percobaan ke 3
TRANSCRIPT
ALIRAN DARAH PADA EKOR BERUDU
PENETAPAN GOLONGAN DARAH
PENETAPAN WAKTU KOAGULASI DARAH
------------------------------------------------------------------------------------------------
Pelaksanaan : Sabtu , 06 April 2013
Asistens : Ade Suryani
Kelompok : VI ( enam )
Risky Ana Haloho (1103114086)
Tresa Nia Pratiwi (1103113980)
Sari Umayah (1103113967)
Fitriyani Mariska (1103136544)
Nur Aisyah Amin (1103113953)
Maya Arumaisyah (1103120870)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN
TUJUAN :
Pratikan dapat memahami prinsip kerja spygmomanometer dalam pengukuran desakan
darah arteri serta berbagai faktor yang mempengaruhinya
Praktikan dapat mempelajari dan memahami prinsip kerja cara penentuan kadar
Hemoglobin dengan Metode Sahli (Pembentukan Asam Hematin) . Kadar asam ini diukur
dengan membandingkan warna standart secara visual.
LANDASAN TEORI
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup; yaitu, pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan
jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah
mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan
antara ventrikel kiri dan atrium kanan.
Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai
serendah 0 mmHg saat diastole.
Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg
saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena adanya efek
lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.
Perubahan tekanan sirkulasi sistematik. Darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100
mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmHg) ke arteriol
(dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena) masuk ke
vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena kava superior
dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0
mmHg).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
1. Curah jantung. Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan
berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya).
2. Tahanan perifer terhadap aliran darah. Tekanan darah berbanding terbalik dengan
tahanan dalam pembuluh.
Tahanan perifer memiliki beberapa factor penentu:
Viskositas darah. Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma,
semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan
peningkatan viskositas; pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.
Panjang pembuluh. Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran
darah.
Radius pembuluh. Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai
pangkat keempatnya. Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada
vasodilatasi, maka aliran darah akan meningkat enam belas kali lipat. Tekanan darah akan
turun. Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada vasokonstriksi, maka
tahanan terhadap aliran akan meningkat enam belas kali lipat dan tekanan darah akan
naik.
Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka perubahan
dalam tekanan darah didapat dari perubahan radius pembuluh darah. Pengukuran tekanan
darah arteri sistolik dan diastolik dilakukan secara tidak langsung melalui metode
auskultasi dengan menggunakan stigmomanometer.
Peralatannya terdiri dari sebuah manset lengan untuk menghentikan aliran darah arteri
brakial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan, sebuah bulb pemompa manset untuk
menghentikan aliran darah arteri brakial, dan sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari
manset. Sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi Korotkoff, yaitu bunyi
semburan darah yang melalui sebagian pembuluh yang tertutup. Bunyi dan pembacaan angka
pada kolom raksa secara bersamaan merupakan cara untuk menentukan tekanan sistolik dan
diastolik.
Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120 mmHg dan diastolik 80
mmHg, biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah pada wanita dewasa muda, baik sistolik maupun
diastolik biasanya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah laki-laki dewasa muda. (Sloane, 2004)
Tekanan darah normal (normotensif) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke seluruh
tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Namun kadar tekanan darah tidak sama
sepanjang masa, dan sering berubah-ubah mengikuti kebutuhan tubuh. Sebetulnya batas antara
tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, menurut WHO, di dalam guidelines
terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85
mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai
tersebut disebut sebagai normal-tinggi (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa
diatas 18 tahun).
Kelainan darah tinggi pada awalnya disebabkan oleh peningkatan aktivitas pusat vasomotor
atau meningkatnya kadar epinefrin plasma, sehingga memberikan efek pada sistem
kardiovaskuler. Oleh karena itu terjadi perubahan-perubahan fungsi pada sistem pengendalian
tekanan darah. Kegagalan utama pada system pengendalian tekanan darah karena tidak
berfungsinya baroreseptor ataupun reflex kemoreseptor, sehingga pusat vasomotor di batang otak
menjadi hiperaktif. Dan melalui saraf simpatis ke jantung akan mempengaruhi isi sekuncup dan
denyut jantung atau frekuensinya dan di lain pihak pada pembuluh darah menyebabkan
perubahan diameter, sehingga tahanan perifer meningkat. Meningkatnya tekanan darah ini dapat
berupa kenaikan sistolik dan/atau disertai kenaikan tekanan diastolik. Dan hal yang lebih banyak
dihubungkan dengan pengobatan hipertensi adalah olahraga, karena olahraga isotonik (seperti
bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Olahraga juga menyebabkan penurunan retensi perifer total akibat vasodilatasi dalam otot-
otot yang berolahraga. Akibatnya, tekanan darah sistolik juga meningkat meskipun hanya dalam
peningkatan yang sedang,sementara diastolic biasanya cenderung tidak berubah atau turun. Saat
berolahraga tekanan darah akan naik cukup banyak. Namun, segera setelah latihan selesai,
tekanan darah akan turun sampai di bawah normal dan berlangsung selama 30-120 menit.
Penurunan ini terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Pada penderita
hipertensi, penurunan itu akan nyata sekali. Jika olahraga dilakukan berulang-ulang, lama
kelamaan penurunan tekanan darah tadi berlangsung lebih lama (Necel, 2009).
PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN
Hemoglobin merupakan protein yang banyak mengandung zat besi dan memiliki afinitas
terhadap oksigen untuk membentuk oksihemoglobin di dalam eritrosit. Dari mekanisme tersebut
dapat berlangsung proses distribusi oksigen dari pulmo menuju jaringan (Pearce, 1991). Pada
hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A), terdapat 2 jenis rantai polipeptida yang
dinamakan rantai α dan rantai β. Pada rantai α, masing-masing mengandung 141 gugus asam
amino, sedangkan pada rantai β masing-masing mengandung 146 rantai asam amino. Sehingga
hemoglobin A dinamai α2β2. Akan tetapi tidak semua hemoglobin dalam darah dewasa normal
merupakan hemoglobin A, sekitar 2,5% hemoglobin merupakan hemoglobin A2, tempat rantai β
diganti oleh rantai δ (α2δ2) (Ganong, 2001).
Adanya hemoglobin dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna merah, karena
hemoglobin merupakan penyusun 30% dari total isi eritrosit (Mutschler, 1991). Hemoglobin
mempunyai berat molekul 64.450 dan merupakan suatu molekul yang dibentuk oleh 4 rantai
polipeptida, dimana pada tiap polipeptida melekat pada gugus heme. Heme adalah suatu turunan
porfirin yang mengandung besi (Fe). Polipeptida ini dinamai secara bersama sebagai bagian dari
globin dari molekul hemoglobin. Adapun fungsi dari hemoglobin ini adalah sebagai alat
transportasi O¬2 serta membawa hasil akhir proses respirasi CO2.
Sintesis Hemoglobin berlangsung dalam sumsum tulang.
Sintesis hemoglobin dimulai pada tahap eritroblast dan berlangsung hingga tingkat
retikulosit dan kemudian menjadi eritrosit matur. Sel darah muda yang telah keluar dari sumsum
tulang tetap membentuk hemoglobin pada hari berikutnya. Sintesis tersebut dimulai dari
kondensasi glisin dan suksinil koenzim A (CoA) dibawah aksi enzim kunci δ-aminolevulinic acid
sintetase (ALA-sintetase) untuk membentuk ALA (Amino Levulinic Acid) selanjutnya ALA
mengalami dehidrasi menjadi phorphobilinogen oleh enzim ALAD (ALA Dehidratase).
Setelah melewati beberapa tahapan reaksi, senyawa phophobilinogen mengalami
perubahan bentuk menjadi protoporfirin. Salah satu senyawa protoporfirin, yaitu protoporfirin IX
akan berikatan dengan Fe membentuk heme. Heme bereaksi dengan globin dimana 4 molekul
heme berikatan dengan satu molekul globin dan ion logam Fe¬2+ dengan bantuan enzim
ferrochelatase membentuk hemoglobin ( Sadikin, 2001).
Kandungan Hb normal rerata adalah 16 g / dL pada pria dan 14 g / dL pada wanita yang
semuanya terdapat pada eritrosit ( Ganong, 2001 ). Kekurangan kadar hemoglobin dalam darah
dapat menyebabkan anemia. Sedangkan berdasarkan pendapat Coles (1974) bahwa kadar
hemoglobin dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah umur, spesies, jenis kelamin,
serta kualitas dan kuantitas pakan. Semakin berkualitas pakan yang diberikan, nutrisi yang dapat
digunakan pun tercukupi sehingga darah mengandung kadar hemoglobin standard. Demikian pula
dengan pemenuhan pakan secara kuantitas dan dapat diartikan pula kontinuitas pemberian pakan,
akan nutrisi sehingga kadar hemoglobin juga akan stabil.
Suatu pengatur derajat hemoglobin yang penting adalah 2,3-difosfogliserat (DPG).
Konsentrasi DPG yang tinggi di dalam sel menyebabkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
yang lebih rendah. Jika pengiriman oksigen ke jaringan sangat terbatas seperti pada orang yang
mengalami defisiensi sel darah merah atau orang yang hidup di dataran tinggi, konsentrasi DPG
di dalam sel menjadi lebih tinggi daripada individu normal yang hidup normal di daerah
permukaan laut. Hal ini menyebabkan hemoglobin membebaskan oksigen yang diikatnya segera
ke dalam jaringan untuk mengimbangi penurunan oksigenasi hemoglobin di dalam paru-paru
(Praseno et al, 2003).
Hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut gas baik oksigen (O2) maupun karbondioksida
(CO2). Selanjutnya melepaskan oksigen tersebut ke sel-sel jaringan yang terdapat didalam tubuh.
Proses ini disebut oksigenasi, yang membutuhkan besi dalam bentuk ferro dalam molekul
hemoglobin. Zat gizi tersebut menuju sumsum tulang sehingga menjadi bagian dari molekul
heme guna membentuk eritrosit (Frandson, 1992).
Kadar hemoglobin pada umumnya diukur dalam gram per 100 ml darah. Karena adanya
hemoglobin, darah dapat mengangkut sekitar 60 kali oksigen lebih banyak apabila dibandingkan
dengan air dalam jumlah dan kondisi yang sama (Smith, 1988).
ALAT DAN BAHAN
Alat dan Bahan
Pengukuran tekanan darah
Sphygmomanometer
Stetoskop
Es batu
Pengukuran kadar hemoglobin
Aquades
Botol penampung darah
Darah kapiler / Intra cardiac
Haemometer Resistant
Jarum suntik
Pipet kapiler
0,1 N HCl
Cara Kerja:
Pengukuran Tekanan Darah
Carilah terlebih dahulu pembuluh darah arteria branchialis (yang nanti letaknya
berdekatan dengan lengan yang di bebat) dan dengarkan bunyi desakan darah yang ada
melalui stetoskop.
Lengan kid praktikan yang duduk dibebat sphygmomanometer, serta udara diisikan di
dalam pembebat sehingga air raksa menunjukkan angka 170 mmHg .
Keluarkan udara secara perlahan-lahan dari sphygmomanometer sambil tetap
mendengarkan bunyi desakan udara melalui stetoskop.
Catalah tinggi permukaan air raksa tepat ketika bunyi desakan darah pertama yang
terdengar serta bunyi desakan udara pertama kali menghilang sama sekali.
Ulangi percobaan ini selama 3x untuk setiap praktikan dan selanjutnya diambil rerata
Ulangi langkah tersebut diatas ketika praktikan telah berjalan atau berlari lebih dulu
selama 3 menit (sebagai perbandingan dengan keadaan diatas)
Ulangi langkah tersebut diatas ketika tangan praktikan telah direndam dalam tempat yang
berisi air es selama 1-2 menit (sebagai pembanding keadaan diatas).
Pengukuran Kadar Hemoglobin
Dikeluarkan darah mencit melalui intra cardiacnya.
Ditampung di dalam botol penampung yang sudah disediakan
Tabung pengukur Haemometer diisi 0,1 N HCl sampai menunjukkan angka 2.
Darah mencit dihisap dengan pipet Hb sampai menunjukkan angka 0,02 dan darah yang
melekat pada ujung pipet dihapus.
Sebelum darah mengalami penjedalan, segera dimasukkan ke dalam tabung pengencer
haemometer yang telah berisi 0,1 N HCl.
Darah mencit di dalam botol penampung darah dihisap dan dikeluarkan lagi dan diulangi
sampai 3kali. Tujuannya adalah untuk menghomogenkan larutan darah.
Lalu dibiarkan selama 8-10 menit.
Diencerkan setetes demi setetes aquades sambil diaduk dengan batang pengaduk sampai
warnanya sesuai dengan warna standar.
Lalu diukur berapa tinggi permukaan larutan darah mencit tersebut yang menunjukkan
kadar hemoglobinnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Pengukuran tekanan darah
Perlakuan Tekanan diastole Tekanan sistole
Keadaan normal 100 80
Setelah berlari 120 80
Setelah di redam dalam air dingin 90 70
Pengukuran kadar hemoglobin
Vo HCL 2ml
Setiap kenaikan satuan skala dikali 0,25.
Jadi kadar HB = 2 + (6,4 x 0,25) = 3,6 mg/dl
Berdasarkan percobaan ini, kadar hemoglobin dari mencit percobaan menurut hasil
pengamataan kami adalah 3,6 g / dl.
PEMBAHASAN
Pengukuran Tekanan Darah
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan ternyata terjadi perubahan tekanan darah
praktikan dalam keadaan normal, setelah berlari dan direndam dalam air dingin. Dari hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa keadaan tekanan darah praktikan saat usai berlari mengalami
peningkatan dibandingkan tekanan darah saat praktikan dalam keadaan normal maupun direndam
dalam air dingin. Hal ini dikarenakan oleh kerja otot pada tubuh yang memacu kerja pompa darah
di jantung semakin cepat akibat kebutuhan oksigen yang lebih banyak ketika berlari.
Pada uji perubahan suhu, tangan dan kaki praktikan direndam didalam air berisi es
selama 2 menit lamanya kemudian diukur menggunakan sphygmomanometer, hasilnya
menunjukkan mengalami penurunan dibandingkan dengan keadaan usai berlari maupun sebelum
berlari. Hal ini dikarenakan detak jantung yang menurun akibat suhu dingin yang dirasakan, arteri
menyempit sehingga menimbulkan rasa nyeri diikuti dengan suplai oksigen yang menurun.
Dalam hal ini praktikan memiliki tekanan darah yaitu 100/80 mmHg pada keadaan
normal , 120/80 mmHg selesai berlari dan 90/70 mmHg. Tekanan darah yang meningkat ini
dipengaruhi oleh tingkat aktivitas. Tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan
dengan tekanan darah pada keadaan normal. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat
beraktivitas sel tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari metabolisme sel yang
bekerja semakin cepat pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah di dalam
pembuluh darah akan semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan semakin besar.
Akibat adanya vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka serta vasokontriksi arteriol yang
menyebabkan arteriol menyempit dan kerja jantung tiap satuan waktupun bertambah sehingga
volume darah pada arteriol akan meningkat dan tekanannyapun meningkat. Dapat dikatakan
bahwa volume darah yang masuk dari arteri ke jantung meningkat.
Pada organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan
ginjal berkurang. Kerja jantung juga akan semakin cepat dalam memompa darah. Namun
demikian, denyut jantungnya tetap dalam keadaan normal. Pada saat direndam dalam air dingin
tekanan darahnya menurun, hal ini sesuai dengan mekanisme homeostatis tubuh manusia. Saat
tubuh manusia berada pada temperatur yang relatif lebih rendah, pembuluh-pembuluh darah akan
menyempit (vasokonstriksi), terutama pembuluh darah perifer.
Tujuan vasokonstriksi tersebut adalah untuk menjaga panas tubuh agar tidak keluar.
Vasokonstriksi tersebut berdampak pada naiknya tekanan darah sistol dan diastol.Berdasarkan
dua hal tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya
tekanan darah adalah besar atau jenis aktivitas yang dilakukan.
Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan
dalam keadaan duduk atau berbaring. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi
secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari
juga berbeda paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Pengukuran Kadar Hemoglobin
Pada praktikum kali ini digunakan metode Sahli untuk mengukur kadar hemoglobin.
Metode Sahli mengandalkan pembentukan asam hematin yang kemudian diukur kadarnya dengan
cara membandingkan warna hasil pengenceran dengan warna standart. Pada langkah – langkah
cara kerja menggunakan metode Sahli harus dilakukan penghisapan larutan HCl yang telah
dicampur dengan darah yang kemudian dikeluarkan lagi dan diulang sebanyak 3 kali hal ini
dimaksudkan untuk menghomogenkan larutan campuran darah dan HCl serta untuk memasukkan
udara (O¬2 ).
Setelah homogen, kemudian larutan campuran didiamkan selama 8 – 10 menit, hal ini
dimaksudkan agar hemoglobin bereaksi dengan HCl sehingga dapat terbentuk asam hematin dan
kadar hemoglobinnya dapat diukur. Penggunaan HCl dalam praktikum kali ini bertujuan untuk
melisiskan eritrosit sehingga hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit dapat keluar dan bereaksi
dengan HCl membentuk asam hematin.
Kemudian mendiamkan selama 8-10 menit. Lalu mengencerkan dengan aquadest setetes
demi setetes sambil menyesuaikan dengan warna larutan standar yang terdapat dalam blok
komparator. Pengenceran dihentikan apabila warna larutan darah telah sama dengan warna
larutan standar. Kadar hemoglobin darah mencit kemudian diukur dengan cara membaca tinggi
dan angka larutan darah pada tabung haemometer.
Berdasarkan percobaan ini, kadar hemoglobin dari mencit percobaan menurut hasil
pengamataan kami adalah 3,6 g / dl. Kadar hemoglobin tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah umur, spesies, jenis kelamin, serta kualitas dan kuantitas pakan.
Semakin berkualitas pakan yang diberikan, nutrisi yang dapat digunakan pun tercukupi sehingga
darah mengandung kadar hemoglobin standard. Demikian pula dengan pemenuhan pakan secara
kuantitas dan dapat diartikan pula kontinuitas pemberian pakan, akan nutrisi sehingga kadar
hemoglobin juga akan stabil.
Hasil percobaan kami menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada mencit tersebut
adalah normal. Kadar hemoglobin senantiasa meningkat searah dengan laju pertumbuhannya.
Kadar hemoglobin antara mencit jantan dan mencit betina tidak begitu berbeda. Semua ini
disebabkan faktor lingkungan, kesehatan dari ternak tersebut, dan makanan yang dikonsumsi
sangat mendukung untuk kemajuan kadar hemoglobin dalam darah.
Kadar hemoglobin juga dapat disebabkan karena adanya homokonsentrasi.
Homokonsentrasi merupakan rasio sel-sel darah merah terhadap cairan berada diatas normal.
Adanya faktor ektrinsik yang dapat menyebabkan penyimpangan fungsi hemoglobin dalam
eritrosit juga dapat dicegah, misalnya dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
dan protein sebagai bahan pembentuk bahan eritrosit.
Metode Sahli mempunyai kekurangan tersendiri. Sebab data yang kami miliki dengan
kelompok lain berbeda padahal menggunakan daran mencit dari botol penampung yang sama
juga menggunakan pipet tetes yang sama. Pada metode Sahli membutuhkan ketelitian visualisasi
praktikan dalam membandingkan warna yang diperoleh dari pengenceran dengan warna standart.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penilaian dalam pengambilan data sangat subjektif
mengingat kemampuan visualisasi tiap individu berbeda – beda
KESIMPULAN
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada lengan atas, lengan bawah, kaki, dan
paha.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah usia, jenis kelamin, kondisi
kesehatan, keadaan emosional (stress), obesitas, obat-obatan, dan aktivitas.
Dari hasil percobaan praktikan memiliki tekanan darah yaitu 100/80 mmHg pada saat
sebelum berlari, 120/80 mmHg selesai berlari dan 90/70 mmHg. Tekanan darah yang
meningkat ini dipengaruhi oleh tingkatan aktivitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung dan Tahanan
perifer terhadap aliran darah.
Cara pengukuran kadar hemoglobin pada darah mencit dengan menggunakan metode
Sahli adalah dengan mengukur tinggi larutan yang warnanya sesuai dengan warna larutan
standar.
Kadar hemoglobin yang diperoleh dari darah mencit yang diambil adalah 3,6 gr / dl.
Penggunaan HCl dalam praktikum kali ini bertujuan untuk melisiskan eritrosit sehingga
hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit dapat keluar dan bereaksi dengan HCl
membentuk asam hematin.
Pada metode Sahli, harus dilakukan penghisapan larutan HCl yang telah dicampur dengan
darah yang kemudian dikeluarkan lagi dan diulang sebanyak 3 kali hal ini dimaksudkan
untuk menghomogenkan larutan campuran darah dan HCl serta untuk memasukkan udara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah diantaranya yaitu
umur, spesies, jenis kelamin, serta kualitas dan kuantitas pakan. Semakin berkualitas
pakan yang diberikan, semakin baik pula kadar hemoglobin yang ditunjukkan.
Pada metode Sahli membutuhkan ketelitian visualisasi praktikan dalam membandingkan
warna yang diperoleh dari pengenceran dengan warna standart. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penilaian dalam pengambilan data sangat subjektif mengingat
kemampuan visualisasi tiap individu berbeda – beda sehingga wajar bila ditemukan hasil
yang berbeda beda antar kelompok walaupun menggunakan pipet tetes yang sama dan
darah mencit yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi ternak. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Ganong, W. F . 2001 . Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Necel. 2009. Perubahan Frekuensi Denyut Jantung dan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
Pearce, C.E., 1991 . Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT.Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
Praseno, K., Isroli, dan Bambang S. 2003. Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro : Semarang.
Sadikin, M . 2001 . Biokimia Darah . Widya Medika : Jakarta
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Coles, E.H. 1974. Veterian Clinical Pathologi 2nd Edition W. B. Sounders Co. Philadelphia.
Smith,1988 . Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah
Tropis . Universitas Indonesia: Jakarta.
Sturkie, P. D. and P. Griminger. 1976. Blood: Physical Characteristics, Formed Elements,
Haemoglobin, and Coagulation. Avian physiology D Edition. Springer-Verlay New York