
Disimpan
Suhu Dingin Suhu Kamar
Diamati hari ke-3 dan ke-7 Diamati hari ke-2 dan ke-3
- Susu bubuk
- Susu bubuk fullcream
- Susu segar
- Susu kental manis
b) Berat Jenis Susu
Di masukkan dalam gelas ukur 500 ml
Laktometer
di catat skala tepat pada prermukaan susu
Hitunng berat jenis susu
- 400 ml Susu skim (bubuk)
- 400 ml Susu bubuk fullcream
- 400 ml Susu segar
- 400 ml Susu kental manis
3.2.2. Praktikum telur
a. Denaturasi Protein
Dipecah
Diambil putih telur
Masukkan beakere glass 1-8 (@10 ml)
Tambahkan
Catat hasil pengamatan
Telur
Etanol 70%
HCl
CH3COOHNaOH 1 M½ AgNO3
Ekstrak NanasNaCl 1 MAir Mendidih
b. Daya Buih Telur
Putih telur segar
Dikocok hingga permukaan kaku
Hitung lama pengocokan
Pindahkan ke dalam beaker glass
Beri label sebagai “kontrol”
Disimpan 30 menit dalam suhu ruang
Amati volume buih awal
Amati volume buih akhir
Dikocok hingga berbuih + 5 menit
Tambahkan 1/8 sendok teh cream of tartar
Dikocok kembali hingga permukaan kaku (Dengan kecepatan yang sama
dengan awal)
Hitung lama pengocokan
Pindahkan ke dalam beaker glass
Beri label “ Dengan Cream of Tartar”, “Dengan “Jus lemon”, “Dengan minyak sayur”
Disimpan 30 menit dalam suhu ruang
Amati volume buih awal
Amati volume buih akhir
Tambahkan 1/2 sendok teh minyak sayur
Tambahkan 1/2 sendok teh jus lemon
Amati :1. Waktu pengocokan yang diperlukan
oleh masing-masing sampel2. perbedaan masing-masing perlakuan
(segera setelah mixing dan 30 menit setelah mixing).
3. Sampel yang memiliki volume terbesar (segera setelah mixing dan 30 menit setelah mixing).
4. Sampel yang paling mengempis (30 menit setelah mixing).
5. Sampel yang lebih stabil
c. Emulsifier
Kuning Telur Minyak Air
Dimasukkan ke
Masukkan ke dalam beaker glass
Kocok selama ± 2 menit
Dicampur dan kocok hingga merat
Panaskna campuran dengan panas yang rendah dan diaduk-aduk
Sistem Emulsi
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Praktikum Susu
a. Uji Kualitas Susu
1. Susu skim
Pengamatan
Suhu Dingin Suhu Rendah
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-0
Hari ke-2 Hari ke-3
Warna + + + +
Aroma + + + + + + + + + + + +
Kenampakan cair
air dengan lemak susu terpisah
tidak terpisah, buih sedikit
pecah, ada yang menggumpal
pecah, ada yang menggumpal
2. Susu fullcream
Pengamatan
Suhu Dingin Suhu Rendah
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-0
Hari ke-2 Hari ke-3
Warna + + + + + + + + + + + + + + +
Aroma + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
Kenampakan cair Cairterpisah, buih banyak
menggumpal menggumpal
3. Susu segar
Pengamatan
Suhu Dingin Suhu Rendah
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-0
Hari ke-2 Hari ke-3
Warna + + + + + + + + + +
Aroma + + + + + + + + + + + + + +
Kenampakan cair Cairterpisah, buih banyak
menggumpal menggumpal
4. Susu kental manis
Pengamatan
Suhu Dingin Suhu Rendah
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-0Hari ke-
2Hari ke-3
Warna + + + + + + + + + + + + + + + + +
Aroma + + + + + + +
Kenampakan Cair cair
Tidak terpisah, buih sedikit
cair cair
Keterangan :
Warna : semakin (+) semskin gelap
Aroma : semakin (+) semakin terasa asam
Kenampakan : berbuih, berpisah
b. Berat Jenis Susu
BahanPengulangan
rata-rataI II III
Susu skim >1,040 >1,040 >1,040 >1,040Susu bubuk fullcream 1,032 1,0325 1,032 1,032
Susu segar 1,026 1,026 1,026 1,026Susu kental manis
(SKM)1,030 1,030 1,030 1,030
4.1.2 Praktikum Telur
a. Denaturasi Protein
Tabung Reaksi
Penambahan Kenampakan Warna
1 Air Panas Gumpalan semi halus Keruh2 1% AgNO3 Gumpalan padat Putih susu3 NaCl 1 M Gumpalan semi halus Bening4 NaOH 1M Gumpalan halus Bening5 Cuka (CH3COOH) Gumpalan halus Keruh 6 Ekstrak Nanas Endapan semi halus Keruh7 HCl Gumpalan padat Putih susu8 Etanol 70% Gumpalan padat Putih susu
b. Daya Buih Telur
No. Perlakuan
Lama Pengocokan
(hingga berbuih)
Stabilitas BuihVol. Awal Buih (ml)
Vol. Akhir Buih (ml)
Perubahan Volume
(ml)
1. Kontrol 7 menit 80 70 10
2.Ditambah cream
of tartar7 menit 50 49 1
3.Ditambah
minyak goreng7 menit 25 23 2
4.Ditambah jus
lemon7 menit 34 30 4
c. Emulsifier
No.
Jenis Minyak
Perlakuan Pada Telur
Homogenitas
Stabilitas WarnaKondisi Telur
1.Minyak goreng
Diamkan suhu refrigerant 30
menit+++ +++
Sudah dibukaDiamkan 30
menit dalam suhu ruang
++ ++Kuning keruh
2.Minyak goreng
Suhu refrigerant
+++ +++ Belum dibuka
Suhu ruang ++ ++ Putih pekat
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Praktikum Susu
Bahan Rata-rata
Susu skim >1,040
Susu bubuk fullcream 1,032
Susu segar 1,026
Susu kental manis (SKM) 1,030
4.2.2 Praktikum Telur
Pada praktikum ini tidak dilakukan perhitungan
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
5.1.1 Praktikum Susu
a. Uji Kualitas Susu
Pada praktikum uji kulitas susu bahan yang digunakan ada 4
macam, yaitu susu jenis skim, susu fullcream, susu segar, susu kental
manis. Masing – masing jenis susu yang dibutuhkan hannya 100 ml.
Masing – masing dimasukkan kedalam beaker glass berukuran 250
ml. Kemudian di didihkan untuk membunuh mikroba yang terdapat
dalam susu. Tunggu hingga mendidih sambil diaduk supaya tidak
menimbulkan buih. Setelah mendidih, angkat dan amati masing –
masing susu meliputi warna, aroma, dan kenampakan susu untuk hari
ke 0. Setelah diamati, kemudian susu yang 100 ml dibagi menjadi 2
yaitu masing – masing 50 ml. 50 ml yang pertama disimpan dalam
suhu ruang, dan 50 ml berikutnya disimpan dalam suhu dingin.
Tempat penyimpanan yang berbeda tersebut untuk mengetahui
pengaruh penyimpanan terhadap kualitas susu. Untuk susu yang
disimpan didalam suhu ruang dilakukan pengamatan pada hari ke 2
dan ke 3 sedangkan pada suhu dingin dilakukan pengamatan pada hari
ke-3 dan ke-7.
b. Berat Jenis Susu
Pada praktikum berat jenis susu menggunakan alat yang namanya
laktometer. Laktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
berat jennis susu. Langkah pertama, siapkan bahan. Bahan yang
digunakan meliputi susu skim, susu fullcream, susu segar dan susu
kental manis dengan masing – masing 400 ml. Masukkan masing –
masing susu secara bergantian kedalm gelas ukur berukuran 500 ml.
Setelah itu celupkan laktometer secara perlahan kedalam susu yang
berada didalam gelas ukur 500 ml hingga laktometer melayang.
Kemudian lihat skala yang terdapat dalam laktometer lalu catat
hasilnya. Skala tersebut menunjukkan berat jenis dari susu. Semakin
tenggelam laktometer maka berat jenis susu semakin kecil, sedangkan
jika laktometer semakin melayang maka berat jenis susu semakin
besar. Pengukuran berat jenis susu ini dilakukan selama 3 kali agar
hasilnya lebih akurat.
5.1.2 Praktikum Telur
a. Denaturasi Protein
Langkah pertama yaitu menyiapkan bahan yang akan
digunakan. Telur utuh dipecahkan, dan pisahkan antara kuning telur
dengan putih telurnya. Pada praktikum ini ynag digunakan hanya
putih telurnya saja karena akan lebih muda untuk mengamati
kenampakan dan warnanya dibandingkan dengan menggunakan
kuning telur. Putih telur yang semula transparan, namun jika sudah
terdenaturasi akan erwarna menjadi buram dan massa padat.
Setelah terpisah dengan kuning telurnya masukkan putih telur
sebanyak 10 ml pada masing – masing beaker glass. Beaker glass
yang digunakan disini sebanyak 8, tiap – tiap beaker glass mengalami
perlakuan yang berbeda. Setelah masing-masing beaker glass terisi
putih telur, kemudian masukkan sampel yang berbeda pada tiap-tiap
beaker glass. Sampel yang ditambahkan pada tiap-tiap beaker glass
adalah air mendidih, 1% AgNO3 , NaCl 1M, NaOH 1M, ekstrak
nanas, CH3COOH, HCl, dan Etanol 70%. Penggunaan sampel yang
berbeda tersebut untuk mengetahui pengaruh penambahan panas,
asam, basa, logam berat , garam, alkohol dan enzim pada denaturasi
protein. Kemudiah aduk hingga merata. Lalu amati dan catat
perubahan kenampakan dan warnanya.
b. Daya Buih Telur
Pada perlakuan pertama putih telur yang masih segar dikocok
hingga permukaannya kaku. Hitung lama pengocokan, agar dapat
mengetahui lama pengocokan hingga mengembang. Setelah iu
pindahkan kedalam beaker glass dan beri label sebagai kontrol, agar
memudahkan pada saat pengamatan. Kemudian amati volume buih
awal, kemudian simpan selama 30 menit dalam suhu ruang ,
penyimpanan tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu
penyimpanan untuk volume buih. Lalu amati volume buih akhir.
Pada perlakuan kedua putih telur dikocok hingga berbuih,
kurang lebih 5 menit. Setelah itu beri 3 perlakuan yang berbeda.
Perlakuan pertama ditambahkan 1/8 sendok teh cream of tartar.
Perlakuan kedua ditambahkan ½ sendok teh minyak sayur, dan
perlakuan ke tiga tambahkan ½ sendok teh jus lemon. Dikocok
kembali hingga permukaan kaku. Kecepatan pengocokan harus sama
dengan awal. Hitung waktu selama pegocokan. Kemudian pindahkan
kedalam beaker glass. Setelah dipindah kedalam beaker glass diberi
label sesuai dengan penambahan yang diberikan. Pemberian label
bertujuan untuk mempermudah pada saat melakukan pengamatan,
agar tidak terjadi kekeliruan. Amati volume buih awal. Simpan selama
30 menit dalam suhu ruang , penyimpanan tersebut bertujuan untuk
mengetahui pengaruh waktu penyimpanan untuk volume buih. Lalu
amati volume buih akhir.
Kemudian amati beberapa parameter seperti Waktu pengocokan
yang diperlukan ole masing-masing sampel perbedaan masing-masing
perlakuan (segera setelah mixing dan 30 menit setelah mixing).
Sampel yang memiliki volume terbesar (segera setelah mixing dan 30
menit setelah mixing), sampel yang paling mengempis (30 menit
setelah mixing) serta sampel yang paling stabil.
c. Emulsifier
Perlakuan pertama kuning telur dimasukkan ke dalam beaker
glass, dan kocok kurang lebih selama 2 menit agar kuning telur dapat
terdenaturasi dengan sempurna dan membentuk emulsi. Untuk
perlakuan kedua air dan minyak dimasukkan dalam beaker glass.
Kemudian campurkan antara kuning telur yang sudah dikocok tadi
dengan air dan minyak. Dikocok hingga merata agar tercampur
semuanya. Setelah tercampur secara merata, lalu panaskan dengan
suhu yang rendah sambil diaduk-aduk. Pemanasan dan pengadukan
bertujuan untuk memepercepat proses emulsi sehingga terjadi sistem
emulsi.
5.2 Praktikum Susu
5.2.1 Faktor – faktor penyebab kerusakan susu
Kerusakan pada susu dapat disebabkan oleh faktor – faktor sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba
Pertumbuhan dan aktivitas mikroba terutama bakteri, ragi, dan
kapang. Beberapa mikroba dapat membentuk lendir, gas, busa, warna
yang menyimpang, asam, racun dan lain-lain.
b. Aktivitas enzim – enzim di dalam susu
Enzim yang terdapat pada susu tersebut dapat berasal dari
mikroba atau sudah ada pada bahan pangan tersebut secara normal.
Adanya enzim memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia lebih
cepat tergantung dari jenis enzim yang ada, selain itu juga dapat
mengakibatkan bermacam-macam perubahan pada komposisi susu.
c. Suhu termasuk suhu pemanasan dan pendinginan
Pemanasan dengan suhu yanng terlalu tinggi dapat
menyebabkan kerusakan protein (denaturasi), emulsi lemak, dan
vitamin, sedangkan susu yang dibekukan akan menyebabkan
pecahnya emulsi dan lemaknya akan terpisah. Pembekuan juga dapat
menyebabkan kerusakan protein susu dan menyebabkan
penggumpalan.
d. Kadar air
Kadar air sangat berpengaruh pada daya simpan susu karena air
inilah yang membantu pertumbuhan mikroba.
e. Udara terutama oksigen
Oksigen dapat merusak vitamin, warna susu, cita rasa serta
merupakan pemicu pertumbuhan mikroba aerobik. Susu yang
mengandung lemak dapat menyebabkan ketengikan karena proses
lipoksidase.
f. Sinar matahari
Susu yang terkena sinar matahari secara langsung dapat berubah
cita rasanya serta terjadi oksidasi lemak dan perubahan protein.
g. Jangka waktu penyimpanan
Umumnya waktu penyimpanan susu yang lama akan
menyebabkan kerusakan yang lebih besar.
h. Mikroorganisme sebagai indikator cemaran dalam susu
Mikroorganisme menggunakan susu sebagai bahan yang sangat
ideal untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme dalam bahan pangan
adalah mikroorganisme yang umum ditemukan dalam saluran
pencernaan manusia dan hewan seperti bakteri koloform. Adanya
mikroorganisme indikator di dalam suatu makanan menunjukkan
telah terjadinya kontaminasi kotoran dan sanitasi yanngtidak baik
terhadap air, makanan, susu, dan prosuk susu.
5.2.2 Parameter Kualitas Susu
Parameter kualitas susu tercantum dalam tabel berikut:
No Karakteristik Syarat
1 Berat jenis (pada susu 27,50C) minimum 1,0280
2 Kadar lemak minimum 3,0%
3 Kadar BKTL minimum 8,0%
4 Warna, bau, rasa, & kekentalan Tidak ada perubahan
5 Derajat asam 6,7 0SH
6 Uji alkohol (70%) Negatif
7 Uji katalase maksimum 3 (cc)
8 Angka reduktase 2-5 jam
9Cemaran mikroba maksimum = total
mikroba1x100 CFU/ml
10 Uji pemalsuan Negatif
SNI 01-3141-1998
5.2.3 Analisis Data
a. Uji Kualitas Susu
Pada praktikum uji kualitas susu menggunakan 4 macam jenis
susu yaitu susu skim, susu fullcream, susu segar, dan susu kental
manis. Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat dari hasil
praktikum parameter yang digunakan berdasarkan pada warna, aroma,
dan kenampakan terhadap susu yang disimpan di suhu ruang dengan
suhu yang disimpan di susu dingin. Untuk penyimpanan pada suhu
ruang dilakukan pengamatan pada hari ke-0, hari ke-2 dan hari ke-3,
sedangkan untuk penyimpanan pada suhu dingin pengamatannya pada
hari ke-3 dan hari ke-7.
Pada susu skim yang disimpan pada suhu dingin untuk
pengamatan warna pada hari ke-3 dan hari ke-7 tidak mengalami
perubahan. Untuk penyimpanan disuhu ruang juga tidak mengalami
perubahan untuk parameter warna. Untuk penyimpanan pada suhu
dingin dengan parameter warna untuk hari ke-3 dan hari ke-7 juga
tidak terdapat terdapat perubahan. Sedangkan untuk penyimpanan
pada suhu rendah dengan parameter aroma untuk hari ke-0 asamnya
belum begitu terasa, sedangkan untuk hari ke-2 dan ke-3 asamnya
sudah mulai terasa. Pada parameter kenampakan untuk penyimpanan
yang disuhu dingin pada hari ke-3 masih cair, namun setelah hari ke-7
air dengan lemak terpisah. Sedangkan untuk penyimpanan pada suhu
ruang untuk hari ke-0 terdapat sedikit buih, sedangkan untuk hari ke2-
dan ke-3 terjadi penggumpalan.
Pada pengamatan susu fullcream untuk parameter warna dengan
penyimpanan di suhu dingin pada hari ke-3 dan ke-7 tidak terdapat
perubahan. Untuk penyimpanan disuhu ruang pada hari ke-0, hari ke-
2, dan hari ke-3 juga tidak terdapat perubahan. Pada parameter aroma
dengan penyimpanan pada suhu dingin untk hari ke-3 dan hari ke-7
aromanaya sangat menyengat. Pada penyimpanan suhu ruang pada
hari ke-0 aromanya asamnya sudah ada, setelah disimpan dan diamati
pada hari ke-2 dan hari ke-3 aroma asamnya semakin menyengat.
Untuk pengamatan parameter kenampakan pada hari ke-3 dan hari ke-
7 susu tetap dalam keadaan cair, tidak terjadi perubahan secara
signifikan. Sedangkan untuk penyimpanan yang disuhu ruang pada
hari ke-0 sudah terdapat banyak buih. Untuk pengamtan pada hari ke-
3 dan hari ke-7 susu mengalami penggumpalan. Pada pengamatan
susu segar dengan parameter warna baik pada penyimpanan suhu
dingin maupun suhu ruang, tidak terjadi perubahan warna. Warna susu
masih sama dengan yang hari ke-0 yaitu warnanaya agak gelap. Untuk
parameter aroma dengan penyimpanan pada suhu dingin antara
pengamatan pada hari ke-3 maupun ke-7 juga tidak terdapat
perubahan yang signifikan. Sedangkan pada penyimpanan di suhu
rendah, terdapat perubhan dari hari ke-0 dengan hari ke-2. Yaitu
aromanya semakin asam, sedangkan dari hari ke-2 ke hari ke-3 tidak
terjadi perubahan. Untuk parameter kenampakan pada suhu dingin
baik hari ke-3 maupun hari ke-7 susu tetap cair. Untuk penyimpanan
pada suhu ruang, pada hari ke-0 terdapat banyak buih, sedangkan pada
hari ke-2 dan ke-3 susu berubah menjadi menggumpal.
Pada pengamatan susu kental manis dengan parameter warna,
untuk penyimpanan pada suhu dingin warnanya tidak mengalami
perubahan warna dari hari ke-3 maupun hari ke-7, warnanya terlihat
gelap. Sedangkan pada penyimpanan suhu ruang terjadi perubahan.
Pada hari ke-0 susu sedikit berwarna gelap, pada hari ke-2 warnanya
berubah semakin gelap. Sedangkan pada pengamatan pada hari ke-3
warnanya tidak terlalu gelap seperti hari ke-2. Untuk parameter aroma
pada penyimpanan suhu dingin pada hari ke-3 bau asamnya tidak
terlalu menyenngat, sedangkan pada pengamatan hari ke-7 aroma
asamnya semakin menyengat. Untuk penyimpanan pada suhu dingin
dari hari ke-0. Ke-2, maupun ke-3 tidak terdapat perubahan, aromanya
masih sama yaitu sedikit berbau asam. Pada parameter kenampakan
dengan penyimpanan pada suhu dingin untuk hari ke-3 dan hari ke-7
susunya tetap cair. Untuk penyimpanan pada suhu rendah pada hari
ke-0 terdapat sedikit buih. Sedangkan untuk hari ke-2 dan ke-3 susu
menjadi cair.
Susu semakin lama disimpan aromanya akan semakin asam,
karena pada susu terdapat asam laktat yang menyebabkan susu
beraroma asam. Susu yang terdapat buih dikarenakan denaturasi
prostein pecah sehingga dapat menangkap udara yang dapat
menyebabkan adaya buih. Untuk perubahan warna yang dialami susu
yang disimpan disebabkan karenma adanya denaturasi protein.
b. Berat Jenis Susu
Berat jenis susu merupakan perbandingan antara berat susu
tersebut dengan berat air pada suhu dan volume yang sama. Berat
Jenis tidak memiliki satuan. Berat jenis susu rata-ratanya adalah 1,028
menurut standart SNI 01-3141-1998 pada suhu kamar. Berat jenis
susu dipengaruhi oleh padatan total dan padatan tanpa lemak. Kadar
padatan total susu akan diketahui jika diketahui berat jenis dan kadar
lemaknya. Berat jenis susu diukur menggunakan lactometer.
Lactometer adalah hydrometer dimana skalanya sudah disesuaikan
dengan berat jenis susu. Prinsip kerja alat ini mengikuti hokum
Archimedes yaitu jika suatu benda dicelupkan ke dalam cairan maka
benda tersebut akan mendapatkan tekanan ke atas sesuai dengan berat
volume cairan yang dipindahkan atau diisi. Jika lactometer dicelupkan
ke dalam susu yang rendah berat jenisnya maka lactometer akan
tenggelam lebih dalam dibandingkan jika lactometer tersebut
dicelupkan dalam susu yang berat jenisnya tinggi.
Pada praktuikunm uji kualitas susu juga menggunakan 4 jenis
macam susu yaitu susu skim, susu fullcream, susu segar, dan susu
kental manis. Dari masing-masing susu tersebut mempunyai nilai
berat jenis yang berbeda-beda tergantung dari kandungan masing-
masing susu. Untuk susu skim didapat nilai rata-rata 1,040, susu
fullcream rata-ratanya 1,032, susu segar rata-ratanya 1,026, susu
kental manis rata-ratanya 1,030. Dari data yang didapat jenis susu
yang nilai berat jenisnya paling besar dari susu skim, susu fullcream,
susu kental manis, dan terakhir susu segar. Nilai berat jenis yang kecil
itu disebabkan karena perubahan perubahan kondisi lemak dan adanya
gas yang timbul didalam air susu. Selain itu juga disebabkan oleh
karena susu umurnya sudah lama dan disimpan dalam freezer dalam
keadaan terbuka sehingga uap air masuk ke dalam susu sehingga susu
terlalu encer. Sedangakan yang nilai berat jenisnya besar disebabkan
karena kandungan lemak yang terdapat dalam susu tersebut masih
banyak, sehingga susu sedikit kental.
5.3 Praktikum Telur
5.3.1 Denaturasi Protein
5.3.1.1 Definisi Masing-masing Bahan
a. Putih Telur
Putih telur adalah cairan putih (albumen) yang terkandung di
dalam sebuah telur. Cairan ini terdapat di dalam telur yang sudah
dibuahi dan yang belum dibuahi. Putih telur terdiri dari 10%
protein terlarut di air. Kegunaan putih telur adalah melindungi
kuning telur dan menyediakan nutrisi tambahan bagi pertumbuhan
embrio, karena putih telur kaya akan protein dan rendah lemak,
yang merupakan kebalikan dari kuning telur, yang mengandung
nilai lemak yang tinggi.
b. AgNO3
Perak nitrat merupakan sebuah senyawa anorganik dengan
rumus kimia AgNO3. Senyawa ini adalah senyawa paling
serbaguna di antara senyawa perak lainnya, dan digunakan pada
fotografi. Senyawa ini lebih tidak sensitif terhadap sinar matahari
daripada perak halida. Senyawa ini dulu disebut lunar kaustik
karena perak dulunya disebut luna oleh para alkemis kuno yang
percaya bahwa perak berasosiasi dengan bulan
c. NaCl
Natrium Klorida (NaCl) juga dikenal dengan garam dapur,
atau halit, adal senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl.
Senyawa ini adalah garam yang paling memengaruhi salinitas laut
dan cairan ekstraseluler pada banyak organisme multiseluler.
Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida
serinng digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan. Natrium
klorida adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat
ini pada proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran
berkedudukan sebagai medium inhibitor yang fungsinya
menghambat proses metabolisme benih sehingga perkecambahan
pada benih recalsitran dapat terhambat. Dengan kemampuan
tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl terlarut di dalam
air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi
yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi
rendah)/low concentrate yang terdapat di dalam tubuh benih
sehingga akan diperoleh keseimbangan kadar air pada benih
tersebut. Hal ini dapat terjadi karena H2O akan berpindah dari
konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi yang
tinggi. Hal ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi
benih recalsitran, karena sebagaimana kita ketahui benih recalsitran
yaitu benih yang memiliki tingkat kadar air yang tinggi dan sangat
peka terhadap penurunan kadar air yang rendah. Kadar air yang
tinggi menyebabkan benih recalsitran selalu mengalami
perkecambahan dan berjamur selama masa penyimpanan atau
pengiriman ketempat tujuan. Namun dengan perlakuan konsentrasi
sodium chlorida (NaCl) maka hal ini dapat teratasi.
d. NaOH
Natrium hidroksida (Na OH ), juga dikenal sebagai soda
kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik.
Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan
alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di
berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai
basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air
minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang
paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia
bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida
dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan
panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH.
e. Cuka
Asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam
bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam cuka murni
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku
16.70C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling
sederhana. Larutan asam cuka dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan
CH3COO-. Asam cuka merupakan pereaksi kimia dan bahan baku
industri yang penting. Asam cuka digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil
asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri
makanan, asam cuka digunakan sebagai pengatur keasaman.
f. Etanol
Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah
terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang palinng sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol adalah salah satu
obat rekreai yang paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol
rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris
C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dan dimetil eter.
g. Ekstrak nanas
Bromelin adalah enzim proteolitik yang ditemukan pada
bagian batang dan buah nanas. Enzim ini diproduksi sebagai hasil
sampingan dari pabrik jus nanas. Dalam memproduksi bromelin,
beberapa senyawa yang dapat digunakan untuk presipitasi
(pengendapan) enzim ini adalah amonium sulfat dan alkohol.
5.3.1.2 Mekanisme Terjadinya Denaturasi Protein
Denaturasi akibat panas menyebabkan molekul-molekul yang
menyusun protein bergerak denagn sangat cepat, sehingga sifat
protein yaitu hidrofobik menjadi terbuka. Akibatnya, semakin panas,
molekul akan bergerak semakin cepat dan memutus ikatan hidrogen
didalamnya. Denaturasi akibat asam/basa terjadi ketika adanya
penambahan kadar asam atau basa pada garam protein yang dapat
memutus kandungan struktur dari protein tersebut karena terjadi
subtitusi ion negatif dan positif pada garam dengan ion positif dan
negatif pada asam atau basa. Denaturasi akibat campuran logam berat
pada protein, hal ini terjadi karena ikatan sulfur pada protein tertarik
oleh ikatan logam berat sehingga denaturasi terjadi dengan adanya
perubahan struktur kandungan senyawa pada protein tersebut saai ion
pada protein bereaksi dengan ion logam berat yang tercampur
didalamnya (Uversky, 2007).
5.3.1.3 Analisis Data
Pada praktikum ini hanya menggunakan putih telur saja, karena
lebih gampang diamati kenampakannya dari pada kuning telur. Dari
hasil pengamatan pada putih telur yang ditambahi air panas terlihat
bahwa putih telur mengalami penggumpalan semi halus, dan
warnanya juga berubah yang semula transparan menjadi keruh. Pada
percobaan ini putih telur tidak terkoagulasi secara sempurna,
sedangkan menurut literatur dengan adanya penambahan panas maka
akan memberikan perubahan denaturasi yang sempurna.
Penyimpangan ini mungkin disebabkan karena suhu dari air panas
terlalu rendah sehingga tidak dapat mendenaturasi secara sempurna.
Hasil pengamatan pada putih telur yang ditambahi 1% AgNO3
terdapat gumpalan-gumpalan padat dan warnanya menjadi putih susu.
Gumpalan yang terjadi karena adanya logam berat yang terbentuk
kompleks garam protein-logam. Kompleks inilah yang membuat
protein akan sulit untuk larut, sehingga terjadi gumpalan.
Pada putih telur yang ditambahi dengan larutan NaCl,
kenampakan dari putih telur berubah menjadi gumpalan semi halus
dan warnanya berubah bening. Hal ini dikarenakan ..........
Pada pengamatan yang ditambahi dengan larutan asam basa
(CH3COOH dan HCl - NaOH) terdapat perbedaan pada kenampakan.
Untuk putih telur yang ditambahi dengan NaOH 1 M pada
kenampakannya terdapat gumpalan halus, dan warnanya tetap bening
seperti semula. Untuk yang ditambahi larutan Cuka (CH3COOH)
terdapat gumpalan halus sedangkan warnanya berwarna keruh. Pada
pengamatan yang ditambahkan HCl kenampakannya terdapat
gumpalan padat dan warnanya putih susu.
Penambahan cairan organik (Etanol) 70% menyebabkan
kenampakan pada putih telur terdapat gumpalan padat dan warnanya
putih susu. Alkohol 70% bisa masuk ke dinding sel dan dapat
mendenaturasi protein di dalam sel.
Penambahan ekstrak nanas pada putih telur untuk
kenampakannya terdapat endapan semi halus dan warnanya berubah
menjadi keruh.
5.3.2 Daya Buih Telur
Dari data yang didapat saat praktikum, volume buih kontrol
sebelim disimpan volumenya 80 ml, sedangkan setelah disimpan dalam
suhu ruang selama 30 menit, volumenya berkurang menjadi 70 ml.
Pada pengamatan yang ditambahi 1/8 cream of tartar, volume awal
setelah pengocokan yaitu 59 ml, sedangkan setelah didiamkan dalam
suhu ruang selama 30 menit juga mengalami penurunan 1 ml menjadi 49
ml. Terdapat penyimpangan dalam data ini, karena menurut literatur jika
ditambahkan oleh cream of tartar volumenya justru bertambah, karena
dalam cream of tartar terkandung kimia bahan kimia yang yang dapat
berfungsi sebagai agen stabilisator. Penyimpangan ini mugkin
disebabkan karena kurangnya waktu pengocokan saat pencampuran
cream of tartar dalam putih telur.
Pada sampel yang ditambahi dengan minyak goreng juga
mengalami perubahan volime dari sebelum disimpan dengan yang
sesudah disimpan. Volume buih awal 25 ml, stelah didiamkan selama 30
menit dalam suhu ruang didapat volume akhir menjdi 23 ml. Terjadi
penurunan volume dalam praktikum ini. Hal ini disebabkan karena dalam
minnyak goreng mengandung asam lemak yang memiliki efek negatif
dalam pengembangan stabilitas buih. Stabilitas buih yang dicampur
dengan minyak goreng akan menghambat buih putih telur sehingga
volume buih akhir dapat menurun dari volume buih awal.
Sampel yang diberi tambahan lemon mengalami perubahan
volume. Sebelum disimpan volume buih sekitar 34 ml, namun setelah
disimpan pada suhu kamar selama 30 menit, volumenya menurun
menjadi 30 ml. Terdapat penyimpangan dari hasil pengamtan yang
didapat, karena menurut literatur jika putih telur ditambahkan dengan
lemon maka volume buih dapat naik, karena lemon mengandung asam
sitrat sehingga akan mempengaruhi protein ovomucin sebagai pembentuk
struktur putih telur. Asam dan garam asam dapat meningkatkan
kestabilan dengan cara mengubah konsentrasi protein yang terdenaturasi
pada wilayah interfase cair dan udara dalam buih (Baldwin dan Cotterill,
1979). Penyimpangan ini mungkin dikarenakan kurangnya waktu
pengocokan saat pencampuran cream of tartar dalam putih telur.
5.3.2 Kuning Telur Sebagai Emulsifier
Dari praktikum yang dilakukan, sampel pertama menguunakan
kuning telur 10 ml yang telah mengalami pengocokan terlebih dahuli
yanng kemudian didiamkan dalam keadaan terbuka dalam suhu
refrigerant dengan kurun watu 30 menit. Kenampaka dari kuning telur
setelah pentimpanan lebih padat, hal ini karena kuning tlur mengalami
koagulasi. Kemudian kuning telur tersebut dicampurkan dengan air dan
minyak masing-masing 20 ml ke dalam beaker glass. Lalu panaskan
menggunakan penangas listrik. Setelah dipanaskan didapat data bahwa
warna yang sula kuning pekat, namun setelah dipanaskan dan dicampur
denagn minyak dan air warnanya menjadi putih kekuningan dan juga
keruh. Namun homogenitas dan stabilitas dari kuning telur meningkat,
hal ini disebabkan karena kuning telur mengandung lesitin yang dapat
menstabilkan emulsi, dan kehomogenannya terjadi karena dilakukan
pemanasan pada kuning telur dan pengadukan mekanis yag kuat.
Pada sampel kedua juga menggunakan kuning telur 10 ml , tapi
dengan perlakuan yang berbeda. Telur yang telah dikocok terlebih dahulu
disimpan dalam keadaan terbuka selama 30 menit dalam suhu ruang,
kemudian kuning telur tersebut di campurkan dengan air dan minyak
goreng masing-masing 20 ml ke dalam beaker glass, lalu panaskan.
Setelah dipanaskan didapat data bahwa warna dari kuning telur yang
semula kuning pekat menjdi kuning dan keruh. Hal ini disebabkan karena
penyimpanan yang disuhu ruang, sehingga kualitas dari kuning telur
tersebut menurun, karena sudah tercemar dengan lingkungan sekitar.
Kekeruhan yang terdapat dalam kenampakan kuning telur tersebut
menunjukkan tingkat stabilitas emulsi. Semakin keruh warnanya maka
emulsi yang terjadi semakin stabil.
Pada sampel ketiga menggunakan telur yang masih utuh dari
cangkangnya. Telur tesebut sudah mengalami penyimpanan dalam suhu
refrigeran selama 30 menit. Kemudian pecahkan telurnya, kemudian
kocok dan ambil hanya 10 ml dan masukkan dalam beaker glass. Setelah
itu masukkan campuran air dan minyak goreng masing-masing 20 ml.
Kemudia panskan menggunakan penangas listrik selama 5 menit. Setelah
dipanaskan didapat warna dari kuning telur yang pertamanya kuning
pekat menjadi purih pekat dan juga terdapat gumpalan-gumpalan besar
yang menyebabkan homegenitasnya dan kestabilannya tinggi. Hal ini
sesuai dengan literatur karena penyimpanan telur dalam refrigeran akan
meningkatkan kualitas telur dan pemecahan emulsi dapat dipicu dengan
adanya pemanasan, pengadukan mekanis yang kuat selama pengocokan.
Pada sampel keempat menggunakan telur yang masih utuh dari
cangkangnya. Telur tesebut disimpan dalam suhu ruang selama 30 menit.
Setelah itu pisahkan telur dari cangkangnya, lalu dikocok. Kemudian beri
campuran air dan minyak goreng masing-masing 20 ml. Masukkan dalam
beaker glass. Kemudian panaskan dipenangas selama 5 menit. Setelah
dipanaskan warnanya yang semula kuning pekat menjadi kuning agak
keruh, homogenitasnya dan stabilitasnya menurun.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Karakteristik dari berbagai susu bermacam-macam tergantung jenis
susunya. Untuk susu segar nilai lemak yang terkandung tidak kurang dari
3%, untuk susu skim kandungan lemaknya tidak lebih dari 1,25%, untuk
susu fullcream kandungan lemaknya tidak kurang dari 26%, dan untuk
susu kental manis kandungan lemaknya tidak kurang dari 8%.
2. Umur simpan untuk susu yang dipasteurisasi dengan HTST dapat
disimpan dalam waktu 1 minggu, untuk pasteurisasi UHT dapat disimpan
selama 6 bulan, sedangkan untuk pasteurisasi LTLT dapat bertahan selama
3 hari.
3. Kerusakan biologis selama penyimpanan susu meliputi warnanya semakin
gelap, aromanya semakin asam, dan terdapat buih.
4. Nilai gizi yang terdapat dalam kuning telur 15-16% protein, 35% lemak,
4000 IU/100 gram vitamin.
6.2 Saran
1. Sebaiknya praktikkum dilakukan dengan teliti agar didapatkan hasil yang
akurat.
2. Waktu praktikum sebaiknya dimanajemen sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Azis. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba
Buckle, K.A. 1985. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, Penerjemah. Jakarta: UI
Press
Departemen Kesehatan RI. 1995. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Gaman and Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Yogyakarta: Gadjah Mada
Unervesity Press
Kalkwarf, et al. 2003. Milk Intake During Childhood and Adolescence,Adult Bone
Density and Osteoporotic Fractures. In US women. American Journal
Clinical Nutrition, 77,257-65
Khomsan, A. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya,
Depok
Logue. 1991. The Psychology of eating and Drinking (2nd ed). New York: W. H.
Freeman and Company
Matz & Matz. 1978. Cookies and Crackers Technology. Texas: The AVI
Publishing Co., Inc
Potter WM. 1979. The Most Probable Number method for enumerating infective
propagules of vesicular mycorrhizal fungi in soil. Aus. J. Soil. Res. 17(3):
515-519
Sbidelman dan Cotteril. 1995. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Soewedo. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu. Ikan, Daging dan Telur. Yogyakarta:
Liberty
Stoker, H. Stephen. 2010. General, organic, and Biological Chemistry fifth
edition page 684. Belment, CA USA: Cengage Learning
Tarwojo. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
Uversky, vladimir, N. 2007. Conformational Stability, Size, Shape and Surface of
Protein Molecules. New York: Nova Science
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Winarno, F.G. 1992. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
LAMPIRAN
1. Cara Perhitungan
a. Susu skim = = >1,040
b. Susu Fullcream = = 1,033
c. Susu segar = = 1,026
d. Susu kental manis = = 1,030
LAMPIRAN GAMBAR
Susu kental manis (SKM) dimasukan ke dalam
gelas ukur Pengukuran SKM yang diencerkan
Pengenceran susu kental manis (SKM)
Pengukuran (2) Susu skim dengan laktometer
Pengukuran (1) susu skim dengan laktometer
Susu skim dimasukan ke dalam gelas ukur
Susu Skim diukur dengan laktometer
Susu segar dimasukan ke dalam gelas ukur Susu Segar
Susu Kental Manis (SKM) Skim Milk
4 jenis susu yang digunakan dalam
praktikum
Lactometer Pengukuran SKM
sebelum diencerkanSusu Fullcream
Pengamatan hari ke 2
Suhu Rendah Suhu Ruang
Pengamatan hari ke 3
Suhu Rendah Suhu Ruang
Pengamatan hari ke 7
Suhu Rendah
Setelah dipanaskan