laporan percobaan 3 : sifat koligatif larutan: penurunan titik beku

37
LAPORAN PERCOBAAN 3 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN: PENURUNAN TITIK BEKU Disusun Oleh: KELOMPOK III Maria Simbolon (J2C009003) Tifa Nurmaya (J2C009021) Tri Indri Mulyawati (J2C009022) Octafsari Kristiana Saputri (J2C009023) Ika Rissanti (J2C009024) Yudhi Richard (J2C009025) Yuga Pratama (J2C009026) Merry Gultom (J2C009027) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: meishinta-ariyanti

Post on 02-Feb-2016

371 views

Category:

Documents


48 download

DESCRIPTION

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TRANSCRIPT

LAPORAN PERCOBAAN 3

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN: PENURUNAN TITIK BEKU

Disusun Oleh:

KELOMPOK III

Maria Simbolon (J2C009003)

Tifa Nurmaya (J2C009021)

Tri Indri Mulyawati (J2C009022)

Octafsari Kristiana Saputri (J2C009023)

Ika Rissanti (J2C009024)

Yudhi Richard (J2C009025)

Yuga Pratama (J2C009026)

Merry Gultom (J2C009027)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2009

PERCOBAAN 3

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN: PENURUNAN TITIK BEKU

I. Tujuan Percobaan

I.1 Mampu menjelaskan pengaruh zat terlarut pada sifat fisik pelarut

murni.

I.2 Mampu menentukan konstanta penurunan titik beku suatu pelarut.

I.3 Mampu menentukan berat molekul suatu senyawa.

II. Tinjauan Pustaka

II.1 Sistem Larutan

Larutan adalah campuran homogen dari molekul atom maupun ion

dari dua zat atau lebih.Larutan disebut campuran karena susunannya

berubah-ubah.Larutan disebut homogen karena susunannya begitu

seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang

berlainan bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.Dalam campuran

heterogen, permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara

bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah.Meskipun semua

campuran fase gas bersifat homogen dan karena itu disebut larutan,

molekul-molekulnya begitu terpisah sehingga tak dapat saling

menarik dengan efektif.Larutan fase padat sangat dikenal dan sangat

berguna.

Contoh : - Perunggu ( tembaga dan zink sebagai penyusun utama )

- Emas perhiasan ( biasanya campuran emas dan tembaga )

Biasanya, larutan berfase cair. Salah satu komponen larutan yaitu

pelarut harus berfase cair sedangkan zat terlarut dapat berbentuk gas,

padatan, atau larutan ( cairan ).

( Keenan, 1990 )

II.2 Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif karutan adalah sifat-sifat larutan yang hanya

ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung

kepada jenis partikelnya.

( Sukardjo, 1985 )

Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau

kira-kira pada larutan yang ada.Jadi, sifat-sifat tersebut tidak

tergantung pada jenis terlarut.Keempat sifat tersebut ialah penurunan

tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku, dan

tekanan osmotik yang semuanya dinamakan sifat-sifat

koligatif.Kegunaan sifat-sifat koligatif banyak dan beragam.Juga,

penelitian sifat-sifat memainkan peranan penting dalam metoda

penetapan bobot molekul dan pengembangan teori larutan.

( Petrucci, 1987 )

Gambaran Sifat Koligatif

( Chemistry.org, 2009 )

II.3 Penurunan Titik Beku

Titik beku adalah suhu pada saat larutan mulai membeku pada

tekanan luar 1 atm. Titik beku normal air adalah 0°C. Jika air murni

didinginkan pada suhu 0°C, maka air tersebut akan membeku dan

tekanan uap permukaannya sebesar 1 atm. Tetapi, bila kedalamnya

dilarutkan zat terlarut yang sukar menguap, maka pada suhu 0°C

ternyata belum membeku dan tekanan uap permukaannya lebih kecil

dari 1 atm. Supaya larutan membeku tekanan uap permukaannya

harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat dicapai bila suhu larutan

diturunkan.

Setelah tekanan uap larutan uap mencapai 1 atm, larutan akan

membeku.besarnya titik beku larutan ini lebih rendah dari 0°C atau

lebih rendah dari titik beku pelarutnya. Turunnya titik beku larutan

dari titik beku pelarutnya disebut penurunan titik beku ( ΔTf ).

Menurut Roult untuk larutan yang sangat encer berlaku :

Tf = Kf.m

Kf = Tetapan penurunan titik beku molal ( °C/mol )

A : titik beku air pada 0°C dan tekanan uap pada 1 atm

B : titik pada 0°C dan tekanan uap kurang dari 1 atm, dimana larutan

belum membeku

C : titik pada tekanan uap 1 atm dan suhu lebih kecil dari 0°C, dimana

larutan membeku.

( Yazid, 2005 )

II.3.1 Penurunan Titik Beku Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit dalam air akan terurai dan terionisasi

menjadi ion. Sehingga menghasilkan jumlah partikel yang

lebih banyak. Untuk larutan elektrolit, persamaan titik beku

adalah :

ΔTf = Kf.m.i

Dengan :

I = 1 = ( n-1 )α

α =jumlahmol zat yang terionisasijumlah mol zat yangdilarutkan

Keterangan :

ΔTf : penurunan titik beku larutan

m : molalitas zat terlarut

Kf : tetapan penurunan titik beku

α : derajat ionisasi

n : bilangan total ion jika terdisosiasi sempurna.

( Petrucci, 1994 )

II.3.2 Penurunan Titik Beku Larutan Non-Elektrolit

Jika jumlah partikel terlarut suatu larutan semakin banyak,

maka larutan tersebut titik bekunya akan turun. Zat terlarut

dalam hal ini biasanya adalah zat yang tidak mudah menguap.

Hubungan antara penurunan titik beku terhadap pelarut dapat

dirumuskan :

ΔTf = Kf.m

Keterangan :

ΔTf : penurunan titik beku larutan

m : molalitas zat terlarut

Kf : tetapan penurunan titik beku

( Brady, 1994 )

II.4 Penurunan Tekanan Uap

Tekanan uap adalah ukuran kecenderungan molekul-molekul suatu

cairan untuk lolos menguap.Makin mudah molekul-molekul cairan

uap, makin besar tekanan uapnya.Besarnya tekanan uap bergantung

pada jenis zat dan suhu. Suatu zat yang memiliki gaya tarik antara

partikelnya relative besar, berarti sukar menguap dan akan

mempunyai tekanan uap kecil. Contoh,gula. Sebaliknya zat yang

memiliki gaya tarik menarik antara partikelnya lemah, berarti mudah

menguap atau atsiri ( volatile ) dan akan mempunyai tekanan uap

relatif besar. Contoh, eter.Harga tekanan uap suatu zat juga makin

besar bila suhu dinaikkan.

Bila ke dalam suatu pelarut dilarutkan zat yang sukar menguap,

maka tekanan uap larutannya menjadi lebih rendah daripada tekanan

uap pelarut murninya.Hal ini disebabkan pada permukaan larutan

terdapat interaksi antar zat terlarut dan pelarut, sehingga laju

penguapan pelarut berkurang.Akibatnya tekanan larutan menjadi

turun. Selisih antara tekanan uap pelarut murni dengan tekanan uap

larutan disebut penurunan tekanan uap ( Δp ).

ΔP = P°-P

Menurut Roult, jika zat terlarut sukar menguap, maka penurunan

tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol terlarut, sedangkan

tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut.

P = Xpel . P°

ΔP = P° - (Xpel . P°)

= P° –(1-Xter)P°

= P°-P°+(Xter . P°)

ΔP = Xter . P°

( Yazid, 2005 )

II.5 Kenaikan Titik Didih ( ΔTb )

Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh

cairan itu sama dengan tekanan udara luar. Biasanya yang dimaksud

dengan titik didih adalah titik didih normal, yaitu titik didih pada

tekanan udara luar 1 atm. Titik didih normal air adalah 100°C. Pada

suhu yang sama, adanya solut yang sukar menguap menyebabkan

tekanan uap larutan lebih rendah, akibatnya titik didih larutan menjadi

lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut murninya. Jika air murni

dipanaskan pada 100°C, air tersebut akan mendidih dan tekanan uap

permukaannya sebesar 1 atm. Agar larutan mendidih tekanan uap

permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat dilakukan dengan

menaikkan suhu larutan.

( Chemistry.org, 2009 )

Keterangan :

A = titik didih air pada suhu 100°C dan tekanan uap 1 atm

B = titik pada 100°C dan tekanan uap kurang dari 1 atm, dimana

larutan belum mendidih

C = titik pada tekanan uap 1 atm dan suhu lebih besar dari 100°C,

dimana larutan mendidih.

Suhu pada saat akan tercapai tekanan uap larutan 1 atm, maka

larutan akan mendidih. Harga titik didih ini lebih besar dari 100°C,

atau lebih tinggi dari titik didih pelarutnya disebut kenaikan titik didih

(ΔTb).

ΔTb = Tb - Tb°

ΔTb = Kb .m

ΔTb = Kb .WM

.1000

P

Keterangan :

Tb° = titik didih pelarut

Tb = titik didih larutan

Kb = tetapan kenaikan titik didih molekul

M = berat molekul zat terlarut

W = massa zat terlarut

P = massa zat pelarut

( Yazid, 2005 )

II.6 Tekanan Osmosis ( π )

Osmosis adalah suatu perpindahan / merambatnya molekul pelarut

dari larutan yang konsentrasinya rendah (encer) menuju larutan yang

konsentrasinya tinggi melalui selaput semipermeabel, sedangkan

tekanan osmotik adalah besarnya tekanan larutan yang digunakan

untuk mempertahankan perpindahan pelarut pada peristiwa osmotik,

dirumuskan :

π=MRT

¿ grMr

×1000

PR × T

Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut

isotonik. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar

disebut hipertonik, sedangkan larutan yang tekanan osmotiknya lebih

rendah disebut hipotonik.

(Sukardjo, 1985)

II.7 Fase Zat

Bila zat padat dipanaskan, mula-mula pada suhu sedikit dibawah

titik lelehnya. Kemudian suhunya mulai naik ketika lelehnya tercapai,

suhunya akan tetap sampai seluruh bagian zat meleleh, demikian juga

dengan proses pembekuan. Suhunya akan konstan sampai tercapai

titik beku zat tersebut. Super cooling terjadi saat suhu cairan turun

dibawah titik beku.

1. Diagram pemanasan

2. Dagram pendinginan

3. Diagram Supercooling

( Brady, 1998 )

II.8 Titik Leleh

Titik leleh merupakan salah satu sifat fisik yang penting untuk

karakterisasi suatu senyawa. Titik leleh ( melting point ) dari suatu

senyawa adalah temperatur yang menunjuk tepat pada saat proses

transformasi senyawa tersebut antara fasa padat dan cair.

( Wade, 1999 )

II.9 Termostat

Alat yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menjaga tetap

pada suhu yang diinginkan umumnya dapat dipilih dalam selang

harga yang cukup besar misalnya (0-90)0C.

( Pudjaatmaka, 2002 )

II.10 Fraksi Mol

Lambang x, ukuran banyaknya komponen dalam campuran. Fraksi

mol komponen A adalah xA = nAN

, dengan nA adalah banyaknya zat

A dan N adalah jumlah seluruh zat campuran.

( Daintith, 1994)

II.11 Molaritas

Sistem konsentrasi ini didasarkan pada volume larutan dan dengan

demikian cocok untuk digunakan prosedur laboratorium yang volume

larutan merupakan jumlah yang diukur batasnya adalah sebagai

berikut :

Molaritas : jumlah mol solut perliter larutan

M =nv

Dengan ketentuan :

M adalah molaritas

n adalah jumlah mol solut

v adalah volume larutan dalam liter

Karena n= qBm

dengan ketentuan:

q = solut dan Bm = berat molekuler solut, maka

M=q

Bm. V

(Underwood, 1980)

II.12 Molalitas

Molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut yang dilarutkan dalam

1 kg (1000g) pelarut, artinya :

Molalitas ¿mol zat terlarut

massa pelarut (Kg)

(Chang,2009)

II.13 Analisa Bahan

II.13.1 Asam Stearat (CH3(CH2)6COOH)

Sifat Kimia : Merupakan asam monoklinik

Larut dalam alkohol dan eter

Sifat Fisik : Berwujud padat/ berupa lemak dan lunak

Tidak berwarna

Rapat massa 0,847

Titik didih 690C

Tidak larut dalam air dan mudah terbakar

Kegunaan : Untuk obat-obatan

Alat-alat kecantikan

II.13.2 Asam Benzoat (C6H5COOH)

Sifat Kimia : Merupak asam monoklinik

Mempunyai gaya karboksil lemak yang

sedikit larut dalam air.

Sifat Fisik : Berwujud kristal putih

Berat jenis 1,27

Titik leleh 127,40C

Titik didih 2490C

Kegunaan : Sebagai antiseptik dan pengawet

(Daintith, 1994)

II.13.3 H2O (Air)

Sifat Kimia : Dalam fase gas,cair terdiri dari 1 molekul

H2O dan sudut H-O-H 1050

Memiliki ikatan Hidrogen

Sifat Fisik : Tidak berwarna

Titik didih 1000C

Titik beku 00C

Kf =1,86

(Daintith, 1994)

III. Metoda Percobaan

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat :

a. kertas saring h. pengaduk

b. termometer i. hot plate

c. gelas beaker j. isolasi

d. penjepit k. pipa kapiler

e. penggerus l.kakitiga

f. tabung reaksi m. tabung spiritus

g. neraca/ timbangan n. termostat

3.1.2 Bahan

a. Asam Stearat

b. Asam benzoat

c. Air

3.2 Gambar Alat

1. Kertas Saring

3.4 Skema Kerja

3.4.1Preparasi Sampel

3 gr asam stearat

Gelas beaker

-penimbangan 0,2 gr asam benzoat

-pemanasan asam stearat diatas hot plate

sampai mendidih ± 50℃

-penambahan 0,2 gr asam benzoat

-pengadukan

-pendinginan dalam air dingin

-penghalusan

-pengamatan

Hasil

3 gr asam stearat

Gelas beaker

-penimbangan 0,4 gr asam benzoat

-pemanasan asam stearat diatas hot plate

sampai mendidih ± 50℃

-penambahan 0,4 gr asam benzoat

-pengadukan

-pendinginan dalam air dingin

-penghalusan

-pengamatan

Hasil

3 gr asam stearat

Gelas beaker

-penimbangan 0,6 gr asam benzoat

-pemanasan asam stearat diatas hot plate

sampai mendidih ± 50℃

-penambahan 0,6 gr asam benzoat

-pengadukan

-pendinginan dalam air dingin

-penghalusan

-pengamatan

Hasil

3.4.2 Pengukuran Titik Leleh

3 gr asam stearat + 0,2 gr asam benzoat

Pipa kapiler

-pengisian pipa kapiler 1 sampai 5 mm

-pengikatan pipa kapiler pada

termometer

-pengukuran titik leleh

-pengamatan dan pencatatan saat

terjadinya pelelehan

Hasil

3 gr asam stearat + 0,4 gr asam benzoat

Pipa kapiler

-pengisian pipa kapiler 1 sampai 5 mm

-pengikatan pipa kapiler pada

termometer

-pengukuran titik leleh

-pengamatan dan pencatatan saat

terjadinya pelelehan

Hasil

3 gr asam stearat + 0,6 gr asam benzoat

Pipa kapiler

-pengisian pipa kapiler 1 sampai 5 mm

-pengikatan pipa kapiler pada

termometer

-pengukuran titik leleh

-pengamatan dan pencatatan saat

terjadinya pelelehan

Hasil

IV. DATA PENGAMATAN

No. Perlakuan Hasil

1 Preparasi Sampel

-3gr asam stearat + pemanasan± 50℃ +

0,2gr asam benzoat + pengadukan +

pendinginan + penghalusan

-3gr asam stearat + pemanasan± 50℃ +

0,4gr asam benzoat + pengadukan +

pendinginan + penghalusan

-3gr asam stearat + pemanasan± 50℃ +

0,6gr asam benzoat + pengadukan +

pendinginan + penghalusan

Asam stearat

meleleh ketika

dipanaskan. Saat

ditambah asam

benzoat dan diaduk

sambil didinginkan ,

mengkristal seperti

lilin berwarna putih

namun lebih keras.

Lalu dihaluskan

seperti bubuk.

2 Pengamatan Titik Leleh

-pengamatan titik leleh 3gr asam stearat

+ 0,2 gr asam benzoat

-pengamatan titik leleh 3gr asam stearat

+ 0,4 gr asam benzoat

-pengamatan titik leleh 3gr asam stearat

+ 0,6 gr asam benzoat

Kristal halus yang

ada di pipa kapiler

naik ke permukaan

sasat gelembung

pertama muncul.

V. PEMBAHASAN

5.1 Preparasi Sampel

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat

terlarut pada sifat fisik pelarut murninya. Percobaan ini dilakukan

dengan cara menimbang 3 gr asam stearat (CH3(CH2)6COOH) tiga kali

berturut-turut, kemudian penimbangan 0,2 gr; 0,4 gr; dan 0,6 gr asam

benzoat (C6H5COOH).

Setelah melakukan penimbangan terhadap masing-masing sampel,

langkah selanjutnya adalah memanaskan 3 gr asam stearat pada 3

macam beaker glass yang berbeda, sampai meleleh, lalu tambahkan

0,2 gr; 0,4 gr; dan 0,6 gr asam benzoat pada masing-masing beaker

glass yang berbeda. Kristalkan larutan tersebut dengan cara

melakukan pengadukan, yang bertujuan agar reaksi berjalan dengan

cepat (sebagai katalisator). Selain dilakukan pengadukan, katalisator

dapat dilakukan dengan cara mencelupkan beaker glass yang berisi

larutan asam stearat dengan asam benzoat ke dalam penangas air yang

berisi air dingin sampai larutan tersebut mengkristal.

5.2 Pengukuran titik leleh

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui konstanta

penurunan titik beku suatu sampel. Setelah dilakukan preparasi

sampel hingga didapatkan kristal ( masing-masing dari 3 gr asam

stearat + 0,2 gr ,0,4 gr , 0,6 gr asam benzoat), masing-masing kristal

tersebut ditumbuk hingga halus agar bisa dimasukkan ke dalam pipa

kapiler. Setelah itu ikatlah pipa kapiler yang telah berisi kristal

dengan selotip pada termometer. Hal ini dilakukan melalui dua cara,

yaitu dengan menggunakan termostat primer dan termostat sekunder.

Pada termostat primer, digunakan gelas beaker untuk pemanasan.

Pada gelas beaker dimasukkan aquades dan dipanaskan sampai

mendidih. Setelah mendidih, dimasukkan termostat sekunder.

Termostat sekunder merupakan tabung reaksi yang kemudian diberi

aquades untuk pemanasan. Pada termostat sekunder, dimasukkan

termometer yang telah ditempelkan dengan pipa kapiler . Termostat

sekunder dimasukkan ke dalam termostat primer dan lakukan

pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur suhu dengan

melihat gelembung pertama yang muncul pada termostat sekunder.

Adapun Kf yang didapatkan melalui pemanasan pada termostat

primer adalah sebagai berikut :

1. 3 gr asam stearat + 0,2 gr asam benzoat dengan ∆ Tf =2˚C

memiliki Kf= 3,66℃ /mol

2. 3 gr asam stearat + 0,4 gr asam benzoat dengan ∆Tf = 4˚C

memiliki Kf= 3,66℃ /mol

3. 3 gr asam stearat + 0,6 gr asam benzoat dengan ∆Tf = 3˚C

memiliki Kf= 1,83℃ /mol

Jadi, Kf rata-rata yang diperoleh adalah = 3.05℃ /mol

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

a. Pada jenis sifat koligatif, pengaruh zat terlarut pada sifat fisik pelarut

murni yaitu dengan penambahan zat terlarut terjadi penurunan titik beku

pelarut murni.

b. Semakin besar massa zat terlarut (asam benzoat) yang dilarutkan

dalam zat pelarut (asam stearat) semakin besar pula penurunan titik

lelehnya.

c. Konstanta penurunan titik beku suatu pelarut yang diperoleh yaitu

konstanta rata-rata titik beku pelarut adalah 3,05˚ C

mol .

6.2 Saran

Sebaiknya, sebelum dan sesudah melakukan percobaan praktikum,

alat-alat laboratorium terlebih dahulu dibersihkan agar alat bersih untuk

menghindari kesalah pada saat melakukan percobaan.

LAMPIRAN

1. Struktur Asam Stearat O

CH3 – CH2 (CH2)13 – CH2 – CH2 – C

OH

Rumus : C17H35COOH

2. Struktur Asam Benzoat

Rumus : C6H5COOH

3. Titik leleh asam stearat menurut literatur adalah 700C.

4. Berat Molekul Asam Stearat dan Asam Benzoat

a.Berat MolekulAsam Stearat (CH3(CH2)6COOH)

BM =8.Ar C+16.Ar H+2.Ar O

=8(12)+16(1)+2(16)

=96+16+32

=144 gr/mol

b.Berat Molekul Asam Benzoat (C6H5COOH)

BM =7.Ar C+ 6.Ar H+ 2.Ar O

=7(12)+ 6(1)+ 2(16)

=84 +6 +32

=122 gr/mol

5. Perhitungan

Dik : T1= titik leleh larutan pertama adalah 540C

T2= titik leleh larutan ke-2 adalah 550C

T3= titik leleh larutan ke-3 adalah 500C

Massa asam benzoat ke-1= 0,2 gr

Massa asam benzoat ke-2= 0,4 gr

Massa asam benzoat ke-3= 0,6 gr

Massa asam stearat = 3 gr

BM asam benzoat = 122 gr/mol

Dit :

a.Tf..?

b.Kf0,2...?

c.Kf 0.4...?

d.Kf 0,6...?

e.∑ Kf ….?

Jawab!

a. Tf=T 1+T 2+T 3

3=

54 °C+55 °C+50 °C3

=530C

b. ∆ Tf 0,2 = m 0,2. Kf 0,2

530C-510C =massaas .benzoat

Bmas . benzoat.1000

P.Kf 0,2

20C = 0,2 gr

122 gr /mol.1000

3 . Kf 0,2

Kf 0,2 = 732200

Kf 0,2= 3,66 ℃ /mol

c. ∆ Tf 0,4 = m 0,4. Kf 0,4

530C-490C = massaas .benzoat

Bm as . benzoat.1000

P.Kf 0,4

40C = 0,4 gr

122 gr /mol.1000

3 . Kf 0,4

Kf0,4 = 1464400

Kf 0,4 = 3,66 ℃ /mol

d. ∆ Tf 0,6 = m 0,6. Kf 0,6

530C-500C = massaas .benzoat

Bm as . benzoat.1000

P.Kf 0,6

30C = 0,4 gr

122 gr /mol.1000

3 . Kf 0,6

Kf 0,6 = 1098600

Kf 0,6 = 1,83 ℃ /mol

e. ∑Kf = Kf0,2 + Kf0,4 + Kf0,6

= (3,66 + 3,66 + 1,83) ℃ /mol

= 9,15 ℃ /mol

f. Kf Rata-rata = 9,15

3=3.05℃/mol

LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 23 Desember 2009

Praktikan,

Maria Simbolon Tifa Nurmaya

J2C009003 J2C009021

Tri Indri Mulyawati Octafsari Kristiana S.

J2C009022 J2C009023

Ika Rissanti Yudhi Richard

J2C009024 J2C009025

Yuga Pratama Merry Gultom

J2C009026 J2C009027

Mengetahui,

Asisten

Wanodya Sihita Strinariswari

J2C606019

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur, jilid 1, edisi

kelima. Jakarta: Erlangga.

Chang, Raymond. 2009. Chemistry. USA: Random House.

Daintith, Jhon. 1994. Kamus Kimia Lengkap, Oxford edisi baru. Jakarta:

Erlangga.

Keenan, Charles. 1990.Ilmu Kimia untuk Universitas, edisi kelima.

Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph. 1987. General Chemistry. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph. 1994. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Pudjaatmaka,H. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud.

Sukardjo. 1985. Kimia Organik. Yogyakarta: Bina Aksara.

Underwood. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Wade.L. G. Jr. 1999. Organic Chemistry. USA: Prentice Hall.

Yazid,Estien. 2005.Kimia Fisika untuk Paramedis.Yogyakarta: CV. Andi

Offset.