bab 2 lanjutan ikm

Upload: aurora-kumiko

Post on 08-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

tingkat kejadian skabies

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Tinjauan Umum Tentang Penyakit Skabies2.1.1PendahuluanSkabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei var, hominis. Sarcoptes scabiei ini dapat ditemukan di dalam terowongan lapisan tanduk kulit pada tempat-tempat predileksi. Wabah skabies pernah terjadi pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945), kemudian menghilang dan timbul lagi pada tahun 1965. Hingga kini, penyakit tersebut tidak kunjung reda dan insidensnya tetap tinggi. pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1667, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II.7,8Skabies menduduki peringkat ke-7 dari sepuluh besar penyakit utama di puskesmas dan menempati urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit tersering di Indonesia. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain keadaan sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan dermografik seperti keadaan penduduk dan ekologik. Penyakit ini juga dapat dimasukkan dalam Infeksi Menular Seksual (IMS).9

2.1.2EpidemiologiDiperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terjangkit tungau skabies Studi epidemiologi memperlihatkan bahwa prevalensi skabies cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, umur, ataupun kondisi sosial ekonomi. Faktor primer yang berkontribusi adalah kemiskinan dan kondisi hidup di daerah yang padat, sehingga penyakit ini lebih sering di daerah perkotaan. 10,11Terdapat bukti menunjukkan insiden kejadian berpengaruh terhadap musim dimana kasus skabies lebih banyak didiagnosis pada musim dingin dibanding musim panas. Insiden skabies semakin meningkat sejak dua dekade ini dan telah memberikan pengaruh besar terhadap wabah di rumah sakit, penjara, panti asuhan, dan panti jompo. 10,12Insiden skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan, termasuk Indonesia yang masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Penelitian skabies di Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya oleh Amiruddin, dkk menemukan insiden penderita skabies selama 1983 1984 adalah 2,7%. Penelitian di RSUD Dadi Ujung Pandang oleh Abu A, mendapatkan insiden skabies 0,67% (1987 - 1988).132.1.3EtiologiSkabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.8

Gambar 1. Sarcoptes ScabieiDikutip dari kepustakaan 8Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki dibelakang kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.8Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 812 hari.8Telur menetas menjadi larva dalam waktu 34 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang di dalam epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang di tinggalkannya, sedangkan tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka masing-masing mereka akan mati.142.1.4PatogenesisKelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannnya papul, vesikel, urtika dan lain-lain dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.8Tungau skabies betina membuat liang di dalam epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang ditinggalkannya. Tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya, dan sesudah kawin dengan tungau betina serta pelaksanaan tugasnya selesai, mereka mati. Mulanya hospes (inang) tidak menyadari adanya aktivitas penggalian terowongan dalam epidermis, tetapi setelah 4-6 minggu terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap tungau atau bahan-bahan yang dikeluarkannya, dan mulailah timbul rasa gatal. Adanya periode asimtomatis bermanfaat sekali bagi parasit ini, karena dengan demikian mereka mempunyai waktu untuk membangun dirinya sebelum hospes membuat respons imunitas. Setelahnya, hidup mereka menjadi penuh bahaya karena terowongannya digaruk dan tungau-tungau serta telur mereka akan hancur. Dengan cara ini hospes mengendalikan populasi tungau, dan pada kebanyakan penderita skabies, rata-rata jumlah tungau betina dewasa pada kulitnya tidak lebih dari selusin.14

Gambar 2. Siklus hidup Sarcoptes ScabieiDikutip dari Kepustakaan 8Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari tangan, pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, umbilikus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki-laki dan aerola mammae pada perempuan. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan ditemukan bila terdapat infeksi sekunder. Di ujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul kecil. Terowongan umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang ditemukan pada penderita di Indonesia karena umumnya penderita datang pada stadium lanjut sehingga sudah terjadi infeksi sekunder.132.1.5Gejala KlinikAda 4 tanda kardinal :81. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta kehidupan di pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.2.1.6KlasifikasiAdapun beberapa bentuk khusus /variasi skabies antara lain adalah:151. Skabies in cognitoAdalah akibat pengobatan skabies dengan menggunakan kortikosteroid topikal atau sistemik. Pemberian obat ini hanya dapat memperbaiki gejala klinik (rasa gatal) tapi penyakitnya tetap ada dan menular. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh penurunan respon imun seluler pada pemakaian kortikosteroid yang lama.2. Skabies pada orang bersih (scabies in the clean)Jenis ini cenderung meningkat seiring dengan makin maraknya bisnis prostitusi. Walaupun transaksi seks berlangsung di tempat yang relatif bersih namun individu dari lapisan atas tetap dapat tertular. Diagnosis seringkali salah karena kita sering terkecoh dengan status sosial dan pada pemeriksaan terowongan tidak ditemukan. Tipe ini sering ditemukan bersamaan dengan penyakit menular seksual lainnya seperti: gonore, sifilis dan pedikulosis pubis. Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah diagnosis. Ditandai dengan gejala minimal dan sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya menghilang akibat mandi secara teratur. 3. Skabies noduler (Nodular scabies)Tipe skabies ini sering dilaporkan dari Eropa suatu bentuk hipersensitifitas terhadap tungau skabies, dimana pada lesi tidak ditemukan Sarcoptes scabiei. Lesi berupa nodul coklat kemerahan yang gatal pada daerah tertutup, terutama pada genitalia pria, inguinal dan aksila. Tungau tidak ditemukan pada nodul. Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitifitas. Nodul dapat bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun walaupun telah diberikan obat anti skabies.4. Skabies pada bayi dan anak kecil Bisanya didapatkan pada bayi yang diadopsi dari orang tua yang tidak mampu. Gambaran klinis tidak khas dan terdapat pada daerah yang tidak biasanya yakni pada kepala, leher, telapak kaki. Terowongan sulit ditemukan namun vesikel lebih banyak. Sering terjadi infeksi sekunder sehingga gambaran klinik berubah menjadi impetigo bulosa disertai krusta hebat. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang di temukan pada bayi, lesi terdapat di muka.5. Skabies yang ditularkan oleh hewan (Animal transmited scabies)Sarcoptes scbiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejala ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Skabies jenis ini tidak menimbulkan masalah serius pada manusia karena tungau ini bersifat relatif host spesifik. Infestasinya biasanya bersifat self limiting. Masa lebih tunas lebih pendek dan dapat sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi yang bersih.6. Skabies terbaring di tempat tidur (Bed ridden)Penderita penyakit kronik dan orang tua yang terpaksa harus terbaring di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.7. Skabies krustosa (Norwegian scabies=Crustes scabies=Skabies keratotik)Crustes scabies yang juga dikenal sebagai Norwegian scabies karena pertama kali dideskripsikan pada pasien lepra di Norway pada tahun 1848. Pada skabies umumnya tungau yang ditemukan relatif hanya sedikit, hal ini karena terjadinya penghancuran secara mekanis dengan proses menggaruk, membersihkan badan secara teratur, dan respon imun seluler yang baik, tetapi pada skabies krustosa respon penderita terhadap tungau berubah, terjadi ketidakmampuan penderita untuk menggaruk karena tidak adanya rasa gatal, mobilitas yang terbatas dan imunitas yang terganggu, sehingga memungkinkan tungau untuk berkembang biak.Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retadasi mental (down syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukimia dan diabetes), penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikosteroid atau sititoksik jangka panjang) dan malnutrisi. Pada beberapa kasus dapat dijumpai pembesaran kelenjar limfe dan eosinofilia.Tipe ini jarang terjadi namun bila ditemui kasus ini, dan terjadi keterlambatan diagnosis atau tidak diisolasi secara adekuat maka kondisi ini akan sangat menular, biasanya akan menjadi wabah pada pasien dan petugas rumah sakit serta keluarga di rumah. Jumlah tungau yang terdapat didalam lesi dapat mencapai 2 juta pada seorang pasien. Skabies jenis ini ditandai dengan lesi yang luas, eritema dengan krusta yang tebal disertai daerah hiperkeratotik pada kulit kepala, telinga, siku, lutut, telapak tangan dan kaki, serta bokong dapat disertai distrofi kuku dan menjadi generalisata. Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei dibawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan rasa gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah diagnosis, bahkan kadang-kadang diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Bila dicurigai maka diagnosis skabies krustosa dapat dengan mudah ditegakkan karena preparat minyak mineral atau larutan KOH dari krusta atau kerokan kulit menunjukkan tungau dalam jumlah banyak.8. Skabies dan Aquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)Ditemukan skabies atipik dan pada seorang penderita mungkin dikemudian hari, skabies atipik dapat dimasukkan dalam salah satu gejala infeksi oportunistik AIDS.9. Skabies dishidrosiformJenis ini ditandai oleh lesi berupa kelompok vesikel dan pustula pada tangan dan kaki yang sering berulang dan selalu sembuh dengan obat anti skabies topikal. Tidak dapat ditemukan tungau pada lesi dan dapat sembuh sendiri secara bertahap dalam beberapa bulan sampai lebih dari satu tahun. Skabies jenis ini umumnya ditemukan pada anak-anak yang diadopsi di negara-negara Asia.10. Skabies yang disertai penyakit menular seksual lain.Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seks lain seperti: gonore, sifilis pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lain-lain. Apabila ada skabies di daerah genital perlu dicari kemungkinan penyakit menular seksual yang lain, dimulai dengan pemeriksaan biakan untuk gonore dan pemeriksaan serologi untuk sifilis. Gonore asimptomatik seringkali ditemukan pada wanita dengan skabies, sedangkan ulkus sifilis kadang-kadang ditemukan pada lesi skabies (chancre galeuse).

2.1.6DiagnosisDiagnosis pasti hanya dapat ditentukan dengan ditemukannya tungau atau telurnya pada pemeriksaan mikroskopis. Untuk melakukan hal tersebut, terowongan harus ditemukan, dan hal ini biasanya perlu sedikit keahlian. Carilah dengan cermat, dengan pencahayaan yang baik, di tangan dan kaki. Kaca pembesar mungkin bisa sedikit membantu, tetapi rabun jauh adalah suatu keuntungan. Apabila sebuah terowongan atau yang diduga terowongan dapat diidentifikasi, lakukan kerokan dengan hati-hati pada kulit dengan menggunakan bagian tepi skalpel untuk melakukan hal ini dermatolog kadang-kadang menggunakan skalpel tumpul yang dikenal sebagai skalpel pisang. Hasil kerokan tersebut diletakkan di atas kaca mikroskop, diberi beberapa tetes kalium hidroksida 10%, tutupi dengan kaca penutup, kemudian lihat di bawah mikroskop. Ditemukannya tungau, telur, atau bahkan hanya cangkang telur, sudah dapat memastikan diagnosis. Jangan berusaha untuk melakukan kerokan pada lesi yang terdapat pada penis, dapat dipahami kalau mendekatkan skalpel pada daerah ini akan menimbulkan ketakutan, di samping pada kebanyakan kasus jarang yang bisa berhasil menemukan tungau.14Teknik lainnya yang dapat digunakan adalah dengan apa yang dikenal sebagai teknik winkle-picker. Bila vesikel pada ujung terowongan dibuka dengan jarum, ujung jarum dengan hati-hati digerakkan berputar dalam vesikel tersebut, sehingga tungau sering bisa terangkat pada ujung jarum dengan gerakan teatrikal.14

Cara menemukan tungau :81. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.3. Dengan membuat biopsi irisan dengan cara lesi dijepit dengan dua jari kemudian irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.2.1.7.PenatalaksanaanTerdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi yang pernah diberikan sebelumnya.10Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti skabies secara berlebihan. Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid yang lengkap.10a. Penatalaksanaan secara umumEdukasi pada pasien skabies:161. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan. 2. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak terkena.3. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. 4. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan. 5. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas.6. Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.7. Setiap orang yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan penanganan di waktu yang sama.8. Melapor ke dokter anda setelah satu minggu.b. Penatalaksanaan secara khususAda banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies dapat berupa topikal maupun oral antara lain :

1. PermethrinPermethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat baik obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat salah dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme di kulit dan dieksresikan di urin. Tersedia dalam bentuk krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu menyusui. Efek samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan gatal. Beberapa studi menunjukkan tingkat keberhasilan permetrin lebih tinggi dari lindane dan crotamiton. Kelemahannya merupakan obat topikal yang mahal.15,162. Presipitat Sulfur 2-10% Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari berturut-turut. Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi massal.15,17Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid dan fungisid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.153. Benzyl benzoateBenzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas, benzyl benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.16

4. Lindane (Gamma benzene heksaklorida)Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau. Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau, lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.16Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau losion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.15Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem saraf pusat, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pansitopenia.165. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau losion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam, kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.15Beberapa ahli beranggapan bahwa krim ini tidak direkomendasikan terhadap skabies karena kurangnya efikasi dan data penunjang tentang tingkat keracunan terhadap obat tersebut. Crotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil. 166. IvermectinIvermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada manusia digunakan untuk pengobatan penyakit filaria terutama oncocerciasis. Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk skabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati skabies. Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.157. MonosulfiranTersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.158. MalathionMalathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24 jam, pemberian berikutnya beberapa hari kemudian Namun saat ini tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek samping yang sangat tinggi.15,162.1.8DIAGNOSIS BANDINGDiagnosis banding dari penyakit skabies antara lain:1. Insect bite (gigitan serangga) : Karakteristik lesi berupa urtikaria papul eritematous 1-4 mm berkelompok dan tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies lebih suka memilih area tertentu yaitu menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.18,19Pada umumnya popular urtikaria terjadi akibat gigitan dan sengatan serangga tetapi area lesinya hanya terbatas pada daerah gigitan dan sengatan serangga saja sedangkan skabies ditemukan lesi berupa terowongan yang tipis dan kecil seperti benang berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.(10,19)Gigitan serangga biasanya hanya mengenai satu anggota keluarga saja, sedangkan skabies menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga.15,19

Gambar 3. Tampak gigitan serangga berupa bullaDikutip dari kepustakaan 192. FolikulitisMerupakan peradangan folikel rambut yang disebabkan oleh bakteri Stafilokokus berupa makula eritem disertai papul atau pustul yang ditembus oleh rambut. Berbeda dengan skabies, folikulitis memiliki rasa gatal dan rasa terbakar pada daerah rambut. Kadang-kadang penyakit ini ditimbulkan oleh discharge (sekret) dari luka dan abses. Kemudian, lesi folikulitis muncul pada daerah yang ditumbuhi oleh rambut, sedangkan pada skabies menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.18,20

Gambar 5. Tampak folikulitis pada kulitDikutip dari kepustakaan 203. Prurigo nodularisMerupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke bawah epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes scabiei di bagian teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada prurigo, penyebabnya belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus, faktor stress emosional menjadi salah satu pemicu sehingga sulit untuk ditentukan apakah ini adalah penyebab atau akibat dari prurigo sedangkan pada skabies disebabkan oleh adanya tungau Sarcoptes scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H.E).(18,21)

Gambar 5. Tampak prurigo nodularis di daerah lenganDikutip dari kepustakaan 21

2.1.9Komplikasi Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan kadar 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus-menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzil benzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama disekitar genitalia pria. Gamma benzene heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan. Kadang-kadang dapat ditimbulkan infeksi sekunder sistemik, yang memberatkan perjalanan penyakit. Stafilokok dan Streptokok yang berada dalam lesi skabies dapat menyebabkan pielonefritis, abses internal, pneumonia piogenik dan septikemia.132.1.10PrognosisOleh karena manusia merupakan pejamu (hospes) definitif Sarcoptes scabiei, maka apabila skabies tidak diobati dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dan tumbuh pada manusia. Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan, dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.13

2.2Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya SkabiesBerdasarkan segitiga epidemiologi, terjadinya kejadian sakit dipengaruhi manusia itu sendiri (host), agen penyebab penyakit (agent), dan lingkungan (environment).22

Gambar 6. Segitiga epidemiologiDikutip dari kepustakaan 22Penyebab dan proses terjadinya penyakit skabies berkembang dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan (environment).22,23 Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut harus dipertahankan keseimbangannya. Bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya, akan menyebabkan timbulnya penyakit tertentu, termasuk penyakit kulit skabies.222.2.1Unsur AgentPada umumnya, kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Faktor yang terinteraksi dalam proses kejadian penyakit dalam epidemiologi digolongkan dalam faktor resiko. Dalam hal ini yang menjadi faktor penyebab dalam terjadinya penyakit skabies adalah seekor tungau yang bernama Sarcoptes scabiei. Apabila agen penyebab penyakit jumlahnya semakin banyak resiko terjadinya penyakit juga semakin besar.22Mulanya hospes (inang) tidak menyadari adanya aktivitas penggalian terowongan dalam epidermis, tetapi setelah 4-6 minggu terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap tungau atau bahan-bahan yang dikeluarkannya, dan mulailah timbul rasa gatal. Adanya periode asimtomatis bermanfaat sekali bagi parasit ini, karena dengan demikian mereka mempunyai waktu untuk membangun dirinya sebelum hospes membuat respons imunitas.142.2.2Unsur HostUnsur host (manusia) dapat dibagi dalam dua kelompok sifat utama, yakni: pertama, sifat yang erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan kedua, sifat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu, seperti: umur, jenis kelamin, keadaan imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti: kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama, kebiasaan hidup dan kehidupan sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat.22Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka seseorang tersebut akan makin mudah menerima dan memahami setiap informasi yang masuk dari luar. Kejadian skabies dapat muncul pada semua usia, tetapi lebih sering muncul pada anak-anak. Penyakit ini merupakan permasalahan kesehatan umum pada komunitas dengan tingkat ekonomi yang rendah dan pada negara berkembang (Johnston and Sladden, 2005) Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Mumbai, prevalensi dari penyakit skabies pada kelompok usia 8-14 tahun adalah 80%, sedangkan pada usia 15-20 tahun 35%. Semakin muda usia seseorang maka semakin besar kemungkinannya untuk terinfeksi skabies. Orang dengan jenis kelamin perempuan akan lebih kecil resiko terpapar skabies karena perempuan cenderung lebih selalu merawat dan menjaga penampilan, dengan begitu kebersihan diri perempuan juga lebih terawat. Sedangkan laki-laki cenderung tidak memperhatikan penampilan diri, hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kebersihan diri (hygiene personal), dan kebersihan diri serta perilaku hidup yang buruk tersebut yang akan sangat berpengaruh terhadap kejadian skabies.242.2.2Unsur EnvironmentLingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya proses penyakit. Secara garis besar, unsur lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian utama.21,23 a. Lingkungan Biologis Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang meliputi berbagai mikroorganisme baik patogen maupun yang tidak patogen, serta berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia). Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan maupun yang mengancam kehidupan/kesehatan manusia. Sarcoptes scbiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala.b. Lingkungan Fisik Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik meliputi: udara, keadaan cuaca, geografis dan geologis, air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai sumber penyakit serta berbagai unsur kimiawi serta berbagai bentuk pencemaran pada air. Penyebaran dan penularan penyakit skabies sangat diperngaruhi oleh sanitasi lingkungan yang buruk seperti kebersihan tempat tinggal, ventilasi yang kurang sehingga menyebabkan kelembaban yang tinggi pada ruangan, pengelolaan sampah yang tidak sesuai, dan tingginya tingkat kepadatan hunian. c. Lingkungan sosial Meliputi semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, sistem organisasi, serta institusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut. Penyakit skabies banyak dialami oleh golongan sosial-ekonomi rendah dan dari segi epidemiologi menyerang pada kelompok-kelompok orang yang tinggal dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama.2.3.Tinjauan Umum tentang Panti Asuhan2.3.1Pengertian Panti AsuhanKamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan panti asuhan sebagai rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim piatu dan sebagainya.25Departemen Sosial Republik Indonesia menjelaskan bahwa: Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak telantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak telantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental, dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.25Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.25

2.3.2Tujuan Panti AsuhanTujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia yaitu:251. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga, dan masyarakat.2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan, dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.2.3.3Fungsi Panti AsuhanPanti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak telantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia panti asuhan mempunyai fungsi sebagai berikut:251. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak.Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan:a. Fungsi pemulihan dan pengentasan anak ditujukan untuk mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak asuh. Fungsi ini mencakup kombinasi dari ragam keahlian, teknik, dan fasilitasfasiltias khusus yang ditujukan demi tercapainya pemeliharaan fisik, penyesuaian sosial, psikologis penyuluhan, dan bimbingan pribadi maupun kerja, latihan kerja serta penempatannya. b. Fungsi perlindungan merupakan fungsi yang menghindarkan anak dari keterlambatan dan perlakuan kejam. Fungsi ini diarahkan pula bagi keluarga-keluarga dalam rangka meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengasuh dan melindungi keluarga dari kemungkinan terjadinya perpecahan. c. Fungsi pengembangan menitikberatkan pada keefektifan peranan anak asuh, tanggung jawabnya kepada anak asuh dan kepada orang lain, kepuasan yang diperoleh karena kegiatankegiatan yang dilakukannya. Pendekatan ini lebih menekankan pada pengembangan potensi dan kemampuan anak asuh dan bukan penyembuhan dalam arti lebih menekankan pada pengembangan kemampuannya untuk mengembangkan diri sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Fungsi pencegahan menitikberatkan pada intervensi terhadap lingkungan sosial anak asuh yang bertujuan di satu pihak dapat menghindarkan anak asuh dari pola tingkah laku yang sifatnya menyimpang, di lain pihak mendorong lingkungan sosial untuk mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar.2. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.3. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi panti asuhan adalah memberikan pelayanan, informasi, konsultasi, dan pengembangan keterampilan bagi kesejahteraan sosial anak. 2.3.4Prinsip Pelayanan Panti AsuhanPelayanan Panti Asuhan bersifat preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta pengembangan, yakni: 251. Pelayanan Preventif adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk menghindarkan tumbuh dan berkembangnya permasalahan anak2. Pelayanan Kuratif dan Rehabilitatif adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk penyembuhan atau pemecahan permasalahan anak Pelayanan 3. Pengembangan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan cara membentuk kelompok-kelompok anak dengan lingkungan sekitarnya, menggali semaksimal mungkin, meningkatkan kemampuan sesuai dengan bakat anak, menggali sumber-sumber baik di dalam maupun luar panti semaksimal mungkin dalam rangka pembangunan kesejahteraan anak.37