sastra-melayu-klasik

Upload: misbachul-munirul-ehwan

Post on 14-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

v

TRANSCRIPT

SASTRA MELAYU KLASIK

SASTRA MELAYU KLASIK

(SASTRA INDONESIA LAMA)

PENGANTARSastra Melayu Klasik sudah eksis di tanah air sejak abad ke-16 Masehi. Semenjak itu hingga sekarang gaya bahasanya tak banyak mengalami perubahan. Naskah pertama yang tertulis dalam bahasa Melayu klasik berupa sepucuk surat dari raja Ternate, Sultan Abu Hayat kepada raja Joo III di Portugal berangka tahun 1521 Masehi.

Hampir semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia Lama tidak diketahui kapan munculnya. Yang dapat dikatakan adalah bahwa Sastra Indonesia Lama muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban bangsa Indonesia, sementara kapan bangsa Indonesia itu ada juga masih menjadi perdebatan. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa kebangkitan nasional (1908), masa Balai Pustaka (1920), masa munculnya Bahasa Indonesia (1928), ada pula yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (1800-an). Alhasil, ada dua versi besar periodisasi sastra Indonesia. Versi pertama adalah bahwa sejarah sastra Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Baru, 3) Sastra Indonesia Modern. Sedangkan versi kedua membagi sejarah sastra Indonesia menjadi empat kelompok besar, yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Peralihan, 3) Sastra Indonesia baru,4) Sastra Indonesia Modern.Sastra Indonesia Lama adalah masa sastra mulai pada masa pra-sejarah (sebelum suatu bangsa mengenal tulisan) dan berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Ada juga yang mengatakan bahwa sastra Indonesia lama berakhir pada masa balai Pustaka. Sastra Indonesia Lama tidak dapat digolong-golongkan berdasarkan jangka waktu tertentu (seperti halnya Sastra Indonesia baru) karena hasil-hasil dari sastra masa ini tidak mencantumkan waktu dan nama pengarangnya.

Beberapa pembagian Sastra Indonesia Lama adalah sebagai berikut

A. Berdasarkan bentuknya, sastra Indonesia Lama dibagi menjadi dua

1. Prosa lama

2. Puisi Lama

B. berdasarkan isinya, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu

1. Sastra Sejarah

2. Sastra Undang-Undang

3. Sastra petunjuk Bagi Raja atau Penguasa

C. Berdasarkan pengaruh asing, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu

1. Sastra Indonesia Asli

2. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Hindu

3. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam

Ciri-ciri kesusastraan Indonesia Lama, yaitu :1. Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan dalam karya sastra.

2. Merupakan milik bersama masyarakat.

3. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat

4. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana

5. Disebarkan secara lisan

6. Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap.Jabatan/orang yang sangat berjasa dalam penyebaran sastra Indonesia Lama adalah pawang. Ia adalah kepala adat (istilah sekarang mungkin sama dengan dukun dalam kebudayaan Jawa). Jabatan ini berbeda dengan kepala suku. Menurut Dick Hartoko dan Rahmanto, pawang dikenal sebagai orang yang mempunyai keahlian yang erat hubungannya dengan hal-hal yang gaib. Ia termasuk orang yang keramat dan dapat berhubungan dengan para dewa atau hyang. Pawang terbagi atas pawang kutika (ahli bercocok tanam dan hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga), pawang osada (ahli dalam jampi-jampi), pawang malim (ahli dalam pertenungan), dan pawang pelipur lara (ahli bercerita).

SASTRA INDONESIA LAMA BERDASARKAN BENTUKNYA

A. PROSA LAMA

1. Dongeng

Dongeng adalah prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya ada dalam fantasi pengarang.

Dongeng dibedakan menjadi

a. Fabel, yaitu dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B. Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral).

b. Farabel, yaitu dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.

c. Legende, yaitu dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.

d. Mite, yiatu dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan animisme.

e. Sage, yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage berasal dari kata jerman was gesagt wird yang berarti apa yang diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya historis, terjadi di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan tentang roh-roh halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau mengenai tokoh-tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan dunia gaib. Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng yang biasanya optimis)

2. Hikayat

Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan mukjizat tokoh utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentuk riwayat hidup.Contoh : Hikayat Hang Tuah.3. Tambo

Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang kejadian atau asal-usul keturunan raja.

4. Wira Carita (Cerita Kepahlawanan)

Wira carita adalah cerita yang pelaku utamanya adalah seorang kesatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.

B. PUISI LAMA

1. Mantra

Mantra adalah kata-kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib. Mantra sering diucapkan oleh dukun atau pawang, namun ada juga seorang awam yang mengucapkannya.

2. Bidal.

Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang termasuk dalam kategori bidal adalah

a. Ungkapan, yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.

b. Peribahasa , yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.

c. Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang menjelaskan.

d. Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.

e. Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.

f. Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau pemacu semangat.

3. Pantun

Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).

Ciri-ciri pantun adalah

a. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.

b. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).

c. Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).

d. Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)

e. Beralun dua

Contoh : Kayu cendana diatas batuSudah diikat dibawa pulangAdat dunia memang begituBenda yang buruk memang terbuangBerdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi :a. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.

b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua langsung isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya dipakai untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung. Contoh: "Sudah gaharu cendana pula Sudah tahu masih bertanya pula"c. Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.

d. Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya (bisa 6-20 baris), separuh merupakan sampiran, dan separuh lainnya merupakan isi.Contoh :Kalau anak pergi ke pekanYu beli belanak beliIkan panjang beli dahuluKalau anak pergi berjalanIbu cari sanakpun cariInduk semang cari dahulu

e. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa). Merupakan bentuk puisi Karya Sastra Melayu Klasik, berisi pepetah ataupun perumpamaan mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Lumrahnya ditulis empat baris menggunakan bentuk pantun atau syair, kadang kala bisa juga ditemukan pada seloka yang ditulis lebih dari empat-baris.contoh : Anak pak dolah makan lepatmakan lepat sambil melompatnak hantar kad raya dah tak sempatpakai sms pun ok wat ?Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi :a. Pantun anak-anak

pantun bersuka cita

pantun berduka cita

b. Pantun muda

pantun perkenalan

pantun berkasih-kasihan

pantun perceraian

pantun beriba hati

pantun dagang

c. Pantun tua

pantun nasehat

pantun adat

pantun agama

d. Pantun jenaka

e. Pantun teka-teki

4. Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua lariknya merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut hubungan sebab-akibat. Baris pertama merupakan syaratnya sedangkan baris kedua merupakan jawabannya. Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul pengaruh kebudayaan Hindu.

Contoh : Gurindam Dua Belas Kumpulan gurindam karya Raja Ali Haji, Kepulauan Riau. Dinamakan Gurindam Dua Belas sebab berisi 12 masalah, diantaranya tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.5. Syair

Kata syair berasal dari bahasa Arab syuur yang artinya perasaan. Syair timbul setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari empat baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi.

Ciri-ciri syair, yaitu :a. terdiri dari empat baris

b. tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)

c. persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna

d. tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi

e. terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan

f. biasanya berisi cerita atau berita.

6. Prosa liris (kalimat berirama)

Prosa liris adalah prosa yang di dalamnya masih terdengar adanya irama.

7. Puisi-puisi Arab

Bentuk-bentuk puisi Arab adalah

a. Masnawi, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama dengan disthikon). Skema persajakannya berpasangan aa,bb,cc, dan seterusnya) dan beiri puji-pujian untuk pahlawan.

b. Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau kasih sayang.

c. Kitah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).

d. Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanza atau oktaaf).

e. Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.

Di samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk lain yang perlu dikenal walaupun sebenarnya tidak murni berasal dari Sastra Melayu. Bentuk-bentuk tersebut adalah :1. Kaba

Adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional yang dapat didendangkan. Biasanya orang lebih tertarik pada cara penceritaan daripada isi ceritanya. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun temurun. Contohnya adalah cerita Sabai nan Aluih.

2. Kakawin

Adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan yang mempergunakan metrum dari India (Tambo). Berkembang pada masa Kediri dan Majapahit. Penyairnya disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha, dan negarakertagama.

3. Kidung

Jenis puisi Jawa Pertengahan yang mempergunakan persajakan asli Jawa.

4. Parwa

Adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos dalam bahasa sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di seluruh teks parwa yang biasanya berbahasa Jawa Kuno.

5. Cerita Pelipur Lara

Sejenis sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan menceritakan tentang kegagahan dan kehebatan seorang ksatria tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam usahanya merebut putri cantik jelita yang akan dipersunting. (Hampir sama dengan hikayat).Mengidentifikasi Sastra Melayu Klasik Pernahkah kita membaca karya sastra Melayu klasik? Sejak dahulu, bangsa kita mengenal karya sastra. Salah satunya, karya sastra Melayu klasik. Sastra Melayu klasik tidak hanya menjadi wujud ekspresi masyarakat Melayu saat itu, tetapi juga sebagai penyampai nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, mengapresiasi sastra Melayu klasik sangat bermanfaat bagi hidup kita.Dalam pembelajaran-pembelajaran sebelumnya kita belajar berbagai informasi yang berhubungan dengan kehidupan modern, kali ini kita akan mengambil manfaat dengan belajar mengapresiasi sastra Melayu klasik. Bacalah karya Melayu klasik berikut :

Setelah membaca karya sastra Melayu klasik tersebut, Anda dapat mengidentifikasinya. Anda dapat mengidentifikasi ciri-ciri karya sastra Melayu klasik tersebut. Anda juga dapat mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik tersebut.Ada beberapa ciri-ciri yang dapat Anda identifikasi dari karya sastra Melayu klasik tersebut, di antaranya: Menggunakan bahasa Melayu klasik menghubungkan cerita dengan kejadian alam atau tempat, berkisah tentang kerajaan (istana sentris).Dari hasil membaca sendiri karya sastra Melayu klasik tersebut, apakah ada ciri-ciri lain yang kalian temukan dari karya sastra Melayu klasik tersebut?Selain ciri-ciri karya sastra Melayu klasik tersebut, Anda juga dapat mengidentifikasi unsur-unsur intrinsiknya. Sebelum mengidentifikasi unsur-unsur tersebut, sebaiknya Anda pahami terlebih dahulu unsur-unsur intrinsik tersebut.Unsur-unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik hampir sama dengan karya sastra prosa lainnya, seperti tema, alur, latar, penokohan, dan amanat.1. Tema adalah dasar cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita.2. Alur atau plot adalah struktur penceritaan yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur tersebut ada yang berupa alur maju, alur mundur, atau alur campuran.

3. Penokohan adalah pelukisan atau pendeskripsian atau pewatakan tokoh-tokoh dalam cerita.

4. Latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan keadaan terjadinya suatu peristiwa.5. Amanat adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam cerita.Seperti yang telah Anda baca, karya sastra Melayu klasik menggunakan bahasa Melayu klasik. Anda dapat menuliskan kembali karya sastra Melayu klasik tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri. Untuk dapat melakukannnya, Anda harus memahami isinya, baru Anda ceritakan tanpa harus terpaku pada bahasa asli karya sastra tersebut. Oleh karena itulah, Anda perlu membaca karya tersebut dengan saksama.Sekarang, untuk mengasah pemahaman Anda tentang karya sastra Melayu klasik, kerjakanlah latihanberikut.

DAFTAR PUSTAKA

Belang, Mia. Dkk. 1992. Pelajaran Bahasa Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.

Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh Islam. Yogyakarta : Percetakan Lukman.

Djamaris, Edwar. 1984. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan daerah.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta : Kanisius.

Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suparni. 1987. Bahasa dan Sastra Indonesia Berdasarkan Kurikulum 1984. Bandung : Aditya.Lembar Komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh Agustinus Suyoto, S.Pd

SMU Stella Duce 2 Yogyakarta

Hikayat Patani

Bismillahirrahmanirrahiim. Wabihi nastainu, biIlahi al a'la.Inilah suatu kisah yang diceritakan oleh orang tua-tua, asal raja yang berbuat negeri PataniDarussalam itu.

Adapun raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana. Maka Paya Tu Kerub Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai anakanda baginda itu Paya Tu Antara. Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Kerub Mahajana pun matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu. Ia menamai dirinya Paya Tu Naqpa.

Selama Paya Tu Naqpa kerajaan itu sentiasa ia pergi berburu. Pada suatu hari Paya Tu Naqpa pun duduk diatas takhta kerajaannya dihadap oleh segala menteri pegawai hulubalang dan rakyat sekalian. Arkian maka titah baginda: "Aku dengar khabarnya perburuan sebelah tepi laut itu terlalu banyak konon."

Maka sembah segala menteri: "Daulat Tuanku, sungguhlah seperti titah Duli Yang Mahamulia itu, patik dengar pun demikian juga."

Maka titah Paya Tu Naqpa: "Jikalau demikian kerahkanlah segala rakyat kita. Esok hari kita hendakpergi berburu ke tepi laut itu."

Maka sembah segala menteri hulubalangnya: "Daulat Tuanku, mana titah Duli Yang Mahamulia patik junjung."

Arkian setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun berangkatlah dengan segala menteri hulubalangnya diiringkan oleh rakyat sekalian. Setelah sampai pada tempat berburu itu, maka sekalian rakyat pun berhentilah dan kemah pun didirikan oranglah. Maka baginda pun turunlah dari atas gajahnya semayam didalam kemah dihadap oleh segala menteri hulubalang rakyat sekalian.

Maka baginda pun menitahkan orang pergi melihat bekas rusa itu. Hatta setelah orang itu datang menghadap baginda maka sembahnya: "Daulat Tuanku, pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu banyak bekasnya."

Maka titah baginda: "Baiklah esok pagi-pagi kita berburu"Maka setelah keesokan harinya maka jaring dan jerat pun ditahan oranglah. Maka segala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan segala perburuan itu dari pagi-

pagi hingga datang mengelincir matahari, seekor perburuan tiada diperoleh. Maka baginda pun amat hairanlah serta menitahkan menyuruh melepaskan anjing perburuan baginda sendiri itu. Maka anjing itu pun dilepaskan oranglah. Hatta ada sekira-kira dua jam lamanya maka berbunyilah suara anjing itu menyalak. Maka baginda pun segera mendapatkan suara anjing itu.

Setelah baginda datang kepada suatu serokan tasik itu, maka baginda pun bertemulah dengan segala orang yang menurut anjing itu. Maka titah baginda: "Apa yang disalak oleh anjing itu?"Maka sembah mereka sekalian itu: "Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun dan karunia. Ada seekor pelanduk putih, besarnya seperti kambing, warna tubuhnya gilang gemilang. Itulah yang dihambat oleh anjing itu. Maka pelanduk itu pun lenyaplah pada pantai ini."Setelah baginda mendengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat berjalan kepada tempat itu. Maka baginda pun bertemu dengan sebuah rumah orang tua laki-bini duduk merawa dan menjerat. Maka titah baginda suruh bertanya kepada orang tua itu, dari mana datangnya maka ia duduk kemari ini dan orang mana asalnya.

Maka hamba raja itu pun menjunjungkan titah baginda kepada orang tua itu. Maka sembah orang tua itu: "Daulat Tuanku, adapun patik ini hamba juga pada kebawah Duli Yang Mahamulia, karena asal patik ini duduk di Kota Maligai. Maka pada masa Paduka Nenda berangkat pergi berbuat negeri ke Ayutia, maka patik pun dikerah orang pergi mengiringkanDuli Paduka Nenda berangkat itu. Setelah Paduka Nenda sampai kepada tempat ini, maka patik pun kedatangan penyakit, maka patik pun ditinggalkan oranglah pada tempat ini."Maka titah baginda: "Apa nama engkau?"Maka sembah orang tua itu: "Nama patik Encik Tani."

Setelah sudah baginda mendengar sembah orang tua itu, maka baginda pun kembalilah pada kemahnya.Dan pada malam itu baginda pun berbicara dengan segala menteri hulubalangnya hendak berbuat negeri pada tempat pelanduk putih itu. Setelah keesokan harinya maka segala menteri hulubalang pun menyuruh orang mudik ke Kota Maligai dan ke Lancang mengerahkan segala rakyat hilir berbuat negeri itu. Setelah sudah segala menteri hulubalang dititahkah oleh baginda masingmasing dengan ketumbukannya, maka baginda pun berangkat kembali ke Kota Maligai.

Hatta antara dua bulan lamanya, maka negeri itu pun sudahlah. Maka baginda pun pindah hilir duduk pada negeri yang diperbuat itu, dan negeri itu pun dinamakannya Patani Darussalam (negeri yang sejahtera). Arkian pangkalan yang di tempat pelanduk putih lenyap itu (dan pangkalannya itu) pada Pintu Gajah ke hulu Jambatan Kedi, (itulah. Dan) pangkalan itulah tempat Encik Tani naik turun merawa dan menjerat itu. Syahdan kebanyakan kata orang nama negeri itu mengikut nama orang yang merawa itulah. Bahwa sesungguhnya nama negeri itu mengikut sembah orang mengatakan pelanduk lenyap itu. Demikianlah hikayatnya.

Sumber: Hikayat Seribu Satu Malam

PAGE 4