bapak fisuf hisoriografi islam melayu klasik

31
Historiografi Melayu Sufistik Syair Perang Mengkasar 1 Abstrak Syair Perang Mengkasar mengisahkan sejarah Perang Makassar yang terjadi antara tahun 1666-1669. Perang antara pihak Makassar 2 yang terdiri dari Goa dan Tallo pada salah satu pihak (keduanya lazim disebut Makassar) yang meliputi Melayu, Wajo, Mandar Bima, Sumbawa, Dompu dan Minangkabau serta Portugis melawan, Belanda dengan sekutunya Bugis, Soppeng, Ternate, Ambon, dan Buton. Perang ini berakhir dengan kemenangan pihak Belanda. Dalam menjelaskan perang ini penulisnya menempatkan Sultan Goa dan sekutunya sebagai pihak yang benar, sementara itu lawan-lawannya digambarkan sebagai, pencuri sesat, bidaah, hantu, iblis dan syetan. Hal ini menarik karena biasanya penulis sejarah tradisional mendukung pihak yang menang. Selain itu sekilas syair ini sama dengan historiografi tradisional lainnya. Akan tetapi jika diamati lebih cermat akan tampak bahwa ia memiliki perbedaan dengan karya lain sejenis, di antaranya sifatnya yang sufistik. Peper ini berupaya menjelaskan latar belakang dan metodologi penulisannya, sehingga syair ini patut disebut sebagai historiografi Melayu sufistik. 1 Peper ini dibuat untuk dipresentasikan di Universitas Hankuch, Korea. 2 Ejaan Mengkasar digunakan untuk menyebut Syair Perang Mengkassar karya Enci Amin, sedangkan Makassar digunakan untuk menyebutkan kota Makassar atau suku bangsa Makassar di Sulawesi Selatan. 1

Upload: arahman-ali

Post on 15-Dec-2015

277 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu klasik

TRANSCRIPT

Page 1: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Historiografi Melayu Sufistik Syair Perang Mengkasar1

Abstrak

Syair Perang Mengkasar mengisahkan sejarah Perang Makassar yang terjadi antara tahun 1666-1669. Perang antara pihak Makassar2 yang terdiri dari Goa dan Tallo pada salah satu pihak (keduanya lazim disebut Makassar) yang meliputi Melayu, Wajo, Mandar Bima, Sumbawa, Dompu dan Minangkabau serta Portugis melawan, Belanda dengan sekutunya Bugis, Soppeng, Ternate, Ambon, dan Buton. Perang ini berakhir dengan kemenangan pihak Belanda. Dalam menjelaskan perang ini penulisnya menempatkan Sultan Goa dan sekutunya sebagai pihak yang benar, sementara itu lawan-lawannya digambarkan sebagai, pencuri sesat, bidaah, hantu, iblis dan syetan. Hal ini menarik karena biasanya penulis sejarah tradisional mendukung pihak yang menang. Selain itu sekilas syair ini sama dengan historiografi tradisional lainnya. Akan tetapi jika diamati lebih cermat akan tampak bahwa ia memiliki perbedaan dengan karya lain sejenis, di antaranya sifatnya yang sufistik. Peper ini berupaya menjelaskan latar belakang dan metodologi penulisannya, sehingga syair ini patut disebut sebagai historiografi Melayu sufistik.

1 Peper ini dibuat untuk dipresentasikan di Universitas Hankuch, Korea.2 Ejaan Mengkasar digunakan untuk menyebut Syair Perang Mengkassar karya Enci Amin, sedangkan Makassar digunakan untuk menyebutkan kota Makassar atau suku bangsa Makassar di Sulawesi Selatan.

1

Page 2: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Historiografi Melayu Sufistik Syair Perang Mengkasar

Pendahuluan

Sebagai suatu peninggalan tertulis Syair Perang Mengkasar menarik untuk dikaji, karena

merupakan perpaduan karya sastra, sejarah dan relegi berbahasa Melayu dan huruf Melayu

tentang suatu kerajaan yang memiliki bahasa dan huruf tersendiri. Pada masa itu Goa memiliki

tulisan tersendiri, yakni huruf lontara Jangang-jangang, dan punya bahasa sendiri yaitu bahasa

Makassar. Syair ini ditulis oleh Enci Amin seorang keturunan Melayu Johor dan Makassar

dengan subyektivitas budaya Melayu, namun mengagumi Sultan Goa. Syair Perang Mengkasar

mengisahkan peristiwa sejarah Perang Makassar yang terjadi antara tahun 1666-1669. Perang

antara pihak Makassar yang terdiri dari Goa dan Tallo pada salah satu pihak (keduanya lazim

disebut Mengkasar) yang meliputi Melayu, Wajo, Mandar Bima, Sumbawa, Dompu dan

Minangkabau3 serta Portugis melawan, Belanda dengan sekutunya Bugis, Soppeng , Ternate4,

Ambon, Buton5, dan Inggris. Perang ini berakhir dengan kemenangan pihak Belanda Namun

dalam menjelaskan perang ini Enci Amin menempatkan Sultan Goa dan sekutunya sebagai pihak

yang benar, pemberani, dan cerdas, sementara itu lawan-lawannya digambarkan sebagai pihak

yang takut, gentar, pencuri, sesat, bida’ah, sebagai hantu, iblis, syetan dan malang. Hal ini

menarik karena kebanyakan penulis sejarah tradisional ditulis sebagai pujian kepada pihak yang

menang. Peper ini berupaya menjelaskan apa latar belakang dan metodologi penulisannya,

sehingga historiografi ini disebut sebagai historiografi Melayu sufistik. Pembahasan akan

dimulai dengan menjelaskan keseluruhan perang Makasar, latar belakang Enci Amin menulis

historiografi yang memihak Sultan Goa dan karyanya. Khusus untuk karyanya akan dibahas

dimensi metodologi sufistiknya.

Latar Sejarah Syair Perang Mengkassar

3 Skinner,C. (Ed.) Enci’ Amin. (Jurutulis Sultan Hasanuddin) Syair Perang Mengkassar, sebuah reportase sastrawi bergaya Melayu dan Juru tulis Sultan Hasanuddin tentang kejatuhan akan salah satu kerajaan terbesar di awal Abad XVII. Jakarta: KITLV, 2008., p. 103. Bait 229.4 Ibid., p. 103. Bait 222.5 Ibid. p. 102. Bait 221.

2

Page 3: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Perang Makassar terjadi akibat ambisi Belanda untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah

di Maluku, untuk itu Belanda melarang pedagang Makassar, berdagang ke Maluku. Makassar

pada waktu itu adalah kerajaan terbesar di Asia Tenggara yang menganut perdagangan bebas

dan terbuka, telah menikmati berbagai keuntungan. Para pelaut dan niaga Makassar berlayar ke

Maluku menjual produk lokal yakni beras dan tekstil dari Makassar dan selanjutnya ditukar atau

membeli rempah-rempah yang akhirnya dijual ke Malaka atau Jawa. Pada masa itu para pelaut

Makassar telah berlayar di seluruh Nusantara seperti yang dapat diketahui dari Hukum Pelayaran

Amannagapa.

Bisnis rempah-rempah pada abad 15, bahkan sebelumnya sangat menguntungkan. Pelayaran

niaga pada masa itu dilakukan secara berantai. Bermula dari Maluku ke Makassar, selanjutnya ke

Jawa, sesudah itu ke Malaka; dari Malaka selanjutnya ke India, kemudian ke Persia, dan Arab.

Akhirnya ke Mesir atau ke Turki. Dari Mesir ke Romawi (Italia). Minimal Sembilan pedagang

yang diuntungkan oleh pelayaran niaga dari Maluku sampai ke Eropa termasuk Spanyol,

Portugis dan Belanda. Dorongan untuk berlayar selama berbulan-bulan, sudah tentu karena

keuntungan sangat besar. Keinginan mendapat keuntungan yang sangat besar bangsa-bangsa

Eropa, yakni Spanyol, Portugis dan Belanda melakukan pelayaran-pelayaran ke dunia timur.

Mereka bersedia mengeluarkan dana besar, bahkan bersedia berperang untuk memperoleh

rempah-rempah, untuk dijual di pasaran Eropa.

Pelayaran-pelayaran Spanyol dan Portugis telah dimulai pada abad 15 sebagai bagian dari

Perang Salib, oleh karena itu mereka berlayar dengan armada dengan sejumlah besar prajurit

memerangi kerajaan-kerajaan Muslim yang ditemuinya. Demikian Bartolomeus Dias (Portugis)

sesudah berhasil menemukan Tanjung Harapan (di ujung jazirah benua Afrika) pada tahun 1488, ,

Sepuluh tahun berikutnya (1498) Vasco Da Gama melintas Samudera Hindia dan tiba Kalicut, India.

Akhirnya pada tahun 1511 Alfonso de Albuquerque, tiba Nusantara dan menghancurkan kerajaan

Malaka6. Pengungsian terjadi secara besar-besaran. Akibatnya berkembanglah kota-kota pantai

di jalur pelayaran dari Malaka menuju Maluku. Berkembanglah kota-kota pantai utara Jawa

(Banten, Jayakatra, Demak dan lain-lain), Banjarmasin di Kalimantan Selatan bahkan kota-kota

6 Para petualang pelayan-pelayaran itu antara lain, Vasca Da Gama dan Alfonso de Albuquerque. Bartolomesus dias berhasil mmenemukan Tanjung Harapan di ujung Selatan Benua Afrika aKhirnya pada tahun 1511 tiba di Malaka.

3

Page 4: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

pantai di Sulawesi Selatan. Boleh jadi leluhur Enci Amin adalah salah seorang pengungsi

Malaka yang menetap di Goa. Ketika Portugis sampai Sulawesi Selatan, pada masa itu masih

kerajaan Goa belum menganut agama Islam, oleh karena itu tidak terjadi peperangan, melainkan

persahabatan dan perdagangan.

Belanda baru datang ke Nusantara kira-kira satu abad kemudian. Pada 27 Juni 1596 Ekspedisi

Belanda dipimpin Cornelis de Houtman tiba di Banten. Pada 20 Maret 1602 orang-orang

Belanda mendirikan Vereinigde Oostindische Compagnie (VOC), selanjutnya masih pada tahun

yang sama mereka mendirikan kantor dagangnya di Ambon. VOC membayangkan mendapat

keuntungan yang sangat besar dengan cara menjual rempah-rempah langsung dari Maluku ke

Eropa. Keuntungan yang selama ini diperoleh sekitar sembilan pedagang akan diambilnya

sendiri. Realisasinya pada tahun VOC mengeluarkan larangan pedagang Makassar berdagang di

Maluku, untuk mendapatkan monopoli rempah-rempah. Larangan ini sangat merugikan kerajaan

Goa, karena perdagangan rempah-rempah merupakan suatu sumber pendapatan terpenting. Para

bangsawan kehilangan sumber pendapatan dari perdagangan ini. Demikian juga para petani padi

merugi karena produknya tidak dapat dijual ke Maluku. Larangan perdagangan merugikan

seluruh lapisan social penduduk kerajaan Makassar. Hal ini merupakan awal konflik antara Goa

dan VOC.

Namun perang yang sesungguhnya baru dimulai pada tahun 1666, ketika kondisi perekonomian

Makassar sedang krisis. Pada pihak lain ketika itu VOC memperolah sekutu baru yakni Kerajaan

Bone (Bugis), Buton dan Ternate. Ketiga sekutu ini mendukung VOC akibat dendam atau

persaingan mereka dalam memperebutkan hegemoni kekuasaan di Nusantara Timur.

Pembangunan politik kerajaan Goa telah menimbukan permusuhan terus menerus dengan Bone

yang dipimpin Arung Palakka. Fokus perhatian Enci Amin adalah perang sejak tahun 1666.

Visi dan Misi Penulisan

Syair Perang Mengkassar selesai ditulis antara tahun sesudah Perang Makassar berakhir sampai

meninggalnya Sultan Hasanuddin. Alasannya, pertama syair tidak menyebutkan kematian Sultan

4

Page 5: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Hasanuddin pada 12 Juni 16707 dan kedua menyebutkan Arung Palaka sebagai Tunderu yang

berasal dari to unru (bahasa Bugis), yang artinya penakluk. Dengan kata lain ia telah mengetahui

bahwa Arung Pallaka adalah pemenang perang.

Enci adalah gelar kebangsawan dari kerajaan-kerajaan Johor dan Semenanjung Melayu. Jadi,

leluhur Enci Amin adalah migran dari Johor yang telah menikah dengan perempuan Makassar.

Boleh jadi ayahnya lebih tepat dikatakan dari Malaka yang pada masa itu telah runtuh dan

digantikan Johor. Secara historis tidak ada dendam antara negerinya dengan VOC dan sekutunya

kerajaan-kerajaan Bugis. VOC yang berkuasa di Malaka pada tahun 1641, dengan merebutnya

dari Portugis. Dalam perebutan Malaka VOC dibantu Johor. Sementara itu Johor adalah kerajaan

yang menampung para migran Malaka yang diduduki Portugis pada tahun 1511. Namun dalam

karyanya jelas keberpihakan Enci Amin kepada Sultan Goa. Salah satu pertimbangan karena

kekagumannya kepada Sultan Hasanuddin, yang arif bijaksana, sempurna pengetahuan dan

agamanya. Kebanyakan karya historiografi ditandai etnosentisme memuji rajanya dan negerinya,

tetapi Enci Amin, justu memuji suku atau bangsa lainnya. Kesediaan menerima bangsa lain

sebagai bangsanya sendiri.

Dalam hal ini Enci Amin bukan menulis semata-mata sebagai bentuk imajinasi. Ia menulis

dengan kesadaran akan mendiskripsikan peristiwa seperti apa adanya secara aktual. Sebagai

Muslim Enci memulai syairnya dengan mengucap “Bismillah, yang artinya dengan nama nama

Allah. Dengan cara itu ia menulis syair sebagai bagian dari ibadah, sehingga

dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat kelak. Dalam rangka itu ia menulis pujian dan

kecintaannya kepada Sultan, para pahlawan, bangsawan dan kepahlawanan rakyat Mengkassar

khususnya dan sekutu Makassar pada umumnya.

Sesuai dengan tradisi penulisan sejarah pada waktu itu, syair ini ditulis tanpa menyebutkan tahun

kejadian. Penggunaan syair yang ditulis dengan bahasa Melayu abad 17 dan ajaran Sufisme yang

terdapat dalam Syair Perang Mengkassar, menjadikan karya ini sulit dipahami oleh orang

kebanyakan. Namun semakin dikaji akan didapatkan keindahan, dan nampak menjadi semakin

7 Pengkajian (Transliterasi dan Terjemahan) Lontara Bilang Gowa dan Tallo (Naskah Makassar). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sulawesi Selatan Lagaligo 1985/1986, p. 91.

5

Page 6: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

berbobot. Pembaca dapat mengerti konteks sejarah syair itu jika mengerti sejarah Perang

Makassar. Syair terdiri dari 534 bait puisi yang setiap alinea terdiri dari empat kalimat. Versi

yang dikenal saat ini merupakan suntingan C. Skinner. Syair yang panjangnya 2.136 baris ini

menceritakan perang antara VOC dengan kerajaan Goa yang berlangsung antara tahun 1667-

1669. Syair ini ditulis dalam bahasa Melayu. Kajian atas ejaannya membuktikan ada persamaan

dengan bahasa Melayu Minangkabau, yang juga digunakan di Johor, Riau dan Aceh dan Banjar,

serta Kutai.8 Meskipun ditulis di Makassar syair ini tidak memperlihatkan pengaruh bahasa

Makassar dan Bugis. Sebaliknya ditemukan kosa kata Aceh dan Minangkabau dan kebudayaan

Jawa. Jumlah ini sudah tentu merupakan prestasi tersendiri, karena dewasa ini sulit kita

menemukan kisah sejarah yang ditulis dengan puisi, sepanjang itu. Masing-masing kalimat

terdiri atas empat kata, meski ada yang lima kata tetapi sangat jarang. Bait-bait syair dipertalikan

dengan persamaan vocal pada akhir kalimatnya. Suatu penulisan yang butuh keterampilan untuk

memadukan pemikiran dan kosa kata dan keindahan. Kisah kaum Quraisj yang menyangsikan

firman-firman Tuhan. Nabi Muhammad meyakinkan bahwa ia wahyu yang diterimanya adalah

firman, karena kalimatnya sangat indah, syarat dengan syair. Nabi selanjutnya menantang

kaumnya untuk membuat syair yang sama kualitasnya dengan firman Tuhan. Ternyata tidak

dapat menciptakannya. Sudah tentu kualitas Syair Perang Mengkasar tidak patut

diperbandingkan dengan Al Qur’an, tetapi setidaknya Enci Amin berhasil menciptakan sejarah

dengan bahasa yang indah.

Bahasa dan huruf Melayu, lebih luas jangkauannya dibandingkan dengan menggunakan bahasa

Makassar. Penggunaan huruf Melayu memungkinkan untuk dibaca berbagai suku bangsa

terutama yang beragama Islam, sebab huruf Melayu sesungguhnya adalah huruf Arab yang

digunakan untuk menulis kitab suci Al Qur’an, yang dihilangkan tanda-tanda baca vokal. Bahasa

Melayu pada masa itu sudah menjadi lingua franca (bahasa perantara, yang lazim digunakan

dalam perdagangan antar suku dan bangsa di Nusantara.

Dapat diperkirakan bahwa Enci Amin mengenal benar Sultan Hasanuddin, karena ia adalah

orang dekat dengan raja, sebagai juru tulis yang mencatat perundingan/perjanjian yang dibuat

8 58.6

Page 7: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

oleh Sultan Hasanuddin dengan pihak Belanda. Skinner menyebutnya Enci Amin sebagai

jurutulis pada urutan terakhir dari tim Sultan Hasanuddin, ketika berunding dengan VOC.9

Namun lebih dari itu, sebagai juru tulis telah banyak karyanya tulisannya untuk negeri

Mengkassar. Pada seluruh karyanya dilandasi dengan janji kebenaran obyektivitas. Dalam Syair

ia berjanji bersikap jujur kepada Sultan.

Jujur adalah sifat hamba Allah:

Jikalau aturnya banyak dan salah,

janganlah apa tuan menyumpah,

demikianlah adat hamba Allah,

mengindar ia khilah dan salah.

Mana yang kurang tuan tambahi

Janganlah kami tuan sumpahi

Dimana boleh seperti pengganti

Mengarang kitab berpeti-peti10

Ia mengaku telah menulis untuk Sultan yang jumlahnya berpeti-peti. Menarik untuk dieksplorasi

kembali. Masih banyak karyanya yang belum dibaca dan dikaji, tetapi sudah tidak dapat

ditemukan lagi. Selain itu ia menunjukkan pengetahuannya yang cermat atas para pembesar

kerajaan. Boleh jadi pendapat Skinner benar (hanyalah jurutulisan rendahan) karena Enci Amin

ternyata tidak paham dengan latar belakang sikap raja menyangkut kebijakan politik dan

ekonomi. Bagaimana sistem pertahanan Makassar, kerugian-kerugian ekonomi baik raja,

pedagang maupun petaninya. Tidak ada uraian tentang pertimbangan-pertimbangan dan

perdebatan politik di kalangan bangsawan dan birokrat kerajaan. Namun tidak dapat diingkari

bahwa ia memandang perang Makassar dari perspektif religious, yakni perang antara kebaikan

dan kejahatan.

9 C.Skinner (Ed.) Enci’ Amin (Jurutulis Sultan Hasanuddin) Syair Perang Mengkassar, sebuah reportase sastrawi bergaya Melayu dan Juru tulis Sultan Hasanuddin tentang kejatuhan akan salah satu kerajaan terbesar di awal Abad XVII. (Jakarta: KITLV, 2008), p. 20-21. Ketika Syair dibuat nama Makassar lazim digunakan oleh orang asing, yakni menyebut wilayah antara Sungai Garrassi dengan SambungJawa. Di wilayah itu terdapat benteng Somba Opu. Skinner, opcit., p.2. 1569 voc bangun loji di Makasar.10 C.Skinner (Ed.), op. cit., p. 101, bait 206.

7

Page 8: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Isi Syair Perang Mengkassar.

Syair Perang Mengkasar dapat ditempatkan sebagai hasil kesusateraan dan karya sejarah. Syair

ini terdiri dari 534 bait puisi yang setiap alinea terdiri dari empat kalimat. Syair yang

panjangnya 2.136 baris. Masing-masing kalimat terdiri atas empat kata, meski ada yang lima

kata tetapi sangat jarang. Bait-bait syair dipertalikan dengan persamaan vocal pada akhir

kalimatnya. Suatu penulisan yang butuh keterampilan untuk memadukan fakta sejarah, kosa kata

dan keindahan. Jumlah ini sudah tentu merupakan prestasi tersendiri, karena dewasa ini sulit kita

menemukan kisah sejarah yang ditulis dengan puisi, sepanjang itu.11 Adapaun synopsisnya sesuai

dengan pendapat Skinner adalah :

Ada pun isi sinopsis Syair Perang Mengkassar secara berurutan berdasarkan bait sejak awal

sampai akhir adalah, sesuai pendapat Skinner adalah:

Pembukaan terdiri dari bait 1-28.

bait 1-12: adalah doxology atau puji-pujiaan, pandangan tentang hakikat kebenaran hidup, dan

niat penulisan).

13-24 : persembahan, sanjungan kepada Sultan Goa dan kepribadiannya

25-28 : pernyataan pengarang untuk menulis dengan benar.

Selanjutnya mengisah awal perang yakni pada bait 29-91.

29-40: Persiapan dan keberangkatan ekspedisi VOC ke Makassar.

41-66: Orang Makassar mengikrarkan sumpah setia kepada Sultan dan kebencian kepada

Belanda, sebagai Nasrani yang dianggapnya sebagai pihak yang jahat dan sesat

67-91: pertukaran surat antara Sultan dengan VOC

11 Kisah kaum Quraisj yang menyangsikan firman-firman Tuhan. Nabi Muhammad meyakinkan bahwa ia mendapat wahyu yang diterimanya dari Allah, karena kalimatnya sangat indah, syarat dengan syair. Nabi selanjutnya menantang kaumnya untuk membuat syair yang sama kualitasnya dengan firman Tuhan. Ternyata kaum Quraisj tidak dapat menciptakannya. Sudah tentu kualitas Syair Perang Mengkasar tidak patut diperbandingkan dengan Al Qu’an, tetapi setidaknya Enci Amin berhasil menciptakan sejarah dengan bahasa yang indah.

8

Page 9: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Ekspedisi VOC ke Buton (bait 92-135)

92-135: kekalahan pasukan Makassar di bawah pimpinan Karaéng Bonto Marannu

Eskpedisi VOC mengunjungi Maluku (bait 156-148)

136-143: Sultan Ternaté bergabung dengan ekspedisi

144-148: sanjungan buat Sultan Goa, sebagai pihak yang benar

Pemberontakan orang Bugis (bait 149-206)

149-174: Sultan Tallo’ mengalahkan orang Bugis di Mampu

175-183: kemenangan Mengkasar yang di pimpin Sultan di Pattiro

184-203: pemenang kembali ke Makassar

204-206: permohonan maaf pengarang tentang kekurang akuratannya

Perang Makassar Pertama (bait 207-423)

207-222: armada VOC tiba di sekitar Makassar: Bantaéng diserang

223-239: utusan Speelman dihina

240-247: Makassar mempersiapkan serangan

248-282: pertempuran pada hari pertama—saling-bombardir

283-290: pengeboman berlanjut

291-292: ‘pengarang mohon dikenang’

293-306: upaya VOC untuk menguasai Batu-Batu dipatahkan

307-324: VOC menyerang Galésong 18-19 Agustus 1667

325-366: VOC mendarat di Batu-Batu: pertempuran sengit berkecamuk

367-385: korban di pihak Makassar

386-401: perundingan damai; kepanikan

402-414: sanjungan buat Sultan Goa dan Tallo’

415-423: perdamaian disepakati.

VOC di Ujung Pandang (bait 424-459)

424-435: VOC menetap; orang Makassar muak

9

Page 10: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

436-448: beberapa Karaéng dari Makassar membelot ke VOC dan bergabung dalam

penyerangan ke Sanraboné

449-459: Bala bantuan dikirim dari Makassar ke Sanraboné di bawah pimpinan Karaéng

Jarannika.

Perang Makassar Kedua ( bait 460-513)

460-471: serangan VOC ke Sanraboné dipukul mundur.

472-477: Perwakilan Dagang Inggris dibakar VOC; namun serangan dipukul mundur

478-486: pertempuran berlanjut

487-513: penyerbuan terhadap pusat pertahanan Makassar yang tersisa; benteng dihancurkan;

pasukan Makassar mundur ke Goa.

Penutup ( bait 514-534).

514: moral cerita

515-519: perjanjian damai terakhir dari Perang Makassar.

520-524: kesimpulan pengarang, tentang kisah para pahlawan Makassar yang memperoleh Islam

525-534: pengarang mengungkapkan identitas dirinya dan mohon maaf untuk kali terakhir.12

Secara menyeluruh uraian menunjukkan focus perhatiannya kepada Perang Makassar. Sesudah

mengemukakan pujian, selanjutnya dibahas perang Makassar. Perang diawali dengan pertemuan

antara Jenderal Welanda (Belanda), yakni Kornilis Sipalman (Cornelis Speelman) dengan

Tunderu (Arung Palalaka) di Buton. Sipalman menjanjikan Tunderu (Arung Palakka) sebagai

panglima perang menjadi Raja Bugis, jika dapat mengalahkan Mengkassar13. Hal ini menjadi

sebab buntunya perundingan antara pihak Makassar dan Belanda, karena Tunderu berambisi

menjadi raja Bugis.

12 by Enci’ Amin, C. Skinner (Editor) Published August 2008 by Ininnawa dan KITLVhttp://www. Goodreads.com/author/show/6255336. Syair-perang- mengkassar*other_review. 13 Baca bait 31.

10

Page 11: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Pada waktu itu Goa berada pada puncak kebesarannya. Ia tinggal di Somba Opu didampingi

Daeng ri Boko yang berkedudukan sebagai Syahbandar. Goa tidak lagi melakukan ekspansi

wilayah kekuasaan. Sultan Hasanuddin adalah berkedudukan sebagai maharaja yang membawahi

sedikitnya 23 raja, yang tinggal di sekitar Goa dan Telo. Para raja bergelar Karaeng dan Datu.

Di antara mereka adalah 1.Karaeng Popo; 2. Karaeng Lengkes, 3. Karaeng Garasi yang tua, 4.

Karaeng Madjanang saudara Sultan, 5. Karaeng Pajalingang, 6. Karaeng Bonto Sungu, 7.

Karaeng Balo, 8. Karaeng Mandale, 9. Karaeng Mamu, 10. Karaeng Mabela, 11. Karaeng

Patunga, 12. Karaeng Tompong 13. Karaeng Ketapang, 14. Karaeng Jaranika, 15. Daeng

Marewa, 16. Karaeng Laksamana, 17. Karaeng Sanderabone. 18. Datu Lenang , 19. Karaeng

Patene, 20. Datu Amar Diraja, 21. Datu Maharajalela,, 22. Daeng Marupa,23. Raja Bontoala, 24.

Raja Mandar, Balanipa, 25. Raja Lubu. 26. Daeng ri Boko Syahbandar Tua. 27. Karaeng

Bangkal, 28. Datu Gagah, 29. Karaeng Lanang. 30. Karaeng Layo. Wilayah kekuasaan Sultan

meliputi Bantaeng, Mandar, Luwu, Manado, Bima, Sumbawa, Dompu, Sulu dan Brunei. Dengan

demikian apabila raja-raja bawahan di luar wilayah Makassar itu juga dijumlahkan akan

mencapai minimal 25 raja,.

Sufisme Hamzah Fansuri.

Terdapat persamaan antara Syair Perang Mengkassar dengan syair sufistik Hamzah Fansuri dari

Aceh. Hamzah hidup kira-kira setengah abad sebelum Syair Perang Mengkasar ditulis. Oleh

karena itu Enci Amin yang meniru syair itu. Hal ini tidak dapat dianggap sebagai kejahatan

plagiat dalam dunia akamik modern. Pada kalangan umat beragama terdapat kayakinan adanya

ayat-ayat yang suci dan sacral yang dianut para pengikutnya. Oleh karena itu persamaan ini

membuktikan bahwa Syair Perang Mengkasar menrupakan syair sufistik. Persamaan itu sebagai

berikut;

Pada Syair Perang Mengkasar bait 146 berbunyi:

Syahi alam raja yang adil

Raja khalifah sempurna kamil

Wali Allah sempurna wasil

Lagi arif lagi mukail

Sedangkan syair Hamzah Fansuri bunyinya.

11

Page 12: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Syah alam raja yang adil

Raja Qutub yang sampurna kamil

Wali Allah sampurna wazil

Raja arif lagi mukamil

Raja khalifah sempurna kamil, maksudnya adalah Sultan diyakini sebagai pemimpin dunia yang

sempurna pada tingkatan kemanunggalan dengan Tuhan, yang dimungkinkan karena pemahaman

kebenaran hakekat atau sejati.14 Pandangan ini terkait pada bait 14, yang menjelaskan Sultan

mengetahui ilmu empat belas, yakni ilmu perlu dipahami untuk menuju tingkat kesempurnaan.

Tuanku sultan yang amat ghana

Sempurna arif lagi bijaksana

Menetahui ilmu empat belas laksana

Mendapat hakikat yang amat sempurna15

Hubungan dengan Aceh jelas nampak istimewa. Bait Enci Amin itu sudah tentu mengambil

karya Hamzah, yang hidup lebih awal yakni akhir abad 15 dan awal abad 16, pada masa Sultan

Iskandar Muda. Hanya ada satu kata yang berbeda, yakni pada baris kedua. Persamaan itu tentu

syah-syah saja, bukan plagiat seperti yang berlaku pada komunitas akaemik di dunia modern

sekarang ini. Pada kalangan keagamaan ada suatu perkecualian untuk suatu kalimat yang sakral.

Dikalangan mereka berlaku kepercayaan jika menyimpang justru dianggap bida’ah dan sesat.

Syair-syair Enci Amin itu sudah tentu melengkapi pengetahuan tentang Islam yang telah

dikembangkan oleh yang diajarkan Dato Ribandang dan lain-lain pada tahun-tahun pertama

awal abad 17. Namun seberapa jauh hubungan antara sufisme Hamzah Fansuri yang kemudian

dinyatakan sebagai ajaran sesat oleh Sultan Iskandar Muda. Selain itu adakah hubungannya

dengan Syech Yusuf yang dinyatakan sebagai anak raja Goa, yang hidup pada masa berikutnya.

Pada masa itu di Sulawesi Selatan juga berkembang kepercayaan tradisional yang menyembah

Saweri Gading dan Lagalligo dan ada kepercayaan tentang To Manurung.

14 Skinner , op,, cit.,148.

15 Ibid., p. 77.12

Page 13: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Sultan Hasanuddin dalam pandangan Enci Amin adalah sebagai sufis, boleh jadi memang

penganut sufisme, sehingga syair Perang Mengkasar dapat dikategorikan sebagai syair sufistik.

Banyak istilah seperti wasil, mukamil, arif billah dan khalifah adalah istilah yang lazim

digunakan para penganut sufisme. Dalam Syair terdapat pujian terhadap Sultan Hasanuddin

yang panjangnya mencapai 28 bait, sebagai pendahuluan dari karyanya. Sultan Hasanuddin

dipuja sebagai:

Junjunganku raja yang budiman

Terlalu tahu hadis dan firman

Akan sabda nabi sangatlah aman

Bagindalah kekasih nabi akhir zaman (bait 15)

Baginda itulah raja yang saleh

Dariada awal sudah terpilih

Membaca Qur’an sangatlah fasih

Beroleh pangkat yang amat lebih (bait 16)

Tuanku Sultan yang amat sakti

Akan Allah dan Rasul sangatlah bakti

Suci dan iklas di dalam hati

Seperti air ma’al hayati (bait 17)

Daulatnya bukan barang

Seprrti manikam sudah dikarang

Jikalau dihadap segala hulubalang

Cahaya durjanya gilang gemilang (bait 18)

Raja berani sangat bertuah

Hukumnya adil kalbunya murah

Segenap tahun zakat dan fitrah

13

Page 14: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Fakir dan miskin sekalian limpah (bait 19)

Sultan Goa raja yang sabar

Berbuat ibadah terlalu gemar

Menjauhi nahi mendekatkan amar

Kepada pendeta baginda berajar (bait 20)

Raja dikemukakan bersifat budiman, saleh, tidak materialis “daulatnya bukan barang-barang”,

adil, pemurah, sabar, gemar ibadah, dan selalu berguru kepada orang-orang berilmu. Tipe ideal

ini sama dengan pandangan sufistik Ahmad Al Badawi yang menyatakan “barang siapa tidak

berilmu maka dia tidak bernilai, baik di dunia maupun akhirat. Barang siapa tidak dermawan

maka dia tidak punya bagian hartanya. Barang siapa tidak bersifat kasih saying terhadap makluk

Allah maka ia tidak berhak terhadap pertolongan Allah. Barang siapa tidak bersabar maka ia

tidak akan selamat dalam berbagai hal”.16

Sultan memang sangat dihormati rakyatnya. Kemana saja ia pergi rakyat dengan sukarela

mengiringinya. Enci Amin mengemukakan hal ini, ketika bepergian selalu diringi dengan serunai

dan genderang, demikian juga ketika dalam berbagai pertempuran, raja sebagai panglima

tertinggi yang memimpin induk pasukan. Ketika perundingan perdamaian berlangsung,

menyusul kekalahan Goa pada tanggal 13 November 1667, Speelman mengajukan 26 tuntutan.

Para bangsawan Goa merasa sangat keberatan dengan permintaan Speelman bahwa Sultan harus

memimpin perundingan. Seluruh bangsawan Makassar menyatakan kesediaannya hadir dalam

perundingan, menggantikan Sultan. Namun speelman menolak permintaan para bangsawan. 128

Kecintaan dan kelembutan hati Sultan juga tampak ketika Sultan meminta “segala utang buruk

kerajaan dibebankan kepada rakyatnya, selain itu ia juga menolak permintaan untuk

menyerahkan 1500 budak, melainkan akan dibayar dengan uang.17

16 Abu Al Wafa al-Ghanimi al Taftazani. Sufi dari Zaman ke Zaman. Bandung: Penerbit Pustaka, 1985. 236.17 Leonard Y. andaya, op. cit, p. 128 dan p, 126.

14

Page 15: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Gambaran watak lembut, dan berwibawa ini berbeda dengan sosok ideal ini beda dengan

Sawerigading (dalam gambaran Nurhayati Rahman), dan (dalam karya Frederici) Bontoriu

sebagai Jenderal yang terakhir, kerajaan Bone yang pemberani, keras, kejam yang haus darah

(suka membunuh), tetapi menjadi buron Belanda, dunia haus darah dan wanita. Tentara Belanda

tidak mengetahui bahwa ia justru selama berbulan-bulan menjadi penunjuk jalan bagi tentara

Belanda yang memburunya. Pada akhirnya ia ditangkap karena mengaku bahwa dirinya adalah

jenderal yang mereka cari. Frederisi mungkin hendak mengemukakan bahwa Bone ketika

ditaklukan pada tahun 1905 sedang mengalami demoralisasi tidak terkecuali pada kalangan

orang-orang dekat Sultan. Tentang karakter Bontoriu pada novel karangan Frederisi, seorang

mantan Asisten Residen Bone. Juga berbeda Sawerigading hanya berpikir hitam putih,

emosional, tidak dapat menahan kemarahan, mengajarkan materialistic, mengukur budipekerti

orang dan harga dirinya dari pakaiannya.Kisah berawal dari pelanggaran adat kerajaan. Ia

mencintai dan hendak mengawini saudara kembarnya. Selanjutnya mitologi Sawerigading

melakukan pelayaran-pelayaran menuju Cina dalam upaya mencari I Wecudai, yang berwajah

sama dengan We Tenri Abeng. Selama pelayaran ini Sawerigading melakukan berbagai tindak

kekejaman dan kekerasan. Keduanya hanya berpikir kalau tidak hitam pasti putih.

Amin menggambarkan perang Makassar sebagai perang antara dua pihak yakni antara kebaikan

melawan kejahatan. Antara kebenaran dan kesesatan melawan kesesatan, atau antara jalan yang

diridloi Allah melawan bidaah, iblis dan setan. Pihak yang benar adalah Makassar yang meliputi

Makassar, Melayu, Wajo, Mandar Bima (Sumbawa), Minangkabau,18dan Ternate19, sebagai

pihak Muslim melawan pihak Belanda dan sekutunya Bugis, Soppeng, Ambon, Ternate dan

Buton20. Meskipun ada dinamikanya dan perubahan koalisinya. Misalnya Raja Mampu dua kali

membelot kepada pihak Bone (Bugis).21 Karaeng Bangkal dan Luyo dari Turatea, pada mulanya

dipihak Makassar, tapi akhirnya membelot kepada VOC. Tentang kemenangan bagi Enci Amin

telah ditegaskan pada bait satu dan dua. Bunyinya adalah:

Rahman itu suatu sifat18 Skinner op.cit., p. 103. Bait 229.19 Ibid., p. 103. bait 222.20 Ibid. p. 102, bait 221.21 Baca Syair Perang Mengkasar pada bait 172 dan 173, pada karya Skinner.

15

Page 16: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Tiada bercerai dengan kunhi zat

Nyatanya ia tiada bertempat

Barang yang bebal sukar mendapat

Rahim itu sifat yang sedia

Wajiblah kita padanya percaya

Barang siapa mendaat dia

Dunia akhirat tiada berbahaya

Syair ini menjelaskan bahwa sifat Allah yang rahman atau pengasih itu tidak memiliki tempat.

Artinya diberikan kepada siapa saja. Allah dapat memberikan apa saja kepada siapa saja. Akan

tetapi rahim (penyayang) hanya diberikan kepada umatnya yang percaya. Sudah tentu kepada

Sultan Hasanuddin yang merupakan kekasih Nabi Muhammad (utusan Allah di akhir Zaman.

Pihak Sultan berada pada pihak beruntung, meskipun kalah dalam perang. Hal ini Nampak pada

bait 126. Bait ini mengomentari kekalahan Mengkassar dalam pertempuran di Buton.

Pekerti Welanda Bugis jang serau,

banyaklah Mengkassar dibuangnya ke pulau,

dimurkai Allah juga engkau,

di akhirat kelak tergagau-gagau. (Bait 126)

Welanda (nama lain dari Belanda) pasti mendapat hukuman di akhirat. Dalam sufisme terdapat

pandangan bahwa orang-orang yang dekat/menyatu pada Allah tidak mati. Di akhir zaman akan

memperoleh kemenangan. Hal ini nampak jelas pada bait yang mengisahkan peperangan di

Buton, Pihak Makassar menderita kekalahan hebat. Setelah berhari-hari bertempur menjadi

sangat letih dan akhirnya Bonto Maranu menyerah. Mereka, laskar Makassar yang berjumlah

antara 5000-9000 orang ditawan dan dibuang ke sebuah pulau, akhirnya mati kelaparan,

meskipun Bonto Maranu berhasil melarikan diri. Dari kisah ini Enci Amin menulis;

Jikalau ada daulat raja yang besar

Selamat juga negeri Mengkasar

Dimenangkan Allah dari pada si kuffar

Disanalah kelak ia membayar. (Bait 129).

Ketika pertempuran berakhir dengan kekalahan pihak Makassar, berkembang keyakinan bahwa

perang tidak sebatas di dunia. Tidak mungkin Tuhan membiarkan umatnya, sebab perilaku dan

16

Page 17: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

sifat orang Belanda dan Bugis kejam dan sesat. Pasti pekerti mereka menyebabkan kemarahan

Tuhan. Diakhirat pasti mereka akan berteriak-teriak disiksa Tuhan. Raja Lubu (Luwu) justru

menyampaikan janjinya akan membelah kepala mereka di akhirat, meskipun telah berhasil

menjadi penguasa di dunia.

Enci Amin mengisahkan kepahlawan para pejuang Mengkassar yang tidak pernah gentar dan

penuh keberanian, meskun terdesak dari benteng-benteng seperi Sanderabone, Sambung Jawa,

Ujung Pandang, dan lain-lain, bahkan akhirnya meninggalkan Somba Opu ke Goa, di daerah

pedalaman. Jumlah korban sangat besar pada kedua pihak. Namun lebih parah di pihak

Makassar, karena Belanda berhasil menguasai lautan. Sawah-sawah di pedalaman dirusak oleh

para lascar Bugis, sehingga terjadi krisis bahan makan. Akibatnya puluhan ribu penduduk

Makassar yang mati karena kelaparan. Banyak bangsawan yang membelot karena lapar. Diantara

mereka adalah Karaeng Bangkala dan Karang Luyo. Speelman pada tanggal 5 April menyurat

ke Batavia bahwa banyak musuh sekarat dan membelot kepada VOC karena kelaparan, mereka

tinggal tulang belulang.22 Perang dihentikan karena kelaparan terutama pada wanita dan anak-

anak.

Syair ditutup dengan mengemukakan bahwa seluruh pembela Mengkasar dan para pejuangnya

adalah pahlawan yang beruntung. Pada bait 528 ia menyatakan :

Enci Amin itu punya kalam

Menceriterakan kaum Islam

Barang yang mati beroleh Islam

Kemudiannya itu wallahu’alam

Dengan syair di atas ia menyatakan bahwa para pejuang Makassar gugur memperoleh Islam.

Semua Muslim berharap mati dalam Islam, karena hal itu merupakan jaminan masuk surga.

Tanpa Islam maka kehidupan akhirat mereka akan sengsara karena mendapat siksa. Demikian

dengan syair ini Enci Amin membangun semangat religious yang memberi keyakinan akan

datangnya keadilan Tuhan pada kehidupan lain sesudah kehidupan di dunia. Perang adalah

22 Stapel. CJS p. 56 dalam Leonard Y. Andaya. Warisan Arung Pallaka. Sejarah Suawesi Selatan Abad ke 17. (Makassar: Inninawa), 2004. p.225.

17

Page 18: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

bagian dari ibadah, perang Agama melawan kafir, pembohong, pencuri . pendusta, anjing23.

Nampaknya Enci Amin sadar bahwa bukan bangsanya yang dimasalahkan, tetapi perbuatan dan

keyakinan seseorang yang salah terhadap Allah, Oleh karena itu jika menyebutkan bangsa ia

menambahkan alasannya mengapa bersalah; misalnya Welanda Nasrani, Buton bidaah, Bugis

pencuri dan lain-lainnya.

Reaksi atas Syair Perang Mengkassar

Syair Perang Mengkassar menyudutkan orang-orang Bugis dan Sekutunya. Membangunkan

suatu keyakinan akan bangkitnya kembali kekuatan dan semangat perlawanan orang-orang

Mengkassar dan sekutunya, hal ini diyakini sebagai kehendak Illahi. Sudah tentu hal ini

menggelisahkan orang-orang Bugis. Untuk mengatasi hal ini maka dituliskan Lontara Kapala

Telum Batua, dalam bahasa Bugis dan berhuruf lontara. Oleh karena itu jelas yang dituju adalah

etnis dan komunitas Bugis, bukan di luarnya. Lontara ini ditulis sebagai pembelaan diri atas

pencitraan Bugis yang dianggap bersalah dan berdosa. Ditulis dengan mengatasnamakan petani

di pedesaan yang menderita akibat kebijakan raja-raja Goa, yang memindahkan mereka dari

desanya menjadi orang kota. Petani yang biasa hidup bertani, dipisahkan dari tanah dan

sawahnya, dipaksa hidup dalam keterasingan. Perlawanan terhadap Goa merupakan nasib atau

we’re (Bugis) dan Sareang (Makassar), atau tidak ada hubungannya dengan Tuhan, perang itu

sama sekali merupakan perbuatan manusia. Melawan raja Goa tidak berarti melawan Tuhan.

Sementara itu kemenangan Bugis memang merupakan takdir atau toto dalam bahasa Bugis.

Sudah ditakdirkan bahwa Makassar kalah. Sudah seperti itu kehendak Allahi, tidak ada yang

dapat mengubahnya. Artinya tidak dapat dikatakan sebagai perang antara kebenaran lawan

kesesatan, antara yang baik dan yang jahat. Jadi Perang Makassar sudah selesai semata-mata

hanya urusan duniawi. Urusan diakhirat berbeda lagi ukurannya.

Kesimpulan.

Syair Perang Mengkasar masih nampak sebagai historiografi tradisional dengan corak raja

sentries. Raja ditempatkan sebagai sosok ideal, baik dalam pemikiran, tingkah laku, perasaan dan

agamanya. Enci Amin mengubah tradisi penulisan Bugis dan Makassar dengan diawali kisah To

23 Sifat-sifat itu dapat ditemukan dibanyak bait-bait syair Perang Mengkassar diantaranya pada bait .210 dan101.

18

Page 19: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Manurung. Ia juga mempelopori tradisi penulisan dengan menggunakan bahasa Melayu dan

huruf Arab Gundul atau Jawi. Ia mengkombinasikan sejarah dengan agama, bahkan mengadobsi

deskripsi pandangan sejarah sebagai perjuangan antara kebaikan dan kebenaran Illahi melawan

kejahatan dan syetan. Pihak yang benar meskipun dikalahkan dalam perang, tetapi akan

memperolah kemenangan diakhirat. Semuanya dikemas dengan pemikiran rasional, logis, tanpa

mitos, legenda dan dikemas dengan bahasa yang indah berupa syair. Syair padat dengan fakta

sejarah, tetapi masih ada ciri tradisonalnya yakni tidak menyebutkan angka tahun.

Patut kiranya Enci Amin digolongkan sebagai filsuf sejarah Melayu Islam Nusantara,

sebagaimana yang dilakukan St Augustine, bahkan Otto of Freissing, untuk Abad Pertengahan di

Eropa bahkan nampaknya ada dimensi keunggulannya yakni Enci Amin tidak memillah-milah

fakta. Dalam historiografi Melayu Enci Amin mendahului Raja Ali Haji, yang menyebutkan

nama dirinya sebagai pengarang. Ia unggul dari karya-karya Sultan Agung dan Amangkurat,

karena seluruh uraiannya rasional dan empiris. Meskipun demikian sudah tentu tidak dapat

diperbandingkan dengan sejarawan Barat modern seperti Valentijn dan lain-lain.

Daftar Pustaka;

Abdurazak, Daeng Patunru, Sejarah Wajo, Makassar: YKSST, 1965.

Abu Al Wafa’al Ghanini al-Taftazani. Sufi dari Zaman ke Zaman. Bandung: Penerbit Pustaka, 1985.

Anthony Reid. Sejarah Modern Awal Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 2002.

Bambang Sulistyo dan Mukhlis PaEni. Dimensi Budaya dalam Pembangunan di Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Lembaga Studi dan Pembangunan dan Kawasan, Makassar: Universitas Hasanuddin. 1994. Makalah diseminarkan di Selayar.

________________. Beberapa Keunggulan Syair Perang Mengkasar. Peper Seminar Internasional Penghargaan Lagaliga sebagai Warisan Dunia. Fakultas Sastra, 27 April

19

Page 20: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

2012.

_______________. Makassar Multikultural,.Makassar: Pemerintah Propinsi Sulawesi selatan, 2011.

_______________, Hang Tuah antaraFakta Politik dan BudayaNusantara . Peper Seminar Internasional Serumpun di selenggarakan Universitas Hasanuddin dan University Kebangsaan Malaysia, Juli 2010.

________________.,Multikulturalisme Bima. Peper disampaikan pada Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara di Bima, 26-28 Juli 2007.

Basrah Gissing. Sejarah Kerajaan Tanete. Makassar: Sama Jaya, 2002.

Cense, A.A. Beberapa Catatan Mengenai Penulisan Sejarah Makassar-Bugis. Djakarta: Bhatara, 1970.

Edward L. Poelinggomang, Proteksi dan Perdagangan Makassar pada abad ke-19. Amsterdam : Centrale Huisdkrukkerij, 1991.

Frederick William dan Soeri Suroto. Pemahaman dan Metodologi Sejarah.. Jakarta: LP3 ES, 2008.

Kassim Ahmad, Karya Agung Hikayat Hang Tuah, Kuala Lumpur: Yayasan Karyawan dan Dewan Bahasa dan Pustaka, 1997.

Leonard Y. Andaya. Warisan Arung Pallaka. Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke 17.Makassar: Inninawa, 2004.

Suryadi, Leiden Institute for Area Studies, Universiteit Leiden, The Netherlands, http://hum.leiden.edu/lias/staff/suryadis.html)

Syahruddin Kasseng dkk.Pengkajian (Transliterasi dan terjemahan) Lontara Bilang Raja Gowa dan Tallok (Naskah Makassar). Makassar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Suawesi Selatan Lagaligo 1985/1986.

Kamaruddin Dkk. Pengkajian (Transliterasi dan Terjemahan) Lontarak Bilang Gowa dan Tallok (Naskah Makassar). Makassar ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sulawesi Selatan Lagaliga 1986/1987.

Kern, R.A. I Lagaligo, terjemahan . Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1987.

20

Page 21: Bapak Fisuf Hisoriografi Islam Melayu Klasik

Leonard Y., Andaya. Warisan Arung Palakka. Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke XVII. Makassar: Inninawa, 2008.

Mattulada. Latoa: Suatu Lukisan analitis terhadap Antropologi Politik orang Bugis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986.

Mas Alim Katu. Tasawuf Kajang. Makassar: Pustaka refleksi, 2005.

Mathes, B.F. Makasaaresche Christomathie, Amsterdam, 1883.

Murtono, Sumarsaid. State and Statecraft in Old Java: A study of the later Mataram Period, Sixtenth to Nineteenth Century. Ithaka: Cornell Modern Indonesian Proyect, 1968.

Peter Gay. Historians at Work. Volume I. New York: Harper & Row Publisher, 1972.

Rahman Rahim, Nilai-nilai utama kebudayaan Bugis, Hasanuddin University Press, Makassar 1985.

Skinner,C. (Ed.) Enci’ Amin. (Jurutulis Sultan Hasanuddin) Syair Perang Mengkassar, sebuah reportase sastrawi bergaya Melayu dan Juru tulis Sultan Hasanuddin tentang kejatuhan akan salah satu kerajaan terbesar di awal Abad XVII. Jakarta: KITLV, 2008.

Sudjatmoko. Historiografi Indonesia suatu Pengantar . Jakarta: Rajawali, 1992.

Thomas Stamford Rafles. Sejarah Jawa. Jakarta: LP3 ES, 2005.

Willem van der Molen. Kritik Teks Jawa, Sebuah pemandangan umum dan pendekatan baru

yang diterapkan kepada Kunjarakrna. Jakarta:Yayasan Buku Obor, 2011.

21