sifat amalgam

6
Sifat Amalgam 1. Sifat Fisik Amalgam a. Creep Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI-ADA specification no.1menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan tembaga. Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut (Craig, 2000): Creep alloy konvensional>creep blonded alloy>creep alloykomposisi tunggal Kekurangan amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. Solusi (McCabe, 2008): 1) Meminimalkan fase gamma 2 saat setting 2) penambahan palladium dan indium 3) Stabilitas dimensional Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan kemudian tetap

Upload: bella-rrapunzel-volkadot

Post on 19-Jul-2016

181 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sifat Amalgam

Sifat Amalgam

1. Sifat Fisik Amalgam

a. Creep

Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap

yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam,

tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI-ADA

specification no.1menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah

tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan

amalgam yang tinggi kandungan tembaga. Amalgam dengan kandungan tembaga

yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang

dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan

dapat mempengaruhi kerusakan tepi. Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah

sebagai berikut (Craig, 2000):

Creep alloy konvensional>creep blonded alloy>creep alloykomposisi tunggal

Kekurangan amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan

marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. Solusi (McCabe, 2008):

1) Meminimalkan fase gamma 2 saat setting

2) penambahan palladium dan indium

3) Stabilitas dimensional

Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan

kemudian tetap stabil.Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan

dimensi adalah (McCabe, 2008):

1) Komposisi alloy: semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan

lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi

akan lebih besar.

2) Rasio mercuri/alloy: makin banyak mercuri, akan semakin besar tingkat

expansinya

3) Ukuran partikel alloy: dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut,

maka total area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih

besar akan menghasilkan mercuri dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih

Page 2: Sifat Amalgam

tinggi, saat triturasi. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih

tinggi saat tahap pertengahan.

4) Waktu triturasi: merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama

waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil.

5) Tekanan kondensasi: jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah

triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya

difusi mercuri ke alloy.

b. Difusi termal

Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin

sedangkankoefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang

mengakibatkanmikroleakage dan sekunder karies. Solusinya dalah mengisolasi dan

menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam (Craig, 2000).

c. Abrasi

Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah

substansi/zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada

tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam

(Craig, 2000).

2. Sifat Biologi Amalgam

a. Alergi

Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai

dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain.

Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek

sampingfisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini

terjadi oleh kurang dari 1% dari populasi yang di rawat(Anusavice, 2004). Solusinya

adalah tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai).

b. Toksisitas

Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai

dipertanyakan.Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi.

Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air

Page 3: Sifat Amalgam

raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi.Sejumlah air raksa dilepaskan

pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus

gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan

amalgam sangat jarang terjadi. Kemungkinan yang paling menonjolbagi asimilasi air

raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya (Anusavice, 2004).

3. Sifat Mekanik Amalgam

Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut

tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang

lainnya. Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. kekuatan tensile amalgam lebih

rendah dibanding kekuatan kompresif. kekuatan komperesif ini cukup baik untuk

mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar

kemungkinan terjadinya fraktur/retakan. Faktor yang mempengaruhu kekuatan amalgam

(Anusavice, 2004):

a. Rasio mercury (Alloy): jika mercuri yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel

alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan

bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat

amalgam menjadi lebih rapuh

b. Ukuran dan Bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel

yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.

c. Porositas: sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan.

d. Efek triturasi: efek ini tergantung pada jenis lugam campur amalgam, waktu triturasi,

dan kecepatan amalgamator.

Efek laju pengerasan amalgam menurut spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan

kompresif minimal adalah 80 Mpa pada 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang

kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.

4. Sifat Kimia Amalgam

Sifat kimia amalgam antara lain:

a. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik

Korosi galvanik atau bimetalik terjadi ketika kedua atau lebih logam berbeda atau

alloy berkontak dengan larutan elektrolit, dalam hal ini adalah saliva. Besarnya arus

galvanis dipengaruhi oleh lama/usia restorasi, perbedaan potensial korosi sebelum

Page 4: Sifat Amalgam

berkontak dan daerah permukaa. Jarak yang cukup lebar/besar dihasilkan dan

berkontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo. Untuk restorasi amalgam-

amalgam, perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna

dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluar

adalah 24 V. Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanis bebarbanding

terbalik, artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya,

semakin kecil arus galvanis yang dihasilkan (Craig, 2000).

b. Korosi

Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan

properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical.

Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek

keawetan penggunaannya (Craig, 2000).

c. Tarnis

Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat

dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah

campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan

minuman (Craig, 2000).

Daftar pustaka:

Anusavice, Kenneth J. 2004. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta : EGC.

McCabe J. F. Walls A. 2008. Aplied Dental Material. 9th ed. Singapore: Blackwell Publishing.

Craig, R. G. Et al. 2000. Dental Materials Properties and Manipulation 7th edition. Toronto: Mosby