restorasi kelas ii amalgam
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
1/22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANGSeiring dengan berkembangnya teknologi, pengetahuan masyarakat
mengenai penyakit gigi dan mulut pun semakin meningkat. Saat ini, masyarakat sudah
semakin sadar untuk menjaga kesehatan giginya dari berbagai kerusakan, misalnya
karies. Karies masih menjadi permalahan utama kesehatan mulut di masyarakat
Indonesia. Karies dapat didefinisikan sebagai rusaknya email maupun dentin gigi yang
disebabkan karena mikroorganisme dan membutuhkan waktu sampai terjadinya karies.
Menurut Black, karies dapat dibagi menjadi lima kelas. Pengklasifikasian tersebut
berdasarkan letak daerah yang mengalami karies seperti klasifikasi karies klas II, daerah
yang mengalami kerusakan di interproksimal gigi posterior.
Ada berbagai macam bahan pengisi tumpatan yang dapat digunakan untuk
melakukan restorasi. Beberapa diantaranya adalah amalgam, semen ionomer kaca,
dan resin komposit. Pemilihan bahan tentunya disesuaikan dengan indikasi kasus yang
terjadi dan juga mempertimbangkan aspek estetika dan ekonomis yang diinginkan
pasien.
Pada makalah ini, akan dibahas mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan restorasi amalgam kelas II. Hal-hal tersebut meliputi indikasi dan
kontraindikasi, batasan-batasan pembuatan restorasi amalgam kelas II dan V, teknik
restorasi yang dapat digunakan, serta kegagalan yang mungkin terjadi pada restorasi
amalgam kelas II dan V.
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
2/22
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pada restorasi amalgam kelas II ?
2. Dimana batasan pada pembuatan restorasi amalgam kelas II?
3. Bagaimana teknik restorasi amalgam kelas II ?
4. Apa saja kegagalan yang mungkin terjadi pada restorasi amalgam kelas II ?
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi pada pembuatan restorasi amalgamkelas II
2. Untuk memahami sejauh mana batasan pada pembuatan restorasi amalgam kelas II3. Untuk mengetahui teknik pembuatan restorasi amalgam kelas II4. Untuk mengetahui kegagalan yang mungkin terjadi pada pembuatan restorasi
amalgam kelas
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
3/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Restorasi Gigi
Restorasi adalah hasil akhir prosedur kedokteran gigi yang bertujuan memugar
bentuk, fungsi, dan penampilan gigi (Harty dan Ogston, 1995)
2.2 Pengertian Amalgam
Amalgam adalah alloy yang memiliki merkuri sebagai salah satu komponennya.
Amalgam yang digunakan dalam kedokteran gigi, adalah bubuk dan cair. Liquidnya
yaitu merkuri sedangkan powdenya adalah silver based alloy dengan jenis varian dan
kombinasi.
Amalgam adalah campuran merkuri dengan satu atau lebih logam lainnya,
amalgam gigi paling moden terdiri dari kombinasi merkuri dengan perak, timah,
tembaga, dan zink. Amalgam berasal dari kata yunani malagma(emolien) dari
malassein (untuk melunakkan), titik lebur campuran yang diturunkan dan massa yang
demikian dilunakkan oleh adanya merkuri sebagai komponennya (McGehee,1956).
2.3 Sejarah Amalgam
Amalgam dalam bidang kedokteran gigi disebut dental amalgam, yaitu suatu
paduan antara merkuri (Hg) dan suatu alloy. MenurutCharbeneaudkk. (1981) amalgam
pertama kali diperkenalkan oleh Taveau pada tahun 1826 di Paris. Pada waktu pertama
kali diperkenalkan, amalgam disebut silver amalgam, karena bagian terbesar
komponennya adalah perak. Black adalah orang yang pertama kali memperkenalkan
http://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_1?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=William%20H.%20O.%20McGeheehttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_1?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=William%20H.%20O.%20McGeheehttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_1?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=William%20H.%20O.%20McGeheehttp://abident.blogspot.com/2013/04/restorasi-amalgam-klas-ii-dan-klas-v.htmlhttp://abident.blogspot.com/2013/04/restorasi-amalgam-klas-ii-dan-klas-v.htmlhttp://abident.blogspot.com/2013/04/restorasi-amalgam-klas-ii-dan-klas-v.htmlhttp://abident.blogspot.com/2013/04/restorasi-amalgam-klas-ii-dan-klas-v.htmlhttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_1?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=William%20H.%20O.%20McGehee -
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
4/22
amalgam dengan bentuk partikel lathe cut. Dalam publikasinya pada tahun 1896,
komposisi alloy amalgam adalah:
1. Ag (perak) 68,50%
2. Sn (Timah putih) 25,50%
3. Au (emas) 5%
4. Zn (seng) 1%
Formula yang dituliskan Black hanya dipakai sebentar, selanjutnya berdasarkan
penelitian oleh Flagg, emas dan platina dianjurkan tidak ditambahkan pada formula
amalgam. Pada tahun 1960 mulai diperkenalkan bubuk amalgam bentuk bulatan kecil
(spherical), yang kemudian berkembang menjadi partikel yang lebih kecil.
Meskipun amalgam telah dipakai dalam restorasi lesi karies sejak abad ke-15
atau bahkan lebih dini lagi, amalgam masih merupakan suatu bahan yang paling banyak
dipergunakan. Kualitas yang paling baik dari amalgam gigi ini adalah tahan lama dan
mudah manipulasinya. Cukup bisa beradaptasi dengan cairan mulut, amalgam adalah
restorasi yang relatif murah dan dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan dapat
dikatakan bahwa amalgam merupakan suatu bahan tambalan yang paling banyak
dipergunakan dokter gigi.
Menurut definisi, amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam,
salah satunya adalah merkuri. Seperti nanti bisa dilihat, alloy amalgam terdiri atas tiga
atau beberapa logam. Amalgam itu sendiri merupakan kombinasi alloy dengan merkuri
melalui suatu proses yang disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan
bahan plastis dimasukkan ke dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena
kristalisasi.
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
5/22
Dalam hal ini dikatakan bahwa restorasi amalgam sering lebih baik daripada
kelihatannya. Kekurangan yang nyata sering tampak pada restorasi yang sudah
berfungsi cukup lama, terutama memburuknya bagian tepi, yang disebut ditching
pada interfase dengan gigi. Kita mungkin membayangkan bahwa karies selalu terdapat
pada bagian tepi yang terbuka disebabkan oleh penetrasi dari cairan ludah, debris, dan
mikroorganisme. Sebenarnya hal ini tidak selalu terjadi, walaupun restorasi kehilangan
estetiknya dan terjadi degradasi terus-menerus. Penjelasannya terletak pada sifat
amalgam yang unik. Sewaktu restorasi makin tua, produk-produk korosi terbentuk
sepanjang batas antara restorasi dan gigi. Produk ini akan bertindak sebagai pemblokir
mekanik dari penetrasi agen-agen beracun. Mekanisme swa-penyembuhan ini
menyebabkan bahan restorasi amalgam tahan lama.
Spesifikasi dari The American Dental Association untuk alloy amalgam gigi
telah banyak mengurangi jumlah produk komersial yang buruk. Walaupun beberapa tipe
tertentu (misalnya, system amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, yang akan
dibahas kemudian) adalah unggul, presentase kegagalan yang tinggi disebabkan karena
desain preparasi yang tidak tepat, kesalahan manipulasi dari amalgam dan amalgam
yang terkontaminasi waktu pengisian setiap langkah dalam prosedur, dari waktu alloy
diseleksi sampai restorasi dipoles, mempunyai efek terhadap sifat amalgam, yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan restorasi amalgam yang telah dilakukan.
2.4 Pengerian Biokompatibilitas
Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara bahan dan
lingkungan yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas terhadap fungsi biologi.
Biokompatibilitas berhubungan dengan uji biologis yang merupakan interaksi antara
sifat fisika atau mekanik melalui degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
6/22
nekrosis. Tujuan biokompatibilitas adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang
berpotensi merusakan jaringan rongga mulut.
Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan tersebut tidak merusak
lingkungan biologis di sekitarnya. Syarat biokompatibilitas bahan kedokteran gigi
adalah:
1) Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak.2) Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi, terlepas dan diabsorbsi
dalam sistem sirkulasi.
3) Bebas dari agent yang dapat menyebabkan reaksi alergi.4) Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik.
2.5 Biokompatibilitas Amalgam
Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan ini
dapat bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah
beradaptasi dengan cairan mulut dan harganya relatif murah. Namun, mengenai masalah
efek samping yang ditimbulkan oleh bahan ini masih dipertanyakan karena masih ada
anggapan bahwa amalgam berbahaya bagi kesehatan tubuh pasien, hal ini karena di
dalam amalgam terkandung merkuri. Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya
bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh oleh karena itu merkuri di dalam amalgam
dianggap berbahaya. Bahaya merkuri ini tidak hanya mengancam kesehatan pasien
tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada saat mengaduk
amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter gigi tersebut.
Merkuri yang terkandung dalam amalgam memamg dapat melakukan penetrasi
ke dalam struktur gigi. Merkuri yang telah msuk ke dalam dentin dapat menyebabkan
terjadinya diskolorisasi pada gigi, tidak hanya itu saja merkuri juga dapat berpenetrasi
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
7/22
sampai pada pulpa gigi sehingga malah terjadi inflamasi pada gigi tersebut. Selain itu,
tumpatan amalgam juga melepaskan sebagian kecil merkuri pada saat penguyahan
makanan sehingga sebagian merkuri masuk dalam tubuh, hal ini juga semakin
menambah keraguan atas tingkat biokompatibilitas dari amalgam itu sendiri.
Keraguan atas tingkat biokompatibilitas amalgam terhadap kesehatan tubuh
seharusnya tidak perlu terjadi karena sebetulnya mengenai kemungkinan reaksi toksik
pada pasien akibat penetrasi merkuri pada gigi serta alergi yang ditimbulkannya belum
begitu jelas. Kontak pasien dengan uap merkuri selama pengisian tumpatan amalgam
begitu singkat dan jumlah uap merkuri begitu kecil untuk dapat membahayakan tubuh.
Bahaya pemakaian amalgam telah banyak dipelajari, perkiraan yang paling bisa
diandalkan adalah bahwa merkuri dari tumpatan amalgam tidak cukup signifikan untuk
dapat meracuni pasien (http://ilmudoktergigi.blogspot.com/)
2.6 Klasifikasi Kavitas menurut G.V.Black
Kavitas bisa diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok baik menurut
kedalamannya, jumlah permukaan gigi yang dikenainya, maupun menurut permukaan
mana yang dikenainya. Para ahli pun mengelompokkan kavitas berdasarkan cara yang
berbeda-beda. Pengelompokan yang paling sering digunakan adalah klasifikasi dari
Greene Vardiman Black. G.V. Black mengklasifikasikan kavitas menjadi 6 kelas yaitu:
1.
Kelas I
2. Kelas II
3. Kelas III
4. Kelas IV
5. Kelas V
6. Kelas IV
http://ilmudoktergigi.blogspot.com/http://ilmudoktergigi.blogspot.com/http://ilmudoktergigi.blogspot.com/http://ilmudoktergigi.blogspot.com/ -
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
8/22
2.7 Kavitas kelas II
Kavitas kelas II merupakan kavitas yang terdapat pada permukaan proksimal
gigi posterior (gigi molar dan premolar). Kavitas pada permukaan halus atau lesi mesial
dan atau distal biasanya berada di bawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Menurut
definisi Dr. Black, karies Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau
hanya salah satu permukaan proksimal dari gigi sehingga dapat digolongkan menjadi
kavitas MO (mesio oklusal), DO (disto oklusal), dan MOD (mesio oklusal
distal).
Karena permukaan untuk perbaikan biasanya dibuat dari permukaan oklusal,
permukaan oklusal dan aproksimal dari gigi direstorasi sekaligus. Tetapi bila dilihat dari
definisinya, kavitas ini adalah lesi proksimal dan tidak selalu mencakup permukaan
oklusal. (Anonim, 2011) Ketika ditemukan suatu kasus kavitas kelas II disertai dengan
kavitas pit dan fisure (kelas I), maka keadaan ini diklasifikasikan sebagai kavitas kelas
II.
2.8 Kegagalan Restorasi Amalgam Kavitas kelas II
1. Fraktur marginal ridge(lingir tepi)
Penyebab:
Axiopulpal line angle tidak dibulatkan saat preparasi
Marginal ridge terlalu tinggi Embrasur oklusal tidak benar
Solusi:
Axiopulpal line angle dibulatkan saat preparasi Tinggi marginal ridge disesuaikan dengan gigi sebelahnya dan dengan oklusi
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
9/22
Menciptakan embrasur oklusal yang bersesuaian dengan gigi sebelahnya2. Tumpatan overhangingsehingga mengiritasi gingiva
Penyebab:
Kesalahan peletakan wedge yang terlalu ke gingival saat insersi amalgamSolusi:
Posisi wedge diletakkan secara benar3. Tepi amalgam lemah
Penyebab:
Kertidaksesuaian antara tumpatan amalgam dengan arah dinding mesiolingualdan mesiofasial
Solusi:
Perhatian khusus pada arah prisma email dan sifat amalgam saat preparasi daninsersi amalgam (Roberson, 2006)
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
10/22
BAB III
PEMBAHASAN
RESTORASI AMALGAM KELAS II
3.1 Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi Amalgam untuk Kavitas kelas II:
1) Kehilangan jaringan gigi sebelum dan selama perawatan minimal. Kariesmelibatkan permukaan occluso-distal atau mesio-occlusal.
2) Prognosis yang tidak meyakinkan sehingga yang paling baik adalahmemberikan restorasi semipermanen yang tahan lama.
3) Mudah dikerjakan dan murah.4) Gigi masih vital.
Kontra Indikasi Amalgam untuk Kavitas kelas II:
1) Jumlah karies yang tinggi.2) Karies yang luas melibatkan cups.3)
Dibutuhkan estetik.
4) Gigi antagonis logam yang tidak sejenis.3.2 Batasan Pembuatan Restorasi
Retorasi amalgam klas II dapat bertahan lama jika :
1. Preparasi gigi tepat
2. Matriks sesuai
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
11/22
3. Daerah operasi terisolasi
4. Material restorasi dimanipulasi dengan tepat
Restorasi dengan bahan amalgam sangat baik digunakan ketika insidensi karies
tinggi. Banyak dokter gigi di UK yang masih menggunakan amalgam sebagai bahan
tumpatan proksimal. Tetapi, kekurangannya adalah estetika menjadi kurang baik,
kurangnya ikatan dengan jaringan pada gigi dan tidak memiliki sifat kariostatik.
Amalgam dapat menutup kavitas tapi tidak mendukung enamel dan dentin. Oleh karena
itu, ketika estetika menjadi hal yang utama atau ketika enamel dan dentin menjadi
lemah akibat karies, restorasi menggunakan resin komposit dapat menjadi pilihan.
3.3 Teknik Restorasi
Ukuran dari restorasi tergantung dari keadaan dan kebutuhan. Apabila karies
menggerogoti email di sepanjang gingival border, haruslah dibuat floor pada restorasi
untuk menghilangkan email yang tidak disokong oleh dentin. Luasnya caries lingual
dan fasial mempengaruhi besarnya preparasi kavitas.
Dinding dari restorasi di buat kurang lebih datar dan lurus dengan sudut
cavosurface pada 90 derajat. Berhasilnya tumpatan tergantung pada akuransi dan
ketepatan pembuatan alur (groove).
Keberhasilan suatu cavitas adalah hasil dari pemeriksaan area kavitas seperti
kedalaman cavitas, kehalusan occlusal wall atau line angle-nya. Sudut pada alur
(groove) dari preparasi kavitas dapat meningkatkan retensi dari restorasi amalgam.
Dinding-dinding perifer haruslah halus.
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
12/22
Saat menghilangkan debris apabila kavitasnya luas kemungkinan terpaparnya
pulpa lebih meningkat. Untuk itu disarankan memakai base atau liners untuk
melindungi pulpa dari restorasi yang dalam.
Apabila restorasi lebih tinggi atau lebih rendah dari permukaan oklusal maka
akan meningkatkan akumulasi plak dan mempermudah makanan untuk masuk ke sela
selanya sehingga kemungkinan terjadi recurrent caries bisa lebih tinggi.
Pada restorasi amalgam kelas II, ada beberapa tahapan :
a) Initial Clinical ProceduresPada tahap ini, dilakukan persiapan sebelum dilakukan preparasi gigi yang akan
direstorasi amalgam kelas II. Sebelumnya perlu dilakukan pengecekan oklusi pasien
dengan articulating paper. Keadaan trauma oklusi harus dibenarkan agar tidak merusak
tumpatan yang telah dibuat. Pada umumnya, anastesi perlu dilakukan untuk restorasi
amalgam kelas II. Pemasangan rubber dam juga diperlukan apabila lesi karies cukup
luas.
b) Preparasi KavitasHal yang harus diperhatikan yaitu tepi dari preparasi haruslah tajam dan bersih.
Celah pada bagian dinding fasial dan lingual dengan groove bentuknya datar,
sedangakan pada daerah gingival floor halus. Operator haruslah yakin bahwa celah atau
lubang preparasi sudah tepat.
Pertama, harus dibuat occlusal outline form atau occlusal step. Dengan
menggunakan bur nomor 245, dilakukan pemotongan pada bagian fisur atau pit yang
paling dekat dengan bagian proksimal. Sumbu panjang bur harus sejajar dengan axis
gigi. Kedalaman seitar 1,5 mm sampai 2 mm. Agar tercipta preparasi yang konservatif,
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
13/22
maka itsmus dibuat sesempit mungkin atau selebar bur nomor 245. Pulpal floor harus
dibuat rata, namun tetap disesuaikan dengan pola DEJ.
Ketika kita menjaga bur tetap paralel terhadap axis gigi, maka akan tercipta
preparasi yang sedikit konvergen. Beberapa perluasan juga dapat digunakan sebagai
retensi, bisa dibuat dovetail atau yang berasal dari fisur central.Yang harus diperhatikan
adalah sebelum seorang dokter gigi memperluas area preparasinya sampai bagian
marginal ridge, ia harus mmvisualisasikan lokasi akhir dari facial dan lingual walls dari
proximal box relatif terhadap kontak area. Hal ini dapat menghindari overextension.
Tahap selanjutnya adalah membuat proximal outline form atau disebut juga
proximal box. Tujuan pembuatan proximal box adalah
Menghilangkan semua lesi karies, kesalahan, dan material restorativeyang lama.
Menciptakan margin carvosurface sebesar 90 derajat. Penghilangan jaringan yang dekat dengan bagian fasial, lingual, dan
gingival tidak lebih dari 0,5 mm (idealnya).
Pada pembuatan proximal box, hal pertama yang dibuat adalah isolasi bagian
enamel proksimal dengan proximal ditch cut. Dengan mengunakan bur berdiameter 0,8
mm memotong enamel dan dentin ke arah gingiva. Untuk enamel sekitar 0,2-0,3 mm,
sedangkan dentin sebesar 0,5-0,6mm. Selain itu, jarak dengan gigi terdekat juga harus
diperhatikan: untuk lesi yang kecil 0,5 mm.
Bagian proximal ditch dapat dibuat divergen ke arah gingiva untuk memastikan
dimensi fasiolingual bagian gingival lebih besar dari pada bagian oklusal.
Enamel yang terkurung dalam preparasi dihilangkan dengan spoon excavator.
Dengan menggunakan enamel hatchet atau bin-angle chiset atau keduanya, enamel
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
14/22
proksimal yang tidak didukung dengan dentin. Carvosurface diindikasikan sebesar 90
derajat untuk memastikan tidak ada enamel rods yang tertinggal pada bagian proksimal.
Setelah proximal box telah terbentuk dengan baik, maka selesailah tahap initial
preparation. Tahap kedua adalah Final Tooth Preparation. Tahapan ini diawali dengan
penghilangan lesi karies pada dentin dan menghilangkan enamel yang tidak didukung
dentin. Penghilangan jaringan karies di dentin menggunakan excavator, sedangkan pada
lesi yang meluas ke arah pulpa dihilangkan menggunakan round bur.
Kedalaman dari preparasi oklusal adalah 2,0 mm dan kedalam dari proksimal
adalah 3 mm. lebar dari gingival floor sekitar 1 mm.
Pada preparasi ini, pulpal floordan gingival floorpada bagian proksimal harus
cukup rata. Hal ini bisa dilakukan dengan chisel atau hatchet. Kerataan preparasi adalah
faktor penting lain, karena ketidak teraturan floor akan menyebabkan titik konsentrasi
tekanan. Saat pasien menggigit restorasi, tekanan akan menyebabkan amalgam retak
(cracking) atau patah.
Axio-pulpal line angle tidak perlu di-bevel pada preparasi kavitas. Hal ini
dibutuhkan untuk menghindari tekanan dari sudut yang menyebabkan restorasi patah.
c) Restorative TechniqueMenempatkansealeratau adhesive systemjarang digunakan, karena penggunaan
bonding tidak dapat menggantikan retensi konvensional secara mekanik yang terjadi
antara amalgam dan gigi atau dentin.
Pertama tama pasang matrix band disekeliling gigi ke dalam contour proksimal
sebelum insersi amalgam ke dalam cavitas. Pembatas kayu (wedge) ditempatkan di
embrasure gingival untuk menstabilkan matrix band. Wedge ini harus erat untuk
menghindari adanya overhangamalgam. Cara memasang wedge: (1) memutuskan kira-
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
15/22
kira 1,2 cm tusuk gigi. (2) pegang bagian yan diputus tadi dengan pliers nomor 110. (3)
masukkan poin tip facial atau lingual embrasure (4) ganjal band terhadap gigi dan
margin. Batas atau bentuk dari matrix band mempengaruhi berhasilnya restorasi.
Amalgam yang dicampur dimasukkan ke dalam cavitas dengan menggunakan
condenser dan marginal di ratatakan dengan probe.
Matrix band dilepas setelah di isi amalgam untuk mengetahui apakah ada yang
berlebih. Kelebihan amalgam dapat di hilangkan dengan pisau amalgam. Amalgam
kemudian di burnish dengan menggunakan ball burnisher untuk memampatkan
amalgam dengan lebih baik. Setelah di burnish, carver digunakan untuk memperbaiki
embrasure oklusal dari restorasi.
Kemudian amalgam di polish untuk mengurasi sifat tarnish, korosi dan
meretensi plak. Green stone digunakan untuk mempolish amalgam dan di ikuti dengan
karang, dan abrasive rubber point. Medium girt dan fine grit abrasive point dengan
handpiece kecepatan rendah digunakan untuk polishing tahap akhir dari restorasi.
Polishing dilakukan satu hari setelah amalagam di insersikan ke dalam kavitas agar
amalgam setting sempurna. Dengan demikian, dapat tercapai permukaan amalgam
amalgam yang halus dan berkilau.
2. 4 Kegagalan Restorasi Amalgam Kelas II
Penelitian terhadap restorasi amalgam yang gagal menunjukkan bahwa
kesalahan operator pada saat preparasi dan manipulasi bahan mempunyai peranan yang
penting terhadap ketahanan sebuah restorasi amalgam.
Kegagalan restorasi kelas II meliputi :
1. Fraktur marginal ridge(lingir tepi)
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
16/22
Penyebabnya adalah axiopulpal line angle tidak dibulatkan saat preparasi,
marginal ridge terlalu tinggi, dan embrasur oklusal tidak benar. Solusi untuk mengatasi
fraktur ini adalah axiopulpal line angle dibulatkan saat preparasi, tinggi marginal ridge
disesuaikan dengan gigi sebelahnya dan dengan oklusi dan menciptakan embrasur
oklusal yang bersesuaian dengan gigi sebelahnya.
2. Karies sekunderKaries sekunder dapat terjadi pada gigi yang sudah direstorasi. Biasanya terjadi
kebocoran pada margin tumpatan dengan jaringan gigi yang sehat. Dapat juga
disebabkan karena bagian isthmus pecah sehingga menjadi pintu masuk bagi saliva, sisa
makanan dan bakteri. Preparasi yang tidak tepat pada daerah proksimal hingga ke
bagian yang mudah dibersihkan (self cleansing) juga mendorong terjadinya karies
sekunder.
3. Tumpatan overhangingsehingga mengiritasi gingivaPenyebabnya adalah hesalahan peletakan wedge yang terlalu ke gingival saat
insersi amalgam. Posisi wedge harus diletakkan secara benar.
4. Patah pada isthmusDaerah isthmus pada tumpatan kelas II adalah daerah sempit yang
menghubungkan dua daerah tumpatan yang lebih besar, sehingga apabila patah pada
daerah ini menyebabkan lepasnya dinding proksimal. Pencegahan terhadap patah di
daerah isthmus dapat dilakukan dengan memperhatikan letak pembuatan isthmus, yaitu
pada sepertiga atau seperempat lebar kuspid mesio-distal dan lebar isthmus ideal sekitar
sepertiga jarak buko-lingual. Dasar kavitas pada perbatasan dinding aksial dan oklusal
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
17/22
dibuat bevel untuk memberi ketebalan yang cukup sehingga mampu menahan beban
kunyah.
5. Tepi amalgam lemahPenyebabnya adalah kertidaksesuaian antara tumpatan amalgam dengan arah
dinding mesiolingual dan mesiofasial. Solusinya,harus diperhatian khusus pada arah
prisma email dan sifat amalgam saat preparasi dan insersi amalgam.
6. Restorasi lepas seluruhnyaRetensi sangat dibutuhkan pada setiap restorasi terutama pada kelas II. Untuk
menghindari lepasnya restorasi dari kekuatan tarik maka pada bentuk kavitas kelas II
harus dibuat dovetail.
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
18/22
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Restorasi amalgam kelas II kontra indikasi untuk kondisi dengan jumlah kariestinggi serta karies luas yang melibatkan cusp
2. Restorasi amalgam untuk gigi dengan kavitas kelas II adalah alternatif untukpasien dengan lesi baru atau karies akar yang berhubungan dengan restorasi
yang sudah lama dan gagal atau untuk pasien yang tidak dapat mempertahankan
mahkotanya.
3. Teknik restorasi yang digunakan dalam restorasi amalgam kelas II ini meliputiaplikasi scaler dan bonding, penempatan matrix, kondensasi dan carving serta
finishingdanpolishing.
4. Hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan dalam restorasi amalgam kelas IIantara lain adalah kegagalan karena kesalahan teknik restorasi seperti
overkontur, kesalahan-kesalahan saat preparasi, maupun terjadinya tumpatan
yang overhanging(untuk restorasi kelas II).
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
19/22
5. Beberapa faktor yang menentukan keberhasilan restorasi amalgam kelas II :preparasi gigi yang tepat, penggunaan matriks yang sesuai, Keberhasilan isolasi
daerah operasi, serta keberhasilan dalan memanipulasi material restorasi.
4.2 Saran
Operator harus menguasai dengan baik tahapan preparasi dan manipulasi bahan
restorasi amalgam serta insersi bahan tumpatan demi ketahanan restorasi amalgam kelas
II agar tidak terjadi kegagalan restorasi kelas II seperti fraktur marginal ridge (lingir
tepi), karies sekunder, tumpatan overhanging, patahnya bahan tumpatan pada bagian
isthmus, tepi tumpatan amalgam yang lemah, dan lepasnya seluruh restorasi.
-
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
20/22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Dental Caries Definition, Classification of Dental Caries, Classification
of Cavity Preparations-Dental Lecture Note diunduh dari
http://dentistryandmedicine.blogspot.com/2011/08/dental-caries-definition-
classification.html pada 28 September 2011
Baum, Phillips, dan Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi Edisi 3. Alih Bahasa, Rasinta
Tarigan. Jakarta, EGC.
Harty, F. J. dan Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi,
EGC, Jakarta.
Howard, W.W. 1973. Atlas of Operative Dentistry, Second Edition. Saint Louis: Mosby
http://drgdondy.blogspot.com/2009/11/tanya-jawab-tentang-amalgam.html
http://dentistryandmedicine.blogspot.com/2011/08/dental-caries-definition-classification.html%20pada%2028%20September%202011http://dentistryandmedicine.blogspot.com/2011/08/dental-caries-definition-classification.html%20pada%2028%20September%202011http://dentistryandmedicine.blogspot.com/2011/08/dental-caries-definition-classification.html%20pada%2028%20September%202011http://drgdondy.blogspot.com/2009/11/tanya-jawab-tentang-amalgam.htmlhttp://drgdondy.blogspot.com/2009/11/tanya-jawab-tentang-amalgam.htmlhttp://dentistryandmedicine.blogspot.com/2011/08/dental-caries-definition-classification.html%20pada%2028%20September%202011http://dentistryandmedicine.blogspot.com/2011/08/dental-caries-definition-classification.html%20pada%2028%20September%202011 -
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
21/22
http://ilmudoktergigi.blogspot.com/2009/02/biokompatibilitas-amalgam_12.html
Diakses pada 28 September 2011 pukul 08.25
http://www.researchgate.net/publication/42349902_Perubahan_Dimensi_Pada_Dental_Amalg
amDiakses pada 28 September 2011 pukul 08.25
McGehee,William H. O.,True,Harry A. and Inskipp,E. Frank., 1956,A Textbook Of
Operative Dentistry, McGraw-Hill Book Company, Inc: New York.
Prinsip dan praktik ilmu endodonsia, edisi 3, Richard E. Walton dn mahmoud torabinejad, EGC
: Jakarta, cetakan 1, 2008
Roberson, T.M., Heymann, H.O., Swift, Jr., E.J., 2006, Sturdevants Art and Science of
Operative Dentistry, 5thedition, Mosby, St. Louis.
Shuman, E., DDS,. 2004 . Direct Composite Cavity Preparation Design and Finishing
Using Carbide Burs, diunduh darihttp://www.dentistrytoday.com/aesthetics/242
pada 28 September 2011
Roberson, T.M. Heymann, H. Swift, E. J. 2002. Sturdevants : Art and Science of Operative
Dentistry 4thd. Mosby : St. Louis. 743-745
Sturdevant. 2002. Sturdevants Art and Science of Operative Dentistry. Fourth
edition. Mosby : Missouri
http://ilmudoktergigi.blogspot.com/2009/02/biokompatibilitas-amalgam_12.htmlhttp://ilmudoktergigi.blogspot.com/2009/02/biokompatibilitas-amalgam_12.htmlhttp://www.researchgate.net/publication/42349902_Perubahan_Dimensi_Pada_Dental_Amalgamhttp://www.researchgate.net/publication/42349902_Perubahan_Dimensi_Pada_Dental_Amalgamhttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_1?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=William%20H.%20O.%20McGeheehttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_1?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=William%20H.%20O.%20McGeheehttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_2?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=Harry%20A.%20Truehttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_2?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=Harry%20A.%20Truehttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_2?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=Harry%20A.%20Truehttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_3?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=E.%20Frank%20Inskipphttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_3?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=E.%20Frank%20Inskipphttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_3?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=E.%20Frank%20Inskipphttp://www.dentistrytoday.com/aesthetics/242%20pada%2028%20September%202011http://www.dentistrytoday.com/aesthetics/242%20pada%2028%20September%202011http://www.dentistrytoday.com/aesthetics/242%20pada%2028%20September%202011http://www.dentistrytoday.com/aesthetics/242%20pada%2028%20September%202011http://www.dentistrytoday.com/aesthetics/242%20pada%2028%20September%202011http://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_3?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=E.%20Frank%20Inskipphttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_2?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=Harry%20A.%20Truehttp://www.amazon.com/s/ref=ntt_athr_dp_sr_1?_encoding=UTF8&sort=relevancerank&search-alias=books&field-author=William%20H.%20O.%20McGeheehttp://www.researchgate.net/publication/42349902_Perubahan_Dimensi_Pada_Dental_Amalgamhttp://www.researchgate.net/publication/42349902_Perubahan_Dimensi_Pada_Dental_Amalgamhttp://ilmudoktergigi.blogspot.com/2009/02/biokompatibilitas-amalgam_12.html -
8/13/2019 Restorasi Kelas II Amalgam
22/22
Kidd, E. A. M., et al. 2003. Pickards Manual of Operative Dentistry. Eight edition.
New York: Oxford University Press Inc.
Pradopo S dan Saskianti T, 2007, Mengatasi Kegagalan Restorasi Klas II Pada Gigi
Sulung.dentika Dental Journal, vol. 12, no.1: 75-80
Roberson, T.M., Heymann, H.O., Swift, Jr., E.J., 2006, Sturdevants Art and Science of
Operative Dentistry, 5thedition, Mosby, St. Louis, pp. 705,743-744,763-764
Sherwood, I. Anand Ph.D. 2010. Essentials of Operative Dentistry. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher.
Mamoun, J. S dan Ahmed, M. K. 2006. Amalgam matrix for class II and class V preparations
connected at the proximal box. JADA. Vol 137. 186-189
Gatot sutrisno.www.staff.ui.ac.id.2009. minimal intervention-preparasi bahan tambal.
http://d/Abid's%20File/Kuliah/Semester5/konservasi%202/www.staff.ui.ac.idhttp://d/Abid's%20File/Kuliah/Semester5/konservasi%202/www.staff.ui.ac.idhttp://d/Abid's%20File/Kuliah/Semester5/konservasi%202/www.staff.ui.ac.idhttp://d/Abid's%20File/Kuliah/Semester5/konservasi%202/www.staff.ui.ac.id