percobaan ii

Upload: rere-maulidina

Post on 30-Oct-2015

205 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

PERCOBAAN IISUSPENSI

A. Tujuan1. Membedakan sistem flokulasi dan deflokulasi.2. Menerangkan usaha yang dapat dilakkukan untuk menstabilkan suspensi.3. Menerangkan proses pembasahan partikel (wetting).4. Menetukan volume sedimentasi dan derajat flokulasi dari suatu suspensi.

B. Dasar TeoriBerdasarkan dari Howard C. Ansel (1989) suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai sedangkan suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril. Berdasarkan dari Alfred Martin (2008) suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu disperse kasar dimana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suaru medium cair.penting untuk diketahui bahwa cirri-ciri dari fase dispersi di pilih dengan hati-hati sehingga menghasilkan suatu suspensi yang mempunyai sifat fisika, kimia, dan farmakologi yang optimum.Untuk tujuan farmasi, kestabilan fisika dari suspensi bisa didefinisikan sebagai keadaan di mana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata diseluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang ideal jarang menjadi kenyataan, maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-partikel tersebut mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disuspensikan kembali dengan sedikit pengocokkan saja.Berdasarkan dari Patrick j. Sinko (2011) bahan pembuatan suspensi bakteri yang digunakan adalah Brainheart Infusion (BHI) sebanyak 6,3 g, dilarutkan dalam 150 mL aquades di atas penangas. Selanjutnya disterilkan dalam otoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Setelah proses sterilisasi, media diangkat dan didinginkan. Media ini digunakan untuk memperoleh konsentrasi bakteri yang sesuai untuk pengujian di laboratorium.1. Sifat Antarmuka Partikel TersuspensiLuas permukaan partikel yang besar merupakan hasil dari pengecilan padatan berkaitan dengan energi bebas permukaan yang membuat sistem menjadi tak stabil secara termodinamik, yang berarti partikel-partikel tersebut berenergi tinggi dan cenderung untuk mengelompok kembali sedemikian rupa sehingga mengurangi luas permukaan dan energi bebas permukaan. Tegangan antarmuka dapat diturunkan melalui penambahan suatu surfaktan, tapi biasanya tidak dapat dibuat sama dengan nol. Jika energi tolak menolak tinggi, rentangan potensial juga tinggi, dan benturan partikel-patikelnya dilawan. Sistem tetap terdeflokulasi, dan jika sedimentasi telah sempurna, partikel-partikel membentuk susunan yang tersusun rapat, dengan partikel-partikel yang lebih kecil mengisi ronga-rongga diantara partikel-partikel besar.Berdasarkan dari Alfred Martin (2008) partikel yang terflokulasi terikat lemah, mengendap dengan cepat, tidak membentuk suatu lempengan (cake), dan dengan mudah dapat disuspensikan kembali. Partikel-partikel yang mengalami deflokulasi mengendap perlahan-lahan dan akhirnya membentuk suatu endapan dimana terjadi agregasi yang akhirnya membentuk suatu lempengan yang keras (hard cake) yang sulit disuspensikan kembali.2. Sedimentasi Partikel TerflokulasiHal ini berbeda dengan yang terjadi pada suspensi terdeflokulasi yang mempunyai suatu kisaran ukuran partikel, yaitu sesuai dengan hukum stokes, partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel yang lebih kecil.Derajat flokulasi merupakan parameter yang lebih penting dari F karena menghubungkan volume sedimen terflokulasi dengan volume sedimen terdeflokulasi. Jadi, dapat dikatakan bahwa :

Surfaktan sangat berguna dalam mengurangi tegangan antarmuka antar partikel-partikel zat padat dan suatu pembawa dalam pembuatan suatu suspensi. Gliserin dan zat higroskopis yang serupa juga berharga dalam menggiling zat-zat yang tidak larut. Secara nyata gliserin mengalir kedalam ruang antara partikel untuk menggantikan udara dan selama berlangsungnya penyampuran, melapisi dan memisahkan zat tersebut sehingga air dapat mempenetrasi dan membasaahi masing-masing partikel tersebut. Dikarenakan oleh gaya tolak menolak yang kuat antara partikel-partikel yang berdekatan, sistem tersebut dipeptisasi atau di deflokulasi dengan membuat suatu seri suspensi bismuth subnitrat yang mengandung konsentrasi kalium fosfat berbasa satu yang meningkat, haines dan martin sanggup menunjukkan suatu kolerasi antara potensial zeta yang tampak dan volume sedimentasi, cake (pembentukan lempengan yang keras) dan flokulasi.Pengujian mikroskopis dari berbagai suspensi menunjukkan bahwa pada suatu potensial zeta positif, terjadi flokulasi maksimum dan akan berlanjut sampai potensial zeta cukup negatif untuk terjadinya deflokulasi lagi. Onset (waktu mulai) flokulasi bersamaan dengan volume sedimentasi maksimum yang ditentukan. F tetap konstan selagi flokulasi masih ada, dan hanya jika potensial zeta menjadi cukup negatif untuk mengakibatkan peptisasi kembali, maka volume sedimentasi mulai turun.Surfaktan, baik nonionik maupun ionik, telah digunakan untuk menghasilkan flokulasi dari partikel yang tersuspensi. Konsentrasi yang diperlukan umtuk mencapai efek ini akan merupakan hal yang mentukan karena senyawa ini bisa juga bekerja sebagai zat pembasah untuk mecapai dispersi.Polimer merupakan suatu senyawa berantai panjang dan mempunyai bobot molekul yang tinggi dan mengandung gugus aktif yang ditempatkan disepanjang panjangnya. Zat ini bekerja sebagai zat pemflokulasi karena sebagian dari rantai tersebut diadsorbsi pada permukaan partikel, dengan bagian yang tersisa mengarah keluar medium dispers. Jembatan antara bagian-bagian yang terakhit ini mengakibatkan terbentuknya flokulasi. Berdasarkan jurnal dari Sri Hidayanti (2009) metil ester sulfonat (MES) merupakan salah satu jenis surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan antarmuka/interfacial tension (IFT) minyak dan air sehingga dapat bercampur dengan homogen. Surfaktan banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti industri sabun, detergen, farmasi, kosmetika, cat, dan industri perminyakan. Bahan baku pembuatan surfaktan dapat diperoleh dari minyak bumi (fossil fuel) atau dari minyak nabati dan hewani. Kelemahan surfaktan dari minyak bumi adalah bahan baku bersifat tidak dapat diperbarui, harga mahal, tidak tahan pada kesadahan tinggi, dan sulitdidegradasi oleh mikroba sehingga tidak ramah lingkungan. Saat ini surfaktan detergen masih didominasi oleh produk turunan petrokimia, salah satunya adalah Linier Alkyl Benzene Sulfonat (LABS). Harga minyak bumi dunia yang semakin mahal membuat beberapa industri detergen di Amerika dan Jepang mulai menggunakan minyak nabati untuk bahan baku pembuatan surfaktan.3. Flokulasi TerkendaliBerdasarkan jurnal dari Warsita Rangga Aji (2012) flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus-menerus selama partikel-partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar dan bergerak menuju proses sedimentasi. Ide dasar dari flokulasi adalah untuk mengendapkan flok-flok dengan penambahan flokulan. Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan pengadukan atau agitasi yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah penambahan flokulan. Flok tersebut akan saling bergabung membentuk flok yang lebih besar. Flok-flok yang terbentuk mempunyai berat molekul yang lebih besar dari molekul air sebagi akibat dari penambahan polimer, sehingga flok tersebut akan dengan mudah mengendap.Berdasarkan dari Alfred Martin (2008) elektrolit bekerja sebagai bahan pemflokulasi dengan mengurangi sawar elektrik antar partikel, seperti dibuktikan oleh penurunan potensial zeta dan pembentukan jembatan antar partikel-partikel berdekatan yang menghubungkan partikel-partikel tersebut dalam suatu struktur yang longgar.Berdasarkan dari Patrick j. Sinko (2011) Jika elektrolit ditambahkan secukupnya potensial zeta mencapai nol dan kemudian meningkat ke arah positif. Partikel koloid dan partikel disperse kasar dapat memiliki muatan permukaan yang bergantunng pada pH sistem. Sifat penting dispersi yang bergantung pH adalah titik nol muatan, yaitu pH suatu muatan akhir permukaan adalah nol. Muatan permukaan yang diinginkan dapat dicapai melalui pengaturan pH dengan penambahan HCl atau NaOH untuk menghasilkan muatan permmukaan positif, nol, atau negatif. Potensial zeta negatif nitofurantoin sangat berkurang jika nilai pH suspensi ini diberi muatan dari basa menjadi asam.4. Flokulasi dalam Pembawa TerstrukturInkompatibilitas fisik tidak akan terjadi karena sebagian besar koloid hidrofilik bermuatan negatif sehingga kompatibel dengan bahan pemflokulasi anionik. Akan tetapi, jika kita memflokulasikan suspensi partikel bermuatan negatif dengan elektrolit kationik (alumunium klorida, penambahan hidrokoloid dapat menghasilkan produk yang inkompatibel, seperti dibuktikan oleh terbentuknya massa berserabut dan tidak enak dilihat yang tidak memiliki atau sedikit memiliki daya pensuspensi dan mengndap dengan cepat.Pada kondisi ini, koloid pelindung perlu digunakan untuk mengubah muatan partikel dari negatif menjadi positif. Hal ini dapat dicapai dengan mengadsorbsikan amin asam lemak (yang sudah dipastikan tidak toksik) atau bahan-bahan seperti gelatin, yang bermuatan positif dibawah titk isoeletriknya, pada permukaan partikel. Selanjutnya, kita dapat menggunakan elektrolit anionik untuk menghasilkan flokulat yang kompatibel dengan bahan pensuspensi bermuatan negatif.

5. Pertimbangan ReologiPrinsip reologi dapat diterapkan dalam suatu penelitian mengenai faktor-faktor berikut ini yaitu viskositas suspensi yang mempengaruhi pengandapan partikel-partikel terdispersi, perubahan sifat alir suspensi jika wadah dikocok dan jika produk dituang dari botol, serta kualitas penyebaran lotion ketika dioleskan pada daerah tertentu. Pertimbangan reologi juga penting dalm pembutan suspensi 6. Pemerian Bahana. SulfamerazinSulfamerazin merupakan serbuk atau hablur putih atau putih agak kekuningan, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa agak pahit, mantap di udara kalau kena cahaya akan langsung lambat laun warna menjadi tua. Kelarutan sangan sukar larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P, sukar larut dalam etanol (90%) , agak sukar larut dalam aseton P, mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.b. PropilenglikolPropilenglikol merupakan cairan kental, jernih, tidak bewarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis. Kelarutan dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak.c. NaH2PO4NaH2PO4 merupakan hablur tidak bewarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asam dan asin . kelarutan larut dalam 1 bagian air.(Depkes, 1979)d. Tween 80Tween 80 merupakan cairan seperti minyak bewarna putih bening atau kekuningan, sedikit berasa seperti basa dan memiliki bau khas. Kelarutan Larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati.(Ainley, 1994)

C. Alat dan Bahan1. Alata. Alumunium foilb. Beaker glassc. Gelas ukur 50 mL (5 buah)d. Mortir dan Stempere. Sendok tandukf. Sudip2. Bahana. CMC Nab. NaH2PO4c. Propilenglikold. Sulfamerazine. Tween 80

D. Prosedur Kerja1. Dibuat lima buah suspensi dengan formula dan cara pembuatan yang telah ditentukan.a. Pembuatan suspensi tabung I1) Digerus sulfamerazin dalam mortir.2) Ditambahkan 25 mL aquadest, digerus hingga homogen.3) Dipindahkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan aquadest hingga 50 mL, dikocok sampai homogen.b. Pembuatan suspensi tabung II1) Dilarutkan NaH2PO4 dalam 10 mL aquadest dalam gelas ukur.2) Digerus sulfamerazin dalam mortir.3) Ditambahkan 25 mL aquades, digerus hingga homogen.4) Dipindahkan ke dalam gelas ukur yang berisi larutan NaH2PO4 dan ditambahkan aquadest.c. Pembuatan suspensi tabung III1) Dikembangkan Na CMC dalam 5 mL aquadest, digerus hingga terbentuk mucillago.2) Digerus sulfamerazin dalam mortir kemudian dimassukkan mucillago yang telah dibuat sebelumnnya, digerus hingga homogen.3) Dipindahkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan aquadest hingga 50 mL, dikocok sampai homogen.d. Pembuatan suspensi tabung IV1) Digerus sulfamerazin dalam mortir kemudian dimasukkan propilenglikol, digerus hingga homogen.2) Ditambahkan 20 mL aquadest, digerus hingga homogen.3) Dipindahkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan aquadest hingga 50 mL, dikocok sampai homogen.e. Pembuatan suspensi tabung V1) Dilarutkan Tween 80 dalam 25 mL aquadest2) Digerus sulfamerazin dalam mortir.3) Ditambahkan 25 mL larutan tween 80, digerus hingga homogen.4) Dipindahkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan aquadest hingga 50 mL, dikocok sampai homogen.f. Dibandingkan cara pembuatan sediaan I dengan sediaan II, III, IV, dan V.g. Ditentukan volume sedimentasi (Vu) masing-masing sediaan pada waktu tertentu (5, 10, 20, 40, 60, 90, dan 120 menit).h. Ditentukan derajat flokulasi () masing-masing sediaan setelah didiamkan selama 2 jam.

E. Hasil Pengamatan 1. Tabel Hasil Pengamatan a. Hasil Perhitungan Harga Volume Sedimentasi (F)Waktu (Menit)Volume Sedimentasi (F)

TabungITabungIITabung IIITabung IVTabung V

05050505050

5101210247

101011,51021,57

209,9119,8186,8

409,811914,86,8

609,210,89136,8

90910,18,512,56,8

1209108126,8

b. Perhitungan Derajat Flokulasi ()Derajat Flokulasi

Tabung ITabung IITabung IIITabung IVTabung V

1,091,111,141,21,13

2. Perhitungan a. Perhitungan Bahan1) NaH2PO4

2) NaCMC

b. Perhitungan Harga Volume Sedimen1) Tabung Ia) Menit 0 = 1b) Menit 5 = 10 mL

c) Menit 10 = 10 mL

d) Menit 20 = 9,9 mL

e) Menit 40 = 9,8 mL

f) Menit 60 = 9,2

g) Menit 90 = 9 mL

h) Menit 120 = 9 mL

2) Tabung IIa) Menit 0 = 1b) Menit 5 = 12 mL

c) Menit 10 = 11,5 mL

d) Menit 20 = 11 mL

e) Menit 40 = 11 mL

f) Menit 60 = 10,8 mL

g) Menit 90 = 10,1 mL

h) Menit 120 = 10 mL

3) Tabung IIIa) Menit 0 = 1b) Menit 5 = 10 mL

c) Menit 10 = 10 mL

d) Menit 20 = 9,8 mL

e) Menit 40 = 9 mL

f) Menit 60 = 9 mL

g) Menit 90 = 8,5 mL

h) Menit 120 = 8 mL

i) Tabung IVa) Menit 0 = 1b) Menit 5 = 24 mL

c) Menit 10 = 21,5 mL

d) Menit 20 = 18 mL

e) Menit 40 = 14,8 mL

f) Menit 60 = 13 mL

g) Menit 90 = 12,5 mL

h) Menit 120 = 12 mL

j) Tabung Va) Menit 0 = 1b) Menit 5 = 7 mL

c) Menit 10 = 7 mL

d) Menit 20 = 6,8 mL

e) Menit 40 = 6,8 mL

f) Menit 60 = 6,8 mL

g) Menit 90 = 6,8 mL

h) Menit 120 = 6,8 mL

c. Perhitungan Derajat Flokulasi1) Tabung I

2) Tabung II

3) Tabung III

4) Tabung IV

5) Tabung V

F. PembahasanSuspensi adalah suatu dispersi kasar di mana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair. Suspensi terdiri dari partikel kecil yang di kenal dengan fase terdispersi, terdistribusi keseluruhan medium kontinu atau medium pendispersi berupa zat cair.Terdapat dua sistem suspensi yaitu deflokulasi dan flokulasi. Pada sistem deflokulasi, partikel sangat lambat mengendap dikarenakan adanya peningkatan potensial zeta (25 mV atau lebih). Semakin tinggi nilai potensial zeta maka semakin kuat gaya tolak-menolak antar partikel sehingga terjadi pengendapan yang lambat. Selain itu, pada sistem ini terbentuk ukuran partikel terkecil yang menujukkan peningkatan luas permukaan partikel. Peningkatan luas permukaan berbanding lurus dengan peningkatan sudut kontak antar partikel. Ketika terjadi pengendapan, partikel membentuk cake yang keras yang sukar ditembus oleh medium pendispersi, sehingga sukar didispersikan kembali. Sedangkan pada sistem flokulasi, partikel sangat cepat mengendap dikarenakan adanya penurunan potensial zeta (kurang dari 25 mV). Jika nilai potensial zeta rendah maka semakin kuat gaya tarik-menarik sehingga terbentuk agregat yang longgar yang dapat mengendap lebih cepat. Selain itu, dengan terbentuknya agregat, terjadi peningkatan ukuran partikel yang menujukkan penurunan luas permukaan partikel. Penurunan luas permukaan berbanding lurus dengan penurunan sudut kontak antar partikel. Ketika terjadi pengendapan, celah antar partikel mudah ditembus oleh medium pendispersi sehingga suspensi dapat didispesikan kembali dengan cepat.Percobaan ini dibuat 5 bagian suspensi dengan penambahan zat yang berbeda. Zat yang disuspensi adalah serbuk sulfamerazin yang sangat sukar larut dalam air. Sulfamerazin pada percobaan ini digerus terlebih dahulu, penggerusan ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran partikel, meningkatkan sudut kontak agar mudah terbasahi, dan pengecilan ukuran partikel sehingga partikel sulfamerazin sulit untuk mengendap. Suspensi pertama terdiri dari 2,5 gram sulfamerazin, suspensi kedua terdiri dari 2,5 gram sulfamerazin dan 0,05 gram NaH2PO4, suspensi ketiga terdiri dari 2,5 gram sulfamerazin dan 0,25 gram Na CMC, suspensi keempat 2,5 gram sulfamerazin dan 5 mL propilenglikol, dan suspensi kelima adalah 2,5 gram sulfamerazin dan 0,05 gram tween 80. Kelima suspensi ini dikocok terlebih dahulu dan didiamkan selama 0 menit, 5 menit 10 menit, 20 menit, 40 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Pada menit ke 5 yang paling cepat mengendap yaitu suspensi keempat, yaitu sulfamerazin dan propilenglikol, kemudian suspensi kedua keempat, dan yang paling lambat mengendap adalah suspensi ketiga dan suspensi kelima.Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sulfamerazin, NaH2PO4, Na CMC, propilenglikol, dan tween 80. Sulfamerazin berwarna putih, hablur atau serbuk, tidak berbau, rasa pahit, kelarutan sangat sukar larut dalam air, dalam CHCl3, dalam eter, agak sukar larut dalam aseton. Sulfamerazin merupakan zat aktif. Na CMC atau Natrium karboksi-metil-selulosa berbentuk serbuk atau butiran, putih atau kuning gading, tidakberbau atau hampir tidak berbau, higroskopik. Kelarutan mudah terdispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol, tidak larudalam eter dan dalam pelarut organik lain. Na CMC merupakan floculatingagent, kerena NaCMC berfungsi untuk meningkatkan viskositas dari suspensi, semakin besar konsentrasi NaCMC makin besar viskositas suspensi, semakin besar viskositas suspensi maka pengendapan yang terjadi akan semakin lambat. Propilenglikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik. Kelarutan dapat campur dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak campur dengan eter minyak tanah dan minyak lemak. Propilenglikol digunakan sebagai pembasah. Natrium dihidrogen fosfat (NaH2PO4) berupa hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa asam, putih, ada rasa asin, dan larut dalam 1 bagian air. Tween 80 merupakan salah satu contoh surfaktan, tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan medium sekaligus membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut kedalam medium. Tween 80 sangat larut dalam air, larut dalam etanol, etil asetat, metanol dan toluen.Suspensi pada tabung I sulfamerazin tidak ditambahkan dengan suspending agen, sulfamerazin hanya ditambahkan dengan aquades. Suspensi pada tabung II, sulfameraszin ditambahkan dengan NH2PO4 dan aquades. Suspensi pada tabung III, sulfamerazin ditambahkan dengan NaCMC dan aquades. Suspensi pada tabung IV, sulfamerazin ditambahkan dengan propilen glikol dan aquades. Suspensi pada tabung V, sulfamerazin ditambahkan dengan tween 80 dan aquades.Pengendapan yang cepat terjadi pada tabung IV, lalu pada tabung II, I, III, dan V. Hal ini di karenakan pada tabung IV adanya penambahan wetting agent yaitu propilenglikol yang berfungsi dalam pengusiran udara pada permukaan partikel atau zat padat oleh cairan pembasah (propilen glikol). Propilen glikol ini yang saling kontak dengan zat padat akan menyebaar dan menggantikan udara dipermukaan partikel zat padat (sulfamerazin), sehingga memudahkan dalam pembasahan dan serbuk dari sulfamerazin mudah tenggelam atau mengendap atau membentuk flokulat-flokulat. Sistem yang terbentuk adalah sistem flokulasi karena setelah 60 menit sedimentasi mudah untuk terdispersi kembali. Prinsip kerja dari wetting agent yaitu memindahkan udara diantara partikel-partikel yang hidrofobik (sulfamerazin), sehingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel sulfamerazin karena lapisan wetting agent tersebut pada permukaan partikelnya mudah bercampur dengan air sehingga pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus terlebih dahulu partikel dengan wetting agent.Suspensi padatabung II, adamya penambahan NH2HPO4NaH2PO4 merupakan salah satu floculating agent jenis elektrolit. Elektrolit berfungsi untuk mengurangi gaya listrik tolak-menolak antar partikel, sehingga terjadi flok bebas pada partikel. Dengan penambahan NaH2PO4 akan menyebabkan penurunan potensial zeta yang menyebabkan potensial zeta menjadi 0 (nol) dan kemudian menjadi positif karena pengaruh elektrolit NaH2PO4. Penurunan potensial zeta tersebut menyebabkan penurunan gaya listrik tolak-menolak, sehingga membentuk agregat yang lebih cepat mengendap. Semakin tinggi nilai potensial zeta maka semakin kuat gaya tolak menolak dan sedimentasi terbentuk lambat, sedangkan jika potensial zeta rendah maka gaya tarik menarik akan semakin kuat dan sedimentasi terjadi dengan cepat. Suspensi pada tabung III, adanya penambahan NaCMC. NaCMC merupakan polimer yang memiliki rantai panjang dan mempunyai bobot molekul yang tinggi dan mengandung gugus aktif yang ditempatkan disepanjang rantai NaCMC bekerja sebagai pemflokulasi karena sebagian dari rantai tersebut diadsorbsi pada permukaan partikel, dengan bagian tersisa mengarah keluar medium dispers. NaCMC berfungsi untuk meningkatkan viskositas dari suspensi, semakin besar konsentrasi NaCMC makin besar viskositas suspensi, semakin besar viskositas suspensi maka pengendapan yang terjadiakan semakin lambat. NaCMC bekerja sebagai pemflokulasi dengan membentuk jaring-jaring polimer yang dapat mengikat partikel Sulfamerazin. Jaring polimer tersebut diadsorbsi pada permukaan partikel Sulfamerazin, dengan bagian tersisa mengarah keluar medium dispersi. Oleh karena partikel Sulfamerazin terlindungi oleh NaCMC maka terjadi penurunan tegangan permukan dan mengakibatkan pengelompokaan tak dapat terhindarkan. Pengelompokan ini bukan terjadi karena partikel Sulfamerazin tetapi karena adanya NaCMC yang melapisi atau melindung partikel Sulfamerazinsehingga partikel cepat mengendap namun dapat terdispersi kembali karena ikatan antar pelindung (NaCMC) membuat gayavan der Waals lemah. Polimer ini juga menunjukkan aliran pseudoplastis dalam larutan yang berpotensi menstabilkan bentuk fisik suspensi.Suspensi pada tabung IV, Sulfamerazin ditambahkan dengan propilenglikol. Propilenglikol merupakan wetting agent yang berfungsi menurunkan tegangan antarmuka antara partikel padat dan cairan pembawa. Turunnya tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak sehingga memudahkan dalam pembasahan, sehingga serbuk dari Sulfamerazin mudah mengendap atau membentuk flokulat-flokulat. Prinsip kerja dari wetting agent yaitu memindahkan udara diantara partikel-partikel yang hidrofobik, sehingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel Sulfamerazin karena lapisan wetting agent tersebut pada permukaan partikelnya mudah bercampur dengan air.Suspensi pada tabung V, adanya penambahan tween 80. Tween 80 juga berfungsi sebagai wetting agent yang dapat menurunkan tegangan antarmuka antara partikel padat dan cairan pembawa. Turunnya tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak sehingga memudahkan dalam pembasahan, sehingga serbuk dari Sulfamerazin mudah mengendap atau membentuk flokulat-flokulat. Prinsip kerja dari wetting agent yaitu memindahkan udara diantara partikel-partikel yang hidrofobik, sehingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel Sulfamerazin karena lapisan wetting agent tersebut pada permukaan partikelnya mudah bercampur dengan air. Tween 80 juga merupakan surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan antar permukaan dengan cara adsorbsi pada permukaan partikel membentuk lapisan-lapisan monomolekuler sehingga cenderung untuk terjadinya pengelompokan. Pengelompokan tersebut mengakibatkan peningkatan ukuran partikel. Semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas permukaan. Penurunan luas permukaan tersebut juga menyebabkan menurunnya sudut kontak antarpartikel sehingga tidak akan terbentuk cake ketika terjadi pengendapan. Faktor penurunan tegangan antarmuka bukan menjadi faktor utama dalam hal ini, faktor yang lebih bermakna yaitu kenyataan bahwa tiap partikel tidak larut yang terdispersi dikelilingi oleh suatu lapisan monolayer yang saling melekat sehingga mencegah terjadinya pengelompokan antar dua partikel terdispersi ketika partikel tersebut saling mendekat. Akibat dari lapisan mono layer ini sehingga gayavan der Waalsnya lemah yang mengakibatkan sedimen yang terbentuk dapat terdispersi kembali.Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap. Derajat flokulasi adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi (Voc). Jika nilai derajat flokulasi kurang dari 1 (satu) maka volume akhir sedimentasi lebih kecil dari volume awal sedimentasi, hal ini dikarenakan suspensi membentuk cake atau lempengan yang keras, sedangkan jika derajat flokulasi lebih besar dari 1 (satu) maka volume sedimentasi akhir lebih besar dari sedimentasi awal, sehingga menunjukan pranatan yang jernih pada suspensi.Hasil pengamatan, didapatkan derajat floktulasi pada tabung I yaitu sebesar 1,09, pada tabung II sebesar 1,11, pada tabung II sebesar 1,14, pada tabung IV sebesar 1,2 dan pada tabung V sebear 1,13. Derajat flokulas yang untuk sediaan suspensi yaitu sebesar 1 (satu).Semakin mendekati angka 1 (satu) suatu nilai derajat flokulasinya maka semakin baik pula sedian suspensi tersebut, hal ini dikarenakan jika deraja flokulasi sebeesar 1 (satu) maka volume akhir sedimantasisama dengan sedimentasi awal atau tidak terjadi penambahan voleme sedimentasi akhir, artinya sedimentasi tetap ketika pengukuran sedimentasi tak terhingga dilakukan, dan masih terdapat partikel yang masih terdispersi dalam sediaan suspensi.Berdasarakan hasil pengamatan, didapatkan suspensi sulfamerazin yang paling baik yaitu dengan perlakuan tanpa ditambahkan dengan suspending agentmenghasilkan derajaat flokulasi mendekai 1 yaitu 1,09. Hasil ini tidak sesuai dengan teori, berdasarkan teori penambahan Tween 80 pada suspensi sulfamerazin menghasilkan deraja flokulasi yang mendekati 1. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan dalam teknik pembuatannya dalam skala kecil dan konvensional yang memungkinkan banyak kesalaan terjadi seperti sulfamerazin ang digerus tidak homogen dan pembilasan yang tidak dilakukan dengan baik sehingga masih terdapat partikel sulfamerazin pada mortir. Volume sedimentasi mempertimbangkan rasio akhir dari endapan terhadap tinggi awal dari suspensi pada waktu suspensi mengendap dalam suatu kondisi di bawah standar. Semakin mendekati angka 1 volume sedimentasinya semakin baik suspensinya. Kecepatan volume sedimentasi dapat bertambah dengan adanya flokulan. Efek flokulan yang menyeluruh adalah menciptakan penggabungan partikel-partikel halus menjadi partikel yang lebih besar sehingga mudah didapatkan endapan yang disebabkan juga karena kontak antar partikel. Kontak partikel dapat terjadi dengan cara yaitu kontak yang disebabkan oleh gerak brown (gerak acak partikel koloid dalam medium pendispersi) dan kontak yang disebabkan oleh gerakan cairan itu sendiri akibat adanya pengadukan. Kontak yang dihasilkan oleh partikel yang mengendap yaitu adanya tumbukan antara partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih besar dengan partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih kecil. Setelah pengamatan selama 60 menit, suspensi dikocok kembali untuk mengetahui sistem terdispersi lagi atau tidak dan untuk mengetahui termasuk ke dalam sistem flokulasi yang reversibel, atau sistem deflokulasi yang irreversible. Reversible bisa terdispersi kembali yang berarti yang akan membentuk suspensi yang ideal karena tidak membentuk cake.

G. KesimpulanBerdasarkan pada oercobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa suspensi yang paling stabil yaitu dengan derajat flokulasi yang mendekati nilai 1 (satu) yaitu pada suspensi tabung I dengan sulfamerazin dengan ditambahkan aquades.

43