tugas laporan pendahuluan
DESCRIPTION
LPTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD WAHYU KUSUMA
NIM 14080
AKPER INSAN HUSADA
SURAKARTA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat
faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung. Gastritis
adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara histopatologi
dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
(Suyono Slamet, 2009).
Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala sementara atau
cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik dengan
antasid atau supresi asam. (Grace, Pierce A,dkk, 2008).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat
disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung
ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam lambung (seperti makanan
yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok dan minum
alkohol. Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang
khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik
merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun,
yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Helicobacter pylori. (Mansjoer,
2010).
B. ETIOLOGI
Penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid
dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun
pada kondisi normal.
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
d. Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
(Mansjoer, 2010)
C. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya gastritis yaitu awalanya karena obat-obatan, alkohol, empedu
atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif),
mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam
dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon
mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan
regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang
dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan
dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat
korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung
(gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan
akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis. (Priyanto, 2008)
D. PATHWAYS
(Mansjoer, 2010)
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada gastritis adalah :
1. Gastritis akut
a. Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
b. Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.
Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehinggs terjadi
peningkatan asam lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena,
kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
b. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan
fisik tidak ditemukan kelainan. (Mansjoer, 2010)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi Saluran Cerna
Tes ini dapat melihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel dengan kamera mini di ujungnya
(endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam esophagus, lambung dan bagian
atas usus kecil untuk melihat dinding lambung. Hal ini dilakukan untuk melihat
adanya peradangan. Tapi tenggorokan sebelumnya diamati dan dirasakan
(anestesi)
2. Biopsi Mukosa Lambung
Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel (biopsy) pada mukosa
lambung, dan sampel ini kemudian dibawa ke labotarium, untuk menentukan
apakah terjadi gastritis atau tidak.
3. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.Pylori dalam darah. Jika
hasil tes positif (+), menunjukkan pasien pernah kontak pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.Tes
darah juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung.
4. Pemeriksaan Barium
Pemeriksaan Barium enema gastrointestinal atas, meliputi instilasi cairan Barrium
ke dalam lambung dan kombinasi dari empat teknik: evaluasi barium, double
contras, gambaran mukosa lambung dan gambaran kompresi lambung. Prosedur
ini memungkinkan ditandainya gambaran iregulitas mukosa.
5. Radiologi
Radiologi, misalnya Rontgen, tes ini akan melihat adanya tanda – tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan
barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlebih jelas ketika di Rontgen.
6. Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah ada H.Pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengidentifikasi terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada
lambung.
7. Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.Pylori atau
tidak (Inayah, 2009 ; 60)
G. PENATALAKSANAAN
1. Gastritis Akut
Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan
menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan samapi gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan
oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran
dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir asam digunakan antacid
umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya perforasi.
(Brunner dan Suddarth, 2010)
2. Gastritis Kronik
Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi
diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan memuli farmakoterapi.
Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth. (Brunner dan
Suddarth, 2010).
H. KOMPLIKASI
1. Gastritis Akut
Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan SCBA
perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir
sama, namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi. Helicobakteri
pulori sebesar 100 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan
dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia karena
gangguan absorbsi vitamin B12. (Mans Joer Arier M, dkk, 2009)
I. KONSEP ASKEP
Defenisi proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk
mengkaji respon manusia terhadap masalah – masalah kesehatan dan membuat
rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis
keperawatan.
Data subyektif meliputi anoreksia, mual, tidak nyaman perut pada tingkat tertentu.
Data obyektif meliputi selaput mukosa kering, otot lemah, muntah (jumlah,
frekuensi, adanya darah), ada tanda – tanda ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, haus, penurunan turgor kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau
potensial.
Adapun diagnosa keperawatan pada gastritis adalah :
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrien tidak adekuat.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan
berlebihan karena muntah.
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
e. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
3. Perencanaan
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
Tujuan : Utama mencakup mengurangi ansietas
Intervensi keperawatan :
Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat diperlukan.
1) Terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama pengobatan
dan setelah mencerna asam atau alkali yang telah dinetralisir atau diencerkan.
2) Pasien perlu disiapkan untuk pemeriksaan diagnostik (endoskopi) atau
pembedahan.
3) Menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua
pertanyaan selengkap mungkin.
4) Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai dengan minat dan tingkat
pemahaman pasien.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien
tidak adekuat.
Tujuan : Menghindari makanan pengiritasi dan menjamin masukan
nutrien adekuat.
Intervensi keperawatan :
1) Dukungan fisik dan emosi diberikan.
2) Pasien dibantu untuk menghadapi gejala yang dapat mencakup mual,
muntah, sakit ulu hati dan kelelahan.
3) Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau
beberapa hari sampai gejala akut berkurang.
4) Bila terapi intravena diperlukan, pemberiannya dipantau dengan teratur,
sesuai dengan nilai elektrolit serum.
5) Bila gejala berkurang, pasien diberikan es batu diikuti dengan cairan jernih.
6) Makanan padat diberikan sesegera mungkin untuk memberikan nutrisi oral,
menurunkan kebutuhan terhadap terapi intravena.
7) Meminimalkan iritasi pada mukosa lambung.
8) Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukkan berulangnya
episode gastritis dievaluasi dan dilaporkan.
9) Masukan minuman mengandung kafein dihindari, demikian juga merokok.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan
berlebihan karena muntah.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan.
Intervensi keperawatan :
1) Masukan dan haluaran cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda –
tanda awal dehidrasi.
2) Bila makanan dan minuman ditunda, cairan intravena biasanya diberikan.
3) Masukan cairan ditambah nilai kalori diukur.
4) Nilai elektrolit dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator awal
ketidakseimbangan.
5) Pantau adanya indikator gastritis
6) Pantau tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
Tujuan : Meningkatkan kesadaran tentang penatalaksanaan diet.
Intervensi keperawatan :
1) Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi.
2) Diet diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian
pasien, makanan yang disukai, pola makan.
3) Pasien diberi daftar zat – zat untuk dihindari.
4) Antibiotik, obat – obatan untuk menurunkan sekresi lambung diberikan
sesuai resep.
5) Pasien dengan anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan
terhadap injeksi vitamin B12 jangka panjang.
e. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
Tujuan : Menghilangkan nyeri.
Intervensi keperawatan :
1) Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat
mengiritasi mukosa lambung.
2) Perawat mengkaji tingkat nyeri.
3) Pantau kenyamanan pasien setelah penggunaan obat – obatan.
4) Hindari zat pengiritasi.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan
klien. beberapa petunjuk pada implementasi adalah :
a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat.
c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
d. Dokumentasi intervensi dan respons klien
5. Evaluasi
Bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan harus
dievaluasi.
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan berkurangnya ansietas
b. Menghindari makan makanan pengiritasan, atau minuman yang mengandung
kafein atau alkoholik.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan.
1) Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 liter setiap hari.
2) Minum 6 – 8 gelas air setiap hari.
3) Mempunyai haluaran urine 1 liter setiap hari.
4) Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.
d. Mematuhi program pengobatan.
1) Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi.
2) Menggunakan obat-obatan sesuai resep.
e. Melaporkan nyeri berkurang (Inayah, 2009)
J. PENGKAJIAN
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : Kelemahan/kelelahan
Tanda : Takhikardi,takipnoe (hiperventilasi)
2. Sirkulasi
Gejala : Hipotensi
Tanda :
- Takhikardi Disritmia
- Kelemahan nadi/perifer
- Pengisian kapiler lamban
- Warna kulit pucat,sianosis
- Kelembaban kulit,berkeringat
3. Intergritas Ego
Gejala :
- Faktor stres akut/piskologi
- Perasaan tidak berdaya
Tanda : Tanda ansitas,misalnya:pucat gelisah berkeringat
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi/ karakteristik Feses
Tanda :
- Nyeri tekan abdomen
- Distensi abdomen, peningkatan bunyi usus
- Karakteristik Feses, diare & Konstipasi
5. Makanan/ Cairan
Gejala :
- Anorexia, mual dan muntah, cegukan
- Tidak toleran terhadap makanan
- Muntah, membaran mukosa kering, turger kulit menurun
6. Neosensori
Gejala :
- pusing, sakit kepala, terasa berdengung
- Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi,
bingung.
7. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala :
- Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih
- Rasa ketidaknyamanan/ distress samar-samar setelah banyak makan & hilang
setelah minum obat antasida.
- Nyeri epigastrum kiri menyebar ke tengah dan menjalar tembus ke pinggang 1-2
jam setelah makan (ulkus peptik)
8. Keamanan
Gejala : Alergi terhadap
Tanda : peningkatan suhu (Inayah, 2009)
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d iritasi mukosa gaster.
Tujuan jangka pendek : Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang
Tujuan jangka panjang : Tidak terjadi iritasi berlanjut
Rencana Tindakan (Intervensi)
1. Puasakan pasien pada 6 jam pertama
2. Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang hangat.
3. Identifikasi & batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
4. Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya (skala 0-10) serta
perubahan karakteristik nyeri.
Rasionalisasi
1. Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung
2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode
puasa.
3. Dapat menyebabkan distress pada bermacam-macam individu/ dispepsia.
4. Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit/
terjadinya komplikasi.
2) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anorexia
Tujuan jangka pendek : pemasukan nutrisi yang adekuat
Tujuan jangka panjang : mempertahankan BB tetap seimbang
Rencana Tindakan
1. Buat program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum
2. Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan
3. Monitor aktifitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut.
4. Hindari makanan yang menimbulkan gas
Rasional
1. Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien
2. Memberikan rasa nyaman pada mulut & dapat mengurangi rasa mual
3. Membantu dalam mempertahankan tonus otot & berat badan juga untuk
mengontrol tingkat pembakaran kalori.
4. Dapat mempengaruhi nafsu makan/ pencernaan dan membatasi masukan nutrisi.
3) Ansietas tahap sedang b/d perubahan status kesehatan
Tujuan jangka pendek : pasien dapat mendiskusikan permasalahan yang dihadapinya
Tujuan jangka panjang : pasien dapat memecahkan maslaah dengan menggunakan
sumber efektif.
Rencana Tindakan
1. Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing
2. Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, mudah tersinggung
3. Dorong pernyataan takut & ansietas, berikan respon umpan balik
4. Berikan lingkungan yang tenang utnuk beristirahat.
5. Berikan tehnik relaksasi, mis : latihan nafas dalam & bimbingan imaginasi
Rasionalisasi
1. Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien
2. Indikator derajat ansietas
3. Membuat hubungan thefiutik membantu pasien untuk menerima perasaan &
menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidaktahuan
4. Memindahkan pasien dari stresor luar & meningkatkan relaksasi juga dapat
meningkatkan keterampilan koping.
5. Cara relaksasi dapat menurunkan takut & ansietas. (Inayah, 2009)
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang
penyakit, beri kesempatan klien dan keluaarga untuk bertanya, beritahu tentang
pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.(Bruner & Sudart : 2009)