teori pkbk

63
TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL (ERIK ERIKSON) Posted on 21 Januari 2014 by Desyandri Oleh: Desyandri Perkembangan Psikososial menurut pandangan Erik Erikson Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial. Menurut Erikson perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut pandang seperti ini, teori Erikson menempatkan titik tekan yang lebih besar pada dimensi sosialisasi dibandingkan teori Freud. Selain perbedaan ini, teori Erikson membahas perkembangan psikologis di sepanjang usia manusia, dan bukan hanya

Upload: noor-shaiera

Post on 07-Sep-2015

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

teori

TRANSCRIPT

TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL (ERIKERIKSON)Posted on21 Januari 2014byDesyandriOleh:DesyandriPerkembangan Psikososial menurut pandangan Erik EriksonTeori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.Menurut Erikson perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut pandang seperti ini, teori Erikson menempatkan titik tekan yang lebih besar pada dimensi sosialisasi dibandingkan teori Freud. Selain perbedaan ini, teori Erikson membahas perkembangan psikologis di sepanjang usia manusia, dan bukan hanya tahun-tahun antara masa bayi dan masa remaja. Seperti Freud, Erikson juga meneliti akibat yang dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman usia dini terhadap masa-masa berikutnya, akan tetapi ia melangkah lebih jauh lagi dengan menyelidiki perubahan kualitatif yang terjadi selama pertengahan umur dan tahun-tahun akhir kehiduaan.Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia, satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud.Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia.Erikson memberi jiwa baru ke dalam teori psikoanalisis, dengan memberi perhatian yang lebih kepada ego dari pada id dan superego. Dia masih tetap menghargai teori Freud, namun mengembangkan ide-ide khususnya dalam hubungannya dengan tahap perkembangan dan peran sosial terhadap pembentukan ego. Ego berkembang melalui respon terhadap kekuatan dalam dan kekuatan lingkungan sosial. Ego bersifat adaptif dan kreatif, berjuang aktif (otonomi) membantu diri menangani dunianya. Erikson masih mengakui adanya kualitas dan inisiatif sebagai bentuk dasar pada tahap awal, namun hal itu hanya bisa berkembang dan masak melalui pengalaman sosial dan lingkungan. Dia juga mengakui sifat rentan ego,defenseyang irasional, efektrauma-anxieO-guiltyang langgeng, dan dampak lingkungan yang membatasi dan tidak peduli terhadap individu. Namun menurutnya ego memiliki sifat adaptif, kreatif, dan otonom(adaptable, creative, dan autonomy).Dia memandang lingkungan bukan semata-mata menghambat dan menghukum (Freud), tetapi juga mendorong dan membantu individu. Ego menjadi mampu terkadang dengan sedikit bantuan dari terapis menangani masalah secara efektif.Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yang tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam itu disebut juga ego-kreatif, ego yang dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemui hambatan atau konflik, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan lingkungan. Ego bukan budak tetapi justru menjadi tuan/pengatur id, superego dan dunia luar. Jadi, ego di samping basil proses faktor-faktor genetik, fisiologik, dan anatomis, juga dibentuk oleh konteks kultural dan historik. Ego yang sempurna, digambarkan Erikson memiliki tiga dimensi, faktualitas, universalitas, dan aktualitas: Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat diverifikasi dengan metoda kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan data basil interaksi dengan lingkungan. Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan(sellsof reality)yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit dengan pandangan semesta, mirip dengan prinsip realita dari Freud. Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama. Ego adalah realitas kekinian, terus mengembangkan cara baru dalam memecahkan masalah kehidupan, yang lebih efektif, prospektif, dan progresif.Menurut Erikson, ego sebagian bersifat taksadar, mengorganisir dan mensintesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri masa yang akan datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang saling behubungan, yaknibody ego(mengacu ke pangalaman orang dengan tubuh/fisiknya sendiri), ego ideal(gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal), dan ego identity(gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial).Ketiga aspek itu umumnya berkembang sangat cepat pada masa dewasa, namun sesungguhnya perubahan ketiga elemen itu terjadi pada semua tahap kehidupan.Teori Ego dari Erikson yang dapat dipandang sebagai pengembangan dari teori perkembangan seksual-infantil dari Freud, mendapat pengakuan yang luas sebagai teori yang khas, berkat pandangannya bahwa perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetik. Bagi organisme, untuk mencapai perkembangan penuh dari struktur biologis potensialnya, lingkungan harus memberi stimulasi yang khusus. Menurut Erikson, fungsi psikoseksual dari Freud yang bersifat biologis juga bersifat epigenesis, artinya psikoseksual untuk berkembang membutuhkan stimulasi khusus dari lingkungan, dalam hal ini yang terpenting adalah lingkungan sosial.Sama seperti Freud, Erikson menganggap hubungan ibu-anak menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian. Tetapi Erikson tidak membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego. Menurutnya, situasi memberi makan merupakan model interaksi sosial antara bayi dengan dunia luar. Lapar jelas manifestasi biologis, tetapi konsekuensi dari pemuasan id (oleh ibu) itu akan menimbulkan kesan bagi bayi tentang dunia luar. Dari pengalaman makannya, bayi belajar untuk mengantisipasi interaksinya dalam bentuk kepercayaan dasar(basic trust),yakni mereka memandang kontak dengan manusia sangat menyenangkan karena pada masa lalu hubungan semacam itu menimbulkan rasa aman dan menyenangkan. Sebaliknya, tanpabasic trustbayi akan mengantisipasi interaksi interpersonal dengan kecemasan, karena masa lalu hubungan interpersonalnya menimbulkan frustrasi dan rasa sakitKepercaayaan dasar berkembang menjadi karakteristik ego yang mandiri, bebas dari dorongan drives darimana dia berasal. Hal yang sama terjadi pada fungsi ego seperti persepsi, pemecahan masalah, dan identias ego, beroperasi independen dari drive yang melahirkan mereka. Ciri khas psikologi ego dari Erikson dapat diringkas sebagai berikut: Erikson menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial. Pusat perhatian psikologi ego adalah kemasakan ego yang sehat, alih-alih konflik salah suai yang neurotik. Erikson berusaha mengembangkan teori insting dari Freud dengan menambahkan konsep epigenetik kepribadian. Erikson secara eksplisit mengemukakan bahwa motif mungkin berasal dari impuls id yang taksadar, namun motif itu bisa membebaskan diri dari id seperti individu meninggalkan peran sosial di masa lalunya. Fungsi ego dalam pemecahan masalah, persepsi, identitas ego, dan dasar kepercayaan bebas dari Id, membangun sistem kerja sendiri yang terlepas dari sitem kerja id. Erikson menganggap ego sebagai sumberkesadaran diriseseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realita, ego mengembangkan perasaan keberlanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.Perkembangan berlangsung melalui penyelesaian krisis-krisis yang ada pada tahapan perkembangan yang terjadi berurutan. Erikson pertama kali memaparkan kedelapan tahapan ini dalam bukunya yang termasyhur,Childhood and Society(1950a). Tabel Delapan Tahapan Perkembangan Psikososial menyajikan daftar tahapan dan menunjukkan krisis atau tugas psikososial apa yang terkait dengan masing-masing tahapan tersebut, kondisi-kondisi sosial yang mungkin membantu atau mengganggu penyelesaian tahapan itu, dan hasil-hasil perilaku yang muncul dari penyelesaian tahapan tersebut entah itu berhasil maupun gagal.TABEL Delapan Tahapan Perkembangan Psikososial Menurut Erikson

TahapanTahapan PsikososialTugasKondisi-kondisi SosialHasil Psikososial

Tahapan 1

(lahir s.d 1 tahun)Oral-SensoriBisakah aku memercayai dunia?Dukungan, penyediaan kebutuhan-kebutuhan dasar, kesinambunganKetiadaan dukungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, inkonsistensiRasa percayaRasa tidak percayaTahapan 2(2 s.d 3 tahun)Muskular-AnalBisakah aku mengendalikan perilakuku?Dukungan, sikap membolehkan dengan pertimbanganPerlindungan yang berlebihan, kekurangan dukungan, kekurangan rasa percaya diriOtonomiKeraguanTahapan 3(4 s.d 5 tahun)Lokomotor-GenitalBisakah aku mandiri dari orang tuaku dan menjelajahi batas-batas kemampuanku?Dorongan, kesempatanKekurangan kesempatan, perasaan-perasaan negatifInisiatifRasa bersalahTahapan 4(6 s.d 11 tahun)LatensiBisakah aku menguasai keahlian untuk hidup dan beradaptasi?Pelatihan yang memadai, pendidikan yang bagus, model-model yang baik.Pendidikan atau palatihan yang buruk, kurangnya pengarahan dan dukunganRasa mantapRasa rendah diriTahapan 5(12 s.d 18 tahun)Pubertas dan Masa RemajaSiapa saya? Seperti apa keyakinanku, perasaanku, dan sikap-sikapku?Stabilitas internal dan kesinambungan, model-model seks yang tepat, dan umpan balik yang positifKekacauan tujuan, umpan balik yang tidak jelas, harapan-harapan yang tidak tepatIdentitasKekacauan atau kebingungan peranTahapan 6(awal masa dewasa)Awal Masa DewasaBisakah aku memberikan diriku sepenuhnya bagi orang lain?Sikap hangat, pemahaman, rasa percayaKesepian, perasaan terasingKedekatanKeterkucilanTahapan 7(masa dewasa)Masa DewasaApa yang kutawarkan pada generasi selanjutnya?Kepastian tujuan, produktivitasKurang menghasilkan, kemunduranGenerativitasKemandekanTahapan 8(masa kematangan)Masa KematanganSudahkah kutemukan kepauasan dan kelegaan dalam segala kegiatan hidupku?Perasaan aman, utuh, dan terarahRasa kurang, rasa tidak puasIntegritas egoRasa putus asaSumber: Diadaptasi dari Erikson (1950a)Konflik-konflik ini tidak berlangsung dalam situasi sekali untuk selamanya melainkan berlangsung sebagai proses di sepanjang rangkaian (kontinum) psikologis. Titik-titik ekstrem dalam kontinum ini tidak ada dalam kenyataan, namun bagian-bagian dari setiap titik ekstrem itu seringkali bisa ditemukan pada semua individu dalam tahapan mana pun. Sebagai contoh, tidak ada anak yang tumbuh dengan rasa percaya (trust) sepenuhnya atau rasa tidak percaya (distrust) sepenuhnya masing-masing individu beradaptasi sesuai dengan apa yang digariskan oleh tuntutan-tuntutan sosial.Perbandingan Tahapan Erik Erikson dengan Sigmund FreudSeperti dijelaskan pada jawaban di atas bahwa, Erikson adalah murid dari Freud sehingga Erikson adalah pengembang teori Freud dan mendasarkan kunstruk teori psikososialnya dari psiko-analisas Freud. Kalau Freud memapar teori perkembangan manusia hanya sampai masa remaja, maka para penganut teori psiko-analisa (freud) akan menemukan kelengkapan penjelasan dari Erikson, walaupun demikian ada perbedaan antara psikoseksual Freud dengan psikososial Erikson. Beberapa aspek perbedan tersebut dapat dilihat di bawah ini:Erik EriksonSigmund Freud

Peran/fungsi ego lebih ditonjolkan, yang berhubungan dengan tingkah laku yang nyata.Peranan/fungsi id dan ketidaksadaran sangat penting

Hubungan-hubungan yang penting lebih luas, karena mengikutsertakan pribadi-pribadi lain yang ada dalam lingkungan hidup yang langsung pada anak. Hubungan antara anak dan orang tua melalui pola pengaturan bersama (mutual regulation).Hubungan segitiga antara anak, ibu dan ayah menjadi landasan yang terpenting dalam perkembangan kepribadian.

Orientasinya optimistik, kerena kondisi-kondisi dari pengaruh lingkungan sosial yang ikut mempengaruhi perkembang kepribadian anak bisa diatur.Orientasi patologik, mistik karena ber-hubungan dengan berbagai hambatan pada struktur kepribadian dalam perkembangan kepribadian.

Konflik timbul antara ego dengan lingkungan sosial yang disebut: konflik sosial.Timbulnya berbagai hambatan dalam ke-hidupan psikisnya karena konflik internal, antara id dan super ego.

Menempatkan titik tekan yang lebih besar pada dimensi sosialisasiMenempatkan titik tekan yang lebih besar pada dimensi psikologi

Kesimpulan pandanganFreud dan Erik EriksonPadangan teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, sementara teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.Seperfi teori Freud, teori Erikson juga membagi proses-proses perkembangan ke dalam serangkaian tahapan yang diatur oleh kekuatan-kekuatan maturasional dan ditandai oleh adanya konflik. Teori Erikson terdiri atas delapan tahapan semacam itu, yang masing-masingnya terkait dengan krisis yang harus diselesaikan oleh individu untuk bisa berpindah ke tahapan berikutnya. Dalam pandangan Erikson, proses pematangan (maturational) bisa jadi merupakan faktor pendorong munculnya tahapan baru; adapun tuntutan sosial, yang telah ada sejak manusia dalam kandungan hingga kematian, bertindak sebagai kekuatan penengah dan pembentuk. Apabila teori Freud bertumpu pada hubungan antara energi kehidupan (libido) dengan fungsi-fungsi psikologis individu, teori Erikson menekankan pentingnya kedudukan ego. Bagi Erikson, ego merupakan struktur penyatu, dan kekuatan ego merupakan lem yang merekatkan berbagai aspek atau dimensi fungsi-fungsi psikologis. Pandangan Erikson mengenai ego ini serupa dengan yang ada pada Freud: ego adalah pelaksana tindakan pencapaian-tujuan realistis dan menjadi penengah antara dorongan biologis id dan batasan masyarakat berupa superego. Namun sifat perkembangan yang ada dalam teori Erikson menjadikan ego sebagai struktur yang paling penting. Melalui ego, manusia mengalami dan menyelesaikan krisis-krisis perkembangan tertentu. Ketika ego goyah dan tidak bisa menangani suatu krisis, maka perkembangan pun menjadi terancam.Seperti Freud, Erikson yakin bahwa meskipun dorongan biologis memiliki arti yang amat penting, namun tekanan sosial dan kekuatan lingkungan memiliki dampak yang lebih besar. Pengamatan terperinci atas kekuatan-kekuatan seperti ini dalam kehidupan individu akan memperlihatkan apa yang oleh Erikson disebut sebagaipsikohistori(psychohistory) -yakni riwayat kejadian-kejadian sosial yang berinteraksi dengan proses-proses biologis sehingga menghasilkan perilaku. Teknik yang banyak digunakan Erikson adalah menghubungkan antara pengalaman masa lalu individu dengan perilaku mereka sekarang sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor motivasi, hasil-hasil perilaku, dan kebutuhan-kebutuhan individu pada masa berikutnya. Apabila tahapan-tahapan perkembangan dalam teori Freud mengandung ciri psikoseksual, maka tahapan-tahapan Erikson mengandung ciri psikososial, lantaran pengamatannya yang serius terhadap faktor-faktor tersebut.

Teori Tentang PsikososialPosted onJanuary 14, 2012byKadek BintarannyinPsikologi|8 Commentsinformasitips.com Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/emosionalnya. Dari katanya, istilah psikososial melibatkan aspek psikologis dan sosial. Contohnya, hubungan antara ketakutan yang dimiliki seseorang (psikologis) terhadap bagaimana cara ia berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosialnya. Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi dengan cara yang positif dalam banyak situasi. Berbeda dengan orang yang tidak stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup.Pemikiran yang irasional (tidak rasional) merupakan salah satu tanda kurang sehatnya kondisi psikososial seseorang. Sering munculnya prasangka buruk atau pikiran negatif (negatif thinking) terhadap banyak hal yang ada dalam hidup adalah salah satu wujud nyata dari kondisi psikososial yang buruk, yang bisa mengarah pada hubungan sosial yang buruk pula.Jika Anda ingin tahu apakah Anda termasuk orang yang memiliki kondisi psikososial yang baik (sehat), lihat beberapa tanda berikut ini:1. Memiliki perasaan yang baik (positif) terhadap diri sendiri2. Merasa nyaman berada di sekitar orang lain3. Mampu mengendalikan ketegangan dan kecemasan4. Mampu menjaga pandangan atau pikiran positifnya dalam hidup5. Memiliki rasa syukur terhadap apa yang dimiliki dalam hidup, bahkan untuk hal sederhana sekalipun6. Mampu menghormati dan menghargai alam dan lingkungan sosialnyaIstilah psikososial pertama kali digunakan oleh Erik Erikson, seorang psikolog yang meneliti tentang tahapan perkembangan emosional manusia. Teori Erik Erikson mengenai perkembangan psikososial merupakan teori terkenal mengenai kepribadian dalam ilmu psikologi. Seperti halnya Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tahapan.Apakah itu Perkembangan Psikososial?Menurut Erikson, perkembangan kepribadian seseorang berasal dari pengalaman sosial sepanjang hidupnya sehingga disebut sebagai perkembangan psikososial. Perkembangan ini sangat besar mempengaruhi kualitas ego seseorang secara sadar. Identitas ego ini akan terus berubah karena pengalaman baru dan informasi yang diperoleh dari interaksi sehari-hari dengan orang lain. Selain identitas ego, persaingan akan memotivati perkembangan perilaku dan tindakan. Secara sederhananya, apabila seseorang ditangani dengan baik maka ia akan memiliki kekuatan dan kualitas ego yang baik pula. Namun jika penanganan ini dikelola dengan buruk, maka akan muncul perasaan tidak mampu.Ada 8 tahap perkembangan psikososial dalam teori yang didefinisikan oleh Erikson, sebagai berikut:1.Harapan : Kepercayaan vs Rasa Tidak Percaya Diri (0 18 Bulan) Tahap ini adalah tahapan dasar dari kehidupan awal manusia. Pada usia ini, bayi merasakan dunia melalui mulut, mata, telinga, dan sentuhan. Ibu memiliki tanggung jawab yang sangat penting sebagai pendamping yang memperkenalkan dunia. Bayi memiliki ketergantungan terhadap sentuhan emosional. Sehingga apabila bayi tidak mendapatkan perawatan yang baik secara emosional maka bayi tidak merasa aman. Kegagalan untuk mengembangkan kepercayaan bayi pada dunia awalnya menyebabkan perasaan takut dan rasa tidak percaya diri.2. Keinginan : Kemandirian vs Rasa Ragu dan Malu (8 Bulan 3 Tahun) Tahap ini anak mengembangkan perasaannya yang kuat akan kontrol terhadap konsentrasinya. Erikson percaya bahwa latihan buang air kecil dan air besar merupakan bagian penting dari tahapan ini. Dengan adanya pembelajaran untuk mengontrol fungsi tubuhnya sendiri menimbulkan perasaan bebas sekaligus terkontrol. Latihan-latihan lain yang dianggap penting adalah bagaimana mereka mulai belajar mengenakan pakaiannya sendiri atau memilih mainan yang disukainya.

3. Tujuan : Inisiatif vs Rasa Bersalah (3 6 Tahun) Selama tahun-tahun prasekolah, anak mulai mengembangkan rasa inisiatifnya dan mulai mencari interaksi sosial sendiri dibantu oleh keluarganya. Pencapaian dari tahap ini adalah perasaan saat mencapai tujuannya. Penguasaan anak yang baik terhadap apa yang ia lakukan akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan fantasinya untuk mengeksplorasi obyek. Dengan demikian anak akan memahami untuk memimpin kekuatannya atau merasakan perasaan bersalah secara terus menerus jika tidak diberi kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru.4. Persaingan : Ketekunan vs Rasa Rendah Diri (6 12 Tahun) Tahap ini meliputi tahun-tahun pertama sekolah. Melalui interaksi sosial dengan orang lain, anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga akan prestasi yang diraihnya dan akan kemampuannya bersaing dengan teman yang lain. Anak-anak yang sering dipuji dan didukung oleh keluarga atau guru akan memiliki perasaan kompetensi yang kuat dan kepercayaan diri yang tinggi. Sedangkan bagi anak-anak yang kurang mendapatkan dukungan dan penghargaan akan lebih mudah merasa rendah diri.5. Ketelitian : Identitas vs Rasa Binggung (12 19 Tahun) Selama masa remaja, anak memperjuangkan rasa identitas pribadinya dan mulai mengeksplorasinya satu persatu. Di sini anak akan mempertanyakan Siapakah Aku yang sebenarnya ? dan Dapat menjadi apakah Aku?. Mereka yang mendapatkan dorongan yang kuat dan positif akan membangun karakter diri yang kuat dan memiliki keyakinan bahwa mereka bisa. Rasa binggung hanya akan terjadi bila anak tidak dibimbing untuk memahami apa yang tidak mereka pahami.6. Cinta : Keintiman vs Isolasi (19 40 Tahun) Tahap ini mencakup awal masa dewasa dimana orang-orang mulai peduli akan kapasitas kebutuhan untuk mencintai. Mereka akan bertanya Apakah saya dapat mencintai dan dicintai? Sangatlah penting dalam usia ini untuk mengembangkan komitmen hubungan dengan orang lain yang dipercaya untuk saling berbagi hampir sebagian hidupnya. Kuatnya identitas pribadi berpengaruh besar terhadap perkembangan hubungan intim.Namun jika seseorang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah maka akan muncul perasaan depresi, sendiri, dan takut untuk berkomitmen lebih dalam.7. Perhatian : Aktifitas Umum vs Tekanan (40 65 Tahun) Selama masa dewasa ini, orang-orang terus membangun kehidupannya dan fokus terhadap perkembangan karir dan keluarga. Di sini orang-orang akan mempertimbangkan tentang kontribusi yang telah ia lakukan selama hidupnya. Mereka yang sukses dalam tahap ini akan terlibat lebih aktif di lingkungan keluarga dan masyarakat. Mereka yang gagal akan merasa tidak produktif dan tidak ingin terlibat lebih jauh dengan dunia. Perhatian adalah kunci dari tahap ini karena dengan adanya tekanan namun mereka akan terus berusaha bangkit.8. Kebijaksanaan : Integritas Ego vs Keputusasaan (65 Tahun Ke Atas) Tahap ini merupakan tahapan usia bagi orang-orang yang mencoba untuk merefleksikan dirinya kembali. Mereka yang tidak berhasil pada tahap ini merasa bahwa kehidupan mereka telah terbuang percuma, hidupnya sia-sia, dan mengalami penyesalan yang berlebih-lebihan. Dari pikiran-pikiran negatif itu, muncullah keputusasaan untuk terus meneruskan hidupnya. Mereka yang merasa bangga akan segala yang telah dilakukan beserta dengan prestasi yang dibuat, maka mereka akan mencapai kebijaksanaan bahkan ketika mendekati kematian.

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARANOleh :Fadli1. A.PendahuluanJohn Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958.Ia mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi berjudulAnimal Education. Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang.

Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen.John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalahPsychology as the Behaviourist view it(1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi.Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya.1. B.Pandangan utama WatsonPsikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.Beberapa pandangan utama Watson:1. Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yangovertdancovert, learneddanunlearned2. Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting. Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkanfree will.3. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.]4. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalahobservation, conditioning, testing, dan verbal reports.5. Secara bertahap Watson menolakkonsep insting,mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.6. Sebaliknya, konseplearningadalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama,recencydanfrequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.7. Pandangannya tentangmemorymembawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.8. Prosesthinking and speechterkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang tidak terlihat, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.9. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.1. C.Teori dan Konsep Behaviorisme dari WatsonTeori belajar S-R (stimulus respon) yang langsung ini disebut juga dengan koneksionisme menurut Thorndike, dan behaviorisme menurut Watson, namun dalam perkembangan besarnya koneksionisme juga dikenal dengan psikologi behavioristik.Stimulus dan respon (S-R) tersebut memang harus dapat diamati, meskipun perubahan yang tidak dapat diamati seperti perubahan mental itu penting, namun menurutnya tidak menjelaskan apakah proses belajar tersebut sudah terjadi apa belum. Dengan asumsi demikian, dapat diramalkan perubahan apa yang akan terjadi pada anak.Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia.Behaviorisme tidak bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional. Di sini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar.Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh individu. Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar. S singkatan dari Stimulus, dan R singkatan dari Respons.Pada umumnya teori belajar yang termasuk ke dalam keluarga besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme yang netral-pasif-reaktif terhadap stimuli di sekitar lingkungannya. Orang akan bereaksi jika diberi rangsangan oleh lingkungan luarnya. Demikian juga jika stimulus dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat berubahnya perilaku individu. Misalnya dalam hal kepercayaan sebagian masyarakat tentang obat-obatan yang diiklankan di televisi. Mereka sudah tahu dan terbiasa menggunakan obat-obat tertentu yang secara gencar ditayangkan media televisi. Jika orang sakit maag maka obatnya adalah promag, waisan, mylanta, ataupun obat-obat lain yang sering diiklankan televisi. Jenis obat lain tidak pernah digunakannya untuk penyakit maag tadi, padahal mungkin saja secara higienis obat yang tidak tertampilkan, lebih manjur, misalnya : Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur:dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement). Unsur yang pertama, dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan tersedianya sejumlah uang untuk membeli buku bacaan tertentu, maka ia terdorong untuk membelinya dengan cara meminta uang kepada ibu atau bapaknya. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang, meskipun kadarnya tidak sama, ada yang kuat menggebu, ada yang lemah tidak terlalu peduli akan terpenuhi atau tidaknya.Unsur berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri individu, dan tentu saja berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Contoh rangsangan antara lain adalah bau masakan yang lezat,rayuan gombal, dan bahkan bisa juga penampilan seorang gadis cantik dengan bikininya yang ketat.Dalam dunia aplikasi komunikasi instruksional, rangsangan bisa terjadi, bahkan diupayakan terjadinya yang ditujukan kepada pihak sasaran agar mereka bereaksi sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kegiatan mengajar ataupun kuliah, di mana banyak pesertanya yang tidak tertarik atau mengantuk, maka sang komunikator instruksional atau pengajarnya bisa merangsangnya dengan sejumlah cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan bertanya tentang masalah-masalah tertentu yang sedangtrendysaat ini, atau bisa juga dengan mengadakan sedikit humor segar untuk membangkitkan kesiagaan peserta dalam belajar.Dari adanya rangsangan atau stimulus ini maka timbul reaksi di pihak sasaran atau komunikan. Bentuk reaksi ini bisa bermacam-macam, bergantung pada situasi, kondisi, dan bahkan bentuk dari rangsangan tadi. Reaksi-reaksi dari seseorang akibat dari adanya rangsangan dari luar inilah yang disebut denganresponsdalam dunia teori belajar ini. Respons ini bisa diamati dari luar. Respons ada yang positif, dan ada pula yang negatif. Yang positif disebabkan oleh adanya ketepatan seseorang melakukan respons terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan yang negatif adalah apabila seseorang memberi reaksi justru sebaliknya dari yang diharapkan oleh pemberi rangsangan.Unsur yang keempat adalah masalah penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnya dari pihak luar, ditujukan kepada orang yang sedang merespons. Apabila respons telah benar, maka diberi penguatan agar individu tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi lagi. Seorang anak kecil yang sedang mencoreti buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar oleh kakaknya, maka ia bisa terkejut dan bahkan bisa menderita guncangan sehingga berakibat buruk pada anak tadi. Memang anak tadi tidak mencoreti buku lagi, namun akibat yang paling buruk di kemudian hari adalah bisa menjadi trauma untuk mencoreti buku karena takut bentakan. Bahkan yang lebih dikhawatirkan lagi akibatnya adalah jika ia tidak mau bermain dengan buku lagi atau alat tulis lainnya. Itu penguatan yang salah dari seorang kakak terhadap adiknya yang masih kecil ketika sedang mau memulai menulis buku. Barangkali akan lebih baik jika kakaknya tadi tidak dengan cara membentak kasar, akan tetapi dengan bicara yang halus sambil membawa alat tulis lain berupa selembar kertas kosong sebagai penggantinya. Misalnya, Bagus!, coba kalau menggambarnya di tempat ini, pasti lebih bagus.Dengan cara penguatan seperti itu, sang anak tidak merasa dilarang menulis. Itu namanya penguatan positif. Contoh penguatan positif lagi, setiap anak mendapat ranking bagus di sekolahnya, orang tuanya memberi hadiah berwisata ke tempat-tempat tertentu yang menarik, atau setidaknya dipuji oleh orang tuanya, maka anak akan berusaha untuk mempertahankan rankingnya tadi pada masa yang akan datang.Ada tiga kelompok model belajar yang sesuai dengan teori belajar behaviorisme ini, yaitu yang menurut namanya disebut sebagai hubunganstimulus-respons (S-R bond), pembiasaan tanpapenguatan (conditioning with no reinforcement), dan pembiasaan dengan penguatan (conditioning through reinforcemant). Ada satu lagi teori belajar yang masih menganut paham behaviorisme ini adalahteori belajar sosialdari Bandura.1. D.PenutupPenekanan Teori Behviorisme adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Teori Belajar Behavioristik mengandung banyak variasi dalam sudut pandangan. Pelopor-pelopor pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu, dapat diubah dengan belajar baru. Behavioristik berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu :1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah. Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan berkat interaksi antara bekal keturunan dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya.2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri,menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar.4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain.

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang diperkenalkan oleh John B.Watson (1878 1958), seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Di Amerika Serikat, Witson dikenal sebagi Bapak Behaviorisme karena prinsip-prinsip pembelajaran barunya berdasarkan teoriStimulusRespons Bond.Menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson, tujuan utama psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Menurut teori ini yang dapat dikaji oleh psikologi adalah benda-benda atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus),dan gerak balas (respons), sedangkan hal-hal yang terjadi pada otak tidak berkaitan dengan kajian. Maka dalam proses pembelajaran menurut Watson, tidak ada perbedaan antar manusia dan hewan.Teori behaviorisme hanya menganalisis perilaku yang tampak pada diri seseorang yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang benar-benar objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, tentang semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat,tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi secara subjektif.Oleh karena kesadaran tidak termasuk benda yang dikaji oleh behaviorisme, maka psikologi ini telah menjadikan ilmu mengenai perilaku manusia menjadi sangat sederhana dan mudah dikaji. Mengapa? Karena semua perilaku menurut behaviorisme, termasuk tindak balas (respons) yang ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jadi, jika gerak balas telah diamati dan diketahui, maka rangsangan dapat diprediksikan. Begitu juga jika rangsangan telah diamati dan diketahui, maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Dengan demikian, setiap perilaku itu dapat diprediksikan dan dikendalikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct)dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi semua perilaku dipelajari menurut hubunganstimulus respons.Untuk membuktikan kebenaran teori behaviorismenya terhadap manusia, Watson mengadakan eksperimen terhadap Albert seorang bayi berumur 11 bulan. Pada mulanya Albert adalah seorang bayi yang gembira yang tidak takut terhadap binatang seperti tikus putih berbulu halus. Albert senang sekali bermain bersama tikus putih yang berbulu cantik itu. Dalam eksperimen ini, Watson memulai proses pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi dengan sebuah palu setiap kali Albert mendekati dan ingin memegang tikus putih itu, dan juga terhadap kelinci putih. Dengan eksperimen itu, Watson mengatakan bahwa dia telah berhasil membuktikan bahwa pelaziman dapat mengubah perilaku seseorang secara nyata.Dalam pembelajaran yang didasarkan pada hubungan stimulus respons ini, Watson mengemukakan dua prinsip penting yaitu (1)recency principle( prinsip kebaruan), dan (2)frequency principle(prinsip frekuensi). Menurutrecency principlejika suatu stimulus baru saja menimbulkan respons, maka kemungkinan stimulus itu untuk menimbulkan respons yang sama apabila diberikan umpan lagi akan lebih besar daripada kalaustimulusitu diberikan umpan setelah lama berselang. Menurutfrequency principleapabila suatu stimulus dibuat lebih sering menimbulkan respons, maka kemungkinan stimulus itu akan menimbulkan respons yang sama pada waktu yang lain akan lebih besar.Pada dasarnya, Watson menolak pikiran dan kesadaran sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan perilaku(behaviour)sebagai subjek psikologi.Terdapat 3 Prinsip dalam aliran behaviorisme:(1) Menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir di kehidupan. Perilaku muncul sebagai respons dari kondisi yang mengelilingi manusiadan hewan.(2) Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu.(3) Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.

TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL BANDURA1.0 PENGENALAN

Dalam tahun 1941, Miller dan Dollard telah mencadangkan bahawa teori pembelajaran dan peniruan yang menolak anggapan teori tingkah laku tradisional. Ini disebabkan oleh teori pembelajaran tersebut gagal untuk mengambil kira perihal respons baru, iaitu proses melambat atau menyegerakan proses pengukuhan peniruan. Ramai antara ahli psikologi behavioris mendapati bahawa pelaziman operan memberi keterangan yang terhad tentang pembelajaran. Ada antara mereka yang telah meluaskan pandangan mereka tentang pembelajaran dengan menambah proses- proses kognitif seperti jangkaan, pemikiran dan kepercayaan yang tidak boleh diperhatikan secara langsung. Satu contoh tentang pandangan seperti ini telah dikemukakan oleh Albert Bandura dalam teori kognitif sosial. Bandura percaya bahawa pandangan ahli teori behavioris tentang pembelajaran walaupun tepat tidaklah lengkap. Mereka hanya memberi sebahagian sahaja keterangan tentang pembelajaran dan tidak mengambil kira aspek- aspek penting terutamanya pengaruh- pengaruh sosial ke atas pembelajaran. Dalam tahun 1963, Albert Bandura dan Walters telah menghasilkan buku Skop Learning and Personality Development, di mana beliau meluaskan skop teori pembelajaran dengan menjelaskan lagi prinsip pembelajaran pemerhatian dan peneguhan.

2. TEORI PEMODELAN BANDURA

Bandura dan Walters menggunakan sekumpulan kanak- kanak tadika berumur 3- 6 tahun untuk menjalankan kajian dan berjaya membuktikan bahawa kanak- kanak keseluruhannya meniru model yang ditonton dengan gaya yang lebih agresif. Beliau merumuskan bahawa pelbagai tingkah laku sosial seperti keagresifan, persaingan, peniruan model dan sebagainya adalah hasil pemerhatian daripada gerak balas yang ditonjolkan oleh orang lain. Teori pembelajaran sosialis menekankan pembelajaran melalui proses permodelan iaitu pembelajaran melalui pemerhatian atau peniruan. Teori ini terdiri daripada teori permodelan Bandura.

CIRI- CIRI TEORI PEMODELAN BANDURA :n Unsur-unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruann Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa , misalan dan teladann Pelajar meniru sesuatu kemahiran daripada kecekapan demonstrasi guru sebagai model dan akan menguasai kemahiran itu jika dia memperoleh kepuasan dan peneguhan yang berpatutan.n Proses pembelajaran meliputi pemerhatian , pemikiran , peringatan ,peniruan dengan tingkah laku atau gerak balas yang sesuai.

Mengikut teori Albert Bandura (1925) seorang profesor psikologi di Universiti Stanford pembelajaran melalui pemerhatian merupakan pembentukan asas tingkah laku orang lain, individu dan secara tidak langsung mempelajari pula perubahan tingkah laku tersebut. Bandura menyebut orang yang diperhatikan sebagai model dan proses pembelajaran melalui pemerhatian tingkah laku model sebagai permodelan. Ia juga menekankan aspek interaksi antara manusia dan persekitaran. Pada amnya Bandura juga melihat manusa sebagai aktif berupaya mengendalikan tingkah laku secara selektif dan tidak merupakan entiti yang pasif yang boleh dipermainkan oleh keadaan persekitaran mereka.

Terdapat dua jenis pembelajaran melalui pemerhatian. Pertama, ia boleh berlaku melalui peneguhan. Ini berlaku apabila kita melihat orang lain diberi ganjaran atau denda untuk tindakan tertentu kita mengubah tingkah laku. Melalui ganjaran, Contohnya seandainya kita memuji dua orang pelajar kerana membuat kerja yang menarik di dalam kelas maka pelajar- pelajar yang memerhatikan penghargaan mungkin akan membuat kerja yang lebih baik pada masa akan datang. Denda juga boleh mempunyai kesan yang sama. Contohnya kita akan mengurangkan had laju semasa memandu selepas melihat beberapa orang mendapat saman kerana memandu dengan laju.

Pembelajaran pemerhatian yang kedua ialah pemerhati meniru tingkah laku model walaupun model tersebut tidak menerima peneguhan atau denda semasa pemerhati sedang memerhatikan. Selalunya model menunjukkan sesuatu yang hendak dipelajarinya oleh pemerhati dan mengharapkan peneguhan apabila dapat menguasai. Contoh cara yang betul meletakkan tangan untuk bermain piano tetapi peniruan berlaku apabila pemerhati hanya mahu menjadi seperti model yang disanjung.3. PRINSIP PEMBELAJARAN MELALUI PEMERHATIAN/ PERMODELAN

Bandura (1986) mengenal pasti empat unsur utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian atau pemodelan iaitu perhatian, mengingat, reproduksi dan peneguhan atau motivasi.PEMERHATIAN

Untuk belajar melalui pemerhatian, kita mesti menumpukan perhatian. Biasanya kita memberi perhatian kepada orang yang menarik, popular, cekap atau disanjungi. Untuk kanak- kanak kecil ini mungkin merujuk kepada ibu bapa, abang atau kakak atau guru- guru. Bagi pelajar yang lebih tua ia mungkin merujuk kepada rakan sebaya yang popular dan artis pujaan. Faktor- faktor yang mempengaruhi perhatian ialah ciri- ciri model termasuk nilai, umur, jantina, status dan perhubungan dengan pemerhatian. Dalam pengajaran kita perlu pastikan pelajar menumpukan perhatian kepada ciri- ciri penting pelajaran dengan pengajaran yang jelas dan menekankan isi- isi penting. Dalam suatu tunjukcara contohnya memasukkan benang ke lubang jarum mesin jahit kita mungkin memerlukan murid- murid duduk berhampiran dengan kita supaya mereka nampak bagaimana cara melakukannya dengan betul. Perhatian mereka akan ditumpukan kepada ciri- ciri yang betul dalam situasi tersebut dan dengan itu menjadikan pembelajaran pemerhatian yang betul.MENGINGAT

Untuk belajar melalui pemerhatian, kita mesti menumpukan perhatian. Biasanya kita memberi perhatian kepada orang yang menarik, popular, cekap atau disanjungi. Untuk kanak- kanak kecil ini mungkin merujuk kepada ibu bapa, abang atau kakak atau guru- guru. Bagi pelajar yang lebih tua ia mungkin merujuk kepada rakan sebaya yang popular dan artis pujaan. Faktor- faktor yang mempengaruhi perhatian ialah ciri- ciri model termasuk nilai, umur, jantina, status dan perhubungan dengan pemerhatian. Dalam pengajaran kita perlu pastikan pelajar menumpukan perhatian kepada ciri- ciri penting pelajaran dengan pengajaran yang jelas dan menekankan isi- isi penting. Dalam suatu tunjukcara contohnya memasukkan benang ke lubang jarum mesin jahit kita mungkin memerlukan murid- murid duduk berhampiran dengan kita supaya mereka nampak bagaimana cara melakukannya dengan betul. Perhatian mereka akan ditumpukan kepada ciri- ciri yang betul dalam situasi tersebut dan dengan itu menjadikan pembelajaran pemerhatian yang betul.REPRODUKSI

Pemerhatian harus berupaya melakukan semula tingkah laku yang ditirunya. Apabila seseorang tahu bagaimana sesuatu tingkah laku ditunjukkan dan mengingat ciri- ciri atau langkah- langkah dia mungkin belum boleh melakukannya dengan lancar. Sesorang itu memerlukan latihan yang banyak, mendapat maklum balas dan bimbingan tentang perkara- perkara penting sebelum boleh menghasilkan tingkah laku model. Di peringkat penghasilan latihan menjadikan tingkah laku lebih lancar dan mahir.PENEGUHAN/MOTIVASI

Kita mungkin telah memperoleh satu kemahiran atau tingkah laku baru melalui pemerhatian, tetapi kita mungkin tidak dapat melakukan tingkah laku itu sehingga ada sesuatu bentuk motivasi atau insentif untuk melakukannya. Peneguhan boleh memainkan beberapa peranan dalam pembelajaran pemerhatian. Seandainya kita mengharapkan untuk mendapat peneguhan dengan meniru tindakan seseorang model, kita mungkin menjadi lebih bermotivasi untuk menumpukan perhatian, mengingat dan menghasilkan semula tingkah laku. Selain itu, peneguhan penting untuk mengekalkan pembelajaran. Seseorang yang mencuba menunjukkan tingkah laku baru tidak akan mengekalkanya tanpa peneguhan. Sebagai contoh, seorang pelajar yang tidak popular cuba memakai pakaian fesyen baru tetapi diejek oleh rakan- rakan dan dia tidak akan meneruskan peniruannya.

Terdapat lima jenis peneguhan yang memotivasikan perlakuan tingkah laku yang ditiru. Pertama, pemerhati mungkin menghasilkan semula tingkah laku model dan menerima peniruan secara langsung. Contohnya, seorang ahli gimnastik menunjukkan pergerakan badan yang baik dan dia di puji oleh jurulatihnya dengan kata- kata seperti syabas. Kedua pemerhati mungkin melihat orang lain menerima peniruan secara tidak langsung dan mengikut tingkah laku orang yang diperhatikan. Contohnya kanak- kanak yang melihat program televisyen yang penuh dengan keganasan mungkin meniru tingkah laku keganasan model melalui program tersebut. Ketiga ialah peniruan melalui proses elistasi. Dalam proses ini seseorang akan meniru apa yang dilakukan oleh orang lain jika dia sudah mengetahui cara- cara melakukan tingkah laku tersebut. Sebagai contoh timbul keinginan di hati Ali untuk membantu ibunya memotong rumput setelah melihat Rahman membantu ibunya. Keempat peniruan sekat lakuan. Peniruan yang sesuai dilakukan dalam keadaan tertentu tetapi tidak digunakan dalam keadaan atau situasi yang lain. Sebagai contoh, murid boleh meniru kawan mereka yang bising senasa kelas pendidikan jasmani di padang tetapi tidak boleh meniru tingkah laku ini di dalam kelas. Kelima iaitu peniruan tak sekat lakuan. Dalam proses ini seseorang individu akan terus mengamalkan peniruan dalam apa- apa jua situasi. Sebagai contoh, Radzi yang menyertai satu kumpulan menyimpan rambut panjang semasa cuti sekolah akan terus menyimpan rambut panjangnya semasa sesi persekolahan bermula.PANDANGAN ISLAM TERHADAP TEORI PEMBELAJARAN

Menurut perspektif islam dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif dan fungsi pancaindera sebagai alat- alat penting untuk belajar adalah sangat penting. Kata- kata kunci seperti yaqilun, yatafakkarun, yasmaun dan sebagainya yang terdapat dalam al-quran merupakan bukti tetap pentingnya dalam meraih ilmu pengetahuan. Menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi (1984) adalah akidah yang berdasarkan ilmu pengetahuan bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta. Hal ini tersirat dalam firman Allah, maka ketahuilah bahawa tidak ada Tuhan kecuali Allah (surah Muhammad :19).

Menuntut ilmu ialah suatu ibadat umum kerana amalan ini adalah diwajibkan oleh Islam. Al-Quran menyebut banyak kali ayat yang menunjukkan bahawa ilmu pengetahuan sangatlah penting bagi semua orang. Hadis Rasulullah s.a.w menyatakan dengan terus terang bahawa kita semua wajib menuntut ilmu sama ada ilmu dunia atau akhirat. Dalam kehidupan kita ada banyak benda yang kita tidak mengetahui. Sebaliknya orang yang berilmu itu adalah lebih mulia daripada orang yang tidak mengetahui. Sebaliknya adalah berdosa kalau kita menyembunyikan ilmu daripada orang lain. Mempelajari dan mengajar ilmu adalah ibadat kerana diwajibkan oleh Tuhan.Menurut Imam Al Ghazali r.a menyebut tentang ilmu mahmudah sebagai ilmu yang baik dan berfaedah di dunia dan di akhirat. Al Quran meletakkan para ilmuan di tempat yang tinggi dan mulia dan mewajibkan semua orang mencari ilmu di merata tempat. Ada ilmu yang Qadim iaitu yang kekal dan ilmu hadis. ilmu baru kurniaan Allah s.w.t kepada semua makhluk.Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan akan tetapi Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi yang canggih untuk kemudahan umat manusia itu sendiri.APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN SOSIAL BANDURADI DALAM BILIK DARJAH

Guru sebagai role model dan model simbolik.Guru hendaklah memastikan dia mempunyai tingkah laku dan berpewatakan positif supaya pelajar dapat menirunya. Segala tindakan yang ditunjukkan oleh guru hendaklah yang boleh dicontohi oleh pelajarnya.

Modifikasi tingkah laku.Guru boleh menunjukkan teladan yang baik seperti bersopan santun dan tidak meninggikan suara di dalam bilik darjah. Sekiranya guru ingin mengubah tingkah laku murid yang kurang menyenangkan kepada yang boleh diterima, guru hendaklah menunjukkan kepada mereka contoh yang terbaik.

Peniruan tidak langsung.Oleh kerana pengaruh media massa dan internet begitu luas terhadap pelajar daripada model lansung, guru boleh menasihati mereka tentang jenis program yang harus dipilih dan yang harus ditolak.

Contoh dan hasil kerja yang baik.Guru perlu tunjukkan kepada pelajar dalam kalangan rakan-rakan mereka siapa yang menunjukkan contoh sebagai pelajar yang baik dari segi hasilan kerja mereka. Pelajar boleh belajar daripada rakan-rakan dan meniru idea-idea yang berkualiti yang terdapat dalam kerja-kerja mereka.

Permainan dan simulasi.Guru boleh mengajar nilai dan peranan watak-watak yang penting melalui situasi main peranan dan simulasi. Pelajar dapat meniru tingkah positif. Situasi dalam main peranan dan simulasi perlu diaplikasikan dalam situasi sebenar.

Rakan sebaya sebagai model.Guru boleh menggunakan pelajar-pelajar yang popular atau yang berjaya untuk menunjukkan tingkah laku model dalam kelas.

IMPLIKASI PRINSIP TEORI HUMANISTIK DI DALAM BILIK DARJAH

Membentuk suasana bilik darjah yang kondusif dengan menjalankan aktiviti-aktiviti pengajaran dan pembelajaran agar mereka merasa seronok, gembira dan harmonis dan selamat untuk melibatkan diri dalam aktiviti tersebut.

Memupuk nilai penghargaan kendiri di kalangan pelajar serta memberi motivasi dan peneguhan yang sesuai supaya mereka sentiasa bersungguh-sungguh dalam aktiviti pengajaran dan pembelajaran.

Merancang aktiviti pengajaran mengikut kebolehan pelajar dengan tujuan meningkatkan keyakinan mereka, dan seterusnya meningkatkan peluang memenuhi keperluan penyuburan mereka iaitu kesempurnaan kendiri, memperoleh ilmu pengetahuan, menikmati dan menghasilkan karya atau ciptaan estetik yang bermutu tinggi.

Memupuk nilai motivasi diri melalui bimbingan supaya pelajar memahami diri, menerima diri, melibatkan diri secara aktif dalam aktiviti sosial, dan seterusnya menentukan aktualisasi kendiri, iaitu arah hidup dan masa depan sendiri mengikut perkembangan potensinya yang tertinggi.

Membantu pelajar mengambil bahagian dalam kerja kumpulan terutama pembelajaran koperatif dengan tujuan membina kemahiran sisial dan afektif.Mengimbangkan komponen intelek dan emosi dalam aktiviti pengajaran dan pembelajaran.

Menunjukkan contoh yang baik bagi sikap, kepercayaan dan kebiasaan yang ingin ditanamkan oleh guru dalam diri pelajar.

Guru hendaklah bersifat penyayang untuk memenuhi keprluan kasih saying.

Guru hendaklah berkongsi perasaan, idea dan fikiran dengan pelajar.

IMPLIKASI TEORI-TEORI PEMBELAJARAN TERHADAP PEMBELAJARAN MURID-MURID BERKEPERLUAN KHASMASALAH PENGLIHATAN

Berikan gambaran yang jelas tentang bilik darjah dan sekolah. Guru hendaklah membawa kanak-kanak tersebut berjalan di persekitaran sekolah dan terangkan kepadanya apa yang dilihat. Semasa memandu arah, benarkan pelajar tersebut memegang anda.

Gunakan tulisan yang kasar-kasar apabila menulis di papan tulis dan menggalakkan juga supaya kanak-kanak lain melakukan perkara yang sama.

Kanak-kanak yang menghadapi masalah penglihatan banyak belajar melalui deria sentuh, dengar dan hidu. Malah ada di antara mereka menjilat objek / benda yang baru baginya. Biarkanlah kanak-kanak itu menggunakan caranya untuk belajar tetapi guru perlulah mengawasinya.

Kanak-kanak yang menghadapi masalah penglihatan juga tidak sedar orang-orang yang berhampiran dengannya kerana tidak boleh melihat. Apabila guru bersama kanak-kanak ini, bercakaplah dengannya. Maklumkan hal ini kepada kanak-kanak lain supaya mereka juga turut melakukannya.MASALAH PENDENGARAN

Kanak-kanak yang dilahirkan tanpa pendengaran tidak dapat bertutur. Oleh itu guru perlulah mengajar mereka cara-cara untuk menyampaikan buah fikiran, menyatakan keperluan, dan melepaskan perasaan.

Kanak-kanak yang dapat mendengar suara yang kuat selalunya mengalami perkembangan pertuturan yang lambat. Mereka patut diajar mendengar dan bercakap dengan baik. Mereka boleh berkomunikasi dengan cara lain juga iaitu bahasa isyarat.

Kanak-kanak ini mudah meradang. Mereka sukar menumpukan perhatian pada sesuatu perkara dengan agak lama. Maka, guru pelulah kreatif untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang menyeronokkan. Antaranya guru boleh menggunakan tangan, mimik muka, gerak badan, menulis dan bercakap.

Selepas guru bercakap, beri peluang murid berfikir dahulu kemudian barulah guru menyambung semula percakapannya.

Guru perlu mengajar murid bacaan bibir supaya mereka mudah membaca pertuturan bibir.MASALAH PEMBELAJARAN

bahan-bahan, teknik, kaedah, teknologi pengajaran dan pembelajaran perlu disedia dan diubahsuai mengikut keprluan individu.

Gerak kerja serta aktiviti-aktiviti latihan dan pengukuhan perlu digred berpadanan dengan keupayaan individu dengan merujuk kepada Rancangan Pengajaran Individu (R.P.I)

Kerjasama dan interaksi yang baik dengan murid-murid serta guru-guru kelas boleh meningkatkan usaha dan kerja-kerja pemulihan.

Kanak-kanak yang menghadapi masalah pembelajaran biasanya memerlukan aktiviti berstruktur. Aktiviti ini perlulah dirancang dengan teliti mengikut langkah-langkah kecil untuk membolehkan murud menguasai konsep atau kemahiran langkah demi langkah.

TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL ALBERT BANDURAPosted byHalim Ahmadon 05.24

OBJEKTIFKerja kursus yang berkaitan dengan teori Albert Bandura ini disediakan untuk memenuhi pra-syarat dalam sistem penilaian bagi mata pelajaran Psikologi Pembelejaran, Diploma Psikologii bagi semester 3, ambilan Jun 2009.Selain itu, kerja kursus ini juga disediakan untuk tujuan untuk mendalami teori pembelajaran yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologii sosial terkenal iaitu Albert Bandura sekaligus mengaplikasikan teorinya di dalam pembelajaran dalam kelas.Disamping itu, kumpulan kami juga menyediakan beberapa kritikan terhadap teori yang dipelopori oleh Albert Bandura dalam teori pembelajaran sosial terutamanya dalam proses peniruan.PENGENALANTeori Pembelajaran SosialTeori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik)[1]. Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada kesan dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan.Bersama Richard Wakters sebagai penulis kedua,Bandura menulisAdolescent Aggression (1959) mengenai suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip pembelajaranan sosial digunakan untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja lelaki delinkuen dari kelas menengah, disusuli dengan Sosial Learning and personality development (1963), sebuah buku dimana beliau dan Walters memaparkan prinsip-prinsip pembelajaran sosial yang telah mereka perkembangkan beserta dengan eviden atau bukti yang menjadi asas bagi teori tersebut. Pada tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of behavior modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaranan dalam memodifikasikan tingkah laku dan pada tahun 1973,Aggression: A sosial learning analysis.Teori belajar sosial menekankan, bahawa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secera kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh (Kardi, S., 1997: 14) bahawa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atauvicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atauvicarious reinforcement[2]. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M. 1998a:4)[3].Sama seperti pendekatan teori pembelajaranan terhadap kepribadian, teori pembelajaran sosial berdasarkan pada hujah yang diutarakan beliau bahawa sebahagian besar daripada tingkah laku manusia adalah sebahagian daripada hasil pemerolehan, dan prinsip pembelajaranan sudah mencukupi untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori-teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperihalkan fakta bahawa banyak peristiwa pembelajaranan terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, semasa melihat tingkah laku orang lain, individu akan pembelajaran meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.Disamping itu, dalam bukunya yang diterbitkan pada 1941, Sosial learning and imitation, Miller dan Dollard telah mengakui tentang peranan penting mengenai proses imitatif dalam perkembangan keperibadian dan seterusnya menjelaskan beberapa jenis tingkah laku imitatif tertentu. Walaupun begitu, hanya sedikit pakar lain yang meneliti keperibadian individu cuba memasukan gejala pembelajaranan melalui pemerhatian ke dalam teori-teori pembelajaranan mereka. Bandura juga memperluaskan analisis beliau terhadap pembelajaranan melalui pemerhatian.LATAR BELAKANG TOKOHAlbert BanduraAlbert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Disember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana.Semasa di Universiti of British Columbia, beliau menaiki bas awal kerana terpaksa berebut dengan pelajar jurusan lain memandangkan kelas pengenalan psikologii adalah satu-satunya kelas yang paling awal diadakan di universiti tersebut.Kemudian, beliau melanjutkn pelajaran ke Universiti Iowa dan di sini beliau banyak dipengaruhi oleh Kenneth Spence, seorang pakar psikologii pembelajaran yang terkenal pada ketika itu.Pada tahun 1949, beliau mendapat pendidikan di Universiti British Columbia dalam jurusan psikologi[4].Dia memperoleh gelaran Master didalam bidang psikologii pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelaran doktor (Ph.D).Bandura menyelesaikan program kedoktorannya dalam bidang psikologii klinik pada tahun 1952.Setahun setelah lulus, ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terpengaruh dengan pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen..Beliau kemudiannya mengahwini Virginia Varns, seorang guru di kolej kejururawatan dan seterusnya pindah di Iowa Kansas selepas menamatkan pengajiannya.Selain itu,dalam tahun 1952, selepas mendapat gelaran ph.D, Albert Bandura telah menamatkan praktikum di Wichita Guidance Centre dan seterusnya dilantik sebagai tenaga pengajar di Universiti Stanford. Pada tahun 1964, Albert Bandura telah dilantik sebagai professor dan Seterusnya menerima anugerah American Psychological Association utk Distinguished scientific contribution, pada tahun 1980.Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mula meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama mendapat gelaran doktor sebagai pekerja di makmalnya. Bagi pendapat Bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme.Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Sosial Learning Theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972[5].Semasa bertugas sebagai tenaga pengajar, Beliau sangat disayangi oleh pelajar-pelajarnyanya kerana sikap beliau yang ambil berat dan sanggup memberi bantuan maklumat yang mereka perlukan.LATAR BELAKANG TEORIAlbert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Sosial Learning Theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi.Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan kanak-kanak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya[6].Teori Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh persekitaran melalui peneguhan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observational learning), dan cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu maklumat dan juga sebaliknya, iaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi persekitaran dan menghasilkan peneguhan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity).Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.Bandura (1977) menyatakan bahawa "Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own action to inform them what to do. Fortunately, most human behaviour is learned observationally through modelling: from observing others one form an idea of her new behaviour are performed, and on later occasion this coded information serves as a guide for action".Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi itu adalah tidak baik.Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahawa tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, iaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeza mempengaruhi konsepsi diri individu.Hubungan yang aktif dapat mengubah aktiviti seseorang. Seterusnya, menurut Bandura (1982), penguasaan kemahiran dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berdasarkan dari diri pelajar sendiri iaitu sense of self Efficacy dan self regulatory system. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahawa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai seperti yang berlaku. Self regulatory pula merujuk kepada:1) Struktur kognitif yang memberi gambaran tingkah laku dan hasil pembelajaran.2) Sub proses kognitif yang dirasakan, mengevaluasi, dan mengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran self-regulatory akan menentukan goal setting dan self evaluation pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi atau sebaliknya[7]. Menurut Bandura, untuk Berjaya, pembelajar harus dapat memberikan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, Seterusnya mengembangkan self of mastery, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar. Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran iaitu seperti yang berikut:

Strategi Proses1. Analisis Tingkah Laku Yang Akan Dijadikan Model Terdiri Daripada:a. Apakah karakteristik dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, kemahiran motor atau efektif?b. Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut?c. dimanakah letaknya hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut?

2. Tetapkan Fungsi Nilai Dari Tingkah Laku Dan Pilihlah Tingkah Laku Tersebut Sebagai Model.a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (Success prediction)b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidak begitu penting) model manakah yang lebih penting?c. Apakah model harus hidup atau simbol? Pertimbangan soal pembiayaan, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.d. Apakah peneguhan yang akan didapat melalui model yang dipilih?3. Pengembangan Sekuena. Untuk mengajar motor skill, bagaimana cara untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan/ kemampuan yang dipelajari: how to do this dan bukannya not this.4. Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi.A. KEMAHIRAN MOTOR1) Hadirkan model2) Beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secara simbolik3) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan timbal balik visual.B. PROSES KOGNITIF1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kod-kod verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh.2) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpertisipasi secara aktif.3) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi dalam berbagai situasi.

Dari huraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan seperti berikut:1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.2. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.3. Hasil belajar berupa kod-kod visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).4. Dalam perancangan pembelajaran yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan sense of efficacy dan self regulatory pembelajar[8].5. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fizik, dan reinforcement dan hindari punishment yang tidak perlu.TEORI PENIRUAN (MODELING)Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologii, iaitu Neil Miller dan John Dollard - dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahawa peniruan (imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru daripada orang lain. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan "sosial learning" - "pembelajaran sosial". Perilaku peniruan (imitative behavior) manusia terjadi kerana manusia merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru perilaku orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya.Menurut bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan (imitation) maupun penyajian contoh tingkah laku (modelling). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi kkanak-kanak-kkanak-kanak untuk menirukan tingkah laku membaca[9].Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963)[10], telah melakskkanak-kanak-kkanak-kanakan eksperimen lain yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, peniruan boleh berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun tanpa sebarang peneguhan. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandangkan teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa memberi pertimbangan terhadap proses mental seseorang.Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan persekitaran. Bagi menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) ke atas kesan perlakuan kanak-kanak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit sockeroodalam video. Setelah menonton video kanak-kanak ini diarah bermain di bilik permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video (Ramlah Jantan & Mahani Razali 2004).Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan iaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui sekatlakuan dan taksekatlaku. Contohnya kanak-kanak meniru perlakuan bersorak di padang, jadi perlakuan bersorak merupakan taksekatlakuan di padang. Keadaan sebaliknya jika kanak-kanak bersorak di dalam kelas semasa guru mengajar, semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu perlakuan yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi perlakuan tersebut menjadi sekatlakuan dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang kanan-kanak melihat rakannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri kanak-kanak tersebut untuk melukis bunga. Oleh itu, peniruan berlaku apabila kanak-kanak tersebut melihat rakanya melukis bunga (Ramlah Jantan & Mahani Razali, 2004).Perkembangan kognitif kanak-kanak mengikut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 iaitu Ibnu Khaldun perkembangan kanak-kanak hendaklah diasuh dari perkara yang mudah kepada perkara yang lebih susah iaitu mengikut peringkat-peringkat dan kanak-kanak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, kanak-kanak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukanya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahawa kanak-kanak tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan kanak-kanak tidak mahu belajar dan mencerca pengajaran yang disampaikan (Nadira Anis Syarina Hamidi,Nur Fatiha Azam & Nur Hazwani Hamzah 2009).4 UNSUR UTAMA DALAM PENIRUANUntuk pembelajaran pemerhatian wujud adalah penting untuk individu berkenaan berbuat demikian:1) Tumpuan ('Attention')Subjek harus memberi tumpuan kepada tingkahlaku model untuk membolehkannya mempelajarinya. Sama ada subjek memberi perhatian atau tumpuan tertakluk kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain muzik yang tidak yakin diri mungkin meniru tingkahlaku pemain muzik terkenal sehingga tidak mewujudkan stailnya yang tersendiri.Bandura & Walters (1963) dalam buku mereka "Sosial Learning & Personality Development" menekankan bahawa hanya dengan memerhati seorang lain pembelajaran boleh berlaku.2) Penyimpanan ('Retention')Subjek yang memerhati harus mengekod peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini.3) Penghasilan ('Reproduction')Setelah mengetahui atau mempelajarai sesuatu tingkahlaku, subjek juga mesti mempunyai kebolehan mewujudkan atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkahlaku. Contohnya, memandu kereta, bermain tenis. Bagi sesetengah tingkahlaku kemahiran motor diperlukan untuk mewujudkan komponen-komponen tingkahlaku yang telah diperhatikan.4) MotivasiMotivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura kerana ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.CIRI-CIRI TEORI PEMODELAN BANDURA1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan.2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-lain.3. Pelajar meniru sesuatu kemahiran daripada kecekapan demontrasi guru sebagai model.4. Pelajar memperoleh kemahiran jika memperoleh kepuasan dan peneguhan yang berpatutan.5. Proses pembelajaran meliputi pemerhatian, peringatan, peniruan dgn tingkah laku atau gerak balas yg sesuai, diakhiri dengan peneguhan positif.EKSPERIMEN ALBERT BANDURAEksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan kanak-kanak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya[11].Sosial Cognitive Theory examines the processes involved as people learn from observing others and gradually acquire control over their own behaviour( Bandura 1986, 1997 )Albert Bandura, seorang tokoh mazhab sosial ini menyatakan bahawa proses pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan permodelan. Beliau menjelaskan lagi bahawa aspek pemerhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan juga aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada kefahaman pelajar.EKSPERIMEN PERMODELAN BANDURAKUMPULAN A= Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang dan menjerit ke arah patung besar Bobo.Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif.KUMPULAN B= Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo.Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif seperti kumpulan A.Rumusan:Tingkah laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/ permodelan.Hasil keseluruhan eksperimen:Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari orang dewasa. B dan C tidak menunjukkan tingkah laku agresif.RUMUSAN:Tingkah laku peniruan/permodelan adalah hasil dari peneguhan.

RAJAH 1.0: GAMBAR PEMODELAN ALBERT BANDURASubjek terdiri daripada kanak-kanak pra sekolah. Subjek dalam kumpulan eksperimental didedahkan kepada model manusia sebenar, kartun atau model dalam filem yang terlibat dengan tingkahlaku agresif terhadap patung (doll) plastik yang besar. Subjek-subjek itu mungkin memukul dengan kayu, menendang atau menumbuk patung plasktik itu. manakala dalam kumpulan kawalan, subjek melihat model-model yang sama tidak melakukan apa-apa pun terhadap patung plastik. Hasil kajian menunjukkan bahawa kanak-kanak dalam kumpulan eksperimen mempamerkan tingakahlaku agresif apabila dibiarkan bersama patung plastik berkenaan.JENIS-JENIS PENIRUAN[12]1.Peniruan langsungPembelajaranan langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial dari Albert Bandura. Pembelajaranan langsung adalah model pembelajaranan yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang diajarkan setahap demi setahap. Ciri khas pembelajaranan ini adalah adanya modeling, iaitu suatu fasa di mana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu keterampilan itu dilakukan.Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh: meniru gaya penyanyi yang disanjungi.2.Peniruan tak langsungPeniruan adalah melalui imaginasi atau pemerhatian secara tidak langsung.Contoh: meniru watak yang dibaca dalam buku, memerhati seorang guru mengajar rakannya.3.Peniruan gabunganPeniruan jenis ini adalah dengan cara menggabung tingkah laku yang berlainan iaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarna daripada buku yang dibacanya.4.Peniruan sekat laluanTingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu sahaja.contoh: Tiru fesyen pakaian di TV, tapi tidak boleh dipakai di sekolah.5.Peniruan tak sekat laluanTingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam apa-apa situasi.- Contoh: pelajar meniru gaya berbudi bahasa gurunya.Perkara lain yang harus diperhatikan bahawa faktor model atau teladan mempunyai prinsip-prinsip seperti berikut:1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara mengkod perilaku yang ditiru kedalam kata-kata, tanda atau gambar dari pada hanya penglihatan sederhana (hanya melihat saja). Sebagai contoh: belajar gerakan tari dari pelatih memerlukankan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh pelajar pada masa yang sama. Kemudian proses meniru akan lebih efisien jika gerakan tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.Teori belajar sosial dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologii kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Sebagai contoh: penerapan teori belajar sosial dalam iklan television. Iklan selalunya menampilkan bintang-bintang yang popular dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti para "bintang".Teori belajar dari Bandura ini tampaknya memang boleh berlaku umumnya dalam semua langkah pendidikan sosial, komunikasi, informasi dan latihan, namun kerana keadaannya yang umum tadi maka sulit dilakskkanak-kanak-kkanak-kanakan dalam sekolah-sekolah formal, sehingga kaedah belajar sosial dari Bandura ini agak sulit dilakukan. Hanya dalam situasi sosial dan kemasyarakatan sahaja banyak terjadinya pembelajaran sosial.Faktor-faktor Penting dalam Pembelajaran Melalui PemerhatianMengamati orang lain melakukan sesuatu tidak mesti diakibatkan oleh pembelajaran, kerana pembelajaran melalui pemerhatian memerlukan beberapa faktor. Menurut Bandura, ada empat proses yang penting agar pembelajaran melalui pemerhatian dapat terjadi, yakni:1. Perhatian (attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian harus dicurahkan ke orang itu. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya, sifat model yang menarik, dan erti penting tingkah laku yang diamati bagi si pengamat.2. Representasi (representation process): Tingkah laku yang akan ditiru, harus disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal mahupun dalam bentuk gambaran/imaginasi. Representasi verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkah laku yang diamati, dan menentukan mana yang dibuang dan mana yang akan cuba dilakukan. Representasi imaginasi memungkinkan dapat dilakukannya latihan secara simbolik dalam fikiran, tanpa benarbenar melakukannya secara fizik.3. Peniruan tingkah laku model (behavior production process): sesudah mengamati dengan penuh perhatian, dan memasukkannya ke dalam ingatan. Pengubahan dari gambaran fikiran menjadi tingkah laku menimbulkan keperluan evaluasi; Bagaimana melakukannya? Apa yang harus dikerjakan? Apakah sudah benar? Berkaitan dengan kebenaran, hasil pembelajaran melalui pemerhatian tidak dinilai berdasarkan kemiripan respons dengan tingkah laku yang ditiru, tetapi lebih kepada tujuan pembelajaran dan efikasi dari pembelajaranan.4. Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process): Pembelajaran melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajaran memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Pemerhatian mungkin memudahkan orang untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, proses daripada tingkah laku yang dihukum tidak akan berlaku. Imitasi tetap terjadi walaupun model tidak diberi ganjaran, sepanjang pengamatan melihat model mendapat ciri-ciri positif yang menjadi tanda dari gaya hidup yang berhasil, sehingga diyakini model umumnya akan diberi ganjaran.Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Kkanak-kanak-kkanak-kanak lebih senang meniru model sesusianya daripada model dewasa. Kkanak-kanak-kkanak-kanak juga cenderung meniru model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Kkanak-kanak-kkanak-kanak yang sangat dependen cenderung melimitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model denganobservernya.Motivasi Pembelajaran dan Teori Tingkah laku (Bandura)Konsep motivasi pembelajaran berkait rapat dengan prinsip bahawa tingkah laku yang memperolehi penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan pengulangan tingkah laku dibandingkan dengan tingkah laku yang tidak memperoleh penguatan atau tingkah laku yang dikenekan hukuman (punishment)[13]. Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi pembelajaran, pelopor teori tingkah laku lebih memfokuskan pada seberapa jauh pembelajaran untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).Penghargaan (Reward) dan Penguatan (Reinforcement)Suatu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang tidak memadai untuk motivasi kerana motivasi pembelajaran manusia itu sangat kompleks dan tidak bebas dari konteks (situasi yang berhubungan). Terhadap binatang yang sangat lapar kita dapat meramalkan bahawa makanan akan merupakan penguat yang sangat efektif. Terhadap manusia, meskipun ia lapar, kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan penguat dan apa yang bukan penguat, kerana nilai penguatan dari penguat yang paling potensial sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor pribadi dan situsional.Penentuan Nilai dari Suatu InsentifIlustrasi berikut menunjukkan poin penting: nilai motivasi pembelajaran dari suatu insentif tidak dapat diasumsikan, kerana nilai itu dapat bergantung pada banyak faktor (Chance, 1992)[14].METODOLOGIBandura banyak meneliti masalah dunia nyata dalam makmalnya, seperti masalah fobia, penyembuhan dari serangan jantung, perolehan kemampuan matematik pada kanak-kanak. Tujuannya adalah untuk menyatukan kerangka