sindrom afasia
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 SINDROM AFASIA
1/4
Decy Paulina (111.0221.136)
SINDROM AFASIA
Afasia merupakan gangguan berbahasa. Dalam hal ini pasien menunjukkan
gangguan dalam memproduksi dan/atau memahami bahasa.1
Sindrom afasia adalah kumpulan gejala gangguan berbahasa akibat kelainan di
hemisferium kiri, tanpa ada kelainan pada organ bicara. Kelainan yang menimbulkan
sindrom afasia terdapat di daerah pusat bicara di hemisfer kiri yang memantau
kemampuan berbicara dan berbahasa2.
Secara anatomic area ini mencakup bagian bawah girus presentral (area broca)
dan postsentral, girus supra marginal dan angular, bagian inferior girus parietal dan
bagian atas lobus temporal (area wernicke). Area ini di pasok darah terutama dari
arteri serebri media.2
Ada berbagai jenis sindrom afasia yang menentukan kemungkinan letak
lesinya. Jenis sindrom ini ditentukan menurut kemampuan berbagai modalitasbahasa
berikut ini2:
a. Berbicara spontan
b. Pengertian bahasa
c. Pengulangan
d. Penamaan benda
e. Membaca
f. Menulis
Dengan menganalisis modalitas tersebut ditentukan jenis afasia berikut ini:
a. Sindrom afasia Broca
b. Sindrom afasia Wernicke
c. Sindrom afasia Global
d. Sindrom afasia Konduksi
e. Sindrom afasia anomik
Dengan menentukan jenis sindrom dapat di tentukan letak lesinya. Pada garis
besarnya dapat dibagi 4 golongan;
a. Sindrom afasia perisylvian
b. Sindrom afasia perbatasan
c. Sindrom afasia subkortikal
-
7/22/2019 SINDROM AFASIA
2/4
d. Sindrom afasia tak terlokalisasikan
Bagan dibawah ini menunjukan berbagain keadaan modalitas bahasa sindrom
tersebut2:
Bicara
spontan
Pengertian Pengulangan Penamaan Membaca Menulis
Broca Tidak
lancar
+ - - + -
Wernicke Lancar - - - - -
Global Tidak
lancar
- - - - -
Konduksi Lancar + - + + +
Anomik Lancar + + - + +
Sindrom afasia perisylvian terdiri dari sindrom afasia broca, wernicke, dan
konduksi yang letak lesinya di sekitar fisura sylvian di hemisfer dominan kiri.
Pasokan darah daerah ini terutama oleh arteri seberi media.
Sindrom afasia perbatasan terdiri dari sindrom seperti pada sindrom
perisylvian, perbedaan terutama terletak pada kemampuan pengulangan yang baik.
Area ini terletak pada perbatasan vascular yang di pasok darah dari arteri serebri
media dan daerah yang dipasok oleh arteri serebri anterior dan posterior. Sindrom ini
terdiri dari afasia motorik transkortikal dan afasia sensorik transkortikal.
Sindrom afasia subkortikal terdiri dari sindrom yang di sebabkan oleh lesi
yang letaknya di subkortikal seperti afasia thalamus dan afasia striatum. Sindrom
afasia subkortikal tidak mempunyai gejala yang nyata. Diagnosis dibuat berdasarkan
CTscan dan MRI.
Sindrom afasia tak terlokalisasikan mencakup sindrom afasia global dan
anomik. Kedua sindrom ini tidak menunjukkan lokalisasi tertentu.
Sindrom afasia broca disebabkan oleh lesi dibagian posterior daerah girus
ketiga frontal dari hemisfer dominan kiri. Gejala utamanya adalah berbicara spontan
yang tidak lancer, nonfluen, terbata-bata. Tata bahasanya kurang sempurna. Pada
keadaan yang berat bisa terjadi mutisme. Kemampuan modalitas bahasa lainnya jelek.
Biasanya sindrom ini disertai hemiparesis kanan.
Sindrom afasia wernicke disebabkan oleh lesi di bagian posterior girus
temporal superior dari hemisfer dominan kiri. Gejala utamanya berupa bicara spontan
-
7/22/2019 SINDROM AFASIA
3/4
lancer, fluen, seringkali berlebihan (logorea) dan tidak dapat dimengerti. Pada
keadaan yang berat afasia ini disebut sebagai afasia jargon. Pengertian bahasanya
jelek. Kemampuan modalitas bahasa lainnya jelek. Seringkali sindrom wernicke tidak
disertai gejala hemiparesis, sehingga tidak jarang terluput dari diagnosis afasia.
Bahkan seringkali dianggap sebagai kasus psikiatrik.
Sindrom afasia konduksi disebabkan oleh lesi di fasikulus arkuatus dari
hemisfer dominan kiri dengan gejala utamanya kemampuan mengulang kata yang
jelek. Modalitas bahasa lainnya baik.
Sindrom afasia globalmerupakan sindrom yang paling berat. Lesinya luas di
daerah hemisfer dominan kiri. Bicara spontan mutisme dan modalitas bahasa lainnya
buruk.
Sindrom afasia anomik merupakan sindrom yang relative paliing ringan.
Semua modalitas baik kecuali penamaan kata-kata benda yang jelek. Letak lesinya
tidak tentu2.
KORTEKS BICARA MOTORIK (BROCA)
Kerusakan dari area 44 kiri pada pasien yang kinan menghasilkan afasia
motorik seperti yang ditunjukkan pertama kali oleh Broca pada tahun 1861. Pasien
bisa mengerti kata-kata yang diucapkan tetapi tidak mampu berbicara, karena motor
engram dari gerakan-gerakan yang diperlukan untuk berbicara tidak ada. Otot-otot
yang diperlukan untuk berbicara tidak mengalami paralisis tetapi pasien tidak mampu
untuk mempersarafi otot-otot tersebut dengan intensitas dan kelanjutan yang tepat.
Jika hanya korteks dari area 4 yang mengalami kerusakan terjadi afasia motorik
kortikal. Jika serat-serat yangmenghubungkan area 44 dengan area motorik untuk
vokalisasi mengalami gangguan, kondisi yang diakibatkan disebut afasia motorik
subkortikal yaitu afasia motorik murni atau seperti yang disebut oleh broca suatu
afemia.3
Gejala dan gambaran klinis afasia broca.1
Bentuk afasia ini sering kita lihat di klinik dan ditandai oleh bicara yang tidak
lancar dan disartria serta tampak melakukan upaya bila berbicara. Pasien sering atau
paling banyak mengucapkan kata-kata benda dan kata kerja. Bicaranya bergaya
telegram atau tanpa tata bahasa. Pemahaman auditif dan pemahaman membaca
tampaknya tidak terganggu namun pemahaman kalimat dengan tatabahasa yang
-
7/22/2019 SINDROM AFASIA
4/4
kompleks sering terganggu, namun pemahaman kalimat dengan bahasa yang
kompleks sering terganggu.
Ciri klinik afasia broca:
a. Bicara tidak lancar
b. Tampak sulit memulai bicara
c. Kalimatnya pendek (5 kata atau kurang perkalimat)
d. Pengulangan (repetisi buruk)
e. Kemampuan menamai buruk
f. Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan pemahaman kalimat
yang kompleks)
g. Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks
h. Irama kalimat dan irama bicara terganggu
Referensi :
1. Lumbantobing,S.M. 2004. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta. FKUI
2. Harsono (ed). 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis Pehimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia. Yogyakarta. UGM
3. Duus Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta. EGC