lap prak imkg 2 amalgam

14
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2 Topik : Amalgam Grup : C-6 Tgl. Praktikum: 27 September 2012 Pembimbing : Helal Soekartono, drg., MKes. Penyusun: 1. Imam Mahmuda Silallahi 021111171 2. Fitri Dwi Agus Pratiwi 021111373 3. Muhammad Dimas R. 021111381 4. Meyvia Rifka R. 021111382 5. Jovita Dian M. H. 021111391 1

Upload: jovita-dian

Post on 02-Aug-2015

571 views

Category:

Documents


38 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2

Topik : Amalgam

Grup : C-6

Tgl. Praktikum: 27 September 2012

Pembimbing : Helal Soekartono, drg., MKes.

Penyusun:

1. Imam Mahmuda Silallahi 021111171

2. Fitri Dwi Agus Pratiwi 021111373

3. Muhammad Dimas R. 021111381

4. Meyvia Rifka R. 021111382

5. Jovita Dian M. H. 021111391

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2012

1

Page 2: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

1. TUJUAN

1.1 Mampu memanipulasi bahan restorasi amalgam dengan benar

menggunakan perbandingan antara bubuk amalgam dengan merkuri tepat.

1.2 Mampu membedakan antara hasil triturasi bahan restorasi amalgam secara

manual dengan mekanik.

1.3 Mampu melakukan aplikasi bahan restorasi amalgam dalam kavitas

(cetakan model) dengan tepat.

2. METODE KERJA

2.1 Bahan

a. Bubuk amalgam

b. Cairan merkuri

Gambar 1. Cairan merkuri

2.2 Alat

a. Mortar dan pestle amalgam

Gambar 2. mortar dan pestle

b. Kain kasa

Gambar 3. kain kasa

2

Page 3: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

c. Cetakan model

Gambar 4. Cetakan model

d. Dispenser bubuk amalgam

e. Dispenser cairan merkuri

Gambar 5. Dispenser merkuri

f. Stopwatch

g. Spatula semen

h. Brander

i. Kondeser amalgam, pistol amalgam, sonde, burnisher, pinset, pisau

model

Gambar 6. Kondeser amalgam, pistol amalgam, sonde, burnisher, pinset, pisau model

o. Timbangan digital

Gambar 7. Timbangan digital

3

Page 4: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

p. Kapsul

q. Amalgamator

Gambar 8. Amalgamator

2.3 CARA KERJA

2.3.1 Triturasi secara Manual

a. Bubuk amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak satu kali

tekanan (arah tegak lurus) lalu ditimbang kemudian dimasukkan

dalam mortar.

Gambar9.Penimbangan bubuk amalgam

b. Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak satu kali

tekanan (arah tegak lurus) lalu ditimbang kemudian dimasukkan

dalam mortar yang telah berisi bubuk amalgam.

c. Bubuk amalgam dan cairan merkuri diaduk dengan cara menekan

pestle pada dinding mortar (pen-type grip) dengan gerakan

memutar sampai homogen selama 60 detik. Pada saat mulai

pengadukan waktu dicatat.

4

Page 5: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

Gambar10.Pengadukan amalgam

d. Adonan yang telah diaduk dimasukkan ke dalam kain kasa,

kelebihan merkuri dikeluarkan dengan cara memeras dalam kain

kasa. Kain kasa dijepit kuat dengan pinset kemudian kain kasa

diputar dan digerakkan ke atas, maka sisa merkuri akan keluar

dari kasa. Pekerjaan ini dilakukan beberapa kali sampai tidak ada

sisa merkuri yang keluar dari kasa.

e. Adonan dari kain kasa diambil dengan amalgam pistol

dimasukkan dalam cetakan model. Penempatan adonan amalgam

dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil dilakukan

kondensasi menggunakan kondenser sampai adonan padat.

Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model

penuh, kemudian dihaluskan deng burnisher. Kekerasan

permukaan diamati dengan menggurat permukaan amalgam

menggunakan sonde.

f. Amalgam ditunggu sampai mengeras. Waktu yang diperlukan

sampai amalgam mengeras dicatat.

2.3.2 Triturasi secara Mekanik

a. Sambungkan listrik amalgamator ke sumber listrik.

b. Kapsul yang telah berisi amalgam dan merkuri sesuai takaran

pabrik, diletakkan di tempat pengaduk pada amalgamator dengan

tepat.

c. Tentukan waktu pengadukan 10 detik dan 20 detik. Tentukan

kecepatan pengadukan dengan menekan tombol High. Kemudian

tombol ON dinyalakan.

5

Page 6: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

d. Triturasi sesuai waktu yang ditentukan, selanjutnya kapsul

dikeluarkan dari amalgamator. Kapsul dibuka dan amalgam

diletakkan di atas kain kasa, kemudian di peras.

e. Adonan pada kain kasa diambil dengan amalgam pistol,

dimasukkan ke cetakan model. Penempatan adonan amalgam

dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil dilakukan

kondensasi menggunakan kondenser sampai adonan padat.

Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model

penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher,.

f. Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan

amalgam menggunakan sonde. Polishing dilakukan minimal 24

jam setelah amalgam mengeras.

3. HASIL PRAKTIKUM

NO TRITURASI INITIAL SETTING

1 Manual (I) 26 menit

2 Manual (2) 24 menit

3 Mekanik 14 menit

Dari hasil praktikum didapatkan initial setting pada percobaan pertama

yaitu triturasi secara manual selama 26 menit. Sedangkan pada percobaan kedua

yaitu triturasi secara manual pula, didapatkan initial setting yang lebih cepat yakni

24 menit. Sedangkan initial setting triturasi secara mekanik selama 14 menit.

4. DISKUSI

Triturasi adalah salah satu dari variabel yang sangat

penting. Namun,sebelum melakukan triturasi,baik triturasi

manual maupun mekanik, hal yang perlu dilakukan terlebih

dahulu adalah menakar bubuk amalgam dancairan merkuri.

Perbandingan takaran cairan merkuri dan bubuk amalgam yang

dipakai adalah 1:1. Cairan merkuri ditimbang sesuai takaran

yangtelah ditentukan , yaitu maksimal 0,50 gr, baru kemudian

6

Page 7: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

bubuk amalgam ditakar, juga maksimal 0,50 gr. Hal ini dilakukan

karena pengukuran merkuri lebih susah bila dibandingkan

dengan pengukuran takaran bubuk amalgam.Waktu triturasi

yang dibutuhkan tergantung dari jenis logam campuranyang

digunakan, serta teknik pencampuran dan kelarutannya. Logam

jenis spherical alloy cenderung membutuhkan waktu triturasi

yang pendek. Inidikarenakan partikelnya lebih mudah terbasahi

daripada lathe-cut alloy.

Waktu triturasi yang tepat tergantung pada teknik

pencampuran pada sistem yang berjalan dengan kecepatan

4000 rpm dan pergerakan sekitar 50 mm, waktu amalgamasi

dapat berlangsung sekitar 5 detik. Untuk sistem yang lebih

lambat, dengan kecepatan 2600 rpm waktu triturasi bisa mejadi

20 detik atau lebih. Jika ditemukan bahwa amalgam setting

terlalu cepat,maka waktu triturasi harus ditingkatkan dan bukan

diturunkan sepperti yang kebanyakan dilakukan, triturasi

tambahan akan menyediakan lebih banyak campuran yang

plastis dengan waktu kerja yang lebih lama. (VanNoort, 2007,

p.89-90)

Triturasi dapat dilakukan dengan tangan atau juga dapat

menggunakan mesin elektrik yang dapat menggetarkan kapsul

berisi merkuri dan alloy (amalgamator). Untuk triturasi manual

menggunakan tangan, alat yang umum digunakan adalah

mortar, dari kaca dan pestle berupa pengaduk dengan

permukaan kasar. Rasio alloy dan merkuri yang rendah sangat

dianjurkan untuk menghasilkan hasil campuran yang efektif dan

harus diperhatikan bahwa tekanan yang diberikan tidak boleh

terlalu besar untuk menghindari terbentuknya pecahan partikel

alloy yang dapat mengubah sifat dari hasil pencampuran.

Beberapa produk disarankan setidaknya selama 40 detik

dilakukan triturasi untuk mencapai partikel alloy basah secara

menyeluruh. Triturasi menggunakan tangan tidak dipakai secara

7

Page 8: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

umum di negara-negara berkembang. Triturasi csecara mekanik

jauh lebihumum digunakan disini.

Pada teknik triturasi secara mekanik, merkuri dan alloy

dimasukkan dalam sebuah kapsul yang akan digetarkan pada

mesin yang disebut amalgamator. Waktu triturasi yang normal

adalah sekitar 5-20 detik,tergantung kecepatan yang dimiliki

amalgamator. (Mc Cabe and Walls,2008, p.191-192).

Dalam percobaan triturasi manual, cairan merkuri dituang

pada bubuk amalgam yang ada di mortar, kemudian diaduk

dengan cara menekan pestle pada dinding mortar hingga

homogen selama 40 detik. Posisi pestle yang dipakai untuk

mengaduk, bagian permukaanya yang tidak rata berada di

bawah (berhadapan langsung dengan mortar ). Dalam percobaan

triturasi mekanik, kapsul berisi bubuk amalgam dan cairan

merkuri yang telah ditakar diletakkan pada tempat pengaduk

pada amalgamator. Amalgamator dapat diatur lama triturasi dan

kecepatannya sesuai dengan yang dibutuhkan. Keuntungan

triturasi secara mekanik antara lain; didapatkan hasil

pencampuran yang seragam (homogen), waktu untuk proses

triturasi lebihpendek daripada triturasi secara manual, dan rasio

alloy dan merkuri yanglebih besar dapat digunakan dalam teknik

triturasimekanik . (Mc Cabe andWalls, 2008, p.192). Selain itu,

triturasi secara mekanik dapat mengurangi adanya kontaminasi

antara merkuri dengan pekerja.

Menurut (Anusavice, 2003, p. 522-523) penyebab utama penuangan

merkuri yang tidak akurat adalah merkuri yang terkontaminasi, yang

menyebabkan bahan pencemar terperangkap di dalam dispenser dan mulut

dispenser. Jika hal-hal tersebut tidak dikontrol maka keluarnya merkuri dapat

bervariasi 3% atau 4%. Apabila digunakan metode rasio cairan merkuri : bubuk

amalgam yang rendah, variasi persentase merkuri dapat menghasilkan adonan

amalgam yang tidak dapat dipakai. Ketidaktepatan rasio bubuk dan cairan karena

8

Page 9: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

ketidakakuratan timbangan yang digunakan, dapat membuat adonan amalgam

lebih cepat atau lebih lambat waktu settingnya.

Pada proses pemerasan, tiap-tiap orang memiliki kekuatan yang berbeda-

beda. Kemungkinan, jumlah cairan merkuri yang keluar dari kedua percobaan

tidak sama, sehingga rasio bubuk dan cairan tidak sesuai. Menurut (Anusavice,

2003, p.521-522) pada tahap awal, pembuangan kelebihan merkuri dilakukan

dengan memeras campuran amalgam dalam kain kasa sebelum dimasukkan ke

dalam preparasi yang telah dibuat. Selain itu, kelebihan merkuri akan terdorong ke

atas pada saat proses kondensasi, dan kelebihan ini dibuang sementara campuran

amalgam terbentuk menjadi restorasi. Sekalipun dihasilkan restorasi yang bagus

dari prosedur tersebut, namun jumlah merkuri yang dibuang dengan menggunakan

kain kasa dan saat kondensasi bervariasi. Oleh karena itu, ada kemungkinan

terjadi kesalahan.

Pada proses kondensasi, pemberian kekuatan tekanan yang berbeda akan

mengurangi kepadatan pada cetakan sehingga akan mempengaruhi waktu setting.

Menurut (Anusavice, 2003, p. 527) tujuan kondensasi adalah memadatkan

amalgam ke dalam kavitas yang telah dipreparasi sehingga tercapai kepadatan

yang maksimal, dengan jumlah merkuri yang cukup untuk menjamin kelanjutan

tahap matriks di antara partikel-partikel amalgam. Pada amalgam dengan

kandungan merkuri yang tinggi, kondensasi harus berhasil mengangkat merkuri

ke permukaan agar penambahan amalgam berikutnya dapat menyatu dengan baik.

Tujuan utamanya adalah melepaskan kelebihan merkuri dari setiap penambahan

amalgam hingga lapisan teratas, dengan prosedur kondensasi.

Kondensasi juga dapat dilakukan dengan cara mekanis. Prosedur, prinsip,

dan hasil klinis dari kondensasi mekanis sama dengan kondensasi dengan tangan.

Perbedaanya adalah bahwa pemadatan amalgam dilakukan dengan alat otomatis.

Kelebihan dari kondensasi mekanis adalah tenaga yang diperlukan lebih sedikit

dibandingkan kondensasi dengan tangan. Perbedaan tekanan dalam proses

kondensasi akan mempengaruhi setting time. Kekuatan tekanan yang diberikan

oleh amalgamator tentunya berbeda dengan tekanan yang dilakukan secara

manual. Tekanan yang diberikan amalgamator lebih besar dan cepat daripada

9

Page 10: Lap Prak IMKG 2 Amalgam

secara manual. Tekanan yang lebih kuat dan cepat akan menghasilkan setting time

yang semakin cepat karena adonan semakin homogen. (Anusavice, 2003, p.530)

Menurut (Anusavice, 2003, p. 525) setiap amalgam mempunyai kepekaan yang

berbeda terhadap waktu triturasi. Alloy berbentuk spherical cenderung untuk

tercampur lebih mudah dan secara umum membutuhkan waktu triturasi yang lebih

pendek. Hal ini karena partikel lebih mudah terbasahi daripada partikel lathe-cut.

Mengacu pada (Anusavice, 2003, p. 522) rasio yang dianjurkan untuk

lathe-cut alloy modern adalah 1:1, atau 50% merkuri, meskipun persentasi ini

juga bervariasi. Untuk alloy dengan bentuk partikel sferis jumlah merkuri yang

dianjurkan sekitar 42%. Pada percobaan dengan triturasi secara manual, tidak

diketahui bentuk partikelnya sehingga tidak dapat diketahui secara pasti berapa

besar rasio yang harus digunakan. Kapsul yang digunakan pada percobaan, telah

terisi dengan bubuk amalgam dan cairan merkuri dengan rasio yang telah

ditetapkan oleh pabrik dan tidak diketahui bentuk partikelnya. Dengan begitu,

waktu setting yang lebih lambat atau lebih cepat pada percobaan mungkin dapat

terjadi karena ketidaktepatan rasio bubuk dan cairan seperti pada anjuran untuk

masing-masing bentuk partikel.

5. KESIMPULAN

Initial setting amalgam yang didapatkan dengan triturasi menggunakan

amalgamator lebih singkat dibandingkan dengan triturasi amalgam dengan

menggunakan metode manual.

6. DAFTAR PUSTAKA

Anusavice KJ. 2003. Phillips' Science of Dental Materials 11th ed. St. Louis:

Elsevier. p. 521-523, 525, 527, 530

Mac Cabe J.F. and Walls A.W.G.Applied Dental Materials. 9thed.Oxford.

Blackwell Publishing Ltd. 2008

Powers J.M and Wataha J.C.Dental Materials. 9thed. St Louis. MosbyElsevier.

2008

Van Noort R.Introduction to Dental Materials. 3th ed. London, NewYork, Mosby.

Elsevier Limited. 2007

10