amalgam princess.doc

56
Alat Restorasi Amalgam Hands instrument untuk restorasi amalgam 1. Kaca mulut Gambar 2.1. Kaca Mulut Fungsi : Menarik pipi dan bibir, untuk mengontrol lidah, dan untuk mengontrol cahaya, obsorpsi cahaya refleksi cahaya, kontrol saliva 2. Sonde half moon Gambar 2.2. Sonde Half Moon

Upload: ekariani-nurrahmidawati

Post on 15-Jan-2016

308 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Amalgam princess.doc

Alat Restorasi Amalgam

Hands instrument untuk restorasi amalgam

1. Kaca mulut

Gambar 2.1. Kaca Mulut

Fungsi :

Menarik pipi dan bibir, untuk mengontrol lidah, dan untuk mengontrol cahaya,

obsorpsi cahaya refleksi cahaya, kontrol saliva

2. Sonde half moon

Gambar 2.2. Sonde Half Moon

Fungsi : untuk menggores

Page 2: Amalgam princess.doc

3. Amalgam carrier

Gambar 2.3 Metal Amalgam Carrier, Plastic Amalgam Carrier

Fungsi :

- Digunakan untuk mengambil, mimandahkan, dan menampatkan amalgam ke

dalam kavitas yang telah di preparasi.

- Ujung kerja berlubang

- Ujung kerja terkadang dilapisi oleh Teflon agar tidak menempel.

- Sterilisasi tergantung pada jenis bahan dasar yang digunakan

- Terdapat 1 ujung bila ditekan amalgam akan keluar melalui ujung satunya

4. Plastic instrument

Page 3: Amalgam princess.doc

Gambar 2.4. Plastic Instrument

Fungsi:

- Untuk membawa material tumpatan

- Untuk mengambil kelebihan bahan

5. Universal plugger

Gambar 2.5. Amalgam Pluggers

Fungsi :

- Untuk memadatkan amalgam yang telah ditempatkan pada kavitas

- Ujung kerja memiliki permukaan datar

- Ukuran dan bentuk kavitas akan menentukan jenis plugger yang digunakan

- Bias berujung satu atau memiliki dua ujung kerja

6. Carving instrument

Page 4: Amalgam princess.doc

Gambar 2.6 Carving Instrument

a. Cleoid discoid carver

b. Hollenback 3 ½ carver

c. Wards carver

Fungsi :

- Digunakan untuk mengukur dan membentuk anatomi dan oklusi gigi yang benar

- Ujung kerja yang tajam

7. Burnisher

a) b)

Gambar 2.7 a) T- Ball Burnisher b) Egg Ball atau Foodball Burnisher

Fungsi :

- Memoles dan meratakan permukaan amalgam yang telah dimasukkan kedalam

prepares cavitas

- Mengadaptaskan amalgam pada batas restorasi, mengurangi kemungkinan dari

kebocoran sekitar restorasi dan batas restorasi yang tidak sempurna.

Page 5: Amalgam princess.doc

8. Amalgam wheel (tempat amalgam)

Gambar 2.8 Amalgam Wheel

Fungsi :

- Untuk menempatkan amalgam setelah dicampur, sebelum masuk ke dalam kavitas

yang telah di preparasi.

Alat triturasi ( pencampur amalgam )

1. Amalgam kapsul

Gambar 2.9. Amalgam Kapsul

Fungsi :

- mengandung material amalgam yang sudah di timbang terlebih dahulu dan siap

untuk dicampur secara mekanis.

2. Amalgamator

Page 6: Amalgam princess.doc

Gambar 2.10 Amalgamator

Fungsi :

- mesin untuk mencampur yang terkandung dalam kapsul

3. Mortar dan pestle

Gambar 2.11 Mortar Pestle

Fungsi :

- Untuk mencampur amalgam secara manual

4. Matrix band dan matrix holder

Page 7: Amalgam princess.doc

Gambar 2.12 Matrix Band dan Matrix Holder

Fungsi :

- Dikaitkan di sekeliling gigi daerah mesial-distal-palatal-bukal yang akan di

preparasi yang biasanya digunakan pada preparasi kelas 2 amalgam.

5. Wedge

Gambar 2.13 Wedge

Fungsi :

- Ditempatkan pada proximal gigi dan berfungsi untuk menahan matrix band pada

bagian ini, serta untuk mengisahkan gigi yang di preparasi dari gigi sebelahnya.

- Terdiri atas berbagai ukuran tergantung ukuran gigi yang di preparasi

2.5 Prosedur Penumpatan Amalgam

Page 8: Amalgam princess.doc

2.5.1 Syarat preparasi kavitas gigi

Preparasi kavitas membantu menyempurnakan serangkaian prosedur sitemik tubuh.

Prasyarat untuk memahami preparasi kavitas adalah memahami struktur anatomi gigi. Suatu

gambaran gross baik internal maupun eksternal tubuh dari individu yang akan di preparasi

giginya harus diperlihatkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam preparasi kavitas

adalah arah dari enamel rods, ketebalan enamel, dentine body, ukuran beserta posisi dari

pulpa dan hubungan antara daerah subgingiva dengan crown. Meskipun preparasi kavitas

dilakukan dengan pertimbangan biologis, pemotongan struktur gigi dalam pembuatan kavitas

juga harus memperhatikan apek mekanis dari material restorasi. Untuk dapat membuat suatu

restorasi yang baik dan tahan terhadap beban daya kunyah dalam operator harus mengingat

syarat pokok preparasi gigi antara lain:

1. Outline Form

2. Resistance Form

3. Retention Form

4. Removal of caries

5. Finishing of the enamel wall

6. Convinience Form

7. Cavity toilet

Pada kasus tertentu pada karies, yang mengakibatakn kerusakan hingga mengenai pulpa,

sebaiknya langkah pertama hingga ke lima di letakkan pada langkah ke dua. Apabila terjadi

keadaan seperti ini, sangat penting untuk meletakan base yang sesuai takaran ke dalam

kavitas yang sudah di preparasi preparasi.

1. Outline Form

Membentuk outline form berarti menggambar batas-batas dari kavitas pada posisi-posisi

yang akan di tempatinya pada akhir preparasi, suatu tindakan perluasan dari dinding

eksternal, dengan kedalaman tertentu dari preparasi yang melibatkan struktur gigi yang sehat

untuk mencegah gigi atau tumpatan pecah, contohnya, sebagai finishing dinding enamel dan

batas-batasnya. Pembentukan outline form harus dilakukan sebelum pemotongan struktur

gigi. Biasanya extensive caries, fractured enamel dapat menghalangi gambaran yang akurat

dari penangan persiapan preparasi kavitas.

Terdapat dua macam prinsip yaitu, a) undermined enamel harus dihilangkan, b) seluruh

batas outline form harus ditempatkan pada posisi yang mampu menghasilkan hasil akhir yang

Page 9: Amalgam princess.doc

kuat. Prinsip kedua merupakan percabangan yang menjadi pembeda untuk kavitas pada pit

dan fissure.

Pit dan kavitas fissure : perpanjangan dari outline form pada kavitas-kavitas pit dan

fissure dipengaruhi dua faktor yaitu, a) perpanjangan garis menuju enamel diikuti proses

karies 2) perpanjangan garis harus dibuat sepanjang fissure untuk mendapat margin yang

halus dan sesuai anatomi gigi. perluasan preparasi dilakukan sepanjang fisura dengan

kedalaman sekitar 2 mm dari dinding eksternal (maksimal 0,2 mm masuk ke dalam dentin).

Pada kasus tertentu, pengambilannya bagian pit dan fisura hanya sedikit. Di bagian ini dibuat

suatu bentuk cekungan mendatar dan tidak perlu ditumpat. Keadaan ini dilakukan pada pit

dan fisura dengan kedalaman tidak lebih dari 1/3 tebal enamel. Tindakan ini dinamakan

enameloplasty. sebuah lubang atau lekuk (retak atau tidak) tidak menembus pada kedalaman

enamel dan tidak membolehkan preparasi yang tepat pada margin gigi kecuali oleh perluasan

yang tidak diinginkan. Jika suatu retakan dangkal dihilangkan, dan konvolusi dari enamel

dikelilingi saucered area bisa dibersihkan dan diselesaikan, memungkinkan penumpatan

dengan preparasi konservatif margin. Prosedur ini dari pembentukan ulang permukaan

enamel dengan instrumen pemotongan putar. Enameloplasty (daerah karies kecil tidak perlu

ditumpat hanya didatarkan saja) tidak memperluas bentuk outline preparasi. Operator harus

selektif dalam memilih area dimana enamelopasty dilakukan. Biasanya sebuah retakan

seharusnya dihilangkan dengan prosedur preparasi normal jika retakan ini menembus lebih

dari sepertiga ketebalan enamel dalam area. Jika sepertiga atau kurang dari kedalaman

enamel terlibat, retakan bisa dihilangkan dengan enameloplasty tanpa mempersiapkan atau

memperluas preparasi gigi. Prosedur ini bisa digunakan juga pada lekuk tambahan (retak atau

tidak) yang meluas pada inklinasi cusp.

Secara alami terdapat beberapa tipe outline form dengan bentukan anatomis dari gigi yang

telah dipreparasi. Dalam perpanjangan fissure dan hubungan antara pit dan fissure pada

permukaan oklusal gigi, tepi-tepinya tidak harus dibuat lurus dari satu titik menuju titik lain,

bentukan garis lereng-lereng pada cusp harus diikuti bentukan kurva yang halus untuk

memberikan struktur cusp yang kuat. Contoh lain, pada preparasi kelas 1 pada premolar

rahang atas saat perpanjangan kavitas melibatkan oklusal fissure, mesialm distal pits, facial

dan lingual radiatung fissure. Outline form dari bentukan seperti ini berbentuk kupu-kupum

ato yang biasa disebut dengan ”butterfly type preparation” ukuran tersempit dari bentukan ini

terdapat pada preparasi di fasiolingual yang letaknya antara cusp tertimggi. Semakin banyak

garis yang terbentuk maka tahanan yang diberikan pada preparasi yang melibatkan

permukaan oklusal akan memberikan prinsip pemeliharaan pada waktu itu juga.

Page 10: Amalgam princess.doc

Kavitas dengan permukaan halus, dengan perkecualian preparasi karies kelas 5, kavitas

dengan permukaan yang halus termasuk permukaan proksimalnya. Pada kelas 2 yang

melibatkan dua permukaan oklusal dikontrol oleh faktor yang menetukan penempatan batas-

batas outline form pada pit dan fissure dan untuk preperasi inlays berbentuk dovetail pada

permukaan oklusal.

Dalam outline form terdapat hal yang perlu diperhatikan yaitu extension for prevention

atau cutting for immunity. Maksudnya adalah akan dilakukannya perluasan preparasi untuk

mencegah terjadinya sekunder karies. Daerah-daerah yang lebih mudah terkena karies adalah

pada daerah pit dan fisura yang dalam. Oleh karena itu, pit dan fisura perlu dilakukan

extension prevention. Selain itu terdapat hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah

preparasi harus berhubungan dengan estetik.

2. Resistance Form

Resistance form adalah bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan yang

tepat sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi sebagai tempat

penahan dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa menimbulkan fraktur.

Prinsip dasar dari resistance form antara lain:

1) Menggunakan bentuk kotak dengan dasar relatif datar, yang membantu gigi menahan

muatan oklusal saat pengunyahan yang diarahkan pada sumbu panjang gigi.

2) Membatasi perluasan dinding eksternal (dipertahankan sekecil mungkin) untuk

memungkinkan cusp kuat dan area tepi tetap dengan dukungan gigi terpenuhi.

3) Menutup cusp yang lemah dan menyelimuti atau merestorasi gigi dalam preparasi gigi

ekstensif untuk mencegah atau menahan keretakan gigi dengan kekuatan dalam sumbu

panjang dan secara miring (secara lateral).

4) Memberikan ketebalan yang cukup pada material restorasi untuk mencegah keretakan

dibawah beban.

Restorasi material lebih tebal mempengaruhi kemampuan material untuk menahan

fraktur. Minimal ketebalan oklusal untuk amalgam untuk ketepatan daya tahan akan fraktur

adalah 1,5 mm dan porselen 2 mm. Restorasi komposit mungkin mempunyai lebih batas-

batas tepi sudut yang akut dan restorasi komposit ketebalannya antara 1 mm sampai 2

mm.Kebutuhan untuk mengembangkan bentuk resistensi dalam sebuah preparasi adalah hasil

dari beberapa faktor. Kondisi tertentu harus dinilai untuk mengurangi potensi untuk retakan

restorasi atau gigi. Terutama adalah penilaian kontak oklusal pada restorasi dan struktur gigi

Page 11: Amalgam princess.doc

yang tersisa. Semakin besar kekuatan oklusal dan kontak, semakin besar potensi untuk

keretakan.

Jumlah struktur gigi yang tersisa juga mempengaruhi kebutuhan dan tipe bentuk

resistensi. Gigi yang sangat besar, meskipun secara ektensif terlibat dengan karies atau

kerusakan, bisa membutuhkan lebih sedikit pertimbangan bentuk resistensi. Tipe material

restoratif juga memerintahkan kebutuhan bentuk resistensi. Kebutuhan dimensional

campuran bergantung lebih banyak pada potensi pemakaian oklusal dari area yang

direstorasi. Dalam gigi posterior, persyaratan ketebalan adalah lebih besar dibandingkan

untuk gigi anterior. Campuran bisa digunakan dalam aplikasi yang lebih tipis, seperti veneers

atau peningkatan estetis minor, sepanjang pemakaian potensial dipertimbangkan.

Faktor terakhir yang berhubungan dengan peningkatan bentuk resistensi secara

sederhana dengan mengikat sebuah restorasi pada gigi. Bonding amalgam, campuran, atau

ceramic untuk mempersiapkan struktur gigi bisa meningkatkan kekuatan gigi yang tidak

dipreparasi yang tersisa, mengurangi potensi keretakan. Keuntungan prosedur bonding bisa

mengijinkan operator untuk membiarkan satu porsi gigi dalam kondisi yang lebih lemah

dibandingkan cusp biasa atau tidak menutup cusp.

Reduksi cusp, ketika ditunjukkan, terjadi seawal mungkin dalam preparasi untuk

memperbaiki akses dan keaktifan. Keputusan untuk mengurangi cusp (untuk capping) sangat

penting. Meskipun ukuran cusp dan pertimbangan occlusal bisa mempengaruhi keputusan,

sebuah aturan dasar memberi pedoman reduksi cusp selama preparasi gigi awal; (1) reduksi

cusp seharusnya dipertimbangkan ketika bentuk outline telah meluas setengah jarak dari

sebuah lekuk primer pada sebuah ujung cusp, dan (2) reduksi cusp biasanya adalah perintah

ketika bentuk outline telah meluas dua pertiga jarak dari lekuk primer pada ujung cusp.

Perkecualian untuk menutup sebuah cusp dimana perluasan telah jadi dua pertiga dari sebuah

lekukan primer pada ujung cusp adalah ketika cusp secara tidak biasa besar, dan operator

memutuskan bahwa kekuatan cuspal yang memenuhi tetap, atau ketika sebuah restorasi

bonded digunakan, dan operator memutuskan bonding untuk memberikan kekuatan cuspal

yang tersisa memenuhi.

Dinding preparasi dibiarkan dalam kondisi kasar untuk meningkatkan area permukaan

bonding dan bisa meningkatkan resistensi dan bentuk retensi. Dinding preparasi yang lebih

kasar, enamel, dan dentin bisa dipersiapkan dengan instrumen berlian kasar. Instrumen

berlian menciptakan lapisan smear yang lebih tebal.

3. Retention Form

Page 12: Amalgam princess.doc

Retention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap pergeseran atau

hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan retensi berhubungan

dengan jenis material restorasi yang digunakan, prinsip dari retention form bermacam-macam

tergantung dari bahan material yang digunakan.

Untuk restorasi amalgam, preparasi kelas I dan II melekat di dalam gigi dengan

memperkuat dinding kavitas eksternal yang bertemu pada bidang oklusal. Untuk restorasi

resin komposit, pada preparasi kelas III dan IV, dinding eksternal bercabang ke arah luar

untuk menghasilkan margin enamel yang kuat. Pada beberapa kasus, retention coves,

grooves, locks, atau dovetails tergabung untuk meningkatkan retensi dari material restorasi

pada struktur gigi. Restorasi komposit melekat di dalam gigi oleh ikatan fisik, yang timbul

antara material dengan gigi yang dietsa asam. Restorasi Glass Ionomer Cement (GIC)

melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul antara material dan gigi yang

dikondisikan.

Dovetail merupakan kavitas retensi yang melebar di daerah pinggirnya dan

menyempit di daerah leher, tempat kavitas itu bersambung dengan kavitas utama. Kavitas ini

memberikan retensi mekanik terhadap restorasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi retention form antara lain :

1. Faktor Utama Permukaan Aksial

a. Parallelism. Pada saat dinding aksial mendekati parallelism, restorasi dapat

menahan pergeseran yang lebih besar dari tensile dan shearing stresses. 4-6

reduksi permukaan aksial, antara 2 sampai 5 derajat parallelism dengan jalan kecil

dari pengambilan kembali preparasi menghasilkan retensi yang optimal. Pemusatan

ini memfasilitasi prosedur teknik dan mengeliminasi undercut yang terjadi karena

kurang hati-hati. Reduksi permukaan aksial mendekati parallelism menghasilkan

perlawanan terhadap pergeseran yang secara substansial lebih efektif dari faktor

lain. Jadi, pada situasi klinis (seperti gigi pendek), kebutuhan dari retentiion form

menjadi nyata. Preparasi permukaan aksial harus mendekati parallel.

b. Panjang. Dengan bertambahnya panjang dari dinding aksial dari preparasi

meningkat, retention form juga meningkat. Panjang maksimum dari dinding aksial

terpelihara saat preparasi dengan menghilangkan seminimal mungkin bagian

okusal atau insisal gigi agar material restorasi dapat cukup menempati bidang dan

baik untuk oklusi. Pemeliharaan dari bidang yang membentuk lereng pada

permukaan okusal dan sudut insisal dari gigi anterior adalah faktor utama yang

mempengaruhi secara obyektif. Pemindahan dari marginal gingiva secara apikal

Page 13: Amalgam princess.doc

dengan pembedahan tidak memungkinkan retention form dapat dicapai dengan

aplikasi yang efektif dari faktor primer sendiri atau pada pertemuan dari semua

faktor sekunder.

c. Area Permukaan. Hubungan langsung terjadi antara area permukaan dengan

potensi retentive-resistance dari retainer. Semakin besar diameter servikal dari

gigi, semakin besar area permukaan untuk dipreparasi. Jadi, semakin besar keliling

gigi, semakin besar potensi untuk menahan retainer dari pencabutan. Dengan

meningkatkan keterlibatan keliling gigi melalui penambahan dinding aksial, retensi

meningkat.

2. Faktor-Faktor Sekunder

Jika faktor primer dan pemanfaatannya kurang memadai, faktor sekunder harus dilibatkan.

Prinsip parallelism, panjang, dan area permukaan disebut sebagai faktor primer, juga

pengaruh dari efektifitas faktor sekunder. Faktor sekunder dapat ditempatkan antara 2 sampai

5 derajat dari parallelism dengan faktor primer atau faktor sekunder lainnya untuk casting

yang maksimum. Pin saja tidak dapat diandalkan untuk resistance form. Faktor sekunder

harus mempunyai kedalaman aksial yang cukup untuk luas yang memadai dari dinding

retentif lateral. Gingival seat tertentu juga dapat menyediakan area permukaan yang lebih

luas untuk dinding retentif lateral dan dapat memungkinkan dinding aksial untuk memperoleh

perbedaan minimal dari parallelism. Reciprocal parallelism dapat terjadi di antara dinding

retentif lateral, dinding aksial, dan permukaan aksial. Faktor-faktor sekunder dapat

ditempatkan sejauh mungkin dari fitur reciprocal retentive dan diposisikan untuk mendapat

panjang maksimal.

2.2.4.1 Klasifikasi kavitas kelas I

Kavitas kelas I merupakan kavitas atau restorasi pada pit dan fissure gigi posterior.

Restorasi pada kelas I ini paling banyak menggunakan bahan tambal amalgam karena

amalgam merupakan bahan tambal yang paling ekonomis. Tambalan amalgam kelas I yang

besar bisa merestorasi permukaan restorasi permukaan oklusal email dan dentine yang hilang

atau rusak pada proses karies. Tambalan amalgam akan sangat efektif dan email di dekatnya

bisa dipertahankan bila prinsip-prinsip tertentu diikuti dalam desain kavitas. Kavitas ini dapat

di kelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :

a. kavitas/restorasi pada permukaan oklusal gigi premolar atau molar.

b. kavitas/restorasi pada 2/3 oklusal dari permukaan bukal/lingual gigi molar. Umumnya

kavitas ini melibatkan developmental groove gigi molar, baik di bagian bukal atau lingual.

c. kavitas/restorasi pada permukaan lingual gigi insisif rahang atas.

Page 14: Amalgam princess.doc

Berikut contoh skematik pada gigi premolar

FIG 6-12 Typical Class I tooth preparation for amalgam on maxillary premolar.

f I G 6-13 Schematic representation (for descriptive purpose) of Fig. 6-12 illustrating tooth preparation walls: facial (f), distal(d), lingual (I), mesial (m), and pulpal (p).

f I G . 6-14 Schematic representation (for descriptive purpose) of Fig. 6-12 illustrating tooth preparation line angles and point angles. Line angles are faciopulpal (fp), distofacial (df), distopulpal (dp), distollingual (dl), linguopulpal (Ip), mesiolingual (ml), mesiopulpal (mp), and mesiofacial (mf). Point angles are distofaciopulpal(dfp), distolinguopulpal (dlp), mesiolinguopulpal(mlp), and mesiofaciopulpal (mfp).

Gambar 2.14 kavitasRestorasi

2.5.2 Tahapan preparasi kavitas gigi

Preparasi kavitas selalu harus dilakukan dengan urutan tertentu dan tahapan ini

dikemukakan oleh Black. Black berupaya melakukan pencegahan timbulnya karies baru di

sekeliling tumpatan, oleh karena itu kavitas sengaja diperbesar sehingga meliputi daerah

resiko karies yang tinggi. Akan tetapi makin lama ukurannya dibuat kecil karena ternyata

pelebaran kavitas tidak sama dengan pencegahannya. Kavitas yang lebih kecil lebih tidak

melemahkan gigi (Ford, 1993, p. 55). Preparasi kavitas gigi adalah pembuangan jaringan gigi

yang lemah dan sakit dan pembentukan sisa jaringan sehatnya sedemikian rupa sehingga

memungkinkan penempatan dan retensi yang baik dari restorasi sementara maupun

Page 15: Amalgam princess.doc

permanen. Preparasi kavitas merupakan suatu langkah penting sebelum tindakan restorasi

gigi. Adapun tahapan preparasi kavitas adalah sebagai berikut.

1. Akses

Ada tiga aspek yang berhubungan dengan akses yakni operator dapat dengan

mudah memeriksa luas karies, bur mudah mencapai dentin karies di daerah pertautan

email-dentin, dan air pendingin mudah mencapai kepala bur. Tahap pertama preparasi

kavitas adalah memperoleh jalan masuk ke lesi karies di dentin. Apabila karies

mengenai permukaan bukal gigi, pencapaian daerah ini akan mudah dilakukan karena

tidak terhalang email lagi. Namun apabila karies terdapat pada bagian proksimal,

akses langsung akan terhambat oleh gigi tetangga. Maka pembuatan akses dilakukan

melalui pengeboran email sehat di bagian ridge tepi. Pada lesi yang luas, proses karies

sering menyebabkan hilangnya dentin sehat pendukung email sehingga email daerah

ini memang harus dibuang. Bur digunakan untuk menembus dan membuat jalan

masuk ke kavitas. Setelah kedalaman yang diinginkan tercapai, dilakukan

pemotongan dinding lateral pada beberapa arah sampai kavitas yang kasar terbuang

sehingga mencapai bentuk yang diinginkan. Hasil yang paling efisien akan diperoleh

jika pemotongan kedalaman ditentukan pertama kali sebelum diperluas untuk bentuk

akhirnya

2. Pembuangan karies permukaan

Jaringan karies yang infeksius secara klinis umumnya terlihat seperti spons

dan lunak, dapat diambil dengan bur putaran rendah atau apabila karies itu sudah

dekat dengan pulpa maka harus diambil dengan eskavator. Bila dinding kavitas dekat

dengan pulpa dapat dilakukan pemberian Ca(OH)2 supaya jaringan pulpa tetap vital.

Perluasan kavitas di permukaan ditentukan oleh luasnya karies. Email yang terkena

karies total akan hancur.

 

 

 

Gambar 2.15 Pengambilan email mempengaruhi besar kavitas sebelah kanan, dinding

kavitasnya dibuat mengikuti arah emai, sedangkan sebelah kiri banyak menagmbil email

seharusnya tidak dilakukan

 

Page 16: Amalgam princess.doc

Sedangkan yang terkena karies sebagian berwarna putih. Email karies harus dibuang

dan tidak ada yang boleh tersisa pada tepi kavitas. Daerah pertautan email-dentin harus bersih

dari dentin karies. Untuk memudahkan memeriksa dentin dapat digunakan zat pewarna

misalnya acid red 1 dalam propanol. Apabila karies penyebar ke lateral dan ditutupi oleh

email sehat, maka hal ini merupakan pengecualian email yang sehat harus dibuang karena

sudah tidak mendukung lagi.sehingga dapat dikatakan penyebaran karies dentinlah yang

menentukan seberapa besar kavitas nantinya. Apabila kavitas mengenai sistem fissure gigi

maka biasanya kavitas dilebarkan sampai mencakup semua fisur, hal ini dilakukan karena

empat alasan yakni (1) Penetrasi bakteri yang mungkin sudah terjadi di daerah pertautan

email-dentin tapi belum terdeteks;  (2) Sukar sekali membuat tepi kavitas yang baik pada

fisur yang dalam; (3) Fissure demikian mudah sekali terserang karies lebih lanjut; dan (4)

Lebih mudah melebarkan kavitas dengan sedikit membuang fissure ketika penambalan

pertama dibandingkan dengan pembongkaran tumpatan dan mengganti kembali pada tempo

satu atau dua tahun  kemudian. Namun hal ini mempunyai kerugian yakni apabila tidak

dilakukan dengan hati-hati makan akan membuang jaringan gigi yang sehat dan hal ini akan

dapat melemahkan tonjolan dan ridge enamel terutama ridge tepi. Jika kavitas dipemrmukaan

halus gigi maka dulu perluasan ini dianjurkan sehingga mencapai daerah yang mudah

dibersihkan namun hal ini tidak dilakukan lagi karena plak tetap mudah terbentuk didaerah

itu. Perluasan juga tidak boleh dilakukan hingga mencapi subginggiva karena tepi restorasi

tidak akan sehalus permukaan email sehat sehingga akan lebih banyak menjaring plak (Ford,

1993, pp. 56-57).  

3. Pembuatan bentuk resisten

Semua restorasi merupakan sasaran beban yang dapat menyebabkan restorasi

terganggu. Oleh karena itu pada proses preparasi kavitas perlu dibuat resistensi form yakni

bentuk reparasi kavitas di mana sisa jaringan gigi yang ada tetap kuat menerima daya

kunyah/tidak pecah oleh daya kunyah. Jadi pada waktu melakukan perluasan

preparasi harus diperhatikan sisa jaringan gigi yang ada cukup tebal. Apabila sisa jaringan

gigi telah tipis dan diperkirakan akan pecah pada saat pengunyahan, maka sebaiknya

dimasukkan kedalam desain  reparasi. Perlu diperhatikan bahwa enamel harus didukung oleh

dentin yang sehat. Kavitas yang terletak pada hanya dioklusal hal ini dapat dicapai dengan

dengan pembuatan lantai pulpa sedikit kedalam dentin dalam bidang yang sama dengan

permukaan oklusal.

 

 

Page 17: Amalgam princess.doc

 

 

 

 

Gambar 2.16 Dinding pulpa diletakkan sedikit ke dalam dentin dan dalam bidang yang sama

dengan permukaan oklusal agar tetap stabil di tempatnya. Dinding tegaknya mengecil ke

oklusal sehingga retensi baik

  Dinding-dinding tegaknya harus membuat sudut dengan dinding pulpa walaupun

sudutnya tidak dibuat tajam. Sudut yang tajam akan menyebabkan tekanan pada gigi

sehingga garis sudut itu harus dibuat bulat dengan memakai bur bulat kecil atau bur buah pir  

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.17 Bur bulat kecil menyebabkan sudut bulat sedangkan bur fisur membuat 

sudut tajam

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.18. Dinding gingiva dan pulpa hendaknya dibuat tegak lurus terhadap poros

gigi agar restorasi tidak mudah bergerak

Page 18: Amalgam princess.doc

 Jika kavitas mencakup permukaan aproksimal, dinding gingiva biasanya dibuat tegak

lurus terhadap poros gigi atau miring ke dalam. Jika dinding dibuat miring ke arah kavitas

maka beban yang menimpa ridge tepi cenderung membuat bagian proksimal restorasi

bergerak dan pecah dari bagian oklusalnya.

4. Pembuatan bentuk retensi

Pembuatan retensi pada preparasi adalah mencegah terlepasnya tumpatan dari kavitas

pada saat mengunyah. Sebagian besar restorasi plastis kavitas dibuat lebih luas di bagian

dalam daripada di permukaan dan hal ini dicapai dengan membuat dinding tegak konvergen

(menyudut) ke oklusal. Biasanya bagian terlebar kavitas terletak pada pertautan email-dentin

atau sedikit ke dalam dentin. Melebarkan kavitas di bagian yang dalam akan mengakibatkan

kerusakan pulpa yang tidak perlu bahkan meyebabkan pulpa terbuka. Jika kavitas harus

membuka ke arah pemukaan agar memudahkan masuknya tumpatan rigid, tumpatan emas

tuang misalnya, maka retensi makin baik jika sudut keterbukaan dinding tegak makin kecil

seluas mungkin. 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.19. Kunci retensi oklusal dibuat dengan mengikuti sistem fisur

Pemilihan bahan restorasinya berpengarug dalam retensi, sedangkan undercut

mekanis umumnya dibuat pada sudut preparasi klas V. Untuk restorasi amalgam pada kavitas

yang luas dapat di tambahkan pin untuk meningkatkan retensinya.

5. Pembuatan bentuk konvenien

Hal yang penting di sini adalah untuk memperoleh jalan masuk yang mudah menuju

preparasi kavitas, terutama untuk penempatan bahan tumpatan. Memperluas preparasi kavitas

cara mekanikal, contohnya adalah menurunkan jaringan gusi untuk memudahkan  preparasi.

Pemilihan instrumen hendaknya disesuaikan dengan kavitas (Ford, 1993, p. 58).   

6. Pengecekan tepi kavitas

            Pada tahap ini tidak ada lagi enamel karies yang masih tersisa dan dentin di tepi

kavitas juga harus bersih dari karies. Untuk restorasi amalgam, diperlukan tepi yang tumpul

Page 19: Amalgam princess.doc

karena amalgam merupakan bahan yang regas. Email di tepi kavitas harus bebas dari prisma

yang tidak terdukung, apabila tidak demikian maka fraktur akan mudah terjadi. Akan tetapi

tumpatan emas tuang, tepi restorasi merupakan ujung yang tipis untuk memudahkan adaptasi

saat pemasangan. Untuk itu diperlukan bevel di sepanjang tepi email jika memungkinkan

(Ford, 1993, p. 58).

7. Pembuangan karies dalam

            Satu-satunya tempat yang masih mungkin mengandung karies pada tahap ini adalah

dinding kavitas yang paling dekat dengan pulpa. Dentin karies ini harus dibuang dengan hati-

hati dengan bur bulat sedang (ISO no. 102) dengan kecepatan rendah atau dengan ekskavator.

Dentin karies biasanya lebih mudah terangkat karena sudah lunak. Apabila penetrasi karies

tidak dalam, maka pada pembersihan karies akan dijumpai jaringan yang tranlucent dan hal

ini dianggap sebagai akhir dari pengambilan karies. Akan tetapi jika telah berpenetrasi ke

dalam jaringan keras, maka jaringan trancluent tidak ditemukan karena telah mengalami

demineralisasi. Dalam praktek operator menggunakan zat pewarna sebagai detektor karies

dan membuang dentin yang jelas terwarnai karena terinfeksi. Cara ini mencegah terbukanya

pulpa. Akan tetapi apabila ada tanda-tanda pulpitis irreversibel maka semua dentin karies

harus dibuang sampai mencapai pulpa dan selanjutnya dilakukan perawatan akar. Pada

kavitas dalam, terutama yang dibawah tumpatan lama, dasar kavitas dapat terdiri atas dentin

reaksioner yang tampak gelap daripada dentin normal. Dentin seperti ini jangan dibuang

karena mungkin pulpa tepat di bawahnya.

8. Pembersihan kavitas

Tahapan yang penting setelah selesai preparasi kavitas adalah pembersihan kavitas

dari debris, cairan darah, saliva dan mucin yang akan meningkatkan adaptasi bahan restorasi

pada  dinding kavitas. Semuanya disemprot dengan air sebelum kavitas dikeringkan dengan

semprotan udara kemudian periksa kavitas dengan teliti dan berbagai aspek, jika terjadi

kesalahan segera diperbaiki. Dengan demikian gigi siap untuk direstorasi.

2.5.3 Nomenklatur preparasi kavitas kelas I dan II

1. Klasifikasi kavitas kelas I

Kavitas kelas I merupakan kavitas atau restorasi pada pit dan fissure gigi posterior.

Restorasi pada kelas I ini paling banyak menggunakan bahan tambal amalgam karena

amalgam merupakan bahan tambal yang paling ekonomis. Tambalan amalgam kelas I

Page 20: Amalgam princess.doc

yang besar bisa merestorasi permukaan restorasi permukaan oklusal email dan dentine

yang hilang atau rusak pada proses karies. Tambalan amalgam akan sangat efektif dan

email di dekatnya bisa dipertahankan bila prinsip-prinsip tertentu diikuti dalam desain

kavitas. Kavitas ini dapat di kelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :

a. kavitas/restorasi pada permukaan oklusal gigi premolar atau molar.

b. kavitas/restorasi pada 2/3 oklusal dari permukaan bukal/lingual gigi molar.

Umumnya kavitas ini melibatkan developmental groove gigi molar, baik di bagian

bukal atau lingual.

c. kavitas/restorasi pada permukaan lingual gigi insisif rahang atas.

Berikut contoh skematik pada gigi premolar

FIG 6-12 Typical Class I tooth preparation for amalgam on maxillary premolar.

f I G 6-13 Schematic representation (for descriptive purpose) of Fig. 6-12 illustrating tooth preparation walls: facial (f), distal(d), lingual (I), mesial (m), and pulpal (p).

f I G . 6-14 Schematic representation (for descriptive purpose) of Fig. 6-12 illustrating tooth preparation line angles and point angles. Line angles are faciopulpal (fp), distofacial (df), distopulpal (dp), distollingual (dl), linguopulpal (Ip), mesiolingual (ml), mesiopulpal (mp), and mesiofacial (mf). Point angles are distofaciopulpal(dfp), distolinguopulpal (dlp), mesiolinguopulpal(mlp), and mesiofaciopulpal (mfp).

Gambar 2.20. Skematik gigi premolar

Indikasi

Oklusal karies

Page 21: Amalgam princess.doc

indikasi untuk preparasi amalgam kelas 1 yakni karies struktur gigi di fisura daerah

oklusal (atau di daerah fasial atau di pit daerah lingual pada gigi posterior) yang diketahui

secara klinis maupun dengan bite wing radiografik. Tujuan dari preparasi kelas 1 adalah

untuk menghilangkan lesi karies, untuk membuang enamel yang telah “undermined” oleh

proses karies, untuk memelihara sebanyak mungkin gigi yang masih sehat, dan untuk

membuat restorasi yang kuat dimana meniru struktur gigi normal dan tidak ada atau mungkin

ada sedikit marginal leakage.

Biasanya pada preparasi amalgam kelas 1, oklusal fissure atau developmental groove,

juga terkena preparasi meskipun daerah tersebut tidak terkena karies. Suatu kedalaman atau

noda pada fissure bukan merupakan tanda adanya penempatan suatu restorasi. Bila ada

kekhawatiran bahwa dentine di dasar celah bisa menjadi karies , fissure sebaiknya ditutup

dengan resin fissure sealant atau flowable resin composite material. Selain itu, sisa-sisa

fissure yang diperkirakan dapat mudah terkena karies, sebaiknya juga ditutup dengan resin

sealant.

Pembersihan Karies

Bila hanya ada sejumlah karies yang tidak terlalu besar biasanya pembuatan outline dasar

sudah dapat menghilangkan karies tersebut. Bila karies terlihat dibawah tonjol, tepi kavitas

harus diperluas lebih jauh ke daerah tonjol sampai diperoleh jalan masuk ke seluruh daerah

karies. Bila outline dasar dari kavitas sudah dibuat, sisa karies dapat dibersihkan baik dengan

eskavator atau dengan bur bulat yang berotasi dengan kecepatan rendah. Semua karies

dibersihkan dari bagian tepi kavitas dengan cermat terutama pada pertautan antara email dan

dentine.

Desain preparasi

Pada awal dilakukannya preparasi kavitas gigi dibutuhkan suatu outlilne form sebagai

desain awal pada preparasi yang akan dilakukan. Outline form dari gigi yang akan dipreparasi

karena suatu karies berpedoman pada 2 hal,yakni struktur gigi karies harus dihilangkan dan

margin harus ditempatkan pada struktur gigi yang sehat. Enamel pada margin saat preparasi

harus ditopang oleh dentin yang sehat dan email-email yang telah rusak karena karies harus

dihilangkan. Jika fisure noncarious terdapat di dinding suatu preparasi, celah fissure

harusnya ditutup dengan sealed setelah diisi dengan amalgam. Bentuk outline form harus

halus untuk memudahkan undercovering dari margin selama carving amalgam.

Page 22: Amalgam princess.doc

Sedangkan resistance dan retention form pada desain kavitas ini, Tepi dinding kelas 1

restorasi oklusal harus paralel satu sama lain atau harus berkumpul secara oklusi . Enamel

rods di sebagian besar permukaan oklusal dibuat kira-kira sejajar dengan sumbu panjang gigi.

Untuk menghindari terjadinya fraktur, margin enamel harus dibuat dengan sudut yang sedikit

tumpul (90 derajat atau lebih besar), hal ini dikarenakan margin enamel yang kurang dari 90

derajat jauh lebih rentan terhadap fraktur. Bahkan pada preparasi yang kecil sekalipun, cups

yang sudah retak harus dihilangkan untuk menghindari fraktur. Pada restorasi amalgam,

oklusal harus memiliki ketebalan occlusoginggival minimal 1,5 mm atau lebih baik lagi jika

ketebalannya 2,0 mm, untuk mencegah fraktur pada saat restorasi, karena fraktur biasanya

akan menimbulkan marginal gaps, atau celah antara amalgam dan email.

Page 23: Amalgam princess.doc

17-4 A, Enter pit with punch cut to a depth of 1.5 to 2 mm or one half to two thirds the head length of bur. (The 1.5 mm depth is measured at central fissure; the measurement of same entry cut [but of prepared external wall] is up to 2.0 mm.) B, Incline bur distally to establish proper occlusal divergence to distal wall to prevent removal ofdentin supporting marginal ridge enamel when pulpal floor is in dentin and distal extension is necessary to include a fissure or caries. For such an extension on premolars, the distance from margin to proximal surface (i.e., imaginary projection) must not be less than 1.6 mm (i.e., two diameters of end of bur). C, Occlusal view of initial tooth preparation that has mesial and distal walls that diverge occlusally. D, Distofacial and distolingual fissures that radiate from pit are included before extending along central fissure. E, Mesiodistal longitudinalsection. Pulpal floors are generally flat but may follow the rise and fall of occlusal surface.

Gambar 2.21. kavitas

Gambaran lebih jelas untuk desain agar tambalan amalgam efektif dan email di dekatnya

bisa dipertahankan dapat dilihat pada prinsip desain kavitas sebagai berikut:

1. Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi : “lebih dalam” pada gigi

dengan email tebal (molar), “dangkal” pada gigi dengan email tipis (premolar).

Kedalaman biasanya tepat berada dibawah pertautan dentin-email.

Page 24: Amalgam princess.doc

Gambar 2.22: diagram pembuangan email pada molar. A)

kemiringan yang tepat pada dinding mesial dan distal. B) tidak

benar lingir (ridge) tepi mesial dan distal lemah karna adanya

undercut.

2. Kavitas klas I harus cukup lebar sehingga mencakup semua kerusakan atau harus

sesempit mungkin, namun tetap memungkinkan dimasukkannya plugger kecil

(pemampat) untuk menempatkan amalgam ke dalam preparasi.

3. Ragangan kavitas harus merupakan perpaduan harmonis dari lengkungan atau garis-garis

lurus. Bila ada sudut pada ragangan, dapat ditumpulkan dengan menggunakan bur.

Gambar 2.23: Diagram perluasan bur dengan bur no 700 atau 55

4. Pinggiran mesial dan distal dibuat sejajar dengan linggir tepi, transversal dan oblik.

Page 25: Amalgam princess.doc

Gambar 2.24: Ragangan oklusal dari 2 molar kanan (A) dan 2 premolar

kanan (B). Linggir tepi membentuk sudut serta batas proksimal dari

preparasi

5. Kontur linggir alami pada email sehat biasanya memisahkan kavitas ceruk dan fisura.

Linggir email alami yang bebas dari kerusakan alur (linggir oblik pada molar atas dan

linggir melintang pada premolar pertama bawah) biasanya dipertahankan dan tidak

dimasukkan pada preparasi. (gambar 1.3)

6. Dinding mesial dan distal yang berdekatan dengan linggir tepi harus sedikit meruncing

keluar dan tidak meluas dibawah email. (Gambar 2.23)

7. Biasanya dasar pulpa dipotong tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi karena

kebanyakan tonjol tingginya hampir setara. Bila sebuah tonjol lebih rendah dari yang lain,

dasar kamar pulpa dimiringkan untuk mensejajarkan tinggi tonjol dan posisi tangkai bur

membagi dua sudut yang dibentuk oleh kemiringan yang berdekatan.

Gambar 2.25: Posisi tangkai bur membagi dua sudut oleh kemiringan

email yang berdekatan

8. Kavitas pada permukaan fasial dan lingual di preparasi sampai dinding-dinding dalamnya

sejajar dengan permukaan luar gigi.

Prosedur preparasi

Penting bahwa ragangan akhir dari preparasi gigi dibayangkan terlebih dahulu oleh

operator sebelum pemotongan dilakukan. Setelah diputuskan dari pemeriksaan radiografi

bagaimana ukuran dan bentuk akhirnya, restorasi lama dibongkar dan bagian oklusal dari

kavitas dipreparasi.

Di sini tidak digunakan bur kecepatan tinggi, melainkan dilakukan prosedur yang sama

seperti lesi insipient. Dengan bur fisur runcing No. 770 kecepatan rendah, dentin di bawah

email proksimal dibuang, diikuti dengan mencungkil sisa email dan membuat bagian tepi.

Page 26: Amalgam princess.doc

Kesuksesan pembuatan preparasi boks tergantung atas ketelitian dan ketepatan pembuatan

alur. Berikut urutan preparasinya :

1. Preparasi dari alur berfissure di bawah email, tidak boleh terlalu ditekankan. Dengan

hati-hati pertimbangkan apakah sudut-sudut tajam dan tegas, apakah fissure cukup

diperluas kea rah fasial dan lingual, apakah dasar gingival dari alur rata dan halus,

dan juga apakah semua dentin telah dihilangkan dari bawah email.

2. Bila operator telah memeriksa fissure dan email sudah dipatahkan, bagian tepi dibuat

dengan instrument genggam.

3. Untuk menambah kesempurnaan pahat dan hatched email digunakan pengasah tepi

gingival untuk menghaluskan dasar gingival dan menghilangkan fragmen email yang

tertinggal. Sebelum digunakan, ujung pemotong harus dites lebih dulu. Fungsi utama

dari instrument pemotong adalah membuat dan menghaluskan tepi pada daerah boks

proksimal. Alat ini juga dipakai untuk mempertegas garis retensi internal dan point-

angle.

4. Pembersihan bagian dalam dari kavitas. Karies dentin sekarang diperiksa dan

dibuang. Pembuangan karies dentin adalah langkah No. 4 dari preparasi Black.

5. Penyempurnaan alur retensi dengan bur fisur runcing cross-cut No. 700 dan round

No. ½

6. Mengubah alur retentive yang bulat menjadi segi empat dengan pengasah tepi

gingival. Jelas bahwa alur retentive segi empat menambah sifat retentive dari

restorasi. Hal tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pengasah tepi gingival

yang tajam. Ini merupakan langkah No. 5 dalam preparasi Black. Pemeriksaan tepi

sebaiknya ditunda sampai semuanya selesai dilakukan.

7. Perencanaan tepi. Ini merupakan langkah akhir sebelum pemasangan pita matriks dan

pemampatan amalgam. Permukaan ybgtidak teratur sepanjang dasar gingival dapat

dihaluskan dengan instrument genggam dan kurva tebalik dari oklusal dapat

dipreparasi dengan pahat bengkok yang tajam.

8. Pembuangan debris, penghilangan fragmen semen dan membersihkan sisa darah

yang telah mongering. Larutan hydrogen peroksida 3% bisa digunakan untuk

membantu menghilangkan debris. Langkah penyempurnaan akhir dan pembersihan

ini termasuk langkah ke-6 dari preparasi Black (Baum et al., 1997).

Preparasi gigi tahap akhir

Page 27: Amalgam princess.doc

Preparasi gigi tahap akhir  melibatkan pembuangan dari sisa dentin yang terinfeksi,  memberi perlindungan pada pulpa, bentuk retensi, finishing dinding luar, pembersihan, memeriksa kembali dan desensitizing atau bonding.

2.6 Manipulasi dan Triturasi Restorasi Amalgam

Jumlah merkuri yang dikehendaki dapat diperoleh dengan menimbang atau menggunakan

volume dispenser.

Perbandingan takaran alloy dengan merkuri : amalgam yang telah set hendaknya

kurang dari 50% , ada 2 teknik yang dikemukakan.

1. Menggunakan perbandingan alloy dan merkuri 5:7 atau 5:8. Kelebihan merkuri

mempermuda triturasi dan dapat di peroleh hasil campuran yang plastis. Sebelum

bahan dimasukan kedalam kavitat, kelebihan merkuri di ambil dengan cara

memerasnya dalam kain kassa.

2. Minimal merkuri techniques (teknik Eames) dimana merkuri dan alloy ditimbang

dalam jumbla yang sama, tidak perlu dilakukan pemerasan merkuri sebelum

dilakukan kondensasi. Metode pencampuran secara mekanis.

Triturasi

Triturasi bertujuan untuk melepaskan oksida dari bubuk alloy. Agar terjadi reaksi

bubuk alloy dan Hg secara cepat, permukaan alloy harus bersih dengan caramenggesek

partikel-partikel secara mekanis sehingga mengangkat lapisan oksida yang menutupi partikel

alloy.

Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Pencampuran manual dengan menggunakan mortal dan pestel

Dipergunakan mortar dan pestel yang terbuat dari gelas. Permukaan dalam mortar

agak kasar yang berguna untuk mempertinggi frekuensi gesekan antara amalgam dan

permukaan mortar. Kekasaran permukaan ini dapat dipertahankan dengan sekali-

sekali mengasahnya dengan pasta karborundum. Pesteladalah alu kecil terbuat dari

gelas.

Page 28: Amalgam princess.doc

Teknik tersebut sudah jarang digunkan sekarang ini, lebih cepat menggunakan metode

mekanis, dengan cara ini resiko merkuri terhirup lebih kecil.

Tiga faktor untuk mendapatkan campuran massa amalgam yang baik, antara lain :

jumlah putaran , kecepatan pemutaran dan besarnya tekanan pada pengaduk. Idealnya

24-25 detik merupakan waktu yang cukup.

b. Pencampuran secara mekanis

Alloy dan merkuri dalam perbandingan yang tepat dapat dicampur secara

mekanis di dalam kapsul baik dengan atau tanpa menggunkan pastel atau stainless

steel. Harus dipergunakan pastel yang memiliki diameter jauh lebih kecil darikapsul

apabila dipakai alloy yang berbentuk kapsul sehingga memudahkan

menghancurkannya. Amalgamator mekanis mempunyai pengaturan waktu sehingga

waktu pencampuran yang tepat dapat terjamin serta dapat dilakukan berulang-ulang.

Bahan untuk ini tersedia dalam bentuk kapsul, masing-masing kapsul berisi alloy

dalam berat yang sudah diukur serta merkuri dalam jumlah yang sebanding berada

terpisah dengan tutupnya. Sekat pemisag harus dipecah sebelum kapsul dimasukkan

dalam amalgamator.

Alat yang tersedia sesuai dengan proporsi dan pencampuran amalgam.

Penggunaan alat ini sangat tepat tetapi pemeliharaan harus dilakukan ketika mengisi

merkuri untuk menghindari tumpahnya merkuri dan terjadinya kontaminasi. Problem

lain yaitu biasanya alat ini memiliki kecepatan yang rendah dan wktu triturasi sekitar

20-30 detik untuk mendapatkan massa yang menyatu. Hasil amalgam ini umumnya

kurang memuaskan.

Pemilihan wajtu triturasi adalah penting, ini tergantung pada tipe alloy yang

dipergunakan serta kecepatan mencampur. Pada beberapa high copper alloy tertentu

perlu diawasi kondisi triturasi yang tepat. Beberapa proiduk seperti ini membutuhkan

energy yang besar pada pencampuran yang diperlukan untuk menghancurkan pelapis

oksida yang terbentuk pada partikel dengan tembaga yang banyak.

Tidak ada rekomendasi yang tepat untuk waktu pencampuran karena amalgamator

berbeda dalam hal kecepatan pola getaran dan desain kapsul. Alloy sperikal biasanya

membutuhkan waktu malgamasi yang kurang dari alloy lathe.

Campuran dalam jumlah yang lebih sedikit. Keuntungan triturasi mekanis yaitu waktu

pencampuran lebih singkat dan prosedurnya lebih standar.

Page 29: Amalgam princess.doc

Efek Triturasi. efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur

amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun

yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam

dengan tembaga yang tinggi.( Surouw,2004)

Kekuatan

Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut

tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang

lainnya.

                Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan tensile amalgam

lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. Kekuatan kompresif ini cukup baik untuk

mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar

kemungkinan terjadinya fraktur/retakan.

                Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :

1. rasio merkuri/alloy : jika merkuri yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy

tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan

bereaksi dengan merkuri, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat

amalgam menjadi lebih rapuh.

2. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam.

Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih

kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.

3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel

yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.

4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan.

Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah

teknik triturasi yang baik. (Williams, 1979)

Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya

lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling

berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

2.7 Aplikasi Restorasi Amalgam

Teknik restorasi amalgam Kelas I dan II

Page 30: Amalgam princess.doc

Setelah gigi dipreparasi, gigi disiapkan untuk penumpatan amalgam. Jika bukan

amalgam yang perlu di-bonded, sealer diperlukan untuk meutup dentin yang dipreparasi.

Sealer bisa berupa coating material atau polymerized resin adhesive. Tahap ini bisa

dilakukan sebelum atau setelah aplikasi matrix. Pada amalgam yang perlu di-bonded dan

menggunakan matrix, dibutuhkan etsa, priming, dan penempatan bahan adesif setelah matrix

diaplikasikan (Roberson dkk., 2006).

1. Penempatan matrix

Matrix secara utama digunakan pada restorasi permukaan proksimal. Menurut

Roberson dkk., tujuan penggunaan matrix adalah untuk: menyediakan kontak yang baik,

kontur yang baik, pembatas material restoratif, dan mengurangi penggunaan material yang

berlebih. Matrix yang efektif memiliki ciri: mudah diaplikasikan maupun diambil,

memanjang ke bawah margin gingival, memanjang sampai ke atas marginal ridge, dan

mempertahankan terhadap deformasi selama penempatan material. Aplikasi matrix pada

preparasi gigi dapat melindungi gigi tetangga dari kerusakan (Roberson dkk., 2006).

Tujuan dari penggunaan matrix adalah untuk (Summit dkk., 2006):

a. Mempertahankan amalgam sehingga kondensasi yang adekuat dapat dilakukan.

b. Re-establishment kontak dengan gigi tetangga.

c. Membatasi ekstrusi amalgam dan pembentukan overhang pada hidden margin, seperti

proximal gingival margin.

d. Menyediakan kontur fisiologis yang adekuat untuk permukaan proksimal restorasi.

e. Impartasi tekstur permukaan yang baik pada permukaan proksimal, terutama di area

kontak yang tidak bisa dilakukan carving dan burnishing.

2. Penempatan (kondensasi) amalgam

Kondensasi lateral pada bagian proximal box dari preparasi penting untuk konfluensi

amalgam dengan margin. Spherical amalgam lebih mudah dikondensasi daripada admixed

amalgam, tapi penempatan keduanya mudah. Secara umum, digunakan amalgam condenser

yang lebih kecil dahulu, agar amalgam terkondensasi dengan baik pada sudut internal dan

bagian retensi sekunder. Setelah itu, digunakan condenser yang lebih besar (Roberson dkk.,

2006).

Jika amalgam perlu di-bonded, aplikasi adesif dan kondensasi amalgam dilakukan

secara simultan agar resin dapat melekat dengan baik dengan partikel amalgam. Kondensasi

amalgam harus dilakukan sebelum adesif berpolimerisasi. Jika amalgam yang ditempatkan

sedikit berlebih, perlu dilakukan precarve burnished dengan egg-shaped burnisher yang

Page 31: Amalgam princess.doc

besar untuk kondensasi final, menghilangkan kelebihan merkuri, dan mengawali proses

carving (Roberson dkk., 2006).

3. Carving restorasi amalgam

Penempatan (kondensasi) dan carving amalgam harus dilakukan sebelum amalgam

menjadi terlalu keras untuk di-carving. Bonded amalgam lebih sulit di-carving daripada

nonbonded amalgam karena ekses polymerized adhesive resin terakumulasi pada margin dan

sulit dihilangkan. Carving pada area oklusal reatorasi amalgam menggunakan instrumen

discoid-cleoid, pada area facial dan lingual dengan Hollenbeck carver, dan pada area

embrasure proksimal dengan pisau amalgam atau amalgam scaler (Roberson dkk., 2006).

4. Finishing restorasi amalgam

Setelah carving selesai, restorasi dilihat dari berbagai sudut dan kedalaman carving

dievaluasi. Jika menggunakan rubber dam, maka harus dilepas dan kontak oklusi rstorasi

dievaluasi. Pasien diinstruksikan untuk mengatupkan gigi perlahan dan berhenti ketika

kontak dicapai. Jika terlihat ada celah antara gigi tetangga dengan gigi lawannya, harus

diidentifikasi dan diperbaiki. Articulating paper bisa digunakan untuk mengatur kontak

dengan lebih akurat hingga kontak oklusi yang tepat dicapai. Setelah oklusi diatur, discoid-

cleoid bisa digunakan untuk smoothing amalgam. Cotton pellet yang sudah dibasahi dan

dijepit dengan pinset bisa digunakan untuk membantu smoothing amalgam. Jika carving dan

smoothing dilakukan dengan tepat, tidak perlu dilakukan pemulasan tambahan, dan hasilnya

akan tetap baik dalam waktu yang lama (Roberson dkk., 2006).

5. Reparasi restorasi amalgam

Jika restorasi amalgam mengalami fraktur pada saat penempatan, area defektif

tersebut harus direparasi seperti aplikasi restorasi kecil. Kedalaman dan bentuk retensi yang

sesuai perlu diperhatikan. Matrix dapat digunakan jika diperlukan. Mix amalgam yang baru

dapat dikondensasikan secara langsung pada defek dan melekat pada amalgam yang sudah

ditempatkan sebelumnya jika tidak diberi bahan intermedier di antara kedua amalgam. Bahan

sealer dapat ditempatkan pada dentin yang terbuka, tapi tidak boleh ditempatkan pada

dinding preparasi amalgam. Jika amalgam perlu di-bonded, aplikasi bahan adesif pada

struktur gigi yang terbuka harus lebih hati-hati (Roberson dkk., 2006).

A. Teknik Restoratif

1. Penempatan Matriks

Kebanyakan restorasi amalgam Kelas V ditempatkan tanpa menggunakan matriks.

Matriks digunakan pada preparasi gigi dengan dinding aksial yang sangat cembung pada

Page 32: Amalgam princess.doc

mesiodistal karena sulit dikondensasi. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk

menempatkan matriks. Metode yang dianjurkan adalah penerapan matriks

pada batas mesial dan distal dari tumpatan amalgam. Bahan baja stainless matriks, masing-

masing untuk mesial dan permukaan distal, dilewatkan melalui kontak proksimal, dengan

hati-hati diarahkan ke sulkus gingiva, dan wedge. 

2. Condensation dan Carving

Amalgam dimasukkan sedikit demi sedikit pada kavitas preparasi dengan amalgam

carrier kemudian dikondensasikan dengan condenser. Selanjutnya, amalgam

dikondensasikan pada dinding mesial dan distal dari preparasi. Terakhir, mengkondensasi

bagian tengah kavitas dengan amalgam secukupnya. Carving dapat dimulai sgera setelah

proses kondensasi. Mulai prosedur carving dengan menghilangkan kelebihan amalgam pada

insisal atau oklusal marjin. Kemudian dilanjutkan dengan menghilangkan kelebihan pada 

mesial dan distal margin. Terakhir, membuang kelebihan pada gingival margin.

3. Finishing dan Polishing

Jika prosedur carving telah dilakukan dengan benar, proses finishing tidak diperlukan.

Sedikit cotton pellet yang dibasahi dapat digunakan untuk menghaluskan restorasi. Namun,

tambahan finishing dan polishing restorasi amalgam mungkin diperlukan untuk memperbaiki

perbedaan marginal atau memperbaiki kontur. Pada proses ini digunakan stone, atau

instrument putar pada posisi margin dibawah cementoenamel junction (CEJ).

2.8 Reaksi Pengerasan Amalgam

Reaksi pengerasan terjadi setelah powder alloy amalgam dan liquid merkuri tercampur

dengan sempurna.1 Awalnya akan terjadi absorbsi merkuri ke dalam partikel, diikuti oleh

pengkristalan senyawa Ag2Hg3 yang disebut γ sebagai fase gamma satu dan fase Sn8Hg

yang disebut sebagai fase gamma 2. Kristal – kristal ini membentuk pengerasan amalgam.11

Reaksi tersebut sebagai berikut:

1. Reaksi dengan menggunakan alloy binary :

Perak-timah + Merkuri ------------ Perak-timah + Merkuri-perak + Timah merkuri

Page 33: Amalgam princess.doc

Ag3Sn Hg ---------------- Ag3Sn Ag2Hg3 Sn8Hg

γ ------------------------- γ γ1 γ2

2. Reaksi dengan menggunakan alloy tertinary :

Ag-Sn-Cu + Hg Ag-Sn-Cu + γ1 + Cu6Sn5

Ketiga fase γ ini memiliki peranan dalam mengatur sifat amalgam. Komponen yang paling

kuat adalah γ, dan yang paling lemah adalah γ2. Oleh karena itu, γ2 lebih rentan terhadap

korosi daripada fase yang lainnya.

Setelah triturasi, kontraksi akan terjadi sampai 20 menit dengan mengendapnya γ1. Kontraksi

terjadi karena larutnya patikel Ag dan terbentuknya γ1.

Pada saat γ1 semakin banyak, Kristal ini akan semakin bergesekan sehingga akan

menghasilkan tekanan ke arah luar yang akan melawan kontraksi. Selama bergesekan

terdapat liquid merkuri yang cukup untuk menyediakan tempat plastis agar kristal tersusun

rapat, ini disebut fase matrix.

2.9 Aspek Biomekanik Restorasi Amalgam

2.9.1 Unit biomekanik

Standar unit biomekanik termasuk material restorasi, struktur gigi, dan daerah

permukaan antara restorasi dan gigi. perbedaan prosedur restorasi dapat melibatkan

lapisan permukaan yang berbeda. Permukaan amalgam-enamel biasanya lemah dan tidak

berkelanjutan tanpa adanya system bonding yang digunakan. Hal yang penting untuk

mempertimbangkan 3 struktur dalam unit biomekanik adalah untuk mendeteksi tekanan

yang mungkin menyebabkan hal yang tidak diinginkan, seperti fraktur atau terlepasnya

ikatan. Material restorasi mungkin cukup kuat untuk menahan fraktur, tapi struktur

permukaan gigi mungkin tidak mampu menahan hal tersebut.

2.9.2 Stress transfer

Struktur normal gigi mentransfer biting eksternal melalui enamel ke dalam dentin

sebagai tekanan. Konsentrasi eksternal didistribusikan melewati sebagian besar volume

internal dari struktur gigi, dan tekanan pada satuan daerah tersebut menjadi kecil. Dalam

proses ini, sebagian kecil deformasi dentin dapat terjadi sebagai hasil dari fleksur gigi.

Deformasi ini dibahas secara lebih mendalam.

Page 34: Amalgam princess.doc

Gigi yang telah direstorasi cenderung mentransfer tekanan secara berbeda,

dibandingkan gigi yang masih utuh. Setiap daya yang bekerja pada restorasi

menghasilkan tekanan, tensi atau sebuah garis disepanjang permukaan restorasi.

Ketika enamel tidak lagi menyambung, daya tahan menjadi menurun drastis.

Kebanyakan restorasi didesain untuk mendistribusikan tekanan ke dalam ruang

dentin, daripada ke enamel. Ketika berada di dalam dentin, tekanan di ubah menjadi

seperti tekanan yang terjadi pada gigi normal. Proses transfer tekanan ke dentin

menjadi tidak teratur ketika isi pulpa sempit, dan restorasi harus melewati jarak yang

signifikan untuk bertumpu pada dentin yang tipis.

Gambar 3. Oklusal restorasi amalgam dilihat secara skematis

Aplikasi lain seperti restorasi ekstensive dalam ikatan amalgam, sebagian

dapat digunakan apabila telah ditemukan bahan adesif untuk permukaan, seperti

kekuatan kontraksi polimerisasi yang tidak menimbulkan stress pada ikatan. Namun,

beberapa penelitian menunjukkan proses reduksi dan debonding pada kekuatan ikatan

restorasi ini ketika permukaan ikatan terlibat dalam proses pengunyahan. Para praktisi

kedokteran gigi sebaiknya memperhitungkan proses ini dalam penggunaan ikatan

amalgam pada aplikasi non-retensi. Metode retensi untuk restorasi yang besar dapat

meminimalkan stress pada struktur gigi.

2.9.3 Tooth flexure

Gigi merupakan struktur yang fleksibel. Gigi mengalami deformasi (strain) secara

alami. Isi intraoral (daya) dilaporkan sangat bervariasi dari 10N hingga 431N

(1N=0,0225 lb daya), dengan isi fungsional secara klinis dipertimbangkan normal.

Jumlah gigi, tipe oklusi, dan kebiasaan oklusal pasien berefek tiap satuan gigi. jumlah

strain kira-kira sama dengan jumlah tekanan atau stress. Karena bentuk struktur gigi

Page 35: Amalgam princess.doc

adalah heterogen dan asimetris, terkadang seiring waktu mengalami perubahan sifat,

tidak ada penjelasan yang mendeskripsikan hal ini terjadi karena stress atau jumlah

strain. Saat ini, peningkatan bukti menunjukkan bahwa jumlah strain dan efeknya

pada struktur gigi dapat menimbulkan fatigue yang krusial.

Fleksur gigi dideskripsikan sebagai ikatan lateral atau ikatan aksial gigi saat

terjadi oklusi. Prosedur fleksur merupakan strain maksimal pada bagian servikal, dan

tampaknya hal ini diubah menjadi tensi atau tekanan terhadap bagian sekitar,

terkadang menyebabkan hilangnya ikatan restorasi kelas 5 pada preparasi tanpa

groove retensi. Fraktur enamel terjadi ketika gigi mengalami abrasi oleh sikat gigi dan

dierosi oleh bahan kimia. Selain itu pada restorasi unbounded atau leaking, fleksur

pada dentin dapat menyebabkan perubahan sirkulasi cairan dan kebocoran

mikroskopik, mengakibatkan sensitifitas dan inflamasi pada pulpa. (Korale dan

Meiers, 1996) menemukan bahwa liner yang kental pada system dentin bonding dapat

mencegah microleakage, sebaliknya mereka juga menemukan bahwa resin liner yang

berlebihan dapat mengakibatkan peningkatan jumlah microleakage. (Setcos, 1999)

Tumpatan amalgam pada kelas 5 memiliki kekurangan mudah lepas karena

centric force yang menyebabkan kompresi pasa tumpatan sehingga terjadi lateral

displacement. Selain itu adanya eccentric force yang menyebabkan tensile stress pada

permukaan marginal restoration sehingga terjadi lateral fleksure.

2.10 Klasifikasi Tumpatan

Klasifikasi dental amalgam:

Berdasarkan ukuran partikel alloy:

o Microcut : partikelnya kecil

o Macrocut : partikelnya besar

Berdasarkan bentuk partikel alloy:

o Alloy lathe-cut : bentuknya tidak beraturan

o Alloy spherical : bentuknya bulat

o Alloy spheroidal : bentuknya lonjong

Berdasarkan jumlah metal alloy:

o Alloy binary

Page 36: Amalgam princess.doc

o Alloy ternary

o Alloy quartenary

Berdasarkan kandungan tembaga:

o Alloy bertembaga rendah : < 6 %

o Alloy bertembaga tinggi : > 6 %

Berdasarkan kandungan seng:

o Alloy yang mengandung seng : > 0,01%

o Alloy bebas seng : < 0,01%

Dental amalgam jenis high copper karena high copper lebih menunjukkan sifat mekanis dan

sifat fisik yang baik yaitu:

1. Kekuatan lebih besar: 250 Mpa setelah 1 jam

2. Kurang korosi

3. Creep lebih rendah

4. Kurang sensitive

5. Menghasilkan hasil klinis yang lebih baik untuk jangka panjang

6. Final strength terjadi lebih cepat.

2.11 Indikasi dan Kontra-indikasi Restorasi Amalgam

1. Indikasi restorasi amalgam

Amalgam memiliki resistensi yang lebih besar dibanding komposit. Oleh

karena itu, restorasi amalgam diindikasikan pada gigi yang memiliki fungsi oklusal

yang berat. Preparasi untuk restorasi amalgam sangat rumit. Syarat yang harus

dipenuhi yaitu kedalaman kavitas harus sama dan marginal form yang harus tepat.

Banyak dari kegagalan restorasi amalgam berkaitan dengan preparasi yang kurang

tepat. Akan tetapi, insertion dan finishing restorasi amalgam lebih mudah dari

komposit. (Roberson dkk., 2006)

Indikasi klinis untuk restorasi direct amalgam adalah sebagai berikut:

(Roberson dkk., 2006)

1. Restorasi kelas I dan II terutama pada gigi yang membutuhkan fungsi oklusi

yang berat.

Page 37: Amalgam princess.doc

2. Restorasi kelas V termasuk restorasi yang tidak membutuhkan estetik.

3. Restorasi sementara sebagai caries-control. Caries control adalah langkah

intermedia dalam perawatan restorasi dan memiliki beberapa indikasi lain:

a. Untuk prognosis pulpa yang masih diragukan dimana demineralisasi dentin

terhenti.

b. Selama prosedur konservasi ketika gigi mengalami karies ekstensif yang

mencakup area yang luas.

4. Foundations yaitu pada gigi yang telah rusak parah dan membutuhkan

peningkatan retensi dan resistensi sebagai antisipasi penempatan mahkota atau

metallic onlay.

2. Kontraindikasi restorasi amalgam secara umum

Pengunaan restorasi amalgam pada daerah yang membutuhkan estetik

dihindari. Area yang dimaksud adalah gigi anterior, premolar, dan molar (pada

beberapa kasus). Karena preparasi amalgam lebih besar daripada preparasi komposit,

lesi karies yang kecil pada gigi posterior sebaiknya ditumpat dengan komposit agar

tidak menghilangkan struktur gigi disekelilingnya yang masih sehat. (Roberson dkk.,

2006)

2.12 Ketahanan Tumpatan Amalgam dalam Rongga Mulut

Amalgam dapat bertahan dalam waktu yang lama dalamrongga mulut, bergantung

pada desain preparasi kanvitas, carapenumpatan dan cara pemeliharaan kebersihan

mulut serta ada tidaknya mikroleakage yang diakibatkan oleh proses creepyang berhubungan

dengan dinding preparasi dan restorasiamalgam (secara klinis creep dihubungkan

dengan pecahnyaintegritas marginal).3

2.13 Keunggulan Restorasi Amalgam

Page 38: Amalgam princess.doc

a. Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat

dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga

amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada

beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan

kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.

b. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada

umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang

saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

c. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu

“technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit

kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan

kekuatan bahan tambal resin komposit.

d. Biayanya relatif lebih murah.4

2.14 Kekurangan Restorasi Amalgam

a. Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga

tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat

diutamakan.

b. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang

berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi

sehingga tampak membayang kehitaman

c. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang

terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah

penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap

rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung

lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.

d. Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang

dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah

memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.4

2.15 Penyebab Kebocoran Tumpatan Amalgam

Sebagian besar penyebab kegagalan restorasi amalgam oleh karena patahnya

tepitumpatan diawali karena adanya kebocoran mikro. Amalgam dapat meregang

Page 39: Amalgam princess.doc

danberkontraksi tergantung saat manipulasinya. Idealnya perubahan dimensi amalgam

terjadipada skala kecil. Beberapa kontraksi dapat mengakibatkan kebocoran mikro dan

sekunderkaries yang jika tidak dsegera diperbaiki akan mengakibatkan karies sekunder,

sensitifitaspulpa dan diskolorasi. Hal tersebut menyebabkan munculnya perkembangan

restorasiamalgam adhesif yang memberi kesempatan untuk mengevaluasi kembali disain

preparasiuntuk retensi mekanis.3

Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang

tidak kuat:

1.Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)

2.Kandungan mercury yang terlalu besar

3.Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi

4.Kecepatan pengisian kavitet yang lamban

5.Korosi.