poa ikm 2012.docx

113
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat- tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. 1 Penyakit Demam Berdarah Dengue ini pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia, DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologi baru diperoleh pada tahun 1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta (1972). Epidemi pertama di luar pulau Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali (1973). Pada tahun 1974, epidemi dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh (27) propinsi di Indonesia. Pada saat ini DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak tahun1975 penyakit ini telah terjangkit di daerah pedesaan. 2

Upload: zanoadam

Post on 07-Aug-2015

229 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: POA IKM 2012.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat

hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari

1000 meter di atas permukaan air laut.1

Penyakit Demam Berdarah Dengue ini pertama kali ditemukan di Filipina

pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia, DBD

pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologi baru

diperoleh pada tahun 1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969.

Kemudian DBD berturut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta (1972). Epidemi

pertama di luar pulau Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan

Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali (1973). Pada tahun 1974, epidemi

dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 1994 DBD telah

menyebar ke seluruh (27) propinsi di Indonesia. Pada saat ini DBD sudah endemis di

banyak kota besar, bahkan sejak tahun1975 penyakit ini telah terjangkit di daerah

pedesaan.2

Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan kedua setelah

Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata DBD di Indonesia terus meningkat

dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1973), 8,65 (1983) dan mencapai angka tertinggi pada

tahun 1988 yaitu 27,09 per 100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 57.573

orang, 1.527 orang dilaporkan meninggal dari 201 daerah tingkat II. Setelah epidemi

tahun 1988, insiden DBD cenderung menurun, yaitu 12,7 (1990) dan 9,2 (1993) per

100.000 penduduk.2

Berdasarkan data pihak Dinas Kesehatan Kota Padang per Januari 2010,

sedikitnya 277 warga terserang DBD dan dirawat intensif di sejumlah rumah sakit serta

puskesmas. Untuk daerah terparah (endemis) didominasi wilayah pinggiran, seperti

Kuranji, Nanggalo dan Koto Tangah. Pada tahun 2009, kasus DBD di Padang cukup

Page 2: POA IKM 2012.docx

memprihatinkan. Total penderita mencapai 1.586 orang dan delapan orang diantaranya

meninggal dunia.3

Peningkatan mobilitas penduduk karena semakin banyaknya sarana

transportasi, kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari,

dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD, mempermudah

penyebaran penyakit ini.4 Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai

negara bervariasi. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain umur penduduk,

kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus, prevalensi serotipe virus Dengue, dan

kondisi metereologis.5

Puskesmas Andalas sebagai unit pelaksana fungsional berfungsi sebagai

pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat di bidang

kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang

penting dalam menurunkan angka kejadian penyakit DBD. Di wilayah kerja Puskesmas

Andalas, berdasarkan data ditemukan kasus DBD sebanyak 217 kasus pada tahun 2007.6

Pada tahun 2008 jumlah ini berkurang menjadi 102 kasus, tahun 2009 ditemukan 140

kasus, tahun 2010 ditemuka 76 kasus, tahun 2011 ditemukan 141 kasus, dan tahun 2012

sampai dengan bulan Agustus ditemukan 104 kasus.7-11 Akan tetapi, mengingat jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas yakni 77.572 jiwa, maka jumlah kasus yang

terdapat pada tahun 2012 ini belum memenuhi indikator Indonesia Sehat 2010 yang

menghendaki angka kesakitan DBD sebanyak 2 kasus per 100.000 penduduk.12

Berdasarkan data di atas dan mengingat pentingnya masalah DBD sebagai suatu

penyakit menular di masyarakat, dalam hal ini masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Andalas, maka penulis tertarik untuk menemukan solusi mengenai upaya untuk

menurunkan angka kejadian DBD pada Kecamatan Padang Timur, khususnya melalui

upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Mengidentifikasi masalah tingginya angka kejadian DBD di Kecamatan Padang

Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas Andalas dan upaya peningkatan kesadaran

masyarakat guna menurunkan angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas

Andalas.

Page 3: POA IKM 2012.docx

1.3 Tujuan Penulisan

- Mengidentifikasi masalah yang ada di Puskesmas Andalas.

- Menetapkan prioritas masalah yang ada di Puskesmas Andalas.

- Menganalisis penyebab masalah tingginya angka kejadian DBD di Kecamatan

Padang Timur.

- Menentukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak

dari DBD sekaligus menurunkan angka kejadian DBD di Padang Timur.

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan penulisan makalah ini, penulis mampu mengidentifikasi masalah

kesehatan dan menentukan prioritas masalah serta dapat mencari solusi yang tepat

sehingga nantinya dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Andalas, serta penulisan

makalah ini juga dapat menjadi media pembelajaran bagi kami dalam merancang suatu

perencanaan di Puskesmas. Selain itu, diharapkan makalah ini dapat memberikan

masukan kepada pihak puskesmas dalam upaya menurunkan angka kejadian DBD di

Kecamatan Padang Timur.

Page 4: POA IKM 2012.docx

BAB II

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

2.1. Sejarah Puskesmas

Puskesmas Andalas didirikan pada tahun 1975. Pertama kali dipimpin

oleh Dr. Tamrin dengan 6 orang pegawai yang terdiri dari 1 orang bidan, 1 orang perawat, 1

orang tenaga sanitasi, 1 orang pembantu bidan, 1 orang pembantu perawat dan 1 orang

tenaga tata usaha dengan 11 program pokok. Wilayah kerja Puskesmas Andalas setelah

pemekaran kota Padang menjadi 11 kecamatan, Alai masuk ke Padang Utara dan 3 buah

Pustu di bawah Puskesmas Alai menjadi milik Puskesmas Andalas, sehingga pegawai

Puskesmas Andalas juga bertambah menjadi 15 orang.9

2.2. Keadaan Geografis

Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan luas 8.15 km2 dengan

batas-batas sebagai berikut:10

- sebelah utara : Kecamatan Padang Utara, Kuranji

- sebelah selatan : Kecamatan Padang Selatan

- sebelah barat : Kecamatan Padang Barat

- sebelah timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh

Puskesmas Andalas meliputi 10 kelurahan sebagai wilayah kerjanya. Kesepuluh

kelurahan tersebut adalah:10

1. Kelurahan Sawahan

2. Kelurahan Jati Baru

3. Kelurahan Jati

4. Kelurahan Sawahan Timur

5. Kelurahan Simpang Haru

6. Kelurahan Andalas

7. Kelurahan Kubu Marapalam

8. Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah

9. Kelurahan Parak Gadang Timur

10. Kelurahan Ganting Parak Gadang

Page 5: POA IKM 2012.docx

Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Andalas

2.3. Keadaan Demografis

Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas

Andalas adalah:

Tabel 1. Distribusi Penduduk menurut Kelurahan Tahun 201110

NO KELURAHAN JUMLAH1 Kelurahan Sawahan 6387

2 Kelurahan Jati Baru 67073 Kelurahan Jati 101344 Kelurahan Sawahan Timur 5360

5 Kelurahan Simpang Haru 58356 Kelurahan Andalas

8980

7 Kelurahan Kubu Marapalam 63098 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 101349 Kelurahan Parak Gadang Timur 759410 Kelurahan Ganting Parak Gadang

10132

Jumlah 77.572 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011

Page 6: POA IKM 2012.docx

Tabel .2. Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Kelurahan Bayi Balita Bumil Bulin Buteki WUS PUS Lansia

Sawahan 153 749 168 160 306 1571 1076 531

Jati Baru 161 786 177 169 322 1650 1130 558

Jati 250 1223 275 262 500 2567 1758 868

Sawahan Timur 128 629 142 135 256 1321 904 446

Kubu Marapalam 152 741 167 160 304 1560 1069 527

Andalas 221 1081 243 232 442 2268 1554 766

Kubu Dalam Pr. Karakah 250 1226 275 263 500 2572 1762 869

Parak Gadang Timur 188 922 207 198 376 1934 1325 653

Simpang Haru 141 689 155 148 282 1446 991 489

Ganting Parak Gadang 251 1229 276 263 502 2579 1766 871

Jumlah 1895 9275 2085 1990 3790 19468 13335 6578

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011

2.4. Sarana dan Prasarana

2.4.1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Wilayah kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk melayani

masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 8 buah Puskesmas

pembantu dan 1 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu:10

1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat

2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah

3. Puskesmas Pembantu Tarandam

4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan

5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung

6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak

7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam

8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian

9. Poskeskel Kubu Marapalam

Page 7: POA IKM 2012.docx

Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Andalas

mempunyai:

1 buah kendaraan roda empat (Puskel)

5 buah kendaraan roda dua

Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu:

Rumah Sakit Pemerintah : 3 buah

Rumah Sakit Swasta : 6 buah

Klinik Swasta : 6 buah

Dokter Praktek Umum : 51 orang

Dokter Praktek Spesialis : 15 orang

Bidan Praktek Swasta : 30 orang

Dukun Terlatih : 2 orang

Kader aktif : 352 orang

Pos KB : 12 pos

Posyandu Balita : 88 buah

Posyandu Lansia : 8 buah

2.4.2. Sarana dan Prasarana Umum10

Sarana dan prasarana umum di wilayah kerja Puskesmas Andalas:

Taman kanak-kanak (TK) : 34 buah

SD Negeri : 35 buah

SD Swasta : 13 buah

SMP/MTsN : 11 buah

SMA/ SMK : 15 buah

Perguruan tinggi : 4 buah

Tempat ibadah : 112 buah

Salon/ pangkas rambut : 34 buah

Pasar : 2 buah

2.5. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi10

Page 8: POA IKM 2012.docx

Sebagian besar penduduk wilayah kerja Puskesmas Andalas beragama Islam yaitu

sekitar 96%, beragama Kristen 2%, Hindu 1% dan Budha 1 %. Keadaan ekonomi penduduk

sebagian besar menengah ke bawah.

2.6. Tenaga Kesehatan dan Struktur Organisasi

Puskesmas Andalas mempunyai tenaga kesehatan yang bertugas di dalam gedung

induk dan Puskesmas Pembantu. dengan rincian: 51 orang PNS, 7 orang tenaga PTT, 5

orang tenaga volunteer/honor.

Tabel 3. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas

NOJENIS

KETENAGAANPNS PTT HONOR JML

1. Dokter Umum 4 4

2. Dokter Gigi 3 3

3. SKM 4 1 5

4. Akademi Perawat 5 1 6

5. Akademi Bidan 6 7 13

6. Pengatur Gizi / AKZI 1 1 2

7. Perawat 6 6

8. Bidan 7 1 8

9. Perawat Gigi 1 1

10. Sanitarian 2 2

11. Asisten Apoteker 3 3

12. Analis 3 1 4

13. SMU 6 2 8

Jumlah 51 8 5 65 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011

Page 9: POA IKM 2012.docx

PIMPINAN PUSKESMASDr. Dessy M Siddik

.

KEUANGANSumarni

Yenti Reflinda

PERENCANAANKa. Puskesmas

Tata UsahaStaf Medis

TATA USAHA/ KEPEGAWAIAN

PERLENGKAPAN UMUMErnawatiRostini

Nofrizal Bahar, AmKL

PUSTU TERANDAMROZA PAHILDA

PUSTU SARANG GAGAKLUSSI NOFIARITA,Amd,Keb

PUSTU KP. DURIANARIOSSDA,Amd,Keb

PUSTU KUBU DALAMSYAFRIDA

PUSTU PARAK KARAKAHIMELDA,Amd,Keb

PUSTU JATI GAUNGERNI NOFITA

PUSTU ANDALAS BARATELMIATI,Amd,Keb

PUSTU GANTING SELATANSUSILAWATI,Amd,Keb

KOORDINATOR UPAYA KESEHATAN PERORANGANDr. Fanni MartiasPENGOBATAN

UMUM :dr. FANNI MARTIASANNELTIERNI BOTHNURHAYATIDEWI RAHAYU NEKA KURNIATIGIGI: drg. RATNI YUDHAdrg. DWI FILIANAdrg. VINELSIHdrg. DAFNAMURNI BR GURUSINGAKIA/KBA. IBU:SYAMSIWARTIRINI A, Amd, KebB. ANAK:ADE MAILINADOTI MAILINAC. KB: ARNITAWATIHj. NELLY S, Amd,Keb

PROGRAM PENUNJANGAPOTIK:YENTI REFLINDAELGUSNETIGUSTINAR NURSAMRR:AMRIANINURHAYATI

KOORDINATOR UPAYA KESEHATAN MASYARAKATDrg. DWI FILIANA

P2MTb Paru: NURHAYATI

SURVEILANS: ADETYOZA, AmkDBD: IRDAWATI, SKMISPA: NELLY MURSITA

DIARE: ERFITAIMUNISASI/RABIES: FERDINI DK,Amd,Keb

MALARIA/LABOR: LIZA NURMAYA D,Amd,Ak JUFRIYANTI,Amd,Ak

PROMKES : YUSMARNI,Amd,KepKESLING: IRDAWATI,SKM

GIZI: SALNIATY,AMG

PROGRAM TAMBAHAN

UKS: GUSNETIUKGS: MURNI BR GURUSINGA

LANSIA: LINA FIFRIANTIKESORGA: SYAMSIWARTI

PERKESMAS: DEWI RAHAYU,Amd,Kep

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Andalas11

BAB III

Page 10: POA IKM 2012.docx

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Demam berdarah dengue/DBD (Dengue Haemorhagic Fever/DHF) adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot,

dan/atau nyeri sendi yang disertai oleh leukopenia ,ruam, limfadenopati,trombositopeni,dan

diatesis hemoragic. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh

hemokonsentrasi (peningkatan Hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.

Sindrom Renjatan Dengue (Dengue Syok Sindrom) adalah demam berdarah dengue yang

ditandai dengan renjatan/syok.13

3.2.Etiologi

DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4

serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-

3 merupakan serotipe yang dominan di Indonesia dan paling banyak

berhubungan dengan kasus berat.13

3.3. Patogenesis

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Reaksi tubuh merupakan reaksi

yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang

mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Re-infeksi ini akan

menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks

antigen antibodi (kompleks virus antibodi) yang tinggi. 13

Terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut: 13

1. Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, berakibat dilepaskannya

anafilatoksin C3a dan C5a.C5a menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh

darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat

berperan dalam terjadinya renjatan. Pada DSS kadar C3 dan C5 menurun masing-masing

sebanyak 33% dan 89%. Nyata pada DHF pada masa renjatan terdapat penurunan kadar

komplemen dan dibebaskannya anafilatoksin dalam jumlah besar, walupun plasma

mengandung inaktivator ampuh terhadap anafilatoksin, C3a Dan c5a agaknya perannya dalam

Page 11: POA IKM 2012.docx

proses terjadinya renjatan telah mendahului proses inaktivasi tersebut. Anafilaktoksin C3a dan

C5a tidak berdaya untuk membebaskan histamin dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar

histamin yang meningkat dalam air seni 24 jam pada pasien DHF.

2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan mengalami metamorfosis.

Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan dimusnahkan oleh sistem

retikuloendotel dengan berakibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan

agregasi, trombosit akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan serotonin) yang bersifat

meninggikan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang

koagulasi intravaskular.

3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan

intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang

berperan dalam pembentukan anafilatoksin yang penghancuran fibrin menjadi fibrin

degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang berperan

dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.

Diagram 1. Patogenesis DBD

Page 12: POA IKM 2012.docx

DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara hari ke-3 dan

ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis meningkatnya reaksi imunologis, yang

dasarnya sebagai berikut:13

1. Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag dan sel kupfer

merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue.

2. Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik pada sel, bertindak

sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue pada permukaan sel fogosit

mononukleus.

3. Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yang telah terinfeksi

itu. Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS ialah jumlah sel yang terinfeksi.

4. Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan disseminated intravaskular

coagulation (DIC) terjadi sebagai akibat dilepaskannya mediator-mediator oleh sel fagosit

mononukleus yang terinfeksi itu. Mediator tersebut berupa monokin dan mediator lain yang

mengakibatkan aktivasi komplemen dengan efek peninggian permeabilitas dinding pembuluh

darah, serta tromboplastin yang memungkinkan terjadinya DIC.

2.4.Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala

karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia di

tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti

pembesaran kelenjar–kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DD disebabkan oleh

kongesti pembuluh darah dibawah kulit. 14

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DD

dengan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilatoksin,

histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan

intravaskular. Berakibat berkurangnya volum plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi pleura dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari

Page 13: POA IKM 2012.docx

saat permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat,

volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%. 14

Adanya kebocoran plasma ke daerah ektravaskular dibuktikan dengan ditemukannya cairan

dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang

terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan,

asidosis metabolik dan kematian. 14

Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi

trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya

megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan

dugaan meningkatnya destruksi trombosit dalam sistem retikuloendotelial. Fungsi agregasi trombosit

menurun mungkin disebabkan proses imunologis dengan terdapatnya sistem koagulasi disebabkan

diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terganggu oleh aktivitasi sistem koagulasi.

14

DIC secara potensial dapat juga terjadi pada pasien DHF tanpa renjatan. Pada awal DHF

pernah DIC tidak menonjol dibanding dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk

dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka akan memperberat DIC sehingga perannya akan

menonjol.14

Page 14: POA IKM 2012.docx

Gambar 3. Patofisiologi DBD

Page 15: POA IKM 2012.docx

Diagram 2. Infeksi Virus Dengue

2.5. Manifestasi Klinik

Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai

dari asimptomatik (silent dengue infection), demam dengue (DD),

demam berdarah dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai

syok (sindrom syok dengue, SSD).15

Tabel 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue Spektrum Klinis

Manifestasi Klinis

DD • Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut:

Page 16: POA IKM 2012.docx

nyeri kepala, nyeri retroorbita,   mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.• Dapat disertai trombositopenia.• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.

DBD

• Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.• Uji torniquet positif.• Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.• Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.• Hepatomegali.• Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.• Trombositopenia.• Hemokonsentrasi.• Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok

SSD

• Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).• Gejala syok :

Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.Akral dingin, capillary refill turun.Diuresis turun, hingga anuria.

Keterangan:

Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama perdarahan GIT lebih

dominan pada DBD.

Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas

kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang mengakibatkan haemokonsentrasi,

hipovolemia dan syok.

Uji torniquet positif : terdapat 10 - 20 atau lebih petekiae dalam diameter 2,8 cm (1 inchi).

2.6. Pemeriksaan Penunjang

Uji laboratorium meliputi :15

Page 17: POA IKM 2012.docx

1. Isolasi virus

Dapat dilakukan dengan menanam spesimen pada :

Biakan jaringan nyamuk atau biakan jaringan mamalia.

Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen yang ditunjukkan

dengan immunoflouresen, atau adanya CPE (cytopathic effect) pada biakan

jaringan manusia.

Inokulasi/ penyuntikan pada nyamuk

Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen dengue pada kepala

nyamuk yang dilihat dengan uji immunoflouresen.

2. Pemeriksaan Serologi

Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)

Uji Pengikatan komplemen (Complement Fixation Test)

Uji Netralisasi (Neutralization Test)

Uji Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay)

Uji IgG Elisa indirek

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pada pemeriksaan radiologi dan USG Kasus DBD, terdapat beberapa kerlainan yang

dapat dideteksi yaitu :15

1. Dilatasi pembuluh darah paru

2. Efusi pleura

3. Kardiomegali dan efusi perikard

4. Hepatomegali, dilatasi V. heapatika dan kelainan parenkim hati

5. Caran dalam rongga peritoneum

6. Penebalan dinding vesika felea

2.7 Klasifikasi DBD

WHO 1997 membagi Demam Berdarah Dengue menjadi empat derajat yaitu:15

1. Derajat I (ringan).

Page 18: POA IKM 2012.docx

Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala klinis lain, dengan manifestasi perdarahan

dengan uji truniquet positif

2. Derajat II (sedang).

Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih berat karena ditemukan perdarahan

spontan kulit dan perdarahan lain.

3. Derajat III (berat).

Penderita dengan gejala shoch/kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan

nadi menyempit (< 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan

penderita menjadi gelisah.

4. Derajat IV (berat).

Penderita shock berat dengan tensi yang tak dapat diukur dan nadi yang tak dapat

diraba.

2.8. DiagnosisKriteria klinis :15

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia, lemah, nyeri pada

punggung, tulang, persendian , dan kepala, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.

2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, petekie, ekimosis,

epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.

3. Hepatomegali

4. Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau hipotensi disertai

gelisah dan akral dingin.

Kriteria laboratoris :

1. Trombositopenia (≤ 100.000/µl)

2. Hemokonsentrasi (kadar Ht ≥ 20% dari orang normal)

Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratoris dianggap cukup untuk

menegakkan diagnogsis kerja DBD.

2.9. Pengobatan DBD

Pengobatan DBD : 16,17

Page 19: POA IKM 2012.docx

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan

plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dansebagai akibat perdarahan.

Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.

Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.

1. Demam dengue

Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien dianjurkan:

• Tirah baring, selama masih demam.

• Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.

• Untuk menurunkan suhu menjadi < 39°C, dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh karena dapat meyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis.

• Dianjurkan pemberian cairan danelektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.

• Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen.

2. Demam Berdarah Dengue

Penatalaksanaan DBD dibagi menjadi 4 bagian yaitu tersangka infeksi dengue, DBD

derajat I atau II tanpa peningkatan hematokrit, DBD derajat II dengan peningkatan

hematokrit >20% dan DBD derajat III dan IV.

a. Tersangka DBD

Page 20: POA IKM 2012.docx
Page 21: POA IKM 2012.docx

Diagram 3. Alur Tatalaksana Suspect DBD

b. DBD tanpa syok (derajat I dan II)

a. Medikamentosa

Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan aspirin.

b. Suportif

Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan

perdarahan. Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk mengatasi masa peralihan

dari fase demam ke fase syok disebut time of fever differvesence dengan baik. Cairan

intravena diperlukan apabila anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi,

dehidrasi dapat mempercepat terjadinya syok dan nilai hematokrit cenderung meningkat

pada pemeriksaan berkala.

Page 22: POA IKM 2012.docx

Diagram 4. Tatalaksana DBD derajat 1 dan II tanpa peningkatan Hematokrit

Diagram 5. Tatalaksana DBD derajat I dan II dengan peningkatan Hematokrit

Page 23: POA IKM 2012.docx

c. DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV)

1. Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan ringer laktat 10-20 ml/kgBB

secara bolus diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila syok belum teratasi tetap diberikan

ringer laktat 20 ml/kgBB ditambah koloid 20-30 ml/kgBB/jam, maksimal 1500ml/hari

2. Pemberian cairan 10 ml/kgBB/jam tetap diberikan sampai 24 jam pasca syok. Volume

cairan diturunkan menjadi 7 ml/kgBB/jam dan selanjutnya 5 ml dan 3 ml apabila tanda vital

membaik.

3. Jumlah urin 1 ml/kgBB/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik

4. Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok teratasi.

5. Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit pada DBD syok.

6. Indikasi pemberian darah:

a. terdapat perdarahan secara klinis

b. setelah mendapat cairan kristaloid dan koloid, syok menetap, hematokrit turun, diduga

telah terjadi perdarahan, berikan darah segar 10 ml/kgBB

c. Apabila kadar hematokrit tetap >40vol%, maka berikan darah dalam volume kecil

d. Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna untuk koreksi gangguan koagulopati

atau koagulasi intravaskular desiminator (KID) pada syok berat yang menimbulkan

perdarahan masif

e. Pemberian transfusi suspensi trombosit pada KID harus selalu disertai plasma segar

(berisi faktor koagulasi yang diperlukan), untuk mencegah perdarahan lebih hebat.

3.10 Tindakan Pencegahan dan Pemberantasan DBD

Saat ini, tidak tersedia vaksin untuk demam berdarah dan belum ada obat-obatan

khusus untuk penyembuhannya. Karena itu, pencegahan terbaik adalah dengan

menghilangkan faktor penyebabnya dengan cara memberantas vektor penularanannya yaitu

nyamuk Ae.Aegypti.15

Page 24: POA IKM 2012.docx

Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan

primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat pertama ini

merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah

orang yang sehat menjadi sakit.15

Untuk pencegahan primer, tindakan yang bisa dilakukan adalah :15

a. Melakukan surveilans vektor untuk menentukan distribusi, kepadatan populasi, habitat

utama larva, faktor resiko berdasarkan waktu dan tempat yang berkaitan dengan penyebaran

dengue, dan tingkat kerentanan atau kekebalan insektisida yang dipakai, untuk

memprioritaskan wilayah dan musim untuk pelaksanaan pengendalian vektor.

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah survei jentik. Survei jentik dilakukan dengan

cara melihat atau memeriksa semua tempatatau bejana yang dapat menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada

tidaknya jentik,yaitu dengan cara visual. Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada

tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang

dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada 100 rumah/bangunan

yang dipilih secara acak (random sampling). Angka Bebas Jentik dan House Indeks lebih

menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah.

b. Melakukan pengendalian vektor untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk Aedes

aegypti. Secara garis besar ada 3 cara pengendalian vektor yaitu :

Pengendalian Cara Kimiawi

Pada pengendalian kimiawi digunakan insektisida yang ditujukan pada

nyamukdewasa atau larva. Insektisida yang dapat digunakan adalah dari golongan

organoklorin, organofosfor, karbamat, dan pyrethoid. Bahan-bahan insektisida dapat

diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan (spray) terhadap rumah-rumah penduduk.

Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva Aedes aegypti yaitu dari golongan

organofosfor (Temephos) dalam bentuk sand granules yang larut dalam air di tempat

perindukan nyamuk atau sering disebut dengan abatisasi.

Pengendalian Hayati / Biologik

Pengendalian hayati atau sering disebut dengan pengendalian biologis dilakukan

dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme hewan

Page 25: POA IKM 2012.docx

invertebrate atau vertebrata. Sebagai pengendalian hayati dapat berperan sebagai patogen,

parasit dan pemangsa. Beberapa jenis ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan gabus

(Gambusia affinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa jenis

golongan cacing nematoda seperti Romanomarmis iyengari dan Romanomarmis culiforax

merupakan parasit yang cocok untuk larva nyamuk.

Pengendalian Lingkungan

Pengendalian lingkungan dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan

mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu memasang kawat kasa pada pintu, lubang

jendela, dan ventilasi di seluruh bagian rumah. Hindari menggantung pakaian di kamar

mandi, di kamar tidur, atau di tempat yang tidakterjangkau sinar matahari.

c. Melakukan surveilans kasus yang dapat dilakukan dengan surveilans aktif maupun pasif.

d. Melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk melalui program 3 M +

Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu

sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.

Menutup rapat-rapat tmpat penampungan air.

Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti:

kaleng-kaleng bekas, plastik dan lain-lain.

Plus tidak menggantung pakaian, memakai lotion atau obat anti nyamuk, menutup lubang-

lubang pada bambu dengan tanah supaya air tidak tergenang. Inti dari plusnya ini adalah

lebih memperhatikan kebersiha lingkungan sekitar kita.

Untuk pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara melakukan penemuan,

pertolongan, dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan

masyarakat. Selain itu pada pencegahan sekunder juga dilakukan penyelidikan epidmiologi

dari pihak surveilans puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kota dan aparat wilayah.

Sedangkan pencegahan tingkat tertier dimaksudkan untuk mencegah kematian akibat

penyakit DBD dan melakukan rehabilitasi.

Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan :15

a. Transfusi Darah

Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan malena

diindikasikan untuk mendapatkan transfusi darah secepatnya.

b. Stratifikasi Daerah Rawan DBD

Adapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan seperti :

Page 26: POA IKM 2012.docx

Endemis yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD.

Kegiatan yang dilakukan adalah fogging Sebelum Musim Penularan (SMP), abatisasi

selektif, dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

Sporadis yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD.

Kegiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), PSN (Pemberantasan

Sarang Nyamuk) dan 3M, penyuluhan tetap dilakukan.

Potensial yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir tidak ada kasus DBD.

Tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi dengan wilayah lain dan

persentase rumah yang ditemukan jentik > 5%. Kegiatan yang dilakukan adalah PJB, PSN,

3M dan penyuluhan.

Bebas yaitu Kecamatan, Kelurahan yang tidak pernah ada kasus DBD. Ketinggian dari

permukaan air laut > 1000 meter dan persentase rumah yang ditemukan jentik ≤ 5%.

Kegiatan yang dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan.

Namun Program pemberantasan penyakit DBD di berbagai negara pada umumnya

belum berhasil, karena masih tergantung pada penyemprotan dengan insektisida untuk

membunuh nyamuk dewasa.Penyemprotan membutuhkan pengoperasian yang khusus dan

dan dibanyak Negara upaya semacam itu membutuhkan biaya yang tinggi.15

Untuk mencapai kelestarian program pemberantasan vektor DD/DBD sangat penting

untuk memusatkan pada pembersihan sumber larva dan harus bekerja sama dengan sector

non-kesehatan, seperti organisasi non-pemerintahan, organisasi swasta dan kelompok

masyarakat, untuk memastikan pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam

pelaksanaannya. Untuk itu, perlu diterapkan pendekatan yang terpadu terhadap

pengendalian nyamuk dengan menggunakan semua metode yang tepat (lingkungan, biologi,

dan kimiawi) aman, murah, dan ramah lingkungan.Program pemberantasan Ae. Aegypti

yang sukses dan berkesinambungan haruslah melibatkan kerja sama antara lembaga

pemerintah yang terkait serta masyarakat. Pendekatan yang akan dijabarkan di bawah ini

penting artinya untuk pemberantasan Ae. Aegypti jangka panjang dan berkesinambungan.15

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Berkesinambungan

Page 27: POA IKM 2012.docx

Agar upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dapat berjalan maksimal, maka

kegiatan-kegiatan ini harus dilakukan secara berkesinambungan. Ada beberapa faktor yang

turut berperan agar upaya-upaya tersebut dapat terlaksana sesuai target, diantaranya :15

a. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat “suatu proses dimana perorangan, keluarga dan masyarakat

dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pemberantasan vector di wilayahny.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa program ini perlu

dilaksanakan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah yang ada dilingkungannya. Melalui

kegiatan ini dapat menaikkan rasa percaya diri masyarakat dalam ikut melaksanakan

pembangunan.

Tujuan

Mengembangkan cakupan program kepada seluruh anggota masyarakat dengan car

amelibatkan masyarakat secara aktif

1. Membuat program agar lebih efisien dan efektif, dengan mengkoordinasikan berbagai

sumber daya yang lebihbesar, termasuk pula upaya memadukan kegiatan-kegiatan dan

usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat.

2. Membuat program agar lebih efektif dengan cara menyusun sasaran, tujuan dan strategi

bersama-sama dengan masyarakat.

3. Meningkatkan rasa keadilan melalui pembagian tanggung jawab, dan meningkatkan rasa

kesetiakawanan dalam membantu masyarakat, khususnya yang tergolong dalam kelompok

resiko tinggi.

4. Menumbuhkan rasa percaya masyarakat danmeningkatkan rasa kepekaan masyarakat

terhadap upaya kesehatan.

Berbagai cara dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat

terhadap kejadian demam berdarah dengue di lingkungan, diantaranya :

1. Menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada masyarakat

Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan harus mampu menunjukkan kepedulian

yang sungguh-sungguh terhadap penderitaan masyarakat, misalnya bagi pasien atau yang

Page 28: POA IKM 2012.docx

meningga lkarena dengue, masalah ekonomi keluarga, dan mengusahakan agar program

dapat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan dan harapan rakyat.

2. Memprakarsai dialog

Para pemimpin pemerintahan, tokoh-tokoh masyaraka tbaik formal maupun non

formal, organisasi kewanitaan, kelompok-kelompok pemuda, LSM, dan organisasi

kemasyarakatan lainnya, harus diajak berdialog melalui kontak personal, diskusi-diskusi

kelompok penayangan film dan lain-lain.

3. Menciptakan masyarakat agar mempunyai rasa memiliki program

Pemerintah harus mampu merangsang masyarakat untuk membuat gagasan dan

memprakarsai program, sedangkan pemimpin berperan membantu pelaksanaan dengan

memanfaatkansumber daya yang tersedia untuk mendanai program.

4. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan sangat penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.

Ini adalah proses jangka panjang untuk mencapai perubahan perilaku manusia, yang harus

dilaksanakan secara berkelanjutan. Penyuluhan tidak semata-mata sebagai forum untuk

memberitahukan kepada masyarakat tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Penyuluhan kesehatan harus dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian formatif guna

mengidentifikasi hal-hal apa saja yang penting bagi masyarakat dan harus

diimplementasikan pada tingkat masyarakat, tingkat wilayah dan tingkat penentu kebijakan.

Tingkat masyarakat

Masyarakat sebaiknya tidak hanya dibekali pengetahuan dan ketrampilan memberantas

vector, namun materi juga membekali mereka dengan pengetahuan untuk mampu membuat

pilihan-pilihan yang terbaik dalam masalah kesehatan serta mampu untuk bertindak secara

individual dan kolektif.

Tingkat administrasi pemerintahan (pusat sampai desa)

Memungkinkan masyarakat untuk memobilisasikan tindakan-tindakan dilokasi tertentu

(lokal) serta melakukan dorongan sosial yang tidak hanya melibatkan satu kelompok

Page 29: POA IKM 2012.docx

masyarakat saja tetapi mencakup berbagai kelompok untuk berpartisipasi dalam masalah

kesehatan, pembangunan dan kegiatan sosial lainnya.

Tingkat politik (penentu kebijakan)

Harus tersedia mekanisme yang memungkinkan masyarakat mampu menyampaikan

prioritas masalah kesehatan mereka kepada pihak-pihak penentu kebijakan.

Partisipasi masyarakat ini disalurkan melalui kegiatan-kegiatan yang penting

dilakukan agar program pemberantasan DBD/DD dapat berkesinambungan

1. Tingkat individu, mendorong setiap rumah tangga untuk melakukan kegiatan rutin

pemberantasan DBD / DD seperti : pengurangan sumber perkembangbiakan nyamuk dan

tindakan perlindungan.

2. Tingkat masyarakat, diselenggarakan kampanye kebersihan dua kali atau lebih dalam

setahun untuk memberantas tempat-tempat perkembangbiakan jentik nyamuk di tempat-

tempat umum maupun rumah pribadi.

3. Apabila partisipasi masyarakat luas sulit diwujudkan karena alasan-alasan geografis,

pekerjaan, atau demografis, keterlibatan masyarakat dapat tetap diwujudkan melalui

organsisasi masyarakat dan kelompok sukarela (kader).

4. Memperkenalkan pentingnya program program diatas disekolah kepada anak-anak dan

orangtua untuk memberantas tempat perkembangbiakan nyamuk di rumah dan di sekolah.

5. Mengajak dan mendorong sektor swasta untuk ikut berpartisipasi dalam program kepedulian

dan pengembangan sanitasi masyarakat sebagai sponsor.

6. Mengkoordinasikan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan dan pemberantasan

DBD melalui prioritas pembangunan masyarakat lainnya.

7. Mengkombinasikan upaya pemberantasan vektor dengue dengan melakukan pengamatan

dari seluruh spesies penyebab penyakit dan nyamuk pengganggu serta serangga lainnya.

8. Mengatur insentif baru bagi mereka yang berpartisipasi dalam program pembasmian

dengue.

b. Koordinasi antar sektor

Masalah dengue bukan merupakan masalah kesehatan saja. Upaya pencegahan dan

pemberantasan dengue memerlukan koordinasi yang kuat serta kerjasama antara sektor

kesehatan dan non kesehatan (baik pemerintah maupun swasta), LSM, dan masyarakat

Page 30: POA IKM 2012.docx

setempat. Selama wabah terjadi, kerjasama tersebut semakin diperlukan karena upaya

penanganan KLB atau wabah memerlukan berbagai sumber daya dari seluruh kelompok

untuk mengawasi penyebaran penyakit. Kerjasama antar sektoral melibatkan setidaknya 2

komponen, yaitu: penyediaan sumber daya dan penyesuaian kebijakan antar sektor

pemerintah dengan lembaga non pemerintah.

c. Pengembangan model

Pengembangan model program pemberantasan dengue dilakukan melalui suatu

pendekatan partisipasi masyarakat harus dimulai dengan mengidentifikasi pihak-pihak yang

secara potensial terkait dan bertanggungjawab. Setelah itu, mempelajari cara-cara mendekati

mereka agar berpartisipasi dalam kegiatan pemberantasan vektor.

d. Mobilisasi sosial

Pertemuan advokasi bagi para penyusun kebijakan untuk mencapai komitmen politik

dalam kampanye kebersihan massal dan sanitasi lingkungan perlu dilakukan. Pertemuan

koordinasi antar sektoral harus diadakan untuk menggali donor yang mungkin mendanai

kampanye massal pemberantasan sarang nyamuk serta langkah-langkah yang dibutuhkan

untuk membantu pembiayaan program.Pelatihan dan orientasi bagi tenaga-tenaga medis

harus pula dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan keterampilan mereka

dalam mensupervisi kegiatan dan pemberantasan DBD. “Gerakan bulan DBD” harus

diselenggarakan minimal 2 kali setahun, yaitu sebelum musim penularan dan selama periode

puncak penularan.

e. Dukungan legistatif

Dukungan legistatif sangat penting bagi keberhasilan program pemberantasan

dengue. Seluruh Negara memiliki undang-undang tentang pengawasan penyakit epidemik

dengan memberikan wewenang kepada petugas kesehatan untuk mengambil tindakan yang

diperlukan di masyarakat dalam pembasmian epidemi.

Pemberantasan Sarang Nyamuk

Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

(PSN-DBD)15

Gerakan PSN DBD adalah seluruh kegiatan masyarakat bersama pemerintah yang

dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit DBD

Page 31: POA IKM 2012.docx

disertai pemantauan hasil hasilnya secara terus menerus. Gerakan PSN DBD ini merupakan

bagian yang penting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD dan upaya

mewujudkan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat dalam rangka mencapai

masyarakat dan keluarga sejahtera.

Tujuan Gerakan PSN DBD adalah membina peran serta masyarakat dalam

pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam memberantas jentik nyamuk penularnya,

sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah atau dibatasi.

Sasaran Gerakan PSN DBD adalah agar semua keluarga dan pengelola tempat

umum melaksanakan PSN DBD serta menjaga kebersihan di lingkungannya masing-masing,

sehingga bebas dari jentik nyamuk Aedes aegypti. Selain itu melalui gerakan ini, semua

keluarga juga diharapkan untuk :

1. Melakukan konsultasi (memeriksakan) kepada petugas kesehatan jika ada anggota keluarga

yang sakit dan diduga menderita penyakit DBD, karena penderita penyakit ini perlu segera

mendapat pertolongan.

2. Melaporkan kepada Kepala Desa/Kelurahan, jika ada anggota keluarga yang menderita

penyakit DBD, agar dilakukan penggerakan masyarakat di sekitarnyaguna mencegah

meluasnya penyakit ini.

3. Membantu kelancaran penanggulangan kejadian penyakit DBD yang dilakukan oleh petugas

kesehatan.

Sasaran wilayah yang diprioritaskan adalah Kecamatan endemis dan Kecamatan

Sporadis. Metode yang digunakan adalah pendekatan edukatif dan persuasif melalui

kegiatan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat.Semua keluarga harus diberi

informasi tentang penyakit DBD dan dimotivasi untuk melaksanakan PSN-DBD secara

terus-menerus, sehingga PSN-DBD dan pemeliharaan kebersihan lingkungan menjadi

kebiasaan sehari-hari bagi setiap keluarga.

Gerakan PSN DBD di Desa/Kelurahan dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja

Pemberantasan Penyakit DBD atau disingkat Pokja DBD, yang merupakan forum

koordinasi kegiatan pemberantasan penyakit DBD dalam wadah LKMD. Pembinaan

pelaksanaan Gerakan PSN-DBD dilakukan oleh POKJANAL DBD Tingkat Kecamatan,

Kabupaten/Kodya, Propinsi dan Tingkat Pusat secara berjenjang.Adapun POKJANAL DBD

yang dimaksud merupakan forum koordinasi lintas program/sektoral dalam pembinaan

Page 32: POA IKM 2012.docx

upaya pemberantasan penyakit DBD yang secara organisasi berada di bawah serta

bertanggung jawab kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD.

Pokok-Pokok Kegiatan Penggerakan PSN DBD15

Penggerakan PSN DBD di Desa/Kelurahan

Sasaran penggerakan PSN DBD di Desa/ Kelurahan adalah keluarga yaitu dilaksanakannya

PSN DBD di rumah-rumah secara terus menerus. Kegiatan rutin penggerakan PSN DBD di

Desa/Kelurahan antara lain meliputi :

1. Kunjungan rumah berkala sekurang-kurangnya tiap 3 bulan (untuk penyuluhan dan

pemeriksaan jentik) oleh kader di tingkat RT/RW, kader Dasawisma atau tenaga lain sesuai

kesepakatan masyarakat setempat. Kegiatan ini dibimbing oleh Kader Tingkat

Desa/Kelurahan (kader inti) yang telah dilatih oleh petugas Puskesmas.

2. Penyuluhan kelompok masyarakat oleh kader dan tokoh masyarakat, antara lain di

Posyandu, tempat ibadah dan dalam pertemuan-pertemuan warga masyarakat..

3. Kerja bakti PSN DBD dan kebersihan lingkungan secara berkala.

Penggerakan PSN DBD di Sekolah dan Tempat Umum lainnya

Pembinaan kegiatan PSN DBD di sekolah diintegrasikan dalam proses belajar mengajar,

baik melalui intra maupun ekstrakurikuler termasuk program UKS. Pembinaan kegiatan

PSN DBD di tempat umum lainnya dipadukan dalam program pemeliharaan kesehatan

lingkungan antara lain melalui pemeriksaan sanitasi tempat umum.

- Penyuluhan dan Motivasi Kepada Masyarakat Luas

Penyuluhan kepada masyarakat luas dilaksanakan melalui media massa seperti TV, radio,

bioskop, poster, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Motivasi tentang PSN DBD

dilakukan antara lain melalui berbagai lomba misalnya lomba PSN Desa, lomba sekolah,

dan lain-lain.

Pemantauan Penggerakan PSN DBD15

Pemantauan penggerakan PSN DBD di Desa/Kelurahan maupun di sekolah dan

tempat umum lainnya, dipantau secara berkala, sekurang-kurangnya tiap 3bulan, oleh

Pokjanal DBD tingkat kecamatan dan Pokjanal DBD tingkat kabupaten/kodya. Pemantauan

dilaksanakan antara lain dengan melakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB) pada sejumlah

sampel rumah, sekolah dan tempat umum lainnya. Sebagai indikator keberhasilan

Page 33: POA IKM 2012.docx

penggerakan PSN DBD yang digunakan adalah angka bebas jentik (ABJ) yaitu persentase

rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik. Hasil pemantauan disajikan dalam Form

PWS PSN DBD dan dibahas dalam pertemuan berkala Pokjanal DBD untuk ditindaklanjuti

oleh masing-masing instansi/lembaga yang bersangkutan.

Komunikasi Perubahan Perilaku (Communication for Behavioral Impact)15

Untuk mengoptimalkan upaya pemberdayaan masyarakat dalam PSN DBD, pada

tahun 2004 WHO memperkenalkan suatu pendekatan baru yaitu Komunikasi Perubahan

Perilaku/KPP (Communications for Behavioral Impact /COMBI), tetapi beberapa negara di

dunia seperti negara Asean ( Malaysia, Laos, Vietnam), Amerika Latin (Nikaragua, Brazil,

Cuba) telah menerapkan pendekatan ini dengan hasil yang baik. Indonesia sudah diterapkan

di Jakarta Timur sebagai daerah uji coba dan juga memberikan hasil yang baik.

3.11 Prognosis17

Bila tidak disertai dengan renjatan maka prognosa baik, biasanya dalam 24-36 jam

cepat menjadi baik.5 Kematian telah terjadi pada 40-50% penderita dengan syok, tetapi

dengan perawatan intensif yang cukup, kematian akan kurang dari 2%. Ketahanan hidup

secara langsung terkait dengan manajemen awal dan intensif.

Page 34: POA IKM 2012.docx

3.11 Monitoring dan Evaluasi18

a. Indikator Pemerataan

1. Penyelidikan Epidemiologis (PE) = Jumlah penderita dengan PE

Jumlah penderita yang dilaporkan

2. Fogging Focus = Jumlah Fogging

Jumlah Penderita

b. Indikator efektivitas perlindungan =

Cakupan rumah dengan FF/AS/PSN

Jumlah rumah yang seharusnya tercakup dalam FF/AS/PSN

c. Indikator efisiensi program

1. Angka kepadatan jentik (HI) = Jumlah rumah yang positif terdapat jentik

Jumlah rumah yang diperiksa

2. Angka Kesakitan DBD = Jumlah kesakitan DBD

Jumlah Penduduk

3. Angka kematian DBD = Jumlah kematian DBD

Jumlah penderitaX 100%

X 100%

X 100%

X 100%

X 100%

Page 35: POA IKM 2012.docx

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui analisa data sekunder dan wawancara

dengan penanggung jawab program di Puskesmas Andalas. Dari 6 program pokok yang

dijalankan Puskesmas Andalas, yaitu 5 program bersifat promotif dan preventif, dan 1

program kuratif (pengobatan), perlu dilakukan identifikasi masalah pada masing-masing

program. Dari program kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, gizi, KIA dan KB, serta

penanggulangan penyakit menular (P2M) masih terdapat beberapa kesenjangan antara

pencapaian dengan target yang ditetapkan. Pada bidang pengobatan masih terdapat beberapa

penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi. Target dan pencapaian setiap program

pokok dapat dilihat pada Tabel 4.1 sampai Tabel Tabel 4.6.

4.1.1. Program Kesehatan Lingkungan

Tabel . Target dan Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan tahun 201110

No. ProgramTarget/

IndikatorPencapaian Kesenjangan

1. Pengawasan TTU 100 % 93,8 % 6,2 %

2. Pemeriksaan TP2M 100 % 95 % 5 %

3. Survey Perumahan 100 % 67,7 % 12,3 %

4. Monitoring TPS 100 % 100 % -

5. Pemeriksaan K5 100 % 100 % -

6. Klinik Sanitasi 100 % 100 % -

7. Pemantauan DAMIU 100 % 93,4 % 6,6 %

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Page 36: POA IKM 2012.docx

Grafik . Target dan Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan tahun 2011

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Program Kesehatan Lingkungan adalah bagian dari 6 Program Pokok Puskesmas

yang merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan pemukiman melalui

upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum, termasuk

pengendalian pencemaran lingkungan dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan

keterpaduan pengelolaan lingkungan melalui analisis dampak lingkungan. Ada 8 program

kegiatan dari Program Kesling, yaitu: Pengawasan Tempat-tempat Umum (Peng.TTU),

Pemeriksaan Tempat Pengolahan Makanan (Pemrk.TPM), Survey Perumahan, Penyuluhan,

Monitor Tempat Pembuangan Sampah (Mon.TPS), Pemeriksaan Kaki Lima (Permk.K5),

Klinik Sanitasi dan Depot Air Isi Ulang. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Andalas

tahun 2011 masih terdapat beberapa program Kesling yang belum mencapai target 100%,

diantaranya: program Pengawasan Tempat-Tempat Umum, Pengawasan Tempat

Pengelolaan Makanan, Survey Perumahan, Penyuluhan dan Pemeriksaan Depot Air Isi

Ulang. Namun program yang masih sangat jauh dari target adalah program Survey

Perumahan, yang hanya terpenuhi 67,7% dari 100% target.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

100 100 100 100 100 100 100 100

90 87.5

56

94

86

9891

91.3

TARGET PENCAPAIAN

Page 37: POA IKM 2012.docx

Untuk tahun 2011, terjadi keterlambatan penentuan target jumlah minimal rumah

yang harus disurvey dari Dinas Kesehatan Kota untuk setiap wilayah kerja Puskesmas.

Idealnya setiap rumah di wilayah kerja harus disurvey setiap tahunnya. Penilaian meliputi

sarana sanitasi dasar, meliputi jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah

(SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS). Untuk tahun 2011, ditetapkan oleh DKK

meliputi 200 rumah setiap wilayah kerja puskesmas, untuk mewakili semua rumah di

wilayah kerja. Namun karena keterbatasan sumber dana dan tenaga kesehatan, khususnya

tenaga bagian Kesehatan Lingkungan, tidak semua rumah di wilayah kerja bisa dinilai

Sarana Sanitasi Dasarnya. Dan sampai waktu akhir pelaporan yang ditentukan DKK, tim

Kesling Puskesmas Andalas baru bisa mendatangi dan menilai 20 rumah dari 200 rumah

yang ditentukan. Inilah yang menyebabkan pencaipaian survey perumahan untuk tahun

2011 masih belum memenuhi dari target.10

4.1.2. Program Promosi Kesehatan

Tabel . Target dan Pencapaian Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) Program

Promosi Kesehatan tahun 201110

No. ProgramTarget

(per tahun)

Pencapaian

(per tahun)

PKM (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat)

1. Penyuluhan dalam gedung 96x 112 x

2. Penyuluhan luar gedung 960x 1208 x

3. Penyuluhan keliling 48x 52 x

UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)

1. Kelurahan Siaga 100% 100%

2. PHBS 65 % 63,88 %

3. Poskestren (Pos kesehatan pesantren) 100 %

(2 pesantren)

100 %

(2 Pesantren)

4. Pos UKK (Unit Kesehatan Kerja) 100 % 130%

Page 38: POA IKM 2012.docx

(10 pos)(13 pos)

5. Pemanfaatan Toga 100%

(575 KK yang ada TOGA)

100%

(575 KK yang

memanfaatkan TOGA)

6. Pembinaan Batra (pengobatan tradisional)

100 % 100 %

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Dari enam program UKBM Promosi Kesehatan terdapat satu program yang belum

mencapai target yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yaitu 63,88% dari 65%

target.

PHBS merupakan bagian dari Program Promosi Kesehatan yang bertujuan untuk

memberdayakan anggota rumahtangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk

memelihara dan meningkatkankesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan

melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan.

Terdapat 10 indikator dalam pelaksanaan PHBS, yaitu:10

1. Persalinan ditolong tenaga kesehatan

2. Memberi ASI eksklusif

3. Penimbangan balita tiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Membrantas jentik dirumah sekali seminggu

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap harinya

10. Tidak merokok didalam rumah

Page 39: POA IKM 2012.docx

0102030405060708090

100 95.989.5

81.480.480.2

69.860.9

30.4

20.216.8

LINAKES

AIR BERSIH

JAMBAN

TIMBANG

JENTIK

AKTIFITAS

ASI EKS

CTPS

BUAH/SAYUR

TDK MEROKOK

Grafik . Survei PHBS di Puskesmas Andalas Tahun 2011

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Tabel . Pencapaian Indikator PHBS di setiap Kelurahan tahun 2011

IndikatorKelurahan

I II III IV V VI VII VIII IX X

1 96,4% 98,6% 90,5% 95% 91% 90,4% 90,4% 98% 95% 95%

2. 60,1% 75% 69% 60% 58,4% 65% 59% 69,2% 60,9% 60,9%

3. 80,3% 80,2% 75,4% 81,2% 79,6% 80,2% 78,2% 92,3% 80,4% 80,4%

4. 94% 92,5% 85,3% 83,1% 78% 94% 83% 100% 85% 91%

5. 20,5% 37,2% 41,2% 35% 28,9% 29% 33,3% 28% 24,3% 26,5%

6. 97% 96% 74,3% 76% 80,3% 80% 79,5% 99% 81,4% 81%

7. 78% 82,2% 69% 69,5% 81,5% 79% 84% 100% 80,2% 80,2%

8. 24,6% 36,8% 24,5% 21,3% 19,6% 19,2% 19,4% 21% 20,2% 20,2%

9. 51% 72,9% 25,3% 59,8% 60,6% 60,6% 65% 31,9% 31,9% 59,1%

10. 15,5% 14,9% 20,2% 16,2% 12,9% 12,9% 17,2% 16,8% 16,8% 12,5%

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Keterangan Indikator:

Target : 65%

Page 40: POA IKM 2012.docx

1. Persalinan ditolong tenaga

kesehatan

2. Memberi ASI eksklusif

3. Penimbangan balita tiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Membrantas jentik dirumah sekali

seminggu

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok didalam rumah

Keterangan Kelurahan:

1. Kelurahan Sawahan

2. Kelurahan Jati Baru

3. Kelurahan Jati

4. Kelurahan Sawahan Timur

5. Kelurahan Simpang Haru

6. Kelurahan Andalas

7. Kelurahan Kubu Marapalam

8. Kelurahan Kubu Dalam Parak

Karakah

9. Kelurahan Parak Gadang Timur

10. Kelurahan Gt. Parak Gadang

Survei PHBS di Puskesmas Andalas di lakukan untuk semua kelurahan dan diambil

sampel 210 rumah tangga secara acak. Survei PHBS dilaksanakan satu kali setahun yaitu

biasanya dilakukan di awal tahun.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masih ada indikator PHBS yang masih

belum mencapai target nasional (65%) di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yakni :

1. Perilaku tidak merokok di dalam rumah (16.8%)

2. Makan buah dan sayur setiap hari (20.2%)

3. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (30.4%)

4. Pemberian ASI Eksklusif (60.9%)

Perilaku masyarakat untuk tidak merokok di dalam rumah masih belum mencapai

target yang ditetapkan. Semua kelurahan masih menunjukkan angka yang masih rendah. Hal

ini disebabkan masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai efek rokok terhadap

kesehatan anggota keluarganya. Masyarakat masih beranggapan jika efek rokok hanya

berefek terhadap kesehatan si perokok. Dalam survei PHBS ini masih banyak kepala rumah

tangga yang masih merokok di dalam rumah ketika berada bersama anggota keluarga

lainnya.

Survei untuk indikator PHBS lain yang masih belum mencapai target adalah makan

buah dan sayur setiap hari, dimana persentasenya masih 20.2%. Ini berarti bahwa masih

Page 41: POA IKM 2012.docx

banyak anggota keluarga rumah tangga yang masih belum mengkonsumsi minimal 3 porsi

buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.

Dari data indikator PHBS dalam pencapaian MDGs didapatkan persentase penduduk

yang cuci tangan pakai air bersih dan sabun yaitu 30,4%, angka ini masih jauh dari target

nasional yaitu sebesar 65%. Disimpulkan terdapat kesenjangan sebesar 34,6% seperti yang

terlihat pada grafik di atas.

Daerah yang paling rendah pencapaian penduduk yang cuci tangan pakai air bersih

dan sabun ini terdapat di Kelurahan Sawahan yakni 20,5% dari target 65% (kesenjangan

44,5%). Kelurahan Sawahan memiliki jumlah penduduk 5.438jiwa.

Indkator PHBS untuk pemberian ASI Eksklusif masih mencakup 60,9%. Pencapaian

tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan target yang diharapkan 65 % bayi yang ada

mendapat ASI Eksklusif. Banyak faktor yang menyebabkan masih rendahnya capaian

indicator ini adalah kurangnya informasi tentang manfaat dan keunggulan ASI, serta

kurangnya pengetahuan ibu tentang upaya mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI

selama periode menyusui.

Pada dasarnya belum tercapainya target program PHBS ini dikarenakan masih

rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat secara disiplin, sehingga

sangat sulit untuk terpenuhinya 10 indikator PHBS setiap harinya. Andalas merupakan

wilayah padat penduduk, yang terdiri dari beragam lapisan masyarakat. Berbeda-bedanya

tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan maysarakat Andalas, menyebabkan makin sulitnya

pengubahan pola hidup masyarakat. Selain itu masih kurang efektifnya usaha pen

sosialisasian PHBS ke masyarakat, baik melalui penyuluhan maupun melalui penyebaran

informasi PHBS melalui media-media seperti media elektronik, poster maupun leaflet.

4.1.3. Program Gizi

Ada beberapa program Gizi di Puskesmas Andalas seperti yang terdapat di tabel 4.4

tetapi belum semua program tersebut yang memenuhi target. Dari program Gizi yang

dilaksanakan di Puskesmas Andalas, kegiatan penimbangan Bayi dan Balita menunjukkan

nilai N/D yang belum mencapai target yaitu 78,3% untuk N/D bayi dan 67% untuk N/D

balita. Dari diskusi dengan petugas bagian Gizi dapat disimpulkan bahwa belum mencapai

targetnya N/D bayi dan balita di Puskesmas Andalas antara lain disebabkan oleh :

Page 42: POA IKM 2012.docx

Kesadaran masyarakat yang masih kurang mengenai pentingnya peningkatan

status gizi dan penimbangan tiap bulan bayi dan balita.

Kurangnya kinerja kader untuk menginformasikan pentingnya penimbangan bayi

dab balita

Kurangnya inovasi-inovasi baru dalam pelaksanaan posyandu

Tabel . Target dan Pencapaian Program Gizi tahun 201110

No KegiatanSasaran

(jumlah)

Target

(%)

Hasil

(jumlah)

Hasil

(%)Ket.

1 2 3 4 5 6 7

A Penimbangan

1 Bayi

D/S 1478 65,0% 1353 91,5

N/D 1353 80,0% 1060 78,3 -1,7%

BGM/D 1353 <5,0% 1 0,08

2 Balita

D/S 5910 65,0% 4498 76,1

N/D 4498 80,0% 3012 67,0 -13,0%

BGM/D 4498 <5,0% 103 2,3

B Distribusi Vit A

1 Bulan Februari

Bayi 1139 95,0% 1087 95,4

Anak Balita 7375 93,0% 7014 95,1

2 Bulan Agustus

Bayi 968 95,0% 921 95,1

Anak Balita 6630 93,0% 5924 93,6

3 Ibu Nifas 1613 80,0%

1 2 3 4 5 6 7

C Distribusi Fe

1 Fe1 1776 90,0% 1882 106,0

Page 43: POA IKM 2012.docx

2 Fe3 1776 85,0% 2062 116,1

3 Ibu Nifas 1613 80,0% 1707 100,9

D Kasus Gizi Buruk

1 Indek BB/U

Buruk 7943 <5% 5 0,1

Kurang 7943 <5% 41 0,5

E Pemeriksaan Garam Yodium 300KK 100% 10Kel 100

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

4.1.4. Program KIA dan KB

Tabel . Target dan Pencapaian Program KIA dan KB tahun 201110

No Kegiatan Sasaran

(jumlah)

Target

(%)

Hasil

(%)

Ket.

1 Pel.Kesehatan Bumil sesuai standar

(K1) 2085

95

106

2 Pel.Kesehatan Bumil sesuai standar

(K4) 2085

90

116.3

3 Persalinan Nakes 1990 90 100.9

4 Deteksi Resti Nakes 2085 50 16.4 33,6

5 Pelayanan Neonatus 1895 90 104.2

6 Kunjungan bayi 92 86,7 5,3

7 Kunjungan balita 80 80,1

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Page 44: POA IKM 2012.docx

SAW

AHAN

JATI

BARUJA

TI

SAW

AHAN TIMUR

KB.MRPLM

ANDALAS

KD.PRK.KRKH

PRK.GDG.TMR

SP HARU

GT.PRK.GDG

PUSKES

MAS05

101520253035404550

24.3

16.913.0

17.713.7

24.3

11.313.6

16.2 15.5 16.4

TARGET PENCAPAIAN

Grafik . Pencapaian Deteksi Resti Nakes Puskesmas Andalas Tahun 201110

Berdasarkan data diatas Deteksi ibu hamil resiko tinggi dan kunjungan bayi di

puskesmas merupakan program-program dari KIA-KB Puskesmas Andalas yang masih

belum mencapai target, yakni 16% untuk Deteksi Resiko tinggi ibu hamil dan 86% untuk

kunjungan bayi.

Masih rendahnya pencapaian program Deteksi Resiko Tinggi Ibu Hamil memang

dikarenakan rendahnya jumlah ibu hamil yang ditemukan positif beresiko tinggi dalam

kehamilan dibanding perkiraan jumlah ibu hamil beresiko tinggi di Puskesmas Andalas.

Dilihat dari kunjungan ibu hamil yaitu K1 dan K4, jumlah ibu hamil yang berkunjung

sudah melebihi target. Sehingga kemungkinan untuk tidak terdeteksinya ibu hamil beresiko

tinggi sangat rendah.

Page 45: POA IKM 2012.docx

SAWAHAN JATI BARU JATI SAWAHAN TIMUR

KB. MARA-PALAM

ANDALAS KB.DLM.PRK.KRKH

PRK. PDG. TIMUR

SP. HARU GT.PARAK GADANG

PUSKESMAS

KUN-JUN-GAN BAYI

86.1788617886179

86.3309352517986

87.037037037037

89.1089108910885

87.3015873015872

88.5416666666669

86.0360360360354

85.7142857142857

85.3448275862069

86.1751152073733

86.7327960322378

TARGET 92 92 92 92 92 92 92 92 92 92 92

5

15

25

35

45

55

65

75

85

95

Grafik . Pencapaian kunjungan bayi Puskesmas Andalas tahun 2011

Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa pencapaian kunjungan bayi pada di wilayah kerja

puskesmas Andalas tahun 2011 belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu 92%. Jumlah

sasaran bayi tahun 2011 adalah 1.613 bayi. Sedangkan jumlah bayi yang telah mendapatkan

empat kali pelayanan kesehatan sesuai standar selama tahun 2011 adalah 1.399 bayi. Ini

memberikan persentase hasil 86,7 % sehingga belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu

92%. Hal ini bisa dikarenakan terdapatnya beberapa indikator untuk kunjungan.

Seorang bayi itu dihitung telah memenuhi kriteria kunjungan apabila ia memenuhi 4

syarat:

1. Mengikuti DDTK 4 kali setahun.

2. Imunisasi dasar lengkap.

3. Melakukan penimbangan minimal 8 kali menjelang usia 1 tahun.

4. Mendapat vit A satu kali.

Page 46: POA IKM 2012.docx

Apabila keempat syarat ini sudah terpenuhi, barulah dikatakan bayi itu sudah

melakukan kunjungan ke Puskesmas. Mungkin hal inilah yang menyebabkan masih belum

tercapainya target kunjungan bayi dan balita di Puskesmas Andalas ini.

4.1.5. Program P2M

Tabel . Target dan Pencapaian Program P2M tahun 2011

No. ProgramTarget/

IndikatorPencapaian Kesenjangan Ket

1. Imunisasi Kontak I

- HB<7HR- BCG- DPT/HB1- Polio

95 %

95 %

95 %

95 %

92,1 %

96,2 %

96,3 %

95 %

2,9 % *

2. Imunisasi Kontak II

- DPT/HB3- Polio4- Campak

85 %

85 %

85 %

86,9 %

86,7 %

86,7 %

3. CDR TB 70 % 51 % 19 % *

4. Kasus DBD <20 kasus/ 100.000 penduduk

180 kasus/ 100.000 penduduk

160 kasus/ 100.000 penduduk

*

5. Kasus diare 33 % 0,2 % -

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.6. terdapat program P2M di Puskesmas Andalas yang belum

mencapai target yaitu imunisasi HB0 yaitu 92,1% , rendahnya CDR TB (case detection

rate TB) yaitu 51% dan insiden kasus DBD yang masih tinggi untuk tahun 2011 sebanyak

180 kasus/ 100.000 penduduk.

Rendahnya pencapaian imunisasi HB0 disebabkan kurangnya koordinasi antara

Puskesmas andalas dengan BPS (Bidan Praktek Swasta), beberapa klinik bersalin dan

Page 47: POA IKM 2012.docx

Rumah Sakit Swasta yang ada diwilayah kerja Puskesmas Andalas dalam hal pelaporan

jumlah pemberian imunisasi dasar di tempat-tempat tersebut.

Case Detection Rate (CDR) TB adalah presentase jumlah pasien baru BTA positif

yang ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan

ada dalam wilayah tersebut. CDR menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA

positif pada wilayah tersebut. CDR TB Puskesmas Andalas yaitu 51% masih dari CDR

Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional (70%). Hal ini dikarenakan :

Beban kerja petugas kesehatan yang masih tinggi, dikarenakan keterbatasan dana

dan sumber daya manusia di Puskesmas Andalas

Kurangnya koordinas dengan pelayanan kesehatan swasta (kerjasama lintas sektor)

Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB Paru

Sedangkan untuk Kasus DBD yang masih tinggi di Puskesmas Andalas disebabkan

oleh :

Kurang intensifnya sosialisasi petugas kesehatan mengenai penularan,

pencegahan, dan bahaya penyakit DBD. Sebenarnya untuk penyuluhan mengenai

DBD, dulu rutin dilakukan di sekolah-sekolah melalui integrasi dengan program

UKS, BIAS, di posyandu, dan ditempat-tempat umum seperti mesjid. Namun sejak

tahun 2009 program-program penyuluhan tentang DBD ini menjadi berkurang,

dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia dan dana yang ada di Puskesmas

Andalas. Dengan keterbatasan yang ada, petugas kesehatan di Puskesmas Andalas

masih berusaha untuk melakukan penyuluhan tentang DBD kemasyarakat, melalui

pembagian leaflet-leaflet ke masyarakat, walaupun masih kurang intensif.

Kurangnya peran serta masyarakat dalam mensukseskan program kebersihan

lingkungan seperti gotong royong dan terhentinya program Jum’at bersih.

Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program 3M Plus.

Masih susahnya mengubah perilaku masyarakat seperti kebiasaan masyarakat

yang menggantung pakaian, membiarkan genangan air lama pada tempat-tempat

disekitar rumah, yang dapat menjadi tempat peristirahatan nyamuk.

Terhentinya program penyuluhan intensif di seluruh sekolah SD dan SLTP se-

Kecamatan Padang Timur

Tidak terlaksananya lagi program JUMANTIK berkala, sejak 5 tahun ini

Page 48: POA IKM 2012.docx

Masih banyaknya barang-barang bekas yang menjadi sumber perindukan nyamuk.

Masih banyaknya selokan (saluran air) yang airnya tidak mengalir dan tertutup.

4.1.6. Pengobatan

Grafik . Penyakit terbanyak pada kunjungan di Puskesmas Andalas tahun 2011

Terlihat bahwa angka kejadian ISPA jauh lebih tinggi dibandingkan 9 penyakit

lainnya. ISPA merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Sehingga angka kejadian

kasus ISPA sangat dipengaruhi oleh keadaan sanitasi lingkungan dan tingkat pengetahuan

masyarakat. Keadaan wilayah Andalas yang padat penduduk dengan keadaan sanitasi

lingkungan yang masih buruk dan ditambah dengan tingkat polusi udara yang cukup tinggi

menyebabkan cepatnya penyebaran ISPA. Selain itu masih rendahnya pengetahuan

masyarakat mengenai ISPA dan penyebarannya membuat angka kejadian ISPA di wilayah

Puskesmas Andalas masih tinggi.

4.2 Penentuan Prioritas Masalah

Page 49: POA IKM 2012.docx

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak memungkinkan

untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas

masalah.Dalam hal ini metode yang kami gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah

tersebutakan dibuat Plan of Action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.

Kriteria skoring yang digunakan adalah sebagai berikut:

• Urgency (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

• Kemungkinan Intervensi

Nilai 1 : tidak mudah

Nilai 2 : kurang mudah

Nilai 3 : cukup mudah

Nilai 4 : mudah

Nilai 5 : sangat mudah

• Biaya

Nilai 1 : sangat mahal

Nilai 2 : mahal

Nilai 3 : cukup mahal

Nilai 4 : murah

Nilai 5 : sangat murah

• Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

No Identifikasi Masalah UrgensiKemungkinan

IntervensiBiaya Mutu

SkorTotal

Prioritas

Page 50: POA IKM 2012.docx

1. Survey perumahan 2 3 4 2 11 VII

2. PHBS (RT Sehat) 4 2 4 4 14 III

3.Pencapaian N/D Bayi

dan Balita3 2 2 4 11 V

4.Pencapaian Imunisasi

HB02 2 4 3 11 VI

5.Penemuan Penderita

TB (CDR)4 2 4 4 14 II

6. DBD 4 3 4 4 15 I

7.Deteksi bumil resiko

tinggi4 2 2 4 12 IV

Tabel . Penilaian Prioritas Masalah Berdasarkan Sistem Skoring

1. Survey perumahan

Urgensi: 2

- Melakukan survei perumahan tidak mengubah secara langsung derajat

kesehatan karena hanya berupa pendataan keadaaan lingkunan rumah

masyarakat.

- Belum tercapainya target survei perumahan di wilayah kerja Andalas lebih

dikarenakan keterlambatan informasi yang diterima petugas kesling dari

DKK mengenai jumlah minimal sample rumah yang harus disurvei.

Kemungkinan intervensi: 3

- Daerah geografis di wilayah kerja tidak sulit untuk dijangkau.

- Untuk melakukan survey perumahan kesetiap rumah di wilayah kerja

Puskesmas Andalas, membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat

jumlah tenaga kesehatan yang terbatas, khususnya tenaga bagian program

Kesehatan Lingkungan.

- Hanya memerlukan petugas serta transportasi untuk survey ke lapangan.

Biaya: 4

Page 51: POA IKM 2012.docx

- Biaya yang dibutuhkan murah dan sudah ada anggaran dana untuk ongkos

harian petugas.

Mutu: 2

- Survei perumahan hanya bertujuan untuk mengetahui kesehatan sanitasi

lingkungan perumahan dan belum banyak memberikan dampak terhadap

peningkatan mutu pelayanan Puskesmas.

2. PHBS (rumah tangga sehat)

Urgensi: 4

- Tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan di wilayah kerja

Puskesmas Andalas.

- Masih rendahnya jumlah rumah tangga sehat di wilayah kerja Puskesmas

Andalas.

Kemungkinan intervensi: 2

- Berhubungan dengan perilaku dan kesadaran individu yang tidak mudah

untuk diintervensi serta membutuhkan waktu yang lama untuk mengubahnya.

- Untuk mencapai tumah tangga sehat harus terpenuhi 10 indikator PHBS

tersebut, sehingga apabila 1 saja tidak terpenuhi, maka belum bisa dikatakan

rumah tangga sehat. Hal ini meningkatkan jumlah rumah tangga yang tidak

sehat.

Biaya: 4

- Biaya yang dibutuhkan untuk penyuluhan kepada masyarakat murah karena

tidak ada masalah dengan biaya ongkos harian untuk penyuluhan.

Mutu: 4

- Dengan meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat dapat mencegah

berbagai macam penyakit dan akan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

3. Pencapaian N/D bayi dan balita

Urgensi: 3

- Masih rendahnya angka N/D dari bayi dan balita yang ditimbang di wilayah

kerja Puskesmas Andalas.

Page 52: POA IKM 2012.docx

- Berat badan bayi dan balita yang tidak meningkat bisa mengakibatkan risiko

terjadinya gizi kurang dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi dan balita

tersebut.

Kemungkinan intervensi: 2

- Intervensi terkait dengan edukasi mengenai pola asuh dan pemberian asupan

gizi tambahan, hal ini juga berkaitan dengan sikap ibu dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan anaknya.

- Masih terbatasnya tenaga program gizi dalam melakukan kegiatan

pemantauan status gizi bayi dan balita secara rutin

- Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menaikkan angka N/D

Biaya: 2

- Biaya yang dibutuhkan besar untuk penyuluhan dan pemberian asupan

tambahan.

Mutu: 4

- Dengan meningkatnya angka N/D serta pertumbuhan dan perkembangan

anak yang normal bisa melahirkan generasi yang sehat dan lebih produktif.

4. Pencapaian imunisasi HB0

Urgensi: 2

- Mayoritas ibu yang sudah sadar akan kepentingan imunisasi HB0, hanya

sebagian kecil yang belum melakukan imunisasi HB0 pada bayinya.

- Tidak ditemukan kasus Hepatitis B pada bayi di Puskesmas Andalas.

- Rendahnya pencapaian imunisasi HB0 di Puskesmas Andalas berkaitan

dengan kurangnya kerjasama mitra Puskesmas seperti rumah sakit swasta,

bidan praktek swasta, ataupun mitra lainnya dalam hal pelaporan data

imunisasi HB0.

Kemungkinan intervensi: 2

- Dibutuhkan peran serta Dinas Kesehatan dan instansi terkait untuk

terciptanya kerjasama semua mitra kesehatan Puskesmas Andalas dalam hal

pelaporan data pemberian imunisasi HB0.

Biaya: 4

- Imunisasi HB0 diberikan gratis oleh Puskesmas.

Mutu: 3

Page 53: POA IKM 2012.docx

- Dengan memberikan imunisasi dapat mencegah secara dini penularan

penyakit Hepatitis B terutama penularan melalui jalan lahir dari ibu.

5. Penemuan penderita TB (CDR)

Urgensi: 4

- Masih rendahnya penemuan kasus TB BTA + jika dibandingkan dengan

perkiraan jumlah penderita TB+ yang ada sehingga risiko penularan penyakit

TB masih tinggi di masyarakat.

- Mudahnya terjadi penularan kasus TB karena wilyah kerja Puskesmas

Andalas merupakan daerah padat penduduk .

- Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala penyakit TB dan

penularannya, mengakibatkan kemungkinan angka suspek TB masih rendah

di wilayah kerja Puskesmas Andalas, hal ini memungkinkan meningkatnya

penularan TB karena masih banyaknya penderita yang tidak terjaring.

Kemungkinan intervensi: 2

- Intervensi secara aktif hanya bisa melalui penyuluhan, sedangkan untuk

penjaringan dilakukan secara pasif artinya penjarinan tersangka penderita TB

dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung berobat ke Puskesmas.

- Masih kurangnya partisipasi aktif masyarakat terhadap pelaksanaan program

pemerintah dalam pengobatan TB seperti masih kurangnya peranan PMO

dalam mengawasi program pengobatan TB.

Biaya: 4

- Pemeriksaan sputum jika ada warga yang dicurigai menderita TB tidak

dipungut biaya

Mutu: 4

- Penyakit TB dapat menurunkan produktivitas dan kinerja penderitanya, maka

dengan penemuan penderita TB diharapkan mereka dapat segera diobati dan

dapat kembali beraktivitas sehingga derajat kesehatan masyarakat wilayah

kerja Puskesmas Andalas dapat juga meningkat.

- Dengan banyaknya penemuan penderita suspek TB, diharapkan dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB diwilayah kerja

Puskesmas Andalas.

Page 54: POA IKM 2012.docx

6. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Urgensi: 4

- Beberapa wilayah kerja Puskesmas Andalas termasuk wilayah endemik DBD

dengan jumlah kasus yang tinggi, serta salah satu wilayahnya menjadi KLB

di bulan Januari 2012.

- Keterlambatan penanganan kasus dapat menyebabkan penderita jatuh pada

keadaan syok yang dapat berujung pada kematian.

Kemungkinan intervensi: 3

- Banyaknya upaya pencegahan dini yang dapat dilakukan masyarakat guna

mencegah terjangkit penyakit DBD seperti perlunya perilaku dan kesadaran

masyarakat akan kebersihan lingkungan dan perilaku ‘3M+’.

- Adanya program pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka

kejadian DBD seperti pembagian bubuk Abate, fogging dan publikasi

program ‘3M+’ melalui media cetak dan media elektronik.

Biaya: 4

- Pencegahan DBD cukup dengan membersihkan lingkungan.

- Intervensi perilaku dapat dilakukan dengan penyuluhan.

Mutu: 4

- Dengan berkurangnya kasus DBD, angka kesakitan dan kematian akibat

DBD akan berkurang, sehingga derajat kesehatan masyarakat akan

meningkat.

- Dengan menjaga kebersihan lingkungan, akan mengurangi angka kejadian

penyakit lainnya.

7. Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi

Urgensi: 4

- Angka kematian ibu menjadi salah satu indikator derajat keehatan suatu

negara, sehingga bila angka ini meningkat maka derajat kesehatan di negara

tersebut bisa dikatakan masih rendah. Hal ini berkaitan dengan kesehatan ibu

tersebut saat sedang hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan.

Page 55: POA IKM 2012.docx

- Rendahnya deteksi ibu hamil resiko tinggi memungkinkan keterlambatan

dalam penanganan kasus yang berakibat kematian ibu sehingga dapat

meningkatkan angka kematian ibu.

- Rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil serta lingkungan sekitarnya

mengenai kehamilan yang beresiko menjadi salah satu penghambat

pendeteksian ibu hamil resiko tinggi.

Kemungkinan intervensi: 2

- Rendahnya deteksi ibu hamil resiko tinggi berkaitan dengan tingkat keadaran

dan pengetahuan para ibu yang masih rendah, sehingga sulit untuk

diintervensi.

- Intervensi secara aktif hanya bisa melalui penyuluhan, sedangkan untuk

penjaringan ibu hamil resiko tinggi dilakukan secara pasif saat mereka datang

ke Puskesmas untuk memeriksakan kandungannya.

Biaya: 2

- Biaya yang diperlukan untuk penyuluhan tidak terlalu tinggi tapi biaya untuk

pemeriksaan lanjutan untuk ibu hamil yang dicurigai cukup mahal.

Mutu: 4

- Dengan meningkatnya penemuan penemuan ibu hamil resiko tinggi,

diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu karena keterlambatan

penanganan kasus kehamilan bermasalah diwilayah kerja Puskesmas

Andalas.

- Dengan menurunnya angka kematian ibu, diharapkan dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

Dari penilaian prioritas masalah di atas, kami mengambil prioritas yang pertama

untuk Plan of Action yaitu tingginya angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas

Andalas. Penulis menganggap perlu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan

bahayanya dampak DBD guna menurunkan angka kejadian DBD di wilayah kerja

Puskesmas Andalas.

Page 56: POA IKM 2012.docx

4.3 Hasil Pengamatan Kasus DBD Di Kecamatan Padang Timur

4.3.1 Data Kasus DBD

Tabel. Angka Kejadian DBD di Kec. Padang Timur berdasarkan Jumlah Kasus

Kelurahan 2009 2010 2011 2012

Sawahan 12 8 12 9

Jati Baru 10 15 9 14

Jati 32 12 23 14

Sawahan Timur 4 1 12 5

Simpang Haru 1 3 4 3

Kubu Marapalam 12 5 15 4

Andalas 20 14 21 17

KB.DLM. PRK.Karakah 16 12 20 21

Gantiang Parak Gadang 13 11 12 9

Parak Gadang Timur 17 3 12 8

TOTAL 141 76 140 104

Tabel. Angka Kejadian DBD di Kec. Padang Timur berdasarkan Jumlah Kasus per jumlah

penduduk tahun 2012

Kelurahan Jumlah Kasus Jumlah Penduduk Prevalensi Rate

Sawahan 9 6387 0,141

Jati Baru 14 6707 0,209

Jati 14 10134 0.138

Sawahan Timur 5 5360 0,09

Simpang Haru 3 5835 0,05

Kubu Marapalam 4 8980 0,063

Andalas 17 6309 0,189

KB.DLM. PRK.Karakah 21 10134 0,207

Page 57: POA IKM 2012.docx

Gantiang Parak Gadang 9 7594 0,089

Parak Gadang Timur 8 10132 0,105

Tabel. Angka Kejadian DBD di Kecamatan Padang Timur berdasarkan Waktu

Kelurahan

Tahun 2012

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Jumlah

Sawahan 1 2 1 1 3 1 0 0 9

Jati Baru 1 0 3 1 1 7 1 0 14

Jati 3 3 0 3 2 1 1 1 14

Sawahan Timur 1 0 1 1 0 1 1 0 5

Simpang Haru 1 0 0 2 0 0 0 0 3

Kb. Marapalam 2 0 1 1 0 0 0 0 4

Andalas 2 2 2 1 3 7 0 0 17

Kb.Dl.Prk.Karakah 4 3 2 4 3 4 0 1 21

Gantiang Parak Gadang 1 3 2 1 2 0 0 0 9

Parak Gadang Timur 2 3 1 1 0 0 0 1 8

JUMLAH 18 16 13 16 14 21 3 3 104

Tabel. Angka Kejadian DBD di Kecamatan Padang Timur Tahun 2011

Kelurahan

Tahun 2011

Ja

n

Fe

b

M

ar

A

pr

M

ei

Ju

n

J

ul

Ag Se

p

Ok

t

N

ov

De

s

Juml

ah

Sawahan 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 4 5 12

Jati Baru 1 0 0 0 1 0 0 2 1 0 3 1 9

Jati 0 0 2 1 0 3 2 2 4 2 5 2 23

Sawahan Timur 0 0 1 0 0 1 2 0 0 2 3 3 12

Simpang Haru 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 4

Kb. Marapalam 1 2 1 1 0 0 0 2 1 0 5 2 15

Andalas 0 0 0 0 0 5 2 3 3 1 3 4 21

Page 58: POA IKM 2012.docx

Kb.Dl.Prk.Karakah 0 2 1 0 2 1 1 1 3 3 3 3 20

Gt. Prk Gadang 0 0 0 0 2 2 1 0 3 1 3 0 12

Parak Gadang T. 0 1 0 1 1 1 0 1 0 2 2 3 12

JUMLAH 3 5 5 3 8 13 9 11 16 13 31 23 140

Tabel. Angka Kejadian DBD di Kecamatan Padang Timur Tahun 2010

Kelurahan

Tahun 2010

Ja

n

F

b

M

ar

A

pr

M

ei

Ju

n

J

ul

Ag

u

Se

p

O

kt

No

v

D

es

Juml

ah

Sawahan 2 1 2 2 0 0 0 0 1 0 0 0 8

Jati Baru 9 0 2 0 0 1 0 1 0 1 0 1 15

Jati 6 1 0 0 3 1 0 0 1 0 0 0 12

Sawahan Timur 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1

Simpang Haru 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 3

Kb. Marapalam 0 1 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5

Andalas 2 3 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 14

Kb.Dl.Prk.Karakah 5 2 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 12

Gt. Parak Gadang 5 0 0 3 1 0 1 1 0 0 0 0 11

Parak Gadang T. 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3

JUMLAH 29 8 8 0 9 3 1 6 2 3 3 4 76

Tabel. Angka Kejadian DBD di Kecamatan Padang Timur Tahun 2009

Kelurahan

Tahun 2009

Ja

n

Fe

b

M

ar

A

pr

M

ei

Ju

nJul

A

g

Se

p

O

kt

No

v

D

es

Juml

ah

Sawahan 0 4 0 1 0 2 2 2 1 - 0 0 12

Jati Baru 1 2 0 1 0 0 0 0 2 - 3 1 10

Jati 1 4 5 3 1 0 3 2 3 - 2 8 32

Sawahan Timur 0 2 1 0 0 0 1 0 0 - 0 0 4

Simpang Haru 0 0 0 1 0 0 0 0 0 - 0 0 1

Page 59: POA IKM 2012.docx

Kb. Marapalam 3 1 0 1 1 0 1 1 0 - 0 4 12

Andalas 2 7 2 0 1 1 3 0 0 - 2 2 20

Kb.Dl.Prk.Karakah 1 2 1 0 0 0 0 2 4 - 4 2 16

Gt. Parak Gadang 3 3 2 1 0 1 0 0 3 - 0 0 13

Parak Gadang T. 3 4 2 0 0 1 4 0 0 - 1 2 17

JUMLAH 18 29 13 8 3 5 14 7 13 - 12 19 141

Tabel. Angka kejadian DBD berdasarkan waktu di Kecamatan Padang Timur

Tahun Ja

n

Feb Mar Apr Mei Ju

n

Jul Ags Se

p

Okt No

v

Des

2009 18 29 13 8 3 5 14 7 13 0 12 19

2010 29 8 8 0 9 3 1 6 2 3 4 4

2011 3 5 5 3 8 13 9 11 16 13 31 23

Jumlah 50 13 26 11 19 21 24 24 31 16 47 46

Tabel. Kasus DBD di Kecamatan Padang Timur Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012

Kelurahan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

L P L P L P L P L P L P L PSawahan 0 1 1 1 0 1 0 1 2 1 1 0 0 1Jati Baru 1 0 0 0 0 3 0 0 1 0 3 4 1 0Jati 2 1 3 0 0 0 2 3 1 0 1 0 0 1Sawahan Timur 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0Simpang Haru 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0Kubu Marapalam

0 2 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1

Andalas 1 1 2 0 1 1 1 0 3 1 4 2 1 0Kubu Dalam Parak Karakah

0 0 3 0 1 1 4 0 2 1 2 2 0 1

Parak Gadang Timur

1 6 3 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Ganting Parak Gadang

0 0 2 0 1 1 1 0 2 0 0 0 0 0

Page 60: POA IKM 2012.docx

JUMLAH 5 13 14 1 5 8 11 5 11 3 11 9 2 4

Sawah

an

Jati Baru Jati

Sawah

an Ti

mur

Simpan

g haru

Kubu Mara

palam

Andalas

Kubu dalam para

k kara

kah

Parak G

adan

g Tim

ur

Ganting P

arak g

adan

g0

2

4

6

8

10

12

14

Laki-lakiPerempuan

Diagram. Kasus DBD di Kecamatan Padang Timur Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012

Sawah

an

Jati Baru Jati

Sawah

an Ti

mur

Simpan

g haru

Kubu Mara

palam

Andalas

Kubu dalam para

k kara

kah

Parak G

adan

g Tim

ur

Ganting P

arak g

adan

g0123456789

10

1-5 tahun5-18 tahun>18 tahun

Diagram. Kasus DBD di Kecamatan Padang Timur Berdasarkan Umur

Page 61: POA IKM 2012.docx

Gambar. Pemetaan Lokasi DBD di Kecamatan Padang Timur

1.3.2 Kesimpulan Hasil Pengamatan

Kesimpulan yang didapat dari hasil pengamatan dan analisis data

kasus DBD di Kecamatan Padang Timur adalah :

1. Kasus DBD dari tahun ke tahun cendrung konstan, tidak mengalami penurunan. Hal

ini menunjukkan bahwa kegiatan promotif dan preventif yang dilakukan oleh

Puskesmas Andalas mengenai DBD belum berhasil.

2. Kasus DBD di semua kelurahan di Kecamatan Padang Timur masih tinggi dan tidak

memenuhi indikator Indonesia sehat 2015 dimana target untuk kasus DBD adalah

2/100.000 penduduk.

3. Kelurahan dengan kasus DBD tertinggi di Kecamatan Padang Timur adalah

Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah, Jati Baru dan Andalas.

4. Kasus DBD tertinggi terjadi pada bulan November, Desember, dan Januari

Hal ini berhubungan dengan musim hujan, bulan puasa, serta libur sekolah yang

terjadi pada bulan tersebut.

5. Tidak ada predileksi jenis kelamin pada kasus DBD di Kecamatan Padang Timur.

Page 62: POA IKM 2012.docx

6. Kasus DBD banyak diderita oleh usia dewasa ( >18 tahun) dan anak usia sekolah

( 6-18 tahun). Usia dewasa dan anak sekolah berisiko lebih tinggi digigit nyamuk

Aedes Agepty dikaitkan dengan aktivitas yang lebih sering berada ditempat umum

seperti kantor, sekolah, mesjid, pasar dan sebagainya. Dimana lokasi tersebut

berpotensi sebagai tempat pertumbuhan jentik terutama pada musim penghujan.

4.4 Definisi Operasional

- DBD : suatu penyakit demam berat yang disebabkan oleh virus Dengue yang biasanya

ditandai oleh 4 manifestasi klinik utama yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan,

hepatomegali dan kegagalan sirkulasi.

- Vektor : organisme penyebar patogen.

- Angka Kesakitan : Adalah angka insidensi yang dipakai untuk menyatakan jumlah

keseluruhan orang yang menderita penyakit yang menimpa sekelompok penduduk pada

periode waktu tertentu.

- Penyuluhan Kesehatan : suatu proses yang ditujukan kepada individu atau kelompok

penduduk agar mereka bisa berperilaku sehat dalam menjaga dan memelihara kesehatan

mereka.

- Endemis : Suatu keadaan dimana suatu penyakit atau agen infeksi tertentu secara terus

menerus ditemukan disuatu wilayah tertentu, bisa juga dikatakan sebagai suatu penyakit

yang umum ditemukan disuatu wilayah.

4.5 Analisis Sebab Akibat

Berdasarkan penilaian prioritas, yang menjadi prioritas masalah di Puskesmas

Andalas adalah masih tingginya angka kejadian DBD di Kecamatan Padang Timur sebagai

wilayah kerja Puskesmas Andalas. Dari hasil observasi dan diskusi dengan pimpinan

puskesmas dan petugas puskesmas maka didapatkan beberapa sebab dari masalah yang

terjadi.

Tabel . Analisis Faktor Penyebab Masalah

Page 63: POA IKM 2012.docx

No.

Faktor Penyeba

bMasalah

Teknik Identifikasi

MasalahIndikator Keterangan

1. Manusia

a. Petugas Kesehatan

- Kurangnya

motivasi

petugas

kesehatan

dalam usaha

merubah pola

perilaku

masyarakat.

- Terbatasnya

jumlah

petugas

khususnya

pada program

penanggulang

an DBD

Wawancara dengan penanggung jawab program DBD

- Idealnya petugas tidak mudah menyerah dalam melaksanakan penyuluhan terus-menerus dengan sasaran masyarakat yang berbeda-beda.

- Minimal ada 2 tenaga kesehatan khusus program penanggulanga DBD

- Petugas hanya melakukan penyuluhan jika terjadi kasus DBD

- Petugas tidak melakukan penyuluhan DBD sebelum bulan-bulan yang kasus DBD nya tinggi

- Hanya ada 1 orang petugas di Puskesmas Andalas

b. Kader- Tidak ada

lagi kader yang berperan sebagai jumantik (juru pemantau jentik)

- Banyak kader yang pasif

Wawancara dengan penanggung jawab program DBD serta wawancara denganmasyarakat setempat.

- Adanya kader jumantik yang telah dilatih untuk melakukan pemantauan

Tidak ada lagi kader pemantau jentik sejak tahun 2010

Page 64: POA IKM 2012.docx

berkala minimal 3x setahun

- Setiap kader di masing-masing daerah harus berperan aktif

c. Perangkat Kelurahan

- Kurang aktifnya lurah, RW, RT menggerakkan warganya untuk gerakan 3M plus

Wawancara dengan Pembina Wilayah Setempat , penanggung jawab program DBD serta wawancara dengan masyarakat setempat.

Adanya penanggung jawab masing-masing RW untuk menggerakkan masyarakat menjalankan program 3M plus

Tidak adanya pananggungjawan masing-masing RW dalam menggerakkan 3M plus

d. Warga Masyarakat

- Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit, cara penularan, pengobatan dan pencegahan DBD

Kuesioner yang dibagikan ke 60 rumah di 3 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Andalas

85% masyarakat mengetahui tentang penyakit DBD, cara penularan, pengobatan dan pencegahan DBD

Dari 60 responden yang diberikan kuesioner, hanya56 % mengetahui tentang penyakit, cara penularan, pengobatan dan pencegahan DBD sedangkan 44% nya menjawab tidak tahu.

Page 65: POA IKM 2012.docx

- Masyarakat di kelurahan belum melaksanakan gerakan 3 M secara optimal untuk mencegah DBD

Wawancara dengan pemegang program, perangkat kelurahan

85% gerakan 3M plus dilaksanakan oleh warga

Gerakan 3M plus baru dilaksanakan oleh sebagian kecil warga

No.

Faktor Penyeba

bMasalah

Teknik Identifikasi

Masalah

IndikatorKeterangan

1.

Metode

- Belum optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya dimana penyuluhan yang dilakukan tidak komunikatif (komunikasi satu arah)

- Wawancaara dengan pimpinan puskesmas dan pemegang program P2M

Penyuluhan dilakukan komunikasi dua arah

Penyuluhan dalam dan luar gedung tidak berhasil menciptakan komunikasi dua arah karena penyuluh dan orang yang disuluh tidak berada pada satu tempat

- Tidak ada lagi program pemantauan jentik berkala di tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Andalas

- Wawancaara dengan pimpinan puskesmas dan pemegang program P2M

Pemeriksaan jentik harusnya dilaksanakan 1x4 bulan, tetapi tidak terlaksana akibat tidak ada lagi Jumantik

Pemeriksaan Jentik Berkala hanya dilakukan apabila terjadi kasus DBD (insidental)

Page 66: POA IKM 2012.docx

- Belum optimalnya program foging dan sasaran program foging untuk pencegahan penyakit DBD

Dari wawancara dengan pimpinan puskesmas dan pemegang program DBD

Fogging minimal dilakukan 1x4 bulan

Fogging fokus dilakukan hanya jika ada kasus DBD

- Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong bersama untuk membersihkan lingkungan sekitar rumah warga di wilayah kerja Puskesmas Andalas

Wawancara dengan pemegang programdan masyarakat

Terlaksananya gotong royong bersama di masing-masing kelurahan minimal 1x sebulan

Idealnya gotong royong dilakukan minimal 1x sebulan, tapi kenyataannya gotong royong tidak rutin dilakukan oleh warga.

- Belum optimalnya pemberian bubuk abate untuk memberantas jentik-jentik nyamuk

Dari wawancara dengan pimpinan puskesmas dan pemegang program DBD

Terlaksananya pemberian bubuk abate di masing-masing kelurahan minimal 1x 3 bulan

Masih adanya kamar mandi warga dan SD yang belum diberikan bubuk abate

3. Lingkun

gan

- Adanya tanah- tanah kosong di lingkungan masyarakat yang berisi barang- barang bekas yang dapat menjadi tempat

Wawancara dengan pemegang program dan observasi lapangan

Idealnya tanah kosong yang ada di lingkungan masyarakat dibersihkan bersama oleh masyarakat sekitar sekaligus mengubur barang-barang bekas yang

Masih ada tanah kosong di lingkungan tempat tinggal masyarakat yang berisi barang- barang bekas yang dapat menjadi

Page 67: POA IKM 2012.docx

genangan air

- Banyaknya air tergenang di pot-pot rumah warga dan barang-barang bekas

- Adanya rumah-rumah masyarakat dengan kamar mandi yang tidak digunakan tapi bak penampungan airnya diisi air dan dibiarkan begitu saja.

Observasi lapangan

dapat menjadi tempat genangan air, seperti: ban dan kaleng bekas.

90 % lingkungan rumah tidak ada pot, barang-barang bekas atau wadah lainnya yang tergenang air

Idealnya bak penampungan airnya dikosongkan atau ditutup jika tidak digunakan.

tempat genangan air

Masih banyak pot-pot,barang-barang bekas, wadah yang tergenang air di rumah warga.

Ada beberapa rumah masyarakat yang memiliki kamar madi yang banyak tapi airnya tidak dikosongkan atau ditutup.

4.

Material - Masih

kurangnya

pemanfaatan

media informasi

seperti papan

informasi

publik, media

cetak lokal dan

radio-radio

lokal tentang

kasus kesakitan

dan kematian

akibat penyakit

DBD.

- Wawancara dengan pihak kelurahan, masyarakat dan pemegang program di puskesmas.

- Adanya pemberitahuan tentang kesakitan akibat DBD di lingkungan masyarakat baik melalui pengumuman di lurah, mesjid, dan papan informasi umum yang ada di masyarakat

- Adanya pemberitaa

- Kurangnya pemberitahuan dan pemberitaan kesakitan dan kematian akibat DBD di masyarakat.

Page 68: POA IKM 2012.docx

- Masih

kurangnya

pemanfaatan

media

informasi

seperti papan

informasi,

poster,

pamflet,

leaflet dan

stiker tentang

pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit DBD.

n mengenai KLB DBD di media cetak lokal, dan radio-radio lokal.

- Terpasangnya poster mengenai DBD di tempat- tempat umum dan dibagikannya pamflet ke warga tentang pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.

Masih kurangnya informasi DBD melalui poster-poster di tempat umum dan pembagian pamphlet beserta pemberitaan di media cetak dan radio

Page 69: POA IKM 2012.docx

Tingginya angka kejadian DBD di

wilayah Kerja Puskesmas Andalas

MANUSIA

- Tidak ada lagi kader yang berperan sebagai jumantik (juru pemantau jentik)

- Kadernya kurang aktif

-Belum optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya dimana penyuluhan yang dilakukan tidak komunikatif (komunikasi satu arah)

-Tidak ada lagi program pemantauan jentik berkala di tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Andalas

-Belum optimalnya program foging dan sasaran

program foging untuk pencegahan penyakit

DBD

- Masih kurangnya pemanfaatan media

informasi publik tentang kasus

kesakitan dan kematian akibat

penyakit DBD.

- Masih kurangnya ketersediaan dan

pemanfaatan media informasi seperti

papan informasi, poste, parmflet, dan

leaflet tentang pencegahan dan

bahaya DBD.

METODEMATERIAL

- Kurangnya motivasi petugas kesehatan dalam

usaha merubah pola perilaku masyarakat.

- Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang

penyakit, cara penularan, pengobatan dan

pencegahan DBD

LINGKUNGAN

- Adanya tanah- tanah kosong di

lingkungan masyarakat yang

berisi barang- barang bekas

yang dapat menjadi tempat

genangan air- Banyaknya air tergenang di pot-

pot rumah warga dan barang-

barang bekas

Kurang aktifnya lurah, RW, RT

menggerakkan warganya untuk

gerakan 3M plus

- Terbatasnya jumlah petugas khususnya pada program

penanggulangan DBD

-Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong bersama untuk membersihkan lingkungan sekitar rumah warga di wilayah

kerja Puskesmas Andalas

- Belum optimalnya pemberian

bubuk abate untuk memberantas jentik-jentik nyamuk

Page 70: POA IKM 2012.docx

Alternatif pemecahan masalah

Manusia :

1. Kurangnya keaktifan petugas dalam melakukan penyuluhan

a. Solusi I

- Rencana : membuat jadwal penyuluhan dan materi penyuluhan. (Lampiran

1,2

- Pelaksana : petugas promkes bekerja sama dengan kesling

- Pelaksanaan : penyusunan jadwal penyuluhan dan materi penyuluhan

diselesaikan sebelum tanggal 4 September 2012 oleh promkes kemudian

melakukan sosialisasi kepada semua staf pada staf meeting tanggal 5

September 2012

- Target : terlaksananya pembuatan jadwal dan penyuluhan yang

berkesinambungan.

b. Solusi II

- Rencana : pemberian reward dari kepala Puskesmas kepada petugas yang

telah melaksanakan tugas sesuai indikator yang telah ditetapkan

- Pelaksana : Kepala Puskesmas dan petugas terkait

- Pelaksanaan : pemberian reward berupa piagam penghargaan atas

keberhasilan pelaksanaan program di akhir pelaporan program

2. Tidak ada lagi kader yang berperan sebagai Jumantik

- Rencana : membentuk kader jumantik pada masing-masing kelurahan

setelah mendapat persetujuan program dari dinas kesehatan kota

- Pelaksana : Pemegang program DBD dan perangkat kelurahan

- Pelaksanaan : membuat proposal kegiatan ke Dinas Kesehatan Kota untuk

menjalankan program pemantauan jentik berkala, melakukan pemantauan

jentik minimal setiap 4 bulan, kemudian membentuk kader Jumantik dan

melakukan pelatihan Jumantik pada pada bulan Oktober 2012

3. Kurang aktifnya perangkat kelurahan dalam menggerakkan program 3 M

plus

- Rencana : Merencanakan rapat lintas sektoral dengan pihak kelurahan

untuk membentuk tim penanggungjawab terlaksananya gerakan 3 M plus.

- Pelaksana : Pemegang program dan perangkat kelurahan

Page 71: POA IKM 2012.docx

- Pelaksanaan : Rapat diadakan pada bulan Oktober 2012, setelah

dibentuknya tim maka tim diharapkan menggerakkan masyarakat untuk

menjalankan program 3M setiap bulan serta memantau pelaksanaanya.

4. Warga

Masih rendahnya pengetahuan tentang penyakit DBD, cara penularan,

pencegahan dan pengobatan DBD dan belum terlaksananya program 3M

plus

a. Solusi I

- Rencana : melakukan penyuluhan yang berkesinambungan baik di dalam

maupun di luar gedung .

- Pelaksana : petugas promkes dan kesling

- Pelaksanaan :

Dalam gedung : dilakukan penyuluhan kepada masyarakat yang

datang berobat, penyuluhan tentang DBD dilakukan 1 kali sebulan.

(lampiran 2). Luar gedung : dilakukan penyuluhan di majelis ta’lim setiap

jum’at malam dan sekolah-sekolah setiap akhir semester ( 1x6 bulan)

- Target : terlaksananya penyuluhan di dalam dan diluar gedung yang

berkesinambungan .

b. Solusi II

- Rencana : menjadikan orang tua yang pernah menderita DBD atau

anaknya pernah sakit, meninggal karena DBD sebagai kader aktif di

wilayah masing-masing

- Pelaksana : Puskesmas, pihak kecamatan dan kelurahan

- Pelaksanaan : petugas Puskesmas mencari dan melatih calon kader yang

masuk kriteria di atas, berkerja sama dengan pihak kecamatan untuk

mengesahkan dan mengeluarkan SK bagi kader yang sudah di tunjuk.

Metode :

1. Belum optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai DBD di dalam dan di

luar gedung

Page 72: POA IKM 2012.docx

- Rencana : Merekomendasikan cara penyuluhan yang dua arah baik di

dalam maupun di luar gedung dalam rapat dengan pimpinan Puskesmas,

pemegang program DBD, dan promkes.

- Pelaksana : Dokter muda

- Pelaksanaan : Dokter muda ikut dalam loka karya mini bulan September

2012 dan mengajukan rekomendasi tersebut

- Target : disetujuinya rekomendasi dokter muda

2. Tidak terlaksananya lagi program pemantauan jentik berkala.

- Rencana : mengadakan perlombaan kelurahan sehat dengan salah satu

indikatornya adalah wadah air bebas jentik antar kelurahan di padang

timur yang mana Puskesmas berperan sebagai fasilitator bekerjasana

dengan DKK dan kecamatan Padang Timur sebagai tim pelaksanan dan

dengan masing-masing kelurahan dalam pelaksanaan perlombaan ini.

- Pelaksana : pemegang program,DKK, kecamatan Padang Timur,

kelurahan.

- Pelaksanaan : jika rencana program disetujui oleh pihak kecamatan, akan

dilaksanakan pemantauan jentik 3 kali setahun pada bulan Januari, Juni,

Oktober. Jika tidak disetujui maka akan dicari kader atau sukarelawan

dalam melakukan kegiatan pemantauan jentik berkala.

- Target : terlaksananya pemantauan jentik berkala minimal 3 kali setahun

3. Belum optimalnya program fogging dan sasaran program fogging utnuk

pencegahan penyakit DBD

- Rencana : Fogging minimal dilakukan 1x4 bulan

- Pelaksana : Pemegang program dan pihak kelurahan

- Pelaksanaan : mengirim proposal kegiatan ke dinas Kesehatan Kota untuk

menjalankan fogging berkala setiap 4 bulan. Proposal dikirim pada bulan

September

- Target : Mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan Kota untuk melakukan

fogging berkala ( tiap 4 bulan)

Page 73: POA IKM 2012.docx

4. Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong bersama untuk

membersihkan lingkungan

- Rencana : Melakukan gotong royong sekali sebulan

- Pelaksana : Perangkat kelurahan dan masyarakat setempat

- Pelaksanaan : gotong royong dilakukan pada hari Minggu pertama setiap

bulannya.

5. Belum optimalnya pemberian bubuk abate untuk memberantas jentik-jentik

nyamuk

- Rencana : membagikan bubuk abate sekali 3 bulan ke SD, SMP dan

bekerjasama dengan kelurahan, RT, PKK untuk dibagikan ke warga

- Pelaksana : pemegang program. Kader dan pihak kelurahan

- Pelaksanaan : pembagian bubuk abate dilaksanakan pada bulan januari,

april, juli, oktober 2013.

Lingkungan :

1. Adanya tanah- tanah kosong di lingkungan masyarakat yang berisi barang- barang bekas yang dapat menjadi tempat genangan air

- Rencana :

Petugas puskesmas melakukan survey terhadap tanah-tanah kosong

yang ada di wilayah kerja puskesmas

Melakukan advokasi terhadap pemilik tanah untuk membersihkan

tanahnya dari barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat

genangan air

Jika tidak ada pemiliknya, lakukan advokasi terhadap lurah dan

masyarakat untuk membersihkan tanah kosong itu bersama dan tidak

membuang sampah ke tanah tersebut.

- Pelaksana : petugas puskesmas, pihak kelurahan dan masyarakat

- Pelaksanaan :

- Target : bersihnya tanah kosong dari barang-barang bekas yang dapat

menjadi tempat bersarangnya nyamuk.

Page 74: POA IKM 2012.docx

2. Banyaknya air-air tergenang di pot-pot dan di barang-barang bekas di

rumah warga, sekolah sekolah, mesjid, dan pasar.

- Rencana : melakukan sweeping terhadap pot-pot dan barang-barang

bekas yang tergenang airnya di rumah warga, sekolah, mesjid dan

pasar

- Pelaksana : pihak kelurahan dan masyarakat dan pihak sekolah, dan

pihak yang terkait

- Pelaksanaan : dilaksanakan pada hari minggu pertama setiap bulannya.

- Target : terlaksananya sweeping minimal 1 kali sebulan.

3. Adanya rumah-rumah masyarakat dengan kamar mandi yang tidak

digunakan tapi bak penampungan airnya diisi air dan dibiarkan begitu saja.

Rencana : membagikan surat edaran dari kepala puskesmas ke kelurahan

untuk mengosongkan atau menutup bak-bak penampungan air

yang tidak digunakan dan memberikan pemberitahuan kepada

masyarakat melalui pengumuman di mesjid-mesjid.

- Pelaksana : pihak puskesmas, pihak kelurahan dan masyarakat

- Pelaksanaan : dilaksanakan pada hari minggu pertama setiap bulannya

untuk pemberitahuan melalui pengumuman di mesjid-mesjid dan surat

edaran oleh kepala puskesmas pada minggu pertama setiap tahunnya.

- Target : pengumuman di mesjid-mesjid minimal sekali sebulan dan

terlaksananya surat edaran minimal 1 kali setahun.

Material :

1. Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi

publik, media cetak lokal dan radio-radio lokal tentang kasus kesakitan

dan kematian akibat penyakit DBD.

- Rencana :

PWS bersama kader bekerjasama dengan lurah atau camat

dalam mengumpulkan informasi tentang masyarakat yang

mengalami kesakitan dan kematian di sekitar tempat tinggalnya

Page 75: POA IKM 2012.docx

dan mengumumkan ke masyarakat lainnya sebagai peringatan

seperti melalui toa mesjid dan lurah.

Petugas puskesmas menjalin kerjasama dengan media

informasi baik media cetak atau media elektronik dalam

menginformasikan angka kesakitan dan kematian yang telah

terjadi di wilayah kerja Puskesmas sebagai akibat dari dampak

DBD.

- Pelaksana : Petugas puskesmas, PWS dan kader.

- Pelaksanaan :

a. Kader bersama dengan tokoh masyarakat setempat membuka

layanan wajib lapor tentang informasi masyarakat yang sedang

menderita DBD di wulayah kerjanya.

b. Petugas Puskesmas bekerjasama dengan PWS mengumpulkan

informasi tentang kasus DBD yang terjadi di wilayah kerjasama,

kemudian dipublikasikan juga ke media massa cetak dan elektrolit

tentang fakta kasus yang sedang terjadi sebagai peringatan dini

untuk masyarakat lainnya.

- Target : terlaksananya sistem penginformasian tentang kasus DBD

yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat setempat.

2. Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi,

poster, pamflet, leaflet dan stiker tentang pencegahan dan pemberantasan

penyakit DBD.

- Rencana : (Lampiran)

Membagikan leaflet kepada warga masyarakat dalam setiap

pelaksanaan penyuluhan.

Memasang pamflet, poster dan stiker di tempat umum yang

strategis, seperti: kantor kelurahan, sekolah, tempat-tempat

organisasi masyarakat dan angkot, mesjid, kedai.

- Pelaksana : petugas puskesmas dan kader

- Pelaksanaan :

Pembagian leaflet kepada warga pada saat penyuluhan

Page 76: POA IKM 2012.docx

Penempelan poster-poster di tempat umum yang strategis seperti:

kantor kelurahan, sekolah, tempat-tempat organisasi masyarakat

pada bulan Agustus memanfaatkan momen kemerdekaan RI.

- Target : terlaksananya pembagian leaflet, penempelan pamflet, poster

dan stiker.

Page 77: POA IKM 2012.docx

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari makalah ini dapat disimpulkan beberapa hal bahwa angka kejadian

DBD di wilayah kerja Puskesmas Andalas cendrung konstan tiap tahunnya.

Beberapa wilayah kerja Puskesmas Andalas termasuk wilayah endemik DBD

dengan jumlah kasus yang tinggi, serta salah satu wilayahnya menjadi KLB di

bulan Januari 2012.Angka kematian akibat DBD juga cendrung konstan setiap

tahunnya dan telah terjadi KLB DBD pada awal Januari 2012. Kejadian ini dapat

disebabkan oleh :

- Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit, cara

penularan, pengobatan dan pencegahan DBD

- Masyarakat di kelurahan belum melakukan prilaku hidup bersih dan sehat

contohnya 3 M untuk mencegah DBD

- Belum optimalnya peran serta tokoh masyarakat dalam menghimbau

masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat seperti program 3M

- Tidak adanya kader yang berperan sebagai jumantik (juru pemantau

jentik)

- Kurang optimalnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi,

poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya

pencegahannya di tempat-tempat umum.

- Kurang optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai penyakit DBD, cara

penularan dan pencegahannya khususnya penyuluhan di luar gedung

- Kurang berjalannya kerjasama lintas program antara bagian P2M, Kesling,

Promkes serta Pembina wilayah dalam pencegahan dan penanggulangan

penyakit DBD.

- Belum optimalnya pemeriksaan jentik berkala

- Belum optimalnya program foging dan sasaran program foging untuk

pencegahan penyakit DBD

- Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong rutin untuk membersihkan

lingkungan sekitar

- Lingkungan kurang bersih dan tidak sehat

Page 78: POA IKM 2012.docx

5.2 Saran

Agar POA ini dapat dilaksanakan dengan merealisasikan alternative

pemecahan masalah melalui upaya meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga

ke depannya penyakit DBD dapat dicegah dan ditanggulangi serta dapat

menurunkan angka kejadian DBD di wilayah Padang Timur.

Page 79: POA IKM 2012.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Kajian Masalah Kesehatan

Demam Berdarah Dengue. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

2. Sumarmo Poorwo Soedarmo. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Dalam Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih

Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam

Tatalaksana Kasus DBD. Sri Rezeki H Hadinegoro dan Hindra Irawan Satari,

editor. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1999. Hal 1-13.

3. Daerah Waspadai Demam Berdarah. Diakses dari: http ://bataviase.co.id

/node/87482

4. Garna H, Hadinegoro SR, Sumarmo. Infeksi Virus Dengue. Dalam Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi 1. Jakarta: Bagian

Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2002 hal 176-208

5. Siregar,Faziah A. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarh Dengue

di Indonesia. Diakses dari http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-

fazidah3.pdf tanggal 20 Februari 2009

6. Puskesmas Andalas. 2007. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2007.

7. Puskesmas Andalas. 2008. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2008.

8. Puskesmas Andalas. 2009. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2009

9. Puskesmas Andalas. 2010. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2010

10. Puskesmas Andalas. 2011. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011

11. Puskesmas Andalas. 2012. Laporan Semester 1 Puskesmas Andalas 2012

12. Indikator Indonesia Sehat 2010. Kepmenkes 1020/2003 Suhendro,

Leonard Nainggoland, Khie Chen, Herdiman T. Pohan. Demam

Berdarah Dengue. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid

III: Tropik Infeksi. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FKUI. 2006. hal 1709-1713

13. Demam Berdarah Dengue: Pelatihan bagi pelatih, dokter

spesialis anak, dan dokter spesialis penyakit dalam, dalam

tatalaksana kasus DBD. Balai Penerbit FKUI; Jakarta, 1999.

Page 80: POA IKM 2012.docx

14. Suhendro,dkk. Dalam :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I.

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FKUI,Jakarta 2006 : 1709-1713

15. Dengue Haemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment,

Prevention, & Control 2ndEdition. Geneva: World Health

Organisation. 1997

16.Sumarmo S, Herry Garna dan Sri Rezeki S. Infeksi Virus Dengue.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis; edisi

pertama. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2002

17. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,

Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta : ERLANGGA,

2005. (monitoring evaluasi)