referat parkinson

Upload: arief-purwodito

Post on 04-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

parkinson stase neuro budi asih

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Gangguan gerak dapat didefinisikan sebagai sindrom neurologik dengan gejala gerakan

    yang berlebihan atau gerakan yang kurang, yang tidak berkaitan dengan kelemahan (paresis)

    atau spastisitas. Kondisi ini disebut juga dengan diskinesia. Salah satu contoh dari penyakit yang

    melibatkan gangguan gerak adalah penyakit Parkinson.1

    Parkinsonisme adalah kumpulan gejala atau sindrom tremor saat istirahat, bradikinesia,

    rigiditas, hilangnya refleks postural, postur fleksi, dan blok motorik sehingga parkinsonisme

    juga dikenal sebagai sindrom parkinson. Penyakit Parkinson merupakan bentuk tersering dari

    sindrom Parkinson. Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang banyak

    dijumpai di masyarakat. dr. James Parkinson pada tahun 1817 yang pertama kali menulis

    deskripsi gejala penyakit Parkinson dengan rinci dan lengkap kecuali kelemahan otot sehingga

    disebutnya paralysis agitans. Pada tahun 1894, Blocg dan Marinesco menduga substansia nigra

    sebagai lokus lesi, dan tahun 1919 Tretiakoff menyimpulkan dari hasil penelitian post mortem

    penderita penyakit Parkinson pada disertasinya bahwa ada kesamaan lesi yang ditemukan yaitu

    lesi di substansia nigra. Lebih lanjut, secara terpisah dan dengan cara berbeda ditunjukkan Bein,

    Carlsson, dan Hornykiewicz tahun 1950an, bahwa penurunan kadar dopamine sebagai kelainan

    biokimiawi yang mendasari penyakit Parkinson.2

    Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia. Sebanyak 5-10 % orang menderita penyakit

    parkinson. Gejala awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita

    pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1% di seluruh

    dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia

    85 89 tahun. Di Amerika Serikat, ada sekitar satu juta penderita parkinson.3

  • 2

    BAB II

    GANGGUAN GERAK

    Gangguan gerak dapat didefinisikan sebagai sindrom neurologik dengan gejala gerakan

    yang berlebihan atau gerakan yang kurang, yang tidak berkaitan dengan kelemahan atau

    spastisitas. Gangguan gerak atau yang disebut dengan diskinesia dapat berupa:1

    Bradikinesia, atau gerakan yang lamban, berkurang, atau hingga tidak ada gerakan atau

    yang disebut dengan akinesia, walaupun penderitanya tidak lumpuh.

    Gerakan involunter yang berlebihan atau disebut juga dengan hyperkinesia.

    Pada sebagian besar gangguan gerak kelainan atau abnormalitas berasal di ganglia basalis. Lima

    inti atau nukelus membentuk ganglia basalis, yaitu kaudatus dan putamen (bersama membentuk

    striatum), inti subtalamik, substansia nigra (pars kompakta dan pars retikulata), dan globus

    pallidus. Input mayor ialah ke striatum, terdiri dari eksitasi dari korteks serebri dan

    dopaminergik dari substansia nigra. Lima jenis diskinesia mayor adalah korea, dystonia,

    mioklonus, tik, dan tremor.1

    Penyakit gangguan gerak dapat diklasifikasikan menjadi gangguan hipokinetik dan

    hiperkinetik. Gangguan yang bersifat hipokinesia dapat terbagi menjadi hipokinesia atau

    penurunan amplitude gerakan, bradikinesia atau kelambatan dalam gerakan, atau akinesia atau

    kehilangan gerakan, tergantung dari derajat dan keparahan penyakit. Penyebab dari gangguan

    gerak hipokinetik yang paling sering ditemukan adalah Parkinsonisme, seperti penyakit

    Parkinson.1

  • 3

    BAB III

    SINDROM PARKINSON

    Terdapat dua istilah yang perlu dibedakan, yaitu penyakit Parkinson dan Parkinsonsime

    atau sindrom Parkinson.4

    Penyakit Parkinson adalah bagian dari Parkinsonisme yang secara patologi

    ditandai dengan degenerasi ganglia basalis terutama di pars kompakta subtansia

    nigra, disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik yang disebut dengan badan

    Lewy.

    Sindrom Parkinson atau Parkinsonisme, adalah suatu sindroma yang ditandai

    dengan tremor saat istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural

    akibat penurunan kadar dopamine dengan berbagai macam sebab.

    Jenis-jenis sindrom Parkinson atau parkinsonisme yaitu:5

    1. Penyakit Parkinson (parkinsonisme primer): meliputi 80% tipe parkinsonisme dengan

    awitan rata-rata usia 55 tahun dan lebih sering mengenai pria, dengan perbandingan

    pria:wanita 3:2

    2. Drug-induced parkinsonism: obat-obatan yang menghambat reseptor dopamine-D2 di

    korpus striatum (fenotiazine dan butirophenon) atau yang menurunkan produksi dopamine

    di korpus striatum (resepin dan tetrabenazine)

    3. Sindrom hemiparkinson-hemiatrofi: terdiri atas hemiparkinsonisme dan berkaitan dengan

    hemiatrofi tubuh ipsilateral atau hemiatrofi otak kontralateral dari sisi yang terkena

    parkinsonisme

    4. Parkinsonisme pascaensefalitis: gejalanya mirip dengan parkinsonisme (perlahan), tetapi

    pada penyakit ini sering disertai krisis okulogirik dan menyebabkan mata berdeviasi dengan

    posisi yang tetap selama beberapa menit sampai beberapa jam. Terdapat juga gangguan

    tingkah laku, tik, distonia, dan kelemahan ocular

    5. 1-methy-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine-induced parkinsonism (MPTP): penyakit ini

    disebabkan penyalahgunakan obat-obatan secara intravena dan menyerang pekerja

    laboratorium yang terpapar oleh toksin

    6. Parkinsonisme vascular: hipertensi dapat mencetuskan penyakit ini. Gejala yang timbul

    adalah gangguan berjalan yang terjadi secara perlahan-lahan dan progresif. Terdapat cara

  • 4

    berjalan freezing dan refleks postural. Tremor jarang terjadi. Respons terhadap obat

    Parkinson tidak memuaskan

    7. Cortical-basal ganglionic degeneration: onsetnya perlahan dan biasanya unilateral, yang

    ditandai oleh rigiditas-distonia pada lengan yang terkena. Gejala kortikal terdiri dari

    apraksia, perasaan aneh pada tungkai, hilangnya sensibilitas, reflek mioklonus, dan tremor

    8. Parkinson-dementia-amyotrophic lateral sclerotic complex of Guam: selain kombinasi

    parkinsonisme, demensia, dan gangguan motorneuron, juga terjadi supra nuclear gaze

    defect.

    9. Sindrom Parkinson-demensia lain: walaupun bradifrenia sering terjadi pada penyakit

    Parkinson, demensia dapat timbul pada 15-20% kasus. Insiden demensia meningkat seiring

    bertambahnya usia, dan meningkatnya angka kematian

    10. Multiple system atrophy: MSA terdiri dari empat sindrom, yaitu: degenarasi striatonigral,

    sindrom Shy-Drager, atrofi olivopontoserebral, dan sindrom amiotrofi parkinsonisme.

    Gejalanya adalah parkinsonisme tanpa tremor. Respon terhadap levodopa kurang karena

    neuron striatal yang berisi reseptor dopamin hilang. Stridor laring timbul karena paresis pita

    suara. Untuk membantu diagnosis MSA, dipakai PET fluorodeoxyglukosa yang

    menunjukkan hipometabolisme pada striatum dan lobus frontalis. Pengobatan sampai batas

    dosis toleransi atau hingga 2 g/hari (dengan karbidopa). Dapat juga digunakan

    antikolinergik.

    Berikut ini adalah tabel jenis-jenis sindrom Parkinson:6

    Major Parkinsonian Syndrome

    Primary idiopathic parkinsonism

    Parkinson disease (sporadic and familial)

    Secondary parkinsonism

    Drug-induced (dopamine antagonist and depletors)

    Hydrocephalus (normal-pressure hydrocephalus)

    Trauma

    Tumor

    Vascular (multi-infarc state)

    Metabolic (hypoparathyroidsm)

    Toxin (mercury, manganese, carbon monoxide, cyanide, MPTP)

  • 5

    Infectious (postencephalitic)

    Hypoxia

    Atypical parkinsonian syndromes

    Progressive supranuclear palsy

    Corticobasal degeneration

    Mutliple system atrophy:

    Shy-Drager syndrome

    Striatal nigral degeneration

    Olivopontocerebellar atrophy

    Dementias

    Diffuse Lewy Body disease

    Alzheimer disease

    Inherited degenerative disease

    Wilson disease

    Huntington disease

    Neuroacanthocytosis

    Hallervorden-Spatz disease

    Tabel 1. Klasifikasi sindrom parkinson6

    Manifestasi klinis parkinsonisme terdiri dari gejala positif: tremor, rigiditas, flexed

    posture dan gejala negatif: bradikinesia, hilangnya refleks postural tubuh, dan freezing

    phenomenon.3

  • 6

    BAB IV

    PENYAKIT PARKINSON

    4.1 Definisi

    Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif kedua yang paling sering dijumpai

    setelah penyakit Alzheimer. Tanda patologis yang dijumpai adalah adanya depigmentasi dan

    neuronal loss pada substansia nigra, serta ditemukannya badan Lewy atau badan inklusi

    sitoplasmik yang terbentuk dari protein -sinuklein. Studi anatomis menemukan bahwa area

    yang terkena pertama kali adalah pars kompakta substansia nigra. Hal ini ditemukan pada

    penyakit Parkinson idiopatik atau primer.(2,7)

    Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas,

    bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai

    macam sebab. Sindrom ini sering disebut sebagai Sindrom Parkinson.4

    Hampir seluruh bentuk parkinsonisme disebabkan oleh penurunan transmisi dopamine di

    dalam basal ganglia. Sebanyak 75% kasus parkinsonisme merupakan penyakit Parkinson

    sporadik dan idiopatik, sisanya 25% disebabkan genetik dan sebab lain seperti penyakit

    neurogeneratif, penyakit serebrovaskuler, dan obat-obatan.(5,6,8)

    4.2 Epidemiologi

    Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurologis yang mengenai sekitar 1% dari

    kelompok usia di atas 50 tahun dan sekitar 2% dari mereka yang berusia lebih dari 70 tahun.

    Mulanya penyakit lebih sering pada usia di antara 50-59 tahun, dan jarang bermula sebelum usia

    30 tahun atau setelah usia 80 tahun.9

    Lebih kurang 5% kasus penyakit Parkinson merupakan penyakit Parkinson familial

    (dominan dan resesif autosom). Penyakit Parkinson familial ditandai dengan onset yang timbul

    lebih cepat, yaitu sebelum usia 50 tahun dan perjalanan penyakit yang lebih lama daripada

    penyakit Parkinson sporadik. Meskipun kebanyakan pasien dengan penyakit Parkinson

    seringkali tidak memiliki kelainan genetik, namun bukti epidemiologik menunjukkan hubungan

    yang erat antara kelainan genetik dan faktor lingkungan.10

  • 7

    4.3 Etiologi

    Sejauh ini etiologi dari penyakit Parkinson masih belum diketahui, atau bersifat idiopatik.

    Berbagai teori mengemukakan bahwa usia lanjut, lingkungan, dan faktor genetik merupakan

    faktor risiko yang tidak bisa diabaikan.

    Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah: infeksi oleh virus yang non-konvensional

    (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat

    toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.8

    Dari penelitian kasus-kontrol didapatkan bahwa risiko terkena Penyakit Parkinson (PD)

    adalah multifaktorial, yaitu faktor lingkungan yang dapat berkurang secara bermakna pada

    perokok, hipertensi, peminum kopi, alkohol. Risiko mendapat penyakit Parkinson akan

    meningkat secara bermakna pada mereka yang mempunyai tiga atau lebih anak, mereka yang

    mengkonsumsi banyak vitamin A, dan makan mengandung vitamin C. Jenis kelamin juga

    memiliki peranan penting dalam penyakit ini, dimana laki-laki memiliki kecenderungan 1,8 kali

    lebih besar untuk terkena penyakit ini dibandingkan wanita.(7,9)

    Faktor usia juga berperan penting disini karena didapatkan adanya peningkatan insiden

    dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun.

    Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama

    pada substansia nigra pada penyakit parkinson.(8,9)

    Faktor genetik juga berperan penting, yaitu ditemukannya mutasi pada gen -sinuklein

    pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan penyakit parkinson autosomal

    dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif Parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point

    pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi

    mitokondria. Riwayat penyakit parkinson pada keluarga juga meningkatkan faktor risiko

    menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada

    usia lebih dari 70 tahun.(8,9)

    Faktor risiko lain pada penyakit Parkinson diantaranya riwayat positif pada keluarga,

    laki-laki, cedera kepala, paparan insektisida, herbisida, dan pestisida, dan bertempat tinggal di

    daerah rural, dan konsumsi kacang-kacangan atau biji-bijian 10 tahun sebelum ditegakkannya

    diagnosis. Beberapa penelitian menunjukkan depresi juga dapat memicu terjadinya penyakit

    Parkinson, karena depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan

    dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover

    katekolamin yang memacu stress oksidatif.(9,10)

  • 8

    4.4 Neuroanatomi

    Gerakan otot tubuh dikendalikan oleh neuron otak di daerah korteks motorik. Jalur

    motorik utama disebut sistem piramid, berjalan dari korteks motorik ke medulla spinalis. Lower

    motor neuron akan membawa perintah dari medulla spinalis ke otot untuk melakukan gerakan.

    Sistem piramid ini bekerja dipengaruhi oleh sirkuit ekstrapiramid, yang termasuk disini adalah

    substansia nigra, striatum, nukleus subtalamik, globus palidus internus dan eksternus, dan

    thalamus. Sistem ekstrapiramid ini dapat memfasilitasi atau menghambat gerakan, tergantung

    dari tonus inervasi dopamin pada striatum. Gerakan normal ditentukan oleh produksi dopamin

    yang memadai dari substansia nigra yang mempersarafi striatum. Degenerasi yang terjadi pada

    penyakit Parkinson mencapai 60-80% dari neuron substansia nigra, menyebabkan sistem

    ekstrapiramid tidak lagi efektif untuk memfasilitasi gerakan, sehingga muncul gejala penyakit

    Parkinson.2

    Ada dua jalur di dalam sistem ekstrapiramid yang keluar dari striatum, yaitu jalur

    langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Jalur langsung memiliki sifat inhibisi, sedangkan

    jalur tidak langsung bersifat eksitatorik terhadap globus palidus internus atau substansia nigra.

    Keluaran dari jalur ini ke thalamus ventrolateral bersifat inhibitorik dalam kondisi normal,

    namun bisa berubah tergantung hasil akhir kekuatan jalur langsung dan jalur tidak langsung.

    Neuron di striatum mengandung dua jenis reseptor dopamin, yaitu D1 yang terletak di jalur

    langsung, dan D2 yang terletak di jalur tidak langsung. Efek dopamin terhadap jalur langsung

    melewati reseptor D1 adalah eksitatorik, dan terhadap jalur tidak langsung lewat reseptor D2

    adalah inhibitorik.2

    4.5 Patofisiologi

    Patologi dan biokimiawi penyakit Parkinson telah dikaji secara luas, dan disepakati pula

    bahwa kelainannya adalah perubahan pada sel neuron dopaminergik di substansia nigra pars

    kompakta (SNc) dengan akibat hilangnya neuron dopaminergik nigrostriatum disertai dengan

    inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktorial. Degenerasi SNc

    diyakini mendasari kelainan motorik dari penyakit Parkinson, terlebih lagi dikarenakan penyakit

    ini akan membaik dengan pemberian obat golongan dopamin.2

    Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu regio kecil di otak (brain

    stem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini menjadi pusat kontrol/koordinasi

    dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmitter yang disebut dopamin, yang

    berfungsi untuk mengatur seluruh gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh

  • 9

    sistem saraf pusat. Dopamin diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di

    otak terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran

    komunikasi (bicara). Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi,

    sehingga produksi dopamin menurun dan akibatnya semua fungsi neuron di sistem saraf pusat

    (SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia), kelambatan bicara dan

    berpikir (bradifrenia), tremor dan kekauan (rigiditas).8

    Stress oksidatif juga dapat memicu terjadinya proses degenerasi neuron SNc. Disebabkan

    oleh reaksi berlebihan dari radikal bebas terhadap protein, membran lemak, dan DNA yang

    merusak fungsi molekul sehingga membunuh neuron. Stress oksidatif menyebabkan

    terbentuknya formasi oksiradikal, seperti dopamin quinon yang dapat bereaksi dengan -

    sinuklein (disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk, tidak dapat didegradasi oleh ubiquitin-

    proteasomal pathway, sehingga menyebabkan kematian sel-sel SNc.(2,8)

    Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain(2,8)

    Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi adenosin trifosfat (ATP) dan

    akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif, akhirnya menghasilkan

    peningkatan apoptosis dan kematian sel. Kejadian ini sering terjadi karena adanya kelainan

    metabolism seperti stroke, asfiksia, hipoglikemia, dan bahan toksis lainnya.

    Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang memicu

    apoptosis sel-sel SNc.

    4.6 Gejala klinis

    Gejala klinis berkaitan dengan menurunnya aktivitas neurotransmitter dopamin di

    ganglia basal. Mungkin terdapat kegagalan pelepasan dopamin dari akson nigrastriatal, output

    yang berkurang dari akson ini, atau kegagalan mengikat dopamin oleh reseptor dopaminergic di

    ganglia basal. Kegagalan ini mengakibatkan aktivitas berlebihan relatif pada sistem reseptor

    lainnya di ganglia basalis. Ketidakseimbangan ini mempengaruhi bagian lain dari otak melalui

    thalamus dan hubungan thalamus. Efek akhirnya didapatkan pada common pathway akhir pada

    sistem motorik, kornu anterior, dimana akan didapatkan dua defek dasar, yaitu meningkatkan

    inhibisi pada motoneuron gamma, dan meningkatnya aktivitas motoneuron alfa.1

  • 10

    Gejala kardinal dari penyakit Parkinson adalah rest tremor, rigiditas, dan bradikinesia.

    Diagnosis secara klinis dapat ditegakkan apabila terdapat dua dari tiga gejala kardinal tersebut.

    Gejala Motorik

    Gambar 1. Gambaran klinis penyakit Parkinson

    Sumber: http://parkinsons.ie

    a. Tremor

    Gejala ini disebabkan oleh hambatan pada aktivitas motoneuron gamma. Inhibisi

    ini mengakibatkan hilangnya sensitivitas sirkuit gamma yang mengakibatkan

    menurunnya kontrol dari gerakan motorik yang halus. Berkurangnya control ini

    membiarkan munculnya gerakan involunter yang dipicu dari tingkat lain pada susunan

    saraf pusat. Tremor pada Parkinson mungkin dicetuskan oleh lepasan ritmik dari

    motoneuron alfa di bawah pengaruh impuls yang berasal dari nukleus ventral lateral

    thalamus. Aktivitas ini pada keadaan normal ditekan oleh aksi dari sirkuit motoneuron

    gamma, namun dapat muncul sebagai tremor bila sirkuit ini dihambat.1

    Gejala ini ditemukan pada 85% pasien dengan penyakit Parkinson, dan

    merupakan gejala khas pada penyakit ini. Sifat tremor dari penyakit ini yaitu tremor

    akan muncul saat istirahat, atau yang disebut juga dengan rest tremor. Rest tremor

    biasanya bermanifestasi sebagai tremor yang melibatkan daerah ekstremitas, rahang,

    wajah, dan lidah. Tremor pada lengan biasanya terjadi dengan posisi pronasi dan

  • 11

    supinasi, sehingga dideskripsikan sebagai pill-rolling movement atau gerakan

    menghitung uang logam. Dalam fase awal penyakit, tremor dan gejala lainnya

    biasanya bersifat asimetris tetapi lama kelamaan gejala menjadi bilateral.(4,7)

    b. Rigiditas

    Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada antagonis dan protagonist, dan

    terdapat kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron pada protagonist dan antagonis

    sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas motoneuron alfa pada protagonist dan

    antagonis menghasilkan rigiditas yang terdapat pada seluruh gerakan dari ekstremitas

    yang terlibat.1

    Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara

    perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti

    melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-

    putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat

    kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang

    kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk

    mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi

    pendek-pendek (march petit pas).3

    Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal

    ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda

    bergigi (cogwheel phenomenon). 10

    c. Bradikinesia

    Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi daripada impuls

    sensorik, optik, labirin, proprioseptif, dan impuls sensorik lainnya di ganglia basalis.

    Ini mengakibatkan perubahan pada aktivitas refleks yang mempengaruhi motoneuron

    gamma dan alfa.1

    Manifestasi klinis yang dijumpai dari bradikinesia adalah adanya penurunan

    aktivitas harian seperti memakai baju, berdiri, berjalan, makan, menggosok gigi, atau

    mandi. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Gejala lain yang menandakan adanya

    bradikinesia atau hipokinesia adalah adanya masked facies (hipomimia), disartria

    hipokinetik, kedipan dan lirikan mata berkurang, refleks menelan berkurang sehingga

  • 12

    menyebabkan hipersalivasi (drooling), dan tulisan tangan yang kecil dan lambat

    (mikrografia), dan langkah yang menjadi pendek dan diseret.(4,7,10)

    d. Tiba-tiba berhenti atau ragu-ragu untuk melangkah

    Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,

    sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai

    melangkah. Bisa juga terdapat keluhan sering kencing dan konstipasi. Penderita menjadi

    lambat berpikir dan depresi. Hilangnya refleks postural disebabkan kegagalan integrasi

    dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level

    talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan

    ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.(6,10)

    e. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)

    Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche petit

    pas), kepala dan badan doyong ke depan dan sukar berhenti atas kemauan sendiri,

    kadang-kadang doyong ke belakang (retropulsion) atau ke samping (lazrpulsion), serta

    sulit atau tidak dapat berbalik dengan cepat.

    f. Bicara monoton

    Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,

    sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara

    halus (suara bisikan) yang lambat.10

    g. Demensia

    Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan defisit

    kognitif. 10

    h. Gangguan tingkah laku

    Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain), mudah takut, sikap

    kurang tegas, dan depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat

    (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu

    yang cukup.10

    i. Gejala lain

    Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan di atas pangkal

    hidungnya (tanda Myerson positif) 4

  • 13

    Gejala non motorik

    a. Disfungsi otonom

    Disfungsi otonom mungkin disebabkan oleh menghilangnya secara progresif neuron

    di ganglia simpatetik. Gejala yang dialami sebagai berikut(1,5,10)

    Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia

    dan hipotensi ortostatik

    Kulit berminyak dan infeksi kulit seboroik, terutama pada daerah wajah

    Kesukaran dalam usaha pengosongan kandung kemih dan sering mengalami

    obstipasi kronis. Hal ini merupakan gejala dini dari penyakit ini.

    Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual

    dan orgasme.

    b. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat

    c. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia). Pola tidur pasien

    menjadi terputus-putus (fragmented) dan menjadi sering terbangun.

    d. Gangguan sensasi

    kepekaan kontras visual lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna

    penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hipotensi ortostatik,

    suatu kegagalan sistem saraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah

    sebagai jawaban atas perubahan posisi badan

    berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atau anosmia).

    Gejala neuropsikiatri

    Gangguan mood, kognisi, dan tingkah laku merupakan gejala yang sering muncul pada

    tahap lanjut penyakit Parkinson dan merupakan akibat langsung dari penyakit Parkinson atau

    akibat dari penyakit komorbid seperti penyakit Alzheimer, demensia kortikal dengan Lewy

    bodies, atau akibat efek samping terapi obat penyakit Parkinson.10

    Depresi mengenai sepertiga dari seluruh pasien dengan penyakit Parkinson. Depresi

    seringkali sulit untuk didiagnosis karena tumpang tindih dengan gejala somatik dan vegetatif

    pada penyakit Parkinson. Akibatnya seringkali depresi tidak terdiagnosis dan tidak diterapi.

    Depresi penting untuk didiagnosis karena dapat menyebabkan perburukan gejala motorik, gejala

    somatik baru, dan gangguan tidur pada penyakit Parkinson. Depresi dapat dipicu oleh obat

    antiparkinson atau obat psikotropik.10

  • 14

    Gangguan cemas pada penyakit Parkinson akibat isolasi, depresi, atau gangguan kognitif

    progresif. Gangguan cemas juga dapat disebabkan oleh akathisia akibat dopamine hunger

    karena gejala motorik yang tidak ditatalaksana secara adekuat. Akathisia sendiri diartikan

    sebagai perasaan tidak nyaman yang memicu pasien untuk bergerak, sehingga terlihat seperti

    gangguan cemas.

    Abnormalitas kognitif pada pasien penyakit Parkinson. Pasien sulit menyelesaikan tugas,

    merencanakan kegiatan jangka panjang, dan mengingat/mencerna informasi baru. Gejala lain

    yaitu gangguan fungsi visuospasial serta gangguan atensi dan konsentrasi.(3,10)

    Gejala psikotik terjadi pada 6-40% pasien dengan penyakit Parkinson. Gejala awal yaitu

    halusinasi visual dengan tilikan yang masih baik. Meskipun depresi dan demensia merupakan

    faktor risiko terpenting munculnya gejala psikotik pada penyakit Parkinson namun gejala juga

    dapat dipicu oleh terapi obat seperti dopaminomimetik, antikolinergik, amantadine, dan

    selegiline. Bentuk gejala psikotik lainnya yaitu delusi. Gejala prodromal psikotik yaitu subtle

    erratic behavior dengan temperamental dan sifat yang meledak-ledak.10

    4.7 Diagnosis

    Diagnosis penyakit Parkinson ditegakkan berdasarkan kriteria: (1,4,8)

    1. Secara klinis

    Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik: tremor, rigiditas, bradikinesia

    atau

    3 dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural.

    Kesalahan diagnosis secara klinis ini sekitar 25%.

    2. Kriteria Koller

    2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik: rest tremor atau gangguan refleks postural,

    rigiditas, bradikinesia yang berlangsung 1 tahun atau lebih.

    Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang (minimal

    1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama perbaikan 1 tahun atau lebih.

    3. Kriteria Gelb & Gilman

    Gejala kelompok A (khas untuk penyakit Parkinson) terdiri dari :

    1) Rest tremor

    2) Bradikinesia

    3) Rigiditas

    4) Permulaan asimetris

  • 15

    Gejala klinis kelompok B (gejala dini tak lazim), terdiri dari :

    1) Instabilitas postural yang menonjol pada 3 tahun pertama

    2) Fenomena tak dapat bergerak sama sekali (freezing) pada 3 tahun pertama

    3) Halusinasi yang tidak berhubungan dengan pengobatan dalam 3 tahun pertama

    4) Demensia sebelum gejala motorik pada tahun pertama.

    Diagnosis possible: adalah keadaan dimana terdapat paling sedikit 2 dari gejala

    kelompok A dimana salah satu diantaranya adalah tremor atau bradikinesia dan tidak

    terdapat gejala kelompok B, lama gejala kurang dari 3 tahun disertai respon jelas

    terhadap levodopa atau dopamin agonis.

    Diagnosis probable: adalah keadaan dimana terdapat paling sedikit 3 dari 4 gejala

    kelompok A, dan tidak terdapat gejala dari kelompok B, lama penyakit paling sedikit 3

    tahun dan respon jelas terhadap levodopa atau dopamin agonis.

    Diagnosis pasti: memenuhi semua kriteria probable dan pemeriksaan histopatologis

    yang positif.

    Untuk menentukan berat ringannya penyakit digunakan penetapan stadium klinis penyakit

    Parkinson berdasarkan Hoehn and Yahr. Berikut ini adalah stadium klinis penyakit Parkinson

    menurut Hoehn and Yahr:8

    Stadium Deskripsi

    I Unilateral, ekspresi wajah berkurang, posisi fleksi lengan yang terkena, tremor,

    ayunan lengan berkurang

    II Bilateral, postur membungkuk ke depan, gaya jalan lambat dengan langkah kecil-

    kecil, sukar membalikkan badan

    III Gangguan gaya berjalan menonjol, terdapat ketidakstabilan postural

    IV Disabilitasnya jelas, berjalan terbatas tanpa bantuan, lebih cenderung jatuh

    V Hanya berbaring atau duduk di kursi roda, tidak mampu berdiri atau berjalan

    meskipun dibantu, bicara tidak jelas, wajah tanpa ekspresi, jarang berkedip

    Tabel 2. Stadium klinis penyakit Parkinson8

  • 16

    Berikut ini adalah cara menyingkirkan diagnosis penyakit Parkinson pada penderita

    parkinsonisme yang didasarkan atas adanya suatu gejala:

    Kriteria Kemungkinan diagnosis

    1. Riwayat dari:

    - Ensefalitis

    - Terpapar lama dengan CO, Mn, atau toksin

    lain

    - Mendapat obat-obat neuroleptic

    Pasca ensefalitis

    Toxin-induced

    Drug-induced

    2. Munculnya gejala parkinsonisme mengikuti

    - Trauma kepala

    - Stroke

    Pasca trauma

    Vaskular

    3. Ditemukan gejala ini pada pemeriksaan fisik

    - Ataksia serebelar

    - Gerakan ke bawah okuler menghilang

    - Adanya hipotensi postural tanpa makan

    obat

    - Adanya rigiditas satu sisi dengan atau tanpa

    distonia, apraksia, kehilangan sensor

    kortikal mioklonus

    - Pada awal penyakit terdapat gaya berjalan

    jatuh atau kaku

    - Disfungsi otonom yang bukan karena obat

    - Mengeluarkan air liur terus

    - Demensia awal atau halusinasi karena

    konsumsi obat

    - Distonia yang diinduksi oleh levodopa

    OPCA, MSA

    PSP

    MSA

    CBGD, MSA

    PSP

    MSA

    MSA

    DLBD

    MSA

    4. Neuroimaging (MRI atau CT-scan) terdapat

    - Infark lakuner

    - Ventrikel-ventrikel serebral melemah

    - Atrofi serebelar

    - Atrofi mesensefalon atau bagian lain dari

    batang otak

    Vaskular

    NPH

    OPCA, MSA

    PSP, MSA

  • 17

    5. Efek obat

    - Respons jelek terhadap levodopa

    - Tidak ada diskinesia meskipun mendapat

    dosis tinggi levodopa

    PSP, MSA, CBGD, vaskular, NPH

    sama seperti di atas

    Keterangan: CBGD, cortical-basal ganglionic degeneration; DLBD, diffuse Lewi body disease, juga

    disebut Dementia dengan Lewy Bodies; MSA, multiple system atrophy; NPH, normal pressure

    hydrosephalus; OPCA, olivo-ponto-cerebellar atrophy, dimana mungkin merupakan satu bentuk dari

    MSA; PSP, progressive supranuclear palsy.

    Tabel 3. Kriteria untuk menyingkirkan diagnosis penyakit Parkinson dari penyebab lain

    parkinsonisme8

    Diagnosa banding antara parkinsonisme karena obat dan penyakit Parkinson

    Drug-induced Parkinsonism Parkinsons disease

    Gejala awal Bilateral dan simetris Unilateral dan asimetris

    Perjalanan Akut atau subakut Kronis, bertahap

    Tipe tremor Bilateral symmetric postural

    atau rest tremor

    Unilateral atau assymetric rest

    tremor

    Respons terhadap obat

    antikolinergik

    Mungkin menyolok Biasanya respons sedikit

    sampai sedang

    Penghentian obat yang

    dicurigai

    Berkurang dalam beberapa

    minggu sampai bulan

    Gejala dan tanda tetap

    bertambah perlahan-lahan

    Tabel 4. Diagnosis banding antara parkinsonisme karena obat atau Parkinsons disease4

    4.8 Penatalaksanaan

    Secara garis besar konsep terapi farmakologis maupun pembedahan pada penyakit

    Parkinson dibedakan menjadi tiga hal, yaitu:8

    Simptomatik, untuk memperbaiki gejala dan tanda penyakit

    Protektif, dengan cara mempengaruhi patofisiologi penyakit

    Restoratif, mendorong neuron baru atau merangsang pertumbuhan dan fungsi sel

    neuron yang masih ada

    Strategi terapi ini ditujukan untuk meningkatkan, atau paling sedikit mempertahankan kualitas

    hidup penderitanya.8

  • 18

    1. Terapi farmakologik

    Dopaminergik

    a. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)

    Levodopa (dopamine precursor) merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson.

    Levodopa akan melintasi blood brain barrier dan memasuki susunan saraf pusat. Di sini,

    levodopa akan mengalami perubahan oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase atau

    enzim dopa-dekarboksilase menjadi dopamin. Dopamin menginhibisi aktivitas neuron di

    ganglia basalis. Neuron ini juga dipengaruhi oleh aktivitas eksitasi dari sistem kolinergik.

    Jadi, berkurangnya inhibisi oleh sistem dopaminergik pada nigrastriatal dapat diatasi oleh

    meningkatnya jumlah dopamin, dan keseimbangan antara inhibisi dopaminergik dan

    eksitasi kolinergik dipulihkan. Obat ini sangat efektif untuk menghilangkan gejala karena

    langsung mengganti neuron dopaminergik yang produksinya sangat menurun akibat proses

    degenerasi.(1,8)

    Efek samping levodopa dapat berupa: (1,3)

    1) Neusea, muntah, distress abdominal

    2) Hipotensi postural

    3) Aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan

    oleh efek beta-adrenergik dopamin pada sistem konduksi jantung. Ini bisa diatasi

    dengan obat beta blocker seperti propanolol.

  • 19

    4) Diskinesia, yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau

    muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi

    levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu

    karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku,

    sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak. Pola waktu timbulnya diskinesia ini bisa

    saat peak dose, pagi hari, yo-yoing, atau off period. Diskinesia dijumpai pada 25-

    45% kasus setelah 5 tahun pemakaian levodopa.11

    5) Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal, dan ureum

    darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi

    levodopa.

    6) Fluktuasi respons (on-off, wearing off)

    Fluktuasi respons ini terdiri dari fenomena wearing off atau fenomena on-off. Pasien

    usia muda lebih cepat mengalami efek samping ini daripada lansia. Pada usia muda,

    timbulnya diskinesia dan fluktuasi sekitar 3 tahun, sedangkan pada lansia akan

    muncul pada 4-6 tahun.

    Untuk menghilangkan efek samping levodopa, jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan

    dosisnya, juga dengan memberikan tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme kerja

    berbeda seperti dopamin agonis, COMT inhibitor, atau MAO-B inhibitor.10

    b. Agonis Dopamin

    Merupakan obat yang mempunyai efek serupa dopamine pada reseptor D1 maupun D2,

    tetapi tidak akan dikonversi di dalam tubuh seperti levodopa. Biasanya obat ini sering

    dipakai sebagai kombinasi utama dengan levodopa-carbidopa agar menurunkan dosis

    levodopa, sehingga mengurangi efek samping yang ditimbulkan.8

    Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolid (Permax), Pramipexol

    (Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin, dan lisurid dianggap cukup efektif untuk

    mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan

    tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang

    selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson.(1,8)

    Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan yang

    berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat

    diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi

    gejala motorik.8

  • 20

    Efek samping obat ini adalah halusinasi, psikosis, eritromelalgia, edema kaki, mual dan

    muntah.8

    c. Penghambat Monoamin Oksidase (MAO Inhibitor)

    Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit

    Parkinson karena dapat mencegah terjadinya degradasi dopamin menjadi 3-4

    dihydroxyphenilacetic di otak. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya

    sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa

    waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu untuk

    menghaluskan pergerakan.8

    Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan menginhibisi monoamine oksidase B

    (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamin yang dikeluarkan oleh neuron

    dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Biasa

    dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain itu obat ini juga

    berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek sampingnya adalah insomnia, penurunan

    tekanan darah, dan aritmia.(3,8)

    d. DA release enhancer / DA reuptake blocker (Amantadine)

    Berperan sebagai pengganti dopamin, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat ini diketahui

    dapat menghilangkan gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor,

    bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi

    motorik (fenomena on-off) dan diskinesia pada penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai

    sendirian atau sebagai kombinasi dengan levodopa atau agonis dopamine. Efek

    sampingnya dapat mengakibatkan mengantuk.10

    e. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT

    Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Obat ini masih relatif baru, berfungsi

    menghambat degradasi dopamine oleh enzim COMT dan memperbaiki transfer levodopa

    ke otak. Mulai dipakai sebagai kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa menurun.

    Diberikan bersama setiap dosis levodopa. Obat ini memperbaiki fenomena on-off,

    memperbaiki kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari.(8,10)

    Efek samping obat ini berupa gangguan fungsi hati, sehingga perlu diperiksa tes fungsi hati

    secara serial. Obat ini juga menyebabkan perubahan warna urin berwarna merah oranye.8

    f. Neuroproteksi

    Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi

    progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah

  • 21

    apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic

    agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah MAO-

    inhibitor (selegiline atau rasagiline), dopamin agonis, dan komplek I mitochondrial

    fortifier coenzyme Q10. (8,10)

    Non-dopaminergik

    a. Antikolinergik

    Obat ini menghambat sistem kolinergik di basal ganglia dan menghambat aksi

    neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu membantu mengoreksi

    keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor.

    Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson, yaitu

    thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin mesilat (Kogentin). Efek samping obat ini adalah

    mulut kering dan pandangan kabur. Sebaiknya obat jenis ini tidak diberikan pada penderita

    penyakit Parkinson usia lanjut, karena kadang-kadang dapat dijumpai halusinasi dan

    psikosis.1

    Gambar 2. Algoritma penatalaksanaan penyakit Parkinson

    Sumber: (dikutip dari 5 dan 8)

  • 22

    2. Terapi pembedahan

    Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses patologis yang

    mendasari (neurorestorasi).

    a. Terapi ablasi lesi di otak8

    Prosedur yang dapat dilakukan adalah thalamotomy dan pallidotomy. Akan dilakukan

    penghancuran di pusat lesi di otak dengan menggunakan kauterisasi. Tidak ada instrument

    apapun yang akan dipasang di otak setelah penghancuran, dan operasi ini bersifat

    permanen, juga sangat tidak aman untuk melakukan ablasi di kedua tempat tersebut. Terapi

    pembedahan thalamotomy saat ini diterima sebagai terapi definitif penderita tremor

    esensial, dan tidak lagi dterima sebagai terapi pada penyakit Parkinson.

    b. Deep Brain Stimulation (DBS)8

    Pada operasi ini, akan ditempatkan semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak

    yang dihubungkan dengan alat pemacunya yang dipasang di bawah kulit dada seperti pada

    alat pemacu jantung. Prosedur ini relatif aman dan termasuk baru, sehingga belum ada data

    mengenai efek samping.

    c. Transplantasi8

    Percobaan transplantasi pada penderita penyakit Parkinson dimulai 1982 oleh Lindvall dan

    kawannya, jaringan medula adrenalis (autologous adrenal) yang menghasilkan dopamin.

    Jaringan transplan (graft) lain yang pernah digunakan antara lain dari jaringan embrio

    ventral mesensefalon yang menggunakan jaringan premordial steam atau progenitor cells,

    non neural cells (biasanya fibroblas atau astrosit), testis-derived sertoli cells dan carotid

    body epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan obat

    immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells sehingga masa

    hidup graft jadi lebih panjang. Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala

    penyakit parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya menurun 4 6 tahun sesudah

    transplantasi. Teknik operasi ini sering terbentur bermacam hambatan seperti ketiadaan

    donor, kesulitan prosedur baik teknis maupun perizinan. Namun, hasil-hasil penelitian

    terhadap penderita yang telah menjalani prosedur ini memberikan harapan baik bagi

    penyembuhan penyakit Parkinson.

  • 23

    3. Non Farmakologik

    a. Edukasi

    Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya

    meminum obat teratur dan menghindari jatuh. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari

    anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikis menjadi maksimal.3

    b. Terapi rehabilitasi

    Untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala

    penyakit serta mengatasi masalah-masalah sebagai berikut: abnormalitas gerakan,

    kecenderungan postur tubuh yang salah, gejala otonom, gangguan perawatan diri (activity

    of daily living ADL), dan perubahan psikologik. Latihan yang diperlukan penderita

    parkinson meliputi latihan fisioterapi, okupasi, dan psikoterapi. Latihan fisioterapi

    meliputi: latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan ekstensi trunkus, latihan Frenkle

    untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada tanda-tanda di lantai, latihan isometrik untuk

    kuadrisep femoris dan otot ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga dan

    bangkit dari kursi. Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian

    lingkungan tempat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai bermacam

    strategi, yaitu:(3,8)

    Strategi kognitif: untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara jelas dan tidak

    cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan hanya

    melakukan satu tugas kognitif maupun motorik.

    Strategi gerak: seperti bila akan belok saat berjalan gunakan tikungan yang agak

    lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu dilantai.

    Strategi keseimbangan: melakukan ADL dengan duduk atau berdiri dengan kedua

    kaki terbuka lebar dan dengan lengan berpegangan pada dinding. Hindari eskalator

    atau pintu berputar. Saat bejalan di tempat ramai atau lantai tidak rata harus

    konsentrasi penuh jangan bicara atau melihat sekitar.

    Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif, kepribadian, status mental

    pasien dan keluarganya. Hasilnya digunakan untuk melakukan terapi rehabilitasi kognitif

    dan melakukan intervensi psikoterapi.

  • 24

    4.9 Prognosis

    Dengan pengobatan, diharapkan kemajuan dalam harapan hidup pada penderita penyakit

    Parkonson. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala, tetapi tidak menghentikan

    progresivitas penyakit. Karena penyakit Parkinson adalah proses degeneratif, maka hilangnya

    sel neuron akan tetap berlanjut walaupun didapatkan respons terhadap pengobatan, sehingga

    respons terhadap obat akan berkurang dan lama kelamaan keadaan akan memburuk dan terjadi

    imobilisasi.1

    Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien

    berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat

    bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah. Penyakit Parkinson sendiri

    tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata

    harapan hidup pada pasien Parkinson pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak

    menderita Parkinson. Pada tahap akhir, penyakit Parkinson dapat menyebabkan komplikasi

    seperti tersedak, pneumoni, dan lebih buruh dapat menyebabkan kematian.8

    Progresivitas gejala pada Parkinson dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun

    demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk

    memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan penatalaksanaan

    yang tepat, kebanyakan pasien penyakit Parkinson dapat hidup produktif beberapa tahun setelah

    didiagnosis.3

  • 25

    BAB III

    PENUTUP

    Penyakit gangguan gerak dapat didefinisikan sebagai sindrom neurologis dengan gejala

    gerakan berlebih atau berkurang, yang tidak berkaitan dengan kelemahan dan spastisitas. Salah

    satu contoh dari penyakit gangguan gerak adalah sindrom Parkinson. Sindrom Parkinson adalah

    keadaan yang ditandai dengan tremor saat istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks

    postural akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai sebab. Salah satu contoh sindrom

    Parkinson adalah penyakit Parkinson, yaitu penyakit neurodegeneratif yang secara patologi

    ditandai dengan adanya degenerasi ganglia basalis akibat penurunan kadar dopamine, terutama

    di pars kompakta substasia nigra, dan timbulnya inklusi sitoplasmik eosinofilik yang disebut

    dengan badan Lewy.(1,4)

    Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat kronis progresif yang menimbulkan

    berbagai macam gejala klinis, seperti gangguan motorik, disfungsi otonom, dan gangguan

    neuropsikiatri. Secara klinis, penyakit ini dapat didiagnosis apabila timbul dua dari tiga gejala

    cardinal, yaitu adanya resting tremor, bradikinesia, dan rigiditas. Penatalaksanaan dari penyakit

    ini secara garis besar meliputi terapi medikamentosa, pembedahan, dan nonmedika mentosa,

    tatapi belum ada terapi yang secara definitive dapat menyembuhkan Parkinson. Obat-obatan

    yang ada hanya dapat menekan gejala yang ditimbulkan saja, sehingga tujuan utama terapi

    adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Lumbantobing SM. Gangguan Gerak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

    2005. p. 1-2, 67-110.

    2. Joesoef AA. Parkinsons Disease: Basic Science. In: Sjahrir H, Nasution D, Gofir A,

    Editors. Parkinsons Disease and Other Movement Disorders. Medan: Pustaka Cendekia;

    2007. p. 4, 7, 14-8.

    3. Longmore M, Wilkinson IB, Baldwin A, Wallin E. Parkinsonism. In: Oxford Handbook of

    Clinical Medicine. 9th ed. New York: Oxford University Press Inc; 2014. p. 498.

    4. Shahab A. Clinical Features and Diagnosis of Parkinson Disease. In: Sjahrir H, Nasution D,

    Gofir A, Editors. Parkinsons Disease and Other Movement Disorders. Medan: Pustaka

    Cendekia; 2007. p. 22-8.

    5. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Gangguan Gerak. In: Panduan Praktis:

    Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC; 2009. p. 143-6.

    6. Deligtisch A, Ford B, Geyer H, Bressman SB. Movement Disorders. In: Brust JCM, Editor.

    A Lange Medical Book: Current Diagnosis & Treatment Neurology. Singapore:

    McGrawHill; 2012. p. 201-4.

    7. Jankovic J, Stacy M. Movement Disorders. In: Goetz CG, Pappert EJ, Editors. Textbook of

    Clinical Neurology. Philadelphia: WB Saunders Company; 1999. p. 641.

    8. Rahayu RA. Penyakit Parkinson. In: Sudoyo AW, Setiyoohadi B, Alwi I, Simadibrata M,

    Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009.

    p. 851-7.

    9. Parkinsons Disease Society. The Professionals Guide to Parkinsons Disease. Available

    at:

    https://www.parkinsons.org.uk/sites/default/files/publications/download/english/b126_profe

    ssionalsguide.pdf. Accessed on April 28, 2015.

    10. DeLong MR, Juncos JL. Parkinsons Disease and Other Movement Disorders. In: Hauser

    SL, Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Jameson JL, Editors. Harrisons

    Neurology in Clinical Medicine. Pennsylvania: McGrawHill; 2006. p. 295-6.

    11. Andradi S. Update on the Management of Parkinsons Disease. In: Sjahrir H, Nasution D,

    Gofir A, Editors. Parkinsons Disease and Other Movement Disorders. Medan: Pustaka

    Cendekia; 2007. p. 47-8

  • 27

    1. DeLong MR, Juncos JL. Parkinsons Disease and Other Movement Disorders. In: Hauser

    SL, Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Jameson JL, editors. Harrisons

    Neurology in Clinical Medicine. Pensylvania: McGraw-Hill.2006;p.295-6

    2. Shahab A. Clinical Features and Diagnosis of Parkinson Disease. Dalam: Sjahrir H,

    Nasution D, Gofir A, editors. Parkinsons Disease and Other Movement Disorders. Medan:

    Pustaka Cendekia.2007.p.21-7